BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Umum 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Umum
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi sebagai pertukaran kompleks antara pikiran, gagasan, atau
informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,
2010).
Komunikasi
diartikan
sebagai
mengirim,
menerima,
dan
menginterpretasikan pesan verbal dan non verbal (Kim, 1986, dalam
Tappen, 1995). Nursalam (2007) menyatakan bahwa komunikasi
merupakan suatu seni untuk menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Jadi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan baik verbal dan non
verbal yang dapat dimengerti orang lain sehingga mencapai maksud dan
tujuan dari orang lain.
2.1.2 Unsur-unsur dalam Komunikasi
Komunikasi
dapat
terjadi
apabila
didukung
dengan
unsur-unsur
komunikasi yang meliputi sumber, pesan, media, penerima, efek, serta
umpan balik (Nasir, dkk, 2009).
2.1.2.1 Sumber
Universitas Sumatera Utara
Sumber merupakan orang yang pertama atau memprakarsai untuk
memulai terjadinya proses komunikasi. Hal ini disebabkan karena
semua peristiwa komunikasi akan melibatkan dan tergantung dari
sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi.
2.1.2.2 Pesan
Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambinglambang yang menjalankan isi/ide/gagasan, sikap, perasaan,
praktik, atau tindakan. Pesan dapat berbentuk kata-kata tertulis,
lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-ferik, atau
tingkah laku.
2.1.2.3 Media
Media merupakan sarana yang digunakan oelh komunikator untuk
memindahkan pesan dari pihak satu ke pihak lainnya.
2.1.2.4 Penerima
Penerima merupakan objek sasaran pesan yang dikirim oleh
pengirim pesan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
karakteristik, budaya, carapenyampaian, pemahaman, waktu,
lingkungan fisik dan psikologis, tingkat kebutuhan.
2.1.2.5 Efek/pengaruh
Efek merupakan perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,
dan dilakukan penerima pesan sebelum dan sesudah menerima
pesan. Efek/pengaruh bias terjadi pada pengetahuan, sikap, dan
tingkah laku individu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.6 Lingkungan
Lingkungan merupakan situasi yang dapat mempengaruhi proses
komunikasi mulai dari sumber yang menyampaikan pesan,
sampai pada efek atau pengaruh pesan terhadap penerima pesan.
2.2
Komunikasi dalam organisasi
2.2.1 Pengertian komunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasi menurut Handoko (1998) merupakan suatu
proses
melalui
perencanaan,
pengorgnisasian,
pengarahan,
dan
pengawasan dapat dicapai. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi
dalam
organisasi
adalah
suatu
proses
menyampaikan
informasi/komunikasi pada satu orang atau lebih untuk dapat dipahami dan
dimengerti sehingga dapat tercapai fungsi-fungsi manajemen keperawatan.
2.2.2 Proses Komunikasi Organisasi
Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugastugas di dalam organisasi. Informasi harus disampaikan kepada manajer
agar
mempunyai
dasar
dalam
perencanaan,
rencana
harus
dikomunikasikan agar dapat dipahami staf, Pengorganisasian memerlukan
komunikasi
dengan
staf
tentang
penugasan
jabatan.
Pengarahan
mengharuskan manajer berkomunikasi dengan staf agar tujuan kelompok
dapat dicapai (Handoko, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Proses komunikasi terbagi atas 3 bagian yang meliputi pengirim, pesan,
dan penerima pesan. Suasana internal dan eksternal dapat mempengaruhi
pengirim dan penerima pesan. Suasana internal meliputi nilai, perasaan,
temperamen, dan tingkat stress pengirim dan penerima, sedangkan suasana
eksternal meliputi kondisi cuaca, suhu, penempatan waktu, dan suasana
organisasi itu sendiri. Baik pengirim maupun penerima pesan (Marquis
dan Huston, 2010).
