Manajemen dan Organisasi Survei Hidrometri A. KONSEP SUATU PENGUKURAN HIDROMETRI Suatu survei yang direncanakan dengan baik akan berusaha untuk menjaga efektifitas, efisiensi dan mutu hasil survei. Tiga karaketer ini dapat dicapai dengan perencanaan survei yang sistematis dan realistis. Sistematis berarti semua kegiatan terorganisir dan saling mendukung satu dengan yang lain untuk mewujudkan suatu tujuan survei yang terumuskan dengan jelas. Oleh karena itu penjelasan berikut ini akan dimulai dengan mengulas pengaruh tujuan dan kedudukan survei hidrometri pada kerangka kegiatan yang melingkupinya. Ringkasan: Karakter survei: 1. Efektif 2. Efisien 3. Hasil berkulitas Diperlukan perencanaan yang 1. Sistematis 2. Realistis Sistematis: Unsur-unsur kegiatan terorganisir sehingga 1. Saling mendukung 2. Terarah untuk mencapai tujuan yang jelas 1 B. TUJUAN SURVEI HIDROMETRI Pada umumnya suatu survei hidrometri terkait dengan suatu keperluan perencanaan atau perancangan bangunan air untuk berbagai keperluan seperti pengamanan tebing sungai atau pantai, fasilitas pelabuhan dll. serta studi atau evaluasi keadaan hidrodinamika atau hidro-oceanografi di kawasan pantai atau sungai. Oleh karena itu tujuan suatu survei hidrometri diturunkan dari keperluan penyediaan data untuk keperluan-keperluan tersebut di atas. Dalam suatu proses perencanaan bangunan air kedudukan survei hidrometri dapat digambarkan seperti bagan berikut ini. Kriteria Perencanaan/Perancangan ditentukan oleh Survei Hidrometri Metode Hitungan/Pendekatan Data yang telah tersedia Gambar 1.1. Faktor penentu dalam perencanaan survei hidrometri. Pada suatu kegiatan perencanaan bangunan air diperlukan data masukan yang di antaranya adalah data lapangan. Perencanaan bangunan air untuk melindungi tebing dapat diartikan suatu persiapan pengamanan dalam jangka waktu yang panjang dapat pula merupakan suatu perencanaan pengamanan yang harus segera dilaksanakan dalam jangka pendek. 2 Keperluan Data Lapangan Perencanaan atau studi jangka pendek Perencanaan atau studi jangka panjang Gambar 1.2. Dua kelompok kemungkingan keperluan data lapangan yang mempengaruhi perencanaan survei hidrometri. Perencanaan pengamanan tebing sungai atau pantai jangka panjang pada umumnya ditujukan sebagai upaya perencanaan pengamanan tebing sungai atau pantai secara menyeluruh yang melihat kemungkinan-kemungkinan perubahan yang disebabkan oleh intervensi manusia di masa yang akan datang. Perencanaan pengamanan tebing sungai atau pantai jangka pendek adalah perencanaan perlakuan tebing yang harus segera diberikan kepada suatu tebing sungai atau daerah pantai karena terjadinya suatu perubahan oleh adanya bencana alam atau intervensi manusia. Ringkasan: C. KARAKTER SURVEI Penekanan pada perlunya memberakan dua orientasi perencanaan tersebut dikarenakan perbedaannya mempengaruhi sifat pengumpulan data keadaan sungai atau pantai. Dari segi akademis barangkali kebutuhan akan data dapat sama tetapi dari segi keperluan praktis terdapat hal-hal yang mempengaruhi pertimbangan kebutuhan data seperti urgensi, signikansi, kemampuan pembiayaan, kemampuan teknologi, kesiapan tenaga surveyor, dll. Survei untuk perencanaan pengamanan jangka panjang menekankan pada kelengkapan data hidrodinamika, akurasi dan penyimpanan data yang sistematis. Survei untuk perencanaan pengamanan jangka pendek tidak harus terlalu lengkap dan bergantung pada masalah yang dominan yang sedang dihadapi. 3 Oleh karena itu, suatu survei hidrometri yang dapat mempunyai satu, dua atau lebih tujuan, memerlukan informasi penggunaan data yang akan diukur. Dengan demikian konsentrasi survei akan sesuai dengan keperluan data metode pengamanan yang dilakukan. Survei untuk perencanaan pengamanan tebing sungai atau pantai jangka panjang sebaiknya merupakan survei dengan tujuan banyak sehingga usaha dan biaya yang dikeluarkan mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi. Observasi rutin dalam jangka waktu yang panjang seperti monitoring elevasi muka air, tinggi dan periode gelombang datang serta kecepatan dan arah angin adalah contoh bagian dan survei jangka panjang. Pengukuran yang lebih sulit dilakukan seperti arus pantai, transpor sedimen sejajar pantai pada umumnya dilakukan untuk program-program khusus baik untuk keperluan monitoring keadaan pantai sebelum atau sesudah pembangunan suatu bangunan pantai ataupun untuk keperluan penelitian ilmiah. Ringkasan: D. MACAM DATA YANG DIPERLUKAN Dalam problem pengamanan tebing sungai atau pantai, prediksi perubahan topografi daerah yang ditinjau pada masa-masa yang akan datang memerlukan penghayatan proses morfologi yang terjadi di daerah yang ditinjau. Proses hidrodinamika dalam skala kecil dan sedang, seperti gaya-gaya penyebab terjadinya perubahan (driving forces) yaitu gelombang dan arus, transpor sedimen dan perubahan topografi dasar sungai atau di wilayah nearshore diusahakan untuk difahami, bagian mana yang dominan dan perilakunya. Dalam menentukan parameter atau besaran apa yang perlu diukur dan kapan harus diukur diperlukan perumusan tujuan survei jelas. 