SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu : Hj. Ratu Suntiah, M.Ag. Aang Mahyani, S.Pd., M.Ag Disusun Oleh : Rifki Maulana (1182060093) Nurul Hafifah Pulungan (1182060086) Wina Sukma Dewi (1182060105) Kelompok 2 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan judul “SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Bandung , 9 September 2019 Penulis i DAFTAR ISI PENGANTAR ..................................................................................................................... i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2 C. Tujuan ..................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 1 A. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw ................................................................... 1 B. Peran dan Jasa Nabi Muhammad saw Periode Mekkah.......................................... 3 1. Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Mekah ............................................... 3 2. Respon Masyarakat Mekkah terhadap dakwah Nabi Muhammad Saw .............. 7 3. Hambatan dan Rintangan Dakwah Islam di Mekkah .......................................... 7 C. Periode Madinah .................................................................................................... 8 1. Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan................................................... 11 2. Bidang Politik .................................................................................................. 14 BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 1 D. KESIMPULAN ....................................................................................................... 1 E. SARAN ................................................................................................................... 2 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 3 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk semua umat manusia, di dalam diri beliau terdapat suri tauladan yang baik bagi umatnya. Allah juga telah menerangkan di dalam kitabNya bahwa Nabi Muhammad diutus tidak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana yang tertulis dalam Qs. A l- Anbiya : 107. Artinya : “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Nabi Muhammad dibekali wahyu oleh Allah berupa kitab suci Al-Qur’an yang menjadi pedoman beliau dalam menyampaikan ajarannya kepada umat manusia. Selain Al-Qur’an, nabi juga menggunakan hadist sebagai pelengkap ketika menyampaikan ajaran-ajaran yang beliau bawa tersebut. Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah dimulai dengan diangkatnya beliau menjadi Nabi dan Rasul. Sedangkan periode Madinah dimulai sejak hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin ke Madinah setelah kurang lebih 13 tahun berdakwah di Mekkah. Periode Mekkah, Rasulullah Saw berdakwah menegakkan tauhid dan dasar-dasar Islam. Karena kentalnya masyarakat Mekkah dengan agama nenek moyang mereka dan keengganan mereka meninggalkan sesembahan. Sehingga Nabi Muhammad saw banyak mendapatkan kecaman dan siksaan selama berdakwah di Mekkah. Setelah perjalanan panjang, kemudian beliau memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Pada periode Madinah Rasulullah Saw berhasil membangun dan membina masyarakat Islam yang kuat. Hal ini disebabkan karena antusiasnya masyarakat Madinah dalam memahami Islam 1 yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang telah lebih dahulu masuk Islam. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana riwayat hidup Nabi Muhammad Saw sebagai Pribadi ,Nabi dan Rasul? 2. Apa saja Peran dan jasa Nabi Muhammad Saw dalam peradaban pada periode Mekkah dan Madinah? C. Tujuan 1. Memahami dan menjelaskan riwayat hidup Nabi Muhammad saw. 2. Memahami dan menjelaskan peradaban Islam pada masa Nabi Muhammad Saw dan dapat mengambil pelajaran (ibrah) dari keteladanan Nabi Muhammad Saw pada periode Mekkah dan Madinah. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Riwayat Hidup Nabi Muhammad Saw 1. Sebelum Masa Kerasulan (Kelahiran Nabi Muhammad) Secara esensial, kehadiran Nabi Muhammad pada masyarakat Arab adalah terjadinya kristalisasi pengalaman baru pada dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segalah aspek kehidupan masyarakat, termaksut hukumhukum yang digunakan pada masa itu . Keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam memenagkan kepercayaan bangsa arab pada waktu yang relatif singkat kemampuannya dalam memodifikasi jalan hidup orang-orang Arab. Sebagian dari nilai budaya Arab pra-Islam, untuk beberapa hal di ubah dan di teruskan oleh masyarakat Muhammad dalam tantanan moral Islam. Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun Gajah, tahun dimana ketika pasukan Gajah Abraham menyerang Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah. Namun pasukan Abraham mengalami kehancuran. Peristiwa itu kira-kira terjadi pada tahun 570 M (12 Rabiul Awal). Nabi Muhammad di percayakan oleh Halimah dari suku Bani Sa’ad untuk diasuh dan di besarkan. Asuhan Halimah hingga sampai nabi berusia 6 tahun. Pada usia 6 tahun, Nabi Muhammad telah kehilangan kedua orang tuanya. Setelah Aminah ibu Nabi meninggal, Abdul Muthalib kakek Nabi mengambil tanggung jawab merawat Nabi. Namun dua tahun kemudia Abdul Muthalib meninggal dunia karena rentan. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada paman Nabi, Abu Thalib. Sang paman sangat di segani dan dihormati di kalangan oarng quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi dia miskin. Dalam usia mudah, Nabi Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah dan kambing penduduk Mekah. Melalui kegiatan pengembala ini Nabi menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Kegiatan ini membuatnya jauh dari segalah nafsu 1 2 duniawi, sehingga dia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena itu sejak mudah Nabi sudah dijuluki al-amin (orang yang terpercaya ). ( Ajid Thohir: 2004, 12) Bukan hanya di juluki sebagai al-amin nabi juga adalah seorang yang bijaksana. Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi Muhammad terjadi pada usianya yang ke 35 tahun. Waktu itu bangunan ka’bah rusak berat. Perbaikan ka’bah di lakukan secara gotong royong. Para penduduk Mekkah membantu perkerjaan itu dengan suka rela. Tetapi pada saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan HajarAswad di tempatnya semula, timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak namun, akhirnya para pemimpin quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk Ka’bah melalui pintu Shafa akan di jadikan hakim untuk memutuskan perkara ini, ternyata orang yang pertama masuk adalah Nabi Muhammad. Ia pun akhirnya di percaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tegah, lalu meminta kepada seluruh kepala suku memegang tepi kain dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Nabi Muhammad kemudian meletakan batu itu pada tempat semula. Dengan demikian perselisihan dapat di selesaikan dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu. ( Dedi Supriyad: 2008, 5960) Pada usia baru beranjak 12 tahun Nabi Muhammad melakukan perjalanan (usaha) untuk pertama kali dalam khalifah dagang ke siria (syam). Khafilah itu di pimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini di Bushra sebelah Selatan Siria ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad sesuai dengan petunjuk ceritacerita Kristen. Ketika Nabi Muhammad berusia 25 tahun, ia berangkat ke Siria membawa barang dagangan seorang saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Nabi Muhammad memperoleh laba yang sangat besar. Khadijah kemudian melamar Nabi, ketika 3 itu Nabi Muhammad berusia 25 tahun dan khadijah 40 tahun . Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebar Islam. Perkawinan Nabi dengan khadijah dikaruniai enam orang anak dua putra dan empat orang putri ialah: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, UmmuKulsumdan Fatimah. Dua putranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai Khadijah meninggal ketika Nabi Muhammad berusia 50 tahun. ( Badri Yatim: 18) B. Peran dan Jasa Nabi Muhammad saw Periode Mekkah Periode Mekkah bagi Nabi adalah masa ketika beliau berada di kota mekkah sejak menerima wahyu pertama sampai hijrah ke Yatsrib ( Madinah ). Masa antara Nabi menerima wahyu pertama pada tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 611 M sampai beliau hijrah ke Yatsrib pada hari Jumat tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1 H ( tahun ke-13 dari kenabian ) adalah 13 tahun 6 bulan. Selama periode Mekkah tersebut, Nabi Muhammad saw. Berperan sebagai pemimpin agama. “Perkataan pemimpin agama” berasal dari kata dasar pimpin ditambah awalan pe dan kata agama. Kata “pemimpin” artinya : 1). Orang yang memimpin. 2). Petunjuk, buku petunjuk/pedoman.1 Sementara itu, kata agama diartikan sebagai tuntunan, teks, kitab suci dan diwarisi turun temurun.2 Jadi arti pemimpin agama secara sederhana adalah orang yang memberikan petunjuk (tuntunan) dan mengajarkan tentang persoalan-persoalan agama. Perkataan ini sejalan dengan peran Nabi Muhammad saw. Di kota mekkah Peran nabi Muhammad yakni sebagai pemimpin agama (dai dan pendidik). 1. Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Mekah Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian 1 Depdikbud.