Uploaded by miaamy414

bismillah seminar anak

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA NEONATAL PADA By. M
DI RUANG ANAK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
KEPERAWATAN ANAK
OLEH KELOMPOK K :
RIA AMYA
FURRY LAWAFATTIEN
SINTYA TRANOVA
ESA AFRIYENI
VONI SANDRA ARIESTA
FEGA DEFRIYANTI
ELVIYANI SAPUTRI
UCI WANDRI MAIYANA
RISKA FADILAH
FITRI YULIA HENDRISA
PROGRAM PROFESI NERS
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga dapat menyelesaikan pembuatan
Laporan Asuhan Keperawatan pada By. M dengan Pneumonia neonatal di ruang
covis perinatologi RSUP DR. M. Djamil Padang
Dalam pembuatan laporan ini banyak hambatan yang di hadapi oleh
kelompok, namun berkat dorongan semua pihak, laporan ini dapat penulis
selesaikan. Maka pada kesempatan ini kelompok ingin menyampaikan ucupan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada pembimbing akademik maupun
pembimbing klinik
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang sehat dan masukanmasukan yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan
laporan ini semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi
kita semua. Amin ya rabbal’alamin.
Padang, 24 Desember 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
i
ii
1
4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
3. Anatomi Fisiologi
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
6. Manifestasi Klinis
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan
9. Pemeriksaan Penunjang
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
5
5
6
10
17
20
22
25
26
28
29
29
33
34
BAB III LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
5. Catatan perkembangan
38
55
57
57
61
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi dan evaluasi
67
69
70
72
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
75
75
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa neonatus merupakan masa yang paling rentan terinfeksi pada
anak (Stoll dan Kliegman, 2011). Salah satu penyakit infeksi yang
merupakan penyebab mortalitas utama pada neonatus adalah pneumonia
(Duke, 2009). Pada neonatus, pneumonia dapat diakibatkan karena proses
yang terjadi dalam kehamilan, ketika proses persalinan, maupun
didapatkan setelah kelahiran (Barnett, 2011).
Patogenesis dari pneumonia sangat terkait dengan sistem imun.
Ketika sistem imun seseorang dalam keadaan baik, patogen penyebab
pneumonia dapat dihancurkan oleh makrofag alveolus (Mandell dan
Wunderink, 2013). Oleh karena itu, pneumonia dapat menginfeksi orang
yang sistem pertahanan tubuhnya lemah atau belum kompeten , misalnya
pada neonatus (Stoll dan Kliegman, 2011). Kemungkinan terinfeksi
pneumonia semakin tinggi jika terdapat faktor risiko yang mendukung, di
antaranya berat lahir rendah (Rudan et al , 2013). Penelitian yang
dilakukan oleh Ying et al (2012) menunjukkan bahwa pneumonia
neonatus berkorelasi dengan berat lahir. Kejadian pneumonia neonatus
diobservasi lebih tinggi pada bayi dengan berat lahir rendah.
Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan
kecacatan yang tinggi diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru
praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di
1
masyarakat (PK) atau didalam rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia
yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru
yang serius dijumpai sekitar 15%-20%. Diperkirakan lebih dari 20%
neonatus menderita pneumonia yang menyokong 30-50% dari total
kematian di negara berkembang. Angka kematian neonatus di Asia
Tenggara dilaporkan 39 per 1000 kelahiran hidup (Juhtisari, 2012).
Di
negara-negara,
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
memperkirakan bahwa hampir 800.000 kematian neonatal terjadi setiap
tahun akibat infeksi pernapasan akut, sebagian besar pneumonia.8
Kematian yang terjadi pada periode neonatal setiap tahun mencapai 41%
(3,6 juta) dari semua kematian pada anak di bawah 5 tahun.9 Angka
kematian neonatal pada penyakit pneumonia berkisar antara 750.000
sampai 1,2 juta kematian dan jumlah kematian saat dilahirkan tidak
diketahui setiap tahunnya. Diperkirakan bahwa 3,9 juta dari 10,8 juta
kematian pada anak-anak setiap tahunnya di seluruh dunia terjadi pada 28
hari pertama kehidupan. Lebih dari 96% dari semua kematian neonatal
terjadi di negara berkembang.
Kejadian infeksi pada neonatus diobservasi lebih tinggi pada usia
kehamilan yang lebih muda dan menurun seiring bertambahnya usia
kehamilan (Puopolo et.al,2011). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
neonatus preterm lebih berisiko mengalami pneumonia dibandingkan
neonatus yang lahir cukup bulan. Pada penelitian tersebut, sebanyak 92%
dari seluruh neonatus yang mengalami pneumonia adalah neonatus yang
lahir preterm. Demam saat proses persalinan juga berpengaruh terhadap
2
kejadian infeksi pada neonatus. Semakin tinggi suhu tubuh ibu ketika
persalinan, risiko terjadinya infeksi pada neonatus semakin tinggi. Data
menyebutkan bahwa peningkatan risiko infeksi dimulai pada suhu 37,5 oC
sampai 38 oC. Selanjutnya, pada suhu lebih dari 38 oC terdapat
peningkatan ekstrim angka kejadian infeksi pada neonatus (Puopolo et
al,2011).
Penyakit infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia pada
neonatus
diketahui dapat menyebabkan displasia bronkopulmonar dan
sekuel lainnya pada neonatus. Respon inflamasi yang terjadi dapat
menyebabkan peningkatan fibronektin sehingga menyebabkan fibrosis,
meningkatkan permeabilitas vaskuler sehingga menyebabkan edema paru,
serta
peningkatan
sekresi
mukus
yang
menyebabkan
obstruksi.
Penanganan yang lambat akan menyebabkan gangguan perkembangan
paru pada neonatus sehingga menyebabkan displasia bronkopulmonar
(Bancalari, 2011).
Menurut hasil penelitian Riskesdas tahun 2007, sebanyak 26% dari
kematian neonatus di Indonesia disebabkan oleh penyakit infeksi berat
seperti pneumonia, meningitis, dan sepsis. Sementara itu, pada data rekam
medis RSUP M. Djamil Padang terdapat 190 neonatus yang didiagnosis
pneumonia dalam rentang 2010 sampai 2012, dengan rincian 24 kasus
pada tahun 2010, 58 kasus pada 2011, dan 108 kasus pada 2012. Sebanyak
82 neonatus meninggal dunia. Dari 190 diagnosis pneumonia neonatus
tersebut, terdapat 69 neonatus dengan diagnosis utama pneumonia, atau
2,78% dari total 2478 neonatus yang dirawat di RSUP M. Djamil.
3
Oleh karena tingginya risiko morbiditas dan mortalitas yang dapat
diakibatkan oleh pneumonia neonatus, serta komplikasi yang ditimbulkan
olehnya, maka kelompok tertarik untuk membahas kasus tentang
penumonia pada di ruang anak RSUP Dr. M.Djamil Padang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui penerapan asuhan keperawatan Pneuminia
Neonatal pada By. M di Ruang Anak RSUP DR. M. Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a.
Melakukan pengkajian pada By. N dengan Pneumonia Neonatal
b.
Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada By. M
dengan Pneumonia Neonatal.
c.
Menyusun intervensi keperawatan pada By. M dengan Pneumonia
Neonatal.
d.
Melaksanakan implementasi keperawatan pada By. M dengan
Pneumonia Neonatal
e.
Melaksanakan evaluasi pada By. M dengan Pneumonia Neonatal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1.
Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran napas bagian bawah.
Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme (
Corwin, 2000 ). Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada
parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi, 2001).
Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan
mungkin
terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan
bagian yang dapat disamakan dengan kumpulan gejala sepsis atau
setelah tujuh hari dan terbatas pada paru-paru. Tanda-tandanya
mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau berlanjut ke arah
syok dan kematian. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta,
aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran (Caserta, 2009).
Pneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang dapat
bersifat local atau sistemik pada parenkim paru. Kelainan patensi
saluran napas serta ventilasi alveolar dan perfusi sering terjadi
karena berbagai mekanisme. Keadaan ini secara signifikan dapat
mengubah pertukaran gas dan metabolisme sel yang menyokong
banyak jaringan dan organ dan berkontribusi terhadap kualitas hidup
seseorang (Nissen DM, 2007)
5
Pada neonatus, agen penyebab infkesi umumnya bakteri
daripada virus. Infeksi ini sering diperoleh pada saat proses
persalinan, dapat berasal dari cairan ketuban atau jalan lahir, tetapi
juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan ventilasi. Tandatanda klinis dan radiografi pneumonia pada neonatal dapat nonspesifik. Kegagalan untuk mengobati pneumonia pada neonatal
dapat mengakibatkan kematian, karena itu semua neonatus
menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan baik itu tanpa sebab
non-infeksi yang jelas harus dipertimbangkan untuk pemberian
antibiotik secara rutin (Boynes, 2003)
2.
Etiologi
Organisme yang penyebab pneumoni bervariasi menurut
kelompok umur. Neonatus sejak lahir sampai usia 3 minggu,
kelompok bakteri pathogen yang umum didapatkan ialah B
streptokokus dan bakteri gram negatif. Infeksi bakteri ini merupakan
penularan yang bersumber dari ibu. Streptococcus pneumoniae
paling sering didapatkan pada bayi berumur 3 minggu sampai 3
bulan. Pada umur 3 bulan sampai umur prasekolah, virus dan
Streptococcus pneumoniae yang paling dominan menyebabkan
pneumonia, sedangkan bakteri lain yang berpotensi termasuk
Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B dan nontypeable strain, Staphylococcus aureus, dan Moraxella catarrhalis
(Sharieff, 2007)
6
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme.
Kecurigaan klinis yang disebabkan oleh agen pathogen dapat
dijadikan petunjuk disamping riwayat penyakit dan pemeriksaan
fisik. Sementara hampir setiap mikroorganisme dapat menyebabkan
pneumonia seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus, jamur, dan
mikobakteri. Usia pada saat terkena infeksi, sejarah eksposur, faktor
risiko terhadap agen patogen, dan riwayat imunisasi semuanya dapat
memberikan petunjuk yang mengarahkan kepada agen yang
menginfeksi. (Domachowske, 2013)
Dalam sebuah studi multicenter prospektif, dari 154 anak
dirawat di rumah sakit dengan Community-acquired pneumonia
(CAP), didapatkan 79% anak
terinfeksi agen patogen. Bakteri
piogenik menyumbang 60% dari kasus, dimana 73% adalah karena
Streptococcus pneumoniae, sedangkan bakteri atipikal pneumoniae
seperti Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydophila pneumonia
terdeteksi masing-masing 14% dan 9%, Sedangkan virus didapatkan
45%. Sebanyak 23% dari anak-anak dapat memiliki penyakit virus
dan bakteri bersamaan akut. Analisis multivariabel menunjukkan
bahwa suhu yang tinggi (38,4 ° C) dalam waktu 72 jam dan adanya
efusi pleura secara bermakna dikaitkan dengan pneumonia bakteri
(Domachowske, 2013)
Pada bayi baru lahir (usia 0-30 hari), beberapa organisme
bertanggung jawab terhadap terjadinya infeksi terutama pneumonia
yang pada akhirnya dapat terjadi sepsis neonatorum dini. Hal ini
7
tidak mengherankan mengingat peran dari genitourinari ibu dan flora
saluran pencernaan merupakan proses yang dapat mengakibatkan
infeksi pada neonatus. Infeksi oleh kelompok B Streptococcus,
Listeria monocytogenes, atau gram negatif batang (misalnya,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae) merupakan penyebab
umum pneumonia bakteri. Agen patogen ini dapat diperoleh di
dalam rahim, melalui aspirasi saat dalam jalan lahir, atau melalui
kontak pascakelahiran dengan orang lain atau peralatan yang
terkontaminasi (Domachowske, 2013).
Grup B Streptococcus (GBS) merupakan bakteri yang paling
umum didapatkan pada tahun 1960-an sampai 1990-an, ketika
dampak kemoprofilaksis intrapartum dalam mengurangi infeksi
neonatal dan maternal oleh organisme ini menjadi jelas, bakteri E
coli telah menjadi yang paling umum didapatkan pada bayi dengan
berat 1500 gr atau kurang, lain organisme bakteri potensial seperti;
Nontypeable Haemophilus influenzae (NTHI), Basil Gram negative,
enterococci, dan Staphylococcus aureus (Domachowske, 2013).
Infeksi oleh bakteri streptokokus Grup B paling sering
ditularkan ke janin dalam rahim, biasanya sebagai akibat dari
kolonisasi vagina dan leher rahim ibu. Agen infeksi kongenital
kronis, seperti CMV, Treponema pallidum (penyebab pneumonia
alba), Toxoplasma gondii, dan lain-lain, dapat menyebabkan
pneumonia pada 24 jam pertama kehidupan. Gambaran klinis
biasanya melibatkan sistem organ lain (Domachowske, 2013).
8
Infeksi virus yang didapat dalam komunitas masyarakat sering
juga terjadi pada pada bayi baru lahir dan jarang pada bayi yang
lebih tua. Virus yang paling sering terisolasi adalah respiratory
syncytial virus (RSV). Antibodi yang berasal dari ibu penting dalam
melindungi bayi baru lahir dari infeksi tersebut. Pada bayi prematur
diduga tidak mendapatkan cukup imunoglobulin transplasenta IgG,
sehingga sangat rentan untuk mendapatkan infeksi (Domachowske,
2013).
Penyebab dari Community-Acquired Pneumonia (CAP)
berdasarkan kelompok usia6
Umur
Penyebab tersering
Penyebab terjarang
Lahir-20 hari
Bacteria Escherichia coli
Bacteria Anaerobic organisms
Group B streptococci
Group D streptococci
Listeria monocytogenes
Haemophilus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Viruses Cytomegalovirus
