Judul Narasumber Program Tanggal Penyiaran Pukul : : : : : Naskah Siaran Radio RRI Pro 2 Bertani Tanpa Sawah Vincentia Esti Windiastri Bincang Seru Selasa, 4 Desember 2018 08.00 – 09.00 1. Apa yang dimaksud dengan bertani tanpa sawah? Yang dimaksud dengan bertani tanpa sawah di sini adalah pengembangan metode pertanian masa kini yang meminimalisir penggunaan tanah sebagai media bercocok tanam. Jadi tema kali ini hendak mengenalkan masyarakat, dalam hal ini para pendengar, tentang pilihan untuk bercocok tanam tanpa perlu media tanah. 2. Mengapa tanah bisa diganti dengan media lain? Pada dasarnya, nutrisi tanaman bisa didapat dari mana saja. Tanah biasa dipakai sebagai media karena pada tanah, terutama yang subur, mengandung berbagai jenis nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Nutrisi tersebut berasal dari pengendapan hasil berbagai materi (tanaman atau hewan yang mati) yang telah diuraikan oleh bakteri. Pada tanah juga ada air tanah yang bisa digunakan sebagai sumber air dan tanah juga bisa menjadi pondasi tanaman untuk berdiri tegak. Jadi tanah merupakan media yang lengkap1. Namun tidak selamanya tanah bisa menjadi media yang ideal. Apabila tanah miskin hara, tingkat keasamannya tidak sesuai untuk tanaman, ataupun tanah tidak mempunyai kandungan air yang mencukupi, tanah tidak bisa mendukung perkembangan tanaman secara optimal. Media tanah dapat digantikan dengan media artifisial yang lain, misalkan air pada metode hidroponik dan akuaponik; atau agar pada metode kultur jaringan bahkan beberapa tanaman juga bisa ditumbuhkan ‘tanpa media’ seperti pada aeroponik. Saat ini dikenal istilah bertani dengan lingkungan terkontrol. Jadi semua aspek lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang tanaman dengan sengaja dikontrol supaya bisa menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal2. Pertanian dengan metode lingkungan yang terkontrol dikembangkan dari pertanian dalam rumah kaca dan rumah kasa. Beberapa contoh pertanian tanpa menggunakan media tanah tersebut, dapat disebut sebagai pertanian dengan lingkungan terkontrol. 3. Tadi sudah disebutkan tentang hidroponik, aeroponi, akuaponik dan kultur jaringan. Bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai beberapa contoh bertani tanpa tanah tersebut? Melalui penelitian dan sentuhan teknologi, saat ini bercocok tanam tidak hanya dilakukan di sawah atau kebun. Bahkan terkadang, tidak menggunakan tanah sebagai media utamanya. Beberapa metode bercocok tanam yang sedang berkembang saat ini yaitu: a. Hidroponik Hidroponik berasal dari dua kata yaitu ‘hydro’ yang berarti air dan ‘ponos’ yang berarti usaha atau kerja, jadi hidroponik bisa diartikan sebagai air yang bekerja. Kata ini muncul pertama kalinya pada tahun 1937 pada sebuah artikel di majalah sains4. Definisi dari hidroponik menurut kamus Webster adalah ilmu untuk menumbuhkan atau memproduksi tanaman pada larutan kaya hara atau bahan yang lembab/basah5. Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, hidroponik didefinisikan sebagai cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah, biasanya dikerjakan dl kamar kaca dengan menggunakan medium air yang berisi zat hara6. Jadi hidroponik dapat diartikan sebagai menumbuhkan tanaman tanpa media tanah, dengan sumber hara berasal dari larutan hara atau air yang dinutrisi dengan hara dan menggunakan material pendukung mekanis untuk dicengkeram akar. Peralatan yang dibutuhkan antara lain, yang paling sederhana adalah: tangki sebagai wadah larutan, tempat tanaman, pompa, sistem aerasi, pipa, sumbu, nutrisi dan cahaya7. Dalam sistem hidroponik, penggunaan air pada sistem hidroponik tidak sebanyak yang diperkirakan; air dapat digunakan kembali karena ada sistem filtrasi atau penyaringan. Di Indonesia, hidroponik telah banyak dilakukan dengan menggunakan komoditas sayuran seperti: kangkung, sawi-sawian, tomat, selada, bayam, dll. Keunggulan hidroponik dibanding dengan bertani di tanah biasa adalah4: i. Tanaman dapat tetap tumbuh di tempat di mana tidak ada tanah, ataupun daerah yang tanahnya miskin hara ii. Dapat disesuaikan dengan lahan yang ada. Sistem hidroponik dapat