soP Bidang Ilmu : Teknologi Informasi dan Komunikasi LAPORAN PENELITAN JUDUL PENELITIAN : Kajian Model Penerimaan Teknologi Pada Pembelajaran Anak Usia Dini Tim Peneliti : Dr. Ir. Saludin M.Kom Ir Purbadi M.Kom Yutsi Aprilia S.Kom SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER ERESHA April 2010 1 Halaman Pengesahan 1. a. Judul Penelitian b. Bidang Penelitian 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. NIP / NIK c. NIDN d. Jabatan Fungsional e. Jabatan Struktural f. Fakultas/Jurusan g. Pusat Peneltitan h. Alamat Institusi i. Telp/ Fax/Email 3. Jumlah Anggota Peneliti a. Nama Anggota Peneliti I . b. Nama Anggota Peneliti II 4. Lama Penelitian 5. Biaya yang Diperlukan Sumber dari Institusi : Kajian Model Penerimaan Teknologi Pada Pembelajaran Anak Usia Dini : Teknologi Informasi : Dr. Ir. Saludin M.Kom : 0107002 : 0302026506 : Lektor : Staff Pengajar/Dosen : Teknik Informatika : STMIK ERESHA : Jl. H, Samali No 31 Jakarta Selatan : 7989705 / 7989314 / Info@[email protected] : 2 Orang : Ir Purbadi M.Kom : Yutsi Aprilia S.Kom. : 2 Bulan : Rp. Menyetujui, 6,000,000 Jakarta, 16 April 2009 Kepala P4M STMIK Eresha Ketua Peneliti, Dr. Ir Hary Budiarto, M.Kom Dr. Ir. Saludin M.Kom Mengetahui Ketua STMIK ERESHA Ir. Damsiruddin Siregar, MMT ii DAFTAR ISI Halaman Sampul ………….…….…….…….…….…….…….…….…….……. .........i Halaman Pengesahan …….…….…….…….…….…….…….…….…….……. ........ii Daftar Isi ................................................................................................................ iii Abstrak .................................................................................................................iv Bab I Pendahuluan ..............................................................................................1 Permasalahan Penelitian ......................................................................................2 1.2.1. Identifikasi Masalah ....................................................................................3 1.2.2. Ruang Lingkup Masalah .............................................................................3 1. 3 Perumusan Masalah ....................................................................................3 Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................................4 2.1 Algoritma Array .............................................................................................5 2.2 Game Komputer ............................................................................................5 2.3 Genre Game Komputer Berdasarkan Jenis Permainannya .........................5 2.4 Elemen-elemen Game Komputer .................................................................8 2.5 Konsep Fine Teaching ................................................................................9 2.6 Story Board ..................................................................................................11 Bab III Metode Penelitian . ...................................................................................13 3.1 Analisa Kebutuhan ......................................................................................13 3.2 Analisa Software ..........................................................................................13 Bab 4 JADWAL PENELITIAN ...............................................................................15 PERSONALIA PENELITIAN ................................................................................ 16 iii ABSTRAK Pendidikan usia dini merupakan pendidikan pada anak usia 3-6 tahun. Usia dini merupakan usia emas untuk menyerap berbagai informasi. Akan tetapi, orangtua dan tenaga pendidik harus memberikan materi yang sesuai dengan perkembangan dan lingkungan anak berupa kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Di lapangan, ada sebagian Sekolah PAUD yang telah mengajarkan anak usia dini membaca, selain bernyanyi dan keterampilan untuk melatih motorik. Dengan menggunakan Software Education (SE) untuk pembelajaran cara membaca anak usia dini diharapkan dapat mendukung pembelajaran dengan penyajian yang disesuaikan dengan cara anak usia dini belajar yaitu bermain sambil belajar. Model yang digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan perilaku dalam penerimaan SE untuk pembelajaran cara membaca adalah dengan menggunakan model Technology Acceptance Model (TAM) yang akan dianalisis dengan menggunakan software AMOS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa SE dapat membantu belajar membaca dan menyenangkan bagi anak usia dini. Kata Kunci : Model TAM, Software AMOS, Metode Pembelajaran, Anak Usia Dini iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi pembelajaran cara membaca pada anak usia dini di beberapa sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Bekasi. Belajar membaca bagi anak usia dini memerlukan kesabaran dan kreativitas. Untuk itu diperlukan berbagai cara agar anak mau dan senang belajar membaca dan tidak cepat bosan. Setiap anak memiliki karakteristik sendiri-sendiri, untuk itu diperlukan satu metoda yang secara efektif bisa diterapkan pada semua anak. Guru dan Orangtua dituntut untuk lebih jeli membaca sifat anak dan memilih metoda yang tepat bagi si anak agar mau belajar. Pada umumnya setiap anak memiliki kesamaan, yaitu suka bermain dan dunia anak adalah dunia bermain. Penelitian ini berkaitan dengan dunia anak yang suka bermain dan bagaimana memanfaatkan hal tersebut untuk kegiatan belajar membaca. Pertanyaan selanjutnya adalah permainan apa yang disukai anak dan bagaimana mengkaitkannya dengan metode pembelajaran yang menggunakan Software Education (SE) untuk belajar membaca. Dengan cara ini maka si anak dapat bermain sambil belajar membaca. 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah pada pembelajaran membaca pada anak usia dini adalah sebagai berikut: a. Belajar membaca bagi anak usia dini memerlukan kesabaran dan kreativitas. Untuk itu diperlukan cara agar anak senang belajar dan tidak cepat bosan. b. Setiap anak memiliki sifat yang berbeda-beda akan tetapi setiap anak memiliki kesamaan, yaitu suka bermain dan dunia anak adalah dunia bermain. c. Dalam penelitian ini digunakan SE sebagai permainan dan sekaligus menjadi alat pembelajaran untuk belajar membaca. 1 1.3 Ruang Lingkup Masalah Dalam penelitian ini, ruang lingkup masalah dibatasi pada kajian atas faktorfaktor penerimaan SE cara membaca pada anak usia dini , bagi para guru dan orang tua murid di 4 (empat) sekolah PAUD di Bekasi. 1.4 Rumusan Masalah Terkait dengan berbagai masalah dan penggunaan SE di sekolah PAUD, maka rumusan masalah penelitian ini, adalah sebagai berikut : a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan anak terhadap belajar membaca menggunakan SE ? b. Bagaimana memilih SE yang tepat untuk belajar membaca bagi anak usia dini di sekolah PAUD ? 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pengertian pendidikan anak usia dini berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak dapat memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Dra. Nani Susilawati (Staf Pengajar FISIP USU), tujuan PAUD adalah membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif. Pentingnya PAUD : a. PAUD sebagai titik sentral strategi pembangunan sumber daya manusia dan sangat fundamental. b. PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan pondasi dasar bagi kepribadian anak. c. Merupakan masa Golden Age (usia keemasan). Dari perkembangan otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni 80 % perkembangan anak. Anak yang mendapatkan layanan baik semenjak usia 0 – 6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan dimasa mendatang. Sebaliknya anak 3 yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan hidup selanjutnya. 2.1.2 Teknologi dan Pendidikan Anak Usia Dini Definisi teknologi dalam kamus umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S Poerwadarminta ialah ilmu teknik, pengetahuan tentang teknik. Definisi Produk teknologi adalah hasil dari sebuah teknologi yang telah diciptakan. Tujuan Teknologi adalah untuk mempermudah manusia agar dapat hidup lebih nyaman. Hasil dari teknologi yang berupa produk dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran anak usia dini. 2.2 Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi (Henry C. Lucas dalam (Jogianto, 2000:p88). Ahli lain menyebutkan bahwa sistem informasi adalah sebuah sistem yang mengarah pada penggunaan teknologi komputer dalam organisasi yang menyajikan informasi kepada pemakai. (O’Brien, 2003:p89). Namun Sistem Informasi juga dapat didefinisikan sebagai sebuah rangkaian prosedur formal di mana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada para pemakai.