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,hal 684. 2 Harun Nasution.1984.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya.Jilid1. Jakarta:UI Press, hal 9. 4 mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut: a. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil). Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah: 1) Abdul Amar dari Bani Zuhrah 2) Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris 3) Utsman bin Affan 4) Zubair bin Awam 5) Sa’ad bin Abu Waqqas 6) Thalhah bin Ubaidillah. Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).3 b. Dakwah secara terang-terangan Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216. 3 Rozabi,Izzur.2013.Percikan Api Sejarah.Malang : UB Press, hal.144 5 Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut: Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa. Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M). Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain: 1) Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar. 2) Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus. Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah. Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan 6 membela Rasulullah Saw. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah Saw dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.4 c. Dua Perjanjian Penting Periode Makkah Setelah Nabi Muhammad melakukakan Isra’ dan Mikraj, suatu perkembangan besar terjadi bagi kemajuan islam. Embrio kemajuan tersebut datang dari sejumlah penduduk yatsrib yang berhaji ke Makkah. Mereka terdiri dari duan suku, yaitu suku ‘Aus dan Khazraj, datang menemui Nabi Muhammad dan melakukan perjanjian yang kemudian dikenal dengan perjanjian Aqobah. 1) Perjanjian Aqobah I Proses terjadinya perjanjian aqobah I di awali dengan datangnya rombongan dari Madinah di Makkah, mereka datang untuk menunaikan haji, lalu kedatangan mereka diketahui oleh nabi, maka beliau segera menemui mereka di dekat bukit aqabah untuk menyampaikan seruan islam. Mendengar dakwah yang disampaikan oleh nabi, kemudian mereka berkata: bangsa kami telah lama terjadi permusuhan, yaitu antara suku Khajraj dan suku ‘Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantaraan enkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu kami akan berdakwah agar mereka mengatahui agama yang kami terima dari engkau. Setelah berselang dua tahuan, yaitu pada tahun ke dua belas, mereka datang lagi menemui nabi dengan jumlah 12 orang (10 kaum Khajraj dan 2 kaum ‘Aus). Mereka menemui nabi pada tempat yang sama, yang mana dalam pertemuan ini mereka telah membuat suatu perjanjian dengan nabi yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Aqobah I ”perjanjian wanita”. 2) Perjanjian Aqobah II Pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari madinah makin tambah banyak, yaitu berjumlah 73 orang, diantaranya 2 orang perempuan dari suku ‘Aus. Mereka kemudian menemui nabi pada tempat 4 Ibid. Hal 147 7 yang sama dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, pertemuan ini kemudian dikenal dengan Perjanjian Aqobah II (perjanjian peperangan).5 2. Respon Masyarakat Mekkah terhadap dakwah Nabi Muhammad Saw Dakwah Islam yang dilakukan Rasul baik secara diam-diam maupun secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang beragam. Ada yang menerima dan banyak pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka yang menerima ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah Saw, meskipun ada juga keluarga dekatnya yang menolak misalnya, Abu Lahab. Meskipun bisa dikatakan bahwa masyarakat Arab di kota Mekkah ada yang menerima ajaran Islam secara ikhlas, tapi pada umumnya masyarakat Arab kota Mekkah menolak dan tidak menghendaki kehadiran Islam dan umat Islam dan umat Islma di kota tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai penghinaan bahka ancaman penbunuhan yang ditujkan kepada Nabi Muhammad Saw dan umat Islam. 3. Hambatan dan Rintangan Dakwah Islam di Mekkah Para tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar mengenai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu cara untuk menghambat gerakan Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk melarang Nabi Muhammad Saw agar tidak menyebarkan ajaran islam. Karena tidak tahan atas ancaman dan teror yang diarahkan kepadanya, maka pada suatu ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad Saw agar bersedia menghentikan kegiatan dakwahnya. Mereka yang tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad Saw terus berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk penyiksaan dan pembunuhan. Mereka menerima siksaan di luar 5 Saufi,Akhmad.S.Ag.M.MPd.I.2015.Sejarah Peradaban Islam .Yogyakarta: CV Budi Utama,hal 2122. 