KOLOKIUM PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM TEKSTIL DI JAKARTA Jl. Ks. Tubun No.2-4, Kota Bambu Sel., Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat Disusun Oleh : Priscilla Famungai / 615160146 Kelas : DI – C Dosen Pembimbing : Drs. Aing Nayadilaga, M.T. Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanagara 2019 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................. BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah..…………………………………………………….... 1.2. Identifikasi Masalah Perancangan…….……………………………………….. 1.3. Batasan Masalah……………………….………………………………………. 1.4. Tujuan dan Manfaat Perancangan……….………………………………...…... 1.5. Metode Perancangan …………………….………………………………...….. BAB II : TINJUAN 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Pengertian Desain Interior…………………………………………………… 2.1.2. Pengertian Museum…………………………………………………………… 2.1.3. Sejarah Perkembangan Museum……………………………………………… 2.1.4. Peran Museum di Abad Ke-21……………………………………………… 2.1.5. Fungsi Museum……………………………………………………………… 2.1.6. Persyaratan Museum …………………………………………………………… 2.1.7. Jenis Museum …………………………………………………………………… 2.1.8. Cara Mendirikan Sebuah Museum ……………………………………………… 2.1.9. Struktur Organisasi Museum ……………………………………………………… 2.1.10. Jenis – Jenis Pameran Yang Ada Di Museum ……………………………… 2.1.11. Sistem Penyajian Koleksi ……………………………………………………… 2.2. Tinjauan Khusus 2.2.1. Profil Museum Tekstil 2.2.2. Struktur Organisasi Museum Tekstil 2.2.3. Sejarah Museum Tekstil 2.2.4. Fungsi Museum Tekstil 2.2.5. Tugas Museum Tekstil 2.2.6. Pengelompokan Koleksi Museum Tekstil III. Daftar Pustaka…….…………………….……………………………………....4 BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Museum Tekstil merupakan sebuah cagar budaya yang secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia. Museum ini telah berdiri sejak tahun 1978 di Indonesia, dan terus menambah koleksi tekstilnya. Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini mempunyai koleksi-koleksi yang terhitung banyak, yaitu sekitar 1.000 buah. Sejak pertama diresmikannya museum tekstil, museum tekstil tidak mengalami renovasi yang signifikan. Hal ini mempengaruhi daya tarik dari museum tekstil di Jakarta. Keistimewaan museum ini terletak pada koleksi-koleksinya yang kebanyakan merupakan koleksi tekstil tradisional Indonesia. Dengan kekayaan dan keindahan tekstil tradisional Indonesia, museum tekstil seharusnya dapat menampilkan keunikannya melalui interior ruangnya. Namun, hingga kini, museum ini belum menampilkan ragam budaya yang Indonesia miliki. Memasuki revolusi industry ke-4, orang-orang dapat mengakses informasi dengan sangat mudah melalui internet handphone, tablet, maupun komputer. Dengan kecepatan mengakses internet pada era millennial, informasi yang dihasilkan dari internet bisa saja salah karena tidak di validasi oleh kelembagaan. Maka, museum tekstil sebenarnya memiliki peranan yang sangat penting untuk menjadi tempat yang dapat memberikan informasi dengan benar, dan relatif menggunakan teknologi baru agar menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. b. Identifikasi Masalah Perancangan 1 i. Bagaimana museum tekstil dapat menarik generasi millennials untuk mengunjungi Museum Tekstil di Jakarta. ii. Bagaimana menerapkan budaya lokal Indonesia pada Museum Tekstil di Jakarta. iii. Bagaimana museum tekstil dapat tetap eksis di era revolusi industry ke-4. iv. Bagaimana aktifitas pemakai dapat terpenuhi dalam desain ruang. v. Bagaimana menerapkan edukasi secara desain ruangnya. vi. Bagaimana mendesign ruangan yang akan memberikan pengalaman bagi pengunjung Museum Tekstil? c. Batasan Masalah Proposal ini adalah mengenai perancangan interior museum tekstil yang berada di Jakarta. Perhatian saya adalah untuk merancang museum tekstil yang dapat menaikkan kinerja dan produktifitas kerja, baik dalam kenyamanan, segi estetika, pemilihan furniture, dan layouting. Ruang yang akan dirancang dalam museum tekstil ini adalah: 1. Ruang Lobby 2. Ruang Tunggu 3. Ruang Pameran / Exhibition Hall 4. Functional Hall / Ballroom 5. Bathroom d. Tujuan dan Manfaat i. Menmbuat interior yang menarik bagi millennials ii. Menciptakan interior yang dapat memberikan suasana yang memberikan pengalaman bagi pengunjung Museum Tekstil 2 iii. Dapat memberikan inovasi baru dengan membawa kearifan local untuk generasi milenial iv. Dapat merancang elemen interior dan furniture yang sesuai dan dapat mendukung kenyamanan pengunjung dalam perencanaan Museum Tekstil v. Dapat menerapkan pencahayaan, penghawaan, akustik, serta sistem keamanan yang sesuai standar pada perencanaan museum e. Metode Perancangan a. Tahap Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Literatur Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literature, jurnal, paper dan bacaan – bacaan yang ada kaitannya dengan judul perancangan. 2. Observasi Teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitin dan peninjauan langsung ke lapangan. 3. Programming Penyusunan data – data yang telah disurvey kemudian disesuaikan dengan standart kenyamanan kantor. 