Uploaded by Alpriansiahaan

MAKALAH 1

advertisement
MAKALAH
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
“Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa Sawit”
Oleh:
ALPRIAN ALPRED SIAHAAN
1610243012
JURUSAN BUDIDAYA PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
KAMPUS III UNIVERSITAS ANDALAS
DHARMASRAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna
kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis juga
berterima kasih kepada dosen pengampuh yang telah membimbing perkuliahan dalam
mata kuliah Pengendalian Hama Terpadu. Penulis juga berterima kasih kepada
teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Pengendalian Hama Terpadu yang berjudul “Pengendalian Hama Terpadu Tanaman
Perkebunan”. Makalah ini dibuat dari informasi yang ada di internet, dll.
Penulis harap makalah ini dapat membantu para pembaca akan pengendalian
hama di tanaman kelapa sawit. Jika ada kata-kata yang salah dan kurang berkenan
dihati pembaca, penulis sungguh-sungguh minta maf yang sebesar-besarnya. Terima
Kasih.
Jum’at, 10 Mei 2019
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. ...................................................................................................... Latar
Belakang..................................................................................................
1
B. ...................................................................................................... Tujuan
.................................................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ...................................................................................................... Kelapa
Sawit........................................................................................................
3
B. ...................................................................................................... Hama
Tanaman ..................................................................................................
5
C. ...................................................................................................... Pengen
dalian Hama Tanaman.............................................................................
6
BAB III PENUTUP
A. ...................................................................................................... Kesimp
ulan ..........................................................................................................
11
B. ...................................................................................................... Saran
.................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu
jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian
umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian
banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang
menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (BalaiInformasi
Pertanian, 1990).Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit di masa ini dan masa yang
akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak
sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
kelapa sawit secara tepat agar sasaran yangdiinginkan dapat tercapai. Salah satu
diantaranya
adalah
pengendalian
hama
dan
penyakit.
(Balai
Informasi
Pertanian,1990).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,
juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia
saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada
tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah
meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun,
2008).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona
Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap
bertahan dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain
mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu
sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat Jendral Perkebunan
(2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008
1
dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan
luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas
kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha
pada tahun 2005. Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus
dipertahankan. Untuk mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan
pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
(TM) adalah pengendalian hama dan penyakit.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian
yang
berpeluang
besar
untuk
meningkatkan
perekonomian
rakyat
dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat
menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber
daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat
menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang
diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang
sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek
pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit
adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik
dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui beberapa pengendalian
hama terpadu tanaman perkebunan seperti kelapa sawit.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa sawit adalah tanaman berakar serabut yang terdiri atas akar
primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke
bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke
bawah. “Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akarakar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar
1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit” (Risza, 2008).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang
melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa
sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat
pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).Daun kelapa
sawit dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar
daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. “Daun pupus
yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun
pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun
normal berjumlah 80-120 lembar” (Sastrosayono, 2005).Tanaman kelapa sawit
berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau
bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina
agak bulat. “Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross
pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari
pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk” (Sunarko,
2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit,
pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun,
hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan
semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat
3
tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono,
2005).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di
daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. “Curah hujan optimal yang
dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata
sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari
dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang
optimum berkisar 0-500 meter” (Risza, 2008).
Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan
vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif
pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap
laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu,
suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. “Suhu 200C
disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata
tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah”
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah
tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan
faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk
menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang
berkaitan dengan jaminan ketersediaan air. Tanah yang sering mengalami genangan
air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan
banyak oksigen. “Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur
hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur
nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa
sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang” (Sunarko,
2008).
4
B. Hama Tanaman
Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan
merugikan tanaman yang diusahakan manusia. (Pracaya, 2003: 5). Hama tanaman
sering disebut ‘serangga hama’ (pest) atau dalam dunia pertanian dikenal sebagai
‘musuh petani. (Rukmana, 2002:14). Para ahli pertanian membuat beberapa versi
pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:
1) Organisme
“jahat”
yang
mempunyai
kemampuan
untuk
merusak,
mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang);
2) Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia;
3) Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki
kehadirannya;
4) Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia;
5) Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan
pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung.
Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas
adalah semua organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak
tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonimi bagi manusia.Ada beberapa
golongan hama yang biasanya menyerang tanaman budidaya yaitu: golongan
Serangga, golongan Mamalia, golongan Binatang Lunak, dan golongan Aves
(Burung). Serangga adalah binatang kecil yang memiliki kaki beruas-ruas, bernafas
dengan pembuluh nafas, tubuh, dan kepalanya berkulit keras. Contoh serangga yang
sering menyerang tanaman budidaya adalah belalang, wereng, kutu, ulat, kumbang,
lalat, dan lain-lain. Mamalia adalah mahluk hidup yang memiliki tulang belakang
yang tubuhnya tertutup oleh rambut. Mamalia adalah binatang menyusui, yang betina
memiliki kelenjar mammae (air susu) yang tumbuh baik.
Binatang dari golongan mamalia yang merusak tanaman antara lain:
kelelawar, tupai, musang, tikus, kera, gajah, babi, kijang, beruang, dan lain-lain.
Golongan binatang lunak yang potensial menjadi hama tanaman adalah mollusca dan
nematode. Mollusca atau siput adalah golongan hewan bertubuh lunak dan tidak
beruas. Binatang ini suka mengeluarkan lender, dan aktif makan pada malam hari.
5
Pada siang hari biasanya bersembungi di tempat teduh dan lembab. Nematode adalah
jenis cacing berukuran kecil dan umumnya berbentuk silindris.
Golongan nematoda ini sering ditemukan pada tempat-tempat atau habitat
yang basah, misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan manusia. Nematode
dapat hidup sebagai parasit dalam tubuh mahluk hidup. Binatang yang termasuk ke
dalam golongan aves tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta
kakinya bersisik. Anggota bagian depan berupa sayap yang digunakan untuk terbang.
Meski demikian terdapat pula golongan aves yang tidak dapat terbang, seperti:
kasuari, kiwi, dan burung unta (Rukmana, 2002).
Seluruh ataupun sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami
penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme
(fisiologis) pada tubuh tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan
bahkan berakhir dengan kematian tanaman. Beberapa contoh akibat serangan hama
pada tanaman adalah sebagai berikut (Rukmana, 2002):
1) Serangan hama pada bagian akar tanaman menyebabkan proses penyerapan
unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
2) Serangan hama pada bagian batang atau cabang dan rangitng menyebabkan
pengangkutan (transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti sama sekali
sehingga tanaman menjadi layu atau mati.
3) Serangan hama pada bagian daun dapat menyebabkan proses fotosintesis
terganggu (terhambat).
4) Serangan hama pada bagian buah atau biji dapat menyebabkan buah rusak
ataupun bijinya hampa.
C. Jenis-jenis Hama Menyerang Tanaman Kelapa Sawit
1. Hama Tungau
Penyebab : Tungau merah ( Oligonychus )
Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup disepanjang tulang anak daun sambil
mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat berwarna
bronz. Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering
6
pada musim kemarau. Gangguan tungau pada pesemaian dapat mengakibatkan
rusaknya bibit.
Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon (Tedion) 0,1 – 0,2
%. Racun ini dapat digunakan dengan baik karena tidak membunuh musuh alaminya.
2. Hama Ulat Setora.
Penyebab: Ulat setora (Setora nitens).
Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah permukaan daun dekat pada
ujungnya. Ulat Setora memakan daun dari bawah, sehingga kadang-kadang yang
tersisa hanya lidinya saja.
Pengendalian :