2.2.3 Komunikasi dan Hubungan Interpersonal
Komunikasi merupakan alat untuk mencapai hubungan bantuan-pemulihan
(helping-healing
relationship).
Perawat
yang
memiliki
keahlian
komunikasi akan mengekspresikan kepeduliaan dengan kriteria sebagai
berikut (Watson, 1985 dalam Potter dan Perry, 2009): sensitif terhadap
dirinya dan orang lain, mendukung dan menerimanekspresi dari perasaan
yang positif dan negatif, membina hubungan saling percaya (helping-trust
relationship), menanamkan rasa keyakinan dan harapan, mendorong
pengajaran dan pembelajaran interpersonal, menyediakan lingkungan yang
suportif, membantu pemenuhan kebutuhan manusia.
2.2.4 Strategi komunikasi dalam organisasi
Strategi komunikasi diperlukan bagi setiap pimpinan dalam memberikan
tanggung jawab kepada stafnya. Adapun strategi komunikasi dalam
organisasi (Marquis dan Huston, 2010) adalah:
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.1 Manajer harus memahami struktur organisasi dan mengenali
staf yang akan menjalankan keputusannya yang dibuat.
2.2.4.2 Manajer harus berkonsultasi dengan bagian departemen atau
disiplin lain apabila ada informasi/komunikasi yang baru.
2.2.4.3 Komunikasi harus jelas, sederhana, dan pasti. Manajer
bertanggung jawab untuk memastikan pesan yang diberikan
staf dapat dipahami.
2.2.4.4 Manajer mencari umpab balik tentang komunikasi yang
diberikan kepada staf dapat diterima dengan benar. Salah satu
cara untuk melakukannya adalah meminta penerima mengulang
komunikasi lanjutan dalam upaya menentukan komunikasi
telah dijalankan.
2.2.4.5 Metode komunikasi multipel sebaiknya digunakan apabila
pesan yang akan disampaikan penting.
2.2.4.6 Manajer tidak membebani pegawai dengan informasi yang
tidak perlu. Informasi dan komunikasi saling bergantungan.
Informasi bersifat formal, impersonal, serta tidak terpengaruh
oleh emosi, nilai, ekspektasi, dan persepsi. Dilain hal,
komunikasi melibatkan persepsi dan perasaan. Komunikasi
tidak
bergantung
pengalaman
pada
bersama,
informasi
pemimpin
dan
harus
dapat
secara
mewakili
kontinu
berkomunikasi dengan staf.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Cara komunikasi
Kejelasan pesan sangat dipengaruhi oleh model komunikasi yang
digunakan. Manajer lebih sering menggunakan model komunikasi menurut
Marquis dan Huston (2010), yang meliputi:
2.2.5.1 Komunikasi tertulis
Komunikasi
tertulis
yang
dikeluarkan
manajer
sangat
mencerminkan manajer dan organisasi. Manajer harus mampu
menulis dengan jelas dan professional serta menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti (marquis dan Huston, 2010). Nusalam
(2007) menyatakan bahwa komunikasi tertulis adalah bagian yang
penting dalam organisasi. Setiap organisasi harus mengembangkan
metode
penulisan
dalam
mengkomunikasikan
pelaksanaan
pengelola dalam mencapai setiap kebutuhan staf. Misalnya dalam
surat menyurat, pembayaran, dan jurnal.
Manajer hendaknya dapat menyusun usulan komunikasi tulisan
dalam surat menyurat menurut HealthCare Education Associates
(1988, dalam Marquis dan Huston, 2010) meliputi manajer
mengetahui apa yang ingin dikatakan sebelum mulai menulis,
menyertakan orang dalam tulisan, menggunakan kata kerja,
menulis dengan sederhana, menggunakan kata sedikit mungkin,
menggunakan kalimat sederhana dan langsung, memberi arahan
untuk pembaca, mengatur materi secara logis, menggunakan para,
Universitas Sumatera Utara
graph untuk memandu pembaca, menghubungkan pemikiran,
mengungkapkan pemikiran yang sama dengan cara yang sama.