4. Konsep desain Rancangan tema, gaya yang telah disesuaikan dengan programming. b. Tahap Pengumpulan Gambar Kerja dan Gambar Presentasi 3 1. Metode pengumpulan gambar kerja meliputi: - Site plan - Layout plan - Layout furniture - Layout floor - Ceiling plan - Potongan - Tampak - Perspektif 2. Metode pengumpulan gambar presentasi meliputi: - Layout furniture denah khusus - Tampak potongan berwarna - Perspektif interior berwarna - Aksonometri - Skematik material dan warna 4 BAB II TINJAUAN 2.1. TINJAUAN UMUM 2.1.1. Pengertian Desain Interior Desain Interior adalah karya arsitek / desainer yang khusus menyangkut bagian dalam bangunan, bentuk - bentuknya sejalan dengan perkernbangan dan teknologi yang dalarn proses perancangan selalu dipengaruhi unsur - unsur geometris setempat dan kebiasaan - kebiasaan sosial yang diwujudkan dalam gaya - gaya kontemporer ( Suptandar, Desain Interior : Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Desain Interior dan Arsitektur 1999, Hal. 11 ) 2.1.2. Pengertian Museum Kata “museum” berasal dari kata Muse yang berasal dari bahasa latin, yaitu Museon, yang merupakan tempat para muse ( sembilan dewi Yunani ). Kesembilan dewi Yunani adalah putri —putri Zeus dan Minemosye, memiliki arti dewi ingatan. Pengertian museum sesuai dengan perumusan ICOM ( International Council Of Museums ) yaitu suatu badan kerjasama professional dibidang permuseuman yang didirikan oleh kalangan profesi permuseuman dari seluruh dunia, adalah sebagai berikut: Museum adalah sebuah lembaga yang, bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum; yang mengumpulkan, merawat dan memamerkan, untuk tujuan - tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan, benda - benda bukti material manusia dan lingkungannya. 5 Melengkapi pengertian museum seperti yang dimaksud diatas ICOM mengakui berikut ini sebagai sesuatu yang sesuai dengan definisi di atas: a. Lembaga - lembaga konservasi dan ruangan - ruangan pameran yang tetap diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat kearsipan b. Peninggalan dan tempat - tempat alamiah, arkeologis dan etnografis, peninggalan dan tempat - tempat bersejarah lainnya yang mempunyai corak museum, karena kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan dan komunikasinya dengan masyarakat. c. Lembaga - lembaga yang memamerkan mahluk - mahluk hidup seperti kebun - kebun tanaman dan binatang, akuarium, mahluk dan tetumbuhan Iainnya, dan sebagainya d. Suaka alam e. Pusat - pusat pengetahuan dan planetarium Maka menurut definisi diatas, ternyata pengertian Museum luas. Museum, baik yang bergerak ilmu dibidang ilmu pengetahuan so§ial maupun yang bergerak dibidang ihnu pengetahuan alam dan teknologi merupakan unit – unit pelaksana teknis dalam kerangka administrasi perlindungan dan pengawetan peninggalan sejarah dan alam. Berikut ini adalah bahasan pendefinisian tentang tidak museum menurut ICOM, yaitu: a. Museum merupakan badan yang tetap, mencari keuntungan dan harus terbuka untuk umum - Museum berbeda dengan koleksi pribadi milik perorangan yang hanya dapat dilihat dan dinikmati oleh kalangan tertentu saja. Museum harus merupakan suatu badan hukum. 6 b. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untuk kepentingan perkembangannya - Museum merupakan sarana sosial budaya. c. Museum memperoleh atau menghimpun barang - barang pembuktian tentang manusia dan lingkungannya. Perkataan manusia disini harus diartikan luas. Manusia sebagai mahluk biologis yang mengalami evolusi beribu tahun dan manusia sebagai mahluk kultural juga telah meninggalkan bahan - bahan pembuktian sejarah kebudayaan dan peradabannya, - Pada jaman dahulu orang selalu mengatakan bahwa nuseum merupakan tempat barang antik. Tatapi seiring dengan kemajuan industri yang sangat cepat pada bidang ilmu dan teknologi, manusia mulai menghimpun semua benda - benda hasil penemuan teknologi. d. Museum memelihara dan Inengawetkan koleksinya untuk digunakan sebagai sarana komunikasi dengan pengunjungnya - preservasi dan presentasi atau pemeliharaan dan penyajian adalah dua kata untuk menggambarkan dua pokok kegiatan yang khas bagi setiap museum. Untuk kedua macam kegiatan itu telah dikembangkan spesialisasi pengetahuan dan ketrampilan metodologis dan teknis. e. Kegiatan - kegiatan dibelakang layar dan kegiatan yang kelihatan oleh umuni, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah, dan peragaan, kesemuanya itu adalah untuk study, education and enjoyrnent ( studi, pendidikan dan kesenangan ) - Bersenang - senang sambil belajar itulah tujuan sebenarnya museum dalam melayani pengunjungnya. Apabila kita 7 menamakan museum sebagai objek pariwisata, maka harus dikaitkan dengan faktor pendidikan seumur hidup. Rekreasi yang sehat berarti mengendurkan bagian - bagian dari tubuh kita dari kelelahan setelah bekerja keras tetapi tetap menambah pengetahuan yang bersifat spiritual yaitu menambah pengetahuan sambil bersantai, menikmati pemeran kesenian untuk menambah perasaan - perasaan keindahan dengan tujuan memperhalus budi dan nurani kita. 2.1.3. Sejarah Perkembangan Museum Pada masa perkembangan museum, museum memiliki banyak perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi sebagai dan barang, tempat menyimpan benda warisan budaya yang bernilai luhur dan dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi ke fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas. Manusia mempunyai satu naluri yang alamiah, yaitu " naluri untuk melakukan pengumpulan (collecting instict) ". Sejak 85.000 tahun lalu, diketahui manusia merupakan tukang penyimpan, hal ini terbukti oleh hasil penelitian arkeolog dalam gua - gua di Eropa, dimana pernah berdiam manusia Neanderthal ( lembah neander ). Di dalam gua ini, ditemukan kepingan – kepingan yang disebut oker, fosil kerang beraneka bentuk, serta batu – batuan yang berbentuk aneh. Koleksi – koleksi manusia kuno ini merupakan penyajian pertama yang disebut “ Curio Cabinet “ dan merupakan yang paling tua. Nama curio cabinet ini dipakai sebagai nama museum dalam sejarahnya yang pertama. 