(Hall, 2001:p77) 2.2.1 Penerimaan Teknologi Informasi (Iqbaria, 1994:p83) menyatakan bahwa, secara individu maupun kolekif penerimaan teknologi dapat dijelaskan dari variasi penggunaan suatu sistem, karena diyakini bahwa penggunan suatu sistem yang berbasis TI dapat meningkatkan kinerja individu atau kinerja organisasi. Untuk mengetahui indikator penerimaan TI, secara umum diketahui bahwa penerimaan TI dapat dilihat dengan adanya indikator penggunaan sistem dan frekuensi penggunaan komputer, atau dari aspek kepuasan 4 pengguna dan ada juga yang menjadikan penggunaan sistem sebagai indikator utama penerimaan teknologi oleh penggunanya. 2.2.2 Aspek perilaku (behavior) dalam Penerimaan Teknologi Informasi (Syam,1999:p17) penggunaan Teknologi Informasi (TI) bagi perusahaan ditentukan oleh banyaknya faktor, salah satunya adalah karakteristik pengguna TI. Perbedaan karakteristik pengguna TI juga dipengaruhi oleh aspek persepsi, sikap dan perilaku dalam menerima penggunaan TI. Pengguna suatu sistem adalah manusia yang secara psikologis memiliki perilaku (behavior) tertentu yang telah ada pada dirinya, yang menyebabkan aspek perilaku dalam pengguna suatu teknologi informasi menjadi faktor yang penting pada setiap orang yang menggunakan teknologi informasi. (Syam, 1999:p17) menyatakan bahwa pertimbangan perilaku dalam menggunakan suatu teknologi perlu mendapat perhatian khusus dalam konteks penerapan TI. Selain itu, faktor-faktor teknis, seperti situasi dan personil pengguna TI juga perlu dipertimbangkan sebelum diimplementasikan. Perilaku pengguna, dan personil sistem diperlukan dalam pengembangan sistem, dan hal ini berkaitan dengan cara pandang pengguna sistem tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi para personil yang terlibat dalam implementasi sistem akan berpengaruh pada akhir suatu sistem, apakah sistem itu berhasil atau tidak, bermanfaat atau tidak jika diterapkan (Trisnawati, 1998:p163). Penggunaan teknologi informasi, pemanfaatan informasi oleh individual, kelompok maupun organisasi merupakan variabel inti dalam riset sistem informasi, sebab sebelum digunakan terlebih dahulu dipastikan tentang penerimaan atau penolakan digunakannya TI tersebut, hal ini berkaitan dengan perilaku yang ada individu/organisasi yang menggunakan teknologi komputer. Pendapat tersebut oleh Sri Astuti pada tahun 2001 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Guimares dan Ramanujan pada tahun 1996, menemukan bahwa penerapan TI dalam suatu organisasi mendorong terjadinya perubahan revolusioner terhadap perilaku individu dalam bekerja, dan dalam konteks penggunaan PC, kemungkinan seseorang 5 mempunyai keyakinan bahwa penggunaan komputer akan memberikan manfaat bagi dirinya dan pekerjaannya (Nur, 2000:p336). 2.3 Technology Acceptance Model (TAM) Penelitian mengenai TI telah menguji perilaku pengguna dan penerimaan sistem dari berbagai perspektif (VENKATESH et al., 2003). Dari berbagai model yang telah diteliti, Technology Acceptance Model (TAM) yang diadopsi dari Theory of Reasoned Action (TRA) menawarkan sebagai landasan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku pemakai dalam penerimaan dan penggunaan SI (DAVIS, et al., 1989). Model TAM berasal dari teori psikologis untuk menjelaskan perilaku pengguna teknologi informasi yang berlandaskan pada kepercayaan (beliefs), sikap (attitude), minat (intention) dan hubungan perilaku pengguna (User Behavior Relatioship). Tujuan model ini adalah untuk dapat menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi informasi itu sendiri. Model ini akan menggambarkan bahwa penggunaan SI akan dipengaruhi oleh variabel kemanfaatan (Usefullness) dan variabel kemudahan pemakaian (Ease of Use), dimana keduanya memiliki determinan yang tinggi dan validitas yang telah teruji secara empiris (DAVIS,1989). Tingkat penerimaan pengguna TI ditentukan oleh 6 pilar yaitu: Variabel dari luar sistem (External variable), Persepsi pengguna terhadap kemudahan (perceived ease of use), persepsi pengguna terhadap kegunaan (perceived usefulness), sikap pengguna (attitude toward using), kecenderungan tingkah laku (behavioral intention), dan pemakaian aktual (actual usage) (Davis, 1989:p320). 6 Perceived Usefulnes s External Variables Attitude Behavioral Actual Toward Intention to Use System Usage Using Perceived Ease of Use Gambar 2.3.1: Technology Acceptance Model TAM (Davis, 1989:p320) 2.3.1 Perceived Usefulness (Kemanfaatan) Menurut (Davis, 1989:p77) dan (Adam, 1992:p69), Kemanfaatan (usefulness) diartikan sebagai suatu ukuran kepercayaan seseorang terhadap penggunaan sesuatu untuk dapat meningkatkan prestasi kerja orang yang menggunakannya. Menurut (Thompson, 1991:p90), kegunaan TI merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna TI untuk dapat melaksanakan tugasnya, pengukurannya didasarkan pada frekuensi penggunaan dan keragaman aplikasi yang dijalankan. (Chin, 1955:p46) memberikan beberapa dimensi tentang kegunaan TI, dimana kegunaan tersebut dibagi kedalam dua kategori, yaitu : a. Kegunaan dengan estimasi satu faktor b. Kegunaan dengan estimasi dua faktor (kegunaan dan efektivitas). Kegunaan dengan satu faktor meliputi : a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah b. Bermanfaat c. Menambah produktivitas d. Mempertinggi efektivitas e. Mengembangkan kinerja pekerjaan 7 Sedangkan kegunaan dengan estimasi dua faktor meliputi dimensi-dimensi, antara lain: a. Kegunaan meliputi dimensi : menjadikan pekerjaan lebih mudah dan bermanfaat, menambah produktivitas b. Efektivitas meliputi dimensi : mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan 2.3.2 Perceived Ease of Use (Kemudahan) (Davis, 1989:p61) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu ukuran bahwa seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Menurut (Adam, 1992:p87), menyatakan bahwa intensitas penggunaan dan interaksi antar pengguna (user) dengan sistem dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. (Davis, 1989:p93), memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi: a. Komputer sangat mudah dipelajari b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna c. Keterampilan pengguna dapat bertambah dengan menggunakan komputer d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan Penelitian yang berhubungan dengan ilmu psikologi mengemukakan bahwa faktor-faktor attitudinal seperti kemudahan atau kenyamanan yang dirasakan dan kegunaan yang dirasakan menjadi faktor penentu terhadap perilaku dan kemauan untuk meningkatkan keahlian (Venkatesh, 2000:p88). 2.3.3 Attitude Toward Using (Sikap Untuk Menggunakan) Attitude atau sikap didefinisikan sebagai feeling (perasaan) negatif atau positif pengguna secara individual dalam mengevaluasi suatu objek / produk Attitude atau sikap pengguna dapat digunakan untuk melihat penerimaan pengguna terhadap 8 teknologi. Sikap yang positif menunjukkan bahwa pengguna percaya dengan menggunakan suatu teknologi tersebut, dapat meningkatkan kinerja dan produktifitasnya. Mathieson dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor sikap secara statistik berpengaruh pada Intention to Use (ITU) atau niat untuk menggunakan (Mathieson, 1991:p94). 2.3.4 Intention to Use (Niat Untuk Menggunakan) Intention to Use (ITU) atau niat untuk menggunakan menyatakan kemauan, kehendak atau keinginan individu untuk menggunakan suatu produk. Niat untuk menggunakan suatu tekologi merupakan suatu ciri bahwa suatu teknologi tersebut dapat diterima dengan baik oleh penggunanya. Hal ini ditandai dengan tingginya frekuensi atau tingkat keseringan pengguna dalam menggunakan suatu teknologi. Menurut (Mathieson, 1991:p102), Intention to Use (ITU) atau niat untuk menggunakan suatu teknologi terbentuk dari rasa senang terhadap teknologi tersebut dan kemudian direfleksikan ke dalam perilaku dalam menggunakannya. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan (Davis, 1989:p152) dan (Szajna, 1996:p89) Intention to Use (ITU) atau niat untuk menggunakan berpengaruh pada Actual Usage Behavior (AUB) atau perilaku dalam menggunakan teknologi. 2.3.5 Actual System Usage (Penggunaan nyata) Perilaku pengguna teknologi ditandai dengan adanya kepercayaan (belief), sikap (attitude), niat (intention) dalam mengunakan suatu teknologi, yang dapat dianalisis dalam suatu model penerimaan teknologi yaitu model TAM (Technology Acceptance Model). Model TAM sebenarnya diadopsi dari model the Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan yang dikembangkan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap suatu hal akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Perilaku seseorang ditentukan oleh sikap. Jika sikap yang terbentuk berupa perasaan senang terhadap sesuatu maka perilaku yang terlihat akan menunjukkan aksi dari rasa senang tersebut (Iqbaria, 1997:p102). Berdasarkan studi yang pernah dilakukan (Davis, 1989:p87) dan (Szajna, 1996:p78) Actual Usage 9 Behavior (AUB) atau perilaku dalam menggunakan teknologi dipengaruhi oleh Intention to Use (ITU) atau niat untuk menggunakannya. 