Program Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 10.000 LANGKAH SETIAP HARI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Promosi K3 Ekarani Nopiyanti 2017.030.1183 FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA UNIVERSITAS ESA UNGGUL HARAPAN INDAH BEKASI 2018 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seperti yang sudah kita ketahui bersama penyakit jantung koroner (PJK) dan pembuluh darah adalah penyakit Cardiovascular Diseases (CVD) yang merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia termasuk di Indonesia. Berdasarkan data dari WHO yang dirilis dalam situsnya www.who.int, CVD menyebabkan 17,3 juta kematian pada tahun 2008 dan diperkirakan meningkat menjadi 23,3 juta pada tahun 2030. Menurut Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control yang diterbitkan oleh WHO (2011), bahwa terdapat empat 4 macam penyakit jantung dan pembuluh darah yang merupakan penyebab dominan yaitu: - Atherosklerosis adalah keadaan pengerasan dinding pembuluh darah. Hal ini bisa disebabkan oleh proses penuaan, pola makan, olahraga dan stress yang tidak bisa diatasi. Akibat dari atherosklerosis ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dan makanan yang dialiri pembuluh darah tersebut dan akhirnya menyebabkan kerusakan organ. - Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (otak), penyakit jantung koroner (pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kiri ( otot jantung). Yang dimaksud hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg (JNC VII American Classification of Blood Pressure). - Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung akibat perubahan obstruktif pada pembuluh darah koroner yang menyebabkan fungsi jantung terganggu. Penyebab utamanya adalah proses atherosclerosis. Bentuk PJK umumnya dikenal dengan Angina pectoris, Infark miocardium akut (AMI), Penyakit Jantung Iskhemia, dan kematian mendadak (sudden death). - Penyakit Cerebrovaskuler (stroke) adalah gangguan fungsi otak yang terjadi secara akut dengan tanda klinis fokal maupun global yang terjadi lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak. Faktor kegemukan juga telah menjadi masalah global dimana faktor kegemukan berisiko menderita berbagai penyakit degenaratif, mulai dari diabetes, serangan jantung, stroke, hingga kanker. Menurut Kurniawidjaja, L Meilly (2011), PJK dan stroke dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, etnis, dan riwayat keluarga. Faktor-faktor penyebab tersebut ada yang dapat dicegah tetapi ada juga yang dapat dimodifikasi sehingga dapat dicegah lebih dini. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi tersebut adalah: kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes melitus, menopause pada wanita, obesitas dan kelebihan berat badan. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi tersebut tentunya dapat dicegah melalui pola hidup sehat yaitu berolahraga, tidak merokok, mengkonsumsi makanan sehat, mengurangi stress, cukup beristirahat, dan lain-lain. Memang tidak mudah merubah perilaku individu karena dipengaruhi oleh beberapa faktor utama antara lain (Lawrence Green dalam Meilly, L, 2012): - Faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, persepsi, norma dan nilai yang dianut - Faktor pemungkin, merupakan faktor yang memfasilitasi dan mempengaruhi perilaku secara langsung atau melalui faktor lingkungan. - Faktor penguat merupakan faktor yang membuat individu mempertahankan atau mengulang perilakunya. Oleh karena itu diperlukan suatu proses yang tepat dalam menyusun suatu program promosi kesehatan pekerja dengan tujuan akhir adalah peningkatan kesehatan, kapasitas kerja dan produktivitas. 2. Profil Organisasi Perusahaan yang akan mengembangkan program ini adalah perusahaan PT X, dengan beberapa unit usaha, salah satunya adalah unit usaha jasa sertifikasi/audit. Total karyawan seluruhnya adalah sekitar 350 orang dimana kurang lebih 100 orang diantaranya adalah karyawan pada unit usaha jasa sertifikasi. Jumlah auditor pada unit jasa sertifikasi adalah sebanyak 60 orang dengan kegiatan audit yang dilakukan setiap hari dan utilisasi yang tinggi hingga mencapai 100 %. Karena memiliki klien yang tersebar di seluruh Indonesia, mau tidak mau para auditor harus melakukan perjalanan baik di dalam kota maupun ke luar kota, bahkan bisa menempuh perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan dengan berbagai moda transportasi. 