8 Perkembangan ini meningkat pada jaman pertengahan yang disebut museum koleksi pribadi milik para pangeran ( the princes ) para bangsawan, pelindung dan pecinta seni budaya yang kaya dan makmur, serta para pecinta ilmu pengetahuan. Koleksi - koleksi tersebut mencerminkan adanya benda - benda khusus yang menjadi minat dan perhatian orang - orang tersebut. "Museum" ini jarang dibuka untuk masyarakat umum, karena koleksinya merupakan ajang prestise dari pemiliknya dan oleh sebab itu mereka hanya memperlihatkan koleksinya kepada sahabat - sahabat dekat atau orang terpandang lainnya. Dengan memiliki suatu galeri yang besar atau curio cabinet yang luas akan meyakinkan bahwa sang pernilik memiliki kekayaan, kedudukan serta kekuasaan untuk memperoIeh benda - benda tersebut dalam perjalanannya ke negeri - negeri asing atau membayar utusan - utusan guna melakukan ekspedisi penyelidikan dan pengumpulan benda - benda. Indonesia memiliki sejarah kegiatan ilmu dan kesenian yang lebih tua dari negara – negara lain di Asia Tenggara. Hal ini berkaitan dengan sejarah jaman kolonialisme dan imperialism. Pada abad ke 18 Eropa ditandai dengan kegiatan – kegiatan untuk memajukan ilmu dan kesenian. Pada hal ini, Belanda juga tidak ingin ketinggalan. Tokoh – tokoh V.O.C. di Hindia Timur pada tanggal 24 April 1778 telah mendirikan Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen dengan slogan Ten Nutte van het Gemmen di Batavia ( Jakarta ). Perkumpulan untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan dengan slogan " untuk kepentingan umum” ini ternyata maju pesat. Sebelum ada pembagian yang tegas antara ilmu - ilmu alam, sastra dan budaya, maka koleksi yang dirawat di museum juga meliputi kedua bidang ilmu tersebut. Pada tahun - tahun berikutnya Bataviaasch Genootschap mengkhususkan diri dalarn ilmu bahasa, ilmu bumi, ilmu bangsa - bangsa Hindia Timur dan negeri - negeri sekitarnya. 9 Bataviaasch Genootschap mempunyai kedudukan penting, bukan saja perkumpulan ilmiah tetapi juga karena para anggota pengurusnya merupakan tokoh - tokoh penting dari lingkungan pemerintahan, perbankan dan perdagangan. Bataviaasch Genootschap .juga bertindak sebagai badan penasehat pernerintah Hindia Belanda untuk hal - hal yang menyangkut pengetahuan tentang sejarah dan adat istiadat penduduk pribumi dan penduduk non eropa lainnya. 2.1.4. Peran Museum di Abad Ke-21 Setelah terjadinya Revolusi Industri, dunia permuseuman berubah dengan cepat. Masa kini adalah masa dimana nilai historis kekayaan budaya harus dipertahankan, sebuah dunia di mana pencatutan telah didahulukan dari aksesibilitas koleksi, sebuah dunia di mana museum dari semua jenis dan ukuran dan di semua lokasi berada dalam bahaya, karena kurangnya sumber daya keuangan diperlukan untuk mempertahankannya, untuk melanjutkan kegiatan pendidikan mereka dalam pelayanan masyarakat, dan untuk mengembangkan program penelitian dan pelatihan mereka. Dalam masa ketidakpastian dan kengerian ini, International Cpuncil of Museums (ICOM) dan jaringan profesional sedunia ada di sini untuk membantu mereka yang membela museum, warisan, budaya, dan tujuan perdamaian. Di sisi lain, museum tetap menjadi sumber penting dan jaringan sumber daya untuk interaksi afirmatif, menyatukan beragam sejarah manusia, berbagi kreativitas dan prestasi, serta warisan kolektif semua orang. Dalam karya terbarunya tentang harta Palmyra yang tak tergantikan, Paul Veyne mengingatkan kita bahwa: 'Knowing or only wanting to know one culture, one’s own, is condemning oneself to live at a standstill' (Veyne 2015: 141). 10 Di masa perubahan museum ini, museum harus semakin merefleksikan peran etisnya. Merestitusi karya seni telah menjadi isu sentral bagi museum tertentu, dan pendekatan diplomatik harus diambil untuk mengurangi ketegangan seputar permintaan semacam itu. Permasalahannya sekarang adalah pada masa kini, museum didalam masyarakat adalah ruang publik vital yang harus ditujukan kepada semua masyarakat, dan karena itu dapat memainkan peran penting dalam pengembangan ikatan dan kohesi sosial, membangun kewarganegaraan, dan merefleksikan identitas kolektif. Museum harus menjadi tempat yang terbuka untuk semua orang dan berkomitmen untuk akses fisik dan budaya untuk semua, termasuk kelompok yang kurang beruntung. Mereka dapat membentuk ruang untuk refleksi dan debat tentang isu-isu historis, sosial, budaya dan ilmiah. Museum juga harus menumbuhkan rasa hormat terhadap hak asasi manusia dan kesetaraan gender. Semua museum di semua negara harus mendorong museum untuk memenuhi semua peran itu. Dalam kasus lain, warisan budaya masyarakat adat terwakili dalam koleksi museum. Museum harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mendorong dan meningkatkan dialog dan pengembangan hubungan konstruktif antara museum dan masyarakat adat mengenai pengelolaan koleksi tersebut. dan. jika layak, dikembalikan atau dikembalikan sesuai dengan hukum dan kebijakan yang berlaku. 2.1.5. Fungsi Museum Sebagai ringkasan yang bertolak dari definisi museum rumusan ICOM, ada 10 fungsi museum, yaitu: 1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya 11 2. Dokumentasi, informasi dan penelitian ilmiah 3. Konservasi dan preservasi 4. Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat umum 5. Pengenalan dan penghayatan kesenian 6. Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa 7. Visualisasi warisan alam dan budaya 8. Cerminan tumbuhnya dan berkembarignya peradaban umat manusia 9. Menggugah semangat untuk seakin bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan YME 10. Rekreasi dan berbagai aktivitas masyarakat 2.1.6. Persyaratan Museum Untuk mendirikan suatu museum yang baik perlu dipenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut akan menjadikan suatu museum yang baru dapat berfungsi dengan baik, sesuai yang termaksud pengertian, fungsi, maupun tujuan museum. Untuk mendirikan suatu museum yang baik, seharusnya diawalai dengan kegiatan studi kelayakan. Bila hasil studi tersebut ternyata layak untuk mendirikan museum, makes perlu diperhatikan persyaratan - persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebagai bahan perencanaan pembangunan museum tersebut yang terdiri dari: A. Persyarutan Lokasi Museum - Lokasi museum harus strategis. Strategis disini tidak berati harus berada di pusat kota atau pusat keramaian kota, melainkan tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum 12 - Lokasi museum harus sehat. Yang dimaksud lokasi yang sehat adalah : o Lokasi tidak terletak di daerah industri yang banyak polusi udara. o Bukan daerah yang berlumpur / tanah rawa atau tanah berpasir, dan