Herpes simplex virus
3 mgg - 3 bln
Bacteria
Bacteria
Chlamydia trachomatis
Bordetella pertussis
S. pneumonia
H. influenzae type B and nontypeable
Viruses Adenovirus
Moraxella catarrhalis
Influenza virus
Staphylococcus aureus
Parainfluenza virus 1,2,and 3U. urealyticum
9
Umur
Penyebab tersering
Penyebab terjarang
Respiratory syncytial virus Virus Cytomegalovirus
4 Bln – 5 Thn
Chlamydia pneumoniae
Bacteria H. influenzae type B
Mycoplasma pneumoniae
M. catarrhalis
S. pneumonia
Mycobacterium tuberculosis
Viruses Adenovirus
Neisseria meningitis
Influenza virus
S. aureus
Parainfluenza virus
Virus Varicella-zoster virus
Rhinovirus
Respiratory syncytial virus
3.
Anatomi Fisiologi
Perkembangan Struktur Anatomi
10
1. Perkembangan Paru dan dinding dada (2-8 tahun)
2. Proses alveolisasi terus berlanjut melampaui usia bayi
20 – 50 juta alveoli saat bayi lahir
300 juta alveoli saat mencapai usia 8 tahun
3. Peningkatan paralel alveoli dan peningkatan luar permukaan
alveoli
 2,8 m2 saat lahir
 32 m2 saat usia 8 tahun
 75 ,2 m2 pada orang dewasa
1. Anatomi
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan yaitu :
a. Nares Anterior
Adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluransaluran itu bermuara di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum
(rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium bergaris yang
bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah
kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu
bermuara ke dalam rongga hidung (Syaifuddin, 2014).
b. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan
selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke
dalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi epitelium silinder
11
dan sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel
lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan
berlendir. Di atas septum nasalis dan konka, selaput lendir ini
paling tebal, yang diuraikan di bawah. Tiga tulang kerang (konka)
yang diselaputi epitelium pernafasan, yang menjorok dari dinding
lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan
selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara
disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum. Karena
kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya, udara menjadi
hangat, dan karena penguapan air dari permukaan selaput lendir,
udara menjadi lembap (Syaifuddin, 2014).
c. Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan dengan esofagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang
hidung (nasofaring), di belakang mulut (orofaring) dan di belakang
laring (faring - laringeal) (Syaifuddin, 2014).
d. Laring (tenggorok)
Terletak
di
depan
bagian
terendah
faring
yang
memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat
bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar di antaranya
ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan
12
subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu sebelah depan leher.
Laring terdiri atas dua lempeng ataunlamina yang bersambung di
garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan
krikoid terletak dibawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor di
sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang
berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya adalah kedua
tulang rawan aritenoid yang menjulang di sebelah belakang
krikoid, kanan dan kiri tulang rawan kuneiform kornikulata yang
sangat kecil (Syaifuddin, 2014).
e. Trakea (batang tenggorok)
Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebratorakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua
puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang di
ikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa
jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas
epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas
ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus
lainnya yang larut masuk bersama dengan pernafasan dapat
dikeluarkan (Syaifuddin, 2014).
f. Bronkus (cabang tenggorokan)
13
Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah
yang terdapat pada ketinggian vertebratorakalis IV dan V
mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis
sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2
cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang paling kecil
disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli terdapat gelembung
paru/gelembung hawa atau alveoli (Syaifuddin, 2014).
g. Paru-paru
Paru-paru ada dua , dan merupakan alat pernafasan utama.
Paru-paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri
dan ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum.
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks
(puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula
di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai
rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan
luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat
tampuk paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang,
dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung
(Syaifuddin, 2014).
14
2.
Fisiologi
Alveolus adalah suatu kantung udara kecil,bendinding tipis
dan dapat mengembang yang di kelilingi oleh kapiler paru. Alveolus
memiliki satu lapisan sel alveolus tipe 1 yang gepeng, dan jaringan
padat kapiler paru juga memiliki satu lapisan sel. Ruang interstisium
memisahkan udara dalam alveolus dan darah dan udara dalam kapiler
paru. Selain itu, epitel alveolus juga mengandung sel alveolus tipe II
yang berfungsi untuk mengeluarkan surfaktan paru yakni kompleks
fosfolipoprotein yang mempermudah pengembangan paru dan di
dalam lumen kantung udara juga terdapat magrofag untuk pertahanan
tubuh. Pori – pori khon terdapat pada dinding alveolus berfungsi
sebagai tempat aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan
ketika alveolus tersumbat. Proses ini di sebut ventilasi kolateral
(Syaifuddin, 2014).
Menurut (Pearce, 2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau
pernafasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada
waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke
alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveolikapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membran ini dan dipungut oleh haemoglobin sel darah merah dan di
bawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian
tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm
15
Hg dan pada tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen. Didalam
paru-paru CO2, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus
membran alveoler-kapiler dari kapiler-kapiler darah ke alveoli, dan
setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui
hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan
pernafasan pulmoner atau pernafasan eksterna :
a. Ventilasi Pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar
udara dalam alveoli dengan udara luar
b. Arus darah melalui paru-paru
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga
dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
d.
Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan
kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada O2. Semua
proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah
yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2
dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah
datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2 jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam
otak untuk
memperbesar kecepatan dan dalamnya
pernafasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2
dan memungut lebih banyak O2 (Syaifuddin, 2014).
16
4.
Patofisiologi dan WOC
Menurut pengelompokannya, patofisiologi dari pneumonia neonatal
adalah:
a. Transplasenta (Kongenital Pneumonia):
Kuman/agent masuk melalui plasenta
mengikuti sistem
peredaran darah janin (hematogen) sampai ke paru-paru janin
menimbulkan gejala pneumonia yang disebut juga Early Onset
Pneumoni (pada umur 3 hari pertama).
b. Ascending Pneumonia (Post Amnionistis Pneumonia):
Kuman/agent dari flora vagina menular secara ascending
menyebar ke chorionic plate menimbulkan gejala amnionitis
menyebabkan bayi aspirasi dan masuk ke paru-paru.
Predisposisi adalah persalinan premature, ketuban pecah sebelum
persalinan, persalinan memanjang dengan dilatasi serviks, atau
pemeriksaan obstetri yang sering.
c. Transnatal Pneumonia:
Onsetnya berlangsung lambat, proses infeksi selalu terjadi pada
paru-paru dan penyebab terbanyak adalah grup B Streptokokus.
d. Nosokomial Pneumonia:
Pneumonia yang didapat selama perawatan di rumah sakit
dengan factor predisposisi antara lain BBL<1500 gram, dirawat
lama, penyakit dasar berat, prosedur invasif banyak, perawatan
ventilator terkontaminasi (Corwin, 2000)
17
Menurut Suriadi (2001) patofisiologi pada pneumonia dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh
mikroorganisme patogen yaitu virus dan bakteri (Streptococcus
Aureus,
Haemophillus
Influenzae
dan
Streptococcus
Pneumoniae).
b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus,
terjadinya destruksi sel dengan meninggalkan debris cellular ke
dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan
jalan nafas.
c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic
Fibrosis (CF), aspirasi benda asing dan konginetal yang dapat
meningkatkan resiko pneumonia.
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke
dalam tubuh manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen
dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paruparu meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul
panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya
RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi,
edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis
dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya
partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat
(konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal
18
ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya
terjadi hipoksemia.
WOC
Kuman
(bakteri, virus)
Inhalasi mikroba, jamur
mell : udara, aspirasi
Kuman dari
flora vagina
masuk mll plasenta
mll sal nafas menyebar ke paru
masuk ke
Chorionic Plate
secara hematogen masuk
ke paru-paru
Aspirasi
Reaksi Inflamasi hebat
Membran paru meradang dan berlobang
RBC,WBC, cairan
keluar masuk alveoli
Edema, bronkospasme
masuk Paru
Panas
Hipertermi
Dyspnoe, tahipnea
Sianosis
Konsolidasi paru
Sekret
Pola nafas tdk efektif
Bersihan jalan nafas
tdk efektif
Kerusakan pertukaran
gas
Penurunan rasio ventilasi & difusi
Hipoksemia
Gangguan perfusi jaringan
19
5.
Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia Neonatal dapat dibagi menjadi :
a. Intrapartum pneumonia
1) Pneumonia Intrapartum diperoleh selama perjalanan melalui
jalan lahir.
2) Intrapartum pneumonia dapat diperoleh melalui transmisi
hematogenous, atau aspirasi dari ibu yang terinfeksi, atau
terkontaminasi cairan atau dari mekanik, atau gangguan
iskemik dari permukaan mukosa yang telah baru saja
dijajah dengan ibu invasif organisme yang sesuai potensi
dan virulensinya.
3) Bayi yang aspirasi benda asing, seperti mekonium atau
darah, dapat mewujudkan tanda-tanda paru segera setelah
atau sangat segera setelah lahir.
4) Proses infeksi sering memiliki periode beberapa jam
sebelum invasi yang memadai, replikasi, dan respon
inflamasi telah terjadi menyebabkan tanda-tanda klinis.
b. Pneumonia pascalahir
1) Pasca kelahiran pneumonia dalam 24 jam pertama
kehidupan berasal setelah bayi lahir.
2) Pasca kelahiran radang paru-paru dapat diakibatkan dari
beberapa proses yang sama seperti yang dijelaskan di atas,
tetapi infeksi terjadi setelah proses kelahiran.
20
3) Yang sering menggunakan antibiotik spektrum luas yang
dihadapi dalam banyak pelayanan obstetri dan bayi baru
lahir unit perawatan intensif (NICU) sering mengakibatkan
kecenderungan dari bayi untuk kolonisasi oleh organisme
resisten pathogenicity yang tidak biasa. Terapi invasif yang
diperlukan dalam oleh bayi sering menyebabkan mikroba
masuk ke dalam struktur yang biasanya tidak mudah
diakses.
4) Enteral menyusui dapat mengakibatkan peristiwa aspirasi
peradangan signifikan potensial. Selang makanan mungkin
lebih lanjut dapat mempengaruhi gastroesophageal reflux
dan aspirasi pada bayi.
Berikut adalah klasifikasi pneumonia berdasarkan usia tersebut :
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun :
a) Pneumonia berat
1) Bila ada sesak napas
2) Harus dirawat dan diberikan antibiotic
b) Pneumonia
1) Bila tidak ada sesak napas
2) Ada napas cepat dengan laju napas :
a. >50 x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun
b. >40 x/menit untuk anak > 1-5 tahun
3) Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotic oral
c) Bukan pneumonia
21
1) Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
2) Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotic, hanya
diberikan pengobatan simptomati seperti penurun panas
Bayi berusia dibawah 2 bulan:
Pada bayi berusia dibawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitnya
lebih bervariasi, mudah terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan
kematian.
Klasifikasi pneumonia pada kelompok usia ini adalah sebagai
berikut :
a) Pneumonia
1) Bila ada napas cuping cepat (>60 x/menit) atau sesak napas
2) Harus dirawat dan diberikan antibiotik
b) Bukan pneumonia
1) Tidak ada napas cepat atau sesak napas
2) Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.
6.
Manifestasi Klinis
Pneumonia pada nonatal merupakan gangguan pernapasan
pada bayi baru lahir, dengan gejala seperti pernafasan yang bising
atau sulit, Takipnea > 60x/menit, retraksi dada, batuk dan
mendengus. WHO tidak membedakan antara pneumonia neonatal
dan bentuk lain dari sepsis berat, seperti bakteremia, karena gejalagejala yang tampak hamper sama, dan keterlibatan organ dan
pengobatan empirik rejimen yang sama. Takipnea merupakan tanda
yang paling sering didapatkan dalam 60-89% kasus, termasuk tanda
22
lain seperti retraksi dada (36-91% kasus), demam (30-56%),
ketidakmampuan untuk makan (43 -49%), sianosis (12-40%), dan
batuk
(30-84%) (Nissen,2007).
Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik,
seperti malas makan, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan
temperatur, dan keseluruhan kesan bahwa bayi tidak baik. Gejala
pernapasan seperti grunting (mendengus), tachypnea, retraksi,
sianosis, apnea, dan kegagalan pernafasan yang progresif. Pada bayi
dengan ventilasi mekanik, kebutuhan untuk dukungan ventilasi
meningkat dapat menunjukkan infeksi. Tanda-tanda pneumonia pada
pemeriksaan fisik, seperti tumpul pada perkusi, perubahan suara
napas, dan adanya ronki, radiografi thorax didapatkan infiltrat baru
atau efusi pleura. Tanda akhir pneumonia pada neonates tidak
spesifik seperti apnea, takipnea, malas makan, distensi abdomen,
jaundice, muntah, respirasi distress, dan kolaps sirkulasi (Stoll.
2011)
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat
berat penyakit Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
a. Tachypnea (laju pernafasan >60 kali/menit).
b. Dengkur ekspirasi mungkin terjadi.
c. Perekrutan otot aksesori pernapasan, seperti cuping hidung dan
retraksi di subcostal, interkostal, atau situs suprasternal, dapat
terjadi.
23
d. Sekresi saluran napas dapat bervariasi secara substansial dalam
kualitas dan kuantitas, tetapi yang paling sering sedalamdalamnya dan kemajuan dari serosanguineous untuk penampilan
yang lebih bernanah,
putih, kuning, hijau, atau perdarahan
warna dan tekstur krim atau chunky tidak jarang terjadi. Jika
aspirasi mekonium, darah, atau cairan properadangan lainnya
dicurigai, warna dan tekstur lain bisa dilihat.
e. Rales, rhonchi, dan batuk adalah semua diamati lebih jarang
pada bayi dengan radang paru-paru daripada individu yang lebih
tua.
Jika ada, mereka mungkin disebabkan oleh proses
menyebabkan peradangan, seperti gagal jantung kongestif,
kondensasi dari gas humidified diberikan selama ventilasi
mekanik, atau tabung endotracheal perpindahan.
Meskipun
alternatif penjelasan yang mungkin, temuan ini akan dimintakan
pertimbangan cermat pneumonia dalam diagnosis diferensial.
f. Sianosis
pusat
jaringan,
menyiratkan
deoxyhemoglobin
konsentrasi sekitar 5 g/dL atau lebih dan konsisten dengan
kerusakan pertukaran gas dari disfungsi paru berat seperti
radang paru-paru, meskipun penyakit jantung bawaan struktural,
hemoglobinopathy,
polisitemia,
dan
hipertensi
pulmonal
(dengan atau tanpa parenkim terkait lainnya penyakit paru-paru)
harus dipertimbangkan.
g. Peningkatan pernapasan seperti peningkatan menghirup oksigen
konsentrasi, ventilasi tekanan positif, atau tekanan saluran udara
24
positif terus menerus umumnya diperlukan sebelum pemulihan
dimulai.
h. Bayi dengan pneumonia dapat bermanifestasi asimetri suara
napas dan dada
yang menyatakan kebocoran udara atau
perubahan emphysematous sekunder obstruksi jalan napas
parsial.
Selain gejala klinis di atas, dapat juga muncul gambaran
klinis APGAR Score rendah, segera setelah lahir terjadi distress
nafas, perfusi perifir rendah, letargi, tidak mau minum, tidak mau
minum, distensi abdomen, suhu tidak stabil, asisdosis metabolik,
DIC.
7.
Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis,
perikarditis purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner
seperti mengitis purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi
tersering yang terjadi pada pneumonia bacteria (Stoll. 2011).
Ilten F, dkk melaporkan mengenai komplikasi miokarditis
(tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase
meningkat, dan gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri
pneumonia anak berusia 2-24 bulan.
Oleh karena miokarditis
merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan
deteksi dengan teknik noninavasif seperti EKG, ekokardiografi, dan
pemeriksaan enzim (Stoll. 2011).
25
8.
Penatalaksanaan
WHO merekomendasikan penggunaan ampicillin (50mg/kg)
setiap 12 jam dalam minggu pertama kehidupan, kemudian pada
umur 2-4 minggu diberikan tiap 8 jam, ditambah dengan dosis
tunggal gentamicin. Pengobatan lini pertama dapat diberikan
ampicilin seperti benzylpenicillin atau amoxicillin, sedangkan
gentamicin seperti amikasin atau tobramycin. Jika bakteri S. Aureus
yang
didapat,
dengan
resisten
terhadap
penicillin
seperti
flucloxacillin atau cloxacillin maka harus diganti dengan ampicillin
(Nissen, 2007).
Dalam sebuah percobaan acak pada bayi Kenya, pemberian
sehari sekali gentamicin dengan dosis loading 8 mg/kg, pada bayi <
2 kg diberikan 2 mg/kb, sedangkan pada bayi > 2 kg diberikan 4 mg
dalam minggu pertama kehidupan. Pemberian 4 mg/kg pada bayi
yang berat < 2 kg atau 6 mg/kg dengan berat > 2 kg dalam minggu
kedua tau lebih. Jika bayi tidak berespon terhadap pemberian
antibiok lini pertama, WHO merekomendasikan untuk mengganti
antibiotic dengan generasi ketiga cephalosporin atau kloramfenikol
terutama pada bayi yang tidak premature dan level obat dapat di
monitor (Nissen, 2007).
Prinsip-prinsip umum pengobatan serupa dengan anak, yaitu
hidrasi, anti-pyretics dan ventilasi dukungan jika diperlukan. Pada
bayi yang berumur kurang dari 1 bulan jika penyebabnya bakteri
dapat diberikan ampicillin 75-100 mg/kg/hr dan gentamicin 5 mg/kg,
26
untuk umur 1-3 bulan dapat diberikan Cefuroxime 75–150 mg/kg/hr
atau co-amoxiclav 40 mg/kg/hari. Sedangkan pada umur lebih dari 3
bulan diberikan Benzylpenicillin atau erythromycin, jika tidak
berespon segera ganti dengan cefuroxime atau amoxicillin (Sutton,
2003)
Pengobatan pendukung pada pneumonia non bakteri, jika
penyebabnya Chlamydia dan mycoplasma harus diterpi dengan
erythromycin 40–50 mg/kg/hari dan diberikan peroral. Jika
pneumonia yang disebabkan oleh pneumocystis carinii dapat
diberikan co-trimoxazole 18–27 mg/kg/hr (Stack, 2003)
Prioritas awal pada anak dengan pneumonia meliputi
identifikasi dan pengobatan gangguan pernapasan, hipoksemia, dan
hiperkarbia. Mendengus, melebar, tachypnea parah, dan retraksi
harus meminta dukungan pernapasan langsung. Anak-anak yang
berada dalam kesulitan pernapasan yang parah harus menjalani
intubasi trakea jika mereka tidak mampu untuk mempertahankan
oksigenasi atau mengalami penurunan tingkat kesadaran (Bannet,
2013)
Amoksisilin digunakan sebagai agen lini pertama untuk anakanak dengan pneumonia komunitas tanpa komplikasi, Generasi
kedua atau ketiga dari sefalosporin dan antibiotik macrolide seperti
azitromisin merupakan alternatif yang bisa diterima. Pada pasien
rawat inap biasanya diobati generasi sefalosporin intravena, dan
seringkali dikombinasikan dengan macrolide (Bannet, 2013).
27
Pneumonia Influenza A yang sangat parah atau bila terjadi
pada pasien berisiko tinggi dapat diobati dengan oseltamivir atau
zanamivir. Pneumonia Virus Herpes Simplex diobati dengan
asiklovir parenteral, sedangkan Infeksi jamur invasif, seperti yang
disebabkan oleh Aspergillus atau spesies Zygomycetes, dapat
diberikan amfoterisin B atau vorikonazol (Bannet, 2013).
Amoxicillin dapat digunakan sebagai terapi lini pertama,
pada bayi dan anak yang diduga pneumonia rigan sampai sedang.
Pemberian amoxicillin efektif pada bakteri pathogen invasive
streptococcus pneumoniae. Ampicillin or penicillin G dapat juga
diberikan pada bayi dan usia sekolah. Terapi empiris dengan pemberian
cephalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone atau cefotaxime pada
bayi dan anak yang dirawat di rumah sakit dengan riwayat imunisasi
yang tidak lengkap (Bradley, 2011)
9.
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) :
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial),
menunjukkan
multiple
abses/infiltrat,
empiema
(Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial),
penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
b. Pemeriksaan laboratorium:
1) DL, Serologi, LED: leukositosis menunjukkan adanya
infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED
biasanya meningkat.
28
2) Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun, bilirubin biasanya
meningkat.
3) Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat
hipoksia dan kebutuhan O2.
4) Pewarnaan
Gram/Cultur
sputum
dan
darah:
untuk
mengetahui oganisme penyebab.
5) Analisa cairan lambung, bila leukosit (+) menunjukkan
adanya inflamasi amnion (risiko pneumonia tinggi).
c. Pemeriksaan fungsi paru-paru :volume mungkin menurun,
tekanan saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara
menurun dan hipoksemia (Stoll. 2011).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat,
agama, tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama
Biasanya keluarga klien mengeluhkan bayi malas menyusui, suhu
bayi naik turun dan pernapasan bayi yang tampak cepat.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
29
Biasanya bayi malas menyusui, suhu bayi naik turun dan pernapasan
bayi yang tampak cepat, terdapat sianosis, terdapat retraksi dinding
dada dan adanya ronki.
d. Riwayat Kehamilan Sekarang
1.
Riwayat antenatal: pemeriksaan selama hamil (ANC), hari
pertama haid terakhir (HPHT), tapsiran partus (TP).
2.
Riwayat intranatal: perdarahan, ketuban pecah, gawat janin,
demam, keputihan, riwayat terapi.
3.
Riwayat penyakit ibu: DM, Asma, Hepatitis B, TB, Hipertensi,
jantung dan lainnya.
4.
Riwayat persalinan: cara persalinan (spontan, section, forceps)
dan indikasinya
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
bayi
dapat
dilakukan
segera
setelah
status
kardiovaskuler aman dan secara berkala.
a) Penampilan umum
1) BB <1500 gram, akan berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh >
10 %, biasanya akan naik kembali setelah hari ke 8-12.
2) PB <46 cm.
3) Suhu klien biasanya tidak stabil naik turun (suhu normal 36,537,5 0C).
b) Kepala
1) Ukur : lingkar kepala
30
2) Periksa adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel
anterior dan posterior.
3) Periksa bentuk telinga.
4) Simetris tidaknya wajah.
5) Periksa mata : bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya,
adanya perdarahan.
6) Periksa mulut : bibir, palatum, lidah, gigi.
7) Periksa hidung : septum, simetris atau tidak.
8) Periksa leher : Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang
baik, Pergerakan otot.
c) Kulit
1) Vernix caseosa
2) Lanugo
terutama
diwajah,
bahu
(lebih
banyak
pada
premature)
3) Warna kulit (biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu
badan akan semakin merah jika bayi menangis), adanya
bintik-bintik, deskuamasi, kering.
4) Bercak meconium pada kulit, tali pusat, kuku jari.
5) Cairan amnion, bau.
6) Cari adanya jaundice dengan menekan kulit, maka warna
kuning akan lebih jelas.
d) Dada
31
1) Diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter
transversa (diameter diukur sedikit diatas putting), lebih
pendek daripada abdomen.
2) Pembesaran payudara, witch’s milk.
3) Palpasi/auskultasi PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160
x/menit) dan murmur.
4) Karakteristik respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap
sisi dada, frekuensi >60 x/menit (dad dan perut bergerak
bersama, hitung 1 menit penuh), periode apnea.
e) Abdomen
1) Bentuk : simetris/tidak
2) Bising usus : ada/ tidak
3) Kelainan : cekung/cembung
4) Tali Pusat, pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.
f)
Neurologik
1) Tonus otot.
2) Reflek : moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek,
walking reflek, rooting reflek, sucking reflek.
g) Kelamin
1) Bayi perempuan , labia mayora/minora, sekresi vaginal,
kelainan, Anus.
2) Bayi laki-laki, scrotum, testis, penis, kelainan.
h) Punggung
32
1) Adanya benjolan atau defek yang lain ( bayi harus
ditengkurapkan )
i)
Ektremitas
1) Kelengkapan jari, adanya sindaktili dan polidaktili.
2) Bentuk ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi
lutut, dan gerakannya dengan menekuk kedua paha kekanan
kiri abdomen.
j)
Penilaian APGAR Score
APGAR
Pemeriksaan
Appearance/warna
kulit
Inspeksi
Pulse/denyut jantung
Auskultasi jantung
Grimace/
reflek
Menghisap atau
iritabily
rangsang lain
0
Biru/pucat seluruh
tubuh
Tidak terdengar
1
Badan merah,
ekstremitas biru
< 100 x/menit
Tidak ada respon
Menyeringai
Fleksi
ekstremitas
Activity/ tonus otot
Inspeksi
Lemah
Respiration/pernafasan
Total score : 0-3
Tidak ada gerakan
Inspeksi
pernafasan
: asfiksia berat
4-6
: asfiksia sedang
7-10
: asfiksia ringan
2.
Menangis lemah
atau merintih
2
Semua merah
> 100 x/menit
Menangis keras
Gerak aktif
Gerakan
pernafasan kuat/
menangis kuat
Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme
2) Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
4) Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar
kapiler
5) Gangguan perfusi jaringan b.d hipoksia
33
3.
Intervensi keperawatan
N
DIAGNOSA
O
KEPERAATAN
1
Bersihan
jalan Respiratory
status Respiratory status
nafas
tidak ventilation