3. Tujuan Program Mengembangkan suatu program promosi kesehatan yang tepat buat para auditor di PT X, dengan menggunakan pendekatan siklus program berurutan yaitu rekognisi, analisis, perencanaan, komunikasi, persiapan, implementasi, evaluasi dan kontinuitas (RAPKPIEK) yang dikembangkan oleh Martomulyono S pada tahun 2005. 4. Manfaat Pelaksanaan Program a. Mendorong pihak manajemen untuk lebih memperhatikan kondisi pekerja terutama berhubungan dengan sistem kerja dan disain alat. b. Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran pekerja tentang risiko ergonomik dalam bekerja. c. Mengurangi cidera Muskeloskeletal yang berkaitan dengan aktivitas kerja d. Mengurangi biaya akibat cedera / sakit. 5. Sasaran Program a. Seluruh pekerja b. Pihak manajemen perusahaan BAB II PEMBAHASAN 1. Rekognisi/Identifikasi Masalah Kesehatan Untuk mengenal risiko kesehatan karyawan maka perlu dilakukan Health Risk Assessment (HRA). Informasi untuk penilaian ini didapatkan melalui data dari medical check up tahunan, survey/kuisiner yang dibagikan termasuk keluhan yang ada dan perilaku hidup yang dilakukan oleh auditor. Hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setiap tahunnya terhadap 60 orang auditor, menyatakan bahwa 25 orang auditor (42 %) memiliki riwayat kolestrol, 40 orang (67 %) dengan kondisi obesitas/ kelebihan berat badan. Ini terjadi dikarenakan pola makan yang tidak baik, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan berkolestrol tinggi, khususnya lagi pada saat dijamu oleh klien pada saat audit. Hal ini juga diperburuk oleh data survey yang menyatakan bahwa kebanyakan auditor (83.3%) tidak melakukan aktifitas olahraga dikarenakan tugas-tugas pelaporan yang harus dikerjakan termasuk pada hari sabtu atau minggu yang merupakan tuntutan kinerja dalam pelaporan yang cepat. 2. Analisis Kebutuhan Dari permasalahan yang ada maka tim manajemen yang beranggotakan HRD, HSE dan perwakilan karyawan termasuk auditor melakukan pertemuan untuk melakukan analisa terhadap masalah yang ada. Analisa dilakukan dengan mengkaji data statistik pemeriksaan kesehatan tahunan terhadap semua auditor, dimana kasus obesitas merupakan masalah tertinggi, diikuti dengan masalah kolestrol. Beberapa pertimbangkan terhadap pemilihan program yang akan diambil meliputi dampak kesehatan bagi karyawan dan kaitannya dengan produktifitas, biaya kesehatan dan dana yang harus dikeluarkan oleh manajemen untuk mendukung program tersebut. Dengan menggunakan metode multivoting maka dari pertemuan tersebut disepakati bahwa perlu adanya program aktifitas fisik diikuti dengan pola makan yang sehat dan komitmen pribadi karyawan untuk memperbaiki pola hidup melalui pola makan dan aktifitas fisik. Program tersebut adalah 10,000 langkah setiap hari. Program ini akan ditawarkan khusus kepada auditor yang secara suka rela berkomitmen menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Manajemen kemudian mempersiapkan materi untuk kampanye program tersebuttermasuk hadiah yang menarik terhadap auditor yang berhasil mengikuti program. Tata cara mengikuti program antara lain: a. Peserta harus membuat komitmen tertulis yang berisi motivasi mengikuti program ini, contohnya menginginkan berat badan ideal dan sehat. b. Peserta akan mendapatkan starter kit berupa alat penghitung langkah yang digunakan oleh peserta. c. Peserta menjalankan aktifitas dengan target 10.000 langkah setiap hari. Untuk mencapai itu peserta dapat membuat aktifitas olahraga sesuai dengan keinginannya, misalnya treadmill atau jogging, dan seterusnya. d. Peserta akan menginput hasil yang tercantum dalam alat penghitung ke dalam aplikasi yang ada dan kemudian dilaporkan kepada peserta setiap minggu terhadap pencapaian yang ada. e. Peserta wajib melakukan konseling setiap minggu kepada petugas kesehatan untuk memantau perkembangan pelaksanaan program. Selain itu konseling dimanfaatkan untuk sosialisasi mengenai pola makan sehat dan seimbang. Untuk konseling ini juga dapat melibatkan keluarga. 3. Perencanaan Beberapa hal yang menjadi kesepakatan dalam perencanaan program ini antara lain: 1) Menentukan target perubahan yang mau dicapai yaitu: - peningkatan kesadaran terhadap bahaya penyakit degeneratif dan cara pencegahannya. - Terjadinya perubahan perilaku sehat melalui aktifitas fisik dan pola makan sehat. 2) Target dari dari program ini adalah 60 orang auditor, khususnya lagi yang memiliki riwayat kelebihan berat badan (40 orang) dan 25 orang yang memiliki riwayat kolestrol. 