HUBUNGAN KETEPATAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 SAMPAI 3 DI SDN 01 GENUK UNGARAN SKRIPSI Digunakan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Keperawatan Oleh MIFTAHUL FAIZIN NIM.010113A073 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 1 UNGARAN 2019 Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Program Studi SI Keperawatan Skripsi, Februari 2019 Miftahul Faizin 010113A073 “Hubungan Ketepatan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Kelas 1 Sampai 3 Di Sdn 01 Genuk Ungaran” (xvi+ 65 halaman + 8 tabel+ 4 gambar+ 10 lampiran) ABSTRAK Latar belakang : Anak-anak pada usia 8-10 mempunyai resiko yang tinggi terhadap karies gigi, karena pada usia tersebut anak-anak mempunyai kebiasaan makan jajanan yang kariogenik. Pola jajan merupakan hal yang perlu dijaga untuk mencegah terjadinya karies. Masalah lain yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya karies gigi adalah kebiasaan menggosok gigi. Tujuan penelitian: mengetahui hubungan ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. Desain penelitian: deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah 108 anak SDN 01 Genuk Ungaran. Jumlah sampel sebesar 86 anak dengan teknik proportionate random sampling dan pengambilan data menggunakan koesioner. Dan menggunakan analisis data bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil : ada hubungan ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran dengan p value 0,000< α 0.05 Saran : Diharapkan siswa melakukan pemeliharaan gigi sejak dini dalam pengetahuan tentang cara menggsok gigi yang baik dan benar. Kata kunci : Ketepatan menggsook gigi,Kejadian karies gigi Kepustakaan :41 (2008-2018) 2 Faculty of Nursing, Ngudi Waluyo University SI Nursing Study Program Thesis, February 2019 Miftahul Faizin 010113A073 "The Correlation of the Accuracy of Teeth Rubbing with Dental Caries in Children in Grades 1 to 3 in Sdn 01 Genuk Ungaran" (xvi + 65 pages + 8 tables + 4 images + 10attachments) ABSTRACT Backgroun: Children at the age of 8-10 have a high risk of dental caries, because at that age children have a cariogenic snacking habit. Snack patterns are things that need to be maintained to prevent caries. Another problem that must be considered to prevent the occurrence of dental caries is the habit of brushing teeth. Objective: to know the correlation ofthe accuracy of brushing teeth with the incidence of dental caries in children from grade 1 to 3 at SDN 01 Genuk Ungaran Merhod: this reseach design was descriptive correlative with cross sectional approach. The population in this study was 108 children of SDN 01 Genuk Ungaran with the samples is 86 children with the proportionate random sampling technique and data collection tool used questionnaire. And use bivariate data analysis using Chi Square test Results: there is a correlation between the accuracy of brushing teeth with the incidence of dental caries in children from grade 1 to 3 at SDuk 01 Genuk Ungaran wtih p value of 0,000 <α 0.05 Suggestion: It is expected that students carry out dental care from an early age in knowledge of how to use teeth properly and correctly. Keywords: Accuracy of tooth extraction, Occurrence of dental caries Literature: 41 (2008-2018) 3 4 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi berjudul : HUBUNGAN KETEPATAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 SAMPAI 3 DI SDN 01 GENUK UNGARAN Disusun oleh : MIFTAHUL FAIZIN NIM. 010113A073 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah Diperkenankan untuk diujikan Ungaran, Februari 2019 Pembimbing I Pembimbing II Ns. Natalia Devi, S.Kep., M.Kep,. Sp. Kep.An NIDN. 0624128601 Ns. Yunita Galih Yudanari, S.Kep., M.Kep. NIDN. 0612067804 5 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi berjudul HUBUNGAN KETEPATAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 SAMPAI 3 DI SDN 01 GENUK UNGARAN Disusun oleh : MIFTAHUL FAIZIN NIM. 010113A073 Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Hari Tanggal : : Februari 2019 Tim Penguji: Ketua/Pembimbing Utama Ns. Natalia Devi, S.Kep., M.Kep,. Sp. Kep.An NIDN. 0624128601 Anggota/Penguji Anggota/Pembimbing Pendamping Ns. Mona Saparwati, S.Kp., M.Kep NIDN. 0628127901 Ns. Yunita Galih Yudanari, S.Kep., M.Kep. NIDN. 0612067804 Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Keperawatan 6 Ns. Faridah Aini, S.Kep.,M.Kep., Sp.KMB NIDN. 0629037605 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Miftahul Faizin Tempat, tanggal lahir : Brebes, 12 Februari 1994 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Warga Negara : Indonesia Alamat : Jln Dewi Sartika Rt 02/II No.64 Desa Sigambir, Brebes, Jawa Tengah Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Sigambir 01 : tahun 2000 – 2006 2. SMP Negeri 02 Brebes : tahun 2006 – 2009 3. MA Negeri 01 Brebes : tahun 2009 – 2013 4. Universitas Ngudi Waluyo : tahun 2013 – sekarang 7 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Yang bertandatangan dibawah ini saya, Nama : Miftahul Faizin NIM : 010113a073 Mahasiswa : Program Studi S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi berjudul “Hubungan Ketepatan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Kelas 1 Sampa 3 Di SDN 01 Genuk Ungaran ” adalah karya ilmiah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apapun di Perguruan Tinggi manapun 2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber 3. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Ngudi Waluyo. Ungaran, Februari 2019 8 Miftahul Faizin HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Miftahul Faizin Nomor Induk Mahasiswa : 010113a073 Program Studi : S1 Keperawatan Menyatakan memberi kewenangan kepada Kampus Universitas Ngudi Waluyo untuk menyimpan, mengalih media/format-kan, merawat dan mempublikasikan skripsi saya dengan judul “ Hubungan Ketepatan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Kelas 1 Sampa 3 Di SDN 01 Genuk Ungaran ” untuk kepentingan akademis. Ungaran, Februari 2019 Yang Membuat Pernyataan Miftahul Faizin (010113a073) 9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripi penelitian dengan judul “Hubungan ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran.”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa arahan, motivasi dan doa yang senantiasa diberikan selama ini dari berbagai pihak. Sehingga dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr. Subyantoro, M. Hum., selaku Rektor Universitas Ngudi Waluyo 2. Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo 3. Ns. Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB., selaku ketua Program Studi Keperawatan 4. Ns. Natalia Devi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan proposal skripsi ini 10 5. Ns. Yunita Galih Yudanari, S.Kep,. M.Kep, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan proposal skripsi ini. 6. Seluruh dosen dan staf pengajar Universitas Ngudi Waluyo Ungaran. 7. Kedua orangtua saya yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, semangat, dan materi. 8. Semua keluarga tercinta yang telah banyak memberikan doa, materi, semangat dan motivasi. 9. Semua sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu memberikan semangat, kritik, saran, bantuan dan dukungan selama ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan proposal skripsi ini. Ungaran, Februari 2019 Penulis 11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i ABSTRAK ii HALAMAN PERSETUJUAN iv HALAMAN PENGESAHAN v DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN vii HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI viii KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI xi DAFTAR TABEL xiii DAFTAR BAGAN xiv DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi 12 BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. RumusanMasalah 6 C. Tujuan Penelitian 6 D. Manfaat Penelitian 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 A. Anak Usia Sekolah 8 B. Pertumbuhan gigi anak sekolah 11 C. Ketepatan Menggosok Gigi 14 D. Karies Gigi 20 E. Hubungan Ketepatan Cara Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi 33 F. Kerangka Teori 35 G. Kerangka Konsep 36 H. Hipotesa 36 BAB III METODE PENELITIAN 37 A. Desain Penelitian 37 B. Tempat dan Waktu Penelitian 37 C. Populasi dan Sampel Penelitian 38 D. Variabel Penelitian 40 E. Definisi Operasional 41 F. Pengumpulan Data 35 13 G. Etika Penelitian 44 H. Pengolahan Data 45 I. Analisis Data 46 BAB IV HASIL PENELITIAN 49 BAB V PEMBAHASAN 52 BAB VI PENUTUP 61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian dan Penyebarannya 39 Tabel 3.2 Definisi Operasional 41 Tabel 3.3 Kisi- kisi kuesioner 42 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia 49 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin 49 Tabel.4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan ketepatan menggosok gigi 50 Tabel.4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan karies gigi 50 Tabel.4.5 Hubungan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. 14 51 15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Urutan pertumbuha gigi sulung 11 Gambar 2.2 Pertumbuhan gigi 12 Gambar 2.3 Urutan pertumbuhan gigi tetap 14 Gambar 2.4 Cara menggosok gigi yang benar 19 Gambar 2.5 Kerangka teori 35 Gambar 2.6 Kerangka konsep 36 16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan Lampiran 2. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Izin Uji Validitas Lampiran 4. Surat Balasan Uji Validitas Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dan Mencari Data Lampiran 6. Surat Balasan Penelitian dan Mencari Data Lampiran 7. Permohonan Responden Lampiran 8. Persetujuan Responden Lampiran 9. Kuesioner Lampiran 10. Lembar Konsultasi 17 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering mempengaruhi individu pada segala usia, karies gigi merupakan masalah kesehatan mulut yang utama pada anak-anak dan remaja. Upaya menurunkan insidensi dan akibat gangguan sangat penting pada masa kanakkanak karena karies gigi, jika tidak ditangani, akan menyebabkan kerusakan total pada gigi yang sakit (Wong, 2009). Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Dalam pencapaian target Indonesia Sehat 2013, dilakukan peningkatan status kesehatan gigi juga peningkatan kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan secara global. Adapun sasaran secara menyeluruh tahun 2010 menurut WHO 90% anak berumur <5 tahun bebas karies, berumur < 18 tahun tidak ada gigi yang dicabut karena karies dan periodontal (Dewanti, 2012). Menurut WHO dalam RISKESDAS (2013) diperkirakan bahwa 90% dari anak sekolah di dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies gigi sedangkan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan penyakit 19 masyarakat yang diderita oleh 38,5% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dengan prevalensi 61% penduduk. Penyakit yang terbanyak yang diderita masyarakat Indonesia adalah karies gigi dan penyakit periodontal. RISKESDAS (2013) menunjukkan prevalensi penduduk yang bermasalah gigi dan mulut dan yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi dalam 12 bulan terakhir adalah 23,4% dan terdapat 1,6% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya. Dari penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut terdapat 29,6% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. Menurut data Pengurus Besar PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) menyebutkan bahwa sedikitnya 89% penderita gigi berlubang adalah anakanak dibawah usia 12 tahun. Berdasarkan hasil survey yang dipaparkan, sekretaris Persatuan Dokter Gigi Indonesia Jawa Tengah, drg. Karjati, sebanyak 87% anak 3-6 tahun sudah menderita karies pada giginya (Kemenkes RI, 2011). Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita dimasyarakat di Indonesia pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Tingginya angka kejadian penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini terlihat dari kebiasaan benar menyikat gigi penduduk Indonesia pada tahun 2015 untuk usia <12 tahun hanya 1,7%, presentase penduduk Provinsi Jawa Tengah usia <12 tahun yang menyikat gigi setiap 20 hari sebesar 94,6% dan perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 1,7% (Kemenkes RI, 2015). Penelitian yang di lakukan oleh (Astoeti, 2010) bahwa di Jakarta 90% anak mengalami gigi berlubang. Angka ini di duga akan lebih parah lagi di daerahdaerah,serta anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Karies merupakan istilah yang lebih di kenal dengan gigi berlubang. Dalam ilmu kedokteran gigi,karies gigi adalah demirenalisasi yang di sebabkan oleh suatu interaksi antara mikroorganisme, saliva, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email. Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi yaitu email dentil dan sementum,yang di sebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Edwina,2012) . Anak-anak pada usia 8-10 mempunyai resiko yang tinggi terhadap karies gigi, karena pada usia tersebut anak-anak mempunyai kebiasaan makan jajanan yang kariogenik (Worotijan et al, 2013). Pola jajan merupakan hal yang perlu dijaga untuk mencegah terjadinya karies. Makanan yang menyebabkan terjadinya karies disebut makanan kariogenik. Makanan kariogenik seperti: cokelat, permen, roti dan susu sangat disukai oleh banyak anak-anak sekolah dasar, karena memiliki warna yang menarik, harga terjangkau dan rasa yang nikmat. Makanan kariogenik banyak mengandung gula dan bersifat lengket (Budisuari et al, 2010). Masalah lain yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya karies gigi adalah kebiasaan menggosok gigi. Sisa makanan atau food debris yang ada 21 pada permukaan gigi akan dengan cepat berubah menjadi plak apabila tidak dibersihkan dengan benar. Anak-anak SD harus memiliki kebiasaan menggosok gigi yang baik dan benar, yaitu kebiasaan menggosok gigi dengan cara meliputi cara menyikat dan bagian mana saja yang disikat dan waktu gosok gigi yang tepat seperti 2 hari sekali dan sesudah makan termasuk sebelum tidur. Hal ini erat kaitan dengan proses terjadinya karies, apabila sukrosa yang tinggal dalam waktu yang lama pada rongga mulut dan tidak segera dibersihkan maka hal itu akan menyebabkan kemungkinan terjadinya penyakit karies gigi. Gosok gigi akan mengurangi kontak sukrosa dan bakteri, sehingga resiko terjadinya karies gigi akan berkurang (Budisuari et al, 2010). Penelitian Maulinda (2014) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada anak di TK Aisyiyah Bustanul Atfal Desa Lebaksiu Lor dengan hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyikat gigi dengan kejadian karies gigi Upaya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut adalah dengan menggosok gigi sehingga kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga dan menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi serta penyakit gigi dan gusi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menggosok gigi di antaranya waktu menggosok gigi, kelembutan ketika menggosok gigi,urutan menggosok gigi, kerutinan menggosok gigi, pemilihan sikat gigi dan pasta gigi dan lamanya menggosok gigi minimal 2 sampai 3 menit (Kusumawardani, 2011). Menurut Setyaningsih (2010) cara menggosok gigi yang benar dengan 22 cara menyikat bagian gigi luar diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang atas dan ke atas pada rahang bawah sehingga bulu sikat menyapu daerah gusi dan gigi, lakukan sekitar sepuluh putaran untuk tiap kali bagian permukaan gigi yang menghadap ke pipi/bibir dan kemudian sikat digeser ke permukaan gigi yang menghadap ke lidah, sikat bagian yang menghadap ke lidah dengan gerakan mencongkel, sikat bagian yang menghadap ke langitlangit dengan gerakan maju mundur dan sikat bagian yang dipakai untuk mengunyah dengan gerakan maju mundur. Ketepatan menggosok gigi juga berpengaruh dalam peningkatan karies pada anak. Cara, alat, dan bahan menggosok gigi yang salah justru akan mengakibatkan kerugian yang tidak diharapkan. Waktu yang tepat menggosok gigi adalah pagi hari setelah makan, dan malam hari sebelum tidur. Menggosok gigi setelah makan ditujukan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di gigi yang kemudian akan menjadi plak, sedangkan menggosok gigi di malam hari sebelum tidur karena saat malam, terjadi interaksi bakteri yang berasal dari sisa makanan setelah makan malam, jika tidak dibersihkan bakteri ini akan bertumpuk dan menjadi plak. Plak yang menumpuk di email gigi jika dibiarkan terlalu lama maka akan terjadi karies pada gigi (Hiranya dkk, 2013). Adanya hubungan antara menggosok gigi dengan kejadian karies dapat dilihat dari penelitian terdahulu oleh Maulida (2014) dengan judul faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada anak di TK 23 Aisyiyah Bustanul Atfal Desa Lebaksiu LOR menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyikat gigi dengan kejadian karies gigi (X2 35.000, p 0,001). Hal ini dikuatkan penelitian Widayati (2014) dengan judul faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia 4–6 tahun yang menyatakan ada hubungan antara kebiasaan pemeliharaan kebersihan gigi anak dan kebiasaan pemeriksaan gigi dan mulut anak dengan kejadian karies gigi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SDN 01 Genuk Ungaran dengan jumlah siswa kelas 1, 2 dan 3 sebanyak 108 siswa. Peneliti kemudian melakukan wawancara pada 10 anak dimana didapatkan 6 anak memiliki karies gigi dan ketika disuruh mempraktekkan cara menggosok gigi masih kurang menyeluruh dan tidak bersih. Terjadinya karies gigi juga disebabkan kebiasaan sebelum tidur anak tidak menggosok gigi. Berdasarkan ulasan di atas dapat peneliti tertari untuk meneliti hubungan ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran?” 24 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui ketepatan menggosok gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. b. Mengetahui kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. c. Mengalisis hubungan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi siswa bagaimana cara menggosok gigi yang benar agar tidak terjadi karies gigi. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk sekolah agar mengajarkan caramenggosok gigi yang tepat pada anak sekolah agar tidak terjadi karies. 3. Bagi Puskesmas 25 Memberikan data baru tentang kejadian karies gigi di SDN 01 Genuk Ungaran. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terkait dengan kesehatan gigi. 4. Bagi Peneliti Sebagai sarana pembelajaran dan pengetahuan baru terutama dalam penelitian yang di lakukan di komunitas sekolah dasar tentang kejadian karies gigi dengan meneliti ketepatan menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi sebagai salah satu pencegahan karies gigi. 