efektif
b.d
sekresi
yang
NOC

tertahan
NIC
untuk istirahat dan
n batuk efektif dan
nafas dalam
pasien
Menegakkan jalan
memaksimalkan
nafas yang paten
ventilasi

Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Mamp

Keluarkan
secret
dan
mencegah
dengan batuk atau
faktor
penyebab
suction

(1/3)

Posisikan
untuk
mengidentifikasi


bersih (1/3)
(1/3)

pasien
Mendemonstrasika
suara nafas yang

Anjurkan
Auskultasi
suara
Saturasi O2 dalam
nafas, catat adanya
batas normal (1/3)
suara tambahan
Foto thorax dalam

batas normal (1/3)
Monitor
status
hemodinamik

Berikan
pelembab
udara dengan kasa
basah Nacl lembab
34

Berikan
antibiotik
sesuai order

Monitor respirasi O2

Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan secret
2
Pola nafas tidak Airway management
efektif
b.d

hiperventilasi

Posisikan
Airway management
pasien

semi fowler (1/3)
memaksimalkan
Auskultasi
suara
potensial ventilasi
nafas,catat
hasil
penurunan
daerah

adanya
suara
Memonitor
kepatenan
ventilasi atau tidak

Untuk
nafas

Memonitor respirasi
adventif (1/3)
dan
Monitor pernafasan
oksigen
dan status oksigen
jalan

yang sesuai (1/3)
keadekuatan
Memonitor keadaan
pernafasan klien

Mengetahui adanya
pada sumbatan jalan
nafas

Menjaga
aliran
oksigen mencukupi
kebutuhan pasien
35
3
Kerusakan
pertukaran
b.d
Respiratory status :
Respiratory status:

gas Airway patency
perubahan

Posisikan
pasien
Mampu
untuk
membran
mengeluarkan
memaksimalkan
alveolar kapiler
secret (1/3)
ventilasi udara


