BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kenakalan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenakalan merupakan tindakan yang acap kali terjadi dalam suatu
kelompok masyarakat. Tindakan tersebut pada mulanya biasa terjadi dalam
keluarga yang kemudian terbawa hingga ke pergaulan sosial sehingga
menciptakan berbagai bentuk kenakalan sosial lain. Kenakalan merupakan
tindak yang pada dasarnya biasa dilakukan oleh kalangan remaja mengingat
kecenderungan seseorang manusia pada masa remaja mengalami masa pubertas
yang jika dilalui tanpa adanya pendampingan terhadap remaja tersebut maka
sering kali muncul gejala pemberontakan terhadap lingkungan di sekitarnya.
Pengaruh modernisme serta globalisasi yang semakin merajarela
memungkinkan bentuk kenakalan remaja tersebut menjadi lebih beragam, seperti
cyber pornografi, tindakan seksual menyimpang berupa lesbian, homoseksual,
biseksual, dan berbagai macam kenakalan lainnya. Salah satu dari kenakalan
remaja tersebut ialah vandalisme yang merupakan tindak perusakan akan
properti baik publik maupun pribadi lewat penghancuran maupun corat-coret
semata. Kartini Kartono menyatakan bahwa tindak kenakalan tersebut akan
menjadi kejahatan remaja (juvenile delinquency) yang mana merupakan produk
dari kondisi masyarakat dengan segala pergolakan sosial didalamnya.1 Kejahatan
tersebut pada akhirnya akan menjadi salah satu penyakit sosial masyarakat atau
penyakit sosial, yang berarti segala tingkah laku yang dianggap tidak sesuai,
1
Kartini Kartono, 2014, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Rajawali Press, Jakarta, hlm 4.
2
melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak bisa
diintegrasikan dalam pola tingkah-laku umum. Penyakit sosial sendiri dapat
disebut sebagai disorganisasi sosial, karena gejala berkembangnya menjadi ekses
sosial akan menggangu keutuhan dan kelancaran berfungsinya organisasi sosial
yang pada puncaknya akan menimbulkan disintegrasi sosial berakibat
kehancuran pada suatu masyarakat dan bangsa.
Menurut Rahardjo suatu bangsa dapat melakukan bunuh diri yang dimulai
dari perilaku asosial yang sangat sederhana, hingga mencapai tindakan berskala
besar yang merusak2. Lalu apakah kaitan dari bunuh dirinya suatu bangsa yang
diserukan oleh Satjipto Rahardjo dengan tindakan vandalisme yang lebih
menjurus ke pembahasan akan ketertiban dan keteraturan kota. Kemunculan
perilaku asosial yang terkesan sederhana ini acap kali disepelekan oleh banyak
pihak di masyarakat dan memungkinkan menjadi salah satu sumber menuju
tindak bunuh diri suatu bangsa yang berupa kerusakan bagi generasi yang ada
didalamnya, keterkaitan tersebut tentunya dapat disimpulkan bahwa melalui
keterangan akan persoalan penyakit dan disintegrasi sosial.
Pada sejarahnya Bangsa Indonesia telah mengadakan kesepakatan akan
bersatu menjadi sebuah negara dimana didalamnya terdapat berbagai aturan hasil
ciptaan dari pemerintah sebagai perwakilan yang telah diberi mandat oleh
masyarakat. Berbagai
bentuk
aturan
yang dimaksud ditujukan
untuk
menciptakaan dan menjaga keamanaan, kesejahteraan, dan segala hal yang
mampu menjaga ketertiban masyarakat dengan baik. Oleh karena itu, pemerintah
2
Satjipto Raharjo, 2010, Penegakan Hukum Progresif, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta,
hlm 88.
3
dan masyarakat sewajarnya tak akan mau mengarahkan bangsa dan diri mereka
menuju “bunuh diri” seperti yang dikatakan Rahardjo. Berdasarkan pandangan
tersebut muncul berbagai macam kaedah sosial dalam kehidupan masyarakat
dari sisi kepercayaan, kesusilaan, sopan santun hingga ke ranah hukum sebagai
peraturan yang memiliki sanksi.