4 proses hidrodinamika yang dipelajari data yang diperlukan Gambar 1.3. Pengaruh proses hidrodinamika pada pemilihan data yang diukur. Dengan demikian jenis proses hidrodinamika di sungai atau pantai yang keadaannya ingin diketahui harus ditentukan lebih dahulu sesuai problem yang dihadapi. Mengenai kapan pengukuran harus dilaksanakan akan disinggung pada sub-bab - sub-bab berikutnya. Tabel 1. pada halaman berikut ini adalah suatu contoh pengaruh obyek studi pada data yang perlu diukur yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam menentukan jenis data yang perlu diukur. Jenis data tersebut ditentukan oleh jenis proses pantai yang ingin diketahui. Ringkasan: E. PROSEDUR SURVEI Tujuan survei pada umumnya adalah ingin mengetahui mekanisme dan intensitas proses-proses pantai. Misalnya bagaimana dan seberapa keadaan variasi dan kekuatan gelombang, sirkulasi arus pantai (nearshore currents) dan perubahan topografi dasar pantai. Proses-proses pantai tersebut mempunyai ciriciri khusus dan rentang skala ruang dan waktu yang berbeda-beda. Oleh karena itu luas areal yang diamati, waktu pelaksanaan dan lama survei juga berbedabeda. Pemlihan peralatan survei selain ditentukan oleh karakter proses yang diamati dan tujuan survei juga ditentukan oleh beberapa hal, yaitu biaya yang tersedia, kemampuan dan kesadaran operator, ketersediaan suku cadang alat ukur, akurasi yang diinginkan, alat transpor yang tersedia, penerimaan masyarakat di sekitar daerah yang disurvei, dll. Semakin banyak pertimbangan yang dilibatkan dalam perencanaan suatu survei, diharapkan hasil survei menjadi semakin baik. Tetapi 5 pada umumnya di lapangan selalu ada keadaan yang tidak sesuai dengan asumsi pada perencanaan survei. Oleh karena itu, persiapan survei harus mempertimbangkan adanya cadangan baik dalam hal alat, tenaga, biaya maupun waktu dan lama survei. Tabel 1.1. Hubungan antara Data yang Dipertukan dan Proses Pantai yang diobservasi. 6 Pekerjaan yang selalu ada dalam survei adalah penentuan lokasi pengukuran (positioning). Positioning juga mencakup lokasi waktu. Positioning untuk waktu sangat sederhana yaitu dengan mencocokkan semua alat ukur waktu (jam, stopwatch) yang digunakan dalam survei. Sebaiknya pencocokan sampai menit pada referensi waktu standar juga perlu dilakukan (misalnya dari radio atau tv). Positioning untuk tempat dapat merupakan suatu paket pekeraan sendiri. Positioning ini meliputi penentuan lokasi pada ruang 3 dimensi. Dengan demikian letak pengukuran dapat diketahui dengan pasti pada peta-peta lokasi observasi yang sudah ada. Berikut ini adalah langkah-langkah prosedur survei pantai yang umum dilakukan. 1. Penetapan tujuan survei 2. Rencana awal dan studi data sekunder (penetapan waktu. lokasi, proses pantai penting, bahan dan data, informasi sejarah dan hasil studi/survei sebelumnya) 3. Peninjauan lapangan pendahuluan meliputi observasi: a. kesesuaian lapangan dan tujuan survei b. akses alat dan tenaga c. pemilihan tempat kerja (jetti, cliff, menara, dll.) d. ketersediaan sumber daya (listrik. air bersih, logistik dll.) e. ketersediaan tempat berlindung/penyimpanan f. tingkat bahaya lokasi g. keadaan masyarakat sekitar/penguasa/ijin/kegiatan nelayan, dll. 4. Rencana pelaksanaan survei 7 a. areal, tanggal, lama survei b. metode dan alat observasi c. jadwal dan penempatan surveyor d. keadaan darurat dan keamanan e. biaya survei f. akomodasi dan logistik 5. Persiapan pelaksanaan survey (pengadaan bahan, alat dan angkutan) 6. Penyiapan tenaga lokal, instalasi alat, pemeriksaan kerja alat dan operator 7. Pelaksanaan survei 8. Penarikan alat dan personel 9. Pengumpulan catatan dan analisis data 10. Penyusunan Laporan Ringkasan: F. PERENCANAAN SURVEI Skala waktu dan ruang observasi Waktu dan lama pelaksanaan survei serta luas areal yang diobservasi berhubungan dengan proses pantai yang dipelajari. Berikut ini pedoman standar (Hashimoto, 1977) penentuan skala waktu dan ruang survei. Tabel 1.2. Skala Waktu Survei Obyek survei Akresi - erosi pantai Perubahan klimatologi tahunan Perubahan klimatologi mingguan Fluktuasi konsentrasi sedimen 8 Skala waktu 1 s/d 10 tahun 0.5 s/d 3 tahun 0.5 s/d 3 minggu 5 s/d 10 detik Angin Muka air pasang-surut Gelombang panjang Gelombang (a) 0.5 s/d 1 hari 0.5 s/d 3 hari 0.5 s/d 5 menit 3 s/d 15 detik Tabel 1.3. Skala Ruang Survei Obyek survei Pantai di sepanjang pulau-pulau di Jepang Pantai di sepanjang teluk Ruas pantai Zona gelombang pecah Jarak Rip current Panjang gelombang Cusp besar Cusp Ripple Skala ruang (m) 10,000,000 104 s/d 105 102 s/d 105 102 s/d 103 50 s/d 500 50 s/d 500 50 s/d 100 5 s/d 15 0.05s/d 0.5 Ringkasan: G. METODE DAN ALAT PENGUKURAN Metode pengukuran dan alat-alat yang digunakan ditentukan sesuai dengan 1. tujuan studi, 2. skala ruang dan waktu obyek proses hidrodinamika sungai atau pantai, 3. karakteristik sungai atau pantai yang disurvei, 4. karakteristik metode dan alat pengukuran yang digunakan. Tabel 1.4. berikut ini memperlihatkan hubungan antara obyek observasi, teknik pengukuran dan alat yang dipakai. Tabel 1.5. Hubungan antara Obyek Observasi dan Teknik Pengukuran Obyek Tinggi Teknik pengukuran Pengamatan Alat ukur Visual, stadia WG, karnera stereo, dli. 9 gelombang Iangsung Wave gage Muka air rata- Secara optis rata Water level gage Arah Pengamatan gelombang langsung Capacitance WG. resistant-wire WG. steprecording WG, pressure WG, ultrasonic WG. floating WG (buoy). dli. Kamera stereo, kamera memo-motion, dll. Tide gage. kolam penenang, dli. Plane-table dan alidade. transit, kompas, dll. Pengukuran Deretan WG. WG terapung (buoy), CM dan pada titik tetap WG. dll. Arus Pengindcraan jauh Radar, kamera, dll Current meter CM clektromagnetis, CM ultrasonik, CM propeler, dll. Tracer (pelampung), kamera, papan duga, dll. Pengamatan Iangsiing Transpor sedimen Tracer Tracer dan samplers, dll. . Sediment trapping Sand trap, dll. Pengukuran konsentrasi Penangkap sedimen suspensi, botol sampel air, dll. . Pemotretan dalam air Kamera bawah air Topografi Direct leveling Level dan batang teleskopik nearshore . . Indirect leveling Echosounding . Transit Perahu, echo-sounder, positioner (‘transit, sextant, electronic) Kamera stereo di darat Optis Angkutan pasir Pengamatan visual olch angin Pengukuran . kecepatan angin Tracer, asap Anemometer (mekanis hot wire. ultrasonik) . 