elemen - elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara lain: Kelembaban udara setidak - tidaknya harus terkontrol mencapai kenetralan yaitu antara 55 sampai 65 persen. B. Persyaratan Bangunan Selain memenuhi persyaratan lokasi Museum, persyaratan untuk membangun gedung museum-pun harus diperhatikan. Dalam pembuatan pra-desain gedung museum harus sudah dipikirkan ruangan-ruangan yang diperlukan museum (pembagian ruangan. jumlah dan ukuran ruangan, factor elemen iklim yang berpengaruh dan sirkulasi udara yang baik, juga untuk masalah sistim penggunaan cahaya). Sebaiknya dalam mendirikan gedung museum jangan hanya memikirkan kemegaban atau keindahan bangunan yang mungkin hanya akan menjadi monument bagi arsiteknya, tetapi bangunan tersebut harus sanggup menyelamatkan objek museum, personil museum, dan pengunjung museum. Kesan bangunan museum tidak perlu angker, dingin, tetapi harus punya kesan hangat dan 13 penampilan arsitektur museum sebaiknya dapat menjangkau lapisan masyarakat atas, menengah, dan bawah. Persyaratan minimal bangunan terdiri dari 2 komponen yaitu syarat – syarat umum dan syarat- syarat khusus, yaitu adalah: 1. Syarat – syarat umum a. Bangunan dikelompokan dan dipisahkan mcnurut: - Fungsi dan aktifitasnya - Ketenagaan dan keramaian - Keamanan b. Pintu masuk utama (main enterance) adalah untuk pengunjung museum c. Pintu masuk khusus (service enterance) untuk lalu lintas koleksi, bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang - ruang pada bangunan khusus d. Area publik terdiri dari: - Bangunan utama ( pameran tetap dan pameran temporer ) - Auditorium; keamanan / pos jaga; gift shop dan kafetaria; ticket box dan penitipan barang; lobby / ruang istirahat ; toilet; taman dan tempat parkin e. Area semi publik terdiri dari: 14 - Bangunan administrasi ( termasuk perpustakaan dan ruang rapat ) f. Area pivate terdiri dari: - Laboratorium konservasi - Studio reparasi - Storage dan ruangan studio koleksi 2. Syarat – syarat khusus a. Bangunan utama ( pameran tetap dan pamcran temporer) harus : - Dapat memuat benda - benda koleksi yang akan dipamerkan - Mudah dicapai baik dari luar maupun dari dalam - Merupakan bangunan penerima yang memiliki daya tarik sebagai bangunan dikunjungi pertama oleh yang pengunjung museum - Mempunyai yang baik, konstruksi, sistem baik keamanan dari spesifikasi segi ruang untuk mencegah rusaknya benda – benda secara alami ( cuaca dan lain – lain ) maupun dari segi kriminalitas dan pencurian. b. Bangunan auditorium harus: - Mudah harus dicapai oleh umum 15 - Dapat dipakai untuk ruang pertemuan diskusi dan ceramah c. Bangunan khusus terdiri dari: laboratorium konservasi; studio reparasi; storage; dan studio koleksi. Bangunan ini harus: - Terletak pada daerah tenang - Mempunyai pintu masuk khusus - Memiliki system keamanan yang baik (terhadap kebakaran, kerusakan, insek, dan kriminalitas) yang menyangkut segi – segi konstruksi maupun spesifikasi ruang. d. Bangunan administrasi harus: - Terlletak pencapaian strategis terhadap umum maupun bangunan- bangunan lain - Mempunyai pintu masuk khusus C. Persyaratan Koleksi Museum Setelah persyaratan lokasi dan bangunan museum diutarakan maka persyaratan berikutnya yang perlu dibicarakan adalah persyaratan koleksi museum. Sebelum membahas tentang persyaratan koleksi museum sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu tentang pengertian koleksi museum. Hal ini bertujuan untuk menghindari persepsi yang berbeda. 16 Yang dimaksud koleksi museum adalah sekumpulan benda – benda bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan satu atau berbagai bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Persyaratan koleksi Penentuan persyaratan koleksi suatu museum diperlukan, karena belum ada keseragaman persyaratan koleksi baik untuk museum pemerintah maupun museum swasta. Untuk mendapatkan keseragaman persyaratan koleksi, maka diperlukan syarat – syarat sebagai berikut: Koleksi museum harus: a. mempunyai nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai estetika) b. Harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis dan fungsinya c. Harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung nilai sejarah d. Dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk benda alam); e. Harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu berbentuk dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah f. Harus merupakan benda yang asli, bukan tiruan g. Harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan (masterpiece) 17 h. Harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya. D. Persyaratan Peralatan Museum Sebelum membahas persyaratan untuk peralatan museum perlu terlebih dahulu dikemukakan tentang pcngertian peralatan museum. Yang dimaksud dengan peralatan museum adalah setiap alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan administratif dan teknis permuseuman. Peralatan museum secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Peralatan kantor Peralatan kantor adalah setiap alat atau benda bergerak yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan - kegiatan administratif perkantoran museum 2. Peralatan teknis adalah setiap jenis alat atau benda bergerak yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan - kegiatan teknis perkantoran museum. Adapun peralatan kantor yang harus dimiliki oleh suatu museum tidak ubahnya dengan peralatan kantor yang diperlukan oleh instansi lain pada umumnya, misalnya : mesin ketik, mesin hitung, mesin stensil, mesin fotocopy, komputer, almari, filling cabinet, rak buku, pcti besi, cardex, papan fulls, meja kcrja, meja tamu, telepon, peralatan kebersihan ( contoh mesin penyedot debu ), mesin pemotong rumput, dan lain lain. Sedangkan peralatan teknis museum yang diperlukan bagi suatu museum meliputi peralatan 18 untuk bidang koleksi antara lain untuk penelitian koleksi misalnya kamera dan tape recorder; peralatan