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep AnakUsia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6-12 tahun yang masih sekolah pada tingkat sedolah dasar (SD), anak usia sekolah sangat rentan terkena karies gigi karena mereka memiliki kegemaran untuk makan makanan yang manis, sedangkan orangtua kurang mempedulikan kebiasaan untuk Menggosok gigi, jika seorang anak tidak mau menggosok gigi maka sebagai orang tua sebaiknya dapat memaksa anaknya untuk menggosok gigi terutama saat menjelang tidur malam. Bila seorang anak tidak terbiasa menggosok gigi maka dari kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak mengalami karies. Selain itu kebiasaan minum susu menjelang tidur serta kebiasaan mengulum permen dan makan makanan manis juga dapat menjadi penyebab terjadinya karies gigi (Mustaida, 2008). Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko mengalami karies makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan di sekolah sama sekali. Misalnya dengan membawa bekal makanan sendiri dari rumah 27 yang ibu persiapan. Itu akan lebih baik daripada anak terlalu sering mengkonsumsi jajanan anak di sekolah yang lebih rentan terhadap masalah kebersihan dan kandungan gizinya. Kalaupun anak masih ingin jajan di sekolah, lebih baik diarahkan untuk tidak memilih makanan yang manis. Makanan manis dengan konsistensi lengket jauh lebih berbahaya, karena lebih sulit dibersihkan dari permukaan gigi. Makanan yang lengket akan melekat pada permukaan gigi dan terselip didalam celah-celah gigi sehingga merupakan makanan yang paling merugikan kesehatan gigi. Kerugian ini terjadi akibat proses metabolisme oleh bakteri yang berlangsung lama sehingga menurunkan pH mulut untuk waktu lama (Ramadhan, 2010). Kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa mempengaruhi mereka dalam menjaga kebersihan gigi, sedangkan pola makan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu makanan yang mengandung gula (kariogenik) yang melekat di permukaan gigi. Pola makan makanan yang mengandung konsentrasi gula melebihi batas minimum, akan menghasilkan banyak asam. Patogenitas plak atau Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang merubah gula menjadi asam, terjadi pembuatan polisakarida ekstraselluler yang menyebabkan asam melekat pada permukaan gigi, dan Streptococcus mutans mengurangi permiabilitas plak sehingga plak tidak mudah dinetralisir kembali (Irhama, 2012). 28 B. Pertumbuhan Gigi Anak Usia Sekolah Menurut Kemenkes RI (2012) pertumbuhan gigi yang paling awal dimulai dengan terbentuknya benih gigi pada masa kehamilan minggu ke 6. Benih ini tumbuh terus dan akan muncul secara berangsur-angsur beberapa bulan setelah bayi lahir. Secara berurutan pertumbuhan gigi terdiri dari 3 periode : 1. Periode gigi sulung Gigi biasanya mulai tumbuh pada bayi usia 7 bulan, dimulai dengan gigi seri pertama. Pada usia ini biasanya anak sering menggigit-gigit.. Makin bertambah umur bayi, makin banyak gigi dan akan lengkap pada anak usia 29 bulan (2 tahun). Urutan pertumbuhan dari gigi sulung sesuai umur anak adalah sebagai berikut : Gambar 2.1. Urutan pertumbuhan gigi sulung 29 Jumlah gigi sulung yang lengkap seluruhnya sebanyak 20 buah, tiap rahang masing-masing 10 gigi, tiap sisi terdiri dari 5 buah gigi yaitu : 2 gigi geraham, 1 gigi taring dan 2 gigi seri 2. Periode gigi campuran Gigi tetap pertama yang tumbuh adalah gigi Geraham besar pertama, dan gigi Seri pertama di rahang bawah dimulai pada usia 6 tahun. Gigi sulung ini akan goyang karena terdorong oleh gigi tetap yang akan tumbuh, untuk selanjutnya gigi sulung akan terlepas dan diganti oleh gigi tetap. Pergantian gigi ini terjadi antara usia 614 tahun. Pada periode gigi campuran ini kita harus berhati-hati karena kebanyakan orang tua tidak mengetahui gigi-gigi tersebut keropos padahal gigi tersebut gigi tetap dan tidak akan diganti lagi. Pada periode ini juga terlihat gigi anak tidak beraturan, kadang-kadang gigi tetapnya sudah tumbuh tetapi gigi sulungnya belum lepas. Apabila gigi sulung yang goyang itu tidak dapat lepas sebaiknya dibiarkan saja, karena dalam waktu beberapa hari gigi tersebut akan lepas sendiri, kecuali bila gigi pengganti sudah tampak mau tumbuh. Bila terlihat keadaan seperti ini segeralah dibawa ke balai pengobatan gigi atau dokter gigi. 30 Gambar 2.2. Pertumbuhan Gigi Sulung 3. Periode gigi tetap. Gigi tetap sudah lengkap semua kira-kira usia 14 tahun, kecuali geraham bungsu yaitu geraham ke 3 (yang paling akhir). Bila ada tempat yang cukup untuk tumbuh, maka geraham ini akan tumbuh normal. Bila ti dak ada tempat ia akan tumbuh miring; atau bahkan ada yang tidak tumbuh. Gigi tetap yang lengkap jumlahnya 32 buah, yakni 8 buah gigi pada setiap sisi rahangnya yang terdiri dari: 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi geraham kecil dan 3 gigi geraham besar (Kemenkes RI, 2012). Gambar 2.3. Urutan Pertumbuhan Gigi Tetap 31 Bila gigi tetap ini rusak tidak akan ada lagi yang menggantinya. Gigi tetap harus dirawat dengan baik karena akan dipakai seumur hidup. C. Ketepatan Menggosok Gigi 1. Menggosok gigi Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010), mengatakan bahwa Menggosok gigi adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak. 2. Alat-alat Menggosok gigi a. Sikat gigi Sikat gigi merupakan alat oral fisioterapi yang digunakan secara luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Beberapa macam sikat gigi dapat ditemukan di pasaran, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk. Banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010). Menurut (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010) syarat sikat gigi yang ideal : 1) Tangkai sikat gigi harus enak di pegang dan stabil, pegangan sikat gigi harus cukup lebar dan cukup tebal. 2) Kepala sikat jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 25-29 x 10 mm, untuk anak-anak 15-24 x 7 mm, untuk anak balita 18 mm x 7 mm. 32 3) Tekstur harus memungkinkan sikat digunakan dengan efektif tanpa merusak jaringan lunak maupun keras. b. Pasta gigi Pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat gigi untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi, serta memberikan rasa nyaman dalam rongga mulut, karena aroma yang terkandung di dalam pasta tersebut nyaman dan menyegarkan (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah 2010). Pasta gigi biasanya mengandung bahan-bahan abrasi, pembersih, bahan penambah rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan bahan pelembab, pengawet, fluor dan air. Bahan abrasi yang biasanya digunakan adalah kalsium karbonat atau aluminium hidoksida dengan jumlah 20%-40% dari isi pasta gigi (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah 2010). c. Gelas kumur Gelas kumur digunakan untuk kumur-kumur pada saaat membersihkan setelah penggunaan sikat gigi dan pasta gigi. Dianjurkan air yang digunakan adalah air matang, tetapi paling tidak air yang digunakan adalah air yang bersih dan jernih (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah 2010). d. Cermin Cermin digunakan untuk melihat permukaan gigi yang tertutup plak saat menggosok gigi, cermin juga dapat digunakan untuk melihat bagian yang belum disikat (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah 2010). 3. Waktu dan Frekuensi yang Tepat Menggosok Gigi 33 Menggosok gigi 2 kali sehari, yaitu pagi hari, boleh sebelum ataupun sesudah makan dan sebelum tidur adalah kegiatan rutin seharihari (pagi dan sebelum tidur malam). Tujuannya untuk memperoleh kesehatan gigi dan mulut serta napas menjadi segar. Biasakan Menggosok gigi sebelum tidur, karena pada saat seseorang tidur, produksi air liur menurun sehingga alirannya berkurang, padahal air liur berfungsi untuk membilas plak yang melekat di gigi. Tidur malam bisa memakan waktu 8 jam, pada rentang waktu itu plak mengalami maturasi dimana jumlah bakterinya lebih banyak dan pada saat itulah gigi rentan terhadap proses karies atau gigi berlubang (Rahmadhan, 2010). 4. Metode Menggosok Gigi yang Baik Tata cara menggosok gigi yang benar (Kemenkes RI, 2012) a. Menyiapkan sikat gigi dan pasta yang mengandung Fluor (salah satu zat yang dapat menambah kekuatan pada gigi). Banyaknya pasta kurang lebih sebesar sebutir kacang tanah (1/2 cm). b. Berkumur-kumur dengan air bersih sebelum menyikat gigi c. Seluruh permukaan gigi disikat dengan gerakan maju mundur pendek- pendek atau memutar selama ± 2 menit (sedikitnya 8 kali gerakan setiap 3 permukaan gigi) d. Berikan perhatian khusus pada daerah pertemuan antara gigi dan gusi. e. Lakukan hal yang sama pada semua gigi atas bagian dalam. Ulangi gerakan yang sama untuk permukaan bagian luar dan dalam semua gigi atas dan bawah. 34 f. Untuk permukaan bagian dalam gigi rahang bawah depan, miringkan sikat gigi seperti dalam gambar no.5. Kemudian bersihkan gigi dengan gerakan sikat yang benar. g. Bersihkan permukaan kunyah dari gigi atas dan bawah dengan gerakan- gerakan pendek dan lembut maju mundur berulangulang. h. Sikatlah lidah dan langit-langit dengan gerakan maju mundur dan berulang-ulang. i. Janganlah menyikat terlalu keras terutama pada pertemuan gigi dengan gusi, karena akan menyebabkan email gigi rusak dan gigi terasa ngilu. j. Setelah menyikat gigi, berkumurlah 1 kali saja agar sisa fluor masih ada di gigi. k. Sikat gigi dibersihkan dengan air dan disimpan tegak dengan kepala sikat di atas. Bagian gigi yang harus disikat menurut Irpan (2014), yaitu: a. Gigi bagian depan b. Gigi geraham bagian samping luar c. Gigi geraham bagian untuk mengunyah d. Gigi geraham bagian dalam e. Gigi depan bagian dalam Menurut Setyaningsih (2010) menyatakan bahwa dalam Menggosok gigi harus memperhatikan 3T, yaitu: a. Tekun : tidak lupa Menggosok gigi. b. Teliti : semua tersikat sampai sela-sela atau ujung gigi. 35 c. Teratur : sikat gigi satu hari 2 kali, yaitu sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. 