MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MENGEMBANGKAN SISTEM Disusun Oleh : Adwitya Nirmalasari (1412060063) Aris Priantoro (1412060092) Aulia Ulfah Hardini (1412060083) Syarifah Aini (1412060075) Zuryadita Balqis (1412060101) ASIAN BANKING FINANCE INFORMATICS AND INSTITUTE PERBANAS JAKARTA JANUARI 2015 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Informasi Manajemen Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. Untuk itu kami selaku penyusun sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Sistem Informasi Manajemen yang telah memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami dapat menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku penyusun Jakarta, Januari 2015 Penulis 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1 DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 1 BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 4 BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................................... 6 2.1 Sistem sebagai Perubahan yang Direncanakan dalam Perusahaan .........Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengembangan Sistem dan Perubahan dalam Perusahaan ..........Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Rekayasa Ulang Proses Bisnis ............................................................. 7 2.1.2.a Langkah-langkah Rekayasa Ulang yang Efektif ...................... 8 2.1.3 Perbaikan Proses : Manajemen Proses Bisnis, Manajemen Kualitas Total, dan Six Sigma .......................................................................... 10 2.1.3.a Manajemen Proses Bisnis....................................................... 10 2.1.3.b Manajemen Kualitas Total dan Six Sigma ............................. 10 2.1.3.c Bagaimana Sistem Informasi Mendukung Peningkatan Kualitas ................................................................................... 11 2.2 Sekilas Mengenai Pengembangan Sistem ...................................................... 11 2.2.1 Analisis Sistem ................................................................................... 12 2.2.1.a Menentukan Kebutuhan Informasi ......................................... 13 2.2.2 Perancangan Sistem ............................................................................ 13 2.2.2.a Peran Pengguna Akhir ............................................................ 13 2.2.3 Menyempurnakan Proses Pengembangan Sistem ............................... 14 2.2.3.a Pemrograman .......................................................................... 14 2.2.3.b Pengujian ................................................................................. 14 2.2.3.c Konversi .................................................................................. 15 2.2.3.d Produksi dan Pemeliharaan ..................................................... 16 2.2.4 Pemodelan dan Perancangan Sistem : Metodologi Terstruktur dan Metodologi Berorientasi Objek ........................................................... 16 2.2.4.a Metodologi Terstruktur ........................................................... 16 2.2.4.b Pengembangan Berorientasi Objek ......................................... 17 2.2.4.c Rekayasa Ulang Peranti Lunak Berbantuan Komputer ........... 18 2.3 Pendekatan Alternatif Pengembangan Sistem ............................................... 19 2.3.1 Siklus Hidup Sistem Tradisional ........................................................ 19 2 2.3.2 Pembuatan Prototipe........................................................................... 19 2.3.2.a Langkah-langkah dalam Pembuatan Prototipe ....................... 19 2.3.2.b Keuntungan dan Kerugian dari Pembuatan Prototipe ............ 20 2.3.3 Pengembangan oleh Pengguna Akhir................................................. 21 2.3.4 Paket Peranti Lunak Aplikasi dan Alih Kontrak ................................ 21 2.4 Pengembangan Aplikasi untuk Perusahaan Digital ....................................... 22 2.4.1 Rapid Application Development (RAD) ............................................ 22 2.4.2 Pengembangan Berbasis Komponen dan Layanan Web .............Error! Bookmark not defined. 2.4.2.a Layanan Web dan Komputasi Berorientasi Layanan ............. 23 BAB 3 STUDI KASUS....................................................................................................... 24 BAB 4 PERTANYAAN & JAWABAN KASUS ............................................................. 27 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 31 5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 31 5.2 Saran............................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 33 3 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi : operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi menyeluruh dan terkoordinasi secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan. Semua sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama, yaitu menerima data sebagai masukan (input), kemudian memprosesnya dengan melakukan perhitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran dan lain-lain, sampai pada akhirnya memperoleh informasi sebagai keluaran (output). Sistem informasi manajemen dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas, antara lain : dengan kemampuan melaksanakan tugas rutin seperti penyajian dokumen dengan efisien, mampu memberikan layanan bagi organisasi intern dan ekstern, serta mampu meningkatkan kemampuan manajer untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak terduga. Sistem informasi sangat berperan untuk memadukan semua unsur-unsur yang saling berhubungan sehingga sistem informasi tersebut harus dipandang sebagai suatu sistem tunggal, namun cukup kompleks sehingga perlu diuraikan menjadi subsistem-subsistem untuk perencanaan dan pengendalian pengembangannya serta untuk mengendalikan operasinya. Perkembangan sistem informasi dewasa ini semakin berkembang pesat, hal ini didukung oleh perkembangan teknologi informatika yang ada di seluruh dunia, dengan demikian memudahkan para pengguna system informasi tersebut untuk lebih meningkatkan kegunaan dari system informasi yang mereka miliki. Sistem informasi merupakan kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi suatu keharusan yang tidak dapat dihindari oleh setiap perusahaan yang ingin menempatkan dirinya pada posisi paling depan dalam suatu industri. Perkembangan teknologi informasi ini dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Perkembangan teknologi informasi ini memperlihatkan bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis kepada teknologi ini, seperti e-government, e-commerce, e- education, e-medicine, e-laboratory, dan lainnya yang kesemuanya itu berbasis elektronik. Teknologi informasi merupakan teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam 4 berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu ( Wardiana, 2002 ). Teknologi ini menggunakan seperangkat computer untuk mengolah data, system jaringan untuk menghubungkan satu computer dengan computer lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Faktor yang paling penting didalam pengelolaan sumberdaya informasi adalah bagaimana mengembangkan Sistem Informasi Sumber daya Informasi yang akan dipergunakan, hal ini berarti kita menentukan bagaimana bentuk sistem yang dibutuhkan, dalam arti kata kebutuhann akan perangkat keras, perangkat lunak dan pelaksana serta SOP (Standard Operating Procedures) yang akan dipergunakan. Ada berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam proses pengembangan sistem informasi ini, diantaranya : System Development Life Cycle (SDLC), Prototyping Rapid Application Development, Object Oriented Analysis and Development. Setiap perusahaan selalu melakukan pengembangan terhadap sistem informasinya. 