konservasi dan preparsi, misalnya mikroskop; peralatan untuk bidang bimbingan misalnya sound sistem, slide proyektor dan overhead proyektor. E. Persyaratan Organisasi Dan Ketenagaan Berdasarkan tugas dan fungsi museum , maka seharusnya setiap museum mempunyai susunan organisasi sebagai berikut: 1. Bagian tata berhubungan usaha, menagani dengan kegiatan registrasi, yang ketertiban / keamanan, kepegawaian dan keuangan 2. Bagian koleksi, berhubungan menangani dengan kegiatan pelaksanaan yang identifikasi, ldarifikasi, katalogisasi koleksi, menyusun konsepsi yang berhubungan dengan kegiatan presentasi serta penelitian / pengkajian yang berhubungan dengan kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat ilmiah dan populer mempersiapkan bahan untuk label 3. Bagian konservasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan perawatan koleksi yang bersifat preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu di ruang koleksi dan gudang srta penanganan laboratorium konservasi. 4. Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan restorasi koleksi, 19 reproduksi, penataan pameran dan penanganan bengkel reparasi 5. Bagian bimbingan dan edukasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan bimbingan edukatif kultural, penerbitan yang bersifat ilmiah dan populer serta penanganan audiovisual 6. Bagian pengelolaan serta perpustakaan, menangani kegiatan yang berhubungan dengan kepustakaan / referensi. Setiap bagian tersebut diatas, dipimpin oleh seorang kepada atau koordinator yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum. Susunan organisasi dan tata kerja museum tergantung tingkat kedudukan dan status museum. Berdasarkan organisasi dan tata kerja museum sebagaimana tersebut dalam butir – butir diatas, maka jelaslah bahwa personil museum merupakan unsur utama yang menggerakan museum sehingga aktif tidaknya suatu museum, berhasil serta bermanfaatnya suatu museum, semuanya itu bergantung pada kecakapan dan kemampuan personil museum. 2.1.6. Cara Mendirikan Sebuah Museum Sebelum menguraikan cara - cara mendirikan museum terlebih dahulu perlu diketahui tentang tujuan mendirikan museum baik secara umum maupun khusus. Dengan adanya tujuan - tujuan tersebut maka akan dapat ditentukan jenis museum. Untuk itu perlu diketahui tentang jenis - jenis dan status museum. 20 A. Jenis dan status museum Jenis museum bermacam - macam dan dapat ditinjau dan berbagai segi. Yang paling sering ditinjau yaitu dari segi koleksi. Jenis museum dapat juga ditinjau dari segi penyelenggaraan dan kedudukan museum. Menurut kolelcsi yang dimiliki, jenis museum dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu Museum Umum dan Museum Khusus. Museum Umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material aengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Sedangkan Museum Khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Apabila koleksi suatu museum dapat mewakili dua kriteria atau lebih, maka museum khusus tersebut berubah menjadi museum umum. Museum yang memiliki bagian dari salah satu cabang - cabang tersebut sudah tentu termasuk Museum Khusus. Jadi museum khusus itu banyak sekali " sub " jenisnya. Beberapa contoh museum khusus yang ada di Indonesia adalah: Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda ( termasuk museum sejarah ) juga Museum ABRI Satria Mandala ( museum sejarah khusus ), Museum Geologi, Museum Etnobotani, Museum Tekstil, Museum Wayang dan Museum Bahari. Menurut kedudukannya, museum dapat dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Museum Nasional Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material menusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional 21 2. Museum Provinsi Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material menusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum itu berada 3. Museum Lokal Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material menusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada. Menurut penyelenggaranya, museum terbagi menjadi: 1. Museum Pemerintah Adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah. Meseum ini dapat lagi menjadi museum yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. 2. Museum Swasta Adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta. B. Tujuan Telah dijelaskan diatas bahwa tujuan pokok mendirikan museum adalah untuk melestarikan dan memanfaatkan bukti material manusia dan lingkungannya. Selain itu juga untuk ikut serta membina dan mengcmbangkan seni, ilmu, dan teknologi dalam rangka peningkatan penghayatan nilai budaya dan kecerdasan kehidupan bangsa. C. Perencanaan 22 Sebelum mendirikan sebuah museum perencanaan yang matang harus dipikirkan juga. Perencanaan tersebut berisi tentang jenis museum yang akan didirikan, lokasi, kcndaan tanah, bangunan, koleksi, surat - surat perijinan dan sebagainya. Untuk itu perlu dibuat sebuah masterplan yang baik. Dalam perencanaan tersebut menjelaskan tentang: 1. Jenis Museum Jenis museum harus ditentukan terlebih dahulu, apakah museum itu museum umum atau museum khusus. Kalau museum khusus apakah museum sejarah, museum biologi, museum keramik dan sebagainya. Penentuan tentang jenis museum yang akan didirikan ini sangat penting karena menyangkut tindakan selanjutnya, baik bangunan maupun koleksi yang diadakan serta kebijaksanaan lainnya. 2. Koleksi Setelah jenis museum direncanakan, maka selanjutnya dapat direncanakan koleksi - koleksi yang diadakan. Setelah menentukan jenis koleksi yang akan diadakan atau direncanakan, harus pula diadakan pembatasan atau seleksi sesuai dengan tujuan dan kemempuan biaya yang tersedia. Perlu kita ketahui bahwa koleksi museum dapat diperoleh dengan cara hibah atau pemberian, imbalan jasa dan tukar menukar. 3. Lokasi Museum bukan didirikan untuk kepentingan pendirinya, tetapi untuk kepentingan masyarakat umum, baik pelajar, mahasiswa, ilmuwan wisatawan, dan masyarakat umum lainnya. 