BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggapan Filsafat Hukum sebagai cabang dari Filsafat, yaitu filsafat etika dan moral, memerlukan penjelasan. Filsafat hukum sendiri sudah berada dalam kerangka Kajian ilmu Filsafat. mengenai asal-usul, “Filsafat” berasal dari kata yunani filosofie. Kata Filsafat terdiri dari kata filo yang artinya cinta atau ingin, sedangkan sofie berarti kebijaksanaan. Filosofie dapat diartikan cinta atau menginginkan kebijaksanaan, atau suatu kebijaksanaan hidup. Selanjutnya dari pengertian ini terdapat banyak definisi atau perumpamaan dari Filsafat. Etika sebagai bagian dari filsafat, sebagai ilmu etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat yang mencari keterangan benar sedalamdalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah-laku manusia.1 Demikian dalam makalah ini maka akan dijelaskan apa itu Filsafat maupun apa itu etika. Bukan hanya mencari definisi dari filsafat dan etika tapi juga bagian-bagian dari keduanya sehingga akhirnya akan dapat dipahami apa itu Filsafat etika. 1 . Poedjawiyatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2003, Hlm. 6 1 B. Rumusan Masalah 1. Jelaskan pengertian Filsafat ? 2. Jelaskan pengertian Etika, ? 3. Jelaskan hubungan Filsafat dan Etika ? C. Tujuan 1. Mengetahui tentang pengertian Filsafat dan objeknya 2. Mengetahui tentang pengertian Etika, jenis-jenis etika, etika profesi, dan moral. 3. Mengetahui hubungan dan manfaat Filsafat dan Etika 2 BAB II PEMBAHASAN A. FILSAFAT 1. Pengertian Filsafat Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dengan ahli yang lain selalu berbeda. Pengertian Filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan terminologi. Kata Filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta dan sophie yang berarti kebijaksanaan, sehingga secara etimologi filsafat adalah cinta kebijaksanaan dalam arti sedalam-dalamnya.2 Bahwa filsafat merupakan suatu kebijaksanaan hidup berarti, bahwa yang dipikirkan dalam filsafat adalah hidup sebagai keseluruhan pengalaman dan pengertian. Dengan kata lain objek filsafat bersifat universal, mencakup segala-galanya yang ditemui manusia. Maka dari itu memikirkan sesuatu hal secara filsafat ialah mencari arti yang sebenarnya dari hal itu dengan memandangnya dengan cakrawala yang paling luas, yakni segala yang ada.3 Sedangkan dalam arti terminologi maksudnya arti yang dikandung oleh istilah atau statemen filsafat. Berikut adalah pengertian filsafat menurut para ahli Filsuf. 2 3 . Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembanganya di Indonesia, Jakarta; Bumi Aksara, 2013, Hlm. 3 . Huijbers Theo, Filsafat Etika , Yogyakarta; Kanisius, 1995, Hlm. 18 3 a. Plato Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. b. Aristoteles Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (keindahan). c. Al Farabi Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. d. Notonegoro Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat. e. Ir. Poedjawijatna Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.4 Namun mengenai memahami filsafat tidak hanya dapat dijelaskan hanya dengan definisi, melainakn hanya dapat dipelajari dan dialami dengan cara berfilsafat itu sendiri. Dengan kata lain cara terpenting untuk memahami filsafat yaitu adalah dengan berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir. Dalam hal ini bukan berarti sesuatu yang dikatakan berpikir adalah berfilsafat, karena berfilsafat itu berpikir dengan ciri-ciri tertentu. Ada beberapa ciri berpikir secara kefilsafatan, yaitu : a. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai ke akar- 4 . Filsafat Ilmu & Perkembanganya di Indonesia, op.,cit, Hlm. 3-4 4 akarnya. Berpikir sampai ke hakekat. Esensi, atau sampai ke substansi yang dipikirkan b. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum). Berpikir secara universal adalah berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum. c. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual. Yang dimaksud dengan konsep disini adalah hasil generalisasi dan abstraksi dan pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individu. d. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. e. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik.yang artinya kebulatan dan sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan, sesuatu peranan tertentu. f. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif. Artinya mencakup secara menyeluruh. g. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas. Filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka-prasangka social, historis, kultural, atau religious. h. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang bertanggung jawab. Pertanggung jawaban yang paling utama adalah terhadap hati nuraninya.5 5 . Prasetyo teguh & Barkatullah abdul halim, Filsafat, Teori, & Ilmu Hukum “Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabaat, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2013) Hlm. 1-3 5 2. Objek Filsafat Selanjutnya dalam pembahasan filsafat maka tidak lepas dengan objek filsafat. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, antara lain objek material dan objek formil. a. Objek Material Filsafat Objek material, yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret atau pun hal yang abstrak. Bahwa objek material filsafat adalah sangat luas yaitu yang mencakup segala sesuatu yang ada. b. Objek Formil Filsafat Objek formil, yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembuktian pengetahuan itu, atau sudur dari mana objek material itu disorot. Objek formil filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. (Lasiyo dan Yuwono, 1985, Hlm. 6).6 Seperti sudah dibahas diatas dalam arti Filsafat secara Terminologi. Aristoteles, Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (keindahan). Maka selanjutnya pada hal ini akan membahas salah satu Cabang Filsafat yaitu Etika. 6 . Surajiyo, Ibid, Hlm. 7-9 6 B. ETIKA 1. Pengertian Etika Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Dalam kaitanya dengan etika tersebut, Bartens menjelaskan etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik.7 James J. Spillane SJ mengungkapkan bahwa etika atau ethies memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas atau menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain. 8 Suhrawardi K. Lubis menyatakan dalam bahasa agama islam, istilah etika merupakan bagian dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak bukanlah sekedar menyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan yang lahiriah saja, akan tetapi mencakup hal-hal yang lebih luas, yaitu meliputi bidang akidah, ibadah, dan syariah. Menurut Austin Fagothey, etika adalah studi tentang kehendak manusia, yaitu kehendak yang berhubungan dengan keputusan tentang yang benar dan yang salah dalam bentuk perbuatan manusia. Etika mencari dan berusaha menunjukan nilai-nilai kehidupan yabg benar secara manusiawi kepada setiap orang.9 Jadi Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubunganya dengan baik-buruk. Dengan belajar etika diharapkan dapat membedakan istilah yang sering muncul 7 . Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika; Jakarta, 2008, Hlm. 7 8 . Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, Hlm. 1 9 . Aburaera Sukarno/Muhandar/Muskan, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Prenadamedia Group, Jakarta, 2013, Hlm. 170 7 seperti etika, norma, dan moral. Di samping itu, dapat mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-toeri tertentu, dan sikap yang baik.10 Dalam perkembanganya, etika bisa dibagi menjadi dua, yaitu etika perangai dan etika moral. Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang mengambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat didaerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Sementara etika moral adalah berhubungan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar, timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.11 2. Jenis-Jenis Etika dalam Filsafat K. Bertens menggolongkan etika menjadi etika deskriptif, etika normative dan mataetika. Diantara lain: Etika deskriptif. Etika ini melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika ini tidak memberikan penilaian terhadap perilaku tertentu, melainkan hanya melukiskan saja. Etika normative. Dalam etika ini para ahli etika memberikan penilaian moral terhadap suatu perilaku tertentu. Penilaian ini berdasarkan pada norma-norma. Dengan kata lain, etika ini menentukan baik atau buruknya suaru perilaku. Mataetika, hal ini berbicara sesuatu yang lebih tinggi daripada perilaku etis itu sendiri, yaitu soal “bahasa etis”, bahasa dan logika yang dipergunakan di bidang moral.12 10 . Surajiyo, Ibid, Hlm. 22 . Supriadi, Ibid, Hlm. 9 12 . Rhiti Hyronimus, Filsafat Hukum edisi lengkap “dari Klasik ke Postmodernisme”, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2011, Hlm. 262-263 11 8 3. Etika dan Moral Ada perbedaan antara etika dan moral. “etika” berasal dari kata bahasa Yunani kuno, ethos. Kata ini memiliki beberapa arti dalam bentuk tunggal, yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Sedang dalam bentuk jamak ialah adat kebiasaan, dan seterusnya seperti yang dijelaskan oleh K. Bertens. Etika dapat dimengerti sebagai refleksi kritis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam situasi konkret, situasi tertentu. Etika adalah filsafat moral, atau ilmu yang mambahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret (A. Sonny Keraf, 2002: 4-5). Etika sering juga dikatakan sebagai pemikiran filosof tentang apa yang dianggap baik dan buruk dalam perilaku manusia yang mengandung tanggung jawab. Disebut sebagai pemikiran filosof karena secara historis etika berkembang sejalan dengan perkembangan filsafat.13 Sedangkan Moral dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata moral mempunyai banyak arti ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila; yang kedua kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atai keadaan perasaan. Dari pengertian moral diatas, pada prinsipnya moral merupakan alat penuntun, pedoman sekaligus alat control yang paling ampuh dalam mengarahkan kehidupan manusia. Seorang manusia yang tidak mengfungsikan dengan sempurna moral yang telah ada dalam diri manusia yang tepatnya berada dalam hati, maka manusia tersebut akan menjadi 13 . Rhiti Hyronimus, ibid, Hlm. 260 9 manusia yang akan selalu melakukan perbuatan atau tindakan-tindakan yang sesat. Dengan demikian manusia tersebut telah merendahkan martabatnya sendiri.14 Dengan melihat dari pengertian diatas