Uploaded by User25215

Makalah Pengolahan Sinyal Digital

advertisement
Modul I
Sinyal Diskrit, Sampling dan Aliasing
Sinyal Diskrit adalah sinyal yang hanya didefinisikan pada suatu waktu secara
diskrit sehingga variabel bebas dari sinyal ini hanya terjadi pada waktu tertentu.
Sinyal analog diubah menjadi sinyal digital dengan analog-to-digital converter
(ADC). Pada proses ADC terdapat tiga tahap, yaitu :
1. Sampling
2. Kuantisasi
3. Koding
Analog to Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi kode
– kode digital. ADC banyak digunakan sebagai Pengatur proses industri, komunikasi
digital dan rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai
perantara antara sensor yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti
sensor suhu, cahaya, tekanan/ berat, aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan
menggunakan
sistim
digital
(komputer).
ADC
(Analog
to
Converter) memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi.
Digital
Sinyal analog Xa(t) diubah menjadi sinyal diskrit pada sebuah sampler
menghasilkan sinyal waktu diskrit x(n). Sinyal waktu diskrit kemudian dikuantisasi
untuk menghasilkan sinyal bernilai digital Xq(n).
Proses sampling adalah proses pencuplikan nilai dari suatu sinyal kontinyu,
dimana terdapat nilai pada setiap waktu (waktu yang digunakan adalah waktu
analog), dimana nilainya tertentu untuk setiap waktu tertentu (waktu yang digunakan
adalah waktu domain digital).
sampling
rate
adalah sinyal inputan yang disampling dengan
,
yang
menghasilkan
.
sendiri masih dalam bentuk analog. Dari bentuk analog ini, dikonversi menuju
bentuk waktu diskret dengan converter. Impuls train
adalah sinyal kontinyu
yang mempunyai nilai tidak nol pada t=nT dengan n adalah bilangan bulat (integer).
Bila dihubungkan dengan Transformasi Fourier, tiap
transformasi
berupa
waktu
,
yang
, dimana
memiliki hasil transformasi berupa
berupa
memiliki
memiliki hasil
spectrum
adalah domain waktu diskret. Setiap
. Setiap
dari
,
, memiliki hasil transformasi
, dimana terdapat spectrum untuk setiap
.
Dalam proses sampling ini terkadang terjadi aliasing. Aliasing adalah kondisi
dimana spectrum untuk tiap
pada tiap
saling bertumpuk satu dengan yang
lain. Untuk mencegah aliasing, maka frekuensi sampling di atur sehingga mencapai 2
kali frekuensi maksimum pada
. Makin besar frekuensi samplingnya, maka
sinyal terhindar dari aliasing.
Kecepatan pengambilan sampel (frekuensi sampling) dari sinyal analog yang
akan dikonversi haruslah memenuhi kriteria Nyquist yaitu:
fs > 2 finmax
dimana frekuensi sampling (Fs) minimum adalah 2 kali frekuensi sinyal analog yang
akan dikonversi (Finmax). Misalnya bila sinyal analog yang akan dikonversi
mempunyai frekuensi sebesar 100Hz maka frekuensi sampling minimum dari ADC
adalah 200Hz. Atau bila dibalik, bila frekuensi sampling ADC sebesar 200Hz maka
sinyal analog yang akan dikonversi harus mempunyai frekuensi maksimum 100Hz.
Apabila kriteria Nyquist tidak dipenuhi maka akan timbul efek. Disebut aliasing
karena frekuensi tertentu terlihat sebagai frekuensi yang lain (menjadi alias dari
frekuensi lain).
Modul II
Konvolusi Diskrit
Konvolusi diskrit adalah suatu pengoperasian pada dua buah sinyal atau lebih
yang berupa fungsi sehingga terciptanya suatu sinyal baru. Konvolusi diskrit antara
dua sinyal x(n) dan h(n) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Komputasi tersebut diselesaikan dengan merubah indeks waktu diskrit n
menjadi k dalam sinyal x[n] dan h[n]. Sinyal yang dihasilkan x[k] dan h[k]
selanjutnya menjadi sebuah fungsi waktu diskrit k. Langkah berikutnya adalah
menentukan h[n-k] dengan h[k] merupakan pencerminan dari h[k] yang
diorientasikan pada sumbu vertikal dan h[n-k] merupakan h[ki] yang digeser ke
kanan dengan sejauh n. Saat pertama kali hasil perkalian x[k]k[n-k] terbentuk, nilai
pada konvolusi x[n]*v[n] pada titik n dihitung dengan menjumlahkan nilai x[k]h[nk] sesuai rentang k pada sederetan nilai integer tertentu.dihitung dengan
menjumlahkan nilai x[k]h[n-k] sesuai rentang k pada sederetan nilai integer tertentu.
Sinyal-sinyal dasar yang penting dalam pengolahan sinyal digital :
1. Unit sample (impulse)
Didefinisikan :
2. Unit step
Didefinisikan :
3. Unit Ramp
4. Eksponensial
x  n  a n
Didefinisikan :
n
5. Complex Eksponensial

