Uploaded by User20716

Makalah KTD GMNI

advertisement
MAKALAH
“SEJARAH DAN IDE POKOK EMPAT KUTUB IDEOLOGI (
KAPITALISME, KOMUNISME, PAN - ISLAMISME, MARHAENISME )
DISUSUN OLEH :
FAUZI FADHLURRAHMAN
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
KOMISARIAT UNIVERSITAS ANDALAS
1
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap
: Fauzi Fadhlurrahman
NIM
: 1510852028
Tempat/Tanggal Lahir
: Padang/ 28 Oktober 1997
Fakultas
: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
: Universitas Andalas
Alamat Rumah
: Komplek Wisma Utama Blok D No. 7
ParakLaweh
Dengan ini menyatakan bahwa karya dengan judul “Sejarah dan Ide Pokok 4
Kutub Ideologi ( Kapitalisme, Komunisme, Pan - Islamisme, Marhaenisme)”
ditulis sendiri dan tidak mengandung unsur plagiarisme didalamnya.
Demikianlah pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun. Jika di kemudian hari ditemukan ketidakbenaran
informasi, maka saya bersedia tidak mengikuti kegiatan Kaderisasi Tingkat Dasar
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia pada tanggal 22 - 24 Maret 2019 di
Padang.
Padang, 07 Maret 2019
Yang menyatakan,
Materai 6000
Fauzi Fadhlurrahman
NIM 1510852028
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………6
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...7
C. Tujuan Makalah………………………………………………………..7
D. Manfaat Makalah………………………………………………………7
BAB II PEMBAHASAN
A. Kapitalisme
A.1. Pengertian Kapitalisme………………………………………….8
A.2. Sejarah Kapitalisme……………………………………………..9
B. Komunisme
B.1. Pengertian Komunisme…………………………………………12
B.2. Sejarah Komunisme…………………………………………….13
C. Pan - Islamisme
C.1. Pengertian Pan - Islamisme……………………………………..14
C.2. Sejarah Pan - Islamisme………………………………………...15
D. Marhaenisme
D.1. Pengertian Marhaenisme……………………………………….16
3
D.2. Sejarah Marhaenisme…………………………………………..18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….19
B. Saran………………………………………………………………...19
DAFTAR PUSTAKA
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Makalah Sejarah dan Ide Pokok Empat Kutub Ideologi. Makalah ini ditulis dalam
rangka memenuhi persyaratan untuk mengikuti kegiatan Kaderisasi Tingkat Dasar
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia di Padang pada tanggal 22 - 24 Maret
2019.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis telah berusaha untuk mencapai
hasil yang maksimum. Namun, karena keterbatasan wawasan dan kemampuan
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat diterima sebagai salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan
Kaderisasi Tingkat Dasar Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia.
Padang, 07 Maret 2019
Fauzi Fadhlurrahman
Penyusun
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologi Ideologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua kata,
yaitu ideos yang berarti pemikiran, dan logis yang berarti logika. Berdasarkan
pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwasannya ideologi merupakan sebuah
rumusan pemikiran yang mempunyai beberapa asumsi dasar dalam memandang
subjeknya. Frans Magnis Suseno berpendapat bahwa ideologi dimaksud sebagai
keseluruhan sistem berfikir, nilai - nilai dan sikap dasar rohaniah sebuah gerakan,
kelompok sosial atau individu1. Rumusan pemikiran tersebut kemudian akan
berusaha direalisasikan dan menjadi dasar dalam pengambilan tindakan maupun
gerakan seseorang ataupun kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan.
Hingga sekarang telah terdapat beberapa ideologi yang mempunyai asumsi dasar
tersendiri, seperti Kapitalisme, Komunisme, Pan - Islamisme, Marhaenisme, dan
lain - lain.
Dalam perkembangannya telah terbentuk beberapa gerakan dan partai politik
yang menjadikan salah satu ideologi tersebut sebagai doktrin politiknya. Seperti
Communist Party of China yang didirikan oleh Mao Zedong, Kapitalisme yang
merupakan pemikirian ekonomi dari Adam Smith, Pan - Islamisme yang berasal
dari pemikiran Jamal-al-din Afghani, dan Marhaenisme sebagai azas perjuangan
yang dicetuskan oleh Soekarno. Perbedaan ideologi tersebut menimbulkan banyak
perdebatan dalam memandang suatu persoalan. Melalui makalah ini, penulis
berusaha membahas sejarah dan buah pikir dari empat kutub ideologi
(Kapitalisme, Komunisme, Pan - Islamisme, Marhaenisme), sehingga dapat
1Frans
Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Kanisius, Yogyakarta, Tahun 1995, Hal. 230.
