Uploaded by febriandrianto71

PERILAKU KONSUMEN

advertisement
PERILAKU KONSUMEN
MANAJEMEN STRATEGIK
Disusun oleh :
1. Febri Andrianto Nugroho
: 511 822 0019
2. Herlambang Widodo Permadi : 511 822 00
MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS PANCASILA
2018
I.
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Para ahli berpendapat mengenai definisi Perilaku Konsumen, sebagai berikut ;
1. Gerald Zaldman dan Melanie Wallendorf (1979:6) menjelaskan bahwa :
“Consumer behavior are acts, process and social relationship exhibited by
individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and consequent
experience with products, services and other resources”.
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan social yang
dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan
suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan
produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainya.
2. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984:6) mengemukakan bahwa :
“Consumer behavior may be defined as decision process and physical activity
individuals engage in when evaluating, acquaring, using or disposing of good and
services”.
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan
dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi,
memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.
3. James F. Engel et.al (1968:8) berpendapat bahwa :
“Consumer behavior is defined as the acts of individuals directly involved in
obtaining and using economic good services including the decision process that
precede and determine these acts”
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa
ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut.
4. Schiffman dan Kanuk (1994 : 7) mendefinisikan sebagai berikut ;
“ The term consumer behavior refers to the behavior that consumer display in
searching for purchasing, using evaluating and disposing of product and services
that they expect will satisfy their needs”
Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk
dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
5. Menurut Solomon (2007) , It is study of the processes involved when individuals or
group select, purchase, use, or dispose of products, services, ideas, or experiences
to satisfy needs and desires.
Studi Perilaku Konsumen merupakan proses ketika individu atau kelompok
menyeleksi, membeli, menggunakan atau membuang produk, pelayanan, ide dan
pengalaman untuk memuaskan kebutuhannya.
6. Menurut Hawkins, Best, dan Coney (2001) Consumer behavior is the study of
individuals, groups, or organizations and the processes they use to select, secure,
use, and dispose of products, services, experiences, or ideas to satisfy needs and
the impacts that these processes have on the consumer and society.
Perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan
proses dimana mereka menyeleksi, menggunakan dan membuang produk,
layanan, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak dari
proses tersebut pada konsumen dan masyarakat.
7. Menurut Kotler (2007) bahwa “perilaku konsumen merupakan studi tentang cara
individu, kelompok dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan dan
memposisikan barang, jasa atau gagasan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa perilaku konsumen
merupakan semua tindakan dari konsumen dalam mendapatkan produk yang
diinginkannya, diawali dari sebelum membeli sampai dengan evaluasi produk yang
digunakan.
II.
MANFAAT PERILAKU KONSUMEN
Mowen (1995) mengemukakan manfaat yang bisa diperoleh dalam mempelajari
perilaku konsumen adalah sebagai berikut :
1. Membantu para manajer dalam pengambilan keputusan.
2. Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar
pengetahuan analisis konsumen.
3. Membantu legislator serta regulator dalam menciptakan hukum dan peraturan yang
berkaitan dengan pembelian dan penjualan.
4. Membantu konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang lebih baik.
III.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (2008:25) terdiri dari :
1. Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian.
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Masing-masing
budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan
sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan,
agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Pada dasarnya, semua masyarakat
memiliki stratifikasi sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas
sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun
secara hirarkis dan para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku serupa.
Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orang-orang didalam kelas sosial
yang sama cenderung berperilaku lebih seragam daripada orang-orang dari dua
kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang merasa dirinya menempati posisi inferior
atau superior dikelas sosial mereka. Ketiga, kelas sosial ditandai oleh sekumpulan
variabel-seperti pekerjaan, penghasilan, kesejahteraan, pendidikan, dan orientasi
nilai-bukannya satu variabel. Keempat, individu dapat pindah dari satu tangga ke
tangga lain pada kelas sosialnya selama masa hidup mereka. Besarnya mobilitas
itu berbeda-beda, tergantung pada seberapa kaku stratifikasi sosial dalam
masyarakat tertentu.
2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan,
keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan membuat seseorang
menjalani perilaku dan gaya hidup baru dan memengaruhi perilaku serta konsep
pribadi seseorang, kelompok acuan menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan
kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan
merek aktual. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung
seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik,
dan ekonomi serta ambisi, pribadi, harga diri dan cinta. Kedudukan orang itu
dimasing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya.
Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masingmasing peran menghasilkan status.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik
tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli.
4. Faktor Psikologi
Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen
tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Empat
proses psikologis penting-motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori-secara
fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan
pemasaran.
IV.
MODEL PERILAKU KONSUMEN
Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku
konsumen agar mereka mampu memasarkan produknya dengan baik. Para pemasar
harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan
konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih
baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan
bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang
diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemasar yang memahami konsumen akan memiliki
kemampuan bersaing yang lebih baik. Dalam sub bab berikut akan dijelaskan
mengenai perilaku pembelian konsumen.
Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler (2008) :
Model perilaku konsumen yang di kemukakan oleh Kotler adalah perilaku yang
sederhana. Dalam model perilaku ini Kotler memberikan istilah kotak hitam (Black
Box) untuk proses pengambilan keputusan dan karakteristik pembeli.