8 batas perikemanusiaan. Misalnya: dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan minum. Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih batu besar. Istri Yasir yang bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.6 C. Periode Madinah Pada lain pihak situasi Madinah sangat menggembirakan madinah adalah sebuah oasis pertanian . Sebagaimana Mekkah, Madinah juga dihuni oleh beberapa klan dan tidak oleh sebuah kesukuaan yang tunggal, Madinah adalah perkampungan yang diributkan oleh permusuhan yang sangat sengit dan anarkis antara kelompok kesukuaan terpandang suku aws dan khazraj. Permusuhan yang berkepanjangan mengancam rakyat kecil dan mendukung timbulnya permasalahan eksistensi. Berbeda dengan masyarakat badui warga Madinah telah hidup saling bertentangga dan tidak berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Madinah juga senangtiasa mengalami perubahan social yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolute model badui. Kehidupan social Madinah secarah berangsur- angsur di warnai oleh unsur kedekatan ruang dari pada kedekatan kekerabatan. Madinah juga memiliki sejumlah warga yahudi yang mana sebagian besar penduduknya lebih simpatik terhadap monotheisme.7 Penduduk Yatsrib (Madinah) sebelum Islam terdiri dari dua suku bangsa yaitu Arab dan yahudi yang keduanya ini saling bermusuhan. Karena kegiatan dagang di Yatsrib dikuasai atau berada di bawah kekuasaan yahudi. Waktu permusuhan dan kebencian antara kaum yahudi dan Arab semakin tajam, kaum yahudi melakukan siasat memecah belah dengan melakukan intrik dan menyebarkan permusuhan dan kebencian diantara suku Aus dan Khazraj. Siasat ini berhasil dengan baik, dan mereka merebut kembali posisi kuat terutama dibidang ekonomi. Bahkan siasat yahudi itu mendorong suku khazraj bersekutu dengan bani qainuqah (yahudi), sedangkan suku aus bersekutu dengan bani quraizah dan bani nadir. Klimaks dari permusuhan dua suku tersebut adalah perang Bu’as pada 6 7 Quthb,Sayyid.2002.Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.Jakarta: Gema Insani Press,hal.262 Ira. M. Lapidus.Sejarah Sosial Umat Islam.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1999,hlm 38 9 tahun 618 M seusai perang baik kaum aus maupun khazraj menyadari, akibat dari permusuhan mereka, sehingga mereka berdamai. Setelah kedua suku berdamai dan suku khazraj pergi ke Makkah, dan setelah di Makkah Nabi Muhammad Saw menemui rombongan mereka pada sebuah kemah. Beliau memperkenalkan islam dan mengajak mereka agar bertauhid kepada Allah SWT karena sebelumnya mereka telah mendengar ajaran taurat dari kaum yahudi dan mereka tidak merasa asing lagi dengan ajaran Nabi maka mereka menyatakan masuk islam dan berjanji akan mengajak penduduk Yastrib masuk islam. Setibanya di Yatsrib meraka bercerita kepada penduduk tentang Nabi Muhammad Saw, dan agama yang dibawanya serta mengajak mereka masuk islam. Sejak itu nama Nabi dan Islam menjadi bahan pembicaraan masyarakat Arab di Yatsrib. Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, ada suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam. Perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yatsrib (Madinah) yang berhaji ke Mekkah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khajraj. Gejala-gejala kemenangan di Yatsrib (Madinah) telah di depan mata Nabi menyuruh para sahabatnya untuk berpindah ke sana. Dalam waktu dua bulan hampir semua kaum muslimin kurang lebih 150 orang, telah meninggalkan kota makkah untuk mencari perlindungan kepada kaum muslimin yang baru masuk di Yatsrib. Kaum Quraisy sangat terperanjat sekali setelah mereka mengetahui bahwa Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yatsrib sehingga mereka khawatir kalau-kalau Muhammad dapat bergabung dengan pengikut-pengikutnya di Madinah dan dapat membuat markas yang kuat di sana. Kalau demikian terjadi, maka soalnya bukan hanya mengenai soal agama semata-mata, tetapi juga menyinggung soal ekonomi yang mungkin saja mengakibatkan kehancuran perniagaan dan kerobohan rumah tangga mereka karena kota Yatsrib terletak pada lin perniagaan mereka antara Mekah dengan Syam. Bila penduduk Yatsrib bermusuhan dengan mereka maka perniagaan mereka dapat saja mengalami keruntuhan. Oleh karena itu salah satu jalan yang harus mereka tempuh ialah melakukan sesuatu tindakan yang menentukan agar dapat 10 menumpas “keadaan buruk ini” yang akan mendatangkan bencana bagi agama dan pintu-pintu rizki mereka. Setelah melihat dampak