3) Membuat anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program. 4) Proses menuju perubahan dilakukan melalui bimbingan yang diberikan oleh HRD setiap minggu untuk memantau kedisiplinan dalam melaksanakan program ini dan laporan akan disiapkan sebagai sarana pemantauan. 5) Metoda evaluasi penilaian disepakati adalah: a. Konsistensi dalam kegiatan fisik melangkah 10.000 setiap hari. Peserta program akan menginput data setiap hari hasil pencapaian berdasarkan data dari alat penghitung langkah. Data yang diinput akan dikalkulasi setiap minggu dan akan dimonitor oleh tim HRD dan HSE. b. Tingkat penurunan berat badan yang dilaporkan setiap minggu akan dievaluasi hingga program berakhir. c. Keaktifan dalam konseling dan tanya jawab selama program berjalan. 4. Komunikasi Kampanye dilakukan untuk mengajak auditor terlibat dalam program ini antara lain melalui pertemuan rutin yang dilakukan setiap bulan, email sosialisasi ke semua auditor, banner dan poster, ajakan langsung dari para manajer dan tim HSE. Komunikasi ini dilakukan secara terus menerus selama 2 bulan sebelum program dijalankan. Karena program ini didukung penuh oleh pimpinan puncak, maka pimpinan puncak ikut serta dan mewajibkan para manajer untuk mengikuti program ini. 5. Persiapan Untuk mendukung pelaksanaan program Melangkah 10.000 langkah setiap hari maka dilakukan persiapan antara lain: a) Penandatanganan komitmen dari manajemen baik pimpinan puncak maupun para manajer untuk sungguh-sungguh menjalankan program tersebut. Selain itu juga komitmen ini sebagai bukti bahwa manajemen akan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan demi keberhasilan program ini. Ini juga termasuk dalam pendanaan dan hadiah menarik. b) Membuat action plan yang mencakup siapa melakukan apa dan waktu penyelesaian. c) Disepakati bahwa program ini dilakukan bertahap untuk 3 bulan pertama, selanjutnya akan dievaluasi untuk perbaikan program selanjutnya. d) Menyiapkan alat pantau diri terkait dengan aktifitas olahraga, pola makan dan pola tidur. e) Menyiapkan kecukupan Starter Kit berupa peralatan penghitung jumlah langkah. f) Media kampanye berupa banner dan email. g) Mempersiapkan hadiah menarik berupa pakaian olahraga dan uang tunai berdasarkan budget yang sudah disetujui dalam tahap perencanaan. h) Menyusun struktur organisasi program yang terdiri dari Penanggung Jawab Program (Business Manajer), Koordinator Program (Manajer HRD) serta perwakilan HSE, wakil karyawan dan para Manajer. Selain itu juga dibuat uraian tugas yang jelas. i) Dalam proses monitoring setiap minggu tim HRD dan HSE akan memberikan motivasi dan beberapa tips kesehatan, misalnya pola makan seimbang dan pola hidup sehat. 6. Implementasi dan Evaluasi 6.2 Implementasi Metode yang dilakukan menggunakan pendekatan kombinasi melalui cara pendidikan, pelatihan dan intervensi melalui konseling. Ini mengacu kepada konsep perubahan perilaku dimana terdapat lima tahapan perubahan, yaitu precontemplation, contemplation, preparation, action dan maintenance. a) Strategi Predisposisi Ini dilakukan untuk mengubah perilaku dari tahap precontemplation ke tahap contemplation melalui pendidikan dan pelatihan. Ini dilakukan pada saat kick offprogram dengan mengundang semua peserta. Dalam kegiatan ini selain dilakukan penjelasan mekanisme program juga diberikan pengarahan terkait dengan kesehatan dan pola hidup sehat oleh dokter perusahaan. b) Strategi Pemungkin Dilakukan untuk mengubah perilaku dari tahap contemplation ke tahap action, dengan memberikan kesempatan auditor menggunakan benefit perusahaan seperti kesempatan menggunakan fasilitas fitness dan tempat berenang. Konseling atau konsultasi personal terkait dengan program dan hal lain terkait dengan kesehatan diberikan setiap minggu pada hari jumat. Hal-hal yang sering dikonsultasikan adalah pola makan yang baik dan seimbang, konsultasi penyakit dan kegiatan olahraga yang sesuai. Terdapat 24 orang yang mengikuti program ini hingga selesai. c) Strategi Penguat Dilakukan untuk mengubah perilaku dari tahap preparation ke tahap maintenancemelalui pemantauan berkala setiap 3 bulan, pemeriksaan kesehatan tahunan, dan memasukan cerita sukses dalam majalah perusahaan. Program ini dilakukan sebagai pilot project, dengan fokus ke satu unit bisnis khususnya buat para auditor. 