Pemanfaatan musuh alami seperti burung pemakan serangga.

Ulat ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan racun kontak, misalnya
Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan konsentrasi 0,2 –
0,3%.
7
3. Kumbang oryctes
Penyebab: Oryctes rhinoceros
Gejala serangan : Kumbang dewasa masuk ke dalam daerah titik tumbuh dan
memakan bagian yang lunak.bila serangan mengenai titik tumbuh, tanaman akan
mati, tetapi bila makan bakal daun hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti
terpotong gunting.
Pengedalian :

Pengumpulan kumbang secara manual dari lubang gerekan pada kelapa sawit,
dengan menggunakan alat kail dari kawat.

Penghancuran tempat peletakkan telur secara manual dan dilanjutkan dengan
pengumpulan larva untuk dibunuh, apabila jumlahnya masih terbatas.

Pemberantasan secara kimiawi menaburkan insektisida butiran karbosulfan
sebanyak (0.05-0.10 g bahan aktif per pohon, setiap 1-2 minggu) atau 3 butir
kapur barus/pohon, setiap1-2 kali/bulan pada pucuk kelapa sawit.

Larva O.rhinoceros pada mulsa TKS di areal TM dapat dikendalikan dengan
menaburkan biakan murni jamur Metarrhizium anisopliae sebanyak 20 g/m2.
Pemerangkapan kumbang O. rhinoceros dengan menggunakan ferotrap.
8
4. Penggerek Tandan Buah Kelapa Sawit
Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella
Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama
pada buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva
melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.
Pengendalian :
Upaya prefentif dapat dilakukan dengan segera memotong tandan buah yang
terserang hama, sehingga menekan populasi hama dan tidak memicu timbulnya
penyakit busuk buah.
Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan. Caranya : 0,55 kg
Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan
diaduk sampai merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terserang
ulat Tirathaba tersebut.
5. Mamalia
Hama yang termasuk mamalia (binatang menyusui) adalah babi hutan, tikus
dan kera. Hama ini sangat merusak tanaman kelapa sawit. Di beberapa daerah
tertentu di Sumatera, gajah sering menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman
kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus (rodentia) merupakan hama yang merusak
(memakan) buah kelapa sawit yang sudah tua.
9
Pengendalianya : dengan cara biologi yaitu dengan cara memeliraha hewan
peredator yg memangsa hewan tersebut. Salah satu contohnya adalah memelihara
burung hantu atau ular yang bisa(racun) sudah di hilangkan sehingga tidak
membahayakan bagi para pekerjayang tujuannya untuk membasmi hama tikus.
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini, antara lain :
Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan
hama.
Masing-masing hama memberikan serangan dan gejala yang berbeda-beda
pada tiap bagian tanaman kelapa sawit.
Hama yang paling sering dijumpai pada tanaman kelapa sawit adalah ulat api,
dan tikus sebagai hama mamalia yang paling banyak dijumpai.
Untuk pengendalian hama yang menyerang, dapat dikendaliakan dengan
pelepasan predator dari hama itu sendiri, untuk menghindari ledakan hama
penyerang tanaman ini.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya dalam penggunaan herbisida
maupun pestisida dalam pengendalian hama ini digunakan sesuai dengan dosis
anjuran yang benar agar tidak terjadi resistensi pada hama itu sendiri serta
menghindari terjadinya ledakan hama.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mangoensoekarjo dan Semangun. 2005. 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia.
Penelitian Kelapa Sawit dan Parisindo Jaya. Medan.
Pracaya. 2003. Hama & Penyakit Tanaman (Edisi Revisi). Jakarta: Penebar
Risza. 2008. Hama & Penyakit Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
87 hal
Rukmana.2002. Budidaya Kelapa Sawit, PT Balai Pustaka, Jakarta.
Sunarko. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Indonesia (Edisi 2).
Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 232 hal
Swadaya.Sastrosayono. 2005. Pengenalan & Pengendalian Hama Ulat Pada Tanaman
Kelapa Sawit. Medan: pusat Penelitian Kelapa Sawit. 5 hal
Utomo, C. Tjahjono, H. dan Agus, S. 2007. Feromon: Era Baru Pengendalian Hama
Ramah Lingkungan Di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa
Sawit. 15(2); 70-75
12
Download