2.4 Structural Equation Modelling (SEM) / Model Persamaan Struktural Structural Equation Modelling (SEM) merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor (factor analysis) yang dikembangkan di bidang psikologi/psikometri dan model persamaan simultan (Simultaneous Equation Modelling) yang dikembangkan di bidang ekonometrika (Ghozali, 2004:p54). Ada beberapa program computer untuk mengestimasi model pada model persamaan structural yaitu program LISREL, AMOS, EQS, SAS PROC CALIS, dan STATISTICA-SEPATH (Ghozali, 2004:p73). Dalam tulisan ini, hanya akan dibahas tentang tingkat penerimaan Program Aplikasi Pembelajaran Cara Membaca untuk anak usia dini di sekolah PAUD. 2.5 AMOS AMOS (Analysis of Moment Structure) merupakan salah satu progam atau software yang digunakan untuk mengestimasi model pada persamaan structural (SEM) (Ghozali, 2004:p95). AMOS mengimplementasikan pendekatan yang umum untuk analisa data pada model persamaan struktual yang menjelaskan analisa struktur kovarians, atau casual modeling. Pendekatan ini meliputi kasus khusus banyak teknik konvensional terkenal, mencakup model linier yang umum dan analisis faktor umum (Smallwaters, 2006:p843). Saat ini software AMOS merupakan software yang dapat diandalkan dalam menyelesaikan permasalahan social karena kemampuannya dalam mengukur variabel yang bersifat laten atau tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat diukur melalui indikatornya. 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ini merupakan salah satu penelitian lanjutan yang dikembangkan dari teori TAM yang diperkenalkan Davis pada tahun 1989 yang menguji dua faktor penerimaan teknologi yaitu Perceived Ease of Use (PEOU) dan Perceived Usefulness (PU). 10 Kerangka pemikiran yang dijadikan landasan pemikiran adalah modifikasi dari penelitian TAM sebelumnya, yaitu menggunakan model yang meniadakan faktor eksternal, karena menurut penelitian sebelumnya, diketahui bahwa Eksternal variabel seperti karakteristik sistem dan karakteristik pengguna dapat diabaikan karena selanjutnya diketahui bahwa meskipun memiliki pengaruh, faktor eksternal dianggap tidak signifikan dalam TAM (Milchram, 2003:p40). Model TAM yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan saat ini tergambar pada model berikut: Perceived Usefulness Perceived Attitude Behavioral Actual Toward Intention to Use System Usage Using Ease of UseGambar 2.3.2: Technology Acceptance Model (TAM) 2.6.1 Perceived Ease of Use (PEOU) Persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami (Davis, 1989:p985). Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi (Davis, 1989:p985) meliputi: a. Komputer sangat mudah dipelajari b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna c. Keterampilan pengguna dapat bertambah dengan menggunakan komputer d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan 11 2.6.2 Perceived Usefulness (PU) Persepsi kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana kepercayaan seseorang terhadap penggunaan sesuatu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang yang menggunakannya (DAVIS, 1989:p985). Beberapa dimensi tentang kegunaan TI, dimana kegunaan tersebut dibagi kedalam dua kategori, yaitu: 1) kegunaan dengan estimasi satu faktor, dan 2) kegunaan dengan estimasi dua faktor (Kegunaan dan efektivitas) (Todd, 1995:p326) pada (Nasution,2004:p217). Kegunaan dengan satu faktor meliputi : a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah b. Bermanfaat c. Menambah produktivitas d. Mempertinggi efektivitas e. Mengembangkan kinerja pekerjaan Sedangkan kegunaan dengan estimasi dua faktor meliputi dimensi-dimensi: a. Kegunaan meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktivitas b. Efektivitas meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan 2.6.3 Attitude Toward Using (ATU) Attitude toward using the system yang dipakai dalam TAM didefinisikan sebagai suatu tingkat penilaian yang dirasakan (negatif atau positif) yang dialami sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis, 1989:p 985). Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas komponen kognisi (cognitive), afeksi (affective), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components). (Thompson 1991:p125) pada (Nasution 2004:p217). 12 2.6.4 Intention to Use (ITU) Intention to Use adalah kecenderungan tingkah laku untuk mengetahui seberapa kuat perhatian seorang pengguna untuk menggunakan sebuah teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dengan akurat dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain ([DAVIS 1989], 985). Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui Actual Usage (Malhotra, 1999:p9). 2.6.5 Actual System Usage (ASU) Perilaku pemakaian nyata pertama kali dikonsepkan dalam bentuk pengukuran frekuensi dan durasi waktu terhadap penggunaan sebuah teknologi (Davis, 1989:p985). Seseorang akan puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi perilaku nyata pemakai (Iqbaria 1997 pada (Natalia, 2003:p12). 13 Tabel 2.1: Kerangka Pemikiran No 1. Variabel Laten Perceived Easy of Use (PEOU) Indikator - Mudah didapatkan - Mudah diinstal - Mudah dipahami - Mudah digunakan - Mudah jadi mahir 2. Perceived Usefulness (PU) - Meningkatkan efektifitas - Sesuai dengan kebutuhan - Lebih mudah - Menghemat waktu - Menghemat Biaya 3. Attitude Toward Using (ATU) - Menerima - Senang - Percaya 4. Intention to Use (ITU) - Niat memiliki - Niat untuk menggunakan (30 menit sekali pakai) - Keinginan menyarankan 5. Actual Usage Behavior (AUB) - Memahami cara penggunaan - Bertanya - Merasa puas 14 2.7 Hipotesis Hipotesis umum yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga model yang diajukan pada penelitian ini didukung oleh fakta di lapangan. Hal ini diindikasikan bahwa dugaan matriks varians-kovarians populasi sama dengan matriks varianskovarians sampel (data observasi) atau dapat dinyatakan ∑p = ∑s. Hipotesis-hipotesis khusus pada penelitian ini adalah : a. Diduga Persepsi Kemudahan menggunakan SE Cara Membaca berpengaruh terhadap Persepsi Kemanfaatan (Percieved Usefulness/PU). Semakin mudah penggunaannya maka semakin tinggi tingkat kemanfaatannya. b. Diduga Persepsi Kemanfaatan SE Cara Membaca (Percieved Usefulness/PU) berpengaruh terhadap Sikap Pengguna (Attitude Toward Using/ATU). Semakin tinggi tingkat kemanfaatannya maka semakin positif sikap pengguna dalam menggunakannya. c. Diduga Persepsi Kemudahan menggunakan SE Cara Membaca (Perceived Ease of Use/PEOU) berpengaruh terhadap Sikap Pengguna (Attitude Toward Using/ATU). Semakin mudah pengunaannya maka semakin positif sikap penggunanya. d. Diduga Sikap Pengguna SE Cara Membaca (Attitude Toward Using/ATU) berpengaruh terhadap Perilaku Pengguna (Intention to Use/ITU). Semakin positif sikap penggunanya maka semakin meningkat niat untuk menggunakannya. e. Diduga Persepsi Kemanfaatan SE Cara Membaca (Percieved Usefulness/PU) berpengaruh terhadap Perilaku Pengguna (Intention to Use/ITU). Semakin tinggi tingkat kemanfaatannya maka semakin meningkat niat untuk menggunakannya. f. Diduga Perilaku Pengguna Aplikasi Pembelajaran Cara Membaca (Intention to Use/ITU) berpengaruh terhadap Pemakaian Nyata (Actual System Usage/ASU). Semakin tinggi niat untuk menggunakannya maka semakin positif perilaku dalam menggunakannya. 15 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat penerimaan pengguna SE cara membaca anak usia dini. b. Untuk mengetahui bagaimana penerimaan pengguna SE cara membaca anak usia dini pada sekolah PAUD. 3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah PAUD untuk meningkatkan cara membaca anak usia dini dengan menggunakan SE. 16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian Explaratory, yaitu penelitian yang berisi pembuktian hipotesa yang dibangun melalui teori dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM), diuji menggunakan perangkat lunak AMOS 7.0. 