36 Gambar 2.4. Cara Menggosok Gigi Yang Benar 5. Ketentuan dalam Menggosok Gigi Ketentuan dalam menggosok gigi menurut Setyaningsih (2010) adalah sebagai berikut: a. Menggosok gigi jangan tergesa-gesa dan dengan lembut agar gigi tidak terluka. b. Memilih sikat gigi harus disesuaikan dengan besar kecilnya mulut kita, agar kotoran-kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan sela-sela gigi dapat terjangkau oleh bulu sikat. c. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan selama 5-7 menit. d. Gusi juga ikut disikat, gerakannya pelan-pelan seperti memijat. D. Karies Gigi 1. Pengertian Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang diakibatkan oleh aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum). Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera menyebar dan meluas. Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit, tanggalnya gigi, infeksi, bahkan kematian (Sandira, 2009). Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi 37 sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi (Hamsafir, 2010). 2. Faktor Penyebab Karies Gigi Adapun penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Bakteri speifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak sruktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan (Pratiwi, 2012). a. Faktor di dalam Mulut 1) Faktor Hospes (Gigi dan Saliva) a) Gigi Komposisi gigi terlihat dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan dibawah email. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies. Kuat atau lemahnya struktur gigi terhadap proses kerusakan karies dapat dilihat dari warna, keburaman dan kelicinan permukaan gigi serta ketebalan email (Suwelo, 2010 ). b) Saliva Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa mulut. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena masih banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan ssaliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ion fluor. Selain mempengaruhi Phnya karena itu, 38 jika aliran saliva berkurang atau menghilang maka caries mungkin tidak akan terkendali (Kidd, dkk, 2012). 2) Faktor Mikroorganisme Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan penyebab utama bagi terbentuknya karies. Pada gigi-gigi yang belum erupsi dan belum berhubungan dengan flora mulut tidak terbentuk karies, tetapi begitu gigi-gigi tersebut erupsi dapat terserang karies. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa jenis bakteri mulut tertentu secara invitro dapat menghasilkan lesi karies pada email dan dentin. Akhirnya bakteri jenis ini dalam jumlah besar dapat ditunjukkan dan diisolasi dari lesi in vivo, dan ditunjukkan pula bahwa adanya jenis bakteri tertentu dalam jumlah relatif besar mendahului terjadinya kerusakan gigi. Jenis bakteri yang dapat menimbulkan karies yaitu Streptococcus mutans, beberapa jenis Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis, Streptococcus miller, dan banyak Lactobacillus serta beberapa spesies Actinomyces (Schuurs, 2009). 3) Faktor Substrat (sisa makanan) Pembentukan plak yang sangat cepat terjadi pada pemberian makanan lewat mulut. Sebagian dari makanan yang diberikan menggabungkan diri dan cocok sebagai substrak bakteri plak. Substrak dari makanan, kebalikannya dari air ludah hanya dijumpai beberapa saat setiap hari, tetapi pada konsentrasi tinggi polisakarida disintesis di dalam plak dan asam dalam jumlah besar dibentuk dari gula. Selama periode penyediaan makanan terjadi seleksi yang menyimpang, penggunaan gula berkali-kali menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah streptococcus mutans didalamnya (Schuurs, 2011). 39 Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel dipermukaan gigi. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak dan protein. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi saat pembentukan matriks email dan kalsifikasi. Nutrisi berperan dalam membentuk kembali jaringan mulut dan membentuk daya tahan terhadap infeksi juga caries. Nutrisi berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam struktur, ukuran, komposisi, erupsi dan ketahanan gigi terhadap karies (Suwelo, 2008 ). 4) Faktor Waktu Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terjadi atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lengkungan gigi maka karies tidak menghancurkan dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahunan (Kidd, 2012). 5) Kebersihan Gigi dan Mulut Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu keadaan dimana gigi bebas dari plak dan calkulus serta penyakit mulut lainnya, kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Beberapa cara sederhana untuk mendapatkan gigi yang bersih dan sehat yaitu: menggosok gigi paling sedikit sekali sehari, bila mungkin gosok gigi setiap habis makan, kurangi makanan yang mengandung gula, periksa secara teratur pada dokter gigi. Kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Seperti bagian-bagian lain dari dari tubuh, maka gigi dan jaringan penyangganya mudah terkena 40 penyakit, mereka harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik (Budiardjo, 2008). b. 1) Faktor di Luar Mulut Keturunan Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal (maloklusi) ada kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Hasil studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi memperlihatkan orang-orang yang memiliki gigi yang berjejal lebih mudah terkena karies karena dengan gigi berjejal sisa makanan mudah menempel di gigi dan sulit dibersihkan. Seseorang dengan susunan gigi berjejal lebih banyak menderita karies dari pada yang mempunyai susunan gigi baik. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase karies lebih tinggi. Faktor keturunan/genetik merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terkecil dari faktor penyebab karies gigi. Walaupun demikian, dari suatu penelitian melibatkan 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi baik, ternyata anak-anak dari pasangan orang tua tersebut sebagian besar memiliki gigi baik. Sedangkan penelitian yang melibatkan 46 pasang orang tua dengan persentase karies yang tinggi, didapat hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi baik, 5 pasang dengan persentase karies sedang dan 40 (empat puluh) pasang dengan persentase karies tinggi (Suwelo, 2008 ). 2) Lingkungan Beberapa faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya terhadap terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi penduduk. Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi diet kebiasaan 41 merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah. Pada daerah dengan kandungan fluor yang cukup dalam air minum (0,7 ppm sampai 1 ppm) prevalensi karies rendah. Bila fluor diberikan sejak dini dengan kombinasi berbagai cara(dalam air minum dan makanan), maka email akan banyak menyerap fluor sehingga akan memberikan efek besar terhadap pencegahan karies (Suwelo, 2008). 3) Perilaku Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku dalam pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku adalah semua aktivitas manusia baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku pemeliharaan kesehatan yang merupakan bagian dari perilaku kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan apabila sakit. Perilaku memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut karena perilaku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi, sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya menggosok gigi secara tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan mulut menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009). Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah seperti Menggosok gigi dua kali sehari sesudah sarapan dan sebelum tidur, mengurangi makanan dan minuman yang manis, dan persepsi seseorang mengenai pentingnya kesehatan 42 gigi dan mulut tersebut sehingga dapat mendorong seseorang melakukan pemeliharaan gigi dan mulutnya merupakan segala aktivitas dan keputusan seseorang untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini terhadap kesehatan gigi dan mulutnya (Delta, 2010). Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan resiko terjadinya karies adalah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Terjadinya karies bukan bergantung pada jenis makanan dan minuman manis yang dikonsumsi tetapi bergantung pada frekuensi komsumsi makanan dan minuman manis tersebut (Cobisco, 2008). 4) Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu pelayanan kesehatan dasar di puskesmas yang harus ditingkatkan mutunya dengan melaksanakan pelayanan yang sesuai dengan standard yang ada. Pelayanan kesehatan gigi mencakup beberapa program, baik di dalam gedung maupun di luar gedung. Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut,yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) danpromotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif pemulihan terbatas. Diharapkan Puskesmas memberikan pelayanan terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak menimbulkan kesan menyakitakan atau sakit dengan menerapken teknologi terkini dan harga terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peranan 43 pemerintah mempunyai porsi yang besar. Namun demikian karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan gigi (Depkes RI, 2010). 