a  re j  x n   re j
Didefinisikan :

n
 xn  r n cos n  j sin n
Penjumlahan konvolusi dapat diinterpretasikan dengan dua cara, yaitu :
a. Menerapkan sifat kelinearan dan time invariant
b. Pendekatan grafik :
1. Plot kedua deret sebagai fungsi k.
2. Pilih salah satu deret, misalnya h(k), lalu gunakan folding
(cermin) untuk memperoleh h(-k).
3. Geser (shifting) deret yang dicerminkan dengan n, diperoleh h(n-k).
4. Kalikan kedua deret x(k) dan h(n-k) dan jumlahkan
hasilkalinya untuk semua harga k. Hasil ynag diperoleh
adalah y(n).
5. Ulangi proses untuk semua n yang mungkin.
Modul III
Audio Multichanel
Audio adalah suara atau bunyi yang dihasilkan oleh getaran suatu benda, agar
dapat tertangkap oleh telinga manusia getaran tersebut harus kuat minimal 20
kali/detik.
Suara yaitu suatu getaran yang dihasilkan oleh gesekan , pantulan dan lainlain, antara benda-banda. Sedangkan gelombang yaitu suatu getaran yang terdiri dari
Amplitudo dan juga waktu. Suara dibangun oleh periode, Apabila tidak berarti itu
bukanlah suara.
Definisi audio yang lainnya adalah merupakan salah satu elemen yang
penting, karena ikut berperan dalam membangun sebuah sistem Komunikasi dalam
bentuk suara, ialah suatu sinyal elektrik yang akan membawa unsur-unsur bunyi
didalamnya. Audio itu terbentuk melalui beberapa tahap, diantaranya: tahap
pengambilan atau penangkapan suara, sambungan transmisi yang membawa bunyi,
amplifier dan lain-lain.
Sistem audio yang menggunakan banyak kanal dikenal dengan Multichannel
audio. Sistem multichannel yang terstandarisasi yaitu 2.0 (Stereo), 5.1 dan 7.1 Audio
multichannel. Secara umum penulisan Audio Multichannel ditulis dengan cara
“m.n”, m merupakan kanal fullband dan
n adalah kanal limited bandwidth (LFE).
Sistem Audio Multichannel bisa memvisualisasikan sumber suara, tetapi
menggunakan bandwidth yang lebih besar.
Teknik untuk merepresentasikan atau menyimpan audio dalam bentuk digitl
disebut dengan Audio Coding, ada beberapa jenis audio coding yang dikembangkan
oleh beberapa perusahaan.
Sama halnya pada data , dalam kompresi audio ada dua teknik kompresi yang
digunakan yaitu Lossless dan Lossy. Pada teknik lossy ada kemungkinan beberapa
data yang hilang saat proses kompresi.
Mono dan stereo adalah dua kelas yang berbeda dari suara yang sering
digunakan dalam situasi yang melibatkan proses reproduksi untuk musik dan
presentasi audio lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua format ini telah
digunakan untuk rekaman, termasuk selama masa pertengahan abad ke-20 di mana
kaset kadang-kadang ditawarkan kepada konsumen dengan menggunakan dua format
ini.
Perbedaan utama antara mono dan stereo adalah hubungannya dengan
penggunaan saluran untuk mereproduksi suara. Rekaman mono (monochannel)
menggunakan satu saluran, sementara rekaman stereo (multichannel) menggunakan
dua atau lebih saluran.
Penting untuk dicatat bahwa kualitas suara yang dihasilkan oleh mono dan
stereo biasanya dianggap sangat baik. Perbedaannya adalah bahwa stereo umumnya
memberikan pengalaman mendengarkan yang lebih dekat yang benar-benar seperti
sumber suara yang dihasilkan. Sama seperti telinga memungkinkan individu untuk
mengambil pada setiap suara individu yang masuk ke dalam presentasi keseluruhan,
stereo memberikan pengalaman serupa melalui rekaman. Sebaliknya, mono
menyediakan saluran tunggal untuk semua suara; sedangkan suara yang diproduksi
masih berkualitas baik, biasanya tidak memiliki kedalaman seperti rekaman stereo.
Kompresi audio adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan
untuk mengecilkan ukuran file audio dengan teknik, yaitu :
1. Kompresi Audio Lossless: Kompresi lossless audio menghasilkan representasi data
digital yang dapat diperluas ke tepat digital duplikat dari stream audio asli dan
menghasilkan 50-60% dari ukuran asli.

