Nama : Ahmad Diki Ramdani Nim : 1702736 Kelas : PJKR B Taxonomy Of Education Taksonomi Bloom merupakan sebuah struktur hirarki yang mengidentifikasi kemampuan individu mulai dari tingkat rendah hingga tinggi. Sejarah taksonomi Bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, pada waktu itu evaluasi hasil belajar yang disusun di sekolah, ternyata butir soal terbanyak yang diujikan hanya meminta siswa untuk mengingat hafalan. Menurut Bloom, hafalan merupakan tingkat paling rendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Padahal masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang berkompeten. Kata Kerja Kognitif Taksonomi Bloom (Revisi) Taksonomi Bloom yang digunakan saat ini sebenarnya merupakan revisi dari model taksonomi Bloom yang dikembangkan pada 1950-an oleh Benjamin Bloom. Level 1 Remembering Tingkat berpikir paling rendah dan paling mudah diaplikasikan dalam eLearning. Diberikan sebuah pengetahuan lalu pembelajar diharapkan akan dapat mengingat konsep tersebut. Level 2 Understanding Pada level ini pembelajar bisa memahami sebuah konsep, seperti dapat menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan dari sebuah konsep. Level 3 Applying Pada tingkatan ini pembelajar sudah mampu melakukan atau menggunakan sebuah prosedur untuk menerapkan sebuah konsep dalam kehidupan. Level 4 Analyzing Level ini pembelajar mulai mengembangkan pemahaman yang kuat tentang materi pelajaran, mampu memecah bahan menjadi bagian-bagian penyusun, menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan dan dengan keseluruhan struktur. Level 5 Evaluating Level ini pembelajar mampu membuat penilaian atau pun kritik berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Level 6 Creating Level merupakan tingkatan tertinggi dalam keterampilan kognitif. Pembelajar pada tahap ini mampu menghasilkan, merencanakan, atau memproduksi sesuatu yang baru. Mengapa Taksonomi Bloom sangat penting? Taksonomi Bloom digunakan untuk menentukan level kognitif dalam menentukan materi, pemetaan konsep dalam konten pembelajaran di eLearning. Selain itu taksonomi Bloom juga dapat digunakan sebagai sebuah standar atas pencapaian dari hasil pembelajaran. Bagaimana mengaplikasikan Taksonomi Bloom? Learning objective sebenarnya tidak selalu harus dimulai dari level kognitif tingkat rendah (level 1) dan menggunakan semua level kata kerja. Tapi bisa saja menggunakan kata kerja pada level tertentu dalam taksonomi Bloom. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan kata kerja Bloom dalam learning objective di eLearning. Tentukan terlebih dahulu tujuan dari pembelajaran dalam eLearning Kenali subjek pembelajar yang akan mempelajari konten dalam eLearning Tentukan kompetensi apa yang ingin dicapai dengan memperhatikan kemampuan koginitif dari pembelajar Gunakan kata kerja dari Taksonomi Bloom yang sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai serta karakteristik dari materi yang disajikan Contohnya, Sebagai contoh, dalam sebuah training pegawai, kemampuan yang ingin dicapai setelah berakhirnya training adalah pegawai dapat memahami peraturan perusahaan serta mengaplikasikan peraturan dalam kehidupan. Learning objective yang pertama adalah pegawai dapat mengetahui peraturan perusahaan (kata kerja level 1 Pengetahuan/Mengingat) sedangkan learning objective kedua dari training course harus memastikan pegawai mampu untuk mengambil apa yang mereka pelajari untuk digunakan dalam meningkatkan kinerja (Level 3 Mengaplikasikan). Kata kerja yang digunakan tersebut merupakan acuan bagi pengajar untuk menentukan kedalaman dari materi, apakah cukup hanya memahami, mengklasifikasikan atau mendemonstrasikan saja? Semua itu bergantung dari apa yang ingin dicapai pada akhir pembelajaran.