5) Faktor Jajanan Menurut Suwelo (2008), adapun jenis makanan yang dapat mempengaruhi terjadinya karies yaitu : a) Jenis Makanan yang Bersifat Kariogenik Makanan kariogenik adalah makanan yang mempunyai ciri-ciri PH rendah, mengandung gula tinggi dan lengket. Adapun jenis makanan yang mempunyai PH rendah adalah sebagai berikut : (1) Sukrosa/gula Sukrosa adalah gabungan dua macam gula yaitu glukosa dan fruktosa, dan mudah dipecah menjadi kedua unsur tersebut di dalam unsur sebelum di serap oleh tubuh. Terdapat berbagai bentuk putih atau coklat. Sukrosa lebih berbahaya bagi gigi karena memproduksi lebih banyak pelekat glukosa dan membuat plak dalam mulut semakin tebal dan lengket. Sukrosa adalah gula yang terbanyak dan paling di sukai sebagai bahan tambahan pada pabrik makanan di seluruh dunia. (2) Glukosa Gula ini banyak terdapat di alam, juga ditambah pada sejumlah makanan dan minuman. Glukosa tidak semanis sukrosa (lebih kurang 70 %), tetapi di gunakan untuk memperkuat rasa buah-buahan pada minuman ringan dan selai. (3) Fruktosa 44 Gula ini ditemukan pada buah-buahan dan sayursayuran tertentu, dan dalam madu. Rasanya 1,7 kali lebih manis dari sukrosa dan juga sebagai penambahan rasa pada selai, minuman, buah-buahan dan lain-lain. (4) Jenis Makanan yang Bersifat Non-Kariogenik Makanan non kariogenik adalah makanan yang banyak mengandung protein dan lebih sedikit karbohidrat dan tidak lengket. Secara alami terdapat dalam beberapa buah-buahan masak (cherry, pir, dan apel). Proses penyerapan di dalam usus berlangsung tidak sempurna dan sangat lambat. Saat ini sorbitol dianggap kurang bersifat merusak gigi (kariogenik karena bebas gula, kecuali bila di konsumsi berulang kali). 3. Jenis-jenis Karies Gigi Berdasarkan tempat terjadinya karies gigi, dapat dibedakan sebagai berikut: a. Karies Inspiens Yaitu karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel. b. Karies Superfisialis Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel dan kadang-kadang terasa sakit. c. Karies Media Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, tetapi belum melebihi 45 setengah dentin, gigi biasanya terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. d. Karies Profunda Karies yang telah mengenai lebih dari setengah dentin atau telah mencapai pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan. 4. Proses Terjadinya Karies Gigi Di dalam mulut kita terdapat berbagai macam bakteri. Salah satu bakteri tersebut adalah Streptococus. Bakteri ini berkumpul membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut dengan plak yang menempel pada gigi. Sebagian plak dalam gigi ini mengubah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan dan minuman yang masih menempel di gigi menjadi asam yang bisa merusak gigi dengan cara melarutkan mineral-mineral yang ada dalam gigi. Proses menghilangnya mineral dari struktur gigi ini disebut dengan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral dalam struktur gigi disebut dengan remineralisasi. Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi. Pada tahap awal terbentuknya karies gigi adalah terbentuknya bintik hitam yang tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi. Apabila bintik ini dibiarkan maka akan bertambah besar dan dalam. Apabila karies ini belum mencapai email gigi 46 maka belum terasa apa-apa. Akan tetapi apabila sudah menembus email gigi baru akan terasa sakit (Ramadhan, 2010). 5. Manifestasi Klinis Menurut Kliegman dan Arvin (2008) tanda dan gejala karies gigi antara lain adalah: a. Terdapat lesi. b. Tampak lubang pada gigi. c. Bintik hitam pada tahap karies awal. d. Kerusakan leher gigi ( pada karies botol susu). e. Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil. f. Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala. g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama pada waktu malam. h. 6. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah. Pencegahan dan Penatalaksanaan Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi (Ramadhan, 2010) antara lain adalah, Menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor, menjaga kebersihan gigi dengan Menggosok gigi dengan benar, fissure sealant atau menutup celah gigi. Penatalaksanaan karies gigi antara lain adalah sebagai berikut: a. Menutup lubang gigi ( tambal gigi) b. Pencabutan gigi 47 c. Pulp capping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal lapisan dentil (Ramadhan, 2010) d. Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubang gigi yang mengalami infeksi (Ramadhan, 2010). 7. Pengukuran Tingkat Keparahan Karies Gigi Untuk melihat kedalaman atau tingkat keparahan karies gigi kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : a. C0 = belum terjadi karies b. C1 = karies hanya mengenai email saja c. C2 = karies telah mencapai dentin d. C3 = karies telah mencapai pulpa e. C4 = karies telah mengenai akar gigi. E. Hubungan Ketepatan Cara Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Adanya hubungan antara ketepatan cara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dapat dilihat pada penelitian terdahulu oleh Maulinda (2014) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada anak di TK Aisyiyah Bustanul Atfal Desa Lebaksiu Lor dengan hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyikat gigi dengan kejadian karies gigi (X2 35.000, p 0,001). Penelitian lain oleh Nita Noviani (2010) dengan judul Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Karies Gigi (DMFT) Santri Pesantren Al 48 Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor Tahun 2010 dengan hasil studi menemukan 67 (54,4%) responden mempunyai status karies tinggi dengan indeks DMFT 4,81. Makan makanan kariogenik adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan status karies gigi (p=0,001, OR=3,913; 95% CI: 1,724-8.881). Penelitian terdahulu oleh Nur Widayati (2012) dengan judul faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia 4–6 tahun dimana hasil penelitian menyatakan bahwa faktor yang memiliki hubungan yang kuat adalah kebiasaan memberi makan manis, lengket, dan minum susu dengan nilai P = 0,504. Sedangkan faktor yang memiliki hubungan yang lemah yaitu kebiasaan pemeliharaan kebersihan gigi anak dan kebiasaan pemeriksaan gigi dan mulut anak. Penelitian Wenny Aprilia Roes Patria Dewi (2017) dengan judul hubungan antara ketepatan menggosok gigi dengan stadium karies gigi pada anak kelas 5 dan 6 di SDN Bulak Rukem 2 Surabaya dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa 77% responden menggosok gigi dengan cara yang tepat dan 23% menggosok gigi dengan cara yang tidak tepat, 67,2% mengalami karies gigi stadium ringan, 19,2% karies stadium sedang, dan 13,6% mengalami karies stadium berat.hasil uji hipotesis penelitian ini memiliki nilai korelasi (r) = 0,392 dan nilai p= 0,000 yang berarti ada hubungan antara ketepatan menggosok gigi dengan stadium karies gigi dengan kekuatan hubungan yang rendah namun signifikan. Hal ini berarti semakin tepat menggosok gigi maka semakin rendah stadium karies. Karena semakin 49 seseorang mampu membersihkan gigi dengan cara gosok gigi yang tepat, maka faktor penyebab karies gigi juga berkurang sehingga mengakibatkan stadium karies akan semakin ringan. F. Kerangka Teori 50 Keterangan : : diteliti : tidak diteliti Gambar 2.5 Kerangka Teori Sumber: Suwelo (2011) dan Warni (2009) G. Kerangka Konsep Gambar 2.6 Kerangka Konsep H. Hipotesa Hipotesa dalam penelitian ini adalah : Ha : Ada hubungan ketepatan cara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. 51 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang mencari ada tidaknya hubungan dua variabel penelitian. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah ketepatan cara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2012). B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Genuk Ungaran dengan alasan di SDN 01 Genuk Ungaran masih banyak anak yang mengalami karies gigi dan belum ada penelitian tentang ketepatan menggosok gigi dan kejadian karies gigi. 53 2. Waktu penelitian Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan pada bulan 28 Januari 2019. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Notoatmodjo (2010) keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran sejumlah 108 anak. 2. Sampel Sampel adalah wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. Penelitian ini menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut : Keterangan : N = Jumlah populasi n = Besar sampel d = Tingkat signifikan (0,05). Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel yang diteliti, yaitu. : N n= 1+ N (d)2 108 54 n= 1+108 (0,05)2 108 n= 1+108 (0,0025) 108 n= 1+ 0,27 108 n= 1,27 n = 85,03 responden (jadi responden penelitian sebanyak 86 responden). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan proportionate random sampling. Propotional random sampling yaitu pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori di dalam populasi penelitian (Notoatmodjo, 2012). Penentuan sampel untuk masing-masing kelas dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian dan Penyebarannya 1. 2. 3. Kelas I II III Jumlah Populasi 38 32 38 108 Proporsi 38/108X86 32/108X86 38/108X86 Dengan kriteria sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi 55 Sampel 30 26 30 86 1) Anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. 2) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi 1) Anak yang sedang sakit saat penelitian berlangsung D. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah ketepatan cara menggosok gigi. 2. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian karies gigi. E. Definisi operasional Tabel 3.2. Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat ukur 56 Hasil ukur Skala 1 Ketepatan cara Tehnik meggosok Kuesioner gigi yang benar menggosok meliputi waktu, gigi 2 Kejadian tentang dari observasi adanya Ordinal b. Kurang Tepat : skor ≤12 menggosok gigi Keadaan gigi yang Lembar Karies Gigi dilihat Tepat : sebanyak 12 soal >12 frekuensi, teknik, ketepatan alat dan bahan. a. a. Karies : Nominal adanya kejadian karies perubahan perubahan warna gigi warna gigi gigi kecoklatan dan kecoklatan dan kehitaman. kehitaman. b. Tidak Karies : gigi bersih tidak ada perubahan warna. F. Pengumpulan Data 1. Alat pengumpulan data Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner untuk mengukur ketepatan menggosok gigi menggunakan pilihan jawaban selalu, kadangkadang dan tidak pernah. Karies gigi akan dicatat pada lembar observasi kejadian karies gigi dengan cara melihat kondisi keadaan gigi yaitu perubahan warna gigi kecoklatan dan kehitaman. Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner 57 Variabel Ketepatan Menggosok Gigi Indikator Waktu menggosok a. gigi b. Frekuensi menggosok gigi c. gigi Teknik menggosok d. Alat menggosok gigi Total 2. No Soal 1 Jumlah Soal 2 1 3,4,5,6,7,8,9,10 8 11, 12 2 1 12 Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum kuesioner dipakai sebagai alat ukur atau alat pengumpulan kuesioner tersebut harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2012).Uji validitas telah dilakukan pada 20 responden pada tanggal 7 januari 2019 di SD N Genuk 2 Ungaran. Hasil uji kuisioner dianalisis dengan menggunakan rumus tekhnik korelasi pearson product moment dengan software computer. Dari hasil analisa tersebut diperoleh hasil nilai r hitung untuk variabel ketepatan menggosok gigi antara 0,522 – 0,865 lebih besar dari nilai r table (0,444), artinya semua pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel ketepatan menggosok gigi adalah valid, sedangkan untuk uji reliabilitas diperoleh hasil nilai alpha cronbach (α) dari variabel ketepatan menggosok gigi yakni 0,754 lebih besar dari pada nilai yang disyaratkan (0,60), artinya pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel ketepatan menggosok gigi adalah reliable. 3. Prosedur pengumpulan data Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 58 a. Peneliti meminta surat pengantar dari Universitas Ngudi Waluyo Ungaran yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang untuk ijin penelitian dan mencari data. b. Setelah mendapatkan surat tembusan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. c. Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada kepala sekolah SDN 01 Genuk Ungaran. d. Setelah mendapat ijin peneliti mengidentifikasi calon responden sesuai jumlah yang diinginkan. e. Responden kemudian didatangi perkelas untuk dilakukan penelitian. f. Peneliti dibantu oleh 3 asisten penelitian yang sudah dilakukan apersepsi sebelumnya dengan kriteria mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo yang mempunyai tingkat pendidikan minimal sederajat dengan peneliti. g. Sebelum penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kemudian memberikan penjelasan dan informed consent pada responden h. Responden yang setuju diharapkan menandatangani lembar persetujuan i. Peneliti kemudian memberikan kuesioner untuk diisi dengan cara mendampingi. j. Peneliti kemudian melakukan observasi kejadian karies gigi pada responden. k. Kuesioner yang telah diisi kemudian dikumpulkan kembali kepada peneliti. 59 l. Semua data yang didapatkan kemudian dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis. G. Etika Penelitian Penelitian dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari berbagai pihak yang berwenang. Menurut Hidayat (2011) penelitian dilaksanakan menekankan pada masalah etika yaitu : 1. Informed consent Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Menjelaskan tujuan dari penelitian, disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Responden yang bersedia, maka harus menandatangani surat persetujuan penelitian. Responden yang menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan menghormati hak dari responden. 2. Anonymity Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden, hanya menulis inisial nama. 3. Confidentiality Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh responden dan dijaga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. H. Pengolahan data 60 Pada penelitian pengelolaan data menurut (Notoadmojo, 2010) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Editing dilakukan dengan cara meneliti kembali kelengkapan data yang diperoleh, jika belum lengkap,responden diminta untuk melengkapi kembali. 2. Scoring Peneliti akan memberikan skor sebagai berikut : Ketepatan cara menggosok gigi : a. Ya (Selalu) : skor 2 b. Kadang - Kadang c. Tidak Pernah : skor 0 3. Coding : skor 1 Peneliti kemudian memberikan kodesebagai berikut: Ketepatan cara menggosok gigi : a. Tepat : Kode 1 b. Tidak Tepat : Kode 2 Kejadian karies gigi : a. Tidak Karies : Kode 1 b. Karies : Kode 2 4. Tabulating Peneliti kemudian menyusun data dalam bentuk tabel kemudian dianalisis kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. 5. Entry 61 Data kemudian dimasukkan dalam software komputer yakni program SPSS 22,0 for Windows. I. Analisis data 1. Analisis data a. Analisis Univariat Dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisis univariate yaitu analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Sugiono, 2010). Analisis data dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase kemudian dianalisis secara univariat untuk menggambarkan ketepatan cara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak. Untuk memperoleh prosentase ( P ) dihitung dengan rumus : Keterangan : N : jumlah skor total P : prosentase X : jumlah skor yang didapat b. Analisis Bivariat Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Sugiono, 2010). Uji yang digunakan dalam 62 penelitian ini adalah uji Chi Square yaitu uji yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel Rumus Chi Square yang digunakan : Keterangan : X2 : Chi quadrat fo : Frekuensi yang diobservasi fh : Frekuensi yang diharapkan. Hasil dikatakan ada hubungan bila nilai p value ≤ 0,05.Bila hasil uji Chi Square didapatkan hasil nilai p value > 0,05 maka tidak ada hubungan. Syarat uji Chi square adalah : a. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel b. Bila tabelnya lebih dari 2x2, gunakan uji Kai Kuadrat tanpa koreksi (Uncrrected). c. Bila tabelnya 2x2, gunakan Kai Kuadrat Yate’s Correction d. Bila tabelnya 2x2, ada sel yang E- nya <5, gunakan Fisher Exact Dari hasil penelitian di dapatkan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p 0,000 (α = 0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. 63 64 BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini menyajikan hasil penelitian hubungan ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran pada 86 responden. Hasil penelitian ini disajikan berikut ini. A. Karakteristik responden 1. Usia Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia Usia 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun Total Frekuensi (f) Presentase (%) 32 25 29 86 37.2 29.1 33.7 100.0 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa usia responden di SDN 01 Genuk Ungaran sebagian besar yakni responden yang berusia 7 tahun dengan jumlah 32 orang (37,2%). 2. Jenis kelamin Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin laki-laki Perempuan Total Frekuensi (f) 35 51 86 65 Persentase (%) 40.7 59.3 100.0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin responden di SDN 01 Genuk Ungaran , sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 51 orang (59,3%). B. Analisis Univariat 1. Gambaran ketepatan menggosok gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. Tabel.4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan ketepatan menggosok gigi Ketepatan gosok gigi Tepat Frekuensi Persentase 39 45.3 tidak tepat 47 54.7 Total 86 100.0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan ketepatan menggosok gigi yang paling banyak yakni tidak tepat sebanyak 47 responden (54,7%) dari 86 responden (100%). 2. Gambaran kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. Tabel.4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan karies gigi Karies gigi tidak karies Karies Total Frekuensi Persentase 39 47 86 66 45.3 54.7 100.0 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan karies gigi yang paling banyak yakni memiliki karies sebanyak 47 responden (54,7%) dari 86 responden (100%) 3. Analisis Bivariat a. Mengetahui hubungan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. Tabel 4.5 hubungan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. Karies gigi Ketepatan Tidak karies Karies Total menggosok gigi f % F % f % 33 84.6 4 8.5 Tepat 37 0 6 15.4 43 91.5 Tidak tepat 49 100 39 43,0 47 57,0 Jumlah 86 100 p-value 0,000 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang menggosok gigi dengan tepat yakni 84,6% tidak mengalami karies gigi. sedangkan responden yang tidak tepat menggosok gigi yakni 91,5% mengalami karies gigi. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p 0,000 (α = 0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. BAB V PEMBAHASAN 67 Bab ini akan membahasan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu tentang karakteristik responden, ketepatan cara menggososk gigi dan kejadian karies di SD N 01 Genuk Ungaran yang telah di jabarkan di bab sebelumnya: A. Gambaran ketepatan cara menggosok gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran Dari hasil data penelitian menunjukanbahwa 47 responden (54,7%) anak tidak tepat cara menggosok gigi dan 39 responden (45,3%) anak tepat melakukan cara gosok gigi. Menggosok gigi adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak (Putri,dkk,2010). Menurut Margareta(2012) dalam bukunya menyatakan menyikat gigi yang benar dan bagus atau seberapa lama dan seringnya menyikat gigi dalam sehari bukan menjadi patokan khusus tetapi soal cara yang benar sehingga tidak merusak bagian lain dari gigi karena jika salah dalam menyikat gigi maka gusi akan berdarah,timbulnya karang gigi ,gigi berlubang,bau mulut dan sebaginya. Frekuensi menyikat gigi sebaiknya dilakukan minimal 2-4 kali dalam sehari seperti yang dikemukakan oleh Potter & Perry 2005 dalam Pratiwi (2015) menggosok gigi dengan teliti setidaknya 4 kali dalam sehari adalah dasar program hygiene mulut yang efektif. 68 Dari hasil koesioner didapatkan bahwa dalam teknik menggosok gigi anak tidak membasahi sikat gigi dan meletakkan pasta gigi sebesar sebutir kacang tanah sebelum mulai menyikat gigi sebesar 19 anak (22%),anak tidak menyikat gigi dengan sikat di putar perlahan ke bawah pada rahang atas dan ke atas pada rahang bawah sehigga bulu sikat menyapu daerah gusi dan gigi sebesar 37 anak(43%),anak tidak menyikat gigi bagian yang menghadap ke lidah dengan gerakan dari bawah ke atas sebesar 37 anak(43%),anak tidak berkumur-kumur 2-3 kali setelah menyikat gigi sebesar 42 anak(48,8%). Menurut Tuhuteru(2014) bahwa pentingnya dalam upaya menjaga kebersihan mulut adalah faktor kesadaran dan perilaku pemeliharaam hygiene mulut masing-masing sepenuhnya tergantung dari pengetahuan, pemahaman, kesadaran serta kemauan dari responden untuk menjaga kesehatan gigi dan menyikat gigi secara teratur dan benar karena hal tersebut merupakan usaha yang dapat dilakukan secara pribadi. Pernyataan ini diperkuat dari hasil penelitian Gopdianto(2015) bahwa faktor kesadaran dan kemauan dari individu adalah hal yang terpenting untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Menurut Kusumawardani(2011) menyatakan dalam menyikat gigi harus memperhatikan beberapa hal diantaranya pasta gigi yan gmengandung fluoride, teknik menyikat gigi yang tepat ,waktu menyikat yang tepat yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur,rutin menyikat gigi dan menjaaga kebersihan sikat gigi sebaiknya diganti minimal 3 bulan sekali 69 Penelitian ini sejalan dengan Pratiwi(2015) yang menyatakan ketepatan waktu menyikat gigi menunjukkan bahwa sebagian besar santri menyikat gigi dengan waktu yang tidak benar sebesar 38 orang(76%) dan hanya 12 orang (24%) yang menyikat gigi dengan waktu yang benar yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Hasil lain dari penelitian ini yaitu 31 responden (31%) anak tepat melakukan cara gosok gigi. Dapat dilihat dari hasil koesioner dengan waktu dari menggosok gigi hanya 1 anak (1,1%) anak mengosok gigi pada pagi hari setelah sarapan. Dilihat dari frekuensi 76 anak(88,3%) anak kadang-kadang menggosok gigi paling sedikit 2 kali dalam sehari. Hal ini sejalan dengan penelitian Evyana(2015) hanya sedikit yang perilaku benar waktu menggosok gigi(36,1%), menggunakan pasta gigi(22,2%) dan penggunaan sikat gigi(11,1%). B. Gambaran kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran Dari hasil penelitian di dapatkan data bahwa kejadian karies gigi pada anak sebesar 47 responden (54,7%) dan tidak karies gigi 39 responden (45,3%). Ini menyatakan bahwa kejadian karies gigi di SDN 01 Genuk Ungaran tinggi. Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang diakibatkan oleh aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum). Kerusakan ini jika tidak segera ditangani 70 akan segera menyebar dan meluas. Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit, tanggalnya gigi, infeksi, bahkan kematian (Sandira, 2009). Karies gigi bersifat kronis dan dalam perkembangannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita mengalaminya seumur hidup(Mitra,2010). Adapun penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Bakteri speifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak sruktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan. Namun banyak faktor,faktor ini dibagi menjadi 2 yaitu faktor didalam mulut yaitu faktor hospes,mikroorganisme, substrat(sisa makanan), waktu, dan kebersihan mulut. Faktor di luar mulut yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,dan faktor jajanan(Pratiwi, 2012). Anak sekolah dasar juga penting untuk mengetahui makanan apa saja yang baik dalam perawatan gigi dan makanan apa saja yg tidak baik terlalu sering dikonsumsi karena dapat merusak gigi mereka. Anak-anak juga harus mengetahui waktu penyikatan gigi yang tepat yaitu setiap kali setelah makan dan sebelum tidur, dan dalam penyikatan juga harus menggunakan pasta gigi yang mengandung flour, karena flour merupakan senjata yang paling ampuh untuk menambah kekuatan email dan dentin yang merupakan lapisan pelindung gigi sehingga menambah daya tahan terhadap serangan asam yang 71 menyebabkan terjadinya karies, serta dapat mengurangi sifat kariogenik plak. Karang gigi adalah plak,dan plak yang tidak terbersihkan atau tersisa jika dibiarkan akan menjadi karang gigi setelah mengalami proses remineralisasi yan gmenjadikan plak tersebut mengeras seperti karang. Pernyataan ini sejalan dengan teori dari Pratiwi(2009) karang gigi adalah plak yang telah mengalami pengerasan, kalsifikasi atau remineralisasi. Plak bisa dibersihkan dan hilang dnegan cara mekanis yaitu menyikat gigi namun,ada bebrapa hal yang pntng untuk diperhatikan dalam menyikat gigi diantaranya teknik menyikat gigi,frekuensi menyikat gigi,dan waktu menyikat gigi karena jika dengan menyikat gigi saja tetapi tidak mempehatikan hal-hal tersebut maka kemungkinan besar plak akan tersisa terutama pada daerah yang sulit diberikan seperti bagian interdental dan lingual gigi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Permatasari(2014) yang menyatakan pola jajan anak yang buruk cenderung tinggi (93%) hal ini berpengaruh besar terhadap kejadian karies gigi, keadaan diperburuk dengan tingkat pengetahuan anak dalam menggosok gigi yang kurang sebanyak (59%), sikap anak dalam menggosok gigi yang tidak mendukung (61%), tindakan anak dalam menggosok gigi yang tidak baik (55%) anak di SD Negeri 157 Palembang. Permatasari juga menyatakan bahwa ada kecenderungan anak mengabaikan menggosok gigi karena anak tersebut belum merasakan 72 masalah sebelum terkena karies gigi. Anak baru akan merasa ada masalah dengan giginya saat sudah timbul rasa nyeri akibat karies gigi yang mengganggu aktivitas anak. Apabila masalah ini tidak ditanggulangi dengan segera, karies gigi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. C. Hubungan Antara Ketepatan Menggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Kelas 1 Sampai 3 Di SDN 01 Genuk Ungaran. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang menggosok gigi dengan tepat yakni 84,6% tidak mengalami karies gigi. Sedangkan responden yang tidak tepat menggosok gigi yakni 91,5% mengalami karies gigi. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p 0,000 (α = 0,05) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran. Untuk menggurangi tingkat kejadian karies gigi dimasa datang diharapkan adanya kerja sama petugas kesehatan prasarana sekolah dengan petugas sekolah setempat untuk emmbantu edukasi cara menggosok gigi dan perilaku mencegah karies gigi sejak usia dini. Menggosok gigi secara umum digunakan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi. Banyak teknik atau metode menggosok gigi yang bisa digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang baik dalam menggosok gigi yaitu agar gigi dapat bersih dan sisa-sisa 73 makanan diperlukan teknik yang benar dalam menggosok gigi , teknik menggosok gigi tidak hanya satu teknik saja melainkan harus kombinasikan dengan sesuai urutan gigi agar saat menggosok gigi semua bagian gigi dapat dibersihkan dan tidak merusak lapisan gigi (Houwink, 2012). Menggosok gigi dengan baik dan benar adalah menggosok semua bagian dari gigi dengan memperhatikan teknik yang tidak mengakibatkan kerusakan pada bagian- bagian gigi, selain itu menggosok gigi yang baik yaitu dengan cara yang tepat sehingga sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi dapat terangkat dengan baik dan tidak mengakibatkan pertumbuhan bakteri oleh sisa makanan yang mengakibatkan kerusakan pada gigi (Hidayat, 2016). Potter dan Perry (2009) menjelaskan bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan karena dapat merusak bagian email gigi dan gusi sehingga menyebabkan adanya lubang. Permukaan mengunyah gigi atau gigi geraham terdapat fissure atau celah-celah yang sangat kecil sehingga perlu ketepatan dalam menggosok gigi pada bagian tersebut dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi. Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi, penyakit ini dapat menyebabkan gigi berlubang. Gigi berlubang merupakan akibat lanjut dari adanya proses demineralisasi pada gigi yang disebut karies gigi, mulai dengan munculnya tanda hitam sampai akhirnya terjadinya kerusakan gigi. Sebagai upaya untuk mencegah kejadian tersebut perlu 74 adanya pemeliharaan kesehatan gigi yaitu dengan cara menggosok gigi. Peran serta orang tua dalam memberikan edukasi sangatlah penting. Anak usia sekolah yang kurang baik dalam menggosok gigi disebabkan oleh kebiasaan yang salah selama menggosok gigi, anak sekolah menggosok gigi hanya dilakukan semaunya saja dengan hasil bahwa yang terpenting mereka telah menggosok gigi dengan rutin. Penelitian ini didukung oleh Efendi (2018) menyatakan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara cara menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak usia sekolah (P value 0,005 < α (0,05). Efendi menyatakan bahwa Responden yang menggosok gigi dengan baik sebagian besar tidak mengalami karies gigi sehingga, dapat disimpulkan seseorang yang telah rutin menggosok gigi harus lebih memperhatikan cara yang dilakukan saat menggosok gigi. Kesalahan dalam menggosok gigi yang paling sering dilakukan anak sekolah yaitu tidak menggosok gigi bagian dalam serta banyak gerakan dalam menyikat gigi yang salah, sehingga sisa-sisa makanan yang menempel digigi tidak dengan optimal dapat dibersihkan. Hasil ini juga didukung oleh Permatasari,(2014) yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan anak dalam menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak. Permatasari (2014) juga menyatakan jika dihubungkan dengan usia anak sekolah dasar (6- 12 tahun) yang sedang berada pada fase usia sekolah, dimana anak sudah memiliki kelompok teman sebayanya yang mempengaruhi perilaku anak. Jadi jika lingkungan disekitar 75 anak memiliki perilaku yang buruk dalam menggosok gigi, maka kemungkinan besar anak juga menjadi malas menggosok gigi. Dan sikap anak yang negatif dalam menggosok gigi, menyebabkan kejadian karies gigi pada anak sekolah dasar tersebut cenderung tinggi dibandingkan sikap anak yang mendukung dalam menggosok gigi. Jadi menurut Permatasari (2014) benar adanya bahwa sikap anak dalam menggosok gigi dapat mempengaruhi kejadian karies gigi pada anak di SD Negeri 157 Palembang. Hal ini dikarenakan mayoritas anak mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang dalam menggosok gigi. Pengetahuan yang kurang ini menimbulkan respon negatif berupa kurangnya motivasi anak dalam melakukan tindakan perawatan gigi mereka, sehingga kejadian karies gigi pada anak sekolah dasar tersebut tinggi. D. Keterbatasan penelitian Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti yaitu 1. Peneliti tidak bisa mengontrol faktor yang mempengaruhi dari cara menggosok gigi seperti perilaku,dan pengetahuan responden 2. Alat ukur berupa koesioner, kemungkinan responden menjawab tidak sungguh-sungguh,sehingga jawaban mungkin kurang representatif 76 3. Peneliti dalam mengambil data karies gigi mengalami kendala seperti sulitnya anak menunjukkan kondisi gigi, hal ini karena anak belum mengenal peneliti, anak merasa takut dengan alat seperti senter dan cermin gigi. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang hubungan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ketepatan menggosok gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran yakni tidak tepat sebanyak 47 responden (54,7%) 2. Kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran yakni sebesar 49 responden (57%) mengalami gigi karies 3. Ada hubungan yang signifikan antara ketepatan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1 sampai 3 di SDN 01 Genuk Ungaran dengan nilai p value 0,00 < α 0,05 B. Saran 77 Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut maka saran yang dapat penulis berikan adalah : 1. Bagi siswa Diharapkan siswa melakukan pemeliharaan gigi sejak dini dalam pengetahuan tentang cara menggsok gigi yang baik dan benar. 2. Bagi sekolah Sekolah agar tetap melakukan upaya promotif kepada siswa dalam hal menjaga kesehatan gigi dan mulut dan memulai hal-hal yang bisa dilakukan siswa dalampengetahuan serta kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi 3. Bagi puskesmas Puskesmas dapat meningkatkan lagi untuk kegiatan promotif terhadap anak usia sekolah karena masih banyaknya siswa yang masih kurang baik dalam praktek menggosok gigi.. 4. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti cara menggosok gigi anak usia sekolah yang ditinjau dari berbagai macam teknik terutama untuk pendekatan kualitatif. 78 DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2010. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik. Jakarta : Asdi Mahasatya. Astoeti. 2010. Total Quality Management dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di Sekolah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Budiardjo. 2008. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : ECG. Budisuari et al. 2010. Hubungan pola makan dan kebiasaan menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulut (karies) di indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 13(17), 83–91. Cobisco. 2008. Dental Caries. http://www.dentalcaries.com/. Dewi. 2017. Hubungan Antara Ketepatan Menggosok Gigi Dengan Stadium Karies Gigi Pada Anak Kelas 5 Dan 6 Di SDN Bulak Rukem 2 Surabaya. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas KatolikWidya Mandala Surabaya Dewanti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Pondok Cina 4 Depok. Skripsi. Edwina. 2012. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta : EGC. Efendi R., Arneliwati.,Indriati.,G. 2018. Hubungan Anatara Cara Menggsoosk Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Riau 79 Evyana.,Rohmawati.,Pradana.,D.,T. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Menggososk Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Tahun 2015. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Pontianak. Gopdianto Randy,Ratu M. J.A, Mariati Wayan Ni,2015. Status Kebersihan Mulut Dan Perilaku Menyikat Gigi Anak SD Negeri Malalayang.Jurnal EGigi(Eg) : Vol 3 No 1 Assessed 1 Juli 2015 Hamsafir. 2010. Definisi Karies akar/definisi-mengenai-karies-gigihtml. Gigi. http://www.infogigi.com/karies- Hidayat. 2011.Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medica Hidayat, R., & Tandiari (2016) .Kesehatan gigi dan mulut. Yogyakarta:Andi Yogyakarta Hiranya, dkk. 2013. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC. Houwink, B (2012). Ilmu kedokteran gigi pencegahan.Yogyakarta :Gadjah Mada Unversity Press Kemenkes. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 20152019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes RI. 2011. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI. Kidd. 2012. Dasar-Dasar Karies-Penyakit dan Penanggulangan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Kusumawardani. 2011. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Siklus Maulida S. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian karies gigi pada anak di TK Aisyiyah Bustanul Atfal Desa Lebaksiu Lor. Jurnal Keperawatan Anak 2(2): 108-115. Margaeta Silvia.2012.Tips& Teapi Alami Agar Gigi Putih & Sehat. Yogyakarta: Pustaka Cerdas Mustaida. 2008. Perawatan Gigi dan Mulut. Jakarta. Prestasi Pustaka. 80 Noviani. 2014. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Karies Gigi (DMFT) Santri Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor Tahun 2010. Tesis. FKM UI Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. Permatasari Indah., Andhini., D. 2014.Hubungan Perilaku Menggosok Gigi Dan Pola Jajan Anak Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sd Negeri 157 Palembang. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran . Universitas Sriwijaya. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014 Potter & Perry. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik. Edisi 4.Volume 2.Jakarta : EGC Pratiwi. 2012. Gigi Sehat-Merawat Gigi Sehari-hari. Jakarta: Kompas. Pratiwi Ayu Tresna.2015. Teknik,Frekuensi Dan Waktu Menyikat Gii Terhadap Kejadian Karang Gigi Pada Santri Pondok Pesantren Wasilatul Huda Cicalengka Tahun 2015. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Politeknik Kesehatan Bandung.Jurusan Keperawatan Gigi. Putri, M.H., Herijulianti, E., Nurjannah, N. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi, 3th ed. Jakarta: EGC. Ramadhan. 2010. Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan Kementerian RI tahun 2013. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20 2013.pdf. Sandira. 2009. Karies archive.co.id/[email protected]/msg. Gigi, http://www.mail- Setyaningsih. 2010. Pentingnya Kebersihan Mulut. http://www.dentiadental.com/2009/articles/pentingnya-kebersihanmulut/. Schuurs. 2011. Patologi Gigi Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. Yogyakarta : Gajah Mada University press . Suwelo. 2010. Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Jakarta: EGC. 81 Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alphabeta. Warni. 2009. Hubungan Perilaku Murid SD kelas V dan VI pada kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Tesis. Medan: USU. Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta : EGC. Worang Yolanda Triska, Pangemanana C. H.Damajati,Wicaksono A.Dinar.2014.Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Keberhasialan Gigi Dan Mulut Anak Di Tk Tunas Bhakti Manado.Jurnal E Gigi(Eg) : Vol 2 No 2 Assessed 2 Mei 2015 Worotitjan et al. 2013. Pengalaman Karies Gigi Serta Pola Makan dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara., Jurnal e-Gigi., Vol.1 No.1 2013: 59-66. 82