Kesulitan : Sulit untuk menjaga semua data dalam aliran audio dan mencapai
kompresi substansial. Nilai-nilai dari audio sample berubah sangat cepat.

Kriteria Evaluasi : Lossless audio codec tidak mempunyai masalah kualitas
suara,

Penggunaannya dapat difokuskan pada : Kecepatan kompresi dan dekompresi
,Tingkat
kompresi
ketahanan
dan
koreksi
kesalahan,
Dukungan
produk Loseless → format : FLAC

Pengguna : audio engineer, audiophiles
2. Kompresi Audio Lossy: Inovasi dari kompresi audio lossy adalah menggunakan
psychoacoustics untuk mengakui bahwa tidak semua data dalam aliran audio dapat
dirasakan oleh sistem pendengaran manusia. Kompresi lossy biasanya mencapai
kompresi yang jauh lebih besar daripada kompresi lossless (data dari 5 persen
menjadi 20 persen dari aliran asli).

Kekurangan : Data akan dihapus selama kompresi lossy dan tidak dapat
dipulihkan
oleh
dekompresi
Kompresi
lossy
dapat
mengakibatkan
pengurangan persepsi kualitas audio yang berkisar dari tidak ada sampai parah
Ciri-ciri Dari Metode Kompresi Lossy Pada Audio Adaptive Differetial Pulse
Code Modulation, contohnya CCITT G.721,16 tau 32 Kbit/sec – Melakukan
encode dua atau lebih sinyal yang berbeda, perbedaan kuantisasi pada encode
tersebut adalah kehilangan sinyal data suara. – Mengadaptasi terhadap
kuantisasi terhadap beberapa bit dapat digunakan asalkan isi data sinyal suara
sedikit. Linier Predective Coding (LPC) difungsikan untuk menyesuaikan
sinyal data yang ada dengan sinyal suara manusia, kemudian mengirimkan
parameter model suara tersebut ketempat tujuan, seperti sebuah computer
yang dapat berbicara dengan bahasa manusia dengan kecepatan 2,4 kbps. o
Code Excited Linear Predicator (CELP) bekerja mirip seperti LPC, tetapi ada
tambahan CELP dapat memancarkan data suara yang salah, sedangkan PLC
tidak, contohnya mutu percakapan audio pada kecepatan 4,8 kbps.