5 BAB II LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem sebagai Perubahan yang Direncanakan dalam Perusahaan Membangun sistem informasi baru adalah salah satu jenis perubahan yang direncanakan dalam organisasi. Ketika kita merancang sistem informasi baru, kita sedang merancang ulang organisasi tersebut. Pembuat sistem harus mengerti bagaimana sebuah sistem akan memengaruhi proses bisnis tertentu dan organisasinya secara keseluruhan. 2.1.1 Pengembangan Sistem dan Perubahan dalam Perusahaan Teknologi informasi dapat mendukung berbagai tingkatan perubahan dalam perusahaan, mulai dari yang setahap demi setahap, hingga yang jauh ke depan. Bentuk paling umum dari perubahan organisasionalyang dimungkinkan oleh teknologi informasi adalah otomatisasi. Penerapan pertama dari teknologi informasi antara lain adalah membantu para karyawan melakukan tugas-tugas mereka secara lebih efisien dan efektif. Bentuk perubahan organisasional yang lebih mendalam – yang langsung mengikuti otomatisasi awal- adalah rasionalisasi prosedur (rationalization of procedures). Otomatisasi sering kali mengungkapkan adanya penyempitan (bottleneck) baru dalam produksi dan membuat rangkaian prosedur yang dan struktur yang sudah ada menjadi sangat menyulitkan. Rasionalisasi prosedur adalah pemangkasan prosedur-prosedur operasional standar. Bentuk perubahan organisasional yang lebih kuat adalah rekayasa ulang proses bisnis (business process reengineering), yang melaluinya, proses-proses bisnis dianalisis, disederhanakan, dan dirancang ulang. Ini lebih ambisius daripada rasionalisasi prosedur, dan membutuhkan pandangan baru tentang bagaimana proses-proses harus diorganisasikan. Sistem Informasi yang baru pada akhirnya dapat memengaruhi rancangan seluruh perusahaan dengan mengubah cara perusahaan melaksanakan bisnisnya atau bahkan sifat alamiah dari bisnisnya. Perubahan bisnis yang lebih radikal ini disebut pergeseran paradigma 6 (paradigm shift). Pergeseran paradigma melibatkan pemikiran ulang sifat dari bisnis, mendefinisikan model bisnis baru dan sering mengubah sifat perusahaan pada saat ini. Pergeseran paradigma dan rekayasa ulang sering kali mengalami kegagalan karena perubahan organisasional yang luas sangat susah dikendalikan. Namun perusahaan-perusahaan tetap ingin melakukan perubahan radikal karena imbalannya sangat besar, misalnya perusahaan memperoleh peningkatan ROI (atau produktivitas) yang sangat besar dan berkali-kali lipat. Perubahan dalam Perusahaan Membawa Risiko dan Imbalan 2.1.2 Rekayasa Ulang Proses Bisnis Banyak perusahaan saat ini berfokus kepada pembuatan sistem informasi baru yang akan meningkatkan proses bisnis mereka. Beberapa proyek sistem ini merepresentasikan restrukturasi ulang yang radikal untuk proses-proses bisnis, sementara yang lainnya melakukan perubahan secara bertahap. Jika perusahaan memikirkan kembali dan merancang ulang proses bisnis sebelum menciptakan sistem informasi, perusahaan dapat memperoleh hasil yang besar dari investasinya dalam teknologi informasi. Lihat bagaimana industri hipotek rumah di Amerika Serikat berhasil melakukannya. Dengan berpikir ulang mengenai pendekatam terhadap proses hipotek, bank-bank hipotek telah mencapai efisiensi sangat baik. Bank tersebut tidak berfokus pada perancangan ulang sebuah proses bisnis, melainkan memeriksa ulang seluruh kumpulan proses yang berhubungan secara logis yang dibutuhkan untuk mendapatkan hipotek. 7 Untuk mendukung proses permohonan hipotek yang baru, bank-bank telah mengimplementasikan peranti lunak manajemen dokumen dan aliran kerja. Manajemen aliran kerja (workflow management) adalah proses penyederhanaan prosedur-prosedur bisnis sehingga dokumen dapat dipindahkan dengan mudah dan efisien. 2.1.2.a Langkah-langkah Rekayasa Ulang yang Efektif Salah satu strategi pengambilan keputusan yang terpenting yang dapat dilakukan oleh perusahaan bukanlah mengenai bagaimana menggunakan sistem informasi untuk memperbaiki proses-proses bisnis, melainkan untuk memahami proses bisnis mana yang perlu diperbaiki. Anda perlu menentukan proses bisnis apa yang paling penting untuk difokuskan ketika memakai teknologi informasi yang baru dan bagaimana memperbaiki proses-proses ini akan membantu perusahaan melaksanakan strateginya. Keputusan ini dihasilkan dari dua pertimbangan : • Analis strategis : manajer senior mengidentifikasi proses-proses bisnis yang paling penting untuk kesuksesan perusahaan dan memfokuskan segala upayanya pada prosesproses ini • Aspek-aspek yang menyakitkan : manajer senior mengidentifikasi proses-proses yang menghasilkan keluhan paling banyak dari pemasok, pelanggan atau karyawan dan memperbaiki proses-proses tersebut terlebih dahulu. Setelah proses bisnis yang tepat dipilih, perusahaan akan melakukan aktivitas-aktivitas berikut: • Mengidentifikasi masukan dan keluaran proses bisnis • Mengidentifikasi aliran dari produk dan/atau layanan • Mengidentifikasi jaringan aktivitas dan penyangga dalam proses • Mengidentifikasi semua sumber daya • Mengidentifikasi struktur dan aliran informasi • Mengidentifikasi para pemilik proses 8 • Mengidentifikasi para pelaku proses dan para pembuat keputusan Ketika perusahaan dapat mengidentifikasi dan menjelaskan proses yang sudah ada, langkah selanjutnya adalah memahami berapa yang dihabiskan untuk proses tersebut dan berapa lama proses tersebut berjalan. Proses bisnis biasanya diukur dalam dimensi-dimensi berikut : • Biaya proses : total biaya proses bisnis untuk transaksi yang “pada umumnya” • Waktu proses : total waktu aktivitaas dan keputusan semua pelaku. • Kualitas proses : jumlah waktu dan biaya yang dihabiskan untuk mengerjakan kembali bagian dan layanan yang cacat. • Flexibilitas proses : kemampuan proses untuk memproduksi keluaran yang bervariasi, atau berubah di tengah tekanan lingkungan. “Flexibilitas” langsung diartikan menjadi pemanfaatan pabrik dan peralatan yang lebih baik, dan biaya tenaga kerja yang lebih rendah. Ketika proses bisnis yang ada telah dipahami benar, langkah selanjutnya adalah memikirkan cara memperbaikinya. Berikut beberapa prinsip yang umum digunakan oleh para perancang proses bisnis : • Mengganti langkah-langkah sekuensual