MANAJEMEN KEPERAWATAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP) TIM Ns. Suhaimi fauzan, m.kep Disusun oleh : Kelompok 2 1. Khairun Nisa I1032141003 2. Fitri Ratnawati I1032141006 3. Makhyarotil Ashfiya I1032141015 4. Ulfa Muzliyati I1032141022 5. Rinda Farlina I1032141025 6. Annisa Rosalita I1032141031 7. Ananda Maharani Putri I1032141037 8. Eka Putri Fajriani I1032141042 9. Tri Supartini I1032141046 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas berkat dan rahmat-nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan tentang MAKP metode tim. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas terstruktur mata kuliah manajemen keperawatan tahun akademik 2016/2017 di fakultas kedokteran, Universitas Tanjungpura. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari pihak-pihak luar sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada : 1. Bapak Ns. Suhaimi Fauzan, M. Kep selaku dosen mata kuliah manajemen keperawatan fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Tanjungpura. 2. Teman-teman program studi ilmu keperawatan angkatan 2014 fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas Tanjungpura 3. Pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran dan kritik sangatlah penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya. Penyusun harapkan semoga makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memilki nilai ilmu pengetahuan. Pontianak, April 2017 penyusun i Daftar isi KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 1.1 latar belakang .................................................................................................................. 1 1.2 rumusan masalah ............................................................................................................. 2 1.3 tujuan ............................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4 2.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) ........................................................... 4 2.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Tim ................................................... 6 2.2.1 Definisi Keperawatan Tim ................................................................................... 6 2.2.2 Tujuan Pemberian Metode Tim ........................................................................... 9 2.2.3 Tugas Dan Tanggung Jawab ................................................................................ 9 2.2.4 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim.................................................... 13 2.2.5 Keuntungan Dan Kerugian Metode Tim............................................................ 14 2.3 Penerapan Model Asuhan Keperawatan Metode Tim Di Rumah Sakit ........................ 14 BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16 3.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 16 3.2. Saran .............................................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, sering kali mengalami permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, maka salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas pelayanan keperawatan (Depkes Ri, 1994 dalam Hidayah, 2014). Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat perawat, yang berbentuk layanan bio-spiko-sosial spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup seluruh proses hidup manusia. Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena selain jumlahnya yang dominan juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan asuhan keperawatan selama 24 jam kepada pasien, oleh karena itu rumah sakit harus memiliki perawat yang berkinerja baik yang menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pasien (Kardianti dalam Widodo 2016 dalam Mogopa, 2017). Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bisa menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pencapaian tujuan suatu rumah sakit. Kualitas pelayanan keperawatan berjalan dengan baik apabila proses keperawatan yang dilaksanakan terstruktur dengan baik. Kualitas pelayanan yang baik akan meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga demikian juga sebaliknya jika pasien dan keluarga tidak puas maka akan meninggalkan rumah sakit bila kualitas pelayanan buruk (Uhlisin, 2008 dalam Kasim, 2016). Untuk meningkatkan dan mewujudkan mutu pelayanan keperawatan, rumah sakit harus menerapkan proses sistem asuhan keperawatan pada ruang rawat dengan menggunakan model praktik keperawatan profesional (mpkp) (Sitorus 2006 dalam Mogopa, 2017). 1 2 Pelayanan keperawatan profesional diberikan dengan berbagai bentuk metode penugasan yang sudah ada dan akan dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Salah satu metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode tim. Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Sitorus, 2006 dalam Mogopa, 2017). Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang bermutu dan profesional adalah dengan menerapkan model asuhan keperawatan profesional metode tim yang memungkinkan perawat profesional mengatur dalam pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Pengembangan model asuhan keperawatan profesional metode tim dikembangkan untuk menjawab tantangan terhadap kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan yang dirasakan belum memuaskan. Model asuhan keperawatan profesional metode tim telah dilaksanakan di berbagai negara termasuk rumah sakit di indonesia (Nursalam, 2007 dalam Kasim, 2016). Berdasarkan uraian di atas penggunaan metode tim dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang bermutu dan professional maka, pada makahalah ini kami tertarik untuk membahas dan mengetahui lebih dalam mengenai metode tim yang dapat diterapkan dalam pemberian auhan kepeawatan. 1.2 Rumusan masalah 1. Apakah model asuhan keperawatan profesional (makp) ? 2. Apakah definisi keperawatan tim ? 3. Apakah tujuan pemberian metode tim ? 