23 Olch karena itu mendirikan sebuah museum harus di tempat / lokasi yang mudah dijangkau oleh pengunjung. Kecuali museum memorial atau museum sejarah, yang akan menjelaskan suatu peristiwa telah terjadi disuatu tempat atau bang unan tersebut akan ditampilkan sebagimana terjadinya peristiwa itu. Maka untuk hal tersebut tidak perlu memenuhi persyaratan lokasi menurut ilmu permuseuman. Lokasi biasanya sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan biasanya tidak hanya satu kemungkinan tetapi ada beberapa alternatif. Untuk itu harus dipilih tempat lokasi yang terbaik untuk pendirian museum. 4. Bangunan Bangunan untuk sebuah museum tidak sama dengan bangunan untuk sebuah rumah tinggal atau sebuah toko. Bangunan museum harus berdasarkan persyaratan tertentu seperti telah diuraikan diatas. Untuk itu perlu perencanaan yang matang. a. Bentuk bangunan Perlu dipilih bentuk bangunan museum merupakan bentuk tradisional atau modern atau gabungan keduanya. Bentuk dan besar bangunan ini sedapat mungkin harus disesuaikan dengan besar dan banyaknya koleksi yang direncanakan. Disamping itu harus pula disesuaikan dengan kemarnpuan atau dance yang ada. b. Bagian - bagian atau ruangan - ruangan yang akan. Dibangun 24 Ruangan - ruangan yang akan dibangun harus disesuaikan dengan tujuan dan koleksi yang akan dikumPulkan c. Luas bangunan d. Bahan - bahan yang akan digunakan 5. Peralatan Setelah ditentukan rencana jenis museum didirikan, termasuk bangunan yang akan maka serta koleksi yang diadakan, selanjutnya perlu direncanakan pula tentang peralatan yang akan diadakan, balk peralatan teknis maupun peralatan kantor. Peralatan teknis perlu untuk menunjang kegiatan pokok museum yaitu parneran, pemberian informasi, perawatan clan kegiatan kuratorial. Sedangkan peralatan kantor perlu diadakan sebagai penunjang kegiatan sehari - hari dalam rangka fungsionalisasi museum. 6. Ketenagaan Faktor ketenagaan merupakan hal yang penting dari suatu organisasi. Demikian pula sebuah museum akan tampil baik / bogus atau buruk disebabkan oleh faktor ini, disarriping itu tentu saja faktor biaya. Untuk sebuah museum diperlukan tenaga yang mempunyai keahlian tertentu. Disamping tenaga yang menguasai soal - soal teknis perrnuseuman dan ilrnil yang menunjang, yang penting pula adalah tenaga managerial. Banyak museum yang gagal menjalankan misinya disebabkan oleh rnenagemen yang tidak baik. Maka diperlukan tenaga pekerja yang sudah ahli dalam bidang managemen dan dibentuk sebuah struktur organisasi dalam sebuah museum. 25 Berdasarkan tugas dan fungsi museum, maka sayangnya setiap museum mempunyai susunan organisasi sebagai berikut: 1. Bagian tata usaha, menangani kegiatan ang berhubungan dengan registrasi, ketertiban /keamanan, kepegawaian, dan keuangan 2. Bagian koleksi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan identifikasi, klarifikasi, katalogisasi koleksi. Menyusun konsepsi yang berhubungan dengan kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat ilmiah dan popular serta mempersiapkan bahan untuk label 3. Bagian Konservasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan perawatan koleksi yang bersifat preventif dan kreatif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu di ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium konservasi 4. Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, dan penanganan bengkel preparasi. 5. Bagian bimbingan dan publikasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan bimbingan edukatif cultural, penelitian yang bersifat ilmiah dan popular serta penanganan peralatan audiovisual 6. Bagian pengelolaan perpustakaan, menangani kegiataan yang berhubungan dengan kepustakaan/referensi Setiap bagian tersebut dipimpin oleh seorang kepala atau koordinator yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum Susunan Organisasi dan tata kerja museum, tergantung tingkat 26 kedudukan dan status museum. Berdasarkan organisasi dan tata kerja museum sebagaimana tersebut dalam butir-butir diatas, maka personil museum merupakan unsur utama yang menggerakan museum. 2.1.9. Struktur Organisasi Museum 2.1.10. Jenis – Jenis Pameran Yang Ada Di Museum Museum dapat dikatakan sebagai institusi permanen yang melayani kebutuhan public dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat. Dengan peran tersebut, museum adalah sebagai istitusi terbuka untuk pameran. Pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas. Pameran di museum terdiri dari beberapa jenis, yaitu: • Pameran Permanen (Tetap): diadakan di ruang pameran utama museum dan berlangsung lama, baru kemudian dapat diadakan perubahan dan renovasi, pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun. • Pameran Temporer: pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu dan dalam variasi waktu yang singkat dari satu minggu sampai satu tahun dengan meng ambil tema khusus mengenai aspek- aspek tertentu dalam sejarah, alam dan budaya. Pameran temporer merupakan penunjang pemeran tetap yang ada di museum untuk mengundang lebih banyak pengunjung. • Pameran khusus: pameran yang diselenggarakan secara khusus pada saat-saat tertentu, misalnya untuk memperingati peristiwa atau tokoh- tokoh penting. • Pameran keliling: pameran yang diselenggarakan diluar museum pemilik koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi waktu 27 2.1.11. Sistem Penyajian Koleksi Dalam sebuah museum, bukan hanya ke indahan benda yang dimuseumkan ataupunseberapa besar pengaruh benda benda tersebut pada sejarah makhluk hidup, namun juga harus memperhatikan penyajian benda koleksi itu juga. Tujuannya adalah membuat museum menjadi lebih menarik serta informative, kembali lagi pada tujuan dan fungsi awal pendirian sebuah museum. A. Prinsip Penyajian Alur cerita/storyline Storyline yang dimaksut disini adalah alur cerita atau sistematika pameran merupakan sekumpulan dokumen atau blueprint tertulis mengenai apa yang akan