10 Sand trapping Tracer Lain-lain Singkatan: Sand trap, pant Tracer pasir dicat warna fluorescent Thermo-humid meter, tcrmometer air. electroconductvity meter, barometer. dll. WG = wave gage, CM = current meter Penggunaan alat-alat yang canggih dan operator yang terampil serta mempunyai dedikasi yang tinggi dapat memberikan hasil pengukuran dengan akurasi tinggi. Alat-alat yang canggih tanpa didukung oleh kemampuan dan kemauan operator dapat menghasilkan catatan yang tidak ada artinya. Ada satu pengecualian yaitu pengukuran transpor sedimen. Pengukuran transpor sedimen adalah pekerjaan yang masih sangat sulit. Hal ini salah satunya disebabkan oleh proses angkutan sedimen sendiri mempunyai variasi dan fluktuasi yang cukup besar. Metode yang umum diterapkan adalah pengukuran dengan tracer. Metode-metode pengukuran untuk pengamatan gelombang, arus dan sedimen akan dibahas pada bab-bab berikutnya. Ringkasan: H. JADWAL DAN PENEMPATAN PERSONEL Pada umumnya suatu survei pengukuran di daerah dilakukan pada keadaan gelombang sedang. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan surveyor dan alat-alat terancam bahaya (pada saat gelombang besar) dan hasil pengukuran tidak tenlalu sulit dibaca (pada saat gelombang kecil). Pelaksanaan pengukuran tertentu, seperti pemetaan batimetri. pemasangan alat-alat ukur di dasar pantai, dll., disukai pada saat gelombang kecil. Pada prakteknya keadaan cuaca tidak selalu terjadi seperti apa yang diramaikan. Oleh karena itu persiapan survei harus mernpertimbangkan kemungkinan terjelek dan keadaan pelaksanaan survei. Dengan demikian dalam perencanaan 11 dan pensiapan survei perlu dimasukkan selang waktu cadangan sebelum dan sesudah periode pengukuran ideal, dan cadangan peralatan serta personel survei yang cukup. Pada umumnya survei lapangan untuk pengukuran satu bulan diperlukan dua minggu waktu cadangan. Fase instalasi alat dan pemeriksaan kerja alat dan kerja operator hendaknya dijadwalkan agak awal sehingga tidak tenlalu dekat dengan saat mulainya pengukuran. Hal mi disebabkan sering terjadi masalah pada alat yang memerlukan perbaikan atau bahkan penggantian. Selain itu masalah logistik dan kesehatan surveyor pada periode awal berada di lapangan kadangkala muncul secara tak terduga. Penentuan jumlah personel survei dilakukan setelab perencanaan detail jadwal pengukuran, alat dan metode pengukuran selesai. Tenaga lokal hendaknya ditempatkan pada posisi-posisi yang tidak vital. Pada keadaan pengukuran dengan alat atau operator yang tidak begitu dapat diandalkan kadangkala diperlukan pengukuran kontrol, rnisalnya pengukuran muka air dengan AWLR penlu ditemani dengan pengamatan langsung dengan papan duga. I. PENCEGAHAN KECELAKAAN Seperti telah disebutkan di muka, perencanaan survei perlu memasukkan keperluan alat dan personel cadangan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kontinyuitas pengukuran jika terjadi kecelakaan atau gangguan-ganguan lain. Selain itu perlu diperhatikan pencegahan-pencegahan hal-hal yang mungkin terjadi yang membahayakan keselamatan surveyor walaupun hanya berupa bahaya cidera ringan. Ada baiknya jika setiap surveyor diperiksa kesehatannya sebelum survey dilaksanakan. Peralatan-peralatan keamanan seperti pelampung dan PPPK harus tersedia selama survei berlangsung. 12 Bahaya tidak hanya berasal dan masalah yang ditimbulkan oleh keadaan alam tetapi juga dapat berasal dan masyarakat yang berada di sekitar daerah survei yang kebetulari tidak berkenan dengan pelaksanaan survei. Untuk itu diperlukan kerja sama dengan aparat pemenintah dan pemuka atau tokoh masyarakat setempat. Kerjasama dan hubungan baik dengan masyarakat sekitar daerah survei juga akan sangat bermanfaat jika terjadi suatu kecelakaan. Ringkasan: J. PELAKSANAAN SURVEI Koordinasi Personel survei dikelompokkan menjadi beberapa regu sesuai tugas yang harus dikerjakan. Setiap regu harus mempunyai pemimpin yang bertanggung jawab atas keadaan dan kerja regu tersebut. Pemimpin regu harus tahu pasti apa yang harus dikerjakan oleh anggotanya dan koordinasi dengan regu-regu lain serta mempunyai pengetahuan dasar flsika yang cukup tentang perilaku yang diukur oleh regunya. Dengan demikian jika terjadi penyimpangan pemimpin regu dapat memutuskan modifikasi yang dapat dilakkukan. Komando pelaksanaan survei dilakukan oleh pemimpin utama survei kepada pemimpin-pemimpin regu. Komando dapat dituangkan dalam tabel instruksi atau jadwal pengukuran. Jika dimungkinkan disediakan alat komunikasi untuk keperluan koordinasi tersebut. Jika tidak, pemimpin utama survei dapat melakukan pemenikasaan rutin ke tiap-tiap regu. 13 Gambar 1.4. Contoh jaring-jaring komunikasi pelaksanaan survei (NERC-Jepang) Ringkasan: K. PENCATATAN DAN PERUBAHAN Pencatatan yang tidak dilakukan secara otomatis seperti dengan rol-rol kertas pencatat atau secara magnetis dalam pita atau cakram rekam hendaknya dipersiapkan dalam bentuk tabel atau formulir isian. Tiap formulir isian disertai dengan petunjuk pengisian yang jelas. Catatan tentang kondisi pengukuran, hal-hal khusus atau penyimpangan dan prosedur yang lazim harus dibuat selama pengukuran. Hal ini akan sangat membantu dalam interpretasi data pencatatan yang sangat mungkin dikerjakan oleh orang lain. Untuk mendukung pencatatan yang baik, persiapan harus menyediakan peralatan pencatatan yang tetap dapat digunakan pada keadaan lapangan yang terburuk (gelap, hujan, goncangan, formulir cadangan, alat tulis cadangan, dll.). Peralatan perbaikan alat-alat pencatat otomatis hendaknya perlu disiapkan, seperti kabel-kabel cadangan, kawat, perekat, pembalut, gunting. pisau, dll. Seperti telah disinggung di muka bahwa hampir pada semua survei, keadaan lapangan tidak memungkinkan pelaksanaan survei persis seperti perencanaan 14 survei. Dengan demikian perubahan pelaksanaan di lapangan hampir dipastikan selalu ada. Akan sangat bermanfaat jika kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dilapangan sudah dipersiapkan langkah-langkah penyelesaiannya. Tetapi jika tidak ada persiapan, maka perubahan harus dilakukan dengan pertimbangan akurasi pengukuran dan kebutuhan data oleh analisis selanjutnya. Oleh karena itu paling tidak pemimpin utama dan pemimpin regu