6
dipahami secara bersama bagaimana ideologi tersebut terbentuk dan perbedaan
pemikiran antar empat ideologi tersebut dalam memandang suatu subjek.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis mempunyai beberapa rumusan masalah dalam
menjelaskan empat kutub ideologi, diantaranya :
I.
Bagaimana sejarah lahirnya ideologi Kapitalisme, Komunisme, Pan Islamisme dan Marhaenisme?
II. Apa saja ide pokok dari pemikiran Kapitalisme, Komunisme, Pan Islamisme dan Marhaenisme?
C. Tujuan Makalah
Melalui makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :
I.
Untuk memahami sejarah lahirnya ideologi Kapitalisme, Komunisme,
Pan - Islamisme dan Marhaenisme
II. Untuk mengetahui ide pokok dari Kapitalisme, Komunisme, Pan Islamisme dan Marhaenisme.
D. Manfaat Makalah
Manfaat makalah ini bagi penulis yaitu untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam mengikuti Kaderisasi Tingkat Dasar GMNI pada tanggal 22 24 Maret 2019 di Padang.
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kapitalisme
A.1. Pengertian Kapitalisme
Ayn Rand dalam bukunya yang berjudul Capitalism menyebutkan tiga
asumsi dasar kapitalisme, yaitu a) kebebasan individu, b) kepentingan diri, c)
pasar bebas. Rand menekankan pentingnya kebebasan individu dalam melakukan
kegiatan produksi demi memenuhi kebutuhan diri melalui pasar.
Asumsi dasar kapitalisme yang pertama yaitu kebebasan individu.
Kapitalisme adalah suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak
– hak individu, termasuk hak milik dimana semua pemilikan adalah milik privat
(Ayn Rand, 1970). Berdasarkan pernyataan tersebut, bisa disimpulkan bahwa
dalam pemikiran kapitalisme, kebebasan individu sangat diutamakan dalam
aktivitas ekonomi. Kepemilikan privat atas alat produksi menciptakan kondisi
dimana individu memainkan peran penting dan pasar dibiarkan berjalan dengan
sendirinya tanpa kontrol dari negara.
Asumsi dasar kapitalisme yang kedua adalah kepentingan diri (selfishness).
Mengutip pandangan Adam Smith dalam bukunya yang berjudul The Wealth of
Nations,”It’s not the benevolence of the butcher that we expect our dinner, but
from his regards to his own interest”. Melalui pernyataan tersebut Adam Smith
menyampaikan bahwasannya hal – hal yang dilakukan oleh manusia didasarkan
pada kepentingan pribadi. Pemenuhan kebutuhan pribadi melalui kegiatan
ekonomi secara tidak langsung juga akan memenuhi kebutuhan individu lainnya.
Buku tersebut kemudian menjadi awal munculnya ideologi kapitalisme.
Asumsi dasar kapitalisme yang ketiga adalah pasar bebas. Dalam mencapai
kesejahteraan, individu diberikan kebebasan untuk memenuhi kebutuhannya
melalui aktivitas ekonomi. Kapitalisme bekerja menghasilkan dinamika, peluang
dan kesempatan, serta kompetisi yang sehat atas dasar kepentingan – kepentingan
8
individu sebagai motor penggeraknya.2 Kebebasan akan pemenuhan kebutuhan
tiap individu akan menciptakan kompetisi, dimana akan ada pihak yang menang
dan kalah. Prinsip “Keadilan” yang dianut oleh sistem ekonomi kapitalis adalah
setiap orang menerima imbalan berdasarkan hasil kerjanya.3
Meskipun pada dasarnya kapitalisme merupakan pemahaman mengenai
sistem perekonomian, namun sistem tersebut juga mempengaruhi sistem sosial
yang ada. Seperti yang disampaikan oleh Ebenstein (1990), kapitalisme
merupakan sebuah sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem
perekonomian. Pihak yang menang dari kompetisi akan menguasai alat – alat
produksi sedangkan pihak dan sebaliknya untuk pihak yang kalah. Kegiatan
produksi hanya bisa dilakukan oleh pemenang sedangkan yang kalah hanya bisa
menjadi tenaga kerja. Lebih jelas lagi, Soekarno melalui bukunya yang berjudul
“Dibawah Bendera Revolusi” pada Bab “Kapitalisme Bangsa Sendiri?”
mengatakan, ”Kapitalisme adalah stelsel pergaulan hidup, yang timbul daripada
cara produksi yang memisahkan kaum – buruh dari alat – alat produksi.”4
A.2. Sejarah Lahirnya Kapitalisme
Sistem Kapitalisme awalnya muncul pada tahun 1500 – 1750 yang dikenal
dengan istilah Kapitalisme Kuno. Sistem ini pertama kali muncul didasarkan pada
pemenuhan kebutuhan pokok tiap individu dalam aktifitas ekonomi. Pada abad ke
– 14 hingga abad ke – 18 industri sandang di Inggris mulai hadir dan berkembang
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok. Surplus yang didapat oleh industri
sandang mampu meningkatkan daya produksi sehingga berkembang pesat hingga
2
Agus Sutisna, Liberalisme Lama dan Baru (William Ebenstein, Great Political Thinkers, 1960), Jakarta,
Universitas Nasional Jakarta.