2.2.5.2 Komunikasi verbal.
Komunikasi verbal dapat digunakan manajer kepada atasan dan
bawahan baik secara formal dan informal. Komunikasi secara
verbal misalnya dilakukan padap pertemuan formal, baik kepada
individu, kelompok, dan presentasi formal (Nursalam, 2007).
2.2.5.3
Komunikasi non verbal
Komunikasi adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi
wajah, gerakan tubuh, dan sikap tubuh, atau “body language”. Halhal yang merupakan kunci bagian komunikasi nonverbal yang
dapat terjadi tanpa adanya penjelasan secara verbal, adalah:
a.
Lingkungan: tempat di mana komunikasi dilaksanakan
merupakan bagian penting pada proses komunikasi.
b. Penampilan: pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik
merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu
diidentifikasi.
c.
Kontak mata: kontak mata memberikan makna terhadap
kesediaan seseorang untuk berkomunikasi.
d. Postur tubuh dan gesture, bobot suatu pesan bias ditunjukkan
dengan orang yang menudingkan telunjuknya, berdiri, atau
duduk.
Universitas Sumatera Utara
e.
Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan suatu
respons wajah yang setuju terhadap pesan yng disampaikan.
f. Suara:
intonasi,
volume,
dan
refleksi.
Cara
tersebut
menandakan bahwa pesan dapat ditransfer dengan baik
(Nursalam, 2007).
2.2.5.4 Komunikasi lewat telepon
Manajer
sangat
tergantung
melakukan
komunikasi
dengan
menggunakan telepon, sehingga memungkinkan manajer untuk
merespons setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi
(Nursalam, 2007).
2.2.6 Komunikasi Kelompok
Manajer harus berkomunikasi dengan kelompok kecil dan besar, serta staf
secara individu. Tuckman dan Jensen (1977, dalam Marquis dan Huston,
2010) menyebutkan bahwa tahapan komunikasi kelompok dibagi atas
tahap pembentukan, penyerangan, pembakuan, dan pelaksanaan. Adapun
tahapan komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:
Perkembangan
kelompok
Tahap
Proses Kelompok
Proses Tugas
Pembentukan
Terjadi pengujian untuk
mengidentifikasi
batasan
perilaku
interpersonal;
menetapkan
ketergantungan
Menguji
mengidentifikasi
peraturan yang
dan
metode
sesuai.
untuk
tugas,
tepat,
yang
Universitas Sumatera Utara
hubungan
dengan
pemimpin dan anggota
lain dan menentukan
perilaku yang dapat
diterima.
Penyerangan
Konfrotasi
terhadap
Kronfontasi terhadap persyaratan tugas dan
pengaruh
kelompok perbedaan berkenaan
terlihat saat anggota dengan tuntutan tugas.
terpisah
ke
dalam
subkelompok; muncul
konflik dan anggota
memberontak terhadap
tuntutan pemimpin.
Melakukan kerja sama
dengan
Muncul
kesepakatan seiring
dan
seiring
dengan diungkapkan
berkembangnya kohesi diselesaikannya
kelompok;
terbentuk perbedaan.
norma; konflik dan
resistansi teratasi.
Pembakuan
Pelaksanaan
Struktur interpersonal
berfokus pada tugas
dan penyelesaiannya;
peran menjadi fleksibel
dan fungsional; energy
diarahkan
untuk
mengerjakan tugas.
Masalah selesai seiring
dengan
perbaikan
performa tugas; upaya
konstruktif
untuk
menyelesaikan tugas;
lebih banyak tersedia
energi kelompok untuk
tugas.
2.2.7 Peran kepemimpinan dan Fungsi Manajemen dalam komunikasi
2.2.7.1 Peran Kepemimpinan dalam komunikasi interpersonal dan
kelompok
1.
Memahami dan menggunakan jaringan komunikasi
informal dalam organisasi dengan tepat.