diberi informasi tentang tujuan pengukuran dan tujuan studi. Sekali lagi, perubahan-perubahan prosedur selalu disertai catatan pelaksanaannya. Ringkasan: PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR L. PASANG-SURUT DAN M.W.L. Gerak muka air di daerah pantai dengan periode beberapa jam dikelompokkan dalam gerak-pasang surut muka air. Pengukuran gerak muka air pasang-surut diperlukan untuk mengetahui kemungkinan elevasi muka air rata-rata minimum atau maksimum untuk keperluan penentuan elevasi suatu bangunan di daerah pantai. Pengukuran gerak muka air yang relatif sangat lainbat mi memerlukan metode atau alat yang dapat menyaring gerak muka air yang tidak tergolong sebagai gerak pasang-surut. Metode pengukuran yang paling sederhana adalah melakukan pengamatan secara visual. Pencatatan dapat pula dilakukan dengan alat bantu pencatatan (Automatic Water Level Recorder, AWLR). 1) Pengukuran secara visual Pengamatan secara visual dilakukan dengan memasang papan duga dan mencatat bacaan elevasi muka-air. Skala pada papan duga harus diketahui 15 hubungannya dengan referensi koordinat vertikal setempat. Papan duga harus ditempatkan di tempat yang aman dan perubahan posisi (karena hempasan gelombang, tertabrak perahu atau gerusan tanah dasar). Pengamatan pada umumnya dilakUkan flap 15, 30 atau 60 menit. Untuk keperluan peramalan konstanta pasang-surut diperlukan minimal 30 han pencatatan. Pengukuran pasang-surut dapat menipakan bagian dan survei batimetri daerah pantai, pengukuran anus pantai atau pengukuran debit di muara sungai. Pengamatan visual tanpa bantuan bak penenang dapat memberikan akurasi yang sangat rendah. Bak penenang adalah alat penyaning gelombang pendek untuk papan duga atau AWLR. Bak penenang dihubungkan dengan perairan pantai dengan pipa atau saluran hingga fungsi sebagai penyaning gelombang pendek tercapai. Pada umumnya pada saluran atau pipa penghubung diberi sekat dengan beberapa lubang kecil berdiameter I s/d 2 mm. Penlu diperhatikan bahwa dalam menentukan letak lubang mi dihindarkan kemungkinan tertutupnya lubang oleh lumpur atau kotoran. Pengukuran pada malam hari, menurut pengalaman, sebaiknya dilakukan lebih rapat. Hal ini menghindari kemungkinan hilangnya data karena pencatat tertidur. 2) Pengukuran dengan AWLR Penempatan AWLR harus lebih memperhatikan keamanan dan kedudukan alat. Karena alat ini lebih mahal dan kerusakannya dapat menghentikan survei terutama jika ketersediaan suku cadang alat terbatas. Seperti pada papan duga, AWLR perlu ditempatkan pada bak penenang. AWLR tanpa bak penenang yang mencukupi dapat memberikan hasil pengukuran yang kualitasnya lebih rendah dan pencatatan secara manual dengan papan duga sehingga usaha dan biaya yang dikeluarkan terbuang percuma. 16 Walaupun AWLR mencatat secana otomatis, selama pengukuran alat perlu sering dipenksa keadaannya (ketersediaan tinta, keadaan jarum,, keadaan kertas, peredaman gelombang, halangan pada saluran atau pipa penghubung). Sebelum dipasang, selain diperiksa kalibrasi pencatatannya, AWLR perlu diatur sehingga selang pengukuran masuk dalam kertas pencatat.hempasan gelombang, tertabrak perahu atau gerusan tanah dasar). Pengamatan pada umumnya dilakukan tiap 15, 30 atau 60 menit. Untuk keperluan peramalan konstanta pasang-surut diperlukan minimal 30 hari pencatatan. Pengukuran pasang-surut dapat mempakan bagian dan survei batimetri daerah pantai, pengukuran arus pantai atau pengukuran debit di muara sungai. Gambar 2.1. Pengamatan visual pasang-surut dengan papan duga. Gambar 2.2. Pencatat pasang-surut dengan AWLR 17 M. PENGUKURAN GELOMBANG Pengukuran gelombang pendek dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti yang tertera pada Bab 1. Metode pengukuran dapat dikelompokkan menjadi 1. pengukuran dengan alat-alat ukur berada di darat (land based), 2. alat ukur di perairan, dan 3. alat ukur di udara. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan adalah: 1. Metode-metode dan alat-alat ukur yang berada di darat, seperti misalnya pengukuran visual, terbatas jangkauan ukurnya karena tidak mudah mendapatkan lokasi penempatan alat ukur yang sesuai serta kurang luwes untuk beberapa variasi pengukuran. 2. Pengukuran di near- atau surfzone pada umumnya menggunakan transimi kabel baik untuk penyaluran data atau catu daya alat ukur. 3. Telemetri digunakan untuk pengukuran di lepas-pantai atau laut dalain. Berikut ini adalah beberapa uraian singkat tentang karakteristika penting metode dan alat pengukuran gelombang. 1) Pengukuran visual Pengukuran visual yang paling sederhana adalah pengukuran tinggi gelombang pecah secara visual (Hoyt,1971). Pengukuran dilakukan oleh 2 orang. Orang pertama memegang papan duga. Papan duga dipegang supaya dapat berdiri tegak pada garis pantai rata-rata. Dasar papan duga dianggap mendekati elevasi dasar atau lembah gelombang pecah. Orang kedua berdiri di sisi darat dan orang pertama. Orang pertama mencari tempat sehingga ia dapat melihat cakrawala di lepas-pantai satu ganis dengan puncak gelombang pecah dan papan duga. Angka 18 yang terbaca pada papan duga merupakan taksiran tmggi gelombang pecah. Lebih jelasnya lihat sketsa di halaman berikut ini. Gambar 2.3. Pengamatan tinggi gelombang secara visual (Hoyt, 1971). 2) Pengukuran dengan stadia-type wave gauge Alat ukur berupa pelampung berbendera (tanda) yang dipasang di tempat yang diinginkan serta teropong yang dapat digerakkan secara vertikal mengikuti gerak pelampung. Gerak teropong dicatat dengan jarum dan kertas pencatat. Lebih jelasnya lihat sketsa pada halaman berikut ini. Gambar 2.4. Stadia-type wave gauge. 