https://www.academia.edu/8845088/Liberalisme_Klasik_dan_Modern (Diakses pada tanggal 19 Maret 2019)
3
Agustiati, Sistem Ekonomi Kapitalisme, ISSN 1411 – 334, Tahun 2009, Vol. 1 No. 2.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2326/1513 (Diakses pada tanggal 19
Maret 2019)
4
Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, Jakarta, Tahun 1963,
Hal. 181
9
ke wilayah pelosok Inggris. Dalam rangka meningkatkan produktivitas, perluasan
industri pun dilakukan ke wilayah – wilayah yang tidak memiliki keseimbangan
produktivitas. Hal tersebut kemudian berujung pada terjadinya kolonialisasi dan
imperialisasi.
Sistem ekonomi kapitalisme mengalami perkembangan pada tahun 1750 –
1914 yang dikenal dengan tahap Kapitalisme Klasik. Pada fase ini, industri –
industri yang awalnya berada di perdesaan mulai dipindahkan ke sentral – sentral
perdagangan di perkotaan. Industri mulai memikirkan cara eksplorasi, eksploitasi
dan perluasan wilayah distribusi. Dengan melakukan kolonialisasi atau
membangun imperialisme, industri dapat menciptakan pasar sempurna yang
merupakan konsep pasar dimana hanya ada satu pihak yang menjual suatu produk
sehingga tidak adanya persaingan dalam pasar dan harga dapat ditentukan secara
sepihak oleh pihak yang melakukan produksi. Belum lagi bahan baku yang
didapatkan dari wilayah koloni yang dapat meminimalisir biaya produksi dan
memperbesar laba. Pada tahap ini kegiatan produksi juga mulai ditunjang oleh
perkembangan teknologi sehingga terjadi produksi massal di Inggris dan Eropa
yang ditandai dengan Revolusi Industri.
Adam Smith melalui bukunya yang berjudul The Wealth of Nations (1976)
mencetuskan gagasan “laissez faire”.5 Gagasan tersebut menjadi antithesis
terhadap pemikiran merkantilisme yang berpandangan bahwasannya pasar harus
dikontrol oleh negara dalam mencapai kepentingan nasional negara tersebut.
Adam Smith berpendapat bahwasannya pasar harus dibiarkan berjalan dengan
sendirinya dengan mengedepankan kebebasan individu dalam mencapai
kesejahteraan.
Robert Lerner (1988) berpendapat bahwa jalan yang terbaik untuk mencapai
kemakmuran adalah dengan membiarkan individu – individu mengejar
kepentingan – kepentingan mereka sendiri tanpa keterlibatan perusahaan –
perusahaan negara. Pada awal abad ke – 20, terjadi permasalahan yang
ditimbulkan akibat dari kebebasan individu dalam aktifitas ekonomi, yaitu
5
Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Ideologi Dunia, Eye on The Revolution Press, Indonesia, Tahun 2010,
Hal. 14
10
terjadinya penumpukan kepemilikan saham oleh segelintir individu.6 Penumpukan
tersebut tentunya menyebabkan permasalahan dalam kesejahteraan sosial
dikarenakan kesenjangan sosial semakin melebar akibat dari penumpukan
kekayaan. Kondisi tersebut memaksa pemerintah untuk melakukan intervensi
terhadap
pasar dengan mengeluarkan kebijakan
yang dapat
menjamin
kesejahteraan sosial seperti kebijakan pajak dan anti – monopoli. Penyesuaian
terhadap kapitalisme klasik menghasilkan late capitalism dengan konsep welfare
state atau negara kemakmuran yang disebut oleh Ebenstein dengan mixed
economy atau sistem ekonomi campuran.
Penyesuaian terhadap kapitalisme klasik pasca tahun 1914 melahirkan
kapitalisme lanjutan yang dikenal juga dengan late capitalism. Pada fase late
capitalism, mulai munculnya koorporasi – koorporasi modern yang berorientasi
pada perekonomian global dengan bentuk Multi National Corporation (MNC)
atau Trans National Corporation (TNC). Munculnya MNC dan TNC semakin
mempertegas bahwa pelaku ekonomi sesungguhnya adalah pihak – pihak yang
mempunyai modal besar, sehingga peran negara dalam pasar pun semakin
tereduksi hingga hilang sama sekali. Namun, dikarenakan para kapitalis tetap
membutuhkan negara untuk memberikan fasilitas pemasaran produk, maka
terjalinlah sebuah hubungan antara kapitalis dengan negara yang didasarkan pada
pembagian kekuasaan dan profit. Hal ini dinamakan dengan istilah monopoly
capitalism atau crony capitalism.