dalam proses menjadi langkah-langkah paralel • Memperkaya pekerjaan dengan meningkatkan otoritas keputusan dan memusatkan informasi • Memungkinkan informasi dibagikan kepada seluruh peserta • Menghilangkan penyangga (penudaan keputusan dan persediaan) • Mengubah pemrosesan dan pengambilan keputusan yang dikelompokkan menjadi proses yang mengalir kontinu • Mengotomatisasi tugas-tugas keputusan apabila memungkinkan Mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya tidak otomatis akan menjamin bahwa rekayasa ulang akan selalu berhasil untuk anda dan perusahaan Anda. Banyak proyek rekayasa ulang tidak mencapai hasil terobosan dalam kinerja bisnis karena 9 perubahan-perubahan organisasional seringkali sangat sulit dikelola. Mengelola perusahaan tidaklah sederhana ataupun intuitif, dan banyak perusahaan yang melakukan rekayasa ulang membuthkan suatu strategi manajemen perubahan yang baik. 2.1.3 Perbaikan Proses : Manajemen Proses Bisnis, Manajemen Kualitas Total dan Six Sigma Rekayasa ulang proses busnis (business process reengineering – BPR) biasanya merupakan upaya satu kali, berfokus pada identifikasi satu atau dua proses bisnis strategi yang membutuhkan perubahan yang radikal. Manajemen proses bisnis dan program peningkatan kualitas menyediakan banyak kesempatan untuk perubahan proses bisnis jenis bertahap maupun kontinu. 2.1.3.a Manajemen Proses Bisnis Manajemen proses bisnis (business process management – BPM) adalah upaya untuk membantu perusahaan mengelola perubahan proses yang dibutuhkan di banyak bidang dalam bisnis tersebut. Tujuan dari BPM adalah membuat perusahaan mampu menciptakan perbaikan secara kontinu dalam banyak proses bisnisnya dan menggunakan proses-proses sebagai bahan dasar dalam membangun sistem informasi perusahaan. BPM meliputi manajemen aliran kerja, notasi permodelan proses bisnis, pengukuran dan manajemen kualitas, manajemen prubahan, dan perangkat untuk menata ulang prosesproses bisnis perusahaan ke dalam bentuk yang terstandardisasi, yang dapat dimanipulasi secara kontinu. BPM juga meliputi pemantauan dan analisis proses. Perusahaan harus memastikan bahwa kinerja bisnis telah meningkat dan mengukur dampak-dampak perubahan proses terhadap berbagai indikator kinerja kuncinya. 2.1.3.b Manajemen Kualitas dan Six Sigma Manajemen kualitas adalah bidang lain dari proses perbaikan yang kontinu. Selain juga meningkatkan efisiensi, perusahaan harus melakukan penyesuaian pada proses bisnisnya untuk meningkatkan kualitas produk, layanan dan operasionalnya. Banyak yang menggunakan konsep manajemen kualitas total (total quality management-TQM) untuk 10 menjadikan kualitas sebagai tanggung jawab semua orang dan fungsi di dalam suatu organisasi. Six Sigma adalah ukuran kualitas yang spesifik, merepresentasikan 3,4 cacat persejuta kesempatan. Semakin awal suatu masalah dalam siklus bisnis dihilangkan, semakin sedikit kerugian yang ditimbulkannya bagi perusahaan. Dengan demikian, peningkatan kualitas tidak hanya meningkatkan tingkat kualitas produk dan layanan, tetapi juga dapat menurunkan biaya. 2.1.3.c Bagaimana Sistem Informasi Mendukung Peningkatan Kualitas TQM dan six sigma dianggap lebih bertahap daripada rekayasa ualng proses bisnis. TQM biasanya berfokus pada serangkaian peningkatan yang kontinu, alih-alih ledakanledakan perubahan yang bersifat dramatis. Six sigma menggunakan perangkat analisis statistik untuk mendeteksi cacat dalam melaksanakan proses yang ada dan membuat penyesuaian kecil. Sistem informasi dapat membantu perusahaan-perusahaan mencapai sasaran kualitasnya dengan membantu perusahaan menyederhanakan produk atau proses, meningkatkan kualitas dan ketelitian rancangan dan produksi dan memenuhi standar benchmarking (penentuan tolok ukur). Benchmarking terdiri atas pengaturan standar-standar yang ketat untuk produk, layanan dan aktivitas lainnya kemudian mengukur kinerja terhadap standar tersebut. Perusahaan mungkin menggunakan standar industri eksternal, standar yang dibuat oleh perusahaan lain, standar yang dikembangkan secara internal atau kombinasi dari ketiganya. 2.2 Sekilas Mengenai Pengembangan Sistem Aktivitas yang mengarah pada pembuatan solusi sistem informasi perusahaan untuk mengatasi masalah perusahaan atau memanfaatkan kesempatan disebut pengembangan sistem (systems development). Pengembangan sistem adalah suatu jenis pemecahan masalah yang terstruktur dengan aktivitas yang jelas. Aktivitas-aktivitas ini terdiri atas analisis sistem, perancangan sistem, pemrograman, pengujian, konversi serta produksi dan pemeliharaan. 11 Proses Pengembangan Sistem 2.2.1 Analisis Sistem Analisis Sistem (system analisis) adalah analisis masalah yang dicoba diselesaikan perusahaan dengan sistem informasi. Tahap ini terdiri atas pendefinisian masalah, indentifikasi penyebab, pencarian solusi dan identifikasi kebutuhan informasi yang harus dipenuhi oleh suatu solusi sistem. Berikut tahapan kerja analis sistem : 1. Membuat peta proses (road map) dari perusahaan dan sistem yang sudah ada 2. Mengidentifikasi para pemilik dan pengguna data primer bersama dengan perangkat keras dan lunak yang sudah ada. 3. Membuat perincian masalah dari sistem yang sudah ada. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mempelajari dokumen, lembar kerja dan prosedur, mengamati operasi sistem dan mewawancarai para pengguna utama dari sistem. Analis sistem akan meliputi studi kelayakan (feasibility study) untuk menentukan apakah solusinya layak, atau dapat dicapai, dari sisi finansial, teknis dan organisasional. Studi kelayakan akan menentukan apakah sistem tersedia dan dapat ditangani oleh spesialis sistem 12 informasi perusahaan, dan apakah perusahaan dapat menangani perubahan-perubahan yang dibawa oleh sistem tersebut. 2.2.1.a Menentukan Kebutuhan Informasi Tugas analis sistem yang dapat dikatakan paling menantang adalah mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan informasi yang spesifik yang harus dipenuhi oleh solusi sistem yang dipilih. Pada tingkatan paling dasar, kebutuhan informasi (information requirement) dari sistem baru meliputi identifikasi siapa yang membutuhkan informasi apa, dimana, kapan, dan bagaimana caranya. Analis permintaan mendefinisikan dengan cermat sasaran-sasaran dari sistem yang baru atau yang telah dimodifikasi dan mengembangkan penjelasan terperinci dari fungsi yang harus dijalankan oleh sistem yang baru. Kesalahan analisis kebutuhan adalah penyebab utama kegagalan sistem dan tingginya biaya pengembangan sistem. 2.2.2 Perancangan Sistem Analisis sistem menggambarkan apa yang harus dilaksanakan oleh sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi, dan perancangan sistem (system design) memperlihatkan bagaimana sistem tersebut akan memenuhi sasaran ini. Perancangan sistem informasi adalah keseluruhan rencana atau model untuk sistem ini. Seperti cetak biru dari sebuah bangunan atau rumah, ini terdiri atas semua spesifikasi yang memberikan bentuk dan struktur sistem tersebut. Perancangan sistem menjelaskan spesifikasi sistem yang akan melakukan fungsi-fungsi yang dididentifikasi pada saat analisis sistem. Spesifikasi ini harus menangani semua komponen manajerial, organisasional, dan teknologi dari solusi sistemnya. 