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian Metode yang digunakan untuk mendapatkan data empiris melalui kuesioner berskala Semantik diferensial. Dengan metode ini diharapkan dapat diperoleh rating penerimaan pengguna Software Education Cara Membaca Anak Usia Dini di 4 (empat) sekolah PAUD di Bekasi. Populasi pengguna teknologi pembelajaran cara membaca untuk anak usia dini adalah guru dan wali murid. Jumlah guru dan wali murid yang hendak dijadikan responden adalah sebanyak 135 responden yaitu 16 orang guru dan 119 orang wali murid dan yang mengembalikan kuisioner yaitu 16 orang guru (100%) dan 97 orang wali murid (72%). Metode pemilihan sample menggunakan penarikan sampling purposive untuk wali murid dilakukan dengan menawarkan kepada wali murid yang hadir dan mau karena untuk responden adalah wali murid harus bisa menggunakan komputer untuk membantu anak belajar membaca di rumah. Terdapat dua cara penarikan sample purposive, yaitu convenience (berdasarkan keinginan peneliti) dan judgement sampling (berdasarkan penilaian terhadap karakteristik yang ada). 17 Tabel 4.1: Jumlah Anggota Populasi dan Sampel Penelitian No 4.3 NAMA SEKOLAH SAMPEL (Orang) 1. TK Annur 34 2. TK Al Asri 27 3. TK Adhyaksa 38 4. TK Teratai 36 Kuesioner Merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara variabel Persepsi Kemudahan Menggunakan (Perceived Ease of Use/PEOU), Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness/PU), Sikap Pengguna (Attitude Toward Using/ATU), Perilaku Pengguna (Behavioral Intention To Use /ITU) dan Perilaku Nyata (Actual System Usage/ASU) dari responden terhadap pengguna SE Cara Membaca Anak Usia Dini. 4.4 Perancangan Penelitian 4.4.1 Konstruk Eksogenous (Exogenous Constructs) Konstruk ini dikenal sebagai sources variables atau independen variabel yang tidak diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Pada Penelitian ini konstruk eksogenous adalah Perceived Ease of Use (PEOU) yang merupakan suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa sebuah teknologi dapat dengan mudah dipahami. 4.4.2 Konstruk Endogen (Endogenous Constructs) Adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Pada penelitian ini konstruk endogen meliputi Perceived Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU), Behavioral Intention To Use (ITU) dan Actual System Usage (ASU). 18 Skala pengukuran semua variabel bebas dan variabel tak bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Semantik Diferensial, yakni skala pengukuran yang dapat memberikan penjelasan mengenai kategori, peringkat, jarak dan perbandingan. Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data mentah yang dikutip dan diolah langsung oleh peneliti dari responden individual. Dalam hal ini berupa kuesioner yang peneliti sebarkan kepada para guru dan orang tua murid yang memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Untuk mengantisipasi agar seluruh responden mengembalikan kuesioner, kuesioner-kuesioner tersebut diserahkan langsung kepada Kepala Sekolah. 4.5 Teknik Analisis 4.5.1 Analisis Deskriptif Tujuan analisis ini memberikan gambaran atau detesis suatu data berupa ratarata, standar deviasi, variance, maksimum, minimum, kurtosis (puncak dari distribusi data), dan skewness (kemencengan distribusi data). 4.5.2 Metode Olah Data Dengan Structural Equation Model (SEM) a. Langkah-Langkah Dalam SEM 1) Pengembangan model berbasis teori Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui bagaimana audit. Konstruk (faktor) dan dimensi-dimensi yang akan diteliti dari model teoritis diatas akan diuraikan dalam bagan berikut ini: 19 Tabel 4.2: Bangunan Model Teoritis VARIABEL LATEN DIMENSI KONSTRUK JML ITEM Perceived Ease X1 = Mudah didapatkan 1 Of Use (PEOU) X2 = Mudah di Instal 1 (Davis 1989:p985) X3 = Mudah dipahami 1 X4 = mudah digunakan 1 X5 = mudah jadi mahir 1 Perceived Usefulness (PU) 1 Y1 = meningkatkan efektivitas (Davis, 1989), 1 Y2 (Todd, 1995) pada (Nasution 2004:p217) = mendapatkan cara belajar yang dibutuhkan dan sesuai Y3 = lebih mudah 1 Y4 = menghemat waktu 1 Y5 = menghemat biaya 1 Attitude Toward Y6 = rasa menerima Using (ATU) 1 Y7 = rasa senang (Malhotra 1999), 1 Y8 = rasa percaya (Thompson 1991) pada (Nasution, 1 2004:p217) Intention to Use (ITU) Y9 = Niat untuk memiliki 1 (Malhotra, 1999:p9) Y10 = Niat untuk menggunakan 1 Y11 = Keinginan untuk menyarankan 1 Actual System Usage (ASU) Y12 = Memahami cara penggunaan 1 (Malhotra 1999:p9) Y13 = Bertanya 1 Y14 = Kepuasan pengguna 1 20 2) Pengembangan Diagram Alur (Path diagram) Setelah dibangun model teoritis, kemudian digambarkan sebuah path diagram. Biasanya diketahui bahwa hubungan-hubungan kausal dinyatakan dalam bentuk persamaan. Tetapi dalam SEM (dalam operasi AMOS) hubungan kausalitas cukup digambarkan dalam sebuah path diagram. Selanjutnya, bahasa program akan mengkonversikan gambar menjadi persamaan, dan persamaan menjadi estimasi. Tujuan dibuatnya path diagram adalah untuk memudahkan peneliti dalam melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. Hubungan antar konstruk dinyatakan dengan anak panah. Anak panah yang mengarah dari suatu konstruk ke konstruk lain menunjukkan hubungan kausal. Pada penelitian ini, path diagram yang dibangun seperti yang terlihat pada Gambar 3.1 berikut: Gambar 4.1: Diagram Model Variabel dalam Penelitian ini 21 3) Konversi diagram alur ke dalam persamaan Setelah langkah 1 dan 2 dilakukan, peneliti dapat memulai mengkonversi spesifikasi model tersebut kedalam rangkaian persamaan, diantaranya adalah: 1. Persamaan-persamaan Struktural (Structural Equations) Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konsrtuk, dengan membentuk model pengukuran variabel laten eksogenous dan endogenous, bentuk persamaannya antara lain: PU = γ11PEOU + ς1 ATU = γ21PEOU + β21PU + ς2 (1) (2) ITU = β32ATU + β31PU + ς3 (3) ASU = β43ITU + ς4 (4) 2. Persamaan spesifikasi model pengukuran (Measurement Model) Peneliti menentukan variabel mana mengukur konstruk mana, serta serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk atau variabel. Bentuk persamaan indikator variabel laten eksogenous dan indikator variabel laten endogenous antara lain : Persamaan pengukuran indikator variabel eksogenous X1 = λ11PEOU + δ1 X2 = λ21PEOU + δ2 X3 = λ31PEOU + δ3 X4 = λ41PEOU + δ4 X5 = λ51PEOU + δ5 Persamaan pengukuran indikator variabel endogenous 22 y1 = λ11PU + ε1 y2 = λ21PU + ε2 y3 = λ31PU + ε3 y4 = λ41PU + ε4 y5 = λ51PU + ε5 y6 = λ62ATU + ε6 y7 = λ72ATU + ε7 y8 = λ82ATU + ε8 y9 = λ93ITU + ε9 y10 = λ103ITU + ε10 y11 = λ113ITU+ ε11 y12 = λ124ASU+ ε12 y13 = λ134ASU+ ε13 y14 = λ144ASU+ ε14 4) Memilih matriks input dan Estimasi model Dalam SEM hanya menggunakan matriks varians atau kovarians atau matriks korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya. Matriks kovarians digunakan karena ia memiliki keunggulan d alam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda dengan sampel yang berbeda. Matriks kovarians umumnya lebih banyak digunakan dalam penelitian mengenai hubungan seperti direkomendasikan oleh Baumgather dan Homburg (1996), sebab standar error yang dilaporkan dari berbagai penelitian umumnya menunjukkan angka yang kurang akurat bila matriks korelasi digunakan sebagai input. 23 Disarankan agar peneliti menggunakan matriks kovarians/varians pada saat pengujian teoritis sebab kovarians/varians lebih memenuhi asumsi-asumsi metodologi dan merupakan bentuk data yang lebih sesuai untuk menvalidasi hubungan-hubungan kausalitas (Hair 1996:p112). Untuk melakukan estimasi dari model yang dikembangkan dan input data yang dipilih, peneliti menggunakan AMOS.16 dengan teknik estimasi sebagai berikut: a. Maximum Likelihood Estimation (ML) b. Generalized Least Square Estimation (GLS) c. Unweighted Least Square Estimation (ULS) d. Scale Free Least Square Estimation (SLS) e. Asymptotically Distribution-Free Estimation (ADF) 5) Kemungkinan munculnya masalah identifikasi Ketika akan melakukan estimasi pada model kausal ini, salah satu masalah yang akan dihadapi adalah masalah identifikasi. Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. 6) Evaluasi kriteria Goodness of Fit Tindakan yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat memenuhi asumsi-asumsi SEM. 4.5.3 Analisis Inferensial a. Uji Asumsi SEM Tindakan yang dilakukan adalah mengevaluasi apakah data yang digunakan telah memenuhi asumsi-asumsi SEM. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 24 1) Ukuran sampel Menurut Hair dkk, jumlah sampel minimal untuk SEM adalah 100-200 dengan menggunakan perbandingan jumlah sampel terhadap jumlah indikator adalah 1 : 5 (Juniarti, 2001 p:332). Jadi jika indikator dalam penelitian terdapat sebanyak 20 maka minimal sampel untuk SEM adalah 100. 2) Normalitas dan Linearitas Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dengan metode-metode statistik. Sedangkan uji Linearitas dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada atau tidaknya linearitas. 