36 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air mengalami penguapan karena adanya sinar matahari. Proses penguapan air dibagi menjadi tiga antara lain evaporasi, evapotranspirasi dan transpirasi. Evaporasi merupakan proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporisasi) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer. Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian, tanah maupun dari vegetasi yang basah. Pengukuran evaporasi dilakukan dengan mengukur hilangnya air dari suatu sistem secara langsung. Evaporasi dinyatakan dalam volume atau jeluk (depth). Sumber energi evaporasi berasal dari radiasi surya, panas dari yang dibawa angin ke suatu wilayah, panas tersimpan dalam massa tanah atau lahan atau panas yang tersimpan dalam air. Transpirasi adalah proses penguapan air didalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersbut dipindahkan dari permukaan tanah ke atmosfer. Evapotranspirasi atau ET adalah kombinasi dari evaporasi dan transpirasi. ET adalah gabungan dari proses kehilangan air dari suatu lahan bertanam (vegetasi), perairan, daratan menjadi uap air yang bergerak ke atmosfer. Proses evapotranspirasi terdiri atas evapotranspirasi potensial dan aktual. Evapotranspirasi potensial terjadi pada daerah pertanaman dengan kandungan air tanah pada tingkat kapasitas lapang. Sebaliknya, jika keadaan tanah kurang dari kapasitas lapang disebut evapotranspirasi aktual. Energi yang digunakan untuk menguapkan air sekitar 580 cal g-1. Dalam pertanian bila evaporasi dan transpirasi yang terjadi besar sama dengan 1 mm per hari ini berarti jika air yang hilang dalam 1 hektar luas lahan sebesar 10 m3 air per hari. Kaitannya dengan pertanian faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi yaitu faktor tanaman, pengelolaan dan kondisi lingkungan. Praktikum ini sangat penting karena dengan mengetahui nilai evaporasi kita bisa mengetahui seberapa besar penguapan yang terjadi pada daerah tersebut. Dari situ bisa diperkirakan 37 bagaimana cara bertanam yang baik, tanaman jenis apa yang cocok, dan perencanaan pengairan lahan. 1.2 Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui alat pengukur laju evaporasi dan bagian-bagian alat beserta fungsinya. 38 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas atau uap. Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah penguapan air secara langsung dari lautan, danau, sungai, dll. Transpirasi adalah penguapan air dari tumbuhan-tumbuhan dan lain lain makhluk hidup. Gabungan dari evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryatno, 2000). Peristiwa evaporasi adalah penguapan air yang tersimpan di permukaan tanah, laut, sungai, danau dan udara. Semakin tinggi intensitas radiasi matahari sebagaimana terjadi pada musim kemarau maka kandungan air maupun uap air di permukaan bumi semakin habis. Apabila suhu udara di permukaan laut meningkat, maka berakibat laju evaporasi meningkat sehingga kandungan uap air di atmosfer menjadi semakin banyak dan peluang hujan semakin banyak. Fenomena suhu dingin yang terjadi setiap musim kemarau berkaitan dengan tingginya tingkat radiasi matahari dan berakibat tingginya proses evaporasi (Ariffin, 2019). Transpirasi seperti evaporasi langsung tergantung pada supply energi tekan uap air dan angin. Kandungan lengas tanah dan kemampuan tanah melewatkan air ke akar juga menentukan laju transpirasi, termasuk genangan air dan salinitas air tanah. Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh karakteristik tanaman, aspek lingkungan dan praktek pengolahan lahan. Perbedaan jenis tanaman akan memberikan laju transpirasi yang berbeda. Bukan hanya tipe tanaman saja, tetapi juga pertumbuhan tanaman, lingkungan dan manajemen harus dipertimbangkan dalam penetuan transpirasi (Pandi, 2002). Alat pengukur evapotranspirasi actual maupun potensial utamanya menggunakan evaporation pan. Alat ini terdiri dari kabinet air sederhana, yang atasnya terbuka menuju atmosfer. Kedalaman air akan diukur pada awal dan akhir. Selisih antara jumlah air sebelum dan sesudah disebut evaporasi. Biasanya pan 39 diletakkan diatas penimbangan yang digunakan untuk merekam perubahan berat dan jumlah evaporasi (Robinson dan Henderson-Sellers, 2000). Uap air bergerak keatas sehingga membentuk awan yang dapat berpindah karena tiupan angin. Ruang udara yang mendapat akumulasi uap air secara kontinyu akan menjadi jenuh. Oleh karena pengaruh udara dingin pada lapisan atmosfer. Uap air tersebut mengalami sublimasi sehingga butiran-butiran uap air membesar dan akhirnya jatuh sebagai hujan (Hanafi, 2006). 40 BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Pelaksanaan Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat 10 Mei 2019 pukul 13.40 – 15.00 WITA di Gedung E Lantai 4 Fakultas Pertanian Universitas Mataram. 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Pan Evaporimeter dan Alat Tulis. 