Uploaded by User26234

Fenomena Sosial Vandalisme

advertisement
FENOMENA SOSIAL VANDALISME
A.
Pengertian Vandalisme
Vandalisme didefinisikan sebagai kegiatan iseng dan tidak bertanggung jawab dari beberapa
orang yang berperilaku cenderung negatif. Kebiasaan ini berupa coret-coret tembok, dinding atau obyek
lain agar dapat dibaca secara luas, berupa tulisan nama orang, nama sekolah, nama gank atau tulisantulisan lain tanpa makna yang berarti. Vandalisme telah merujuk kepada tabiat seseorang yang
membinasakan harta benda orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi vandalisme ialah perbuatan merusak
dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya).
Menurut kamus Webster, definisi vandalisme ialah willful or malicious destruction or defacement of thing
of beauty or of public or private property. Artinya, perusakan atau menjadikan jelek dengan sengaja
terhadap benda-benda yang indah serta benda-benda yang menjadi fasilitas umum atau milik pribadi.
Vandalisme dalam perspektif sosiologis, dapat dijelaskan sebagai berikut (Kedaulatan Rakyat,
26/1/15) yaitu :
1. Dalam pandangan patologi sosial, vandalisme merupakan bentuk penyimpangan norma.
Pelajar mengalami disorientasi karena dalam usianya yang labil, mereka menghadapi
kontestasi nilai yang saling berbenturan, sehingga menyebabkan kebimbangan dalam mencari
rujukan bertindak. Pendapat Yasraf A Pilliang (2003) tentang turbulensi sosial, dapat
menjelaskan keadaan penuh ketidakstabilan (disorder), sehingga terjadi goncangan sosial, karena
ketidaksejajaran nilai-nilai yang ditanamkan dalam institusi pendidikan seperti keluarga, sekolah,
masyarakat dan media.
2. Vandalisme merupakan salah satu ritual geng pelajar.
Di dalam geng ada tukang vandal/bomber, yang bertugas melakukan coret-coret berupa
vandal tags gengnya (Sidik Jatmiko, 2010). Coretan dengan menimpa/ngebom nama geng lain
dapat memprovokasi tawuran antargeng. Memutus rantai vandalisme sangat dilematis manakala
keberadaan geng masih diawetkan oleh pelajar. Vandalisme oleh geng pelajar bisa jadi
merupakan konstruksi identitas, ekspansi teritori dan reproduksi kekerasan antargeng.
3. Vandalisme dapat dipahami sebagai reaksi, bentuk protes, perlawanan simbolik sekaligus
negosiasi pelajar dengan kekuatan eksternal yang menimbulkan ketegangan.
Vandalisme merupakan eskapisme yaitu mekanisme pelajar melepaskan diri dari
ketegangan sosial yang akumulatif. Kegelisahan akan problematika kehidupan pelajar bagaikan
sumbatan pada bottleneck (leher botol), yang jika tidak terurai dapat menghasilkan ekspresi
spontan dan agresif.
4. Vandalisme terjadi karena distorsi komunikasi antargenerasi, antara anak dengan orangtua dan
antara siswa dengan guru. Distorsi terjadi manakala terdapat hambatan dalam mengartikulasikan
aspirasi.
5. Vandalisme juga dapat dibaca sebagai bentuk tontonan (spectacle) bagi khalayak.
Selain mengutamakan appearance dalam dunia sosial riil, pelaku vandalisme juga
menampilkan ‘karya’ mereka melalui media sosial (dunia maya). Pelajar sebagai bagian dari anak
muda (youth) dikonstruksikan secara sosial (social constructed) dalam multiposisi, yaitu sebagai
subjek perubahan (agent of change), aktor kekerasan, pelaku vandalisme, maupun korban
konsumerisme.
B.
Penyebab Terjadinya Vandalisme
Pelaku vandalisme ini sebenarnya sudah termasuk kegiatan kejahatan ringan, karena sifatnya
merugikan pihak tertentu dan mengganggu kenyamanan umum. Kebanyakan pelaku vandalisme adalah
kalangan remaja yang sedang tumbuh dengan kematangan yang masih rendah dan sedang masih mencari
identitas diri atau jati dirinya.
Umumnya terdapat beberapa sebab berlakunya gejala vandalisme di kalangan remaja yaitu :
1. Sikap diri remaja itu sendiri
Remaja melakukan vandalisme kerana mereka memiliki sikap tidak acuh terhadap kehidupan
keseharian. Remaja juga tidak memikirkan masalah yang akan dihadapi oleh orang banyak dan
kerugian yang ditimbulkan dari aksinya.
2. Sikap negatif dari keluarga
Sikap negatif keluarga juga turut menjadi faktor penyebab remaja melakukan vandalisme.
Kebiasaan orang tua tidak menegur sikap anak yang bersikap tidak baik, Jika orang tua tidak
mengambil tindakan yang seharusnya untuk menghentikan sikap negatif anak, hal ini akan
berpengaruh apabila mereka berada di luar rumah. Oleh itu, seharusnyanya orang tua memberi
pendidikan agama dan moral kepada anak-anak sejak kecil agar mereka tidak bersikap negatif.
3. Pengaruh teman
Sebagian dari pada permasalahan vandalisme adalah kerana pengaruh teman. Umumnya remaja
memilih akan teman yang baik agar mereka terdorong untuk turut melakukan hal yang baik juga.
Jika remaja salah memilih teman, pasti mereka akan terjerumus dalam kegiatan negatif seperti
vandalisme.
C.
Dampak Vandalisme
Banyak diantara para remaja yang tidak mengetahui dampak buruk dari aksi vandalisme ini yang
tentunya sangat merugikan baik dirinya sendiri maupun orang lain. Dampak buruk yang ditimbulkan oleh
aksi vandalism yaitu :

Perusakan lingkungan, dari pengertian diatas kita mengetahui bahwa vandalisme adalah tindakan
perusakan terhadap segala sesuatu yang indah atau terpuji. Maka dari itu dengan adanya aksi ini
maka lingkungan yang seharusnya indah terawat akan rusak dan terbengkalai.

Mengganggu ketertiban, tidak hanya rusaknya lingkungan, namun ketertiban juga akan terganggu
akibat adanya ulah aksi vandalisme ini karena pada dasarnya remaja yang melekukan vandalisme
akan melanggar tata tertib yang ada sehingga tujuan mereka untuk melakukan vandalisme pun
tercapai.

Mengganggu kenyamanan orang lain, remaja yang berulah vandalisme tentunya akan menggangu
kenyamanan orang lain. Misalnya perusakan fasilitas umum yang disebabkan oleh aksi
vandalisme remaja, maka hal ini akan mengganggu kenyamanan orang lain yang akan
menggunakan fasilitas tersebut.
D.
Contoh Fenomen Sosial Vandalisme
Seperti yang terjadi di Museum Lampung. Pemandangan hasil “kreatif” tangan tangan jahil
seperti itu bisa ditemui di bangunan sejarah Lamban Pesagi di Kawasan Museum Ruwa Jurai Provinsi
Lampung. Beragam coretan memenuhi bangunan rumah adat masyarakat Lampung yang jadi ikon
Museum Lampung. Mulai dari tiang pancang bangunan, dinding, tangga, hingga lumbung padi yang
berada di bagian belakang, tidak luput dari aksi vandalisme yang mayoritas berisi pesan cinta (Prasetyo,
2014).
Para pendaki yang seharusnya menjaga keindahan alam justru melakukan tindakan Vandalisme
dengan melakukan aksi corat-coret, seperti yang terjadi di gunung Lawu (Anonim, 2011).
Download