3) Outliers Adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya. 4) Multicollinearity dan Singularity Multicollinearitas dapat dideteksi dari determinan matriks kovarians. Jika nilai dari determinan matriks kovarians sangat kecil dapat memberikan adanya indikasi problem Multikollinearitas atau Singularitas. b. Uji Overall Model Fit Adapun Pengujian Overall Model Fit dari sebuah model SEM terdiri dari: 1) Chi Square Statistic Merupakan alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit. Chisquare bersifat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Model yang diuji dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-square rendah (karena dalam uji beda chi square=0, berarti benar-benar tidak ada perbedaan, H0 diterima) dan diterima berdasarkan profitabilitas dengan cut-off value sebesar p>0.05 atau p>0.10 (Hulland.et.all 1996). 25 Dalam pengujian ini, nilai chi-square yang rendah yang menghasilkan sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0.05 akan mengindikasi tak adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians data dan matriks kovarians yang diestimasi (Hair.et al.1995). 2) RMSEA – The Root Mean Square Error of Approximation Merupakan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang lebih besar. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan Degree of Freedom. 3) GFI – Goodness of Fit Index Merupakan sebuah ukuran non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit). Indeks kesesuaian ini (fit index) akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang diestimasikan. Dimana nilai yang tertinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”. 4) AFGI – Adjusted Goodness-of-Fit Index Fit index ini dapat di-adjust terhadap degress of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model. Indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Tingkat penerimaan yang direkomendasikan dalam AGFI adalah jika mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90 (Hulland.et.all1996) Baik GFI maupun AGFI, kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sample. Nilai sebesar 0.95 dapat diinterpertasikan sebagai tingkatan yang baik sedangkan nilai antara 0.90 – 0.95 menunjukkan tingkatan cukup. 26 e. PGFI- Parsimony Goodness of Fit Index PGFI diperkenalkan oleh Mulaik et.al (1989) sama dengan AGFI yang telah menyesuaikan adanya dampak dari degree of freedom dan kompleksitas model. Model yang baik memiliki nilai PGFI jauh lebih besar dari 0.6 (Byrne 1998:p95). f. CMIN/DF The minimum sample discrepancy function dibagi dengan degree of freedom akan menghasilkan indeks CMIN/DF atau dapat disebut juga dengan chi – square relative. Digunakan untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model, Nilai yang diharapkan kurang dari 2.0 atau kurang dari 3.0. g. NFI- NoSE Cara Membacad Fit Index Merupakan salah satu alternative untuk menentukan suatu model yang dikatakan fit bila nilai NFI lebih besar dari 0.9 (Bentler1992) h. CFI – Comparative Fit Index Merupakan sebuah alternative incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model, nilai yang diharapkan untuk diterimanya model adalah penerimaan lebih dari 0.95. i. IFI- Incremental Fit Index IFI [BOLLEN 1989] digunakan untuk mengatasi masalah parsimony dan ukuran sampel, batas cut off IFI adalah 0.9 (Byrne, 1998) j. RFI-Relative Fit Index RFI digunakan untuk mengukur fit dimana nilainya adalah 0-1 dimana nilai yang lebih besar menunjukkan adanya superior fit. 27 c. Uji Parameter Model 1) Uji Validitas Validitas digunakan untuk menguji kemampuan (keakuratan) suatu indikator sehingga dapat mewakili suatu variabel laten. Ada 2 hal yang dilakukan dalam pengujian validitas yaitu pemeriksaan terhadap nilai t dan pemeriksaaan terhadap tingginya muatan faktor standar atau λ (standardized loading factor) yaitu > 1.96 untuk nilai t dan 0.30 untuk λ. 2) Uji Realibilitas Pendekatan yang dianjurkan dalam menilai sebuah model pengukuran (measurement model) adalah menilai besaran composite reliability serta variance extracted dari masing-masing konstruk. i. Composite reliability Realibilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikatorindikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/ faktor laten yang umum. Composite Reliability diperoleh dengan rumus sebagai berikut : Constuct – Reliability = ( ∑ std. loading )2 (∑ std. loading )2 + ∑ ε j Dimana : a) Std. loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap indikator b) εφ adalah measurement error dari tiap-tiap indikator. Nilai batas yang digunakan untuk menilai tingkat realibilitas yang dapat diterima adalah 0.70, dan jika nilai tersebut dibawah 0.70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. ii.Variance extracted 28 Jumlah varians yang dari indikator-indikator yang diekstraksi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai Variance extracted yang tinggi dapat menunjukkan bahwa indicator-indikator telah mewakili secara baik konstruk laten yang dikembangkan dan nilai yang direkomendasikan adalah paling sedikit 0.50. Variance extracted dapat diperoleh melalui rumus dibawah ini: Variance – extracted = ∑ std. loading 2 ∑ std. loading 2 + ∑ ε j Dimana : a) Std. loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap indikator (diambil dari Amos). b) εφ adalah measurement error dari tiap-tiap indikator. 4.5.4 Interpretasi dan Modifikasi model Langkah terakhir adalah menginterprestasikan model dan memodifikasikan model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan. Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik. Batas keamanan untuk jumlah residual adalah 5%, bila nilai residualnya lebih besar dari 5% dari semua residual kovarians yang dihasilkan oleh model, Maka sebuah modifikasi mulai perlu dipertimbangkan. 29 4.6 Pengelompokan Data Data Profil Responden Jumlah murid di ke empat TK tersebut adalah sebanyak 148 murid dan ada 91 Responden yang memiliki komputer. Dari 91 kuisioner yang disebar kepada orangtua murid yang memiliki komputer, dikembalikan sebanyak 87 kuisioner. Sedangkan untuk guru-guru, seluruhnya diberikan kuisioner dan seluruhnya mengembalikan. Data Profil responden yang menjadi obyek penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Responden Guru TK Responden Jumlah 1. TK Annur 4 % dari seluruh responden 25% 2. TK Al- Asri 3 19% 3. TK Adhyaksa 5 31% 4. TK Teratai 4 25% 16 100% - 0 16 100% 16 100 % Jumlah Jenis kelamin: - Laki – laki - Perempuan Jumlah 30 Tabel 4.4 Responden Orang tua Murid TK Responden Jumlah % dari seluruh responden 1. TK Annur 30 25% 2. TK Al- Asri 24 20% 3. TK Adhyaksa 33 28% 4. TK Teratai 32 27% 119 100% - Laki-laki 12 10% - Perempuan 107 90% 119 100% 97 82% 22 18% 119 100% Jumlah Jenis kelamin: Jumlah Memiliki komputer tidak (di rumah) atau - Ya - Tidak Jumlah Sumber : Olahan Peneliti 4.7 Daftar Pertanyaan / Kuisioner Lihat lampiran 1 (Daftar Kuisioner) 31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Pengujian atau analisa terhadap statistik deskriptif memberikan gambaran berupa nilai mean (rata-rata), standar deviasi, varian, maksimum, range, kurtosis dan skewness dapat dilihat pada Lampiran 2 (statistik deskriptif). Dengan melihat Lampiran 2, dijelaskan bahwa data memiliki nilai Valid N (listwise) dengan tingkat validitas yang baik yaitu sebesar 120 (100 %), demikian pula dengan kriteria lain yang terdapat pada uji statistik deskriptif 5.1.2 Analisis Statistik Inferensial a. Uji Asumsi Model 1) Ukuran Sampel Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan SEM, minimum berjumlah 100. Penelitian ini menggunakan 102 sampel, oleh karena itu jumlah sampel tersebut telah memenuhi persyaratan ukuran sampel. Data sampel penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3. 2) Uji Normalitas Normalitas data dapat dlihat text output di “Assessmeny of Normality” Assesment of Normality pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini 32 Tabel 5.1: Assesment of Normality Sebuah distribusi dikatakan normal jika angka c.r skweness atau angka c.r kurtosis ada diantara -2,58 sampai +2,58. Namun jika angka-angka tersebut berada di bawah -2,58 dan diatas +2.58 maka distribusi dikatakan tidak normal. Berdasarkan nilai c.r (critical rasio) dalam text output di “Assessment of Normality” sebesar 9,255, sedangkan 9,255 > 2,58 yang berarti data tidak normal. 3) Data Outliners Sebuah data termasuk outlier jika mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari 0,05. Pada Tabel Mahalanobis distance yang terdapat pada Lampiran 4 dapat dilihat pada Mahalabobis d-squared bahwa ada nilai yang diuji yang lebih besar dari χ2 tabel, artinya terdapat outliner. 