4. Apakah tugas dan tanggung jawab metode tim ? 5. Bagaimana sistem pemberian asuhan keperawatan tim ? 6. Apasajakah keuntungan dan kerugian metode tim ? 1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Untuk mengetahui model asuhan keperawatan profesional (makp) Untuk mengetahui definisi keperawatan tim Untuk mengetahui tujuan pemberian metode tim Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab metode tim Untuk mengetahui sistem pemberian asuhan keperawatan tim Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian metode tim BAB II PEMBAHASAN 2.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Model asuhan keperawatan profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001 dalam Nur Hidayah, 2014). Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan profesional (MAKP). Katz, Jacquilile (1998) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah keperawatan tim dan keperawatan primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Tomey, Mariner 1996 dalam Nur Hidayah, 2014) yaitu : 1. Sesuai dengan visi dan misi institusi 2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. 3. Efisien dan efektif penggunaan biaya. 4. Terpenuhinya kepuasan klien 5. Keluarga dan masyarakat. 6. Kepuasan kinerja perawat. Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan dalam pelayanan keperawatan, yaitu: 1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) fungsional Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan 3 4 Masing – masing anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam sebuah unit. Misalnya seorang perawat khusus menangani vital pasien, perawat yang lain khusus memandikan pasien, perawat lain mengurus obat-obatannnya, sehingga tidak ada perawat yang menangani kebutuhan total pasien, setelah selesai melaksanakan tugasnya perawat banyak yang melakukan tugas yang non keperawatan. Perawat hanya melihat askep sebagai keterampilan saja. Selain itu ketika tanggung jawab untuk seorang pasien dilakukan oleh beberapa perawat maka seringkali perawat menganggap enteng kesalahan/ kelalaian selama perawatan. (Nursalam, 2002). 2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) primer Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus 5 menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat. 3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda - beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya yakni memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanakaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Sedangkan kelemahannya yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk. (Nursalam, 2009) 4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, 6 dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti: 1) Dengan dokter dan pasien tertentu 2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit 3) Dengan mengadakan diagnosa Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. 2.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim 2.2.1 Definisi keperawatan tim Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984). Keperawatan tim dikembangkan pada tahun 1950 – an dalam upaya untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan pengaturan fungsional asuhan pasien. Banyak orang yang yakin bahwa, meskipun kekurangan staf keperawatan profesional terus berlanjut, sistem asuhan pasien harus dikembangkan sehingga dapat mengurangi perawatan yang terpisah yang menyertai keperawatan fungsional. 7 Pengembangan metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga di dasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan. (Kuntoro, Agus. 2010). Dalam keperawatan tim, petugas bantuan bekerja sama dalam memberikan asuhan kepada sekelompok pasien di bawah arahan perawat profesional. Sebagai pimpinan tim tersebut, perawat bertanggung jawab mengetahui keaddaan dan kebutuhan semua pasien yang etrmasuk dalam tim dan merencanakan asuhan indifidual. Tugas pimpinan tim berfariasi bergantung pada kebutuhan pasien dan beban kerja. Tugas tersebut mencakup membantu anggota tim, memberikan asuhan langsung kepada pasien, memberikan penyuluhan, dan mengkoordinasikan aktifitas pasien. (Nursalam, 2002) keperawatan tim biasanya diasosiasikan dengan kepentingan demokratis. Anggota kelompok diberikan otonomi sebanyak mungkin saat mengerjakan tugas yang diberikan, meskipun tim tersebut berbagi tanggung jawab dan akuntabilitas secara bersama. Perlunya keterampilan komunikasi dan koordinasi yang baik membuat pelaksanaan keperawatan tim sulit dilakukan dan membutuhkan disiplin diri yang besar dipihak anggota tim. Keperawatan tim memungkinkan anggota untuk melakukan keahlian atau ketrampilan yang mereka miliki. Kemudian, pimpinan tim sebaiknya menggunakan pengetahuannya mengenai kemampuan setiap anggota saat membuat penugasan pasien kelolaan. Mengenali kelayakan individu dari seluruh pekerja dan memberikan otonomi kepada anggota tim menimbulkan kekuasaan kerja yang tinggi. (Kuntoro, 2010). 8 Kerugian keperawatan tim terutama dihubungkan dengan penerapannya yang kurang tepat, bukan filosofi keperawatan itu sendiri. Sering kali, tidak tersedia waktu yang adekuat untuk melaksanakan asuhan dan melakukan komunikasi tim. Hal ini dapat menimbulkan batas yang tidak jelas mengenai tanggung jawab, kesalahan, dan asuhan keperawatan yang pecah. Agar perawatan tim dapat efektif, pimpinan harus mempunyai ketrampilan komunikasi, organisasi, manajement, dan kepemimpinan yang baik dan harus menjadi seorang praktisi yang sempurna. (Maequis, Bessie l. 2010). Keperawatan tim, seperti rancangan aslinya telah mengalami banyak modifikasi dalam 25 tahun terakhir ini. Sebagian besar keperawatan tim tidak pernah mempraktikkan bentuk murninya, malah sebaliknya menerapkan kombinasi tim dan struktur fungsional. Upaya terakhir dan untuk memperbaiki keperawatan tim menghasilkan konsep “ keperawatan modular”, yang merupakan suatu pendekatan tim kecil (dua atau tiga orang anggota). Tim dipertahankan dalam sekala kecil dan anggota tim diupayakan dalam tim yang sama sesering mungkin untuk lebih banyak waktu bagi perawat provesional untuk merencanakan dan mengoordinasi anggota tim. Selain itu, tim kecil membutuhkan komunikasi yang lebih sedikit sehingga memungkinkan anggotanya memakai waktu mereka dengan lebih baik untuk melakukan asuhan pasien. (Maequis, Bessie l. 2010). Stuktur organisasi keperawatan tim pengembangan metode ini di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga di dasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang etrbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan. (Kuntoro, Agus. 2010). 