Universitas Sumatera Utara
2.
Berkomunikasi dengan jelas dan pasti dalam bahasa yang
dimengerti orang lain.
3.
Bersikap peka terhadap suasana internal dan eksternal
pengirim dan penerima, dan menggunakan kewaspadaan
tersebut dalam menafsirkan pesan.
4.
Mengamati dan menafsirkan komunikasi verbal dan non
verbal staf.
5.
Memberikan peran model komunikasi asertif dan
mendengarkan dengan aktif.
6.
Menunjukkan kesesuaian komunikasi verbal dan non
verbal.
7.
Mengenali status, kekuasaan, dan kewenangan sebagai
hambatan dalam komunikasi antara manajer dengan
pegawai.
8.
Memaksimalkan fungsi kelompok dengan memelihara
anggota kelompok tetap dijalurnya, mendorong orang
yang pemalu, mengendalikan orang yang banyak bicara,
dan melindungi yang lemah.
9.
Mencari
keseimbangan
komunikasi
dan
antara
kebutuhan
pilihan
teknologi
sentuhan
manusia,
kepedulian, dan interaksi tatap muka satu banding satu.
Universitas Sumatera Utara
2.2.7.2 Fungsi Manajemen dalam komunikasi interpersonal dan
kelompok
1.
Memahami dan menggunakan jaringan komunikasi formal
dalam organisasi dengan tepat.
2.
Menentukan model komunikasi atau kombinasi model yang
tepat dalam menyebarkan informasi secara optimal dalam
hierarki organisasi.
3.
Menyiapkan komunikasi tertulis yang jelas dan menggunakan
bahasa yang tepat untuk pasien dan penerima.
4.
Berkonsultasi dengan departemen atau disiplin lain dalam
mengkoordinasikan peran dan upaya kelompok yang
tumpang tindih.
5.
Membedakan antara “informasi” dan “komunikasi” dan
dengan
tepat
mengkaji
kebutuhan
pegawai
untuk
mendapatkan keduanya.
6.
Memprioritaskan dan melindungi klien dan pegawai secara
rahasia.
7.
Memastikan bahwa staf dan diri sendiri terlatih dengan baik
dan memanfaatkan alat teknologi komunikasi secara total.
8.
Menggunakan pengetahuan mengenai dinamika kelompok
untuk pencapaian tujuan dan memaksimalkan komunikasi
dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Aplikasi Komunikasi dalam Asuhan Keperawatan
2.2.8.1 Komunikasi saat timbang terima
Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang
jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah
dilakukan dan yang belum, serta respons pasien yang terjadi.
Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama
dengan perawat lainnya, dan menyampaikan kondisi pasien
secara akurat didekat pasien (Nursalam, 2007).
2.2.8.2 Interview/Anamnesis
Anamnesis merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh
perawat kepada pasien saat melakukan pelaksanaan asuhan
keperawatan. Anamnesis dilakukan oleh perawat kepada
pasien, keluarga, dokter, dan tim kesehatan lainnya
(Nursalam, 2007).
Prinsip
yang
perlu
diterapkan
oleh
perawat
pada
komunikasi melalui interview: menghindari komunikasi
yang terlalu formal atau tidak tepat, menghindari interupsi,
menghindari respons dengan hanya “ya” atau “tidak”,
menghindari
melakukan
monopoli
pembicaraan,
menghindari hambatan personal (Nursalam, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.8.3 Komunikasi melalui komputer
Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat, dan
akurat pada manajemen keperawatan saat ini. Data-data
klien di komputer akan mempermudah perawat lain dalam
mengidentifikasi
masa)lah
pasien
dan
memberikan
intervensi yang akurat (Nursalam, 2007).
2.2.8.4 Komunikasi tentang kerahasiaan
Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan
menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada institusi.