Kaedah sosial pada dasarnya merupakan bentuk perumusan suatu
pandangan mengenai sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan maupun
yang tidak boleh dilakukan. Kaedah sosial ini yang akan mencegah berbagai
macam gangguan terhadap kepentingan manusia, sehingga kepentingan tersebut
akan terlindungi. Kaedah ini ada yang berbentuk tertulis maupun diturunkan
secara lisan dari mulut ke mulut antar generasi. Hukum pidana sendiri terletak
pada ranah kaedah hukum yang melindungi lebih lanjut kepentingan manusia,
dimana kaedah sosial lain seperti kepercayaan, kesusilaan, serta sopan santun
belum dapat secara tegas melindunginya. Kaedah hukum serta sopan santun
merupakan kaedah yang berasal dari luar diri manusia, dimana masyarakatlah
yang secara resmi mendapatkan kuasa untuk memberi sanksi3.
Hukum pidana sendiri merupakan seperangkat aturan yang diciptakan oleh
pemerintah sebagai perwakilan untuk melindungi keberadaan masyarakat
sendiri, oleh karena itu hukum pidana disebut sebagai hukum public yang mana
terdapat berbagai macam institusi didalamnya untuk mengadakan apa yang
disebut sebagai penegakan hukum. Hal ini disebabkan tindakan yang memenuhi
delik dalam hukum pidana sudah pasti akan meresahkan bagi masyarakat luas.
3
Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Penerbit Liberty, Yogyakarta,
hlm 4-13.
4
Dengan demikian, dibentuklah sanksi yang di dalamnya terkandung proses
pemenuhan kebutuhan penegakan hukum. Dapat dikatakan bahwa pertentangan
hak dan kewajiban yang terjadi didalam hukum pidana bukan lagi merupakan
pertentangan antar individu satu dengan yang lain, akan tetapi telah menjadi
pertentangan antar individu dengan masyarakat sebagai kumpulan dari banyak
individu.
Vandalisme merupakan bentuk kegiatan yang acap kali diabaikan oleh
masyarakat karena dianggap sebagai bentuk kenakalan kecil yang tak begitu
berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Ragam bentuk kegiatan vandalisme
telah berakar begitu kuat menghidupi nadi kerusakan yang terjadi pada sarana
dan prasarana milik publik seperti bangunan-bangunan kota. Vandalisme ialah
tindakan yang dapat terjadi lewat peristiwa perusakan fasilitas publik seperti
telepon umum, rel kereta api, jalan raya sampai ke toilet umum. Sederet tindak
vandalisme tersebut seringkali dianggap remeh dihadapan khalayak, padahal
tindak vandalisme menarik untuk dikaji melalui suatu proses penelitian.
Menurut kriminolog George L. Kelling dan Cathrine M. Coles dalam
Gladwell mengemukakan teori akan mengapa hal remeh temeh dapat
mempengaruhi suatu fenomena sosial yang lebih besar, keduanya menyebut
teori tersebut sebagai Broken Windows.Berdasarkan teori ini diketahui bahwa
kriminalitas merupakan akibat tak terelakkan dari ketidakteraturan. Menurut
Teori Broken Windows, jika sebuah jendela di suatu rumah pecah namun
dibiarkan saja maka orang yang lewat didepannya akan menarik kesimpulan
bahwa tak ada yang mempedulikan tempat tersebut atau bahwa rumah tersebut
tidak berpenghuni. Dalam waktu singkat akan muncul kembali jendela lain yang
5
pecah, hingga pada gilirannya mengakibatkan tindakan anarki lain yang semakin
meluas. Para kriminolog tersebut menyimpulkan bahwa dengan segala bentuk
pelanggaran kecil seperti tindak vandalisme maka hal tersebut akan menjadi
suatu pemantik untuk terjadinya kejahatan yang lebih serius lagi.4
Teori penyebaran epidemi kejahatan ini kemudian diterapkan oleh pihak
kepolisian
New
York
pada
kisaran
Tahun
80-an
untuk
melakukan
penaggulangan atas kriminalitas yang begitu memuncak dengan melakukan
pencegahan sekaligus pembersihan dari akar permasalahan kejahatan berupa halhal kecil seperti vandalisme. Sangat menarik bilamana aplikasi akan teori
tersebut diterapkan dalam masyarakat kota tempat penulis menjalani pendidikan
hukum sebagai semangat dari keingginan membentuk penanggulangan terhadap
vandalisme yang lebih baik lagi.