9 2.2.2 Tujuan pemberian metode tim Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of knowladge dan transfer of experiences diantara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nursalam, 2009) Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus benar benar di arahkan dan di rencanakan secara matang untuk keberhasilan asuhan keperawatan. Sebagaimana di ketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dari dua orang perawat atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketua tim seharusnya perawat profesional yang sudah berpengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan dan di tunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit manager). Selanjutnya, ketua tim akan melaksanakan tugas yang di delegasikan oleh perawat kepala ruang bersama- sama denga anggota tim. Tugas dan tanggung jawab ketua tim menjadi hal yang harus di perhatikan secara cermat. Tugas dan tanggung jawab tersebut diarahkan untuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim dengan mempertimbangkan kemampuan yang di miliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang harus dipenuhi, mengontrol dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam melaksanakan tugasnya apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja anggota tim, menerima laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim. (Nursalam, 2009) 2.2.3 Tugas dan tanggung jawab Tugas dan tanggung jawab lain yang harus di perhatikan oleh anggota tim adalah mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal hal yang terjadi pada pasien terutama yang tidak di inginkan, melakukan revisi rencana keperawatn apabila di perlukan, melaporkan perkembangan pasien pada perawat kepala ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada. Selain itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim untuk menerima laporan, memberi pengarahan serta membahas masalah yang di hadapi, menjaga komunikasi 10 yang efektif, melakukan pengajaran kepada pasien, keluarga pasien dan anggota tim serta melengkapi catatan yang di buat anggota tim apabila diperlukan. Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini ketua harus memeiliki kemampuan untuk mengikut sertakan anggota tim dalam memecahkan masalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang dianggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat pemberi asuhan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaian dan pengetahuan keterampilan profesional. (Nursalam, 2009) Dalam ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan. Pemberian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat kepala ruang akan menentukan jumlah tim yang di perlukan berdasarkan beberapa faktor, antara lain memperhitungkan jumlah tenaga perawat perawat profesional, jumlah tenaga yang ada, dan jumlah pasien. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat di dasarkan pada tempat atau kamar pasien, tingkat penyakit pasien, jenis penyakit pasien, dan jumlah pasien yang di rawat. (Nursalam, 2009) Berdasarkan hal hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim 2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan 3. Melakukan peran sebagai model peran 4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien 5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien. 6. Merevisi dan menyesuaikan rencan keperawatan sesuai kebutuhan pasien. 7. Melaksanakan observasi baik terhadapa perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim. 8. Menjadi guru pengajar 9. Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim, akan berdampak secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan demikian, masalah dalam asuhan keperawatan cepat teratasi, mutu asuhan keperawatan terpelihara, perawat terbiasa bekerja secara terorganisasi, terarah, dan memahami tujuan 11 kerjasama antar perawat meningkat kepuasan kerja miningkat pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman semua perawat meningkat, serta kaderisasi kepemimpinan terjadi. Dibanding dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. Tugas perawat menjadi lebih kompleks, anggota tim lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Apabila kerja dan tim berhasil dan memuaskan, pola ini memberi pengkayaan pengalaman dan perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim dan tingkat yang rendah. (Kuntoro, Agus. 2010). Tanggung jawab 1. Tanggung jawab anggota tim: a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya. b. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim. c. Memberikan laporan. 2. Tanggung jawab ketua tim: a. Membuat perencanaan. b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi. c. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien. d. Mengembangkan kemampuan anggota. e. Menyelenggarakan konferensi. 3. Tanggung jawab kepala ruang: 1) Perencanaan a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing – masing b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya. c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim. d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan. e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan. 12 f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan: Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri. i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan. j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit. 2) Pengorganisasian a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan b. Merumuskan tujuan metode penugasan. c. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas. d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2- 3 perawat. e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain – lain. f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan. g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik. h. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim. i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien. j. Identifikasi masalah dan cara penanganannya. 3) Pengarahan a. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim. b. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik. 13 c. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. d. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien. e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan. f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain. 4) Pengawasan a. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. b. Melalui supervisi Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasi), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim. Audit keperawatan. (Nursalam, 2009) 2.2.4 Sistem pemberian asuhan keperawatan tim (Hidayah, 2014) 14 2.2.5 Keuntungan dan kerugian metode tim 1. Keuntungan metode tim Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan adalah : a. Dapat memberi kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan lebih manusiawi karna pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami kebutuhannya. b. Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan melihat pasien secara holistic. c. Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi dengan klien. Hal ini akan mempermudah dalam mengenali kemampuan ak-nggota tim yang dapat di manfaatkan secara optimal. 2. Kerugian metode tim a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya. b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat. c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim. d. Akontabilitas dalam tim kabur. (Nursalam, 2009) 2.3 Penerapan model asuhan keperawatan metode tim di rumah sakit 1. Dalam jurnal Nur, Hidayah (2014) dengan judul manajemen model asuhan keperawatan profesional (makp) tim dalam peningkatan kepuasan pasien di rumah sakit mengatakan bahwa model asuhan keperawatan profesional (makp) berbanding lurus dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta kepuasan pasien di rumah sakit. Dalam jurnal ini juga menyatakan bahwa pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional tim merupakan kegiatan yang mutlak dan harus dilakukan serta diterapkan dengan baik di rumah sakit yakni supervisi, timbang terima, sentralisasi obat dan dokumentasi keperawatan yang baik. Semakin baik pelaksanaan ke empat kegiatan tersebut maka akan semakin baik pula pelaksanaan makp tim dan 15 tentunya akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta memberikan kepuasan pada pasien dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. 2. Dalam jurnal Gustop Amatiria (2012) yang berjudul mutu pelayanan keperawatan dengan metode tim pada rawat inap. Jurnal ini bertujuan untuk melihat apakah mutu pelayanan keperawatan dengan metode tim dapat meningkatkan kepuasan pasien pada rawat inap di rs. Imanuel bandar lampung. Jurnal ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain cross secsional. Populasi yang digunakan ialah semua pasien rawat inap di ruang dewasa pria dan dewasa wanita, dengan menggunakan metode sampel purposive sampling yang berjumlah 90 responden. Instrumen ukur yang di gunakan ialah kuesioner dan metode angket. Pengolah data yang dilakukan analisis hasil dengan uji univariat dan uji bivariat chi square. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan nilai pelaksanana metode tim diruangan (81,1) peningkatan nilai mutu pelayanan keperawatan (81,30) dan nilai rata-rata kepuasan (65,24). Adanya hubungan yang bermakna antara mutu pelayanan keperawatan yang menggunakan metode tim terhadap kepuasan pasien rawat inap di rs. Imanuel bandar lampung (pv=0,0001). BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pengembangan metode tim di dasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. Ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam perencanaan, kelancaran, evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan. 3.2. Saran Berusaha dan selalu bekerja sama akan membawa kita menuju keberhasilan dalam menyelesaikan masalah dan mengerjakan tugas. Serta melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab akan membuat kita semakin menjadi dewasa dan mandiri. Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih ada banyak kesalahan sehingga kami mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah kami yang selanjutnya. 16 DAFTAR PUSTAKA Hidayah, Nur. 2014. “Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit”. Jurnal Kesehatan. Volume 4, No. 2, Http://Journal.Uin-Alauddin.Ac.Id/Index.Php/Kesehatan/Article/View/60. Diakses Pada 25 April 2017. Kasim, Mohamad Dan Muh. Abdurrouf . 2016 . “Peningkatan Kualitas Pelayanan Dan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dengan Metode Tim”. Nurseline Journal Vol.1 No. 1. Http://Jurnal.Unej.Ac.Id/Index.Php/Nlj/Article/Download/3830/2987. Diakses Pada 22 April 2017. Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Menejemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2009. Manajemen keperawatan aplikasi dalam keperawatan profesional edisi 5.jakarta : salemba medika Maequis, bessie l. 2010. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan :teori & aplikasi.ed.4.jakarta: egc. Mogopa, cindy putriyani . 2017 .” Hubungan penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di irina c rsup prof. Dr. R. D. Kandou manado”. E - journal keperawatan vol. 5 no. 1. Https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/14704. Diakses pada 22 april 2017. 17