antara etika dan moral maka akan mempunyai arti yang hampir sama, yaitu dengan nilai dan norma yang menjadi kendali hidup seseorang atau suatu kelompok untuk mengatur tingkah lakunya. Meskipun mempunyai arti yang sama, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.15 4. Etika Profesi Bagi seorang professional yang bergerak dibidang tertentu, khusunya dalam mata kuliah etika profesi hukum, etika profesi ini dituangkan ke dalam suatu bentuk yang disebut kode etik. Kode etik adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.16 Etika profesi menjadi sangat penting untuk dipelajari, terlepas bahwa di luar etika profesi pun sudah tersedia ajaran-ajaran moral. Kehadiran etika, termasuk etika profesi tetap diperlukan. Oleh karenanya perjalanan profesi hukum adalah sesuatu yang sangat dinamis, maka jelas bahwa dalam praktik akan ditemukan hal-hal baru. Etika profesi hukum, dengan segala dasar-dasar rasionalitas yang 14 . Supriadi, ibid, Hlm. 12 . Surajiyo, ibid, Hlm. 147 16 . Filsafat Hukum teori dan praktik, op,.cit, Hlm. 175 15 10 melatarbelakanginya akan sangat membantu membuka jalan pemecahan yang dapat diterima semua pihak dari berbagai kalangan.17 Peran etika profesi yang pertama adalah Sebagai “kompas” moral atau penunjuk jalan bagi profesional berdasarkan nilai-nilai etisnya, hati nurani, kebebasan-tanggung jawab, kejujuran, kepercayaan, hak-kewajiban dalam bentuk pelayanan kepada klien. kedua Sebagai penjamin kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh si profesional. C. HUBUNGAN DAN MANFAAT FILSAFAT ETIKA Secara umum etika merupakan bagian dari pembahasan filsafat, bahkan merupakan salah satu cabang dari filsafat. Berbicara tentang filsafat, pertama-tama yang harus dibedakan adalah bahwa filsafat tidak selalu diartikan sebagai ilmu. Filsafat juga dapat berarti pandangan hidup seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sebagai ilmu, filsafat merupakan proses yang harus bergulir dan tidak pernah mengenal kata selesai. Sedangkan filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu produk (nilai-nilai atau sistem nilai) yang diyakini kebenarannya dan dapat dijadikan pedoman berperilaku oleh suatu individu atau masyarakat. Etika sering juga dikatakan sebagai pemikiran filosofis tentang apa yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia yang mengandung suatu tanggung jawab. Disebut sebagai pemikiran filosofis karena secara historis etika berkembang sejalan dengan perkembangan filsafat. Selain itu hubungan antara filsafat dan etika, juga terdapat beberapa manfaat setelah mempelajari filsafat etika, antara lain : 1. Orang akhirnya dapat memahami bahwa manusia sebagai makhluk sosial bisa menyadari perilakunya terikat oleh nilai-nilai moral yang tumbuh berkembang,dan dipatuhi 17 . Shidarta, Moralitas Profesi Hukum. Bandung: Rafika Aditma, 2009. Hlm. 13 11 oleh semua orang agar tercipta kehidupan bermasyarakat harmonis. 2. Orang dapat menyadari bahwa nilai moral bisa berbeda di tempat satu dengan yang lain, di zaman satu ke zaman lain. 3. Dapat membentuk hati nurani peserta didik dalam bidang pendidikan. 12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kata Filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta dan sophie yang berarti kebijaksanaan, sehingga secara etimologi filsafat adalah cinta kebijaksanaan dalam arti sedalam-dalamnya. Sedangkan dalam arti terminologi maksudnya arti yang dikandung oleh istilah atau statemen filsafat. 2. Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubunganya dengan baik-buruk. Dengan belajar etika diharapkan dapat membedakan istilah yang sering muncul seperti etika, norma, dan moral. Di samping itu, dapat mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-toeri tertentu, dan sikap yang baik. 3. Manfaat etika atau mempelajari etika di situ yang paling mendasar adalah kita tahu bagaimana dan seperti apa perbuatan baik dan buruk itu, sehingga dari hal tersebut, kita tahu dan dapat memilih mana yang harus kita lakukan dan mana yang tidak harus kita lakukan. Kemudian yang terakhir yaitu hubungannya etika dengan filsafat. Bahwa filsafat adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai interpretasi tentang hidup manusia. Etika merupakan bagian dari filsafat, yaitu filsafat moral. Filsafat moral adalah cabang dari filsafat tentang tindakan manusia. 13 DAFTAR PUSTAKA Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum edisi lengkap “dari Klasik ke Postmodernisme”, (Jakarta; Universitas Atma Jaya, 2011) Poedjawiyatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2003) Shidarta, Moralitas Profesi Hukum, (Bandung; Rafika Aditma, 2009) Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, (Jakarta; Sinar Grafika, 1994) Sukarno Aburaera/Muhandar/Muskan, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, (Jakarta; Prenadamedia Group, 2013) Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta; Sinar Grafika, 2008) Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembanganya di Indonesia, (Jakarta; Bumi Aksara, 2013) Teguh Prasetyo & abdul halim Barkatullah, Filsafat, Teori, & Ilmu Hukum “Pemikiran Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabaat, (Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2013) Theo Huijbers, Filsafat Etika , (Yogyakarta; Kanisius, 1995) 14