Uploaded by peefme

PERANCANGAN MUSEUM TEKSTIL

advertisement
KOLOKIUM
PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM TEKSTIL DI JAKARTA
Jl. Ks. Tubun No.2-4, Kota Bambu Sel., Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat
Disusun Oleh :
Priscilla Famungai / 615160146
Kelas : DI – C
Dosen Pembimbing :
Drs. Aing Nayadilaga, M.T.
Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Tarumanagara
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah..……………………………………………………....
1.2. Identifikasi Masalah Perancangan…….………………………………………..
1.3. Batasan Masalah……………………….……………………………………….
1.4. Tujuan dan Manfaat Perancangan……….………………………………...…...
1.5. Metode Perancangan …………………….………………………………...…..
BAB II : TINJUAN
2.1. Tinjauan Umum
2.1.1. Pengertian Desain Interior……………………………………………………
2.1.2. Pengertian Museum……………………………………………………………
2.1.3. Sejarah Perkembangan Museum………………………………………………
2.1.4. Peran Museum di Abad Ke-21………………………………………………
2.1.5. Fungsi Museum………………………………………………………………
2.1.6. Persyaratan Museum ……………………………………………………………
2.1.7. Jenis Museum ……………………………………………………………………
2.1.8. Cara Mendirikan Sebuah Museum ………………………………………………
2.1.9. Struktur Organisasi Museum ………………………………………………………
2.1.10. Jenis – Jenis Pameran Yang Ada Di Museum ………………………………
2.1.11. Sistem Penyajian Koleksi ………………………………………………………
2.2. Tinjauan Khusus
2.2.1. Profil Museum Tekstil
2.2.2. Struktur Organisasi Museum Tekstil
2.2.3. Sejarah Museum Tekstil
2.2.4. Fungsi Museum Tekstil
2.2.5. Tugas Museum Tekstil
2.2.6. Pengelompokan Koleksi Museum Tekstil
III.
Daftar Pustaka…….…………………….……………………………………....4
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Museum Tekstil merupakan sebuah cagar budaya yang secara khusus mengumpulkan,
mengawetkan, serta memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan
Indonesia. Museum ini telah berdiri sejak tahun 1978 di Indonesia, dan terus menambah
koleksi tekstilnya. Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini
mempunyai koleksi-koleksi yang terhitung banyak, yaitu sekitar 1.000 buah. Sejak pertama
diresmikannya museum tekstil, museum tekstil tidak mengalami renovasi yang signifikan.
Hal ini mempengaruhi daya tarik dari museum tekstil di Jakarta.
Keistimewaan museum ini terletak pada koleksi-koleksinya yang kebanyakan
merupakan koleksi tekstil tradisional Indonesia. Dengan kekayaan dan keindahan tekstil
tradisional Indonesia, museum tekstil seharusnya dapat menampilkan keunikannya melalui
interior ruangnya. Namun, hingga kini, museum ini belum menampilkan ragam budaya yang
Indonesia miliki.
Memasuki revolusi industry ke-4, orang-orang dapat mengakses informasi dengan
sangat mudah melalui internet handphone, tablet, maupun komputer. Dengan kecepatan
mengakses internet pada era millennial, informasi yang dihasilkan dari internet bisa saja salah
karena tidak di validasi oleh kelembagaan. Maka, museum tekstil sebenarnya memiliki
peranan yang sangat penting untuk menjadi tempat yang dapat memberikan informasi dengan
benar, dan relatif menggunakan teknologi baru agar menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi.
b. Identifikasi Masalah Perancangan
1
i.
Bagaimana museum tekstil dapat menarik generasi millennials untuk
mengunjungi Museum Tekstil di Jakarta.
ii.
Bagaimana menerapkan budaya lokal Indonesia pada Museum Tekstil di
Jakarta.
iii.
Bagaimana museum tekstil dapat tetap eksis di era revolusi industry ke-4.
iv.
Bagaimana aktifitas pemakai dapat terpenuhi dalam desain ruang.
v.
Bagaimana menerapkan edukasi secara desain ruangnya.
vi.
Bagaimana mendesign ruangan yang akan memberikan pengalaman bagi
pengunjung Museum Tekstil?
c. Batasan Masalah
Proposal ini adalah mengenai perancangan interior museum tekstil yang berada di
Jakarta. Perhatian saya adalah untuk merancang museum tekstil yang dapat menaikkan
kinerja dan produktifitas kerja, baik dalam kenyamanan, segi estetika, pemilihan
furniture, dan layouting. Ruang yang akan dirancang dalam museum tekstil ini adalah:
1. Ruang Lobby
2. Ruang Tunggu
3. Ruang Pameran / Exhibition Hall
4. Functional Hall / Ballroom
5. Bathroom
d. Tujuan dan Manfaat
i.
Menmbuat interior yang menarik bagi millennials
ii.
Menciptakan interior yang dapat memberikan suasana yang memberikan
pengalaman bagi pengunjung Museum Tekstil
2
iii.
Dapat memberikan inovasi baru dengan membawa kearifan local untuk generasi
milenial
iv.
Dapat merancang elemen interior dan furniture yang sesuai dan dapat
mendukung kenyamanan pengunjung dalam perencanaan Museum Tekstil
v.
Dapat menerapkan pencahayaan, penghawaan, akustik, serta sistem keamanan
yang sesuai standar pada perencanaan museum
e. Metode Perancangan
a. Tahap Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi Literatur
Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literature, jurnal,
paper dan bacaan – bacaan yang ada kaitannya dengan judul
perancangan.
2. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitin dan
peninjauan langsung ke lapangan.
3. Programming
Penyusunan data – data yang telah disurvey kemudian disesuaikan
dengan standart kenyamanan kantor.
4. Konsep desain
Rancangan tema, gaya yang telah disesuaikan dengan programming.
b. Tahap Pengumpulan Gambar Kerja dan Gambar Presentasi
3
1. Metode pengumpulan gambar kerja meliputi:
-
Site plan
-
Layout plan
-
Layout furniture
-
Layout floor
-
Ceiling plan
-
Potongan
-
Tampak
-
Perspektif
2. Metode pengumpulan gambar presentasi meliputi:
-
Layout furniture denah khusus
-
Tampak potongan berwarna
-
Perspektif interior berwarna
-
Aksonometri
-
Skematik material dan warna
4
BAB II
TINJAUAN
2.1. TINJAUAN UMUM
2.1.1. Pengertian Desain Interior
Desain Interior adalah karya arsitek / desainer yang khusus menyangkut
bagian dalam bangunan, bentuk - bentuknya sejalan dengan perkernbangan dan
teknologi yang dalarn proses perancangan selalu dipengaruhi unsur - unsur
geometris setempat dan kebiasaan - kebiasaan sosial yang diwujudkan dalam gaya
- gaya kontemporer ( Suptandar, Desain Interior : Pengantar Merencana Interior
untuk Mahasiswa Desain Interior dan Arsitektur 1999, Hal. 11 )
2.1.2. Pengertian Museum
Kata “museum” berasal dari kata Muse yang berasal dari bahasa latin,
yaitu Museon, yang merupakan tempat para muse ( sembilan dewi Yunani ).