19 3) Pengukuran dengan kamera video atau film Metode ini juga disebut Memo-motion camera system. Prinsip pengukuran adalah merekam pergerakan muka air pada tiang-tiang berskala atau papan duga yang dipasang di surfzone. Perekaman video pada umumnya dilakukan secara menerus untuk interval-interval waktu sampling tertentu. Setiap periode perekaman sebaiknya lebih panjang dan beberapa kali periode gelombang terpanjang yang signifikan di daerah observasi. Perekaman dengan kamera dilakukan dengan pengambilan gambar dengan frekuensi tertentu misalnya dalam durasi 10 menit diambil gambar dengan interval antara gambar 0.2 detik atau dalam durasi 25 menit dengan interval pengambilan gambar 0.5 detik. 4) Pengukuran dengan stereo-photography Gambar diambil dengan dua buah kamera yang dapat diletakkan di darat, digantungkan pada balon atau dengan helikopter. Dan segi akurasi posisi kamera, perletakkan di darat adalah yang paling baik. Tetapi situasi lapangan bisa jadi tidak memungkinkan untuk pengambilan gambat gelombang, terutama jika pantal relatif landai dan tidak mempunyal gundukan pasir (dune) yang cukup tinggi. Kamera dapat pula dipasang di atas bangunan di tepi pantai yang cukup tinggi seperti menara. 20 Gambar 2.5. Pemotretan gelombang dengan stereo-photographs yang digantungkan di udara dengan helikopter dan dengan balon. Jarak antar dua kamera harus cukup untuk mendapatkan efek stereo pada gambar gelombang. Semakin tinggi posisi kamera semakin besar daerah yang dapat dikover tetapi semakin tinggi lokasi kamera akurasi semakin rendah. Pada keadaan udara berangin pengukuran dengan balon atau helikopter sulit dilakukan. Dilaporkan bahwa penggunaan balon terbatas pada kecepatan angin di bawah 5 m/d. Akurasi pengukuran dapat diperkirakan berdasarkan tinggi lokasi kamera dibagi dengan faktor tertentu, C, yang besarnya tergantung alat stereoplotter yang digunakan. Misalnya letak kamera pada ketinggian +200 m dan C = 1500 maka batas akurasi pengukuran adalah 30 cm. 5) Pengukuran dengan listrik Alat ukur tinggi gelombang dengan arus listrik termasuk alat ukur yang diletakkan pada permukaan air. Penggunaan alat jenis ini pada umumnya ditujukan untuk mengukur tinggi gelombang di daerah surfzone. Ada tiga macam yaitu capacitance type, resistance type dan step-type. Jenis pertama terdiri dari seutas kawat logam berisolasi yang dipasang tegak. Sebagian panjang kawat terendam air. Bahan isolasi dan air yang berada di sekeliling kawat pada bagian yang terendam berfungsi sebagai dielektrik yang diukur hambatannya terhadap arus bolak-balik (capacitance) dengan frekuensi yang cukup tinggi. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan adalah: 21 1. jika beberapa alat yang sama diletakkan berdekatan pengukuran dapat menjadi kacau karena interferensi, 2. panjang kabel transmisi mempunyai batas tertentu, 3. dapat terjadi kesalahanjika kabel kotor, 4. perlu dilindungi dan gangguan perahu atau benda apung Iainnya, 5. untuk pengukuran jangka panjang biaya pengoperasian dan perawatan dapat menjadi mahal. Jenis kedua berupa dua buah batang logam terbuka tahan karat sejajar yang dipasang tegak atau dua kabel terbuka dililitkan secara sejajar pada tabung dan bahan isolator. Air laut yang berada di antara dua logam sejajar tersebut berfungsi sebagai penghantar arus listrik. Perubahan arus listrik karena perubahan panjang celah yang terendam dikorelasikan dengan elevasi muka air dan direkam. Alat ini jarang dipakai di surfzone. Baik jenis pertama (capacitance) maupun jenis yang kedua ini (resistance) memberikan response sinyal yang sangat linier. Jenis yang kedua lebih sensitif terhadap kotoran tetapi tidak menghadapi masalah interferensi. Jenis yang ketiga, step-type wave gage, adalah berupa barisan elektrode dengan interval tetap yang dipasang pada sebuah batang vertikal. Jika air berada di antara sepasang kutub elektrode maka terjadi hubungan arus listrik. Dengan demikian setiap elektrode berfungsi sebagai sakelar yang dihidup-matikan oleh keberadaan air di antara dua kutubnya. elektrodeelektrode yang terendam berstatus hidup dan elektrode-elektrode yang berada di atas permukaan air berstatus mati. Dengan diketahuinya nomor elektrode mana yang berada pada batas antara status hidup dan mati, elevasi muka air dapat diperkirakan. 22 Problem yang dihadapi oleh alat ml adalah hidupnya elektrode oleh tetesan air. Untuk menyelesaikan masalah mi beda daya hantar listrik yang diakibatkan oleh tetesan air dan oleh rendaman air perlu dicari. Gambar 2.6. Alat ukur gelombang dengan listrik (a) capacitance, (b) resistance, (c) step-type 23 6) Pengukuran gelombang melalui tekanan Alat pengukur tinggi gelombang dengan prinsip pengukuran tekanan pada umumnya dipasang di dasar pantai. Elevasi muka air atau tinggi gelombang diukur berdasarkan perubahan tekanan hidrostatis yang terasa di dasar pantai. Sensor penangkap tekanan dapat berupa gelembung udara dalam tabung karet (rubber tube), tahanan litrik geser, diferensial transformator, membran logam tahan karat, atau piezoelectric. Cara penyaluran data dan perekaman dapat bervariasi. Data dapat disalurkan ke darat lewat kabel atau gelombang radio, alat perekam di darat. Data dapat direkam di tempat dan pada waktu-waktu tertentu rekaman diambil untuk dianalisis di darat. Dikenal dua sistem pengukuran yaitu absolut pressure dan d4fferential pressure. Pada sistem absolut pressure, angka pencatatan menunjukkana tekanan absolut pada saat tertentu. Sistem mi memungkinkan dilakukannya analisis perubahan tinggi muka air rata-rata yang berperiode lambat berdasarkan data yang tercatat. Pada sistem differential pressure pengukuran hanya mencatat perubahan tekanan dengan periode yang relatif cepat. Perubahan lambat tidak terekam oleh pencatat sistem mi. Pada sistem absolut pressure peneinpatan kedalaman alat dapat terbatas. Pada sistem differential pressure, alat dapat menyesuaikan din pada kedalaman berapapun, hanya saja penurunan alat harus pelan-pelan (ada kecepatan maksimuninya). 24 Gambar 2.7. Pengukur gelombang dengan tekanan. 