2.2.2.a Peran Pengguna Akhir Kebutuhan informasi pengguna mengendalikan seluruh upaya pengembangan sistem. Pengguna harus memiliki kontrol yang cukup atas proses perancangan untuk memastikan bahwa sistemnya merefleksikan prioritas bisnis dan kebutuhan informasinya, bukan bias dari staf teknisnya. Kurangnya keterlibatan pengguna dalam upaya perancangan adalah penyebab utama kegagalan sistem. 13 2.2.3 Menyempurnakan Proses Pengembangan Sistem Langkah selanjutnya dalam proses pengembangan sistem adalah menerjemahkan spesifikasi solusi yang dibuat selama analisis sistem dan merancang sistem informasi yang operasional sepenuhnya, terdiri atas langkah pemrograman, pengujian, konversi, produksi, dan pemeliharaan. 2.2.3.a Pemrograman Selama tahap pemrograman (programming), spesifikasi sistem yang disiapkan selama perancangan diterjemahkan ke dalam kode program. Sekarang banyak perusahaan membeli peranti lunak yang memenuhi kebutuhan sistem baru dari sumber luar seperti paket peranti lunak dari vendor komersial, layanan peranti lunak dari penyedia layanan aplikasi atau perusahaan alih kontrak yang mengembangkan aplikasi peranti lunak yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. 2.2.3.b Pengujian Pengujian (testing) yang mendalam dan seksama harus dilakukan untuk mengetahui apakah sistem memberikan hasil-hasil yang benar. Pengujian memakan waktu yang lama : data untuk pengujian harus dipersiapkan dengan hati-hati, hasilnya harus ditinjau kembali, dan koreksi harus dibuat ke dalam sistem. Pengujian sistem informasi dapat dibagi menjadi tiga jenis aktivitas : 1. Pengujian Unit (unit testing) Tujuan pengujian adalah menjamin bahwa pogram bebas dari kesalahan atau paling tidak pengujian harus dipandang sebagai cara untuk mencari kesalahan dalam program, berfokus dalam mencari segala cara untuk membuat program mengalami kegagalan. Setelah masalah diketahui, masalah tersebut dapat diperbaiki. 2. Pengujian Sistem (system testing) Yaitu menguji fungsi sistem informasi secara keseluruhan. Beberapa hal yang diperiksa adalah waktu kinerja, kapasitas untuk menyimpan file dan menangani beban yang berat, kapabilitas pemulihan dan kembali ke kondisi semula, dan prosedur-prosedur manual. 14 3. Uji Penerima (acceptance testing) Yaitu memberikan sertifikasi akhir bahwa sistem siap digunakan dalam situasi produksi. Pengujian sistem dievaluasi oleh pengguna dan ditinjau ulang oleh pihak manajemen. Ketika semua peserta puas karena sistem baru telah sesuai standar, sistemnya akan secara resmi diterima untuk diimplementasikan. 2.2.3.c Konversi Konversi (conversion) adalah proses perubahan dari sistem lama ke sistem baru. Empat strategi konversi yang utama dapat dilakukan : 1. Strategi Paralel (parallel strategy) Sistem lama dan calon penggantinya dijalankan bersama selama beberapa waktu sampai setiap orang merasa yakin bahwa fungsi yang baru telah berjalan dengan benar. Ktika terjadi kesalahan atau gangguan pada proses baru, sistem yang lama masih dapat digunakan sebagai cadangan. 2. Strategi Pindah Langsung (direct cutover) Mengganti sistem lama seluruhnya dengan sistem baru pada hari yang telah ditentukan. Ini adalah pendekatan yang sangat beresiko yang berpotensi menimbulkan kerugian yang lebih besar daripada menjalankan dua sistem secara paralel jika ditemukan masalah yang serius dalam sistem barunya. 3. Strategi Studi Percontohan (pilot study) Menjalankan sistem yang baru hanya dalam area yang terbatas seperti hanya satu departemen atau satu unit kegiatan. Ketika versi percontohan ini sempurna dan bekerja dengan lancar, barulah kemudian dipasang di seluruh perusahaan, secara simultan ataupun bertahap. 4. Strategi Pendekatan Bertahap (phased approach) Menjalankan sistem baru dalam setahap demi setahap, baik berdasarkan fungsi maupun unit organisasional. Perincian dokumentasi (documantation) yang memperlihatkan cara kerja sistem baik dari sudut pandang teknis maupun dari sudut pandang pengguna akhir diselesaikan selama waktu 15 konversi, untuk digunakan dalam pelatihan dan kegiatan setiap harinya. Tidak adanya pelatihan dan dokumentasi yang sepantasnya akan menimbulkan kegagalan sistem. 2.2.3.d Produksi dan Pemeliharaan Setelah sistem yang baru dipasang dan konversinya selesai dilakukan, sistem tersebut dikatakan beada dalam kondisi produksi (production). Selama tahap ini, sistem akan ditinjau ulang oleh para pengguna dan spesialis teknis untuk menentukan seberapa baik sistem ini mencapai sasarn awalnya, dan memutuskan apakah sistem tersebut perlu direvisi atau dimodifikasi. Setelah sistem dikonfigurasi dengan baik, sistem harus dipelihara ketika berada dalam kondisi produksi untuk memperbaiki kesalahan, memenuhi kebutuhan atau meningkatkan efisiensi pemrosesan. Perubahan perangkat keras, peranti lunak, dokumentasi atau prosedur dalam sistem produksi untuk memperbaiki kesalahan, memenuhi kebutuhan baru atau meningkatkan efisiensi pemrosesan disebut pemeliharaan (maintenance). 2.2.4 Permodelan dan Perancangan Sistem : Metodologi Terstruktur dan Metodologi Berorientasi Objek 2.2.4.a Metodologi Terstruktur Metodologi terstruktur telah digunakan untuk mendokumentasi, menganalisis dan merancang sistem informasi sejak 1970-an. Terstruktur (structured) berarti bahwa tekniknya adalah selangkah demi selangkah, dengan setiap langkah dibangun diatas langkah sebelumnya. Metode pengembangan terstruktur sifatnya berorientasi proses, berfokus terutama kepada pemodelan proses atau tindakan mengambil, menyimpan, memanipulasi dan mendistribusikan data seiring data tersebut mengalir melalui suatu sistem. Perangkat utama untuk merepresentasikan proses-proses komponen sistem dan aliran data diantaranya adalah diagram aliran data (data flow diagram-DFD). DFD menawarkan model grafik logis dari aliran informasi, membagi sistem ke dalam mpdul-modul yang menunjukkan tingkatan perincian yang dapat dikelola. Perangkat analisis terstruktur yang lain adalah kamus data, yang menyimpan informasi tentang bagian-bagian data dan pengelompokan data dalam sebuah sistem. Kamus data 16 mendefinisikan isi dari aliran data dan penyimpanan data sehingga pembuat sistem memahami benar potongan data mana yang dikandungnya. Spesifikasi proses (process specification) menjelaskan transformasi yang terjadi di tingkat terendah dari diagram aliran data. Spesifikasi proses menyatakan logika untuk setiap proses. Dalam metodologi terstruktur, perancangan peranti lunak dimodelkan menggunakan diagram struktur yang hierarkis. Diagram struktur (structure chart) adalah diagram atasbawah, menunjukkan setiap tingkatan rancangan, hubungannya dengan tingkatan-tingkatan lainnya, dan tempatnya dalam struktur rancangan keseluruhan. 