6.2 Evaluasi Setelah 3 bulan program berjalan maka dilakukan evaluasi secara keseluruhan. Input dari evaluasi berasal dari manajemen, perwakilan karyawan, peserta, HSE dan tim HRD. Hasil evaluasi dijadikan perbaikan untuk program berikutnya atau program lain yang akan dijalankan. Evaluasi terhadap 25 orang auditor yang mengikuti program ini didapatkan data sebagai berikut: - Terjadi penurunan berat badan sebanyak 15 orang dan 10 orang diantaranya mencapai berat badan normal. - Jumlah peserta yang konsisten terhadap program melangkah 10.000 langkah (berdasarkan input alat) adalah 10 orang. Beberapa masukan dari program ini yang menjadi catatan untuk perbaikan ke depan adalah: - Masih rendahnya partisipasi auditor yaitu hanya 25 orang (40%) dalam program ini, mengindikasikan perlu peningkatan cara mengkomunikasikan program ini. - Alasan waktu untuk melakukan aktifitas khususnya pada saat pulang dari luar kota atau dalam perjalanan pulang yang melelahkan. - Perlu dilakukan pemeriksaan lab sebelum dan sesudah program untuk melihat perubahan yang terjadi. - Beberapa alasan dari peserta sewaktu konseling adalah karena tidak adanya waktu untuk melakukan olahraga sepulang kerja (sudah malam). Sedangkan peserta yang berhasil konsisten melakukannya menyatakan bahwa mereka melakukan kegiatan treadmill dirumah atau ditempat fitnes sepulang dari bekerja. 7. Kontinuitas Penghargaan telah diberikan kepada pemenang I, II, III dan juga apresiasi kepada semua peserta program. Berdasarkan evaluasi bersama, maka manajemen memutuskan untuk meneruskan Program Melangkah 10.000 langkah untuk periode berikutnya dengan cakupan yang lebih luas yaitu seluruh unit bisnis yang ada. BAB III KESIMPULAN Kegiatan promosi kesehatan pekerja sangat baik dijalankan sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan karyawan sehingga pada akhirnya dapat meningkat produktifitas pekerja dan mengurangi biaya-biaya kesehatan yang bisa dicegah. Hambatan-hambatan yang ada semestinya tidak membuat organisasi berhenti berpikir kreatif dalam merancang kegiatan promosi kesehatan. Pemilihan dan penetapan program yang tepat harus berdasarkan suatu masukan dan diskusi bersama dengan karyawan sehingga keterlibatan mereka dirasakan secara langsung. Selain itu, peran keluarga juga cukup penting, contohnya pengetahuan tentang pola hidup sehat, cara membuat hidangan sehat di rumah. Ini memerlukan sosialisasi kepada keluarga sehingga dapat mendukung program yang ada. Dalam pernyataan dari O’Donnel 1995 dalam O’Connor M.L, 2001, keberhasilan program-program promosi kesehatan pekerja (PKP) membutuhkan elemen-elemen utama yaitu: 1. Komitmen terus menerus dari manajemen; 2. Keterlibatan karyawan dalam komite PKP; 3. Penilaian kebutuhan yang komprehensif; 4. Adanya hubungan antara aktivitas di tempat kerja dan komunitas; 5. Strategi-strategi terkait dengan perubahan perilaku; 6. Penciptaan lingkungan fisik dan sosial yang mendukung; 7. Dukungan fasilitas perusahaan, partisipasi karyawan secara suka rela. DAFTAR PUSTAKA Alli, Benjamin O. Fundamental Principles of Occupational Health and Safety 2nd ed. Geneva: ILO; 2008. Goetsh, David L, 2005, Occupational Safety and Health for Technologist, Engineers and Managers, New Jersey: Pearson Education Inc. Kurniawidjaja, L.Meily, et.al, 2011. Aku bisa Hidup Lebih Sehat dan Bugar, Jakarta, Indonesia: Universitas Indonesia (UI-Press). Kurniawidjaja, L.Meily, 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta, Indonesia: Universitas Indonesia (UI-Press). Kurniawidjaja, L.Meily, 2013. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja, Jakarta, Indonesia: Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI. Kurniawidjaja, L.M. et al, 2014, The Development of an Effective Workplace Health Promotion Program to Reduce Cardiovascular Disease Risk in Campus – Australian Journal of Basic and Applied Sciences. Tersedia di: http://ajbasweb.com/ Mc Cabe, Mark, 2007. Guide to promoting Health and Wellbeing in the workplace, Australia: Australian Capital Terriotry. National Institutes of Health. 2005, Theory at Glance - A Guide For Health Promotion Practice, U.S : Department Of Health And Human Services. O’Connor, Mary Louise. Et al. 2001, Health Promotion, Australia: National Library of Australia. Spicket, Jeff. Et al. 2010, Health Risk Assessment (Scoping) – Guidelines, Australia Barat: Department of Health. World Health Organization, Cardiovascular Disease – Fact sheet N°317. Tersedia di: http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/