diadaptasikan di rumah, di kebun minimalis dan bahkan gedung-gedung perkantoran. iii. Semua nutrisi tumbuhan dapat terpenuhi, karena penambahan nutrisi dikontrol secara langsung. Konsentrasi nutrisi dapat dioptimalkan sesuai dengan komoditas yang ditanam, sehingga memungkinkan penggunaan nutrisi seminimal mungkin dengan kecepatan pertumbuhan 2x dari pada pertanian konvensional. iv. Tenaga untuk pengolahan, penyiraman, penyemprotan bisa dikurangi v. Penggunaan air dengan sistem hidroponik lebih hemat, karena hanya memerlukan 10% dari pertanian konvensional. Dengan air yang mengalir dalam sistem, maka polusi tanah dan air karena limbah pertanian bisa dikurangi. Tantangan hidroponik adalah8: i. Biaya untuk pembuatan sistem dan perawatan (listrik, air) ii. Pelaku hidroponik harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup tentang prinsip pertumbuhan tanaman dan prinsip sistem hidroponik. iii. Pengontrolan akan lingkungan dan nutrisi, membutuhkan waktu dan ketelitian. iv. Pada sistem hidroponik yang tertutup, penyakit, khususnya dari tanah dan hama cacing lebih cepat menyebar b. Aeroponik Aeroponik adalah metode bercocok tanam yang juga termasuk dalam water culture bersama dengan hidroponik. Praktek aeroponik ini pertama kali dilakukan untuk penelitian-penelitian fisiologi tanaman, namun pada akhirnya dilakukan juga untuk skala komersial9. Kekhasan aeroponik adalah cara bercocok tanam ini membiarkan akar tumbuh tanpa pegangan atau materi penahan dalam tempat gelap dan pancaran atau penyemprotan nutrisi akan dilakukan secara berkala untuk menjaga supaya akar tetap lembab. Teknik penyemprotan nutrisi ini memungkinan penyerapan lebih banyak nutrisi dan oksigen sehingga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman10. Peralatan yang dibutuhkan untuk aeroponik ini kurang lebih sama dengan hidroponik, namun dibutuhkan tambahan penyemprot yang dapat menyemprotkan air dalam bentuk kabut (mist)9. Karena air hanya dialirkan untuk disemprotkan ke akar tanaman, maka tidak dibutuhkan sumbu dalam sistem ini. Seperti pada hidroponik, larutan nutrisi dapat disirkulasikan kembali sampai 1 bulan. Komoditas tanaman yang banyak ditumbuhkan dengan metode aeroponik ini adalah sayuransayuran yang dikonsumsi daunnya seperti: selada, sawi-sawian (pakchoy, kale, dll), microgreen. Diberitakan bahwa kini kentang juga telah dapat ditumbuhkan dengan cara aeroponik10. Beberapa keunggulan aeroponik: i. Pertumbuhan tanaman lebih cepat karena akar dapat menyerap oksigen terus menerus. ii. Perwawatan yang cukup mudah. Dalam aeroponik yang harus diperhatikan adalah perawatan wadah akar dengan cara di-cuci-hama-kan dan saluran air serta saluran irigasi iii. Kebutuhan hara dan air yang lebih sedikit dari rata-rata karena kadar penyerapan air cukup tinggi. Tanaman akan merespon sistem aeroponik ini dengan menumbuhkan banyak akar. iv. Dengan sistem aeroponik, tanaman dan bahkan perkebunan dapat dipindahkan dengan mudah. v. Lahan yang dibutuhkan lebih sedikit. Tanaman dapat ditanam secara vertikal (menumpuk). Aeroponik pada dasarnya adalah sistem modular yang cocok untuk memaksimalkan lahan yang terbatas. Tantangan aeroponik11: i. Ketergantungan pada sistem. Sistem aeroponik bergantung pada pompa tekanan, sprinklers dan penanda waktu (timers). Adanya kerusakan pada salah satu mesin bisa berpengaruh pada keseluruhan sistem. ii. Membutuhkan keahlian dan pengetahuan khusus, baik tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman maupun mengenai kemampuan untuk menjalankan sistem aeroponik. iii. Membutuhkan banyak biaya karena banyak peralatan khusus yang dibutuhkan. c. Akuaponik Akuaponik adalah kombinasi dari sistem aquaculture, beternak ikan, dan hidroponik, bercocok tanam. Sistem ini dinilai merupakan sistem pertanian yang berkelanjutan (sustainable) dan mempertimbangkan aspek konservasi air. Sistem akuaponik terdiri dari lima komponen utama. Komponen pertama tangki pemeliharaan untuk beternak ikan. Komponen kedua disebut bak pengendapan. Bak ini digunakan untuk menyaring partikel-partikel halus. Yang ketiga adalah biofilter, bak untuk menumbuhkan bakteri nitrifikasi untuk mengubah ammonia