Kesembilan dewi Yunani adalah putri —putri Zeus dan Minemosye, memiliki arti
dewi ingatan.
Pengertian museum sesuai dengan perumusan ICOM ( International
Council Of Museums ) yaitu suatu badan kerjasama professional dibidang
permuseuman yang didirikan oleh kalangan profesi permuseuman dari seluruh
dunia, adalah sebagai berikut: Museum adalah sebuah lembaga yang, bersifat
tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya,
terbuka untuk umum; yang mengumpulkan, merawat dan memamerkan, untuk
tujuan - tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan, benda - benda bukti material
manusia dan lingkungannya.
5
Melengkapi pengertian museum seperti yang dimaksud diatas ICOM
mengakui berikut ini sebagai sesuatu yang sesuai dengan definisi di atas:
a. Lembaga - lembaga konservasi dan ruangan - ruangan pameran yang tetap
diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat kearsipan
b. Peninggalan dan tempat - tempat alamiah, arkeologis dan etnografis,
peninggalan dan tempat - tempat bersejarah lainnya yang mempunyai
corak museum, karena kegiatannya dalam hal pengadaan, perawatan dan
komunikasinya dengan masyarakat.
c. Lembaga - lembaga yang memamerkan mahluk - mahluk hidup seperti
kebun - kebun tanaman dan binatang, akuarium, mahluk dan tetumbuhan
Iainnya, dan sebagainya
d. Suaka alam
e. Pusat - pusat pengetahuan dan planetarium
Maka menurut definisi diatas, ternyata pengertian Museum luas. Museum,
baik yang bergerak ilmu dibidang ilmu pengetahuan so§ial maupun yang bergerak
dibidang ihnu pengetahuan alam dan teknologi merupakan unit – unit pelaksana
teknis dalam kerangka administrasi perlindungan dan pengawetan peninggalan
sejarah dan alam.
Berikut ini adalah bahasan pendefinisian tentang tidak museum menurut
ICOM, yaitu:
a. Museum merupakan badan yang tetap, mencari keuntungan dan harus
terbuka untuk umum
-
Museum berbeda dengan koleksi pribadi milik perorangan yang
hanya dapat dilihat dan dinikmati oleh kalangan tertentu saja.
Museum harus merupakan suatu badan hukum.
6
b. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untuk
kepentingan perkembangannya
-
Museum merupakan sarana sosial budaya.
c. Museum memperoleh atau menghimpun barang - barang pembuktian
tentang manusia dan lingkungannya. Perkataan manusia disini harus
diartikan luas. Manusia sebagai mahluk biologis yang mengalami
evolusi beribu tahun dan manusia sebagai mahluk kultural juga telah
meninggalkan bahan - bahan pembuktian sejarah kebudayaan dan
peradabannya,
-
Pada jaman dahulu orang selalu mengatakan bahwa nuseum
merupakan tempat barang antik. Tatapi seiring dengan
kemajuan industri yang sangat cepat pada bidang ilmu dan
teknologi, manusia mulai menghimpun semua benda - benda
hasil penemuan teknologi.
d. Museum memelihara dan Inengawetkan koleksinya untuk digunakan
sebagai sarana komunikasi dengan pengunjungnya
-
preservasi dan presentasi atau pemeliharaan dan penyajian
adalah dua kata untuk menggambarkan dua pokok kegiatan
yang khas bagi setiap museum. Untuk kedua macam kegiatan
itu telah dikembangkan spesialisasi pengetahuan dan
ketrampilan metodologis dan teknis.
e. Kegiatan - kegiatan dibelakang layar dan kegiatan yang kelihatan oleh
umuni, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah, dan peragaan,
kesemuanya itu adalah untuk study, education and enjoyrnent ( studi,
pendidikan dan kesenangan )
-
Bersenang - senang sambil belajar itulah tujuan sebenarnya
museum dalam melayani pengunjungnya. Apabila kita
7
menamakan museum sebagai objek pariwisata, maka harus
dikaitkan dengan faktor pendidikan seumur hidup. Rekreasi
yang sehat berarti mengendurkan bagian - bagian dari tubuh
kita dari kelelahan setelah bekerja keras tetapi tetap menambah
pengetahuan yang bersifat spiritual yaitu menambah
pengetahuan sambil bersantai, menikmati pemeran kesenian
untuk menambah perasaan - perasaan keindahan dengan tujuan
memperhalus budi dan nurani kita.
2.1.3. Sejarah Perkembangan Museum
Pada masa perkembangan museum, museum memiliki banyak perubahan
yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi
sebagai dan barang, tempat menyimpan benda warisan budaya yang bernilai luhur
dan dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi
pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran dan akhirnya fungsi ini
diperluas lagi ke fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum
atau masyarakat luas.
Manusia mempunyai satu naluri yang alamiah, yaitu " naluri untuk
melakukan pengumpulan (collecting instict) ". Sejak 85.000 tahun lalu, diketahui
manusia merupakan tukang penyimpan, hal ini terbukti oleh hasil penelitian
arkeolog dalam gua - gua di Eropa, dimana pernah berdiam manusia Neanderthal (
lembah neander ). Di dalam gua ini, ditemukan kepingan – kepingan yang disebut
oker, fosil kerang beraneka bentuk, serta batu – batuan yang berbentuk aneh.
Koleksi – koleksi manusia kuno ini merupakan penyajian pertama yang disebut “
Curio Cabinet “ dan merupakan yang paling tua. Nama curio cabinet ini dipakai
sebagai nama museum dalam sejarahnya yang pertama.
8
Perkembangan ini meningkat pada jaman pertengahan yang disebut
museum koleksi pribadi milik para pangeran ( the princes ) para bangsawan,
pelindung dan pecinta seni budaya yang kaya dan makmur, serta para pecinta ilmu
pengetahuan. Koleksi - koleksi tersebut mencerminkan adanya benda - benda
khusus yang menjadi minat dan perhatian orang - orang tersebut. "Museum" ini
jarang dibuka untuk masyarakat umum, karena koleksinya merupakan ajang
prestise dari pemiliknya dan oleh sebab itu mereka hanya memperlihatkan
koleksinya kepada sahabat - sahabat dekat atau orang terpandang lainnya.