Tentunya setiap masyarakat memiliki budaya masing-masing dan sudah
menjadi hal yang wajar bila masalah yang menimpa struktur sosial warga yang
ada di Amerika Serikat dalam hal ini di Kota New York dapat saja terjadi di
Kota Yogyakarta dimana permasalahan tersebut akan sangat berbeda faktorfaktor penyebabnya, karena keadaan sosial yang terjadi di masyarakat selalu
bergerak
dengan
dinamis,
namun
bukan
tidak
mungkin
kesempatan
penanggulangan akan vandalisme seperti yang terjadi di New York, Amerika
Serikat tetap berpotensi diterapkan di Indonesia khususnya Kota Yogyakarta
dalam upaya mendukung penegakan hukum sejak dini untuk tujuan mencegah,
mengendalikan, memberantas segala bentuk tindak pelanggaran seperti
4
Malcolm Gladwell, 2000, The Tipping Point, Bagaimana Hal-Hal Kecil Berhasil Membuat
Perubahan Besar, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 176.
6
vandalisme. Oleh karena itu penulis tertarik mengkaji lebih lanjut lagi
bagaimana sebenarnya kegiatan vandalisme terjadi di lingkungan wilayah Kota
Yogyakarta yang telah menjadi pusat dari pergerakan kesenian dan menjadi
cermin budaya Nusantara mengingat terdapat keterkaitan diantara seni dengan
pergerakan vandalisme, tentu menjadi hal yang patut digaris bawahi juga apakah
sebenarnya arti dari vandalisme itu sendiri, apakah cukup dengan kegiatan coratmencoret tembok semata?
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk vandalisme, serta motif apa sajakah yang
melatarbelakangi seseorang melakukan tindak vandalisme di Kota
Yogyakarta?
2. Bagaimanakah penanggulangan yang telah dilakukan terhadap tindak
pidana vandalisme di Kota Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini ditetapkan
sebagai berikut:
1. Mengkaji ragam bentuk vandalisme yang pada umumnya terjadi dengan
vandalisme yang beredar secara luas, juga mengidentifikasi dan
menganalisis berbagai motif yang melatarbelakangi seseorang melakukan
tindak vandalisme di Kota Yogyakarta.
7
2. Mengkaji penanggulangan yang telah dilakukan dalam upaya mencegah
dan mengendalikan tindak vandalisme sebagai suatu kejadian pelanggaran
hukum pidana.
D. Keaslian Penelitian
Fenomena terkait perusakan dari vandalisme memang sudah dikenal lama
dalam masyarakat namun istilah akan tindakan vandalisme itu sendiri di
Indonesia baru marak didengar akhir-akhir ini. Berdasarkan hasil pengkajian
terkait penelitian yang ada, maka ditemukan beberapa hasil kajian terkait
vandalisme yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian ini telah
dilakukan oleh akademisi atau peneliti terdahulu diantaranya ialah:
1. Penulisan hukum yang dilakukan oleh Nana Rosita Sari NIM. E1106155
yang disusun untuk melengkapi persyaratan guna meraih derajat sarjana
dalam Ilmu Hukum pada Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan
judul “Efisiensi Penindakan Aksi Vandalisme terhadap Ruang Publik di
Kota Surakarta”, dimana permasalahan yang dibahas didalamnya terkait
bagaimana
Pemerintah
Daerah
Surakarta
mengatasi
berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh aksi Vandalisme. Hasil penelitian
ini menyimpulkan bahwa penindakan terhadap aksi vandalisme di Kota
Surakarta oleh Polisi Pamong Praja belum terlaksana secara baik.