Pernafasan normal
dada
Irama
kebutuhan
pernafasan

sesuai
Keluarkan
dengan
Kedalaman
inspirasi

Lakukan terapi fisik
16-20 x/I (1/3)
teratur (1/3)


batuk
normal
(1/3)
dengan
Oksigenasi pasien
saction
adekuat (1/3)

secret
melakukan
efektif atau
ventilasi
Catat dan monitor
pelan,
dalamnya
pernafasan dan batuk

Berikan
treatment
sesuai kebutuhan

Resulasi
intake
cairan
untuk
mencapai
keseimbangan cairan

Monitor
respiratory
36
status
dan
oksigenasi
37
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS
Tanggal masuk ruang rawat
: 4 oktober 2018
Jam masuk
: 13.00 WIB
Ruang rawat
: Covis perinatologi
Tanggal Pengkajian
: 8 oktober 2018
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
1. Nama (inisial)
: By. M
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Tanggal lahir
: 4 oktober 2018
4. No. MR
: 01.02.91.40
5. BB / PB
: 2900 / 45 cm
6. Diagnosis Medis : pneumonia neonatal
B. Identitas Penanggung Jawab
Ibu
Nama (inisial)
: Ny. M
Ayah Nama (inisial)
: Tn. M
Umur sekarang: 34 th
Umur sekarang
: 42 th
Perkawinan ke : 1
Perkawinan ke
:1
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Bungus, teluk
Alamat
: Bungus
Kabung
T. Kabung
38
C. Keluhan Utama
By. M merintih sejak lahir, By.M sesak nafas sejak lahir
D. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan BBLC 2900 Gram dan panjang badan 49 cm, lahir
SC dengan indikasi KPD, klien cukup bulan, ketuban bewarna kehijauan.
Klien merintih sejak lahir, sesak nafas, ada kebiruan menghilang dengan
oksigen, demam kejang tidak ada, injeksi vitamin K sudah diberikan.
Pada saat pengkajian tanggal 8 Oktober 2018 di dapatkan data bahwa
by.M masih tampak sesak, by.M masih terpasang O2 1 liter dan By.M
masih dirawat dalam inkubator, tampak pernapasan cuping hidung dan
retraksi dinding dada masih tampak.
E. Riwayat Kelahiran yang sebelumnya
N
o
Tahun
kelahiran
Jenis
kelamin
1
2011
Laki-laki
2
2018
Laki-laki
Berat
berat
lahir
3100
gr
2900
gr
Keadaan
bayi
Sehat
Neonatal
pneumonia
F. Riwayat kehamilan sekarang
G2P1A0H1
Presentasi bayi
: Kepala
Pemeriksaan antenatal
: (√ ) Teratur
( ) Tidak teratur
USG Ibu
:
Hari pertama haid terakhir
: 03 – 01 - 2018
39
Komplikasi
Penyakit
kehamilan
saat
/
hamil
persalinan
Tidak
Tidak ada
ada
Tidak ada
Tidak
ada
Jenis
persalinan
Sc
Sc
Taksiran partus
: 10- 10 - 2018
Penyakit selama hamil
: ( - ) Anemia
( - ) Diabetes
( - ) Hipertensi
( - ) Penyakit
( - ) Tuberkulosis
( - ) Sifilis
Jantung
( ) Dan lain-lain (Tidak ada)
Komplikasi kehamilan
: ( - ) Perdarahan
( - ) Infeksi
( - )Preeklamsia
( - ) Disproporsi
( ) Dan lain-lain (Tidak ada)
Pemeriksaan terakhir waktu hamil
:
 Golongan darah ibu
:A
 HB
: 10 gr/dl
 Leukosit
: 11.280/mm3
 Gula Darah
: 50 mg/dl
 Urine Lengkap
: 300 mg/dl
Kebiasaan ibu saat hamil
 Anamnesis makanan
: Tidak ada
 Obat yang dimakan
: Vitamin C
 Merokok
: Tidak ada
 Minum jamu
: Tidak ada
 Lain-lain
:
G. Riwayat Persalinan
Berat badan ibu
: 61 kg
Tinggi badan ibu
: 159 cm
40
: (√ )Rumah sakit ( )Klinik bersalin
Persalinan di
Lain-lain
Dipimpin oleh
: (√ )Dokter
Jenis Persalinan
: Sc
Indikasi
: perdarahan
Lama persalinan
: 30 menit
Komplikasi persalinan
: Anemia
Medikasi saat persalinan
: Tidak diketahui
Lama ketuban pecah
: 12 jam
Kondisi air ketuban
: air ketuban pecah dini
Warna air ketuban
: Kehijauan
( ) Bidan
H. Keadaan Bayi Saat Lahir
Lahir tanggal : 4 Oktober 2018
Jam
: 09.00 WIB
Jenis Kelamin: laki-laki
(√ ) : kelahiran tunggal
( ) : Kelahiran Kembar / multiple
Plasenta
- Berat
: 500 gr
- Ukuran
: Diameter 17 cm dan tebal plasenta 2 cm
- Kelainan
: tidak ada kelainan
Tali pusat - Panjang
: 50 cm
- Jumlah pembuluh darah : 3 pembuluh darah
- Kelainan
: tidak ada kelainan
Penilaian bayi dengan APGAR SCORE
41
Jumlah Nilai
Tanda
0
1
2
Frek jantung
Tidak ada
<100
>100
Usaha napas
Tidak ada
Lambat
Menangis
Menit
Menit
ke-1
ke-5
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
kuat
Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas
sedikit fleksi
Refleks
Tidak
bereaksi
Warna
Gerakan
aktif
Gerakan
Reaksi
sedikit
Biru/pucat
melawan
Tubuh
kemerahan
Kemerahan
dan
kaki biru
Keterangan :
: penilaian 1 menit setelah lahir
: penilaian 5 menit setelah lahir
I. Riwayat Resusitasi
Tidak ada
J. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Tidak ada karena bayi segera di masukkan kedalam ruang covis
K. Pemeriksaan Fisik Neonatus
Umur
: 6 hari
Usia Gestasi :
Panjang : 49 cm
Berat
: 2900 gr
Suhu
: 37,4 0C
42
39
minggu
Bentuk kepala
: Bulat
Kepala
: Normocephal
Ubun-ubun
Besar : 4.5 cm
Kecil : 0.5 cm
Sutura : normal
Wajah
: Simetris, mata By. M segaris dengan telinga,
hidung berada pada garis tengah, mulut garis
tengah wajah
Mata
: tidak terdapat ptosisi atau edema. Sklera tidak
ikterik, konjungtiva merah muda dan refleks
mengedip ada
Hidung
: Posisi hidung berada pada garis tengah, adanya
pernapasan cuping hidung
Telinga
: telinga berada garis lurus dengan mata, kulit
telinga tidak kendur, pembentukan tulang rawan
dan terbentuk dengan kokoh
Leher
: rentang pergerakan sendi leher By. M bebas,
bentuk simetris dan pendek, tidak ada tampak
pembesar pada leher bayi.
Sistem Neurologi
43
Kesadaran
Refleks
: compos mentis
: palmar (menggenggam) (+), Moro (terkejut) (+),
Sucking (Menghisap) (+), Rooting (+) dan
Babinski (+)
Kejang
: tidak ada
Sistem Kardiovaskuler
Jantung
: DJ 130 x/i
Sirkulasi
Sianosis
: tidak ada
Pucat
: tidak ada
CRT
: < 3 detik
Akral
: hangat
Sistem Respirasi
Pergerakan
: asimetris
Pernapasan
: frekuesi 62 x/i
Adanya pernapasan cuping hidung dan retraksi
dinding dada
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: brankovesikuler
Ronchi
: tidak ada
Wheezing
: tidak ada
Saturasi O2
: 97 %
Penggunaan alat bantu nafas : ada
44

Jenis Ventilasi
:-

PEEP
:-

FIO2
:-

Pernapasan setting : -

PIP
:-

Inspirasi time
: 0.5 detik
DOWN SCORE
Nilai
0
1
Frekuensi napas
< 60 menit
60-80 x/menit
Retraksi
Tidak ada
Sianosis
Tidak ada
Air entry (udara masuk)
Ada
Merintih
Tidak ada
v
v
v
2
Retraksi ringan
v
v
v
>80 x/menit
Retraksi berat
Hilang dengan O2
Menetap dengan 02
Menurun
Tidak terdengar
Terdengar
stetoskop
dengan Terdengar tanpa alat
bantu
Sistem Integumen
Warna kulit
: kemerahan
Verniks kaseosa
: sudah tidak ada vernik kaseosa yang tertinggal di kulit
bayi
Lanugo
: Masih tedapat sedikit lanugo yang tersebar pada tubuh
bayi
45
v
Jaundice
: Tidak terdapat jaudice pada bayi dimana warna kulit bayi
berwarna kemerahan
Mottled
: tidak terdapat mottled pada kulit bayi
Sianosis umum
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Turgor
: baik / elastis
Sistem Gastrointestinal
Mulut
: Mukosa bibir kering dan warna bibir bayi agak pink, dan
lidah bayi
Tenggorokan
: Tidak terdapat labio ataupun palatoskizis pada By. M
Lidah
: Berwarna pink bersih tidak ada bercak putih
Abdomen
Residu lambung
: Tidak ada
Asites
: Tidak ada
Kembung
: Tidak ada
Distensi
: Tidak ada
Bising usus
: Terdapat bising usus
Limpa
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Umbilikus
: Masih terdapat tali pusar dengan sudah hampir lepas
dengan warna coklat tua
Hernia
: tidak terdapat tonjolan pada umbilikal By. M
Lingkar perut
: 38 cm
Genitalia
Laki-laki
: tidak ada kelainan, kondisi testis sudah turun ke skrotum
46
Kebutuhan Nutrisi, Cairan, dan Eliminasi