4) Uji Asumsi Singularitas Uji asumsi multikolinearitas/singularitas dilakukan dengan mendeteksi nilai determinan matriks kovarians sampel. Pada tabel sample vovariances di Lampiran 5 dapat dilihat nilai determinant of sample covariance matrix = .000 . Angka tersebut bukan berarti determinan 0, akan tetapi ada nilainya sehingga 33 dapat disimpulkan tidak ada masalah multikolinearitas dan singularitas pada data yang dinalisis b. Pengolahan dalam Model Persamaan Struktural 1) Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis lima variabel laten, satu diantaranya (PEOU) merupakan variabel eksogen dan empat variabel lainnya (PU, ATU, ITU dan ASU) merupakan variabel endogen. Variabelvariabel laten tersebut, diukur melalui variabel indikator yaitu tertera pada Tabel berikut ini : Tabel 5.2 : Variabel Penelitian yang diobservasi VARIABEL LATEN DIMENSI KONSTRUK JML ITEM Perceived Ease X1 = mudah didapatkan 1 Of Use (PEOU) X2 = mudah diinstall 1 (Davis, 1989:p985) X3 = mudah pahami 1 X4 = mudah digunakan 1 X5 = mudah jadi mahir 1 Perceived Usefulness (PU) [DAVIS 1989], (Todd 1995) 2004:p217) Y1 = meningkatkan efektivitas Y2 = mendapatkan cara belajar yang dibutuhkan dan pada (Nasution, 1 1 sesuai Y3 = lebih mudah Y4 = menghemat waktu Y5 = menghemat biaya 34 1 1 1 Attitude Toward Y6 = rasa menerima Using (ATU) Y7 = rasa senang (Malhotra 1999), (Thompson 1991) pada (Nasution, Y8 = rasa percaya 1 1 1 2004:p217) Intention to Use (ITU) Y9 = niat untuk memiliki 1 (Malhotra, 1999:p9) Y10 = niat untuk menggunakan 1 Y11 = keinginan untuk menyarankan 1 Actual System Usage (ASU) Y12 = Memahami cara penggunaan 1 (Malhotra 1999, p:9) Y13 = Bertanya 1 Y14 = Kepuasan pengguna 1 2) Pengujian Model Berbasis Teori Pengujian model berbasis teori dilakukan dengan menggunakan software AMOS Versi 16.0. Berikut ini adalah hasil pengujian model tersebut : 35 Gambar 5.1: Hasil Model Awal Penelitian Hipotesis yang menjelaskan kondisi data empiris dengan model/teori adalah : H0 :Data empirik identik dengan teori atau model (Hipotesis diterima 0.05). 36 apabila P ≥ H1 : Data empirik berbeda dengan teori atau model (Hipotesis ditolak apabila P < 0.05. Berdasarkan Gambar 4.1, diperlihatkan bahwa model teori yang diajukan pada penelitian ini tidak sesuai dengan model populasi yang diobservasi, karena diketahui bahwa nilai probability (P) = 0,002 tidak memenuhi persyaratan karena hasilnya di bawah nilai yang direkomendasikan yaitu p > 0.05 (Ghozali, 2005 p:83). Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa output model belum memenuhi persyaratan penerimaan Ho, sehingga tidak dapat dilakukan uji hipotesis selanjutnya. Namun demikian, agar model yang diajukan dinyatakan fit, maka dapat dilakukan modifikasi model sesuai dengan yang disarankan oleh AMOS. Penelitian ini menggunakan Model Developmental Strategy, strategi ini memungkinkan dilakukannya modifikasi model jika model yang diajukan belum memenuhi persyaratan yang direkomendasikan. Modifikasi dilakukan untuk mendapatkan model yang fit (sesuai) dengan persyaratan pengujian (Widodo, 2006 p:4) Berdasarkan justifikasi teoritis yang telah ada, maka dilakukan modifikasi model dengan asumsi perubahan model struktural harus dilandasi dengan teori yang kuat (Ghozali, 2005 p:71). Berdasarkan hasil Estimasi dan Regression Wieght, maka dilakukan modifikasi dengan menghapus variabel indikator yang bukan merupakan konstruktor yang valid bagi suatu variabel laten pada model struktural yang diajukan. Jika nilai stimate pada loading factor (λ) dari suatu variabel indikator < 0.5 maka indikator tersebut hendaknya di drop (dihapus) (Ghozali, 2004 p:96). Selanjutnya untuk melihat signifikansi (Sig), nilai yang dipersyaratkan adalah <0.05. Jika nilai Sig > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa indikator tersebut bukan merupakan konstruktor yang valid bagi suatu variebel laten dan sebaiknya hal ini di drop (dihapus) (Widodo, 2006 p:59). Modifikasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai Probalility > 0.05 37 sehingga model dinyatakan fit (sesuai). Pada penelitian ini modifikasi dilakukan dalam dalam lima (5) tahap. Langkah pertama untuk melakukan modifikasi terhadap model yang dibangun adalah dengan menghapus X3 (kemudahan untuk dipelajari) dan X5 (mudah menjadi mahir) yang merupakan indikator yang valid bagi pengukuran PEOU (Perceived Ease of Use). Penghapusan dilakukan karena loading factor untuk indikator yang nilainya rendah yaitu di bawah 0.50 dikeluarkan dari model. Langkah kedua untuk melakukan modifikasi terhadap model yang dibangun adalah dengan menghapus Y5 (menghemat biaya) yang merupakan indikator yang valid bagi pengukuran PU (Perceived Usefulness). Penghapusan dilakukan karena loading factor untuk indikator yang nilainya rendah yaitu di bawah 0.50 dikeluarkan dari model. Langkah ketiga untuk melakukan modifikasi terhadap model yang dibangun adalah dengan menghapus Y6 (rasa menerima) yang merupakan indikator yang valid bagi pengukuran ATU (Attitude Toward Using). Penghapusan dilakukan karena loading factor untuk indikator yang nilainya rendah yaitu di bawah 0.50 dikeluarkan dari model. Langkah keempat untuk melakukan modifikasi terhadap model yang dibangun adalah dengan menghapus Y10 (Niat untuk menggunakan) yang merupakan indikator yang valid bagi pengukuran ITU (Intention to Use). Penghapusan dilakukan karena loading factor untuk indikator yang nilainya rendah yaitu di bawah 0.50 dikeluarkan dari model. Langkah kelima untuk melakukan modifikasi terhadap model yang dibangun adalah dengan menghapus Y14 (kepuasan pengguna) yang merupakan indikator yang valid bagi pengukuran ASU (Actual System Usage). Penghapusan dilakukan karena loading factor untuk indikator yang nilainya rendah yaitu di bawah 0.50 dikeluarkan dari model. 38 Tabel 5.3: Langkah Modifikasi No 1 Modifikasi X3 (kemudahan untuk dipelajari) Keterangan Dihapus dari indikator PEOU (Perceived Ease of Use). X5 (kemudahan untuk Dihapus dari indikator PEOU (Perceived Ease of Use). 2 menjadi mahir) 3 Y5 (menghemat biaya) Dihapus dari indikator PU (Perceived Usefulness). 4 Y6 (rasa menerima) Dihapus dari indikator ATU (Attitude Toward Using) 5 Y10 (Niat untuk menggunakan) Dihapus dari indikator ITU (Intention to Use) 6 Y14 (kepuasan pengguna) Dihapus dari indikator ASU (Actual System Usage). Setelah dilakukan modifikasi model, maka didapatkan model yang fit seperti yang tertera pada Gambar 5.2 39 Gambar 5.2: Hasil Pengujian Model setelah Uji Validitas dan Reliabilitas 3) Uji kesesuaian model 40 Kriteria fit atau tidaknya model tidak hanya dilihat dari nilai probability nya tapi juga menyangkut kriteria lain yang meliputi ukuran Absolut Fit Measures, Incremental Fit Measures dan Parsimonious Fit Measaures. Untuk membandingkan nilai yang didapat pada model ini dengan batas nilai kritis pada masing-masing kriteria pengukuran tersebut, maka dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 5.4 Uji Perbandingan Kesesuaian Model Ukuran kesesuaian Batas nilai kritis Hasil model Keterangan ini 1. Absolut Fit Measures Chi-Squares Χ2 (CMIN) Probability Chi-Squares Χ2 Relatif (CMIN/DF) GFI RMSEA Kecil, ≤ χ2 ≥0.05 ά ; df 78.631 Baik 0.064 Baik 1.289 Baik 0.909 Baik 0.049 Baik ≤ 2.0 ≥ 0.90 ≤ 0.08 2. Incremental Fit Measures AGFI ≥ 0.90 0.864 Marginal TLI ≥ 0.95 0.912 Baik NFI ≥ 0.90 0.765 Marginal CFI ≥ 0.95 0.931 Marginal ≥ 0.60 0.598 Marginal ≥ 0.60 0.609 Baik 3. Parsimonious Fit Measaures PNFI PGFI (Sumber :Olah data AMOS 16.0 sesuai dengan batas nilai kritis (Widodo 2006, p:54) 41 Berdasarkan tabel di atas secara keseluruhan model dinyatakan fit (sesuai) karena model yang diajukan pada penelitian ini didukung oleh fakta di lapangan. Hal ini diindikasikan bahwa dugaan matriks varians-kovarians populasi sama dengan matriks varians-kovarians sampel (data observasi) atau ∑p = ∑s. Pada penelitian ini dilakukan analisis model dua tahap yaitu analisis CFA (Confirmatory Factor Analysis) dan selanjutnya analisis full model. Kedua analisis tersebut mengindikasikan bahwa model dinyatakan fit (sesuai) baik untuk masingmasing variabel laten maupun untuk model secara keseluruhan. 5.2 Hasil Pengujian 5.2.1 Uji Parameter Model Pengukuran Variabel Laten a. Pengujian Validitas Pengujian terhadap validitas variabel laten dilakukan dengan melihat nilai estimate pada loading factor (λ) dari suatu variabel indikator yang diperoleh. Jika nilai stimate pada loading factor (λ) dari suatu variabel indikator < 0.5 maka indikator tersebut hendaknya di drop (dihapus) (Ghozali, 2004 p:96). Modifikasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai Probalility > 0.05 sehingga model dinyatakan fit (sesuai) Hasil Pengujian Validitas dari penelitian ini adalah: 1) Variabel Laten Eksogen PEOU (Perceived Ease of Use) Tabel 5.5 Uji Parameter Variabel PEOU PEOU Estimate Keterangan X1 0.560 Konstruk yang valid X2 0.538 Konstruk yang valid X4 0.702 Konstruk yang valid 42 Masing-masing variabel indikator X1 (fleksibilitas), X2 (kemudahan untuk diakses), dan X4 (kemudahan untuk digunakan) secara signifikan merupakan konstruktur yang valid (Tolak H0) bagi variabel laten PEOU. Terbukti dari nilai yang diperoleh X1 (mudah didapatkan), X2 (kemudahan untuk diinstal) dan X4 (kemudahan untuk digunakan) Maka dapat dikatakan bahwa SE Cara Membaca dapat digunakan dengan mudah untuk didapatkan, mudah diinstall dan mudah untuk dipahami. 