7) Pengukuran dengan Buoy Alat ukur dengan buoy menangkap akselerasi gerak yang dialami buoy akibat naik turunnya muka air. Akselerasi vertikal yang tercatat kemudian diintegralkan sehingga diperoleh catatan tinggi gelombang. Alat mi pada umumnya dipakai untuk pengukuran di lepas-pantai. Data dapat direkam di tempat, dikirim melalui gelombang radio ke stasion pencatat di darat, atau dikirim melalui kabel ke stasion pencatat di perahu yang ditambatkan di dekatnya. Buoy sering dikombinasi dengan alat ukur sistem tekanan atau ultrasonik yang dipasang di dasar pantai. Buoy ada yang dapat sekaligus mencatat arah gelombang datang. 25 Gambar 2.8. Pengukur gelombang dengan Buoy. N. ALAT UKUR LAIN 1) Pengukuran dengan gelombang ultrasonik Prinsip kerja alat adalah mengukur waktu tempuh pulsa gelombang ultrasonic yang terpantul oleh bidang muka air. Alat pemancar dan penerima pulsa gelombang ultrasonik dapat diletakkan di dalam air atau dipasang di udara. Pada pemasangan alat di dalam air, gelombang merambat dalam air. Kecepatan rambat gelombang ultrasonik dalam air relatif stabil. Penempatan alat di udara dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu udara karena kecepatan rambat gelombang ultrasonik cukup sensitif terhadap suhu udara. 26 2) Pengukuran dengan radio Prinsip pengukuran serupa dengan metode pengukuran dengan gelombang ultrasonik. Metode ini tidak menggunakan pancaran pulsa-pulsa gelombang tetapi menggunakan modulasi frekuensi gelombang gergaji sehingga pancaran gelombang menerus tetapi frekuensi gelombang radio bergeser naik-turun. Pengukuran perubahan jarak/elevasi muka air diperoleh melalui pergeseran fase anrata gelombang modulasi yang dipancarkan dan gelombang yang diterima (pantulan). 3) Pengukuran arah gelombang Perkiraan kasar arah gelombang dapat dilakukan dengan pengamatan visual berpedoman pada kompas magnetis. Pangamatan akan lebih mudah dilakukan jika berada pada tempat yang cukup tinggi. Beberapa metode pengukuran dengan alat ukur adalah sebagai berikut ini. 4) Wave gage array Pengukuran arah gelombang dilakukan dengan dua atau lebih alat ukur dengan listrik (capacitance, resistance atau step-type) yang dipasang berderet. Jarak antar alat ukur kurang dan setengan panjang gelombang, (L/2), gelombang yang terpanjang yang diaxnati. Deretan alat ukur membentuk garis yang diperkirakan tegak lurus dengan arah utama gelombang. Distribusi arah gelombang diperoleh dengan menganalisis statistik rekaman pengukuran. 5) Buoy Pengukuran arah gelombang dapat dilakukan dengan suatu buoy khusus (Longuet-Higgins, Cartwright, dan Smith, 1963) yang mencatat akselerasi vertikal, dan kemiringan horisontal dalam dua arah (sumbu x dan y). Telah dikembangkan suatu jenis buoy lain yang mengukur pula kelengkungan kurva muka air dalam dua arah horisontal (Mitsuyasu, 1975). 27 6) Current meter Pengukuran arah gelombang dapat pula dilakukan dengan alat ukur kecepatan aliran yang mengukur dua arah kecepatan secara simultan. Nigata, 1964, mengembangkan alat ukur arus magnetis dua dimensi untuk mengamati arah prinsipal gelombang. 7) Alat lain Metode pengkuruan arah gelombang lainnya adalah dengan menggunakan strain gage-type direction meter (Takashi, et al., 1970) atau penginderaan jauh (radar, photogrammetry). PENGUKURAN ARUS PANTAI 3.1. METODE Metode pengukuran arus pantai dapat dipisahkan menjadi dua kelompok prinsip pengukuran yaitu Eulerian dan Lagrangian. Metode Eulerian mengukur arus dengan memantau kecepatan pada suatu titik tetap misalnya dengan current meter sedangkan metode Lagrangian memantau kecepatan dengan mengikuti partikel yang bergerak bersama aliran misalnya dengan pelampung. Pengukuran arus di laut dalam (deep water) dapat dilakukan dengan alat ukur Eulerian, seperti current meter baling-baling, elektromagnetik, ultrasonik, dan hot-wire. Di daerah nearshore khususnya di surfzone, alat ukur di atas kurang sesuai untuk pengukuran arus karena perilaku aliran yang sangat dipengaruhi oleh gelombang, sedimen dan udara /buih. Obyek pengamatan arus di nearshore yang melibatkan mengukuran arus pantai adalah: 28 • variasi lambat (long term variation) seperti arus pasang-surut, gelombang menyamping (edge waves), surf beat, dll., • gelombang gravitasi (gravity waves) seperti gelombang angin dan gelombang swell, • arus nearshore seperti arus longshore, arus rip, dan • gelombang pecah serta arus turbulensi. Pengukuran di nearshore pada umumnya lebih dapat diandalkan jika menggunakan metode Lagrangian seperti dengan tracer atau pelampung. 3.2. ALATUKUR Pelampung Pengukuran arus yang paling sederhana adalah dengan mengukur waktu tempuh pelampung menempuh jarak tertentu. Pada arus pantai yang relatif kecil, metode pengukuran ini dapat memberikan hasil yang lebih akurat dan metode lain. Terdapat dua jenis metode yaitu pengamatan Eulerian dan Lagrangian. Metode yang pertama menggunakan pelampung yang diikatkan pada benang. Pengamat melepaskan pelampung dari perahu kemudian mengukur waktu antara tandatanda di ujung benang. Pengukuran perlu menunggu dahulu sampai pelampung bergerak bersama aliran. Sebagai contoh pelampung dengan benang sepanjang 30 m, tanda- tanda dipasang pada 5 m pertama dan 5 m sebelum ujung benang terakhir. 29 Metode yang kedua mengamati lokasi pergerakan pelampung dan waktu ke waktu dari suatu tempat tetap di darat. Pelampung dilepas dan perahu, kemudian perahu mengikuti pelampung dengan jarak tertentu yang tidak mengganggu pengamat di darat. Setelah jangkauan areal pengukuran dicapai pelampung diambil oleh operator di perahu. 30 Gerak pelampung diusahakan mewakili kecepatan rata-rata tampang vertikal. 