Dengan memiliki suatu galeri yang besar atau curio cabinet yang luas akan
meyakinkan bahwa sang pernilik memiliki kekayaan, kedudukan serta kekuasaan
untuk memperoIeh benda - benda tersebut dalam perjalanannya ke negeri - negeri
asing atau membayar utusan - utusan guna melakukan ekspedisi penyelidikan dan
pengumpulan benda - benda.
Indonesia memiliki sejarah kegiatan ilmu dan kesenian yang lebih tua dari
negara – negara lain di Asia Tenggara. Hal ini berkaitan dengan sejarah jaman
kolonialisme dan imperialism. Pada abad ke 18 Eropa ditandai dengan kegiatan –
kegiatan untuk memajukan ilmu dan kesenian. Pada hal ini, Belanda juga tidak
ingin ketinggalan. Tokoh – tokoh V.O.C. di Hindia Timur pada tanggal 24 April
1778 telah mendirikan Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen
dengan slogan Ten Nutte van het Gemmen di Batavia ( Jakarta ). Perkumpulan
untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan dengan slogan " untuk
kepentingan umum” ini ternyata maju pesat. Sebelum ada pembagian yang tegas
antara ilmu - ilmu alam, sastra dan budaya, maka koleksi yang dirawat di museum
juga meliputi kedua bidang ilmu tersebut. Pada tahun - tahun berikutnya
Bataviaasch Genootschap mengkhususkan diri dalarn ilmu bahasa, ilmu bumi,
ilmu bangsa - bangsa Hindia Timur dan negeri - negeri sekitarnya.
9
Bataviaasch Genootschap mempunyai kedudukan penting, bukan saja
perkumpulan ilmiah tetapi juga karena para anggota pengurusnya merupakan
tokoh - tokoh penting dari lingkungan pemerintahan, perbankan dan perdagangan.
Bataviaasch Genootschap .juga bertindak sebagai badan penasehat pernerintah
Hindia Belanda untuk hal - hal yang menyangkut pengetahuan tentang sejarah dan
adat istiadat penduduk pribumi dan penduduk non eropa lainnya.
2.1.4. Peran Museum di Abad Ke-21
Setelah terjadinya Revolusi Industri, dunia permuseuman berubah dengan
cepat. Masa kini adalah masa dimana nilai historis kekayaan budaya harus
dipertahankan, sebuah dunia di mana pencatutan telah didahulukan dari
aksesibilitas koleksi, sebuah dunia di mana museum dari semua jenis dan ukuran
dan di semua lokasi berada dalam bahaya, karena kurangnya sumber daya
keuangan diperlukan untuk mempertahankannya, untuk melanjutkan kegiatan
pendidikan mereka dalam pelayanan masyarakat, dan untuk mengembangkan
program penelitian dan pelatihan mereka.
Dalam masa ketidakpastian dan kengerian ini, International Cpuncil of
Museums (ICOM) dan jaringan profesional sedunia ada di sini untuk membantu
mereka yang membela museum, warisan, budaya, dan tujuan perdamaian.
Di sisi lain, museum tetap menjadi sumber penting dan jaringan sumber
daya untuk interaksi afirmatif, menyatukan beragam sejarah manusia, berbagi
kreativitas dan prestasi, serta warisan kolektif semua orang. Dalam karya
terbarunya tentang harta Palmyra yang tak tergantikan, Paul Veyne mengingatkan
kita bahwa:
'Knowing or only wanting to know one culture, one’s own, is
condemning oneself to live at a standstill' (Veyne 2015: 141).
10
Di masa perubahan museum ini, museum harus semakin merefleksikan
peran etisnya. Merestitusi karya seni telah menjadi isu sentral bagi museum
tertentu, dan pendekatan diplomatik harus diambil untuk mengurangi ketegangan
seputar permintaan semacam itu.
Permasalahannya sekarang adalah pada masa kini, museum didalam
masyarakat adalah ruang publik vital yang harus ditujukan kepada semua
masyarakat, dan karena itu dapat memainkan peran penting dalam pengembangan
ikatan dan kohesi sosial, membangun kewarganegaraan, dan merefleksikan
identitas kolektif. Museum harus menjadi tempat yang terbuka untuk semua orang
dan berkomitmen untuk akses fisik dan budaya untuk semua, termasuk kelompok
yang kurang beruntung. Mereka dapat membentuk ruang untuk refleksi dan debat
tentang isu-isu historis, sosial, budaya dan ilmiah. Museum juga harus
menumbuhkan rasa hormat terhadap hak asasi manusia dan kesetaraan gender.
Semua museum di semua negara harus mendorong museum untuk memenuhi
semua peran itu.
Dalam kasus lain, warisan budaya masyarakat adat terwakili dalam koleksi
museum. Museum harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mendorong
dan meningkatkan dialog dan pengembangan hubungan konstruktif antara
museum dan masyarakat adat mengenai pengelolaan koleksi tersebut. dan. jika
layak, dikembalikan atau dikembalikan sesuai dengan hukum dan kebijakan yang
berlaku.
2.1.5. Fungsi Museum
Sebagai ringkasan yang bertolak dari definisi museum rumusan ICOM, ada
10 fungsi museum, yaitu:
1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya
11
2. Dokumentasi, informasi dan penelitian ilmiah
3. Konservasi dan preservasi
4. Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat
umum
5. Pengenalan dan penghayatan kesenian
6. Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa
7. Visualisasi warisan alam dan budaya
8. Cerminan tumbuhnya dan berkembarignya peradaban umat manusia
9. Menggugah semangat untuk seakin bertakwa dan bersyukur kepada
Tuhan YME
10. Rekreasi dan berbagai aktivitas masyarakat
2.1.6. Persyaratan Museum
Untuk mendirikan suatu museum yang baik perlu dipenuhi persyaratan
tertentu. Persyaratan tersebut akan menjadikan suatu museum yang baru dapat
berfungsi dengan baik, sesuai yang termaksud pengertian, fungsi, maupun tujuan
museum.
Untuk mendirikan suatu museum yang baik, seharusnya diawalai dengan
kegiatan studi kelayakan. Bila hasil studi tersebut ternyata layak untuk mendirikan
museum, makes perlu diperhatikan persyaratan - persyaratan teknis yang harus
dipenuhi sebagai bahan perencanaan pembangunan museum tersebut yang terdiri
dari:
A. Persyarutan Lokasi Museum
-
Lokasi museum harus strategis. Strategis disini tidak
berati harus berada di pusat kota atau pusat keramaian
kota, melainkan tempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan umum
12
-
Lokasi museum harus sehat. Yang dimaksud lokasi
yang sehat adalah :
o Lokasi tidak terletak di daerah industri yang
banyak polusi udara.
o Bukan daerah yang berlumpur / tanah rawa
atau tanah berpasir, dan elemen - elemen
iklim yang berpengaruh pada lokasi itu antara
lain:

Kelembaban udara setidak - tidaknya
harus terkontrol mencapai kenetralan
yaitu antara 55 sampai 65 persen.