Nutrisi
jenis makanan
: ASI
frekuensi makan
: 8 x/hari 60 cc/ 3 jam melalui oral
terpasang OGT
: tidak ada
produksi OGT
: tidak ada
Cairan
Total kebutuhan cairan :
480 cc ml/hari
Jenis cairan yang diberikan : ASI
Balance cairan : intake – output
IWL : BBS (kg) x konstanta IWL = 2.9 kg x 20 = 58 ml/jam
(IVFD+oral) – (urine+IWL) : 480 – (410 + 58) = 12

Eliminasi
Anus : Ada
Keluar mekonium : Tidak
Defekasi : (√) via anus (4 x/hari) frekuensi
( - ) stoma Konsistensi
Karakteristik feses
( - ) hijau
( - ) cair
( - ) lain-lain
( - ) terdapat darah
(√ ) dempul
Urin
(√) spontan
47
( - ) kateter urin
( - ) kolostomi
Kelainan : (√) tidak ada ( ) ada, sebutkan
Diuresis : 410 cc/24 jam
Sistem muskuloskeleteal
Tonus : (√ ) cukup aktif
( - ) kurang
Kelainan tulang : (√) tidak ada
( - ) ada, sebutkan
Gerakan bayi : (√) bebas
( - ) terbatas, sebutkan
Spina bifida : ( - ) tidak ( - ) ya
Ukuran umum
Lingkar kepala : 32cm
Lingkar dada : 33cm
Lingkar perut :
38 cm
Lingkar lengan : 11,5 cm
Panjang lengan :
17 cm
Panjang tungkai : 20cm
Jarak kepala ke symphisis :
29
cm
Jarak symphisis ke kaki :
20
cm
L. Aktivitas tidur – bangun
Variabel
2
Saturasi
O2
(90%)
Denyut nadi
(x/mnt
Perilaku tidur
terjaga:
4
6
8
Menit ke
10
12 14 16 18 20
22 24 26 28 30
91%
95%
96%
151
48
155
150
√
1. Tidur
tenang
tenang
2. Tidur aktif
√
√
√
3. Mengantuk
4. Terjaga
tenang
5. Terjaga
aktif
6. Menangis
√
√
√
√
√
√
√
√
√
M. kenyamanan
Pencetus ketidaknyamanan
: sesak nafas
Reaksi
: Menangis
Penalataksanaan oleh perawat : Pemberian oksigen
N. Hubungan orang tua dan bayi
Aktivitas
Ibu
Menyentuh
Menggendong/ KMC
Berbincang
√
Kontak mata
√
Memanggil nama
√
 Beri tanda centang (√) jika aktivitas dilakukan
O. Pemeriksaan penunjang
Ayah
√
√
√
 Pemeriksaan Darah Rutin
Tanggal : 7 oktober 2018
Jenis pemeriksaan
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit
4. Trombosit
5. Eritrosit
6. Hematokrit
7. Retikulosit
8.
Hasil
15 g/dl
56 %
39.000 /mm3
225.000 / mm3
5,6 juta
57 %
3,7%
49
Nilai Rujukan
16,5-21,5 g/dl
40-68 %
9000- 37.000 / mm3
150.000-450.000 /
mm3
4,1 – 6,1 juta
48 – 60 %
1,5 – 5,0 %
√
√
9.
10.
 Pemeriksaan AGD
Jenis
pemeriksaan
AGD
1. PH
2. PaCO2
3. PaO2
4. HCO2
5. SaO2
6. BE
7. NA
8. K
9. Ca
10. CI
Tanggal
05-10-2018
7.32 g/dl
45 mmHg
90 mmHg
Hasil
Tanggal
9-10-2018
7.1 g/dl
47 mmHg
85 mmHg
Nilai Normal
Tanggal
10- 10- 2018
7.4 g/dl
44 mmHg
85 mmHg
7.35 – 7.45 g/dl
35 – 45 mmHg
80 – 100 mmHg
97 %
2 mmol / L
98%
1 mmol/l
97%
1 mmol/l
95 – 100 %
-2 – 2
P. Terapi Medikasi

Vitamin K 1 x 1 mg (IM)

ampisilin sulbactam 2 x 145 mg (IV)

gentamisin 1 x 15 mg (IV)
Q. riwayat Alergi
Alergi :
Ya
√
Tidak
Tidak
tau
Bila Ya

Alegi obat, sebutkan : Tidak ada

Alergi makanan, sebutkan : Tidak ada

Alergi lainnya, sebutkan : Tidak ada
Gelang tanda alergi terpasang (warna merah) :
50
Ya
√
R. Penilaian usia kehamilan/ Ballard score
51
S. skrining Nyeri
Nursing Comfort Measure (NCM)
Kategori Fisik
Postur
Pola tidur
Ekspresi
Menangis
Warna kulit
Skor

Fleksi dan atau tegang
2

Ekstensi
1

Gelisah atau tidak
2

Tenang
0

Meringis
2

Mengerutkan dahi
1

Ya
2

Tidak
0

Pucat
: 2
Nilai
0
2
Kebiruan/kemerahan

Merah muda
0

Apneu
2

Takipneu
1

Fluktuatif
2

Takikardia
1

Desaturasi
2

Normal
0

Hipo/ Hipertensi
2

Normal
0
0
Fisiologis
Respirasi
Denyut jantung
Saturasi
Tekanan darah
52
1
0
0

Persepsi
2
Nyeri
0
perawat
Total nilai
3
Keterangan :
Dibutuhkan intervensi apabila : < 5 : Nursing comfort measure (NCM)
>5
: NCM dan paracetamol
>10
:
NCM,
paracetamol
dan
obat
penenang
T. Skrining Risiko Cedera/ Jatuh
( √ ) Ya
( ) Tidak
jika Ya, gelang risiko jatuh (warna kuning) dipasangkan pada pasien, dan
segitiga (warna kuning) digantung tempat tidur pasien.
U. Skrning Trauma Kulit
Parameter
Usia gestasi
Status mental
Kriteria
Skor
< 28 minggu
4
28 minggu -< 33 minggu
3
33 minggu- 38 minggu
2
>38 minggu
1
Tidak berespon terhadap stimulus
4
Hanya berespon pada nyeri
3
Letargi/ apatis
2
53
Nilai
1
Mobilisasi
Sadar dan aktif/ compos mesntis
1
Tidak mampu bergerak
4
Bergerak sedikit dengan bantuan
3
Bergerak sedikit tanpa bantuan
2
Bergerak aktif
1
1
Dalam radiant warmer dengan 4
4
plastic transparan
Dalam radiant warmer tanpa plastic 3
Aktifitas
transparan
Dalam a double wallet issolette/ 2
incubator 2 jendela
Dalam box terbuka
1
Nutrisi hanya diberikan melalui 4
intravena
Nutrisi
Mendapatkan
nutrisi
melalui 3
gastric tube ( susu formula/asi) dan
cairan itravena
Mendapatkan
nutrisi
melalui 2
gastric tube
Bayi dapat menyusu langsung atau 1
menggunakan botol setiap kali
minum
Kulit bayi selalu lembab. linen 4
sering diganti
54
1
Kulit bayi selalu lembab. linen 3
Kelembaban
sering diganti minimal setiap shift
Kulit
bayi
selalu
lembab. 2
2
membutuhkan pergantian ekstra
linen minimal sekali sehari
Kulit
bayi
membutuhkan
biasanya
kering, 1
pergantian
linen
hanya sekali sehari
9
Total nilai
II. ANALISA DATA
No
2.
Data penunjang
Masalah
DS -
Gangguan
DO
pertukaran
-
N : 153 x/ i
-
RR : 62 x/i
-
Etiologi
Woc singkat
hiperventilasi
Pneumonia
Infeksi saluran
pernapasan
gas
Pelepasan
Histamine,
prostaglandin
Pernapasan bayi
cuping hidung
-
AGD :
Dilatasi
pembuluh darah
Ph : 7.1 g/dl
PaCO2
:
47
Eksudasi
plasma masuk
alveoli
mmHg
Gangguan
55
difusi dalam
kapiler alveoli
3.
DS. -
Pola
DO
tidak efektif
-
By.
nafas ekspirasi paru
M
yang
efektif
Pneumonia
tidak
Infeksi saluran
nafas
terpasang
Pelepasan
histamin dan
prostaglandin
oksigen 1 liter
-
RR 62 X/Menit
-
By. M gelisah
-
Adanya retraksi
Dilatasi
pembuluh darah
dinding dada
-
Eksudat plasma
masuk alveoli
Adanya cuping
hidung
Edema alveoli
Tekanan
dinding dada
3
DS:-
Resiko
DO:
infeksi
-
Leukosit
:
Pemotongan
tali pusar pada
bayi
39.000 /mm3
-
By.
M
Pemenuhan
paru menurun
Adaptasi bayi
baru lahir
baru
Terdapat luka
terbuka pada
lahir 4 hari yang
56
lalu
tali pusat
-
Hb : 15 mg/dl
-
Tali
pusar
belum
lepas
dari
Bayi memiliki
imun yang
belum
sempurna
umbilicus
Peningkatan
resiko infeksi
bayi
III. Diagnosa Keperawatan
No
1
Diagnosa Keperawata
Kerusakan pertukaran gas b.d
Tanggal
Muncul
9-10-2018
paraf
Tanggal
teratasi
10-10-2018
Paraf
transportasi oksigen
2
Pola nafas tidak efektif b.d
8-10-2018
9-10-2018
8-10-2018
10-10-2018
sindrom hiperventilasi
3
Resiko infekis
IV. Intervensi Keperawatan
N
DIAGNOSA
O
KEPERAWATA
NOC
NIC
N
2
Pola nafas tidak Status pernafasan:
Manajemen jalan nafas
efektif

sindrom
hipoventilasi
b.d kepatenan jalan nafas

57
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
Frekuensi
pernafasan (N)
Posisikan

Auskulatasi suara nafas, catat

Irama

(N)



adanya suara tambahan
pernafasan
Lakukan saction
Kedalaman inspirasi 
Atur
(N)
mengoptimalkan
Kemampuan
intake
untuk
cairan
keseimbangan
untuk
mengeluarkan secret 
Monitor respirasi dan status
(N)
O2
Suara
nafas 
tambahan (N)
Pertahankan jalan nafas yang
paten

Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi

Monitor nadi suhu dan RR

Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
Monitor pernapasan:

Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernapas

Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan penggunaan
otot bantu nafas dan retraksi
pada interkosta

58
Monitor pola nafas

Monitor saturasi oksigen pada
pasien yang tersedasi

3
Gangguan
pertukaran
b.d
Status
pernafasan: Terapi oksigen:

gas pertukaran gas:
perubahan

Catat lokasi trakea
Bersihkan
mulut,
hidung
Keseimbangan
dengan segera (tepat)
membrane
ventilasi dan perfusi 
Siapkan peralatan O2
alveolar kapiler
(N)
berikan

Dispnea
saat

Gangguan kesadaran 

(N)
system
humidifier

istirahat (N)
melalu
dan
Monitor posisi perangkat (alat)
Monitor O2
Amati
tanda-tanda
hipoventilasi indikasi O2

Sediakan O2 kerika pasien
dibawa/ dipindahkan
3
Resiko infeksi
Keperahan
infeksi:
baru Kontrol infeksi

lahir
Bersihkan lingkungan dengan

Ketidakstabilan suhu
baik setelah digunakan untuk

Takipnea
setiap pasien

Takikardi

Sianosis
perpasien

Gelisah
institusi

Kulit kemerahan
59


Ganti
peralatan
sesuai
perawatan
protokol
Batasi jumlah pengunjung

Peningkatan
sel 
darah putih

Konjungtivitis
Ajarkan cara cuci tangan bagi
tenaga kesehatan

Ajarkan
pasien
mengenai
teknik mencuci tangan dengan
tepat

Anjurkan pengunjung untuk
cuci
tangan
pada
saat
memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien

Gunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan yang sesuai

Cuci
tangan
sebelum
dan
sesudah kegiatan perawatan
pasien

Jaga lingkungan aseptik yang
optimal selama penusukan di
samping tempat
tidur dari
saluran penghubung