Demikian juga prosedur penindakan aksi vandalisme masih belum
efisien.5
5
Nana Rosita Sari, 2010, “Efisiensi Penindakan Aksi Vandalisme terhadap Ruang Publik di Kota
Surakarta”, Penulisan Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
8
2. “Kromonisasi Vandalisme”, Siasat Seni Komunitas Jogja Street Art
Graffiti dalam Merebut Ruang Publik, merupakan penelitian lain yang
bertemakan isu vandalisme dalam ruang lingkup Sosiologi Agama.
Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Iqbal Muttaqin NIM 03541446
dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Fokus penelitian ini lebih
menitikberatkan pada pengkajian vandalisme dalam bahasan sosial
religius dan kemudian menjadikan suatu komunitas masyarakat tertentu
saja yang menjadi objek penelitian dalam hal perebutan ruang publik
sebagai sasaran aksi vandalisme.6
Berdasarkan kajian diatas maka tentu dengan jelas dapat ditemukan
adanya kesamaan objek penelitian yaitu tindak vandalisme.
Akan tetapi,
perbedaan yang begitu mendasar khususnya menyangkut hal yang terkait tentang
perspektif penelitian penulis yang berfokus kepada penanggulangan atas tindak
vandalisme dan perbedaan lokasi yang menjadikan keaslian antar penelitian satu
dengan yang lainnya tetap terjaga.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan nantinya memberi beberapa kegunaan baik
yang bersifat praktis maupun teoritis. Beberapa kegunaan hasil penelitian yang
diharapkan tersebut ialah:
6
Muhammad Iqbal Muttaqin, 2009, “Kromonisasi Vandalisme”, Siasat Seni Komunitas Jogja Street
Art Graffiti dalam Merebut Ruang Publik, Skripsi, Fakultas Usluhuddin, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
9
1. Secara Praktis
Penelitian ini berdasarkan kemanfaatan praktis akan menambah
sumber pustaka terkait mengenai lingkup permasalahan vandalisme
yang saat ini masih jarang ditemukan dalam ranah kepustakaan di
Indonesia. Tentunya kemanfaatan praktis lain berhubungan dengan
pencapaian tujaun utama penelitian yaitu untuk memberikan informasi
berharga sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak penyusun
kebijakan yang berwenang melaksanakan sekaligus menegakkan
peraturan terkait tindak vandalisme dalam memberi perlindungan bagi
masyarakat dari ragam dampak negatif yang berupa kerusakan,
ketidaknyamanan, keresahan, gangguan ketertiban dan keamanan baik
yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari
perbuatan para pelaku terhadap berbagai bentuk tindak vandalisme. Disamping itu, kegunaan praktis lain yakni memberikan informasi
berharga mengenai ragam dampak tindak vandalisme yang cenderung
merugikan kepada warga masyarakat khususnya remaja sebagai
generasi muda agar tidak ikut tertarik melakukan perbuatan pelanggaran
hukum ini.
2. Secara Teoritis
Penelitian akan tindak vandalisme ini juga memberikan manfaat
berupa kesadaran akan bagaimana persoalan paling mendasar di yang
sering ditemukan pada masyarakat terutama kalangan remaja terkait
kenakalan dan keisengan yang dilakukan hingga kemudian berdampak
negatif pada kejahatan yang lebih serius. Hasil penelitian nantinya
10
diharapkan dapat menimbulkan alternatif solusi dan gagasan yang
berharga dalam memberikan berbagai informasi untuk kepentingan
penyusunan atau penyempurnaan peraturan daerah sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan kejadian beragam bentuk tindak
vandalisme tersebut terutama bagi kalangan remaja sebagai generasi
muda penerus bangsa yang lebih berkualitas dan berkarakter.