2.2.4.b Pengembangan Berorientasi Objek Metode terstruktur berguna untuk proses pemodelan tetapi tidak menangani pemodelan data dengan baik. Metode terstruktur juga memperlakukan data dan proses sebagai entitas-entitas yang terpisah secara logis, sementara dalam dunia nyata pemisahan seperti itu tidak alamiah. Kesepakatan pemodelan yang berbeda digunakan untuk analisis (diagram aliran data) dan untuk perancangan (diagram struktur). Pengembangan berorientasi objek (object-oriented development) mengatasi masalahmasalah ini. Pengembangan berorientasi objek menggunakan objek (object) sebagai dasar dari analisis dan perancangan sistem. Sebuah objek menggabungkan data dan proses yang spesifik yang mengoperasikan data tersebut. Data yang dikelompokkan ke dalam suatu objek dapat diakses dan dimodifikasi hanya oleh operasi, atau metode yang bersesuaian dengan objek tersebut. Alih-alih memindahkan data ke prosedur, program mengirimkan sebuah pesan untuk sebuah objek untuk melakukan sebuah operasi yang telah tersimpan didalamnya. Sistemnya dimodelkan sebagai kumpulan objek dan hubungan diantaranya. Karena logika pemrosesannya tersimpan didalam objek alih-alih didalam program peranti lunak yang terpisah, objek-objek harus berkolaborasi untuk membuat sistemnya berjalan. Pengembangan berorientasi objek sifatnya lebih iteratif dan bertahap dibandingkan pengembangan terstruktur yang tradisional. Selama analisis, pembuat sistem mendokumentasikan persyaratan fungsional dari sistem, menentukan sifat-sifat terpentingnya dan apa yang harus dilakukan oleh sistem yang disarankan. 17 Fase perancangan berorientasi objek menjelaskan bagaimana objek-objek akan berperilaku dan berinteraksi satu sama lain. Sistem informasi diimplementasikan dengan mengubah rancangannya menjadi kode program, memakai ulang kelas-kelas yang sudah tersedia dalam daftar objek peranti lunak yang dapat dipakai kembali dan menambahkan objek-objek baru yang dibuat selama fase perancangan berorientasi objek. Implementasi juga dapat mencakup pembuatan basis data berorientasi objek. Sistem yang dihasilkan harus diuji dan dievaluasi secara mendalam. 2.2.4.c Rekayasa Ulang Peranti Lunak Berbantuan Komputer Rekayasa ulang peranti lunak berbantuan komputer (computer-aided software engineering-CASE) terkadang disebut rekayasa ulang sistem berbantuan komputer menyediakan peralatan peranti lunak untuk mengotomatisasi metodologi yang baru dijelaskan untuk mengurangi jumlah kerja repetitif yang harus dilakukan oleh programmer. Perangkat CASE juga memfasilitasi pembuatan dokumentasi yang jelas dan koordinasi upaya tim programmer. Perangkat CASE menyediakan fasilitas grafik otomatis untuk membuat grafik dan diagram, layar dan pembuatan laporan, kamus data, fasilitas pelaporan yang ekstensif, perangkat analisis dan pemeriksaan, pembuat kode, dan pembuat dokumentasi. Umumnya perangkat CASE mencoba meningkatkan produktivitas dan kualitas dengan melakukan hal-hal berikut : a. Menerapkan metodologi pengembangan dan disiplin perancangan yang standar b. Meningkatkan komunikasi antara pengguna dan spesialis teknis c. Mengatur dan mengorelasikan komponen-komponen rancangan dan memberikan akses cepat kepada mereka yang menggunakan penyimpanan rancangan d. Mengotomatisasi bagian analisis dan perancangan yang rentan kesalahan dan melelahkan e. Mengotomatisasi pembuatan kode dan pengujian dan mengendalikan proses implementasi Supaya penggunaannya efisien, perangkat CASE membutuhkan disiplin organisasional. Setiap anggota proyek pengembangan harus mematuhi sejumlah aturan penamaan dan standar dan juga metodologi pengembangan yang disepakati bersama. Perangkat CASE yang paling 18 baik menerapkan metode dan standar bersama, yang mungkin mempersulit penggunaan perangkat tersebut dalam situasi tanpa adanya disiplin organisasional. 2.3 Pendekatan Alternatif Pengembangan Sistem 2.3.1 Siklus Hidup Sistem Tradisional Siklus hidup sistem (system life cycle adalah metode pengembangan system informasi yang paling tua.Metodologi siklus hidup adalah pendekatan bertahap untuk membangun system, membagi pengembangan system menjadi tahapan-tahapan yang formal.Para spesialis pengembangan system mempunyai penpendapat berbeda tentang bagaimana membagi tahapan pengembangan sitem, tetapi mereka secara umum bersesuaian dengan tahapantahapan pengembangan system yang baru saja dijelaskan. Siklus hidup system masih digunakan untuk pengembangan system yang besar dan rumit yang membutuhkan keperluan analisis yang tepat dan formal, spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya, dan kendali yang ketat atas proses-prosesnya,. Tetapi, pendekatan siklus hidup system membutuhkan biaya besar, memakan banyak waktu dan tidak fleksibel. 2.3.2 Pembuatan Prototipe Pembuatan prototype (prototyping) meliputi meliputi pengembangan system uji coba yang cepat dan murah untuk dievaluasi oleh pengguna akhir.Prototipe (prototype) adalah versi system informasi atau bagian dari system yang sudah dapat berfungsi, tetapi dimaksudkan hanya sebagai model awal saja. Setelah beroperasi prototype akan lebih jauh diperhalus hingga cocok sekali dengan kebutuhan penggunanya. Ketika rancangannya telah difinalisasi, prototype dapat dikonversi menjadi system produksi yang jauh lebih baik.Proses pembuatan rancangan awal, mencobanya, memperhalusnya, dan mencobanya kembali disebut proses pengembangan system yang iterative karena langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membuat system dapat diulangi beberapa kali. 2.3.2.a Langkah – langkah dalam Pembuatan Prototipe Langkah-langkah dalam pembuatan prototype Langkah 1 : mengidentifikasi kebutuhan dasar pengguna. Perancang system (biasanya spesialis system informasi) bekerja cukup lama dengan pengguna untuk 19 mendapatkan informasi kebutuhan dasar pengguna. : Mengembangkan prototype awal. Perancang sistem dengan cepat membuat Langkah 2 prototype yang fungsional, menggunakan perangkat-perangkat untuk menciptakan peranti lunak dengan cepat. : Menggunakan prototype. Pengguna didorong untuk bekerja dengan sistem Langkah 3 tersebut untuk menetukan seberapa baik prototipe itu memenuhi kebutuhanya, dan untuk memberikan saran-saran bagaimana memperbaiki prototipe itu. : Merevisi dan memperbaiki prototipe. Pembuatan sistem mencatat semua Lanhkah 4 perubahan yang diminta pengguna dan memperhalus prototipe berdasarkan permintaan terbut. Setelah prototipe direvisi, siklusnya kembali kelangkah 3. Langkah 3 dan 4 diulangi, terus hingga penggunanya merasa puas. 2.3.2.b Keuntungan dan Kerugian dari Pembuatan Prototipe Pembuatan prototipe paling bermanfaat ketika terdapat beberapa ketidakpastian tentang kebutuhan atau solusi rancanganny, dan sering digunakan untuk merancang sistem informasi antarmuka pengguna akhir (end-user interface), atau bagian dari sistem yang berinteraksi dengan pengguna, seperti tampilan online dan layar masukan data, laporan atau halaman web. Mengidentifikasi kebutuhan dasar Langkah 1: Mengembangkan prototipe yang fungsional Langkah 2: Menggunakan Prototipe Langkah 3: Pengguna Puas Prototipe Operasional Prototipe