2) Variabel Laten Endogen i) PU (Perceived Usefulness) Tabel 5.6 Uji Parameter Variabel PU PU Estimate Keterangan Y1 0.548 Konstruk yang valid Y2 0.535 Konstruk yang valid Y3 0.791 Konstruk yang valid Y4 0.526 Konstruk yang valid Variabel indikator Y1 (meningkatkan efektivitas), Y2 (mendapatkan cara belajar yang dibutuhkan), Y3 (lebih mudah dalam memahami huruf) dan Y4 (menghemat waktu) secara signifikan merupakan konstruktor yang valid (Tolak H0) bagi variabel laten PU. Terbukti dari nilai yang diperoleh Y1 (meningkatkan efektivitas), Y2 (mendapatkan cara pembelajaran dibutuhkan), Y3 (lebih mudah dalam memahami huruf), dan Y4 (menghemat waktu). Maka dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan SE Cara Membaca dapat meningkatkan efektivitas, bisa mendapatkan cara pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, lebih mudah memahami huruf dan menghemat waktu. 43 ii) ATU (Attitude Toward Using) Tabel 5.7 Uji Parameter Variabel ATU ATU Estimate Keterangan Y7 0.529 Konstruk yang valid Y8 0.580 Konstruk yang valid Variabel indikator Y7 (rasa senang) dan Y8 (rasa percaya) secara signifikan merupakan konstruktor yang valid (Tolak H0) bagi variabel laten ATU. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa responden (pengguna) SE Cara Membaca merasa senang dan memiliki rasa percaya terhadap SE Cara Membaca iii) ITU (Intention to Use) Tabel 5.8 Uji Parameter Variabel ITU ITU Estimate Keterangan Y9 0.642 Konstruk yang valid Y11 0.717 Konstruk yang valid Variabel indikator Y9 (Niat untuk memiliki) , Y11 (keinginanan untuk menyarankan) secara signifikan merupakan konstruktor yang valid (Tolak H0) bagi variabel laten ITU. Berdasarkan hal tersebut maka pengguna SE Cara Membaca mempunyai nat untuk memiliki, dan memotivasi orang lain untuk menggunakan SE Cara Membaca. 44 iv) ASU (Actual System Usage) Tabel 5.9: Uji Parameter Variabel ASU ASU Estimate Keterangan Y12 0.737 Konstruk yang valid Y13 0.576 Konstruk yang valid Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa masing-masing variabel indikator Y12 (memahami cara penggunaan) dan Y13 (bertanya kepada yang lebih mengetahui) secara signifikan merupakan konstruktur yang valid (Tolak H0) bagi variabel laten ASU. Maka dapat dikatakan bahwa pengguna SE Cara Membaca pada penelitian ini memahami cara penggunaan dan akan bertanya kepada yang lebih mengetahui cara penggunaan software ini. b. Pengujian Reliabilitas 1) Pengujian Secara Langsung Pengujian ini dapat dilihat secara langsung dari output AMOS dengan melihat R2 (Squared Multiple Correlation). Reliabilitas dari dapat dilihat dengan mempertahankan nilai R2. R2 suatu indikator menjelaskan mengenai seberapa besar proporsi varians indikator yang dijelaskan oleh variabel laten (sedangkan sisanya dijelaskan oleh measurement error) oleh Ghozali (2005), (Wibowo, 2006 p:50).Hasil output AMOS mengenai nilai R2 (Squared Multiple Correlation) adalah sebagai berikut : Tabel 5.10 Squared Multiple Correlation untuk variabel X (Eksogen) X1 X2 0.260 0.333 45 X4 0.465 Tabel 5.11 Squared Multiple Correlation untuk variabel Y (Endogen) Y1 Y2 Y3 Y4 Y7 Y8 Y9 Y11 Y12 Y13 0.452 0.295 0.461 0.253 0.271 0.357 0.412 0.525 0.446 0.403 Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel indikator Y11 memiliki nilai R2 tertinggi yaitu sebesar 0.525 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel laten ATU berkontribusi terhadap varians Y11 sebesar 53 % sedangkan sisanya 47 % dijelaskan oleh measurement error. Variabel indikator Y4 merupakan indikator yang paling kurang realibel dari variabel laten ATU, karena nilai R2 yang dimilikinya adalah paling kecil dibandingkan dengan variabel indikator lainnya. Hasil output di atas menghasilkan uji reliabilitas secara individual. 2) Pengujian Tidak Langsung Dengan melakukan uji reliabilitas gabungan, pendekatan yang dianjurkan adalah adalah mencari nilai besaran Composite Reliability dan Variance Extracted dari masing-masing variabel laten dengan menggunakan informasi pada loading factor dan measurement error. Composite Reliability menyatakan ukuran konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai indikator itu mengindikasikan sebuah dimana konstruk/laten masing-masing yang umum. Sedangkan Variance Extracted menunjukkan indikator-indikator tersebut telah mewakili secara baik konstruk laten yang dikembangkan (Ghozali, 2005 p:21) dan (Ferdinand, p:61-64). 46 Tabel 5.12 Uji Reliabilitas Gabungan Variabel Laten Construct Reliability Variance Extracted PEOU 0.765 0.522 PU 0.775 0.468 ATU 0.811 0.682 ITU 0.633 0.464 ASU 0.652 0.485 Pada Tabel di atas terlihat bahwa PEOU, PU, dan ATU memiliki nilai Composite Reliability di atas 0.70. Sedangkan ITU dan ASU nilai Construct Reliability nya masih di bawah 0.70 tetapi masih dapat dikatakan realibel karena masih berada pada range nilai yang diperbolehkan. Batas nilai kritis yang direkomendasikan untuk Composite Reliability adalah 0.70. Namun angka tersebut bukanlah sebuah ukuran yang "mati". Artinya, bila penelitian yang dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai di bawah batas kritis tersebut (0.70) pun masih dapat diterima (Ferdinand, 2002 p:63). Nunally dan Berstein (1994) dalam (Widodo, 2006 p:83) memberikan pedoman bahwa dalam penelitian eksploratori, nilai reliabilitas di antara 0.5 – 0.6 dinilai sudah mencukupi untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian. Variabel laten PEOU, PU, ATU, ITU dan ASU mememuhi batas nilai Variance Extracted yaitu ≥ 0.50. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masing-masing variabel memiliki realibilitas yang baik. Uji reliabilitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4/6. 5.2.2 Uji Parameter Model Struktural a. Uji Hipotesis Uji hipotesis terhadap penelitian ini bisa dilihat pada Lampiran 5/8. b. Taraf Nyata Menggunakan taraf nyata (α ) = 5 % = 0.05 47 c. Kriteria Pengambilan Keputusan 1) Jika Probabilitas (Sig) > 0.05 maka H0 diterima 2) Jika Probabilitas (Sig) < 0.05 maka H0 ditolak d. Hasil Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis dari penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.13 Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis Sig Hasil Hipotesis H1 (PEOU – PU) 0.000 Tolak H0 H2 (PU – ATU) 0.000 Tolak H0 H3 (PEOU – ATU) 0.515 Terima H0 H4 (ATU – ITU) 0.237 Terima H0 H6 (ITU - ASU) 0.000 Tolak H0 Berdasarkan Tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa : a. Variabel Perceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh terhadap variabel Perceived Usefulness (PU) b. Variabel Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap variabel Intention to Use (ITU). c. Variabel Perceived Ease of Use (PEOU) tidak berpengaruh terhadap variabel Attitude Toward Using (ATU). d. Variabel Attitude Toward Using (ATU) tidak berpengaruh terhadap variabel Intention to Use (ITU) e. Variabel Intention to Use (ITU) berpengaruh terhadap variabel System Usage(ASU). 48 Actual 5.2.3 Interpretasi Model Berdasarkan modifikasi model dan hasil pengujian hipotesis, maka dapat dijelaskan bahwa model yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 5.3: Model Akhir Penelitian Berdasarkan model pada gambar 4.3 didapatkan bahwa model pada penelitian ini adalah model TAM (Technology Acceptance Model) oleh Davis (1989) . Variabel yang mempengaruhi penggunaan SE Cara Membaca pada penelitian ini meliputi PU (Perceived Usefulness), PEOU (Perceived Easy of Use), Attitude Toward Using, Intention to Use (ITU) dan ASU (Actual System Usage ). Variabel kemudahan (PEOU) penggunaan SE Cara Membaca berpengaruh terhadap variabel kemanfaatannya (PU), sesuai dengan (Davis, 1989 p:320). Artinya semakin mudah SE Cara Membaca untuk digunakan maka semakin meningkat 49 kemanfaatan software tersebut dapat dikatakan bahwa faktor utama SE Cara Membaca diterima dengan baik oleh penggunanya adalah karena software ini mudah untuk digunakan. Variabel Kemanfataan terhadap Variabel (PU) penggunaan SE Cara Membaca berpengaruh Intention to Use (ITU). Adanya manfaat menggunakan menimbulkan niat untuk menggunakan. Variabel Intention to Use (ITU) berpengaruh terhadap ASU (Actual System Usage) dimana niat untuk menggunakan SE Cara Membaca menimbulkan perilaku pengguna untuk menggunakannya. Dari model akhir penelitian maka diperoleh Persamaan-persamaan Struktural (Structural Equations) sebagai berikut: PU = 0.756 PEOU + 0.072 ITU = 0.547 PU + 0.154 ASU = 0.708 ITU + 0.092 Persamaan pengukuran indikator variabel eksogenous X1 = 0.579 PEOU + 0.250 X2 = 0.708 PEOU + 0.127 X4 = 0.645 PEOU + 0.227 Persamaan pengukuran indikator variabel endogenous Y1 = 0.679 PU + 0.198 Y2 = 0.561 PU + 0.375 Y3 = 0.697 PU + 0.190 Y4 = 0.502 PU + 0.327 50 Y9 = 0.702 ITU + 0.226 Y11 = 0.754 ITU + 0.166 Y12 = 0.659 ASU + 0.241 Y13 = 0.632 ASU + 0.49 5.3 Implikasi Penelitian 5.3.1 Aspek Manajerial Implikasi penggunaan SE Cara Membaca dari segi aspek manajerial meliputi : a. Penggunaan SE Cara Membaca harus didukung secara penuh oleh pihak sekolah terutama sekolah PAUD untuk memberikan fasilitas pendukung pembelajaran Cara Membaca, misalnya adanya berisi beberapa komputer yang dilengkapi dengan speaker dan monitor LCD b. SE Cara Membaca, harus selalu dilakukan upgrade agar dapat menggunakan SE versi terbaru yang lebih baik dan menarik. c. Untuk pembelajaran dengan menggunakan SE, pihak manajeman sekolah harus bisa memastikan bahwa guru sudah mempelajari SE tersebut atau diadakan pelatihan penggunaan SE tersebut terlebih dahulu. 