B. Persyaratan Bangunan
Selain memenuhi persyaratan lokasi Museum,
persyaratan untuk membangun gedung museum-pun harus
diperhatikan.
Dalam pembuatan pra-desain gedung museum harus
sudah dipikirkan ruangan-ruangan yang diperlukan museum
(pembagian ruangan. jumlah dan ukuran ruangan, factor
elemen iklim yang berpengaruh dan sirkulasi udara yang
baik, juga untuk masalah sistim penggunaan cahaya).
Sebaiknya dalam mendirikan gedung museum jangan
hanya memikirkan kemegaban atau keindahan bangunan
yang mungkin hanya akan menjadi monument bagi
arsiteknya,
tetapi
bangunan
tersebut
harus
sanggup
menyelamatkan objek museum, personil museum, dan
pengunjung museum. Kesan bangunan museum tidak perlu
angker, dingin, tetapi harus punya kesan hangat dan
13
penampilan arsitektur museum sebaiknya dapat menjangkau
lapisan masyarakat atas, menengah, dan bawah.
Persyaratan minimal bangunan terdiri dari 2
komponen yaitu syarat – syarat umum dan syarat- syarat
khusus, yaitu adalah:
1. Syarat – syarat umum
a. Bangunan dikelompokan dan dipisahkan
mcnurut:
-
Fungsi dan aktifitasnya
-
Ketenagaan dan keramaian
-
Keamanan
b. Pintu masuk utama (main enterance) adalah
untuk pengunjung museum
c. Pintu masuk khusus (service enterance)
untuk lalu lintas koleksi, bagian pelayanan,
perkantoran, rumah jaga serta ruang - ruang
pada bangunan khusus
d. Area publik terdiri dari:
-
Bangunan utama ( pameran tetap dan
pameran temporer )
-
Auditorium; keamanan / pos jaga; gift
shop dan kafetaria; ticket box dan
penitipan barang; lobby / ruang
istirahat ; toilet; taman dan tempat
parkin
e. Area semi publik terdiri dari:
14
-
Bangunan administrasi ( termasuk
perpustakaan dan ruang rapat )
f. Area pivate terdiri dari:
-
Laboratorium konservasi
-
Studio reparasi
-
Storage dan ruangan studio koleksi
2. Syarat – syarat khusus
a. Bangunan utama ( pameran tetap dan
pamcran temporer) harus :
- Dapat memuat benda - benda
koleksi yang akan dipamerkan
- Mudah dicapai baik dari luar
maupun dari dalam
- Merupakan bangunan penerima
yang memiliki daya tarik sebagai
bangunan
dikunjungi
pertama
oleh
yang
pengunjung
museum
- Mempunyai
yang
baik,
konstruksi,
sistem
baik
keamanan
dari
spesifikasi
segi
ruang
untuk mencegah rusaknya benda –
benda secara alami ( cuaca dan
lain – lain ) maupun dari segi
kriminalitas dan pencurian.
b. Bangunan auditorium harus:
- Mudah harus dicapai oleh umum
15
- Dapat
dipakai
untuk
ruang
pertemuan diskusi dan ceramah
c. Bangunan
khusus
terdiri
dari:
laboratorium konservasi; studio reparasi;
storage; dan studio koleksi. Bangunan ini
harus:
- Terletak pada daerah tenang
- Mempunyai pintu masuk khusus
- Memiliki system keamanan yang
baik
(terhadap
kebakaran,
kerusakan,
insek,
dan
kriminalitas) yang menyangkut
segi – segi konstruksi maupun
spesifikasi ruang.
d. Bangunan administrasi harus:
- Terlletak
pencapaian
strategis
terhadap
umum
maupun
bangunan- bangunan lain
- Mempunyai pintu masuk khusus
C. Persyaratan Koleksi Museum
Setelah persyaratan lokasi dan bangunan museum
diutarakan maka persyaratan berikutnya yang perlu dibicarakan
adalah persyaratan koleksi museum.
Sebelum membahas tentang persyaratan koleksi museum
sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu tentang pengertian koleksi
museum. Hal ini bertujuan untuk menghindari persepsi yang
berbeda.
16
Yang dimaksud koleksi museum adalah sekumpulan
benda – benda bukti material manusia dan lingkungannya yang
berkaitan dengan satu atau berbagai bidang atau cabang ilmu
pengetahuan.
Persyaratan koleksi Penentuan persyaratan koleksi suatu
museum diperlukan, karena belum ada keseragaman persyaratan
koleksi baik untuk museum pemerintah maupun museum swasta.
Untuk mendapatkan keseragaman persyaratan koleksi, maka
diperlukan syarat – syarat sebagai berikut:
Koleksi museum harus:
a. mempunyai nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah
(termasuk nilai estetika)
b. Harus diterangkan asal-usulnya secara historis,
geografis dan fungsinya
c. Harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut
berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung
nilai sejarah
d. Dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya,
fungsi, makna, asal secara historis dan geografis,
genus (untuk biologis), atau periodenya (dalam
geologi, khususnya untuk benda alam);
e. Harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu
berbentuk dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi
penelitian ilmiah
f. Harus merupakan benda yang asli, bukan tiruan
g. Harus merupakan benda yang memiliki nilai
keindahan (masterpiece)
17
h. Harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada
duanya.
D. Persyaratan Peralatan Museum
Sebelum membahas persyaratan untuk peralatan
museum perlu terlebih dahulu dikemukakan tentang
pcngertian peralatan museum. Yang dimaksud dengan
peralatan museum adalah setiap alat atau benda bergerak
yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan
administratif dan teknis permuseuman. Peralatan museum
secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Peralatan kantor Peralatan kantor adalah setiap alat
atau
benda
bergerak
yang
digunakan
untuk
melaksanakan kegiatan - kegiatan administratif
perkantoran museum
2. Peralatan teknis adalah setiap jenis alat atau benda
bergerak yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan - kegiatan teknis perkantoran museum.
Adapun peralatan kantor yang harus dimiliki oleh
suatu museum tidak ubahnya dengan peralatan kantor
yang diperlukan oleh instansi lain pada umumnya,
misalnya : mesin ketik, mesin hitung, mesin stensil,
mesin fotocopy, komputer, almari, filling cabinet, rak
buku, pcti besi, cardex, papan fulls, meja kcrja, meja
tamu, telepon, peralatan kebersihan ( contoh mesin
penyedot debu ), mesin pemotong rumput, dan lain lain. Sedangkan peralatan teknis museum yang
diperlukan bagi suatu museum meliputi peralatan
18
untuk bidang koleksi antara lain untuk penelitian
koleksi misalnya kamera dan tape recorder; peralatan
konservasi dan preparsi, misalnya mikroskop;
peralatan untuk bidang bimbingan misalnya sound
sistem, slide proyektor dan overhead proyektor.