direvisi dan diperbaiki Langkah 4: 20 2.3.3 Pengembangan oleh Pengguna Akhir Beberapa jenis sistem informasi dapat dikembangkan oleh pengguna akhir dengan sedikit bantuan formal dari spesialis teknis, atau bahkan tidak sama sekali. Fenomena ini disebut pengembangan oleh pengguna akhir (end-user development). Rangkaian peranti lunak yang dikategorikan sebagai bahasa generasi keempat membuat hal ini mungkin dilakukan bahasa generasi keempat (fourth-generation language) adalah piranti lunak yang membuat laporan atau mengembangkan aplikasi peranti lunak dengan sedikit bantuan teknis atau tidak sama sekali. Secara keseluruhan, sistem pengembangan oleh pengguna akhir dapat diselesaikanlebih cepat dari pada yang dikembangkan dengan siklus hidup sistem yang konvensional .dengan memberikan kemampuan kepada para pengguna untuk menentukan kebutuhan bisnis mereka sendiri, pengumpulan kebutuhan menjadi lebih baik dan tingkat keterlibatan pengguna menjadi lebih tinggi, dan mereka jadi lebih puas dengan sistemnya. Namun, perangkat generasi keempat masih tidak dapat mengganti perangkatperangkat lama untuk aplikasi bisnis, karena sering kali mengalami kesulitan dalam menangani pemrosesan jumlah transaksi yang banyak, atau aplikasi dengan logika procedural yang ekstensif dan kebutuhan pembaruan. Komputasi pengguna akhir juga membawa risiko bagi perusahaan karena berlangsungnya diluar mekanisme yang tradisional untuk manajemen dan kontrol sistem informasi. Ketika sistem dibuat dengan cepat, tanpa adanya metodologi pengembangan yang formal, pengajuan dan dokumentasi mungkin tidak dilakukan dengan memadai.Untuk membantu perusahaan memaksimalkan keuntungan dari aplikasi pengembanagan oleh pengguna akhir, manajemen harus mengontrol pengembangan aplikasi pengguna akhir dengan mengatur pengeluaran biaya untuk pembuatan proyek sistem informasi pengguna akhir dan menentukan peranti keras, peranti lunak, dan standar kualitas untuk setiap aplikasi yang dikembangkan oleh pengguna. 2.3.4 Paket Peranti Lunak Aplikasi dan Alih Kontrak Peranti lunak untuk sebagian besar sistem dewasa ini tidak dikembangkan sendiri , melainkan dibeli dari sumber eksternal. Perusahaan dapat menyewa peranti lunak dari penyedia layanan aplikasi, membeli peranti lunak dari vendor komersial, atau mendapatkan aplikasi berdasar permintaan yang dikembangakan oleh perusahaan luar secara alih kontrak(outsourcing).Tidak semua perusahaan diuntungkan dengan adanya alih kontrak, kerugian dari alih kontrak dapat membawa masalah serius bagi perusahaan jika alih kontrak 21 tidak dipahami dengan baik.Ketika perusahaan mengalokasikan tanggung jawab untuk mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasinya kepada perusahaan luar, perusahaan itu dapat kehilangan kontrol atas fungsi sistem informasinya.Jika prusahaan tidak memiliki keahlian untuk bernegosiasi dengan kontrak yang kuat, ketergantungan perusahaan terhadap vendor dapat memakan biaya yang sangat tinggi atau bahkan perusahaan dapat kehilangan kontrol atas arah teknologinya. Perusahaan kemungkinan besar akan diuntungkan dari alih kontrak jika benar-benar memahami kebutuhannya sendiri, mengerti benar bagaimana vendor alih kontrak akan memberikan nilai bagi perusahaan, dan mengidentifikasikan ASP yang kapabilitasnya dan sasarannya paling cocok dengan kebutuhan spesifik perusahaan. 2.4 Pengembangan Aplikasi untuk Perusahaan Digital Dalam lingkungan perusahaan digital, perusahaan perlu mampu menambah, mengganti dan menghentikan kapabilitas teknologi mereka dengan cepat untuk merespon adanya kesempatan-kesempatan baru.mereka juga lebih banyak sistem yang mengaitkan proses bisnis perusahaan lebih dekat kepada pelanggan dan pemasok. Selain menggunakan paket peranti lunak, penyedia layanan aplikasi dan layanan alih kontrak lainnya perusahaan-perusahaan lebih mengandalkan teknik siklus cepat, seperti perancangan aplikasi bersama, prototipe, dan komponen peranti lunak yang distandarisasi dan dapat dipakai ulang yang dapat dirakit menjadi kumpulan layanan yang lengkap untuk e-commerce dan e-business. 2.4.1 Rapid Application Development (RAD) Istilah pengembangan aplikasi cepat (rapid application development-RAD) digunakan untuk menggambarkan proses pembuatan sistem yang dapat dilangsungkan dalam waktu yang sangat singkat. RAD dapat mencakup penggunan pemrograman visual dan perangkat lainnya untuk membuat antar muka grafis bagi pengguna, pembuatan prototipe iterative dari elemen-elemen sistem yang terpenting, otomatisasi pembuatan kode program, dan kerjasama erat antara pengguna akhir dan spesialis sistem informasi. Terkadang teknik yang disebut desain aplikasi gabungan (joint aplikation design-JAD) digunakan untuk mempercepat pembuatan kebutuhan informasi dan mengembangkan rancangan sistem awal. Dengan JAD, pengguna akhir dan spesialis sistem informasi bersama-sama membahas rancangan sistemnya dalam sebuah sesi interaktif. Jika dipersiapkan dan difasilitasi dengan baik, sesi JAD dapat sangat mempercepat fase rancangan dan melibatkan pengguna secara intens. 22 2.4.2 Pengembangan Berbasis Komponen dan Layanan Web Untuk pembuatan peranti lunak yang lebih cepat, kelompok-kelompok objek telah dirakit untuk menyediakan kompenen peranti lunak untuk fungsi-fungsi yang umum, seperti antarmuka grafis bagi pengguna atau fungsi pemesanan online yang dapat dikombinasikan untuk membuat aplikasi bisnis berskala besar. Pendekatan terhadap pengembangan peranti lunak ini disebut pengembangan berbasis komponen (component-based development), yang membuat sistem dapat dibuat dengan merakit dan mengintegrasikan komponen-komponen peranti lunak yang tersedia . 2.4.2.a Layanan Web dan Komputasi Berorientasi Layanan Selain untuk mendukung integrasi internal dan eksternal dari sistem informasi layanan Web dapat digunakan sebagai perangkat pembuatan aplikasi sistem informasi baru atau perbaikan sistem yang ada. Layanan web dapat membuat komponen-komponen peranti lunak yang dapat diimplementasikan melalui internet dan menyediakan fungsi-fungsi baru untuk sistem perusahaan yang sudah ada, atau membuat sistem baru yang menhubungkan sistem suatu perusahaan dengan sistem lainnya. Layanan Web dapat melakukan fungsi tertentu sendiridan juga dapat menghubungi layanan Web lainnya untuk melengkapi transksi- transaksi yang lebih rumit, seperti memeriksa kredit, pengadaan atau memesan barang. Dengan membuat komponen-komponen peranti lunak yang dapat berkomunikasi dan berbagi data lintas sistem operasi bahasa pemrograman, atau perangkat klien, layanan Web menawarkan penghematan biaya yang signifikan dalam pengembangan sistem sekaligus membuka kesempatan baru untuk berkolaborasi dengan perusahaan lainnya. 