31 Propeler Pengukuran arus dengan propeler sering dilakukan terutama yang dapat mengukur kecepatan dan arah secara bersama-sama. Karena adanya gerak orbital partikel air, pengukuran memberikan hasil yang baik pada daerah pantai dengan kecepatan arus relatif besar yang lebih dominan dari gerak orbital partikel air oleh gelombang atau pada kedalaman air yang sudah tidak dipengaruhi gerak orbital gelombang (deep water). Selain itu masalah lain adalah, jika pengukuran dilakukan dengan menggantungkan propeler pada perahu pengukuran akan menghadapi gangguan goyangan perahu oleh gelombang. Penggunaan propeler untuk mengukur arus pantai dianjurkan untuk memilih propeler yang dipasang pada batang kaku yang dasarnya ditanam pada dasar pantai. Pencatatan dianjurkan dilakukan secara elektronis dan kontinyu dengan selang waktu pencatatan lebih pendek dan gelombang (0.2 - 0.5 detik). 33 Alat ukur arus elektromagnetik dan ultrasonik Pengukuran dengan alat ukur lain seperti Electromagnetic Current Meter dan Ultrasonic Current Meter mempunyai karakter yang hampir sama dengan pengukuran dengan propeler. Dua jenis alat tersebut biasanya ditempatkan secara tetap di dasar pantai. Dengan demikian posisi horisontal dan vertikalnya tetap selama periode pengukuran. Kelebihannya dari alat ukur propeler adalah pencatatan dilakukan secara menerus sehingga analisis data dapat dilakukan untuk memisahkan antara komponen kecepatan orbital dan arus pantai. Penggunaan alat ini memerlukan pemeriksaan keadaan alat secara rutin untuk melihat apakah alat dalam keadaan baik tidak tertutup kotoran. Pengukuran dengan alat ini pada umumnya dilakukan pada daerah sebelum gelombang pecah karena di surfzone dasar pantai berubah-ubah. Secara garis besar prinsip kerja current meter elektromagnetis adalah mengukur pergerakan arus air melalui perubahan medan magnit oleh arus listrik yang mengalir melalui aliran air. Arus listrik diberikan oleh dua elektroda dan perubahan medan elektromagnetik ditangkap dengan gulungan kabel (coil). Tegangan yang timbul dalam coil mempunyai hubungan langsung dengan kecepatan aliran. Prinsip kerja current meter ultrasonik adalah sebagai berikut ini. Sepasang sensor 34 bergantian sebagai pemancar dan penerima pulsa gelombang. Waktu tempuh pulsa antara dua keadaan dibandingkan, selisihnya dibagi 2 untuk menghitung kecepatan. 35 4. PENGUKURAN TRANSPOR SEDIMEN 4.1. PENGANTAR Pengukuran transpor sedimen pantai adalah bagian dari upaya mengetahui perubahan topografi/batimetri dasar pantai. Pengukuran sedimen dapat langsung memberikan gambaran langsung kecenderungan perubahan topografi pantai secara khusus yaitu untuk lokasi dan periode yang diamati Pengukuran sedimen dapat pula dipakai sebagai alat untuk mengkalibrasi model matematis atau numeris yang mengevaluasi dan memprediksi perubahan topografi pantai. Model yang terkalibrasi dengan baik seIanjutnya dapat digunakan untuk prediksi kemungkinan- kemungkinan keadaan yang akan terjadi dan beberapa alternatif perancangan pengamanan pantai. Untuk keperluan tersebut di atas yaitu evaluasi atau prediksi perubahan topografi daerah pantai, pada umumnya diperukan pengukuran pada beberapa lokasi. 4.2. METODE Pengukuran transpor sedimen dapat berupa pengambilan sampel sedimen suspensi, material dasar, penangkapan angkutan dasar (bedload transport), pengamatan pergerakan sedimen dasar dengan tracer. pengamatan dengan alat sedimen fluks meter atau observasi angkutan sedimen dasar dengan kamera. Metode pengukuran transpor sedimen tersebut di atas secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu 1. pengukuran fluks atau transport rate dan 2. pengukuran konsentrasi sedimen Metode-metode pengukuran yang termasuk kelompok pertama adalah pengukuran dengan tracer, ultrasonik fluks meter dan sedimen trap. Metode-metode yang 36 termasuk kelompok kedua adalah pengukuran dengan light transmision meters dan sedimen sampling. 4.3.PENGUKURAN FLUKS SEDIMEN 2.PENGUKURAN DENGAN TRACER Tracer dapat berupa material setempat yang diberi tanda (warna) atau material khusus yang dicampurkan ke material setempat. Metode penempatan tracer • instant, sesaat • continuous, menerus 2. METODE PENGUKURAN • Spatial Sampling Method (SIM)/Pengambilan Simultan pada Beberapa Lokasi • Temporal Sampling Method (TIM)/Pengambilan berturut-turut pada lokasi tertentu. Metode penempatan sesaat dapat diikuti oleh kedua metode pengukuran sedangkan metode penempatan tracer menerus hanya sesuai dengan metode pengukuran pengambilan berturut-turut. 37 Hitungan perkiraan transpor sedimen, q, berdasarkan pada kecepatan pergerakan titik berat sebaran tracer, v, dikalikan dengan tebal lapisan sedimen yang bergerak, h, (q= v h). Pergerakan titik berat tracer dapat didekati dengan metode sebagai berikut. Untuk penempatan sesaat yang diikuti pengukuran dengan SIM, jarak antara lokasi penempatan tracer dan titik berat kontur konsentrasi/ jumlah tracer dapat diperkirakan dari plot hasil pengukuran pada peta. Kecepatan pergerakan diperoleh dan jarak tersebut dibagi dengan selang waktu antara saat penempatan tracer dan saat pengambilan sampel tracer. Untuk penempatan sesaat yang diikuti dengan TIM, kecepatan pergerakan tracer diperkirakan dari jarak antara lokasi penempatan tracer dan lokasi pengamatan dibagi dengan waktu mencapai konsentrasi/jumlah tracer maksimum. Lokasi pengukuran tracer terletak di sebelah hilir lokasi penempatan tracer. Untuk motode penempatan tracer menerus yang diikuti dengan TIM, perkiraan kecepatan pergerakan tracer dilakukan mirip seperti pada metode penempatan sesaat yang diikuti dengan TIM, hanya saja perkiraan waktu mencapai puncak diganti dengan waktu mencapai konsentrasi/jumlah tracer tetap. Tebal lapisan sedimen yang bergerak diperkirakan dari profil konsentrasi tracer vertikal. Hasil beberapa penelitian rnenunjukkan hubungan antara kecepatan pergerakan sedimen, v, dan kecepatan arus, V, di surfzone adalah sebagai berikut ini. • v =0.014 V (Kraus et al.,1982) • v=0.01 V (Kato et al, 1985) •v = 0.0081V (Komar, 1978) 38 Untuk tebal lapisan yang bergerak, h, telah diperoleh beberapa pedoman empiris sebagai berikut. • h = 0,027Hb Kraus et al., 1982, Kraus, 1985) • h = 810 4d (b - crit) (Samura