Kriteria Evaluasi : Algoritma kompresi Lossy memiliki kekurangan dari segi
suara, karena ada penghapusan data yang tidak masuk dalam ambang batas
pendengaran manusia, sehingga lebih ditujukan pada : Persepsi kualitas
audio,Kompresi faktor ,Kecepatan kompresi dan dekompresi Latency
algoritma (kritis untuk aplikasi streaming real-time) Lossy →format : Vorbis,
MP3
Metode Kompresi Audio
·
Metode Transformasi
Menggunakan algoritma seperti MDCT (Modified Discreate Cosine
Transform) untuk mengkonversikan gelombang bunyi ke dalam sinyal
digital agar tetap dapat didengar oleh manusia (20 Hz s/d 20kHz) , yaitu
menjadi frekuensi 2 s/d 4kHz dan 96 dB.
·
Metode Waktu
Menggunakan LPC (Linier Predictive Coding) yaitu digunakan untuk speech
(pidato), dimana LPC akan menyesuaikan sinyal data pada suara manusia,
kemudian mengirimkannya ke pendengar. Jadi seperti layaknya komputer
yang berbicara dengan bahasa manusia dengan kecepatan 2,4 kbps.
Modul IV
Pengolahan Sinyal Digital PadaCitra
Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu
objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat
digital. Setiap citra memiliki ukuran dan resolusi yang berbeda- beda. Untuk
mendapatkan ukuran dan resolusi citra yang diinginkan dilakukan kompresi citra.
Kompresi citra adalah proses pemampatan citra yang bertujuan untuk mengurangi
duplikasi data pada citra sehingga memory yang digunakan untuk merepresentasikan
citra menjadi lebih sedikit daripada representasi citra semula. Rasio citra kompresi
adalah ukuran persentase citra yang telah berhasil dimampatkan.
Pemampatan citra bertujuan meminimalkan kebutuhan memori
untuk
merepresentasikan citra digital dengan mengurangi duplikasi data di dengan
mengurangi duplikasi data di dalam citra sehingga memori yang dibutuhkan menjadi
lebih sedikit daripada representasi citra semula.
Ada dua tipe pada kompresi data, yaitu :
1. Kompresi tipe lossless.
2. Kompresi tipe lossy.
Kompresi tipe lossless
Adalah kompresi yang tidak menghilangkan informasi setelah kompresi terjadi,
akibatnya kualitas citra hasil kompresi tidak menurun.
Beberapa ciri dari kompresi lossless :

Teknik kompresi citra dimana tidak ada satupun informasi citra yang
dihilangkan.

Biasa digunakan pada citra medis.

Metode loseless: Run Length Encoding, Entropy Encoding (Huffman,
Aritmatik), dan Adaptive Dictionary
Based (LZW).
Kompresi tipe lossy
Adalah kompresi dimana terdapat datayang hilang selama proses kompresi, akibatnya
kualitas data yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada kualitas data asli.
Beberapa ciri dari kompresi lossy :

Ukuran file citra menjadi lebih kecil dengan menghilangkan beberapa
informasi dalam citra asli.

Teknik ini mengubah detail dan warna pada file citra menjadi lebih sederhana
tanpa terlihat perbedaan yang mencolok dalam pandangan manusia, sehingga
ukurannya menjadi lebih kecil.

Biasanya digunakan pada citra foto atau image lain yang tidak terlalu
memerlukan detail citra, dimana kehilangan bit rate foto tidak berpengaruh
pada citra.
Berikut adalah metode yang dipakai untuk kompresi citra :
1. Metode Run Length Encoding (RLE)
Metode ini digunakan untuk mengompresi citra yang memiliki kelompokkelompok pixel yang berderajat keabuan yang sama. Kompresi citra dengan
metode Run Length Encoding dilakukan dengan membuat rangkaian pasangan nilai
(P,Q) untuk setiap baris pixel, dimana nilai P menyatakan nilai derajat keabuan,
sedangkan nilai Q menyatakan jumlah pixel berurutan yang memiliki derajat keabuan
tersebut.
Kompresi metode RLE adalah menjumlahkan pengulangan byte / karakter
yang sama berturut-turut dan menampilkan hanya sebuah karakter yang mengalami
pengulangan disertai dengan nilai jumlah pengulangan byte / karakter, sedangkan
untuk byte / karakter yang tidak terjadi pengulangan maka karakter tersebut tidak
akan dikompresi, misalkan pada kata ”aaab” yang terjadi pengulangan byte / karakter
’a’ sebanyak 3 kali dan byte / karakter ’b’ tidak mengalami perulangan sehingga kata
tersebut akan dikompresi menjadi ”a3b”.
2. Metode Huffman
Metode Huffman merupakan salah satu teknik kompresi dengan cara
melakukan pengkodean dalam bentuk bit untuk mewakili data karakter.
Cara kerja atau algoritma metode ini adalah sebagai berikut :