E. Persyaratan Organisasi Dan Ketenagaan
Berdasarkan tugas dan fungsi museum , maka
seharusnya setiap museum mempunyai susunan organisasi
sebagai berikut:
1. Bagian
tata
berhubungan
usaha,
menagani
dengan
kegiatan
registrasi,
yang
ketertiban
/
keamanan, kepegawaian dan keuangan
2. Bagian
koleksi,
berhubungan
menangani
dengan
kegiatan
pelaksanaan
yang
identifikasi,
ldarifikasi, katalogisasi koleksi, menyusun konsepsi
yang berhubungan dengan kegiatan presentasi serta
penelitian / pengkajian yang berhubungan dengan
kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat
ilmiah dan populer mempersiapkan bahan untuk label
3. Bagian
konservasi,
menangani
kegiatan
yang
berhubungan dengan perawatan koleksi yang bersifat
preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan
kelembaban suhu di ruang koleksi dan gudang srta
penanganan laboratorium konservasi.
4. Bagian
preparasi,
menangani
kegiatan
yang
berhubungan dengan pelaksanaan restorasi koleksi,
19
reproduksi, penataan pameran dan penanganan
bengkel reparasi
5. Bagian bimbingan dan edukasi, menangani kegiatan
yang berhubungan dengan bimbingan edukatif
kultural, penerbitan yang bersifat ilmiah dan populer
serta penanganan audiovisual
6. Bagian pengelolaan serta perpustakaan, menangani
kegiatan yang berhubungan dengan kepustakaan /
referensi.
Setiap bagian tersebut diatas, dipimpin oleh seorang
kepada atau koordinator yang bertanggung jawab kepada
Kepala Museum. Susunan organisasi dan tata kerja museum
tergantung tingkat kedudukan dan status museum.
Berdasarkan organisasi dan tata kerja museum
sebagaimana tersebut dalam butir – butir diatas, maka
jelaslah bahwa personil museum merupakan unsur utama
yang menggerakan museum sehingga aktif tidaknya suatu
museum, berhasil serta bermanfaatnya suatu museum,
semuanya itu bergantung pada kecakapan dan kemampuan
personil museum.
2.1.6. Cara Mendirikan Sebuah Museum
Sebelum menguraikan cara - cara mendirikan museum terlebih dahulu perlu
diketahui tentang tujuan mendirikan museum baik secara umum maupun khusus.
Dengan adanya tujuan - tujuan tersebut maka akan dapat ditentukan jenis museum.
Untuk itu perlu diketahui tentang jenis - jenis dan status museum.
20
A. Jenis dan status museum
Jenis museum bermacam - macam dan dapat ditinjau dan berbagai
segi. Yang paling sering ditinjau yaitu dari segi koleksi. Jenis museum
dapat juga ditinjau dari segi penyelenggaraan dan kedudukan museum.
Menurut kolelcsi yang dimiliki, jenis museum dapat dibagi dalam
dua bagian besar yaitu Museum Umum dan Museum Khusus. Museum
Umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti
material aengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.
Sedangkan Museum Khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan
dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
Apabila koleksi suatu museum dapat mewakili dua kriteria atau lebih, maka
museum khusus tersebut berubah menjadi museum umum.
Museum yang memiliki bagian dari salah satu cabang - cabang
tersebut sudah tentu termasuk Museum Khusus. Jadi museum khusus itu
banyak sekali " sub " jenisnya.
Beberapa contoh museum khusus yang ada di Indonesia adalah:
Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda ( termasuk
museum sejarah ) juga Museum ABRI Satria Mandala ( museum sejarah
khusus ), Museum Geologi, Museum Etnobotani, Museum Tekstil,
Museum Wayang dan Museum Bahari.
Menurut kedudukannya, museum dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Museum Nasional
Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material menusia dan
atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai
nasional
21
2. Museum Provinsi
Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material menusia dan
atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum itu
berada
3. Museum Lokal
Adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang
berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material menusia dan
atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana
museum tersebut berada.
Menurut penyelenggaranya, museum terbagi menjadi:
1. Museum Pemerintah
Adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah.
Meseum ini dapat lagi menjadi museum yang dikelola oleh Pemerintah
Pusat dan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
2. Museum Swasta
Adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta.
B. Tujuan
Telah dijelaskan diatas bahwa tujuan pokok mendirikan museum
adalah untuk melestarikan dan memanfaatkan bukti material manusia dan
lingkungannya. Selain itu juga untuk ikut serta membina dan
mengcmbangkan seni, ilmu, dan teknologi dalam rangka peningkatan
penghayatan nilai budaya dan kecerdasan kehidupan bangsa.
C. Perencanaan
22
Sebelum mendirikan sebuah museum perencanaan yang matang
harus dipikirkan juga. Perencanaan tersebut berisi tentang jenis museum
yang akan didirikan, lokasi, kcndaan tanah, bangunan, koleksi, surat - surat
perijinan dan sebagainya. Untuk itu perlu dibuat sebuah masterplan yang
baik.
Dalam perencanaan tersebut menjelaskan tentang:
1. Jenis Museum
Jenis museum harus ditentukan terlebih dahulu, apakah
museum itu museum umum atau museum khusus. Kalau
museum khusus apakah museum sejarah, museum biologi,
museum keramik dan sebagainya. Penentuan tentang jenis
museum yang akan didirikan ini sangat penting karena
menyangkut tindakan selanjutnya, baik bangunan maupun
koleksi yang diadakan serta kebijaksanaan lainnya.
2. Koleksi
Setelah jenis museum direncanakan, maka selanjutnya dapat
direncanakan koleksi - koleksi yang diadakan. Setelah
menentukan jenis koleksi yang akan diadakan atau direncanakan,
harus pula diadakan pembatasan atau seleksi sesuai dengan
tujuan dan kemempuan biaya yang tersedia. Perlu kita ketahui
bahwa koleksi museum dapat diperoleh dengan cara hibah atau
pemberian, imbalan jasa dan tukar menukar.
3. Lokasi
Museum bukan didirikan untuk kepentingan pendirinya,
tetapi untuk kepentingan masyarakat umum, baik pelajar,
mahasiswa, ilmuwan wisatawan, dan masyarakat umum lainnya.