dan Kraus, 1985) dengan Hb adalah tinggi gelombang pecah, d adalah median ukuran butiran dasar, dan adalah parameter Shield. Indeks b menunjuk pada lokasi gelombang pecah dan indeks crit menunjuk pada keadaan permulaan gerak butiran. Pengukuran dengan tracer Pengukuran dengan Sedimen Trap Pengukuran transpor sedimen dengan sedimen trap lebih praktis pelaksanaannya karena tanpa prosedur persiapan pengukuran yang banyak. Pelaksanaan pengukuran juga relatif cepat. Ada beberapa kelemahan dan metode ini adalah seperti adanya gangguan pada pola arus di tempat pengukuran dan pada penangkapan sedimen dasar alat penangkap dapat menimbulkan scour yang kesemuanya ini mengurang akurasi pengukuran. Pada situasi-situasi tertentu kelemahan-kelemahan di atas dapat 39 diabaikan. Pada keadaan in metode pengukuran dengan sedimen trap menjadi pilihan utama. Teknik pengambilan sedimen di daerah pantai dikembangkan dari teknik penangkapan sedimen di sungai yang sudah banyak dikenal. Hanya saja pada pengukuran sedimen di daerah pantai perlu dipertimbangkan pengaruh arus yang tidak selalu satu arah. Metode penangkapan sangat bervariasi. Surveyor dapat mengembangkan metode spesifik tertentu dengan pertimbangan hidrodinamika yang menyeluruh. Di bawah ini adalah beberapa faktor yang menentukan metode penangkapan sedimen di daerah pantai. 1. Faktor mode angkutan yaitu apakah yang ditangkap berupa sedimen suspensi atau sedimen dasar. 2. Faktor daerah yang diukur seperti: swashzone, surfzone atau offshore Zone. 3. Faktor operasi pengukuran seperti: pengendapan atau dengan saringan. 4. Faktor penempatan alat seperti: digantungkan pada bangunan tetap, digantungkan pada rangka yang diletakkan di perairan pantai, diletakkan di atas dasar pantai atau ditanam di dasar pantai. Prinsip pengukuran dengan sedimen trap adalah mengukur jumlah sedimen yang tertangkap dalam satuan waktu tertentu untuk luas tampang tertentu (lubang intake/mulut penangkap sedimen). Dengan demikian nilai transpor sedimen langsung diketahui dari pembagian jumlah sedimen tertangkap, W, dengan waktu pengukuran, t, q =W/t. Berikut ini adalah beberapa contoh spesifik metode pengukuran transpor sedimen pantai dengan sedimen trap. 40 (1) Metode pengendapan alami Arus air ditangkap melalui lubang ke dalam ruang penangkap sedimen kemudian air dapat keluar lagi melalui lubang hilir. Ruang penangkap mempunyai volume yang relatif besar terhadap lubang air sehingga sedimen suspensi yang ikut masuk bersama air dapat menggendap sebagian atau semuanya dalam ruang penangkap. Alat dapat dibuat dari bambu (Fukushima dan Mizoguchi, 1958) atau dari tabungtahung plastik (Kajinia, 1980). Tiap ruas bambu atau tabung plastik diberi dua lubang, satu untuk jalan air masuk dan yang lainnya untuk jalan air keluar. Metode ini khususnya diterapkan untuk penangkapan sedimen suspensi. Selang waktu penangkapan pada umumnya berkisar antara beberapa jam sampai beberapa hari. Metode penangkapan sedimen dengan saringan Metode ini dapat digunakan baik untuk penangkapan sedimen suspensi atat sedimen dasar. Alat berupa rangka lubang mulut penangkap yang dipasang pada batang atau rangka tegak untuk penangkapan sedimen suspensi atau pada pelat datar untuk penangkapan sedimen dasar, kantung saringan yang dipasang pada rangka mulut tersebut dan ujung hilirnya diikat dengan tali sebagai pengatur letak. 41 Pengoperasian alat cukup sederhana yaitu alat ditempatkan pada lokasi yang akan diukur kemudian setelah selang waktu tertentu yang tergantung besar kecilnya arus di tempat alat diambil untuk diukur berarti jumlah sedimen yang tertangkap. Pengoperasian alat cukup sederhana yaitu alat ditempatkan pada lokasi yang akan diukur kemudian setelah selang waktu tertentu yang tergantung besar kecilnya arus di tempat alat diambil untuk diukur berat/jumlah sedimen yang tertangkap. 42 (2) (3) Pengukuran dengan sedimen fluks meter Salah satu alat sedimen fluks meter adalah ultrasonic flux meter. Alat berupa sebuah pemancar terarah gelombang ultrasonik (ultrasonic speaker) dan dua buah penerima gelombang (ultrasonic microphone). 43 Pancaran gelombang diarahkan membuat sudut, 9, terhadap arah arus. Gelombang yang menerobos aliran dengan sedimen ditangkap dengan penerima satu dan gelombang yang terpantul oleh sedimen suspensi ditangkap oleh penerima yang lainnya. Pengukuran fluks sedimen dilakukan dengan mengukur kecepatan gerak partikel berdasarkan prinsip Doppler shift dan mengukur konsentrasi sedimen berdasarkan perubahan intensitas gelombang ultrasonik yang telab menembus lapisan sedimen suspensi. Kecepatan partikel sedimen diperkirakan berdasar rumus Doppler shift: U=c+ff2fcos Hubungan antara perubahan intensitas gelombang ultrasonik diperoleh dengan kalibrasi. 44 4.4 PENGUKURAN KONSENTRASI SEDIMEN Pengukuran konsentrasi sedimen dilakukan dengan pengambilan sampel air bersama sedimen suspensi seperti apa adanya di lapangan. Pengambilan dilakukan dengan botol-botol sampel yang diletakkan pada tempat-tempat yang diinginkan dan dibuka kemudian ditutup pada saat-saat yang diinginkan. Dalam pengukuran transpor sedimen suspensi, metode pengambilan sampel sedimen suspensi ini harus disertai dengan pengukuran arus pantai. Kuantitas transpor sedimen pada prinsipnya diperkirakan dan perkalian antara konsentrasi sedimen dan debit arus. Pengukuran yang teliti secara konseptual mengukur konsentrasi dan kecepatan pada beberapa kedalaman dan transpor sedimen dihitung pada tiap pias kedalaman. Tetapi pengukuran arus pada beberapa kedalaman di daerah pantai sangat sulit. Hal ini disebabkan adanya gerak orbital gelombang. Praktisnya pengukuran arus cukup dilakukan untuk kecepatan rata-rata vertikal dan hasil pengukuran konsentrasi sedimen dirata ratakan pada tiap tampang vertikal. 45 Contoh-contoh alat penangkap sedimen suspensi. ([) V~iIyt~ (c)Sioj, U) ~ viii).: 1lIl~I (Ii ) l’iiin t~tbIt.~ \ 46