Menghitung banyaknya jenis karakter dan jumlah dari masing-masing
karakter yang terdapat dalam sebuah file.

Menyusun setiap jenis karakter dengan urutan jenis karakter yang jumlahnya
paling sedikit ke yang jumlahnya paling banyak.

Membuat pohon biner berdasarkan urutan karakter dari yang jumlahnya
terkecil ke yang terbesar, dan memberi kode untuk tiap karakter.

Mengganti data yang ada dengan kode bit berdasarkan pohon biner.

Menyimpan jumlah bit untuk kode bit yang terbesar, jenis karakter yang
diurutkan dari frekuensi keluarnya terbesar ke terkecil beserta data yang sudah
berubah menjadi kode bit sebagai data hasil kompresi. Contoh teknik
kompresi dengan menggunakan metode Huffman pada file teks. Misalkan
sebuah file teks yang isinya “AAAABBBCCCCCD”. File ini memiliki ukuran
13 byte atau satu karakter sama dengan 1 byte.
Berdasarkan pada cara kerja di atas, dapat dilakukan kompresi sebagai berikut :

Mencatat karakter yang ada dan jumlah tiap karakter. A = 4, B = 3, C = 12, D
=1

Mengurutkan karakter dari yang jumlahnya paling sedikit ke yang paling
banyak yaitu : D, B, A, C

Membuat pohon biner berdasarkan urutan karakter yang memiliki frekuensi
terkecil hingga yang paling besar.

Mengganti data yang ada dengan kode bit berdasarkan pohon biner yang
dibuat. Penggantian karakter menjadi kode biner, dilihat dari node yang paling
atas atau disebut node akar : A = 01, B = 001, C = 1, D = 000. Selanjutnya
berdasarkan pada kode biner masing-masing karakter ini, semua karakter
dalam file dapat diganti menjadi : 01010101001001001111110001111111
Karena angka 0 dan angka 1 mewakili 1 bit, sehingga data bit di atas terdiri
dari 32 bit atau 4 byte (1 byte = 8 bit)

