Uploaded by ikaalmaratus23

alur kerja

advertisement
a. Pembuatan larutan alginat 2 %.
Sebanyak 2 gram alginat ditimbang dengan menggunakan neeraca
analitik kemudian dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL dan
ditambahkan dengan 20 mL aquadest. Diaduk dengan menggunakan
magnetic stirrer hingga larutan homogen. Larutan homogen dipindahkan ke
dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aquadest hingga tanda batas.
Dikocok hingga larutan homogen.
2 gram Alginat
1. Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
2. Ditambahkan 20mL aquadest
3. Diaduk dengan magnetic stirrer hingga
homogen
4. Dipindahkan dalam labu ukur 100 mL
5. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
Larutan Alginat 2 %
b. Pembuatan larutan Tween 80 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%.
Sebanyak 1 mL, 2 mL, 3mL 4 mL dan 5 mL larutan Tween 80 (100%),
masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. ditambahkan
aquadest hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
1, 2, 3, 4, dan 5 mL
Tween 80 100 %
1. Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL
2. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
3. Dikocok hingga homogen
Tween 80
1, 2, 3, 4, dan 5 %
c. Pembuatan larutan kitosan 0,1 %
Sebanyak 0,1 gram kitosan dtimbang dengan menggunakan neraca
analitik kemudian dimsukkan ke dalam gelas kimia 100 mL dan
ditambahkan dengan larutan asam asetat 1% sebanyak 20 mL. Diaduk
dengan menggunakan magnetic stirrer hingga larutan homogen. Larutan
homogen kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan dengan larutan asam asetat 1 % hingga mencapai tanda batas.
Dikocok hingga larutan homogen.
0,1 gram Kitosan
1. Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
2. Ditambahkan 20mL asam asetat 1 %
3. Diaduk dengan magnetic stirrer hingga
homogeny
4. Dipindahkan dalam labu ukur 100 mL
5. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
Larutan Kitosan 0,1 %
d. Pembuatan larutan CaCl2.2 H2O 0,15 M
Sebanyak
2,2050
kristal
CaCl2.2
H2O
ditimbang
dengan
menggunakan neraca analitik dan dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL.
Ditambahkan dengan 30 mL aquadest
dan diaduk dengan batang
pengaduk hinngga homogen. Larutan dipidahkan dalam labu ukur 250 mL
dan ditambahakn aquadest hingga tanda batas. Dikocok hingga larutan
homogen.
2,2050 gram Kristal
CaCl2. 2 H2O
1.
2.
3.
4.
5.
Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
Ditambahkan 30 mL aquadest
Diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen
Dipindahkan dalam labu ukur 250 mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
CaCl2. 2 H2O 0, 15 M
e. Pembuatan larutan Buffer fosfat pH 6,8
Sebanyak 6,8 gram kalium dihidrogen fosfat ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik. Dimasukkan dalam labu ukur 250 mL dan
ditambahkan aquadest hingga tanda batas kemudian dikocok hingga
homogen. Didapatkan larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M. Sebanyak 0,2
gram NaOH ditimbang dengan neraca anlitik dan dimasukkan dalam labu
ukur. Kemudian dimasukkan dalam labu ukur 250 mL dan ditambahkan
dengan aquadest hingga batas, dikocok hingga homogen. Didapatkan
larutan NaOH 0,2 M. Larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M dimasukkan
dalam gelas kimia 1 L, dicek pHnya menggunakan pHmeter. Ditambahkan
larutan NaOH 0,2 M kurang lebih 20 mL. Ditambahkan aquadest hingga
volume mendekati 1 L dan ditambahkan larutan NaOH 0,2 M tetes demi
tetes hingga mencapai pH 6,8.
6,8 gram KH2PO4
1.
2.
3.
4.
5.
Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
Ditambahkan 30 mL aquadest
Diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen
Dipindahkan dalam labu ukur 250 mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
KH2PO4 0,2 M
0,2 gram NaOH
1.
2.
3.
4.
5.
Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
Ditambahkan 30 mL aquadest
Diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen
Dipindahkan dalam labu ukur 250 mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
NaOH 0,2 M
250 mL KH2PO4
1.
2.
3.
6.
7.
Dimasukkan dalam gelas kimia 1 L
Dicek pH nya menggunakan pHmeter
Ditambahkan 20 mL NaOH 0,2 mL
Ditambah aquadest hingga mencapai 1 L
Ditambahkan NaOH 0,2 M tetes demi tetes hingga
pH 6,8
Buffer fosfat pH 6,8
f. Pembuatan larutan fisiologi lambung (pH 1,2 )
Sebanyak 2 gram NaCl dilarutkan dalam 7 mL HCl 0,1 N. Kemudian
ditambahkan aquadest hingga mencapai volume 1 L dan diukur pHnya
dengan pH-meter hingga mencapai pH 1,2 ± 0,1.