23
Olch karena itu mendirikan sebuah museum harus di tempat /
lokasi yang mudah dijangkau oleh pengunjung. Kecuali museum
memorial atau museum sejarah, yang akan menjelaskan suatu
peristiwa telah terjadi disuatu tempat atau bang unan tersebut
akan ditampilkan sebagimana terjadinya peristiwa itu. Maka
untuk hal tersebut tidak perlu memenuhi persyaratan lokasi
menurut ilmu permuseuman.
Lokasi biasanya sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan biasanya tidak hanya satu kemungkinan tetapi ada
beberapa alternatif. Untuk itu harus dipilih tempat lokasi yang
terbaik untuk pendirian museum.
4. Bangunan
Bangunan untuk sebuah museum tidak sama dengan bangunan
untuk sebuah rumah tinggal atau sebuah toko. Bangunan
museum harus berdasarkan persyaratan tertentu seperti telah
diuraikan diatas. Untuk itu perlu perencanaan yang matang.
a. Bentuk bangunan
Perlu dipilih bentuk bangunan museum merupakan
bentuk tradisional atau modern atau gabungan keduanya.
Bentuk dan besar bangunan ini sedapat mungkin harus
disesuaikan dengan besar dan banyaknya koleksi yang
direncanakan. Disamping itu harus pula disesuaikan
dengan kemarnpuan atau dance yang ada.
b. Bagian - bagian atau ruangan - ruangan yang akan.
Dibangun
24
Ruangan - ruangan yang akan dibangun harus
disesuaikan dengan tujuan dan koleksi yang akan
dikumPulkan
c. Luas bangunan
d. Bahan - bahan yang akan digunakan
5. Peralatan
Setelah ditentukan rencana jenis museum didirikan,
termasuk bangunan yang akan maka serta koleksi yang diadakan,
selanjutnya perlu direncanakan pula tentang peralatan yang akan
diadakan, balk peralatan teknis maupun peralatan kantor.
Peralatan teknis perlu untuk menunjang kegiatan pokok
museum yaitu parneran, pemberian informasi, perawatan clan
kegiatan kuratorial. Sedangkan peralatan kantor perlu diadakan
sebagai penunjang kegiatan sehari - hari dalam rangka
fungsionalisasi museum.
6. Ketenagaan
Faktor ketenagaan merupakan hal yang penting dari suatu
organisasi. Demikian pula sebuah museum akan tampil baik /
bogus atau buruk disebabkan oleh faktor ini, disarriping itu tentu
saja faktor biaya. Untuk sebuah museum diperlukan tenaga yang
mempunyai
keahlian
tertentu.
Disamping
tenaga
yang
menguasai soal - soal teknis perrnuseuman dan ilrnil yang menunjang, yang penting pula adalah tenaga managerial. Banyak
museum yang gagal menjalankan misinya disebabkan oleh
rnenagemen yang tidak baik. Maka diperlukan tenaga pekerja
yang sudah ahli dalam bidang managemen dan dibentuk sebuah
struktur organisasi dalam sebuah museum.
25
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, maka sayangnya
setiap museum mempunyai susunan organisasi sebagai berikut:
1. Bagian tata usaha, menangani kegiatan ang berhubungan
dengan registrasi, ketertiban /keamanan, kepegawaian, dan
keuangan
2. Bagian koleksi, menangani kegiatan yang berhubungan
dengan pelaksanaan identifikasi, klarifikasi, katalogisasi
koleksi. Menyusun konsepsi yang berhubungan dengan
kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat ilmiah
dan popular serta mempersiapkan bahan untuk label
3. Bagian Konservasi, menangani kegiatan yang berhubungan
dengan perawatan koleksi yang bersifat preventif dan kreatif
serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu di ruang
koleksi
dan
gudang serta
penanganan
laboratorium
konservasi
4. Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan
dengan pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan
pameran, dan penanganan bengkel preparasi.
5. Bagian bimbingan dan publikasi, menangani kegiatan yang
berhubungan
dengan
bimbingan
edukatif
cultural,
penelitian yang bersifat ilmiah dan popular serta penanganan
peralatan audiovisual
6. Bagian pengelolaan perpustakaan, menangani kegiataan
yang berhubungan dengan kepustakaan/referensi
Setiap bagian tersebut dipimpin oleh seorang kepala atau
koordinator yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum
Susunan Organisasi dan tata kerja museum, tergantung tingkat
26
kedudukan dan status museum. Berdasarkan organisasi dan tata
kerja museum sebagaimana tersebut dalam butir-butir diatas,
maka personil museum merupakan unsur
utama yang
menggerakan museum.
2.1.9. Struktur Organisasi Museum
2.1.10. Jenis – Jenis Pameran Yang Ada Di Museum
Museum dapat dikatakan sebagai institusi permanen yang melayani
kebutuhan public dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan
benda nyata kepada masyarakat. Dengan peran tersebut, museum adalah sebagai
istitusi terbuka untuk pameran.
Pameran adalah suatu kegiatan penyajian karya seni rupa untuk
dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas. Pameran di
museum terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
•
Pameran Permanen (Tetap): diadakan di ruang pameran utama museum dan
berlangsung lama, baru kemudian dapat diadakan perubahan dan renovasi,
pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 5
tahun.
•
Pameran Temporer: pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu
tertentu dan dalam variasi waktu yang singkat dari satu minggu sampai satu
tahun dengan meng ambil tema khusus mengenai aspek- aspek tertentu dalam
sejarah, alam dan budaya. Pameran temporer merupakan penunjang pemeran
tetap yang ada di museum untuk mengundang lebih banyak pengunjung.
•
Pameran khusus: pameran yang diselenggarakan secara khusus pada saat-saat
tertentu, misalnya untuk memperingati peristiwa atau tokoh- tokoh penting.
•
Pameran keliling: pameran yang diselenggarakan diluar museum pemilik
koleksi, dalam jangka waktu tertentu, dalam variasi waktu
27
2.1.11. Sistem Penyajian Koleksi
Dalam sebuah museum, bukan hanya ke indahan benda yang dimuseumkan
ataupunseberapa besar pengaruh benda benda tersebut pada sejarah makhluk hidup,
namun juga harus memperhatikan penyajian benda koleksi itu juga. Tujuannya
adalah membuat museum menjadi lebih menarik serta informative, kembali lagi
pada tujuan dan fungsi awal pendirian sebuah museum.
A. Prinsip Penyajian

Alur cerita/storyline
Storyline yang dimaksut disini adalah alur cerita atau sistematika pameran
merupakan sekumpulan dokumen atau blueprint tertulis mengenai apa yang akan
dipamerkan. Dokumen ini tidak diartikan secara sempit sebagai outline linear yang
sederhana tetapi merupakan acuan utama dalam perancangan dan produksi pameran
yang didalamnya mengandung muatan pembelajaran dan pewarisan nilai.