Perawat sering dihadauntupkan pada suatu dilema dalam
menyimpan
rahasia
pasien,
disatu
sisi
perawat
membutuhkan informasi dengan menghubungkan apa yang
dikatakan klien dengan orang lain, di lain pihak perawat
harus memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi
tersebut kepada siapa pun (Nursalam, 2007).
2.2.8.5 Komunikasi melalui sentuhan
Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan
metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan
perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat dapat
berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya pasien
Universitas Sumatera Utara
depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam pengambilan
keputusan (Nursalam, 2007).
2.2.8.6 Dokumentasi sebagai alat komunikasi.
Komunikasi yang didokumentasikan mempunyai manfaat,
yaitu dapat digunakan untuk keperluan yang bermanfaat,
mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan
tenaga kesehatan, apa yang sudah dan akan dilakukan
pasien, manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat
dicatat.
2.2.8.7 Komunikasi perawat dan tim kesehatan.
Komunikasi yang baik akan dapat meningkatkan hubungan
professional antar perawat dan tim kesehatan lainnya,
dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan lain-lain. Pengembangan
model praktik keperawatn professional merupakan sarana
peningkatan komunikasi antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
2.2.9 Hambatan-hambatan terhadap komunikasi efektif
Ada tiga hambatan komunikasi dalam organisasi menurut Handoko
(1998), yaitu 1). tingkat hirarki; 2). wewenang manajerial; dan 3).
Spesialisasi.
Universitas Sumatera Utara
1. Tingkat Hirarki
Apabila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang akan
menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus
melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan dan cendrung
menjadi berkurang ketepatannya. Berita yang mengalir keatas atau
ke bawah tingkatan-tingkatan organisasi akan melalui beberapa
“filter” dengan persepsi, motif, kebutuhan, dan hubungan sendiri.
Setiap tingkatan dalam rantai komunikasi dapat menambah,
mengurangi, merubah, atau sama sekali berbeda dengan berita
aslinya.
2. Wewenang manajerial
Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer
dapat mencapai tujuan dengan efektif. Tetapi dilain pihak, pada
kenyataannya bahwa seseorang yang mengendalikan orang lain juga
menimbulkan hambatan-hambatan terhadap komunikasi. Banyak
atasan merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima
berbagai masalah, kondisi, atau hasil yang dapat membuat mereka
tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan menghindari situasi
dimana mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan.
Sebagai hasilnya ada kesenjangan “leveling” antara atasan dan
bawahan.
Universitas Sumatera Utara
3. Spesialisasi
Spesialisasi dapat menciptakan masalah-masalah komunikasi,
dimana cendrung memisahkan orang-orang, bahkan bila mereka
bekerja saling berdekatan.
Manajer juga perlu memperhatikan hambatan-hambatan komunikasi
organisasi antar pribadi, seperti persepsi selektif, status atau
kedudukan komunikator, keadaan membela diri, pendengaran
lemah, ketidaktepatan penggunaan bahasa (Handoko, 1998). Oleh
karena
itu,
hambatan-hamabtan
dalam
organisasi
perlu
diminimalkan atau dihilangkan agar tujuan organisasi dapat
tercapai.
2.2.10
Pedoman Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik dalam organisasi perlu dibina, adapun
pedoman dalam komunikasi yang baik, (Handoko, 1998) adalah
1. Mencari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum
dikomunikasikan.
2. Meneliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.
3. Mempertimbangkan keadaan psikis dan manusia keseluruhan kapan
saja komunikasi akan dilakukan.
4. Mengkonsultasikan dengan pihak-pihak lain, dalam perencanaan
komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
5. Memperhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar
berita selama berkomunikasi.
6. Mengambil kesempatan untuk mendapatkan segala sesuatu yang
membantu atau umpan balik.
7. Mengikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.
8. Memperhatikan konsistensi komunikasi.
9. Melakukan tindakan yang dapat mendorong komunikasi.
10. Menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk
dimengerti tetapi untuk mengerti.
Universitas Sumatera Utara
Download