dipamerkan. Dokumen ini tidak diartikan secara sempit sebagai outline linear yang sederhana tetapi merupakan acuan utama dalam perancangan dan produksi pameran yang didalamnya mengandung muatan pembelajaran dan pewarisan nilai. Storyline untuk penataan pameran tetap pada museum-museum negeri provinsi di Indonesia adalah alam, manusia, aktivitas, keluarga, seni, religi, dan sejarah (Direktorat Pemuseuman, 1998: 11-2) Storyline tersebut telah dibakukan sejak tahun 1979 dalam sebuah pedoman pembakuan museum umum tingkat provinsi. Pembakuan yang sudah ini hendaknya dapat disesuaikan dengan kondisi kebijakan masing-masing daerah sekarang akan tetapi tetap memperlihatkan semangat persatuan dan konsepsi wawasan nusantara. Alur penyajian dan pemilihan koleksi Alur pengunjung dan penanda arah adalah proses kerja perencanaan pada fase konseptual. Disamping untuk ruang pamer dalam (interior) alur ini juga berlaku untuk penataan luar (exterior) yang dalam perencanaannya harus dikaji 28 secara holistik atau terpadu. Ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam penyusunan gagasan pola alur penyajian dan alur pengunjung, yaitu: · Alur Sirkulasi, mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar · Konsep dan Besaran ruang · Material (bahan bangunan), tekstur dan warna yang digunakan (textual dan visual concept) Empat Pendekatan untuk konsep alur penyajian yang digunakan dalam mengarahkan isi pameran, yaitu: · Pendekatan kronologi, lebih menekankan pada penyajian koleksi secara kronologi dari waktu ke waktu dengan menempatkan benda koleksi dan informasi pendukungnya secara berurut dan linear dari fase awal hingga akhir mengikuti alur bergerak pengunjung pada ruang pamer. Pendekatan taksonomik, lebih menekankan pada penyajian koleksi yang memiliki kesamaan jenis serta berdasarkan kualitas, kegunaan, gaya, periode, dan pembuat. · Pendekatan tematik, lebih menekankan pada cerita dengan tema tertentu dibandingkan dengan objek yang disajikan. · Pendekatan gabungan, model penyajian materi untuk ruang pameran tetap, diupayakan agar pengunjung tidak selalu digiring untuk bergerak secara linear, misalnya menurut kurun waktu, tetapi pameran tetap disajikan secara tematik. Dalam hal ini pengunjung dapat secara bebas menentukan tema-tema pameran yang diinginkan, misalnya hewan purba, pithecantropus, homo erectus, dan sebagainya. Penyajian secara linear ditempatkan dalam satu kelompok yang alurnya tidak harus terlalu panjang. Konsep tata ruang pamer museum 29 · Alur Sirkulasi, mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar · Konsep dan besaran ruang · Material (bahan bangunan), tekstur dan warna yang digunakan (textual and visual concept)Alur pengunjung dan penanda arah adalah proses kerja perencanaan pada fase konseptual. Disamping untuk dalam ruang pamer (interior) alur ini juga berlaku untuk penataan luar (exterior) yang dalam perencanaannya harus dikaji secara holistik atau terpadu. B. Metode Penyajian Penataan pameran Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara : a) Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan subtema. b) Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi. 30 2.2. TINJAUAN KHUSUS 2.2.1. Profil Museum Tekstil Museum Tekstil merupakan salah satu cagar budaya yang bertempat di Jakarta Barat. Museum Tekstil secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia. Menurut SK Gubernur No. 175 tahun 1993, Museum Tekstil merupakan bangunan cagar budaya kategori A karena merupakan bangunan abad 19 sebagai villa yang beberapa kali berganti kepemilikan. Selain itu merupakan bangunan markas keamanan rakyat pada masa perjuangan kemerdekaan. Museum ini telah diresmikan sejak tahun 1976 oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976. Gambar 1. Logo Museum Tekstil Jakarta (Sumber: museumtekstiljakarta.com) A. Visi Museum Tekstil Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi pusat pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah, seni dan budaya, 31 pendidikan, informasi dan rekreasi budaya pendidikan yang menjadi salah satu referensi bagi proses pembangunan bangsa. B. Misi Museum Tekstil Melaksanakan upaya konservasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan budaya tekstil di Indonesia, melakukan inventarisasi sumber daya alam dan koleksi tekstil tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, dilakukan dokumentasi, kegiatan penelitian dan penyajian informasi dan mengkomunkasikannya kepada masyarakat. C. Jenis Pelayanan Museum Tekstil Jakarta merupakan lembaga pendidikan kebudayaan, memiliki misi untuk melestarikan tekstil tradisional. Museum Tekstil Jakarta selalu berusaha menginformasikan dan mendidik orang melalui pemeran, seminar, workshop, penelitian dan publikasi. 2.2.2. Struktur Organisasi Museum Tekstil Museum Tekstil merupakan museum dengan bangunan kantor yang terhubung dengan Museum Wayang dan Museum Keramik Jakarta. Maka dalam pelaksanaannya, Museum Tekstil perlu memiliki struktur organisasi yang jelas agar pembagian koordinasi dalam struktur organisasi Museum Tekstil dapat terlaksana dengan baik dan teratur. Menurut Barnard dalam buku Wursanto (2005:53) mendefinisikan organisasi adalah suatu sistem usaha bersama antara dua orang atau lebih, sesuatu yang tidak berwujud dan tidak bersifat pribadi, yang sebagian besar mengenai hubungan-hubungan kemanusiaan. 