Storyline untuk penataan pameran tetap pada museum-museum negeri
provinsi di Indonesia adalah alam, manusia, aktivitas, keluarga, seni, religi, dan
sejarah (Direktorat Pemuseuman, 1998: 11-2) Storyline tersebut telah dibakukan
sejak tahun 1979 dalam sebuah pedoman pembakuan museum umum tingkat
provinsi. Pembakuan yang sudah ini hendaknya dapat disesuaikan dengan kondisi
kebijakan masing-masing daerah sekarang akan tetapi tetap memperlihatkan
semangat persatuan dan konsepsi wawasan nusantara.

Alur penyajian dan pemilihan koleksi
Alur pengunjung dan penanda arah adalah proses kerja perencanaan pada
fase konseptual. Disamping untuk ruang pamer dalam (interior) alur ini juga
berlaku untuk penataan luar (exterior) yang dalam perencanaannya harus dikaji
28
secara holistik atau terpadu. Ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan dalam
penyusunan gagasan pola alur penyajian dan alur pengunjung, yaitu:
·
Alur Sirkulasi, mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar
·
Konsep dan Besaran ruang
·
Material (bahan bangunan), tekstur dan warna yang
digunakan (textual dan visual concept)
Empat Pendekatan untuk konsep alur penyajian yang digunakan dalam
mengarahkan isi pameran, yaitu:
·
Pendekatan kronologi, lebih menekankan pada penyajian
koleksi secara kronologi dari waktu ke waktu dengan
menempatkan benda koleksi dan informasi pendukungnya
secara berurut dan linear dari fase awal hingga akhir
mengikuti alur bergerak pengunjung pada ruang pamer.
Pendekatan taksonomik, lebih menekankan pada penyajian koleksi yang
memiliki kesamaan jenis serta berdasarkan kualitas, kegunaan, gaya, periode, dan
pembuat.
·
Pendekatan tematik, lebih menekankan pada cerita dengan tema
tertentu dibandingkan dengan objek yang disajikan.
·
Pendekatan gabungan, model penyajian materi untuk ruang pameran
tetap, diupayakan agar pengunjung tidak selalu digiring untuk bergerak
secara linear, misalnya menurut kurun waktu, tetapi pameran tetap
disajikan secara tematik. Dalam hal ini pengunjung dapat secara bebas
menentukan tema-tema pameran yang diinginkan, misalnya hewan
purba, pithecantropus, homo erectus, dan sebagainya. Penyajian secara
linear ditempatkan dalam satu kelompok yang alurnya tidak harus
terlalu panjang.

Konsep tata ruang pamer museum
29
·
Alur Sirkulasi, mulai dari pintu masuk hingga pintu keluar
·
Konsep dan besaran ruang
·
Material (bahan bangunan), tekstur dan warna yang digunakan (textual
and visual concept)Alur pengunjung dan penanda arah adalah proses
kerja perencanaan pada fase konseptual. Disamping untuk dalam ruang
pamer (interior) alur ini juga berlaku untuk penataan luar (exterior)
yang dalam perencanaannya harus dikaji secara holistik atau terpadu.
B. Metode Penyajian

Penataan pameran
Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara :
a) Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan subtema.
b) Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem
klasifikasi.
30
2.2. TINJAUAN KHUSUS
2.2.1. Profil Museum Tekstil
Museum Tekstil merupakan salah satu cagar budaya yang bertempat di
Jakarta Barat. Museum Tekstil secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta
memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia.
Menurut SK Gubernur No. 175 tahun 1993, Museum Tekstil merupakan bangunan
cagar budaya kategori A karena merupakan bangunan abad 19 sebagai villa yang
beberapa kali berganti kepemilikan. Selain itu merupakan bangunan markas
keamanan rakyat pada masa perjuangan kemerdekaan. Museum ini telah
diresmikan sejak tahun 1976 oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976.
Gambar 1. Logo Museum Tekstil Jakarta
(Sumber: museumtekstiljakarta.com)
A. Visi Museum Tekstil
Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi pusat
pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah, seni dan budaya,
31
pendidikan, informasi dan rekreasi budaya pendidikan yang menjadi salah
satu referensi bagi proses pembangunan bangsa.
B. Misi Museum Tekstil
Melaksanakan upaya konservasi dalam hal-hal yang berkaitan
dengan budaya tekstil di Indonesia, melakukan inventarisasi sumber daya
alam dan koleksi tekstil tradisional dari berbagai daerah di Indonesia,
dilakukan dokumentasi, kegiatan penelitian dan penyajian informasi dan
mengkomunkasikannya kepada masyarakat.
C. Jenis Pelayanan
Museum
Tekstil
Jakarta
merupakan
lembaga
pendidikan
kebudayaan, memiliki misi untuk melestarikan tekstil tradisional. Museum
Tekstil Jakarta selalu berusaha menginformasikan dan mendidik orang
melalui pemeran, seminar, workshop, penelitian dan publikasi.
2.2.2. Struktur Organisasi Museum Tekstil
Museum Tekstil merupakan museum dengan bangunan kantor yang
terhubung dengan Museum Wayang dan Museum Keramik Jakarta. Maka dalam
pelaksanaannya, Museum Tekstil perlu memiliki struktur organisasi yang jelas agar
pembagian koordinasi dalam struktur organisasi Museum Tekstil dapat terlaksana
dengan baik dan teratur.
Menurut Barnard dalam buku Wursanto (2005:53) mendefinisikan
organisasi adalah suatu sistem usaha bersama antara dua orang atau lebih, sesuatu
yang tidak berwujud dan tidak bersifat pribadi, yang sebagian besar mengenai
hubungan-hubungan kemanusiaan.
32
Sedangkan, struktur organisasi menspesifikasikan pembagian kerja dan
menunjukkan bagaimana fungsi atau aktivitas yang beraneka ragam yang
dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas
kerja, Siswanto (2005:85).
Kepala Unit
Pengelola Museum
Kepala Unit
Pengelola Museum
Staff
Satuan Pelaksanan
Informasi
Satuan Pelaksana
Sarana & Prasarana
Staff
Staff
Bagian
Deskripsi Pekerjaan
33
Kepala Unit Pengelola Museum
Bertanggung
jawab
terhadap
seluruh
oprasional museum
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Bertanggung
jawab
atas
tata
usaha,
perpustakaan, registrasi dan dokumentasi,
keamanan (pengumpulan , pengolahan , dan
penyajian data program dan anggaran
museum)
Satuan Pelaksana Informasi
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja
sama dengan pihak di luar museum dengan
tujuan publikasi, konservasi, dan edukasi
benda koleksi museum
Satuan
Pelaksana
Sarana
dan Bertanggung
Prasarana
pemajangan,
jawab
dan
atas
pengamanan
penataan,
koleksi
museum
Staff
Bertanggung jawab sebagai pelaksana dari
koordinasi setiap satuan pelaksana.