23 BAB III STUDI KASUS : PENGEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN GAJI SUPIR ANGKOT DI JABODETABEK Benahi Angkutan di DKI, Ahok akan Gaji Para Sopir Rp 5 juta Per Bulan Ropesta Sitorus- detikNews Jakarta – Pemprov DKI berencana untuk membenahi sistem angkutan umum di Ibukota. Salah satu yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) adalah dengan menambah armada baru dan memperbaiki pengelolaan karyawan. Ahok menuturkan, para sopir angkutan nantinya bisa digaji dua kali UMP mulai tahun 2015. “Tahun depan bisa dapat Rp 5 juta per bulan. Karena tukang parkir saja sudah dapat 2 kali UMP,” kata Ahok kepada wartawan di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (21/11/2014). Menurut Ahok, nantinya semua angkutan akan masuk ke dalam manajemen PT TransJakarta. Angkot-angkot pun akan dikelola dengan menjadikan TransJ sebagai standar, termasuk pembayaran rupiah per kilometer kepada pengelola. “Jadi kamu ikut sistem kita rupiah per km, dan enggak usah ngetem-ngetem lagi. Nanti sopirnya dibayar per bulan. Pengusaha juga akan lebih untung karena dia akan mudah dapat kredit dari bank untuk membeli bus baru. Warga DKI juga lebih enak karena bus selalu ada kan,” terang Ahok. (ros/rmd) Angkot atau Angkutan Kota salah satu sarana transportasi utama di JABODETABEK. Tidak hanya di kota-kota besar namun juga didaerah angkot mempunyai peranan penting. Seiring dengan berjalannya waktu angkot-angkot jumlahnya mengalami kenaikan dikarenakan penambahan armada dan pembukaan jalur baru. Sayangnya dikarenakan kesulitan hidup maka rakyatpun mulai berhitung panjang mengenai biaya transportasi angkot. Akhirnya sebagian besar menilai membeli sebuah sepeda motor jauh lebih hemat dan lebih cepat daripada menggunakan sarana angkot. Disamping itu 24 kenyamanan pengguna angkot tidak diperhatikan oleh pemilik angkot. Ujung-ujungnya supir angkotlah yang kena imbasnya, setoran harus diberikan setiap kali narik dan bila kurang terpaksa dia harus nombok . Sedangkan jumlah pengguna angkot makin berkurang dikarenakan masyarakat mulai menggunakan motor dan ditambah jumlah armada meningkat, menambah persaingan antar angkot. Ironis hidup di Indonesia, negara kaya raya dengan sumber berlimpah hanya dinikmati oleh beberapa persen orang. Persaingan antar supir angkot sering terjadi hingga menimbulkan korban, mulai dari masalah sewa, setoran, saling nyalip, bentrok dengan motor atau kena tilang polisi, juga tidak lupa masalah premanisme yang sering menghantui supir angkot. Maka untuk mengatasi masalah ini, sistem dan manajemen Angkot beserta supirnya mesti dirubah. Tujuannya untuk mengembalikan fungsi angkot sebagai sarana penunjang transportasi perkotaan yang lebih efesien dan menguntungkan supir dan pengguna angkot. Pemprov DKI berencana untuk membenahi sistem angkutan umum di Ibukota. Salah satu yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok) adalah dengan menambah armada baru dan memperbaiki pengelolaan karyawan.Sistem setoran akan dihapus dan diganti dengan gaji. Sopir dan kondektur akan memperoleh penghasilan sekitar Rp3,5 juta hingga Rp5 juta. Sistem penggajiannya adalah pembayaran rupiah per kilometer dan dibayar perbulan. Dengan sistem ini, diharapkan ulah tidak disiplin pengemudi angkutan umum yang sering dikeluhkan warga bisa dikurangi. Agar sistem pembayaran gaji sopir angkot ini dapat berjalan dengan baik, akurat dan sesuai ketentuan, maka Pemerintah dan Dinas Tata Kota perlu bekerjasama dengan BPPT/Pihak kampus/pihak swasta untuk membuat Sistem Informasi, desain serta hitungan profitnya sehingga hasilnya menjadi Sistem Standar Angkot yang bisa diterapkan disetiap kota diseluruh Indonesia. Untuk membuat Sistem Informasi Penggajian ini, metode yang harus dilakukan adalah: 1. Tahap Perencanaan Pada tahapan ini dilakukan perencanaan dan pendefinisian proyek-proyek system yang dilakukan oleh staff perencana untuk mengetahui ruang lingkup aplikasi yang akan dikembangkan beserta rencana tahapan pengembangan (mulai dari nol atau prototype). 25 Misalnya adalah menentukan siapa saja yang akan menjadi user dari system informasi ini, bagaimana alur proses system ini mulai dari input database hingga mencetak slip gajinya, menentukan rumusan perhitungan gaji berdasarkan kilometer dan sebagainya. Tahap analisis Pada tahapan ini, yang harus dilakukan adalah : a. Identify, yaitu investigasi awal untuk melihat kebutuhan pengguna. b. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada. Misalnya bagaimana system kerja shift sopir. c. Analyze, yaitu mememahami sistem yang ada dengan menganalisis jabatan dan uraian tugas (business users), proses bisnis (business process), ketentuan/aturan yang ada (business rules), masalah dan mencari solusinya (business problems & solutions), business tools dan berbagai rencana perusahaan (business plans) d. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis. 2. Tahap Perancangan Membuatlah aplikasi berdasarkan rancangan yang telah dibuat. Selain aplikasi, buat juga buku panduan penggunaan aplikasi agar mudah saat melakukan training pada saat implementasi. 3. Tahap Implementasi Sebelum implementasi, persiapan secara matang mengenai perangkat keras, perangkat lunak, ruangan dan fasilitas pendukung lainnya. 4. Tahap Pemeliharaan Tahapan pemeliharaan sistem mencakup seluruh proses yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan, kelancaran, dan penyempurnaan sistem yang telah dioperasikan. Dengan demikian, apabila kebijakan Pemprov DKI dan Sistem Informasi Penggajian Sopir Angkot ini bisa diterapkan, maka jumlah angkot akan berkurang, lebih efesien, tertib, supir tidak stress, sebagian supir bisa jadi petugas tiket, para supir hidupnya lebih sehat, penumpang lebih banyak, dan terjadi penurunan jumlah kendaraan motor dan mobil pribadi dikarenakan sistim perangkotan sudah baik. Masyarakatpun bisa lebih berhemat atau membelanjakan uangnya untuk keperluan lain, disini uang akan berputar lebih baik lagi, Pemda setempat yang menerapkan sistim ini akan mendapat profit harian dengan jumlah besar yang mungkin hasilnya bisa ditabung untuk membuat mass transit berupa kereta listrik (pakai masinis atau komputer). 26 BAB IV PERTANYAAN & JAWABAN KASUS BAB 3 PERTANYAAN & JAWABAN KASUS 1. Buat laporan analisis sistem tentang sistem pembayaran sopir angkot di wilayah Jakarta yang ada selama ini. Apa saja masalah yang muncul dari sistem tersebut? Faktor manajemen, organisasi, dan teknologi apa saja yang menyebabkan berbagai masalah tersebut? Apa saja sasaran dan kebutuhan informasi dari solusi sistem yang baru? Selama ini, system pendapatan sopir angkot adalah dengan mencari penumpang sebanyak mungkin karena mereka harus memberikan setoran kepada pemilik setiap kali narik dan bila jumlahnya setorannya kurang, sopir harus menanggung rugi dengan membayar sendiri kekurangannya. Masalah yang timbul dari system ini adalah persaingan antar supir angkot sering terjadi hingga menimbulkan korban, mulai dari masalah sewa, setoran, saling nyalip, bentrok dengan motor atau kena tilang polisi, juga tidak lupa masalah premanisme yang sering menghantui supir angkot. Masalah ini timbul karena faktor ekonomi dimana supir selalu dituntut untuk membayar setoran dalam jumlah yang pas, dan factor manajemen yang masih belum baik dalam mengatur jadwal dari supir sehingga sering terjadi persaingan rebutan penumpang dan saling nyalip. Dengan adanya solusi system yang baru, sasarannya adalah menghapuskan system setoran dan digantikan dengan system penggajian perbulan. Diharapkan dengan adanya solusi system yang baru ini, dapat menurunkan tingkat kecelakaan dan kemacetan di jalan raya karena terjadi penurunan jumlah kendaraan motor pribadi dikarenakan system perangkotan sudah baik. Informasi yang dibutuhkan dalam system ini adalah data supir angkot, data angkot yang dipakai , data rute perjalanan dan data jumlah kilometer yang ditempuh. 