menjadi nitrat untuk nutrisi tanaman. Sistem hidroponik adalah sistem yang keempat, di mana tanaman ditumbuhkan dan diberi nutrisi oleh air penampungan ikan yang telah diproses. Komponen yang terakhir adalah pompa yang digunakan untuk mengalirkan air terus menerus12. Keunggulan metode akuaponik dibandingkan dengan metode konvensional adalah: i. Penggunaan air yang lebih hemat sampai dengan 90% dibandingkan dengan menanam menggunakan tanah. ii. iii. iv. v. vi. vii. Produksi yang 4-10 kali lebih banyak dengan unit area yang sama. Dikarenakan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat. Hasil berbeda pada tiap petani. Pupuk dimungkinkan untuk tidak digunakan sama sekali, walaupun pada kasus tertentu masih diperlukan penambahan mikronutrien. Hama lebih sedikit ditemui, terutama yang berasal dari tanah. Sistem memungkinkan untuk bercocok tanam sepanjang tahun, pada lahan di mana air dan tanahnya tidak dapat mendukung pertanian. Tidak perlu membuang air sisa peternakan ikan, karena dapat digunakan untuk tanaman. Dan tidak perlu membuat penyaring buatan, karena tanaman telah menyerap nitrat yang dapat menjadi racun bagi ikan. Hasil dari pertanian akuaponik dapat dilabel sebagai organik Tantangan dalam akuaponik13: i. Membutuhkan biaya awal yang tinggi untuk pembangunan sistem dan energi listrik dalam jumlah besar ii. Memerlukan ketrampilan dan pengetahuan khusus dalam melaksanakan metode akuaponik (keahlian beternak ikan dan menumbuhkan tanaman). Sistem ini lebih kompleks dari pada hidroponik dan aeroponik. iii. Kualitas nutrisi tanaman bergantung pada kualitas pakan ikan. Dalam kasus tertentu dibutuhkan tambahan nutrisi (kebanyakan membutuhkan tambahan besi dan kalsium, terkadang juga potasium) iv. Tidak disarankan untuk menumbuhkan umbi-umbian (kentang dan wortel), disarankan hanya tanaman daun. 4. Apakah masih ada metode lain untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah? Pada dasarnya masih ada beberapa metode lain yang bisa digunakan untuk bercocok tanam. Kultur jaringan menggunakan media agar untuk pertumbuhan tanaman. Sistem ini memanfaatkan sifat totipotensi (kemampuan untuk menumbuhkan seluruh organ tubuh dari satu sel) tanaman. Metode ini biasanya dimanfaatkan dalam penelitian-penelitian molekuler, seperti molecular farming/pharming dan juga untuk perbanyakan tanaman-tanaman yang sulit untuk dikembangbiakkan secara generatif dan vegetatif, seperti anggrek, misalnya. Ada laporan yang menyebutkan tentang cara bercocok tanam di dasar laut, prinsip dasarnya adalah membangun ‘rumah kaca’ di bawah laut. Namun tidak dibutuhkan pengairan khusus pada metode ini, karena memanfaatkan penguapan air di dalamnya, sehingga tanaman akan mendapatkan sumber air dari ‘hujan’ yang terjadi di dalam sistem tersebut. Namun hal ini masih perlu dikaji lebih dalam lagi. 5. Dari berbagai metode bercocok tanam tersebut, metode manakah yang cocok untuk diaplikasikan pada masyarakat perkotaan? Biasanya di perkotaan lahan untuk bercocok tanam terbatas. Oleh karena itu metode yang mendukung vertical farming atau penyusunan menumpuk dapat dilakukan di perkotaan. Ketiga metode di atas (hidroponik, aeroponik dan akuaponik) dapat dilakukan di area perkotaan. Ada pula cara bercocok tanam konvensional dengan menggunakan tanah, yang dapat mendukung urban farming. Penggunaan sempedan tambahan di lahan-lahan yang berdasar beton, dengan ditambahi tanah tambahan, dapat digunakan untuk bercocok tanam di area perkotaan. Saat ini tersedia pula banyak pot-pot yang terbuat dari wadah plastik yang bisa digunakan untuk bercocok tanam skala rumah tangga. 