Pastikan teknik perawatan luka
yang tepat

Berikan terapi antibiotik yang
sesuai
60
VI. Catatan Perkembangan
No Hari / tgl
1. Senin, 810-2018
08.00
No dx kep
2
Implementasi
1. Monitor TTV
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Catat pergerakan dada
4. Monitor saturasi oksigen
pada pasien yang tersedasi
Evaluasi
S: O: - sesak klien sudah
mulai berkurang
-terdapat retraksi
dinding dada
- saturasi oksigen 97%
- TTV : Nadi 120x/i,
suhu 37,10C, RR 60x/i
A: Masalah teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor TTV
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Catat pergerakan
dada
4. Monitor saturasi
oksigen pada pasien
yang tersedasi
2.
Senin 810-2018
11.00
3
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan pasien
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Ajarkan pengunjung untuk
cuci tangan pada saat
memasuki dan
meninggalkan ruangan
pasien
4. Pastikan teknik perawatan
tali pusat yang tepat
5. Berikan terapi antibiotik
ampicilin sulbactam 145 mg
jam 12.00 WIB
S: O: - Keluarga tampak bisa
mencuci tangan pada
saat berkunjung
- Kondisi tali pusat klien
bersih tampak
berwarna coklat
- Keluarga yang
berkunjung hanya 1
orang, yaitu ibu klien
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi Dilanjutkan
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan pasien
61
Ttd
2. Batasi jumlah
pengunjung
3. Ajarkan pengunjung
untuk cuci tangan
pada saat memasuki
dan meninggalkan
ruangan pasien
4. Pastikan teknik
perawatan tali pusat
yang tepat
5. Berikan terapi
antibiotik ampicilin
sulbactam 145 mg jam
12.00 WIB
No Hari / tgl
1. Selasa, 910-2018
08.00
No dx kep
1
Implementasi
1. Siapkan peralatan O2
2. Monitor O2 klien
3. Amati tanda-tanda
hipoventilasi indikasi O2
4. Observasi nilai AGD
Evaluasi
S: O: - tampak pernapasan
cuping hidung pada
bayi
- RR 60x/i
- Hasil AGD : Ph 7,4,
PaCO2 44 mmHg,
PaO2 85 mmHg, SaO2
97%, be 1 mmol/l
- Klien terpasang O2 1L
A: Masalah sudah teratasi
P: Intervensi tidak
dilanjutkan
2.
Selasa, 910-2018
08.00
2
1. Monitor TTV
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Catat pergerakan dada
4. Monitor saturasi oksigen
pada pasien yang tersedasi
S: O: - sesak klien sudah
mulai berkurang
-terdapat retraksi
dinding dada
- saturasi oksigen 97%
- TTV : Nadi 124x/i,
suhu 36,90C, RR 56x/i
A: Masalah teratasi
62
Ttd
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor TTV
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Catat pergerakan
dada
4. Monitor saturasi
oksigen pada pasien
yang tersedasi
3.
Selasa, 910-2018
08.00
3
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan pasien
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Ajarkan pengunjung untuk
cuci tangan pada saat
memasuki dan
meninggalkan ruangan
pasien
4. Pastikan teknik perawatan
tali pusat yang tepat
5. Berikan terapi antibiotik
ampicilin sulbactam 145 mg
jam 12.00 WIB
S: O: -klien merupakan hari
rawatan ke-5
- Keluarga tampak bisa
mencuci tangan pada
saat berkunjung
- Kondisi tali pusat klien
bersih tampak
berwarna coklat
- Keluarga yang
berkunjung hanya 1
orang, yaitu ibu klien
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi Dilanjutkan
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan pasien
2. Batasi jumlah
pengunjung
3. Ajarkan pengunjung
untuk cuci tangan
pada saat memasuki
dan meninggalkan
ruangan pasien
4. Pastikan teknik
perawatan tali pusat
yang tepat
5. Berikan terapi
antibiotik ampicilin
sulbactam 145 mg jam
12.00 WIB
63
No Hari / tgl
1. Rabu, 1010-2018
08.00
No dx kep
2
Implementasi
1. Monitor TTV
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Catat pergerakan dada
4. Monitor saturasi oksigen
pada pasien yang tersedasi
Evaluasi
S: O: - sesak klien sudah
mulai berkurang
-terdapat retraksi
dinding dada
- saturasi oksigen 98%
- TTV : Nadi 126x/i,
suhu 370C, RR 54x/i
A: Masalah teratasi
sebagian
2.
Rabu, 1010-2018
08.00
3
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan pasien
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Ajarkan pengunjung untuk
cuci tangan pada saat
memasuki dan
meninggalkan ruangan
pasien
4. Pastikan teknik perawatan
tali pusat yang tepat
5. Berikan terapi antibiotik
ampicilin sulbactam 145 mg
jam 12.00 WIB
P: intervensi dilanjutkan
1. Monitor TTV
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Catat pergerakan
dada
4. Monitor saturasi
oksigen pada pasien
yang tersedasi
S: O: -klien merupakan hari
rawatan ke-6
- Keluarga tampak bisa
mencuci tangan pada
saat berkunjung
- Kondisi tali pusat klien
bersih tampak
berwarna coklat
- Keluarga yang
berkunjung hanya 1
orang, yaitu ibu klien
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi Dilanjutkan
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan pasien
64
Ttd
2. Batasi jumlah
pengunjung
3. Ajarkan pengunjung
untuk cuci tangan
pada saat memasuki
dan meninggalkan
ruangan pasien
4. Pastikan teknik
perawatan tali pusat
yang tepat
5. Berikan terapi
antibiotik ampicilin
sulbactam 145 mg jam
12.00 WIB
No Hari / tgl
1. Kamis,
11-102018
14.00
No dx kep
2
Implementasi
1. Monitor TTV
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Catat pergerakan dada
4. Monitor saturasi oksigen
pada pasien yang tersedasi
Evaluasi
S: O: - sesak klien sudah
mulai berkurang
-tidak terdapat retraksi
dinding dada
- saturasi oksigen 98%
- TTV : Nadi 124x/i,
suhu 36,80C, RR 50x/i
A: Masalah sudah teratasi
P: intervensi tidak
dilanjutkan
2.
Kamis,
11-102018
14.00
3
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan pasien
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Ajarkan pengunjung untuk
cuci tangan pada saat
memasuki dan
meninggalkan ruangan
pasien
4. Pastikan teknik perawatan
tali pusat yang tepat
5. Berikan terapi antibiotik
ampicilin sulbactam 145 mg
jam 12.00 WIB
S: O: -klien merupakan hari
rawatan ke-7
- Keluarga tampak bisa
mencuci tangan pada
saat berkunjung
- Kondisi tali pusat klien
bersih tampak
berwarna coklat
- Keluarga yang
berkunjung hanya 1
orang, yaitu ibu klien
A: Masalah belum teratasi
65
Ttd
P: Intervensi Dilanjutkan
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan pasien
2. Batasi jumlah
pengunjung
3. Ajarkan pengunjung
untuk cuci tangan
pada saat memasuki
dan meninggalkan
ruangan pasien
4. Pastikan teknik
perawatan tali pusat
yang tepat
5. Berikan terapi
antibiotik ampicilin
sulbactam 145 mg jam
12.00 WIB
66
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada By. M dengan
pneumonia neonatal melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi maka pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara
teori dan kenyataan yang ditemukan pada perawatan kasus pneumonia neonatal
pada By. M yang dirawat sejak tanggal 4 Oktober 2018 di ruang rawat covis
perinatologi RSUP DR. M. Djamil Padang, diuraikan sebagai berikut:
A. Pengkajian
Pada bayi baru lahir (usia 0-30 hari) beberapa organisme
bertanggung jawab terhadap terjadinya infeksi terutama pneumonia yang
pada akhirnya dapat terjadi sepsis neonatorum dini. Infeksi disebabkan
oleh bakteri gram negatif streptococcus, listeria monocytogenesis,
merupakan penyebab umum pneumonia bakteri. Agen patogen ini dapat
diperoleh dari dalam rahim, melalui aspirasi saat dalam jalan lahir, atau
melalui kontak pasca kelahiran dengan orang lain atau peralatan yang
terkontaminasi (Domachowske, 2013).
Pada saat persalinan tanggal 4 Oktober 2018 kondisi air ketuban
ibu pecah dini dengan karakteristik air ketuban ibu agak kehijauan, yang
disertai dengan kondisi apgar score bayi 6/7, bayi tampak merintih, sesak
nafas dan kebiruan yang menghilang dengan oksigen. Pada saat
67
pengkajian tanggal 8 Oktober 2018 didapatkan bahwa By. M masih
tampak sesak.
Tanda dan gejala awal pneumonia neonatal mungkin tidak spesifik,
seperti malas makan, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan
temperatur, dan secaraa umum bayi dalaam kondisi tidak baik. Gejala
pernafasan seperti grunting (mendengus), takipnea, retraksi, sianosis,
apnea, dan kegagalan pernafasan yang progresif. Pada bayi dengan
ventilasi mekanik, kebutuhan untuk dukungan ventilasi meningkat dapat
menunjukkan infeksi. Tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan fisik,
seperti tumpul pada perkusi, perubahan suara nafas, dan adanya ronki,
radiografi thorak didapatkan infiltrat baru atau efusi pleura. Tanda akhir
pneumonia pada neonatus tidak spesifik seperti apnea, takipnea, malas
makan, distensi abdomen, jaudice, muntah, respirasi distress dan kolaps
sirkulasi. (Stoll, 2011).
Pada pemeriksaan fisik pada By. M didapatkan bahwa terjadinya
peningkatan frekuensi nafas dengan RR 62x/i, serta tampak retraksi pada
dinding dada By.M.
Menurut analisa kelompok pneumonia yang dialami oleh By. M
merupakan intrapartum pneumonia yang terjadi selama perjalanan melalui
jalan lahir. Hal ini ditandai dengan air ketuban ibu yang berwarna
kehijauan sehingga terkontaminasi cairan ketuban ibu. Dimana ditandai
dengan kondisi bayi yang merintih segera setelah kelahiran dan apgar
score 6/7 yang menandakan terdapat gangguan pada jantung atau paruparu.
68
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dan individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
mencegah atau merubahnya (Nursalam, 2013).
Menurut Nurarifah dan Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin
pada pneumonia neonatal adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia.
Hal ini berbeda dengan hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik
terhadap By. M di ruang rawat anak RSUP DR. M. Djamil dimana salaah
satu diagnosa tidak sesuai dengan teori yang ada, yaitu diagnosa ketiga.
Diagnosa pada kasus By. M yaitu:
1. Kerusakan pertukaran gas berhunbungan dengan gangguan transportasi
oksigen
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hiperventilasi
3. Risiko infeksi
69
C. Intervensi
Tanda-tanda yang dikenali pada awal proses diagnostik dapat dipahami
hanya jika ada penjelasan yang masuk akal untuk tanda –tanda tersebut
dengan konteks suatu situasi, ini adalah proses berfikir aktif ketika perawat
mengeksplorasi
pengetahuan
dalam
memorinya
untuk
mendapatkan
kemungkinan penjelasan data (Nanda Nic & Noc, 2007)
A. Diagnosa keperawatan yang muncul.
1. Kerusakan pertukaran gas b.d transportasi oksigen
Kerusakan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit oksigenasi
dan atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar-kapiler.
Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika ada faktor-faktor resiko yaitu
adanya diaforesis, dispnea, gangguan penglihatan, gas darah arteri
abnormal, gelisah, hiperkapnea, hipoksemia, hipoksia, iritabilitas,
konfusi, napas cuping hidung, penurunan karbondioksida, pH arteri
abnormal, pola pernapasan abnormal, sakit kepala saat bangun, sianosis,
somnolen, takikardia, dan warna kulit abnormal.
Diagnosa tersebut penulis prioritaskan sebagai diagnosa ketiga
karena didapatkan data yang mendukung berupa data objektif yaitu N :
153 x/ i, RR : 44 x/i, didapatkan hasil AGD berupa pH Hasil AGD : Ph
7,4 g/dl , PaCO2 44 mmHg, PaO2 85 mmHg, SaO2 97%, be 1 mmol/l.
Hasil AGD adalah asidosis repiratorik, yang apabila masalah ini
tidak ditangani akan memperburuk keadaan pasien yang berpengaruh
pula terhadap pertumbuhannya.
70
2. Pola nafas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang
tidak member ventilasi adekuat. Diagnosa tersebut dapat diangkat
apabilan terdapat data yang mendukung seperti bradipnea, dispnea,
fase ekspirasi memanjang, ortopnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, penggunaan posisi tiga titik, peningkatan diameter
anterior-posterior, penurunan kapasitas vital, penurunan tekanan
ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit,
pernapasan bibir, pernapasan cuping hidung, perubahan ekskursi dada,
pola napas abnormal, dan takipnea.
Alasan diagnosa tersebut di angkat karena ditemukan faktor-faktor
yang mendukung secara objektif yaitu By. M terpasang oksigen FIO2,
RR 44x/i, By. M tampak gelisah.
Diagnosa tersebut penulis prioritaskan sebagai diagnosa kedua
karena masalah tersebut apabila tidak ditangani dengan baik akan
mempengaruhi
respons
kardiovaskuler/pulmonal,
serta
dapat
memperburuk keadaan pasien.
3. Risiko Infeksi
Keadaan dimana seorang mengalami peningkatan risiko terserang
organisme patogenik. Diagnosa tersebut diangkat karena ditemukan
data-data yang ditemukan secara objektif yaitu, leukosit 39.000/mm3,
bayi juga masih berumur 4 hari dimana imunitas bayi masih lemah,
serta tali pusat yang belum terlepas dari umbilikus bayi.
71
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang
sudah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda 2012).
Berdasarkan hal tersebut penulis dalam mengelola pasien dalam
implementasi dengan masing – masing diagnosa.
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
transportasi
oksigen
Pada diagnosa ini penulis melakukan asuhan keperawatan
juga selama 1 kali 24 jam untuk mengatasi masalah kerusakan
pertukaran gas . Pada diagnosa ini dilakukan pegkajian tentang
status pernapasan pasien : pertukaran gas. Tujuan dilakukannya
pengkajian pola napas pasien yaitu untuk mengetahui tindakan
keperawatan selanjutnya yang akan dilakukan untuk pasien.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu
melakukan terapi oksigen, bersihkan mulut dan hidung segera, dan
monitor perangkat
Hasil implementasi yang dilakukan keluarga mengatakan
klien rewel dan sulit bernafas, klien terlihat sulit bernapas, dan
intervensi dilanjutkan seperti terapi oksigen dan bersihkan mulut
hidung.
Hasil evaluasi akhir tanggal 9 Oktober 2018 pukul 14.00
dengan
masalah
keperawatan
Kerusakan
pertukaran
gas
berhubungan dengan transportasi oksigen, didapatkan Hasil AGD
: Ph 7,4, PaCO2 44 mmHg, PaO2 85 mmHg, SaO2 97%, be 1
72
mmol/l dan frekuensi nafas mulai membaik yaitu 50x/i. masalah
telah teratasi serta intervensi tidak dilanjutkan.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
Pada diagnosa ini penulis melakukan asuhan keperawatan juga
selama 1 kali 24 jam untuk mengatasi masalah pola napas tidak efektif.
Pada diagnosa ini dilakukan pegkajian tentang pola napas pasien.
Tujuan dilakukannya pengkajian pola napas pasien yaitu untuk
mengetahui tindakan keperawatan selanjutnya yang akan dilakukan
untuk pasien. Tindakan yang dilakukan untuk keefektifan pola napas
pasien adalah manajemen jalan nafas, monitor respirasi dan status O2,
pertahankan jalan nafas yang paten, dan observasi adanya tanda-tanda
hiperventilasi.
Hasil implementasi yang dilakukan didapatkan subjektif keluarga
klien mengatakan keluarga klien mengatakan klien gelisah dan susah
bernafas, objektif klien masih tampak susah bernapas, assesmen
masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan, yaitu monitor
respirasi dan status O2, pertahankan jalan nafas yang paten dan
observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
Hasil evaluasi akhir tanggal 11 Oktober 2018 pukul 14.00 dengan
masalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi,
sesak klien sudah mulai berkurang, tidak terdapat
retraksi dinding dada, saturasi oksigen 98%, hasil TTV : Nadi 124x/i,
suhu 36,80C, RR 50x/i. masalah sudah teratasi dan intervensi tidak
dilanjutkan.
73
c. Risiko infeksi
Pada diagnosa ini kelompok melakukan asuhan keperawatan juga
selama 1x24 jam untuk mengatasi risiko infeksi. Pada diagnosa ini
dilakukan pengkajian tentang kebersihan lingkungan dan kontak dengan
pasien. Tujuan dilakukan pengkajian ini untuk mengurangi risiko infeksi
terhadap klien. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini
yaitu bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan pasien, batasi
jumlah pengunjung, ajarkan pengunjung untuk cuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan ruangan pasien, pastikan teknik perawatan
tali pusat yang tepat, berikan terapi antibiotik ampicilin sulbactam.
Hasil evaluasi akhir tanggal 11 Oktober 2018 didapatkan data
keluarga tampak bisa mencuci tangan pada saat berkunjung, kondisi tali
pusat klien bersih tampak berwarna coklat, keluarga yang berkunjung
hanya 1 orang yaitu ibu klien. Masalah belum teratasi dan intervensi
dilanjutkan.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian kelompok di bab sebelumnya dapat diuraikan beberapa
kesimpulan :
1. Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan mungkin
terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang
dapat disamakan dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah tujuh hari
dan terbatas pada paru-paru (Caserta, 2009).
2. Masalah keperawatan yang muncul pada By. M meliputi: kerusakan
pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, dan risiko infeksi.
3. Intervensi keperawatan dalam kasus ini yaitu melakukan manajemen
jalan nafas, melakukan terapi oksigen dan melakukan kontrol infeksi.
4. Semua masalah keperawatan yang muncul diatasi dengan kerjasama
antar perawat dan petugas kesehatan lainnya.
B. Saran
Dengan adanya manajemen asuhan keperawatan diharapkan
mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
standar profesi keperawatan dan memperoleh pengalaman nyata serta
menambah wawasan dalam perawatan pada bayi dengan pneumonia
neonatal.
75
DAFTAR PUSTAKA
Donna L. Wong. ...... et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan
pertama. Jakarta : EGC.
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi
5. Jakarta: EGC.
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing
Download