Tabel 2.1 Deskripsi Kerja di Museum Tekstil Jakarta
2.2.3. Sejarah Museum Tekstil
Museum Tekstil merupakan salah satu cagar budaya yang bertempat di
Jakarta Barat. Museum Tekstil secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta
memamerkan karya-karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia.
Museum ini telah secara resmi dibuka pada tanggal 28 Juli 1976 dan berdiri dengan
menempati gedung tua di atas areal seluas 16.410 meter persegi.
Dalam sejarahnya, gedung yang digunakan sebagai Museum Tekstil dahulu
merupakan rumah pribadi seorang warga keturunan Perancis yang hidup di abad ke19 dengan gaya Islam. Namun gedung ini kemudian dijual pada seorang anggota
34
konsulat Turki bernama Abdul Aziz Al Musawi Al Katiri. Pada tahun 1942, gedung
ini dijual lagi kepada orang yang bernama Karel Cristian Cruq/Vermeulen, seorang
bujangan penjual barang antik. Pada zaman perjuangan, tahun 1945 menjadi markas
Pemuda Barisan Pelopor dan BKR, 1947 menjadi tempat tinggal Lie Siong Phin,
kemudian dikontrakkan pada Dinas Perumahan Departemen Sosial, dan dijadikan
rumah tinggal dan penampungan orang- orang lanjut usia. Selanjutnya dikontrak ke
keluarga Bee Tjoan Nio dan tanggal 11 Februari 1952 dibeli oleh Abban bin
Abubakar Alatas, keturunan Sayid Abdullah bin Alwi Alatas. Empat bulan
kemudian, 11 Juni 1952 dibeli Departemen Sosial seharga Rp. 800.000 dan
dijadikan asrama pegawai dan dihuni sekitar 40 keluarga, dan akhirnya diserahkan
oleh Menteri Sosial Mintareja SH kepada Gubemur DKI Jaya H. Ali Sadikin dan
tanggal 25 Oktober dijadikan Museum Tekstil. Tidak begitu lama, gedung ini pun
beralihtangan lagi dan dijadikan Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR)
pada saat menjelang kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya
pada tahun 1947, kepemilikan gedung ini dipegang oleh seseorang yang bernama
Lie Sion Phin. Selanjutnya dikontrak ke keluarga Bee Tjoan Nio dan tanggal 11
Februari 1952 dibeli oleh Abban bin Abubakar Alatas, keturunan Sayid Abdullah
bin Alwi Alatas. Empat bulan kemudian, 11 Juni 1952 dibeli Departemen Sosial
seharga Rp. 800.000 dan dijadikan asrama pegawai dan dihuni sekitar 40 keluarga,
dan akhirnya diserahkan oleh Menteri Sosial Mintareja SH kepada Gubemur DKI
Jaya H. Ali Sadikin dan tanggal 25 Oktober 1975 dijadikan Museum Tekstil.
Peresmian Museum Tekstil dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni
1976.
Pada tahun 1975 diserahkan ke Pemda Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan
pada tahun 1976 sebagai Museum Tekstil yang diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto
pada tanggal 28 Juni 1976. Museum Tekstil mempunyai fungsi menyimpan,
merawat, memamerkan, mendokumentasikan dan mengembangkan hasil tekstil
35
bangsa Indonesia dari berbagai daerah di kawasan Nusantara. Museum Tekstil
merupakan satu-satunya museum khusus di bidang pertekstilan di Indonesia, yang
berperan antara lain sebagai lembaga suaka tekstil Indonesia dan pusat dokumentasi
serta penelitian tekstil tradisional Indonesia. Benda-benda koleksinya berupa
kain/pakaian serta peralatan mulai dari bentuk tradisional hingga bentuk yang
kontemporer. Museum ini memiliki 907 koleksi yang berasal dari seluruh wilayah
Indonesia. Koleksi Museum Tekstil dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu
kelompok koleksi kain tenun, kain batik, peralatan dan campuran. Pada bagian lain
museum menampilkan peralatan tradisional yang erat kaitannya dengan produkproduk kain seperti alat tenun dan batik dari berbagai daerah, sehingga semakin
menambah daya tarik tersendiri. Museum Tekstil juga sering menyelenggarakan
pameran, baik di dalam maupun di luar negeri.
Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini
mempunyai koleksi-koleksi yang cukup banyak, yakni sekitar 1.000 buah koleksi.
Maka pada pengembangannya, Museum Tekstil pernah melakukan ekspansi dengan
menambag gedung tambahan pada tahun 1985 yang digunakan sebagai ruang
perawatan, ruang penyimpanan koleksi, ruang pengenalan wastra, auditorium,
perpustakaan dan kantor.
Pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengeluarkan pernyataan mengakui Batik
sebagai warisan dunia dari Indonesia. UNESCO mengakui batik sebagai warisan
dunia karena memenuhi kriteria, antara lain kaya dengan simbol dan makna filosofi
kehidupan rakyat Indonesia. Sejak pengakuan dan pemberian piagam Warisan
Budaya Tak Benda oleh UNESCO terhadap batik, perbatikan di Indonesia semakin
berkembang dan menjadi modern. Setahun kemudian, tepatnya pada 2 Oktober
2010, Galeri Batik Indonesia diresmikan untuk beroperasi dan bekerja sama dengan
Yayasan Batik Indonesia untuk menyajikan koleksi Batik dari seluruh dunia hingga
sekarang.
36
DAFTAR PUSTAKA
Macleod, Suzanne. 2005. Reshaping Museum Space (Museum Meanings).
Routeledge: Thames.
Ambrose, Timothy. Paine, Crispin. 1993. Museum Basics (Heritage: CarePreservation-Management). Routledge: Thames.
Murphy, Bernice L. 2016. Museums, Ethics and Cultural Heritage. Routledge:
Thames.
Ching, Francis D.K., 1980. Bentuk Ruang dan Susunannya. Jakarta, Erlangga.
Ching, Francis D.K., 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta, Erlangga.
Panero, Julius., 2003. Dimensi Manusia Dan Ruang Interior. Jakarta, Erlangga.
Poerwadarminta., 1993.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Sachari, Agus.,1989. Estetika Terapan. Nova, Bandung. Sedarmayanti., 2002.
Metodologi Penelitian. Bandung, Mandar Maju.
Schwab, Klaus. Davis, Nicholas. 2018. Shaping the Future of the Fourth
Industrial Revolution. Currency. Cambridge.
37
Download