F. Sistematika Penulisan
Agar memudahkan pengkajian terhadap penulisan hukum ini maka penulis
menyusun sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud
terdiri dari lima bab yang menjelaskan hal penelitian secara terinci. Uraian
kelima bab tersebut diperinci sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan dijelaskan terlebih dahulu mengenai uraian latar
belakang
yang
pertimbangan
menunjukkan
berbagai
permasalahan
sebagai
bahan
mengapa tema tentang penindakan hukum terhadap berbagai
bentuk tindak vandalisme di lingkungan Kota Yogyakarta perlu diteliti. Pada
bab ini juga dijelaskan secara terinci tentang batasan rumusan masalah
penelitian, penetapan tujuan penelitian, keaslian penelitian, kegunaan penelitian
dan susunan sistematika penelitian yang dilaksanakan.
Kesemua penjelasan
tersebut yang dikemukakan penulis pada bagian Bab I ditujukan untuk dapat
menunjukkan keterkaitan antar sub bagian satu dengan lainnya dalam rangka
menguatkan alasan yang mendasar tema ini penting diteliti.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka dijelaskan tentang pengertian umum
vandalisme, berbagai bentuk tindak vandalisme dan motif yang mendasarinya
sebagai kejadian melanggar hukum berdasarkan teori yang secara luas
ditemukan di berbagai kalangan masyarakat di dunia. Uraian lain pada bab ini
menyangkut mengenai bahasan teoritis pengertian penindakan hukum hingga
mencapai pembahasan terakhir yaitu penanggulangan terhadap berbagai bentuk
tindak
vandalisme. Berdasarkan hasil bahasan berbagai literatur terkait
kemudian pada bagian akhir bab tinjauan pustaka diuraikan mengenai kerangka
berpikir yang digunakan sebagai batas ruang gerak pelaksanaan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada uraian Bab III diterangkan secara rinci mengenai metode penelitian
yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ditetapkan sebelumnya.
Pada Bab III diuraikan bahwa penelitian yang dilakukan akan dikaji melalui
pendekatan yuridis normatif kemudian dilengkapi yuridis sosiologis. Penjelasan
lain yang dikemukakan pada bab ini ialah mengenai jenis penelitian yang
dilakukan, cara pengumpulan data, lokasi penelitian, populasi dan responden, alat
penelitian, jalannya penelitian, serta analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV dikemukakan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
secara terinci.
Pada bab ini dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan yang
berkenaan dengan kajian berupa perbandingan antar tindak vandalisme yang terjadi
di Yogyakarta dengan teori yang berlaku secara umum.
Selain itu, juga
12
dikemukakan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang motif pelaku tindak
vandalisme dan
penindakan hukum yang dilakukan oleh aparat berdasarkan
perspektif Dinas Ketertiban Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta.
Uraian
keterangan yang terkait pembahasan masalah penelitian yang bersumber dari
informan kunci yaitu dari beberapa pandangan aktivis pergerakan seni terutama
yang beraliran street art terhadap tindak vandalisme juga dikemukakan untuk
melengkapi pembahasan hasil penelitian dalam bagian ini..
BAB V PENUTUP
Pada bagian Berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis
terhadap hasil penelitian dan pengkajian penulisan hukum.
Pada sub bagian
kesimpulan, penulis menjelaskan tentang pernyataan yang merupakan jawaban atas
rumusan masalah yang diteliti.
Di samping itu, pada sub bagian kesimpulan
dikemukakan penjelasan atas tujuan penelitian yang ditentukan.
Pada sub bab
saran diuraian beberapa pernyataan atau informasi yang penting direkomendasi
untuk jadi bahan masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam hal
penanggulangan tindak vandalisme khususnya oleh Satuan Polisi Pamong Praja,
Dinas Ketertiban di wilayah Yogyakarta.
Download