2 gram NaCl
1. Dimasukkan dalam gelas kimia 1 L berisi 7 mL HCl
0,1 N
2. Ditambahkan dengan aquadest hingga volume 1 L
3. Diukur pHnya hingga mencapai pH1,2 ± 0,1.
Larutan fisiologi
lambung pH 1,2
g. Pembuatan larutan Buffer fosfat pH 7,4
Sebanyak 6,8 gram kalium dihidrogen fosfat ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik. Dimasukkan dalam labu ukur 250 mL dan
ditambahkan aquadest hingga tanda batas kemudian dikocok hingga
homogen. Didapatkan larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M. Sebanyak 0,2
gram NaOH ditimbang dengan neraca anlitik dan dimasukkan dalam labu
ukur. Kemudian dimasukkan dalam labu ukur 250 mL dan ditambahkan
dengan aquadest hingga batas, dikocok hingga homogen. Didapatkan
larutan NaOH 0,2 M. Larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M dimasukkan
dalam gelas kimia 1 L, dicek pHnya menggunakan pHmeter. Ditambahkan
larutan NaOH 0,2 M kurang lebih 20 mL. Ditambahkan aquadest hingga
volume mendekati 1 L dan ditambahkan larutan NaOH 0,2 M tetes demi
tetes hingga mencapai pH 7,4.
6,8 gram KH2PO4
6.
7.
8.
9.
10.
Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
Ditambahkan 30 mL aquadest
Diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen
Dipindahkan dalam labu ukur 250 mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
KH2PO4 0,2 M
0,2 gram NaOH
8.
9.
10.
11.
12.
Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
Ditambahkan 30 mL aquadest
Diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen
Dipindahkan dalam labu ukur 250 mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda batas
NaOH 0,2 M
250 mL KH2PO4
4.
5.
6.
13.
14.
Dimasukkan dalam gelas kimia 1 L
Dicek pH nya menggunakan pHmeter
Ditambahkan 20 mL NaOH 0,2 mL
Ditambah aquadest hingga mencapai 1 L
Ditambahkan NaOH 0,2 M tetes demi tetes hingga
pH 7,4
Larutan fisiologi usus
pH 7,4
h. Enkapsulasi glibenklamid dengan alginate-kitosan (Cahyaningrum,
2014).
Tablet obat glibenklmid dihaluskan dengan menggunakan lumpang
alu, kemudian ditimbang sebanyak 5 gram dengan menggunkan neraca
analtik. Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL dan ditambahakn dengan
10 mL larutan alginat 2%, diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer
hingga homogen dan tidak terdapat gelembung. Kemudian larutan
diteteskan ke dalam larutan CaCl2 0,15 M dengan menggunakan pipet
tetes. Butiran-butiran yang terbentuk didiamkan dalam larutan CaCl2 0,15
selama 24 jam, setelah itu disaring dan dicuci dengan menggunakan
aquadest hingga pH netral serta filtrat bebas Cl-. Filtrat diuji dengan
menggunakan larutan AgNO3 0,1 M dan pencucian dihentikan saat tidak
terbentuk endapan putih dalam filtrat. Butiran yang terbentuk didiamkan
selama 30 menit. Butiran tersebut kemudian direndam dalam larutan
Tween 80 dengan berbagai konsentrasi (0, 1%, 2%, 3%, % dan 5%) dan
didiamkan selama 30 menit. Butiran disaring dan direndam dalam larutan
kitosan 0,1 % selama 30 menit. Setelah itu, larutan disaring dan butiran yang
didapatkan dikeringkan dalam suhu ruang.
Tablet glibenklamid
4. Dihaluskan menggunakan mortal alu
5. Ditimbang sebanyak 5 gram dengan neraca
analitik
5 gram glibenklamid
halus
6. Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
7. Ditambahkan 10 mL larutan alginat 2%
8. Diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga
homogen (tidak terdapat gelembung)
9. Diteteskan dalam gelas kimia berisi 30 mL
larutan CaCl2. 2H2O 0,15 M
10. Direndam selama 24 jam
Terbentuk butiran-butiran
berwarna putih
11. Disaring menggunakan kertas saring
Filtrat
Butiran glibenklamidalginat
12.