Menyimpan kode bit dari karakter yang frekuensinya terbesar, jenis karakter
yang terdapat di dalam file dan data file teks yang sudah dikodekan. Cara
menyimpan data jenis karakter adalah dengan mengurutkan data jenis karakter
dari yang frekuensinya paling banyak sampai ke yang paling sedikit, menjadi :
[C,A,B,D] File teks di atas, setelah mengalami kompresi, memiliki ukuran
sebesar 1 + 4 + 4 = 9 byte. Jumlah ini terdiri dari 1 byte kode karakter yang
memiliki frekuensi terendah, 4 jenis karakter = 4 byte dan 4 byte data kode
semua karakter.
3. Metode Kuantisasi
Metode ini bekerja dengan cara mengurangi derajat keabuan, sehingga jumlah
bit yang dibutuhkan untuk merepresentasikan citra berkurang. Akibatnya secara
visual kualitas citra menjadi jelek. Oleh karena itu metode ini termasuk dalam loossy
compression, sehingga citra yang sudah dikompresi sulit didekompresi kembali
karena
adanya
informasi
yang
hilang.
Proses kompresi tentunya akan berdampak kepada banyak hal. Yang pertama
adalah ukuran citra hasil kompresi. Ukuran citra diharapkan lebih kecil dari citra asal.
Kedua adalah kualitas citra untuk input terhadap proses berikutnya.
Modul V
Filter Suara
Filter merupakan suatu sistem yang mempunyai fungsi transfer tertentu untuk
meloloskan sinyal masukan pada frekuensi - frekuensi tertentu dan menyaring /
memblokir / melemahkan sinyal masukan pada frekuensi- frekuensi yang lain.
Filter dapat diklasifikasikan menjadi Filter analog dan filter digital
1.
Filter analog : sinyal masukan berupa sinyal analog, pada filter
analog dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Filter pasif : filter yang hanya disusun komponen
tahanan, induktor dan kapasitor.
b. Filter aktif : filter yang disusun komponen op amp atau
transistor ditambah tahanan, induktor, dan kapasitor.
2.
Filter digital : sinyal masukan berupa sinyal diskrit, dibedakan
menjadi yaitu :
Berdasarkan adaptasinya :
1. Fixed Filter
2. Adaptive Filter
Dua jenis algoritma adaptif: Least mean Square (LMS)
dan Recursive
least Square (RLS). LMS algoritma
didasarkan pada pencarian
gradien tipe untuk melacak
karakteristik sinyal waktu bervariasi. Algoritma RLS
menyediakan konvergensi yang lebih cepat dan pelacakan
yang lebih baik dari statistik sinyal varian waktu-dari LMS
algoritma, tetapi komputasi yang lebih kompleks.
Berdasarkan respon impuls, filter digital terbagi menjadi :

FIR (Finite Impulse Response)

IIR (Infinite Impulse Response )
Berdasarkan strukturnya filter digital terbagi menjadi :

Filter Transversal

Filter Cascade

Filter Latic
Algoritma Adaptif Filter
Merubah nilai – nilai koefisien berdasarkan input. Dua jenis algoritma adaptif:
Least mean Square (LMS) dan Recursive least Square (RLS). LMS algoritma
didasarkan pada pencarian gradien tipe untuk melacak karakteristik sinyal waktu
bervariasi. Algoritma RLS menyediakan konvergensi
yang lebih
cepat dan
pelacakan yang lebih baik dari statistic sinyal varian waktu-dari LMS algoritma,
tetapi komputasi yang lebih kompleks.
Algoritma adaptasi terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Algoritma Leaky ( LMS, NLMS, LLMS )
b. Algoritma RLS
c. Algoritma GAL
d. Algoritma Callman
Filter adaptif adalah sistem dengan filter linier yang memiliki fungsi transfer
yang dikendalikan oleh parameter variabel dan sarana untuk menyesuaikan parameter
tersebut sesuai dengan algoritma pengoptimalan . Karena kompleksitas algoritme
pengoptimalan, hampir semua filter adaptif adalah filter digital . Filter adaptif loop
tertutup menggunakan umpan balik dalam bentuk sinyal kesalahan untuk
memperbaiki fungsi transfernya.
Secara umum, proses adaptasi loop tertutup melibatkan penggunaan fungsi
biaya , yang merupakan kriteria untuk kinerja optimal filter, untuk memberi makan
algoritma, yang menentukan cara memodifikasi fungsi transfer filter untuk
meminimalkan biaya pada iterasi berikutnya. Fungsi biaya yang paling umum adalah
kuadrat rata-rata dari sinyal kesalahan.
Karena kekuatan prosesor sinyal digital telah meningkat, filter adaptif menjadi
jauh lebih umum dan sekarang secara rutin digunakan dalam perangkat seperti ponsel
dan perangkat komunikasi lainnya, camcorder dan kamera digital, dan peralatan
pemantauan medis.
Gagasan di balik filter adaptif loop tertutup adalah bahwa filter variabel
disesuaikan hingga kesalahan (perbedaan antara output filter dan sinyal yang
diinginkan) diminimalkan. Filter Least Mean Squares (LMS) dan Filter Recursive
Least Squares (RLS) adalah jenis filter adaptif.
Download