3.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja praktikum ini adalah : 1. Disiapkan alat yang akan diamati. 2. Dijelaskan bagian-bagian alat oleh asisten praktikum. 3. Didengarkan penjelasan yang diberikan oleh asisten praktikum. 4. Dilihat dan diamati alat-alat yang dijelaskan. 5. Digambar alat-alat yang telah dijelaskan. 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.2 Pembahasan Evaporasi adalah perubahan bentuk air dari cairan menjadi uap air ke atmosfer. Evaporasi bisa terjadi dipermukaan daratan, perairan, maupun vegetasi. Evaporasi terjadi karena air dipanaskan oleh sinar matahari. Pada praktikum ini digunakan alat untuk mengetahui besaran evaporasi yang terjadi pada suatu tempat. Alat itu disebut pan evaporimeter. Prinsip kerja dari alat ini memperhatikan keseimbangan permukaan air dan penghitungan menggunakan selisih antara jumlah air sebelum dan sesudah proses evaporasi terjadi. Pan evaporimeter adalah alat pengukur evaporasi yang terdiri atas panci evaporimeter atau panci bundaran, hook gauge, papan penyangga, termometer air dan still well. Masing-masing bagian punya fungsi tersendiri. Alat ini memiliki ketelitian 42 0,02 mm. satuan dari alat ini adalah millimeter karena nilai penguapan dengan mengaitkan beberapa millimeter jumlah curah hujan yang terjadi. Bagian pertama dari pan evaporimeter adalah papan penyangga. Papan penyangga ini letaknya dibawah panci bundar. Terbuat dari kerangka kayu yang dicat putih dengan rongga yang cukup dibawahnya. Alasan kayu ini di cat berwarna putih karena warna putih tidak menyerap panas sehingga mengurangi penyerapan radiasi matahari yang dapat mempengaruhi hasil dari pengupan yang asli. Penggunaan papan penyangga yang mendasari panci ini juga dimaksudkan agar panci tidak terpengaruh langsung terhadap suhu tanah. Bagian kedua adalah hook gauge. Hook gauge adalah suatu alat untuk megukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci. Hook gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, jadi cara membacanya pun berlainan. Pada jenis casella, dipan evaporimeter yang lazim hook gauge terdiri dari sebuah batang berskala dan sekrup yang berfungsi sebagai micrometer. Bagian ketiga adalah panci bundar. Panci bundar berdiameter 120,7 cm dan tinggi 25 cm. Di dalam panci bundar inilah terdapat hook gauge dan termometer air serta still well. Bak selalu terisi air bersih setinggi 25 cm. Bagian keempat adalah still well. Still well adalah bejana yang terbuat dari logam yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki dengan sekrup untuk menyetel kedudukan bejana agar letaknya sejajar. Fungsi still well untuk meletakkan hook gauge dan membuat permukaan air menjadi tenang. Bagian kelima adalah termometer air. Termometer air dipasang tegak dengan menggunakan klem. Letak bola termometer berada di bawah air. Fungsinya untuk mengukur suhu air hanya pada waktu dilakukan pembacaan posisi termometer air terapung sedikit di bawah permukaan air oleh pelampung alumunium. Cara kerja alat ini menggunakan perubahan tinggi air dalam panci. Air dalam panci mengibaratkan jumlah penguapan air yang terjadi pada area 1 m2. Pengukuran dilakukan mulai dari pagi hari sampai matahari sudah tidak terlihat lagi (sore hari). Pertama dengan menaruh air di dalam panci, lalu ukur banyak airnya, setelah itu diletakkan di dalam lapangan yang tidak ternaungi bangunan atau vegetasi agar sinar matahari dan uap air tidak ada halangannya. Lalu sore hari dihitung lagi jumlah air 43 setelah proses evaporasi. Jumlah air sebelum dan sesudah evaporasi dikurangi. Selisih inilah yang menjadi nilai dari evaporasi pada hari itu. Pan evaporimeter mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekuarangan dari alat ini adalah apabila terjadi hujan yang lebat maka air yang ada di tabung akan menguap sehingga besaran penguapan tidak bisa dihitung dan banyak dipengaruhi faktor alam seperti debu, binatang atau vegetasi. Kelebihannya yaitu pengamatan yang dilakukan menjadi mudah, tetapi ketelitian dan kebenarannya rendah. Pengaruh evaporasi dalam bidang pertanian yaitu dalam hal pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi laju evaporasi, maka garam-garam terlarut akan terangkat ke atas tanah dan tertimbun dalam jumlah banyak. Akibatnya tanaman akan rusak atau mati. Tentu hal tersebut tidak baik untuk tanaman. 44 BAB V KESIMPULAN Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa alat untuk mengukur laju evaporasi adalah pan evaporimeter. Pan evaporimeter terdiri dari papan penyangga sebagai dasar panci, panci bundar sebagai tempat penampung air, hook gauge, still well dan termometer air. Hook gauge untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air, still well untuk meletakkan hook gauge dan membuat air menjadi tenang serta termometer air untuk mengukur suhu air.