yang sangat besar yang dapat merugikan ekonomi dan perniagaan mereka maka mereka melakukan sidang untuk permasalahan tindakan apa yang harus mereka lakukan. Setelah melakukan persidangan akhirnya jalan satu-satunya ialah dengan membunuh Muhammad, tetapi bagaimana membunuhnya?. Kaum keluarga Muhammad tentu tidak akan diam begitu saja mereka tentu saja akan membunuh pula siapa yang membunuh Muhammad. Akhirnya Abu Jahal menemukan ide yang paling aman yaitu: masing-masing kabilah harus memilih seorang pemuda yang akan membunuh bersama-sama. Dengan demikian seluruh kabilah bertanggung jawab atas kematian Muhammad dan Bani Abu Manaf tidak mampu menuntut bela terhadap seluruh kabilah. Akirnya Bani Abu Manaf akan menerima saja pembayaran yang dibayarkan oleh seluruh kabilah kepada mereka. Nabi memberitahukan akan hal ini kepada Abu Bakar, dan Abu Bakar meminta kepada Nabi, supaya diizinkan menemani beliau dalam perjalanan ke Yatsrib. Nabi setuju, dan Abu Bakar mempersiapkan untuk perjalanannya. Kemudian Nabi menyuruh Ali bin Abi Thalib menempati tempat tidur beliau, supaya kaum musyrikin mengira bahwa beliau masih tidur. Kepada Ali diperintahkan juga, supaya mengembalikan barang-barang yang ditumpangkan kepada beliau, kepada pemiliknya masing-masing. Ketika Nabi dan Abu Bakar keluar dari rumah, Nabi menserakkan pasir ke hadapan para kafir qurais dengan berkata: “Alangkah kejinya mukamu” seketika kafir Quraisy tak sadarkan diri dan mereka tidak mengetahui bahwa Nabi dan Abu Bakar telah keluar rumah.8 Nabi Muhammad meninggalkan rumahnya pada malam 27 Shafar tahun ke-14 dari kenabian atau 12 September 622 M. Peristiwa hijrah Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah merupakan kehendak dan perintah Allah Swt dengan tujuan agar penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Rasulullah Saw menjadi lebih 8 Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Setia, 2008 11 pesat lagi. Selama 13 tahun Rasulullah berdakwa ajaran Islam di mekkah, Nabi Muhammad telah banyak mengalami pertentangan dan permusuhan. Namun Madinah merupakan kota yang penduduknya lebih mudah menerima ajaran Rasulullah dari pada penduduk Mekkah. Masyarakat Madinah menyambut kedatangan Nabi Muhammmad dengan suka cita, orang-orang Madinah berbondong-bondong memeluk Islam.Oleh karena itu islam lebih cepat berkembang di madinah.9 1. Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah SAW. Yang paling dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad AlHusairy, diuraikan bahwa peradaban pada masa Nabi dilandasi dengan asasasas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan wahyu. Diantaranya sebagai berikut: a. Pembangunan Masjid Nabawi Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti disuatu tempat maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid. Rasulullah ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut. Beliau mengangkat dan memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya sendiri. Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di samping masjid. Tatkala pembangunan selesai, Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah pada bulan Syawal. Sejak saat itulah, Yastrib dikenal dengan Madinatur Rasul atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum muslimin melakukan berbagai aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka, berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini menjadi factor yang mempersatukan mereka. 9 M. Rusli Amin, Hijrah. Rahasia Sukses Rasulullah Saw (Jakarta: Al- Mawardi Prima, 2010),hlm 33-34 12 b. Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar. Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakan dasar- dasarnya untuk menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya ikatan persaudaraan (Ukhwah Islamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin, dan mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang telah lama bermusuhan dan bersaing. Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi ikatan persaudaraan karena pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman. Terbukti apa yang dimiliki Anshar disediakan penuh untuk saudaranya Muhajirin. Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah. c. Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orangorang arab, serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan toleransi diantara golongan tersebut. d. Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam Negara diletakkan dasar-dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-Quran pada periode ini untuk membangun legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dengan perkataan dan tindakannya. Hidupla kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat diantara anggota masyarakatnya. Dengan demikian 13 berarti bahwa inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun Rasulullah dengan asas-asasnya yang abadi. Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat Islam di Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad Saw, yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban. kedua, membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan dihadapi. musyawarah Disamping dalam itu, merundingkan masjid juga masalah-masalah menjadi pusat yang kegiatan pemerintahan; ketiga Nabi Muhammad Saw membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Yatsrib) dengan Anshar (orangorang yang menerima dan membantu kepindahan Muhajirin di Yatsrib). Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad Saw membentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, disamping bentuk persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah; keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam; dan kelima Nabi Muhammad Saw membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguna-gangguan yang dilakukan oleh musuh.10 10 Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam Bandung: Pustaka Setia, 2008.hlm 63-65 14 2. Bidang Politik Selanjutnya, Nabi Saw. Merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh pendudukan Yatsrib, baik orang muslim maupun non muslim (Yahudi). Piagam inilah yang oleh Ibnu Hasyim disebut sebagai Undang-undang Dasar Negara Islam (Daulah Islamiyah) yang pertama. a. Setiap kelompok mempunyai pribadi keagamaan dan politik. Adalah hak kelompok, menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang patuh. b. Kebebasan beragama terjamin buat semua warga Negara. c. Adalah kewajiban penduduk madinah, baik kaum muslimin maupun bangsa Yahudi, untuk saling membantu, baik secara moril atau materil. Semuanya dengan bahu membahu harus menangkis setiap serangan terhadap kota Madinah. (Munir Subarman, Sejarah Peradaban Islam Klasik (Cirebon: Pangger Publishing, 2008),hlm 36) Rasulullah adalah kepala Negara bagi penduduk Madinah. Kepada Beliaulah segala perkara dibawa dan segala perselisihan yang besar diselesaikan. Munawir Syadzali ( Mantan Menteri Agama RI) menyebutkan bahwa dasar-dasar kenegaraan yang terdapat dalam piagam Madinah adalah: pertama, Umat Islam merupakan satu komunitas (ummat) meskipun berasal dari suku yang beragam; dan kedua, hubungan antara sesama anggota komunitas Islam, dan antara anggota komunitas islam dengan komunitaskomunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip:(a) bertetangga baik, (b) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama,(c) membela mereka yang dianiaya, (d) saling menasehati, dan (e) menghormati kebebasan beragama.11 Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Selain tiga dasar di atas, langkah awal yang ditempuh Rasullullah setelah resmi mengendalikan Madinah adalah membangun kesatuan internal dengan mempersaudarakan orang muhajirin dan anshar. Langkah ini dilakukan sejak awal untuk menghindari terulangnya konflik lama diantara mereka. Dengan 11 Ibid.hal 65 15 cara ini, akan menutup munculnya ancaman yang akan merusak persatuan dan kesatuan dalam tubuh umat islam. Langkah politik ini sangat tepat untuk meredam efek keratakan sosial yang ditimbulkan oleh berbagai manuver orang-orang yahudi dan orang-orang munafik (hipokrif) yang berupaya menyulut api permusuhan antara Aus dan Khazraj, antara Muhajirin dan Ansar. Setelah itu Rasulullah juga berupaya menyatukan visi para pengikut Nabi dalam rangka pembentukan sistem politik baru dan mempersekutukan seluruh masyarakat Madinah, sementara itu agar bangunan kerukunan menjadi lebih kuat, Rasulullah membuat konvensi dengan orang-orang yahudi. Dalam konteks ini tampak kepiawaian Nabi dalam membangun sebuah sisem yang mengantisipasi masa depan. Di Madinah, Nabi bersama semua elemen pendudukk Madinah berhasil membentuk structur religio politics atau ”Negara Madinah”. Untuk mengatur roda pemerintahan, semua elemen masyarakat Madinah secara bersama menandatangani sebuah dokumen yang menggariskan ketentuan hidup bersama yang kemudian lebih dikenal sebagai konstitusi atau Piagam Madinah. Piagam Madinah merupakan bentuk piagam pertama yang tertulis secara resmi dalam sejarah dunia. Sebagai gambaran awal, Piagam Madinah adalah undang-undang untuk mengatur sistem politik dan sosial masyarakat pada waktu itu. Rasulullah yang memperkenalkan konsep itu. Sejarah mencatat, Islam telah mengenal sistem kehidupan masyarakat majemuk. Kebhinnekaan,Yakni melalui Piagam ini. Ketika itu, umat Islam memulai hidup bernegara setelah Nabi Muhammad Saw hijrah ke Yatsrib, yang berubah nama menjadi Madinah. Di Madinah, Nabi Muhammad Saw meletakkan dasar kehidupan yang kuat bagi pembentukan masyarakat baru di bawah kepemimpinan beliau. Masyarakat baru ini adalah masyarakat majemuk, asalnya dari 3 golongan penduduk. 