2. Sebagai bagian dari laporan Anda, buatlah diagram dari proses bisnis Compatible Payroll untuk membayar gaji sopir angkot! Forward 27 Sopir Angkot Mulai Mencatat Jumlah Kilometer Laporan Jumlah Kilometer Staff Gaji Pimpinan Laporan Jumlah Kilometer Mencatat Laporan Jumlah kilometer Merekap dan Menghitung Jumlah Kilometer Pembuatan Slip dan Pembagian Gaji Menerima Gaji Slip Gaji Slip Gaji Membuat Laporan Penggajian Laporan Penggajian Laporan Penggajian Selesai 28 3. Jelaskan peran dari pengguna akhir dan spesialis teknis dalam menganalisis dan mengembangkan solusi! Perusahaan-perusahaan membentuk suatu organisasi jasa informasi yang terdiri dari para spesialis informasi untuk menyediakan keahlian dalam pengembangan sistem informasi. Berikut peran pengguna akhir (end user) dan spesialis teknis tersebut : 1. EDP Manager ( Manajer pengolahan data elektronik ) Peran yang dilakukan oleh para manajer : 1. Fungsi Manajemen 2. Peran Manajerial 3. Keahlian Manajemen 4. Keahlian komunikasi 5. Keahlian pemecahan masalah 6. Pengetahuan Manajemen : • Mengerti komputer (Computer literacy) • Mengerti informasi (Information literacy) 2. System Analysts (Analis system) Analis sistem memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengembangan sistem. Pada dasarnya seorang analis sistem melakukan hal-hal berikut: • Berinteraksi dengan pelanggan untuk memahami kebutuhan sistem yang akan di gunakan • Berinteraksi dengan desainer untuk mengemukakan antarmuka yang diinginkan atas suatu perangkat lunak • Berinteraksi ataupun memandu programer dalam proses pengembangan sistem agar tetap berada pada jalurnya • Melakukan pengujian sistem baik dengan data sampel atau data sesungguhnya untuk membantu para penguji • Mengimplementasikan sistem baru/sistem usulan yang akan digunakan perusahaan • Menyiapkan dokumentasi berkualitas 29 3. Database Administrator (Pengelola Database) Peran Database Administrator mencakup pengembangan dan desain strategi database, pemantauan dan meningkatkan kinerja dan kapasitas database, dan perencanaan kebutuhan pengembangan di masa depan. DBA mungkin juga merencanakan, mengkoordinasi dan melaksanakan langkah-langkah keamanan untuk menjaga database. 4. Spesialis Jaringan (Network Specialist) Spesialis jaringan bekerja dengan analis sistem dan pengguna dalam membuat jaringan komunikasi data yang menyatukan sumber daya komputasi yang menyebar. Spesialis jaringan akan menggabungkan keahlian dari bidang-bidang komputasi maupun telekomunikasi. Memelihara jaringan yang memenuhi persyaratan untuk aplikasi-aplikasi berbasis Web adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan, karena sebagian besar komunikasi terjadi di luar batasan perusahaan. 5. Programmer (Pembuat Program) Programer menggunakan dokumentasi yang dibuat oleh sistem analis untuk membuat kode program komputer yang mengubah data menjadi informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Beberapa perusahaan menggabungkan fungsi sistem analis dan programer, menciptakan suatu posisi analis programer. 6. Operator / User (Pemakai) Operator menjalankan peralatan komunikasi berskala besar, seperti komputer mainframe dan server, yang biasanya berlokasi dalam fasilitas komputasi perusahaan. Operator akan memonitor konsol, mengganti kertas printer, mengelola perpustakaan pita dan disk penyimpanan data, serta melakukan tugas-tugas lain yang serupa. End User harus dapat menempatkan diri didalam tim proyek dengan mengembangkan system informasi organisasi. Partisipasi end user langsung pengaruh yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan informasi dan mengurangi perbedaan potensial end user. 30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Membangun sistem informasi adalah suatu bentuk perubahan terencana dalam perusahaan yang melibatkan banyak orang dalam perusahaan. Empat jenis perubahan teknologi yang dapat dilakukan adalah otomatisasi, rasionalisasi prosedur, rekayasa bisnis, pergeseran paradigma, dengan perubahan-perubahan yang besar membawa resiko dan imbalan yang besar pula. Banyak perusahaan berusaha melakukan rekayasa bisnis untuk merancang ulang aliran kerja dan proses bisnis mereka, dengan harapan dapat melakukan terobosan dalam segi produktivitas secara drastis. Sistem informasi juga dapat digunakan untuk mendukung manajemen proses bisnis, manajemen kualitas total, six sigma, dan inisiatif lainnya untuk memperbaiki proses secara bertahap. 2. Aktivitas-aktivitas inti dalam pengembangan sistem adalah analisis sistem, pemrograman, pengujian, konversi, produksi, dan pemeliharaan. 3. Beberapa metode alternative yang dapat digunakan untuk mengembangkan sistem informasi, yang masing-masing tepat untuk jenis masalah yang berbedan yaitu: ‐ Siklus hidup sistem, yang mengharuskan sistem informasi dikembangkan dalam tahapan-tahapan yang sangat formal. ‐ Pembuatan prototipe terdiri atas pembuatan sebuah sistem ujicoba dengan cepat dan murah untuk digunakan dan dievaluasi oleh pengguna akhir. ‐ Mengembangkan sistem informasi menggunakan oaket peranti lunak aplikasi dapat menghilangkan perlunya membuat program peranti lunak sendiri. ‐ Pengembangan oleh pengguna akhir atau dengan sedikit bantuan dari spesialis sistem informasi. ‐ Alih kontrak meliputi pemanfaatan jasa vendor eksternal untuk membuat (atau mengoperasikan) sistem informasi perusahaan. Pemilihan dari pendekatan pengembangan sistem dapat berdampak besar terhadap waktu, biaya, dan produk akhir dari pengembangan sistem serta perlunya mewaspadai keunggulan dan kelemahan dari setiap pendekatan pengembangan sistem dan jenis masalah yang paling tepat untuk setiap pendekatan. 31 4. Dua prinsip metodologi untuk permodelan dan perancangan sistem informasi ‐ Metodologi terstruktur berfokus pada proses permodelan struktur dan data secara terpisah. ‐ Pengembangan berorientasi objek memodelkan sistem sebagai kumpulan objek yang menggabungkan proses dengan data. 4.2 Saran Dalam pengembangan sebuah sistem, sudah selayaknya kita dan mengetahui sistem apa yang sedang dikembangkan, mengenal elemen serta prosedurnya, dan mengetahui tujuan serta sasaran dari pengembangan sistem tersebut. Serta memfokuskan pada informasi apa serta seperti apa yang ingin mdisampaikan, hal-hal tersebut akan menunjang kemajuan sebuah pengembangan sistem. 32 DAFTAR PUSTAKA Laudon, Kenneth. C. Janne P. Laudon. Management Information System, “Managing The Digital Firm: 10th Edition (2011). 33