5.3.2 Aspek Sistem Implikasi penggunaan SE Cara Membaca dari segi aspek sistem meliputi : a. Untuk kemanfaatannya, penggunaan SE Cara Membaca harus dikembangkan lebih lanjut agar penggunaan SE dapat juga memantau kemajuan anak dalam memahami huruf sehingga anak dapat lebih cepat membaca. b. SE Cara Membaca dalam hal kemudahannya dapat lebih ditingkatkan lagi sehingga penguna dalam hal ini anak usia dini tidak merasa kesulitan dalam menggunakannya 51 c. Penggunaan SE Cara Membaca dapat dikembangkan lagi yaitu dari segi pimpinan. Panel pimpinan dalam hal ini kepala sekolah ini berfungsi untuk membantu guru ajar dalam memantau kegiatan pembelajaran Cara Membaca. d. Penggunaan SE Cara Membaca dapat digunakan secara luas artinya SE Cara Membaca tidak hanya bisa digunakan di sekolah saja tetapi juga bisa digunakan oleh anak di rumah sendiri. e. Dari segi infrastruktur yaitu hardware. Penggunaan SE Cara Membaca dapat dikembangkan lagi yaitu untuk pengembangan pembelajaran cara membaca terutama untuk anak usia dini yang menggunakan hardware yang cukup rumit. f. Dari segi regulasi, penggunaan SE Cara Membaca dapat terus dilanjutkan sehingga manfaat dan kegunaannya dapat lebih maksimal. g. Dari segi pendanaan, pengunaan SE Cara Membaca dapat mengurangi biaya operasional khususnya dana untuk pembelajaran Cara Membaca. 5.3.3 Aspek Penelitian Lanjutan Implikasi penggunaan SE Cara Membaca dari segi aspek penelitian lanjutan meliputi : a. Moderating factor untuk the basic structure of user TAM / the factor of interest terdiri dari gender, age, experience, intelectual capacity dan type of techonolgy. Pada penelitian ini moderating factor nya tidak terlalu diperhatikan dan diharapkan pada penelitan selanjutnya moderating factor tersebut harus diperhatikan dengan baik karena dengan memperhatikan moderating factor hasilnya akan lebih baik dan model yang dihasilkan juga baik. b. Indicator user interface (dependent variabel) pada TAM terdiri dari attitude (affect, cognition), behavioural intention dan actual usage. Pada penelitian ini mengaju pada 5 variabel yaitu PU (Perceived Usefulness), PEOU (Perceived Easy of Use), Attitude Toward Using (ATU), Intention to Use (ITU) dan ASU 52 (Actual System Usage ). Diharapkan pada penelitian selanjutnya mengaju kepada 3 komponen dasar tersebut. c. Factor contributing user acceptance (independent variable) pada TAM terdiri dari usefulness (perceived), easy of use subjectiveness, dan facilitating conditions. (perceived), playfulness, Pada penelitian ini Factor contributing user acceptancenya tidak terlalu diperhatikan dan diharapkan pada penelitan selanjutnya factor contributing user acceptance harus diperhatikan dengan baik karena dengan memperhatikan factor contributing user acceptance hasilnya akan lebih baik dan model yang dihasilkan juga baik. d. The basic structure of uses technology acceptance dari TAM terbentuk dari moderating factor yang terbagi menjadi dua variable yaitu independent variable dan dependent variable. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dua variable tersebut diperhatikan dengan baik. e. Dalam sistem yang bersifat mandatory, masalah sikap dan niat tidak perlu diperhatikan karena memang ciri dari sifat mandatory ini adalah dipaksakan atau diwajibkan. Dalam penelitian selanjutnya jika menggunakan model mandatory maka sikap dan niat tidak perlu diperhatikan. f. Pada penelitian selanjutnya untuk guru dan orangtua murid dapat lebih dikelompokkan lagi dalam hal kuisionernya karena penerimaan SE Cara Membaca untuk guru dan orangtua murid itu berbeda. Kalau guru dapat membantunya dalam memberikan pembelajaran Cara Membaca anak hanya di sekolah sedangkan untuk orangtua murid dapat membantunya pembelajaran Cara Membaca anak hanya di rumah. 53 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : a. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis lima variabel laten, satu diantaranya (PEOU) merupakan variabel eksogen dan empat variabel lainnya (PU, ATU, ITU dan ASU) merupakan variabel endogen. b. Faktor-faktor yang berpengaruh pada penerimaaan anak terhadap SE adalah: Variabel Perceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh terhadap variabel Perceived Usefulness (PU), Variabel Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap variabel Intention to Use (ITU), Variabel Intention to Use (ITU) berpengaruh terhadap variabel Actual System Usage(ASU). c. SE yang tepat untuk belajar membaca bagi anak usia dini di sekolah PAUD adalah: 1) SE Cara Membaca dapat digunakan dengan mudah, mudah diinstall dan mudah untuk dipahami. 2) SE Cara Membaca dapat meningkatkan efektivitas, cara pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, lebih mudah memahami huruf dan menghemat waktu. d. Model akhir yang diperoleh pada penelitian ini adalah modifikasi dari model Technology Acceptance Model (TAM). 6.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lanjut agar hasil penggunaan SE pada pembelajaran anak usia dini dapat lebih baik: 54 a. Mengingat Indonesia terdiri dari 511 Kabupaten/Kota yang cukup bervariatif, untuk mendapatkan hasil yang optimal harus diadakan penelitian di setiap Kabupaten/Kota. Untuk maksud tersebut, perlu ditentukan jumlah sample (TK) untuk setiap Kabupaten. b. SE Cara Membaca perlu dikembangkan lagi agar penggunaan SE dapat juga memantau kemajuan anak dalam memahami huruf sehingga anak dapat lebih cepat membaca. c. Pada penelitian ini mengacu pada 5 variabel yaitu PU (Perceived Usefulness), PEOU (Perceived Easy of Use), Attitude Toward Using (ATU), Intention to Use (ITU) dan ASU (Actual System Usage ). pada penelitian selanjutnya cukup mengacu pada 3 variabel yang berpengaruh yaitu attitude (affect, cognition), behavioural intention dan actual usage. d. Pada penelitian ini Faktor contributing user acceptance tidak terlalu diperhatikan dan perlu dilakukan penelitian lanjut dimana factor contributing user acceptance harus diperhatikan dengan baik agar hasil dan model yang dihasilkan lebih baik e. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan mengelompokkan guru dan orangtua murid dalam hal kuisionernya karena penerimaan SE Cara Membaca untuk guru dan orangtua murid itu berbeda. 55 DAFTAR PUSTAKA [1] Ajzen, I.. (2005). Attitudes, Personality and Behavior, (2nd edition). Berkshire. UK: Open University Press-McGraw Hill Education. [2] Davis F. D.. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use of Information Technology. MIS Quarterly. [3] Hair, J.F., Anderson, R.E, Tatham, R., dan Black, W.C.. (1998). Multivariate Data Analysis With Readings (5th Ed.). NewYork, Macmillan. [4] Iqbaria, M.. (1994). An Examination of the Factor Contributing to Micro Computer Technology Acceptance, Journal of Information System. Elsiever Ecience, USA. [5] Joreskog, K. G.. (1973). Non-Linear Structural Equation Models : The Kenny Judd Model eith Interaction Effects. In G.A., Marcoulides dan R.E., Schmacker (Eds). Advanced Structural Equation Modeling.Mhwah. NJ: Erlbaum [6] Mc Leod, Jr., Raymond. (2001). Sistem Informasi Manajemen. Jilid 1, Edisi ke 7. PT Prenhallindo [7] Wibowo, Arif. (2006). Kajian Tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi Dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). [8] Widodo, Prabowo, P.. (2006), Statistika : Analisis Multivariat, Seri Metode Kuantitatif. Universitas Budi Luhur, Jakarta. [9] Wijaya, Toni. (2009). Analisis Struktural Equation Modeling menggunakan Amos. Universitas Atmajaya Yogyakarta. [10] Yogesh Malhotra & Dennis F. Galetta. (1999). Extending The Technology Acceptance Model to Account for Social Influence. 56