Model perilaku konsumen menurut Kotler :

Stimulus
Pada gambar diatas terlihat bahwa konsumen mendapat stimulus dari pemasaran
dan stimulus yang lain. Stimulus pemasaran berupa informasi tentang produk,
tentang harga, tempat dan promosi yang diterima dari media cetak atau elektronik.
Sedangkan stimulus yang lain seperti faktor ekonomi, teknologi, politik dan budaya.

Kotak Hitam Konsumen
Dalam kotak hitam ini Kotler membagi dua bagian yaitu pertama adalah
Karakteristik pembeli yang berisi tentang faktor kultural, sosial, pribadi dan faktor
psikologis sedangkan yang kedua adalah faktor proses keputusan pembeli.
 Tanggapan Konsumen
Tanggapan konsumen adalah proses dimana terjadinya suatu keputusan untuk
membeli suatu produk dengan pilihan produk yang diinginkan, pilihan merek,
tempat untuk membeli, waktu untuk membeli dan jumlah barang yang akan dibeli.
V.
TAHAP-TAHAP DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN
Tahap-tahap pada proses kegiatan dalam surat pembelian digambarkan oleh Kotler
(2008:235) sebagai berikut :
1. Pengenalan Masalah
Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk mengetahui
adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dan belum terpuaskan.
Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami
adanya kebutuhan yang belum segera terpenuhi atau masih bisa ditunda
pemenuhannya, serta kebutuhan yang samasama harus dipenuhi. Jadi dari tahap
ini proses pembelian itu mulai dilakukan.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi
yang lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia butuhkan. Pencarian
informasi dapat bersifat aktif maupun pasif. Informasi yang bersifat aktif dapat
berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk membuat perbandingan harga
dan kualitas produk, sedangkan pencarian informasi pasif, dengan membaca suatu
pengiklanan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam
perkiraanya tentang gambaran produk yang diinginkan.
3. Evaluasi Alternatif
Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta
mengadakan
seleksi
terhadap
alternatif
pembelian
berdasarkan
tujuan
pembeliannya. Tujuan pembelian bagi masing-masing konsumen tidak selalu
sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. Ada konsumen yang
mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan prestasi, ada yang sekedar ingin
memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dan sebagainya.
4. Keputusan Pembelian
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses pembelian yang nyata. Jadi,
setelah tahap-tahap dimuka dilakukan maka konsumen harus mengambil
keputusan apakah membeli atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk membeli,
konsumen
akan
menjumpai
serangkaian
keputusan
yang
harus
diambil
menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara
pembayarannya.
Perusahaan
perlu
mengetahui
beberapa
jawaban
atas
pertanyaan–pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen dalam keputuan
pembeliannya.
5. Perilaku Pascapembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan
berlanjut hingga periode pascapembelian. Pemasar harus memantau kepuasan
pascapembelian,
tindakan
pascapembelian,
dan
pemakaian
produk
pascapembelian.
VI.
TIPE PROSES PEMBELIAN KEPUTUSAN
Keputusan pembelian merupakan kontinum dan memiliki dua dimensi. Dimensi
pertama adalah degree, menunjukkan keterlibatan konsumen di dalam keputusan
membeli yaitu dari high involvement purchase decision ke low involvement purchase
decision. Dimensi kedua adalah content, menunjukkan jumlah informasi yang
dibutuhkan oleh konsumen untuk dapat membuat keputusan pembelian yaitu
dari decision making (mencari informasi dan mempertimbangkan berbagai alternatif
merk) ke habit (sedikit membutuhkan informasi dan hanya mempertimbangkan satu
merk saja).
1. Complex decision making
Complex decision making bisa terjadi, ketika konsumen melakukan pembelian
produk
yang
membutuhkan
berbagai
pertimbangan
sehubungan
dengan
pentingnya produk dan tingginya resiko bagi indvidu konsumen. Pada umumnya,
konsumen akan mempertimbangkan berbagai merk dan mencari berbagai
informasi yang dibutuhkan sebelum membeli rumah atau mobil, konsumen akan
mempertimbangkan secara selektif setiap detai perbedaan dari masing-masing
produk. Informasi ini penting bagi konsumen, supaya tidak terjadi post purchase
dissonance (ketidaknyamanan setelah pembelian).
2. Limited decision making
Limited decision making terjadi ketika konsumen melakukan keputusan untuk
membeli suatu produk yang membutuhkan pertimbangan merk dan informasi, yang
secara kontinyu menarik bagi konsumen atau konsumen sering mengkonsumsi
atau menggunakan produk tersebut. Proses pembuatan keputusan terbatas ini
membutuhkan lebih sedikit informasi daripada complex decision making. Berdasar
teorinya, pembelian cereal atau makanan ringan termasuk dalam limited decision
making. Namun bagi konsumen yang sedang melakukan diet kalori atau konsumen
yang berwawasan green product, atau natural product, mereka akan melakukan
pencarian informasi yang lebih banyak untuk memutuskan pembelian produk cereal
atau makanan ringan, daripada konsumen pada umumnya, sehingga pembuatan
keputusannya termasuk complex.