6. Apa harapan dari disampaikan informasi ini kepada masyarakat? Pada tahun 2017, beberapa surat kabar di Indonesia memberitakan tentang berkurangnya jumlah petani di Indonesia, bahkan dikhawatirkan, dalam 50 tahun ke depan profesi petani akan punah14,15. Dari data tersebut diketahui bahwa saat ini rata-rata usia petani adalah di atas 40 tahun16 dengan mayoritas di antara 45 – 54th dan lulusan SD17. Hal tersebut menunjukkan bahwa regenerasi petani di Indonesia mengalami krisis. Krisis tersebut dapat dikarenakan generasi muda jarang yang mau melirik sektor pertanian18. Sebenarnya hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di beberapa negara lainnya. Di tahun 2012, rata-rata usia petani di Amerika adalah 58,3 tahun; lebih tua 1 tahun dari rata-rata usia petani di tahun 201119. Sedangkan di Eropa, petani berusia 40-64 tahun hampir berimbang jumlahnya dengan petani berusia di bawahnya20. Padahal dengan seiring meningkatnya jumlah penduduk dunia, dan khususnya di Indonesia, maka makin bertambah pula kebutuhan pangan yang harus dicukupi terutama dari bidang pertanian. Berkurangnya jumlah petani dapat menjadi masalah yang serius untuk ketersediaan pangan lokal. Diharapkan setelah penyampaian informasi mengenai metode-metode pertanian ini, masyarakat dapat tertarik untuk mencoba bercocok tanam dan membantu bertambahnya produksi pertanian, paling tidak untuk kebutuhan rumah tangga sendiri. Daftar Pustaka 1. Crouse, D.A. 2017. Soils and Plant Nutrients, Chpt 1. In: K.A. Moore, and. L.K. Bradley (eds). North Carolina Extension Gardener Handbook. NC State Extension, Raleigh, NC. <https://content.ces.ncsu.edu/extension-gardener-handbook/1-soils-and-plant-nutrients> 2. Despommier, D. 2011. The vertical farm: controlled environment agriculture carried out in tall buildings would create greater food safety and security for large urban populations. Journal für Verbraucherschutz und Lebensmittelsicherheit, 6(2), 233-236. 3. Wittwer, S. H., & Castilla, N. 1995. Protected cultivation of horticultural crops worldwide. HortTechnology, 5(1), 6-23. 4. Jones Jr, J. B. 2016. Hydroponics: a practical guide for the soilless grower. CRC press. 5. Dictionary, M. W. 2006. The Merriam-Webster Dictionary. Merriam-Webster, Incorporated. 6. Tim Redaksi, K. B. B. I. Pusat Bahasa.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi keempat, Jakarta: Gramedia. 7. Van Patten, G. F. 2004. Hydroponic Basics. Van Patten Publishing. 8. Tripp, Timothy. 2013. Hydroponics: Hydroponics Gardening Basics. Speedy Publishing – USA. 9. Resh, H. M. 2016. Hydroponic food production: a definitive guidebook for the advanced home gardener and the commercial hydroponic grower. CRC Press. 10. Otazú, V. 2010. Manual on quality seed potato production using aeroponics. International Potato Center (CIP). Lima – Peru 11. Gardening sites: Tips for the gardener. 2018. Aeroponics: Advantages and Disadvantages. <https://www.gardeningsite.com/aeroponics/aeroponics-benefits-and-disadvantages/> 12. Tripp, T. 2014. Aeroponics Bacteria: Importance of Bacterias in Aquaponics Systems. Speedy Publishing –USA. Pp 20 13. Aqua-pana-ponics. 2011. Advantages and Disadvantages of Aquaponics. <https://sites.google.com/site/aquapanaponics/4-project-updates/advantagesanddisadvantagesof aquaponics> 14. Redaksi Koran Jakarta. 2017 September 23. Petani Indonesia terancam punah. Koran Jakarta. Rubrik Perspektif <http://www.koran-jakarta.com/petani-indonesia-terancam--punah-/> 15. Andina Rahayu. 2017. indonesia adalah negara agraris yang terancam. Profesi petani diperkirakan akan punah 50 tahun lagi. Hipwee. Rubrik Inspirasi. <https://www.hipwee.com/feature/jumlahpetani-makin-menipis-tiap-tahunnya-persoalan-serius-bagi-masa-depan-negara-agraris-ini/> 16. Redaksi Kumparan. 2017 Agustus 5. Rata-rata umur petani di atas 40 tahun. KumparanNews. (https://kumparan.com/@kumparannews/mentan-rata-rata-umur-petani-ri-di-atas-40-tahun) 17. Muhammad Idris. 2017 Mei 22. Mayoritas Petani Indonesia Berusia 45-54 Tahun dan Tamatan SD. detikFinance. Berita Ekonomi Bisnis <https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d3508228/mayoritas-petani-ri-berusia-45-54-tahun-dan-tamatan-sd> 18. Akhmad Muawal Hasan. 2017 April 27. Indonesia krisis regenerasi petani muda. Tirto.id. Rubrik Sosial Budaya <https://tirto.id/indonesia-krisis-regenerasi-petani-muda-cnvG> 19. USDA. 2017. Beginning farmers and age distribution. <https://www.ers.usda.gov/topics/farmeconomy/beginning-disadvantaged-farmers/beginning-farmers-and-age-distribution-of-farmers/> 20. Eurostat. 2017. Farmers in EU – Statistics. <https://ec.europa.eu/eurostat/statisticsexplained/index.php/Farmers_in_the_EU_-_statistics>