13. Didiamkan selama 30 menit
14. Direndam dalam larutan Tween 80
konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5 % selama 30 menit
15. Disaring menggunakan kertas saring
8. Ditetesi AgNO3 0,1 M 3
tetes
Tidak terbentuk
endapan putih
Butiran – butiran obat
Filtrat
1. Direndam dalam larutan kitosan 0,1 % selama
30 menit
2. Disaring menggunakan kertas saring
Filtrat
Butiran glibenklmid
terenkapsulasi
3. Didiamkan dalam suhu ruang hingga kering
Glibenklamid terenkapsulasi
Alginat-Kitosan
i. Pengujian karakteristik fisik dan kimia
Untuk pengujian fisika dari glibenklamid terenkapsulasi yaitu
bentuk dan morfologi permukaan dapat dianalisis dengan menggunaka
instrument SEM. Untuk pengujian secara kimia yaitu mengetahui gugus
fungsional alginate, kitosan, tween 80, glibenklamid dan glibenklamid
terenkapsulasi
alginate-kitosan-tween
80
dianalisis
menggunakan
instrument FT-IR.
Alginat, Kitosan, Tween 80, glibenklamid
dan glibenklamid terenkapsulasi
Glibenklamid terenkapsulasi
dengan eifiensi tertinggi
FT-IR
SEM
Morfologi permukaan dan
ukuran partikel
Gugus fungsi masingmasing
j. Optimasi panjang gelombang
Larutan
glibenklamid
denga
konsentrasi
1
ppm
diukur
absorbanisnya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 200-300 nm untuk mengetahui panjang gelombang
optimum.
Berdasarkan
penelitian
Hutanggalung
(2018),
panjang
gelombang maksimum glibenklamid adalah 229 nm. Panjang gelombang
maksimum yang diperoleh digunakan untuk analisis berikutnya. Kurva
standart glibenklamid didapatkan dari mengukur absorbansi larutan
glibenklamid dengan variasi konsentrasi 1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10 ppm.
Diperoleh data kurva standart dari larutan glibenklamid antara konsentrasi
glibenklamid dengan absorbansi.
Larutan glibenklamid 1%
Diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 200 – 300 nm
Panjang gelombang
maksimum
Larutan glibenklamid
1,2,3,4,5,6,7,8,9, dan 10%
Diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum
Absorbansi larutan standart
k. Efisiensi enkapsulasi glibenklamid (Sabitha. et al, 2010)
Sebanyak 10 mg glibenklamid terenkapsulasi dihaluskan dan dilarutkan
dalam 10 mL larutan buffer pH 6,8. Diaduk dengan menggunakan magnetic
stirrer pada suhu ruang hingga didapatkan larutan homogen. Larutan
dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum yang didapatkan. Absorbansi yang dihasilkan
digunakan
untuk
terenkapsulasi.
menentukan
Blanko
yang
konsentrasi
digunakan
glibenklamid
berupa
partikel
yang
tanpa
glibenklamid.
10 mg glebenklamid terenkapsulasi dg
Tween 0, 1, 2, 3, 4, dan 5%
1. Dihaluskan dengan mortal alu
2. Dilarutkan dalam larutan buffer pH 6,8
3. Diaduk dengan magnetic siterrer hingga homogen
(dengan waktu yang sama)
4. Diuji dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum
Absorbansi glibenklamid
terenkapsulasi dengan Tween
0,1,2,3,4, 5 %
Uji disolusi
Uji disolusi glibenklamid terenkapsulasi alginat-kitosan-tween 80
dilakukan pada dua media, yaitu media larutan fisiologi lambung (pH 1,2)
dan media larutan fisiologi usus (pH 7,4) yang dilakukan selama 45 menit.
Glibenklamid terenkapsuasi dimasukkan ke dalam wadah yang berisi 100
mL media. Alikuot diambil pada menit ke-1, 3, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, dan
50 sebanyak 10 mL. Larutan sampel uji disolusi diukur menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum sehingga
diperoleh absorbansi sampel. Hasil absorbansi yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier untuk memperoleh
konsentrasi dan massa pirazinamid yang terlarut. Persamaan regresi linier
diperoleh dari kurva standar glibenklamid, yang merupakan hasil
pengukuran larutan glibenklamid dalam konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm.
Data akhir pada kurva standar menunjukkan hubungan antara konsentrasi
glibenklamid dan absorbansi.
100 mg glibenklamid terenkapsulasi
dengan nilai efisiensi tertinggi
1. Dimasukkan dalam gelas kimia 250 mL yang berisi 100
mL larutan pH 1,2
2. Diaduk dengan magnetic stirrer
3. Dipippet masing-masing 10 mL pada menit ke 1, 3, 5,
10, 15, 20, 25, 30, 40, dan 50
4. Masing-masing larutan diuji dengan spektofotometer
UV-Vis pada panjag gelombang maksimum
Absorbansi
Download