3. Brand loyalty
Brand loyalty menunjukkan sikap loyal terhadap merk tertentu dan berdampak
pada pembelian secara konsisten sepanjang waktu. Konsumen yang loyal terhadap
merk tertentu akan melakukan pembelian merk tersebut dalam jangka panjang, dan
membutuhkan informasi yang relatif sedikit, karena sudah menjadi kebiasaannya
untuk membeli produk dengan merk tersebut. Loyalitas konsumen terhadap merk
tertentu ini disebabkan oleh rasa puas atau rasa keinginan dan kebutuhan yang
terpenuhi terhadap merk tersebut secara berulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan.
4. Inertia
Ketika konsumen menggunakan hirarki low involvement, konsumen membentuk
keyakinan terhadap produk secara pasif dan membuat keputusan hanya dengan
memproses sedikit informasi dan selanjutnya mengevaluasi merk setelah
pembelian. Jenis produk inertia antara lain garam dapur, gula, deterjen, dll.
Konsumen tidak perlu pikir panjang untuk membeli garam dapur berdasarkan
pengalamannya di masa lalu terhadap merk tertentu, atau merk lain yang tersedia
di toko. Proses ini kadang disebut dengan spurious loyalty, karena seakan-akan
konsumen loyal terhadap merk garam tersebut, namun ketika merk garam yang
dimaksud tidak tersedia, konsumen akan dengan cepat beralih merk tanpa pikir
panjang lagi, konsumen membeli produk itu bukan karena loyalitas pada merek
tetapi keinginan untuk menghindari proses keputusan yang berbelit.
5. Impulse Purchasing
Tipe keputusan ini dikenal dengan keputusan pembelian tiba-tiba, dikatakan
demikian karena konsumen tidak membutuhkan banyak pertimbangan untuk
melakukan pembelian. Proses keputusan dapat dilakukan dengan cepat, tanpa
harus menunggu pencarian informasi dan judgement tertentu untuk memilih
produk. Bagi konsumen merek itu sendiri sudah cukup dipergunakan sebagai dasar
untuk membandingkan produk. Satu hal lagi yang perlu diingat tipe keputusan ini
adalah bahwa konsumen realtif tidak menghadapi switching cost (biaya yang timbul
atas peralihan keproduk lain) yang tinggi.
VII.
KARAKTER PEMBELI DI INDONESIA
1. Berpikir Jangka Pendek
Produk instant, Discount dan hadiah langsung. Survei menunjukkan 76% pembeli
menyukai diskon harga dan 18% menyukai hadiah langsung.
2. Tidak Terencana
Ternyata 85% pembelanja ritel modern cenderung untuk berbelanja sesuatu yang
tidak direncanakan. Dengan Display menarik dan SPG dapat membantu
meningkatkannya.
3. Minim Mencerna Informasi
Konsumen Indonesia mencerna informasi lebih sedikit, cenderung emosional, dan
sangat percaya word of mouth (info dari mulut ke mulut).
4. Menilai Tampilannya
Konsumen cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. •Tiga ciri
spesifik konsumen indonesia dalam menyerap informasi: Malas Baca, memilih
karena iklan menarik, mudah diubah persepsinya.
5. Suka dengan Berhubungan Luar Negeri
SPG perlu menjelaskan mengenai produk ini sudah diekspor ke berbagai negara.
VIII.
CONTOH PERILAKU KONSUMEN
Suatu hari ada seorang ibu yang ingin membeli sekian kilogram buah jeruk untuk
kebutuhan buah-buahan di rumahnya. Singkat cerita dia lantas pergi ke supermarket
didekat rumahnya. Di Supermarket, dia dihadapkan dengan etalase/layout buahbuahan berjejer rapih. Ada buah jeruk, apel, anggur, melon, dsb. Sesuai niat diawal
ibu itu ingin membeli beberapa kilogram jeruk, si ibu menghampiri etalase/layout
buah jeruk dimana disana ada dua jenis jeruk yaitu jeruk impor dan jeruk lokal.
Ibu itu lantas mulai memilih. Pertama dia melihat dan mencicipi buah jeruk lokal yang
warnanya hijau ke kuning-kuningan. Dari percobaan tersebut dia menyimpulkan
bahwa jeruk lokal tersebut rasanya cukup manis tetapi tidak terlalu kuat dan
tampilannya agak kurang menarik. Setelah mencoba jeruk lokal, si ibu mencoba
jeruk impor dari Cina dengan warna oranye, dia mengamati jeruk tersebut dan
mencobanya. Dari percobaan tersebut, disimpulkan bahwa jeruk impor tersebut
rasanya manis dan tampilannya juga lebih menarik dibandingkan dengan jeruk lokal
dan pada akhirnya dia memutuskan untuk membeli jeruk impor tersebut
Dari contoh kasus perilaku konsumen di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu
tersebut (perilaku konsumen) dipengaruhi oleh tampilan dan rasa dari jeruk tersebut
sehingga akhirnya memutuskan untuk membeli jeruk tersebut.
Download