16 a. Kaum Muslim; Muhajirin&Anshar. Mereka adalah kelompok mayoritas. b. Kaum Musyrik, orang-orang yang berasal dari suku Aus & Khazraj yang belum masuk Islam. Kelompok ini golongan minoritas. c. Ketiga adalah kaum Yahudi. Setelah 2 tahun hijrah, Rasulullah mengumumkan aturan dan hubungan antara kelompok masyarakat yang hidup di Madinah. Melalui Piagam Madinah, Rasulullah Saw ingin memperkenalkan konsep negara ideal yang diwarnai dengan wawasan transparansi,partisipasi. Melalui Piagam Madinah ini, Rasulullah Saw juga berupaya menjelaskan konsep kebebasan. Dan tanggung jawab sosial-politik secara bersama. Karena itu, istilah civil society yang dikenal sekarang itu erat kaitannya dengan sejarah kehidupan Rasulullah di Madinah. Dari istilah itu, juga punya makna ideal dalam proses berbangsa & bernegara. Tercipta masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis.12 12 Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.hal 18 BAB III PENUTUP D. KESIMPULAN 1. Nabi Muhammad lahir pada tahun gajah Kehidupan Nabi Muhammad mulai dari anak-anak hingga dewasa tidaklah mudah ,Pada usia 6 tahun, Nabi Muhammad telah kehilangan kedua orang tuanya. Setelah Aminah ibu Nabi meninggal, Abdul Muthalib kakek Nabi mengambil tanggung jawab merawat Nabi. Namun dua tahun kemudia Abdul Muthalib meninggal dunia karena rentan. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada paman Nabi, Abu Thalib. Sang paman sangat di segani dan dihormati di kalangan oarng quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi dia miskin. Dalam usia mudah, Nabi Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah dan kambing penduduk Mekah. Melalui kegiatan pengembala ini Nabi menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Kegiatan ini membuatnya jauh dari segalah nafsu duniawi, sehingga dia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya. Oleh karena itu sejak mudah Nabi sudah dijuluki al-amin tidak hanya itu Nabi Muhammad juga seorang yang bijaksana ketika ada suatu perkara Nabi Muhammad dapat menyelesaikannya secara bijaksana. Pada usia 40 Nabi Muhammad didatangi malaikat Jibril dan menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad mulai berdakwah sembunyi-sembunyi dan 3 tahun kemudian mulai berdakwah secara terbuka,menyatakan keesaan Allah dalam bentuk penyerahan diri melalui Islam sebagai agama yang benar dan meninggalkan sesembahan selain Allah. 2. Pada periode Mekkah Nabi Muhammad memiliki peran sebagai pemimpin agama jasa beliau sebagai pemimpin agama adalah membuat fondasi keimanan yaitu ketauhidan dengan berdakwah. 1 2 a. Pada periode Madinah kontribusi Nabi Muhammad adalah Pembentukan Sistem Sosial Kemasyarakatan yaitu : 1) Pembangunan Masjid Nabawi 2) Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar. 3) Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin 4) Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial b. Bidang Politik 1) Setiap kelompok mempunyai pribadi keagamaan dan politik. Adalah hak kelompok, menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang patuh. 2) Kebebasan beragama terjamin buat semua warga Negara. 3) Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik kaum muslimin maupun bangsa Yahudi, untuk saling membantu, baik secara moril atau materil. Semuanya dengan bahu membahu harus menangkis setiap serangan terhadap kota Madinah E. SARAN Makalah ini dapat digunakan untuk referensi menegenai sejarah peradaban islam khususnya pada masa Nabi Muhammad baik untuk referensi untuk keperluan wawasan mengenai sejarah atau untuk referensi pembuatan makalah selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Lapidus, Ira. (1999). Sejarah Sosial Umar Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Munir Amin, Samsul. (2010). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. Nasution, Harun. (1984). Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya . Jakarta: UI Press. Rozabi, Izzur. (2013). Percikan Api Sejarah. Malang: UB Press. Saufi, Akhmad. (2015). Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama. Supriyadi, Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam Bandung. Jakarta: Pustaka Setia. Thohir, Ajid. (2004). Perkembangan Peradaban di kawasan Dunia Islam. Jakarta: UI Press. Yatim, Badri. (2005). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 3