32 Sedangkan, struktur organisasi menspesifikasikan pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau aktivitas yang beraneka ragam yang dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas kerja, Siswanto (2005:85). Kepala Unit Pengelola Museum Kepala Unit Pengelola Museum Staff Satuan Pelaksanan Informasi Satuan Pelaksana Sarana & Prasarana Staff Staff Bagian Deskripsi Pekerjaan 33 Kepala Unit Pengelola Museum Bertanggung jawab terhadap seluruh oprasional museum Kepala Sub Bagian Tata Usaha Bertanggung jawab atas tata usaha, perpustakaan, registrasi dan dokumentasi, keamanan (pengumpulan , pengolahan , dan penyajian data program dan anggaran museum) Satuan Pelaksana Informasi Bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja sama dengan pihak di luar museum dengan tujuan publikasi, konservasi, dan edukasi benda koleksi museum Satuan Pelaksana Sarana dan Bertanggung Prasarana pemajangan, jawab dan atas pengamanan penataan, koleksi museum Staff Bertanggung jawab sebagai pelaksana dari koordinasi setiap satuan pelaksana. Tabel 2.1 Deskripsi Kerja di Museum Tekstil Jakarta 2.2.3. Sejarah Museum Tekstil Museum Tekstil merupakan salah satu cagar budaya yang bertempat di Jakarta Barat. Museum Tekstil secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia. Museum ini telah secara resmi dibuka pada tanggal 28 Juli 1976 dan berdiri dengan menempati gedung tua di atas areal seluas 16.410 meter persegi. Dalam sejarahnya, gedung yang digunakan sebagai Museum Tekstil dahulu merupakan rumah pribadi seorang warga keturunan Perancis yang hidup di abad ke19 dengan gaya Islam. Namun gedung ini kemudian dijual pada seorang anggota 34 konsulat Turki bernama Abdul Aziz Al Musawi Al Katiri. Pada tahun 1942, gedung ini dijual lagi kepada orang yang bernama Karel Cristian Cruq/Vermeulen, seorang bujangan penjual barang antik. Pada zaman perjuangan, tahun 1945 menjadi markas Pemuda Barisan Pelopor dan BKR, 1947 menjadi tempat tinggal Lie Siong Phin, kemudian dikontrakkan pada Dinas Perumahan Departemen Sosial, dan dijadikan rumah tinggal dan penampungan orang- orang lanjut usia. Selanjutnya dikontrak ke keluarga Bee Tjoan Nio dan tanggal 11 Februari 1952 dibeli oleh Abban bin Abubakar Alatas, keturunan Sayid Abdullah bin Alwi Alatas. Empat bulan kemudian, 11 Juni 1952 dibeli Departemen Sosial seharga Rp. 800.000 dan dijadikan asrama pegawai dan dihuni sekitar 40 keluarga, dan akhirnya diserahkan oleh Menteri Sosial Mintareja SH kepada Gubemur DKI Jaya H. Ali Sadikin dan tanggal 25 Oktober dijadikan Museum Tekstil. Tidak begitu lama, gedung ini pun beralihtangan lagi dan dijadikan Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR) pada saat menjelang kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1947, kepemilikan gedung ini dipegang oleh seseorang yang bernama Lie Sion Phin. Selanjutnya dikontrak ke keluarga Bee Tjoan Nio dan tanggal 11 Februari 1952 dibeli oleh Abban bin Abubakar Alatas, keturunan Sayid Abdullah bin Alwi Alatas. Empat bulan kemudian, 11 Juni 1952 dibeli Departemen Sosial seharga Rp. 800.000 dan dijadikan asrama pegawai dan dihuni sekitar 40 keluarga, dan akhirnya diserahkan oleh Menteri Sosial Mintareja SH kepada Gubemur DKI Jaya H. Ali Sadikin dan tanggal 25 Oktober 1975 dijadikan Museum Tekstil. Peresmian Museum Tekstil dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976. Pada tahun 1975 diserahkan ke Pemda Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan pada tahun 1976 sebagai Museum Tekstil yang diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976. Museum Tekstil mempunyai fungsi menyimpan, merawat, memamerkan, mendokumentasikan dan mengembangkan hasil tekstil 35 bangsa Indonesia dari berbagai daerah di kawasan Nusantara. Museum Tekstil merupakan satu-satunya museum khusus di bidang pertekstilan di Indonesia, yang berperan antara lain sebagai lembaga suaka tekstil Indonesia dan pusat dokumentasi serta penelitian tekstil tradisional Indonesia. Benda-benda koleksinya berupa kain/pakaian serta peralatan mulai dari bentuk tradisional hingga bentuk yang kontemporer. Museum ini memiliki 907 koleksi yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Koleksi Museum Tekstil dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu kelompok koleksi kain tenun, kain batik, peralatan dan campuran. Pada bagian lain museum menampilkan peralatan tradisional yang erat kaitannya dengan produkproduk kain seperti alat tenun dan batik dari berbagai daerah, sehingga semakin menambah daya tarik tersendiri. Museum Tekstil juga sering menyelenggarakan pameran, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini mempunyai koleksi-koleksi yang cukup banyak, yakni sekitar 1.000 buah koleksi. Maka pada pengembangannya, Museum Tekstil pernah melakukan ekspansi dengan menambag gedung tambahan pada tahun 1985 yang digunakan sebagai ruang perawatan, ruang penyimpanan koleksi, ruang pengenalan wastra, auditorium, perpustakaan dan kantor. Pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengeluarkan pernyataan mengakui Batik sebagai warisan dunia dari Indonesia. UNESCO mengakui batik sebagai warisan dunia karena memenuhi kriteria, antara lain kaya dengan simbol dan makna filosofi kehidupan rakyat Indonesia. Sejak pengakuan dan pemberian piagam Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO terhadap batik, perbatikan di Indonesia semakin berkembang dan menjadi modern. Setahun kemudian, tepatnya pada 2 Oktober 2010, Galeri Batik Indonesia diresmikan untuk beroperasi dan bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia untuk menyajikan koleksi Batik dari seluruh dunia hingga sekarang. 36 DAFTAR PUSTAKA Macleod, Suzanne. 2005. Reshaping Museum Space (Museum Meanings). Routeledge: Thames. Ambrose, Timothy. Paine, Crispin. 1993. Museum Basics (Heritage: CarePreservation-Management). Routledge: Thames. Murphy, Bernice L. 2016. Museums, Ethics and Cultural Heritage. Routledge: Thames. Ching, Francis D.K., 1980. Bentuk Ruang dan Susunannya. Jakarta, Erlangga. Ching, Francis D.K., 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta, Erlangga. Panero, Julius., 2003. Dimensi Manusia Dan Ruang Interior. Jakarta, Erlangga. Poerwadarminta., 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Sachari, Agus.,1989. Estetika Terapan. Nova, Bandung. Sedarmayanti., 2002. Metodologi Penelitian. Bandung, Mandar Maju. Schwab, Klaus. Davis, Nicholas. 2018. Shaping the Future of the Fourth Industrial Revolution. Currency. Cambridge. 37