Pada fase ini, mulai munculnya kesadaran bangsa – bangsa Asia dan Afrika
terhadap kolonialisme Eropa. Kesadaran tersebut pada akhirnya menimbulkan
perlawanan untuk menghentikan kolonialisasi Eropa. Pada fase ini juga terjadi
Revolusi Bolzhevik di Rusia yang bertujuan untuk menghapuskan institusi
kapitalisme yang menguasai modal dan alat produksi. Kemudian muncul sebuah
ideologi yang menekankan pada peran negara dalam pasar dan kepemilik bersama
atas alat produksi yang dikenal dengan Komunisme.
6
Ibid, 14.
11
B. Komunisme
B.1. Pengertian Komunisme
Komunisme lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap kapitalisme pada abad
ke – 19, ketika semakin kontrasnya kesenjangan antara para pemilik alat produksi
dengan buruh. Dalam mencapai kesejahteraan, komunisme menggunakan prinsip
penghapusan hak – hak privatisasi alat produksi dan diganti dengan alat produksi
yang dimiliki bersama dan dikuasai oleh negara. Ideologi ini berasal dari
pemikiran Karl Marx yang kemudian dikembangkan oleh Lenin, sehingga dikenal
juga dengan Marxisme-Leninisme.
Komunisme mempunyai empat ide dasar. Pertama, sekelumit kecil orang
hidup dalam kemewahan yang berlimpah, sedangkan kaum pekerja yang teramat
banyak jumlahnya bergelimang sengsara. Kedua, cara untuk merombak ketidak –
adilan tersebut adalah dengan jalan melaksanakan sistem sosialis, yaitu sistem
dimana alat produksi dikuasai oleh negara dan bukan oleh pribadi swasta. Ketiga,
pada umumnya satu – satunya jalan paling praktis untuk melaksanakan sistem
sosialis ini adalah lewat revolusi kekerasan. Keempat, untuk menjaga
kelanggengan sistem sosialis harus diatur oleh kediktatoran partai Komunis dalam
jangka waktu yang memadai.7
Dalam perjuangan kaum buruh, Marx menggunakan filsafat materialisme
dialektik. Perubahan akan selalu ada dalam masyarakat, meskipun hanya diawali
oleh perubahan – perubahan kecil yang tidak begitu terlihat di permukaan.
Perubahan – perubahan kecil tersebut akhirnya akan terakumulasi dan menjadi
sebuah perubahan besar yang disebut dengan revolusi. Filsafat inilah yang
menjadi dasar dalam perjuangan kelas dan dasar dari tindakan revolusioner.
7
Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Ideologi Dunia, Eye on The Revolution Press, Indonesia, Tahun 2010,
Hal. 41
12
B.2. Sejarah Lahirnya Komunisme
Pemikiran – pemikiran komunisme berasal dari ide – ide Karl Marx dan
Frederick Engels yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul “Manifesto of
The Communist Party (1848)”. Pertentangan antara kelas borjuis dengan kelas
proletar telah dijelaskan oleh Marx dan Engels dalam buku tersebut. “Borjuasi
senantiasa makin bersemangat menghapuskan keadaan terpencar – pencar dari
penduduk, dari alat – alat produksi, dan dari milik. Ia telah menimbun penduduk,
memusatkan alat – alat produksi, dan telah mengkonsentrasi milik ke dalam
beberapa tangan.”8 Marx telah menjelaskan bahwasannya penumpukan modal
dan alat produksi hanya di segelintir individu hanya akan menyebabkan
kesenjangan dan berujung pada pertentangan antar kelas. Hal tersebutlah yang
nantinya juga akan diperjuangkan oleh komunisme.
Pada abad ke – 19, berjuta – juta petani budak di Rusia terikat dengan
kampung dan terpaksa mengerjakan ladang tanah milik bangsawan dan negara.
Dari 10 juta keluarga tani di Rusia, 3.500.000 rumah tangga adalah petani yang
tidak mempunyai alat produksi. Mereka hanya bisa menanami sebagian kecil dari
tanah mereka dan sisanya mereka harus menyerahkan sebagian dari hasil tani
kepada kaum tengkulak. Di sisi lain, kaum tengkulak yang hanya kisaran
1.500.000 rumah tangga memiliki 50 persen areal tanah.9
Pada masa itu, Rusia dipimpin oleh Tsar yang bersifat otokrasi.
Pemberontakan yang terjadi di bawah kepemimpinannya dapat dibubarkan dengan
cara – cara militer. Ditambah lagi kaum Kristen Ortodoks Rusia mengatakan
bahwasannya Tsar merupakan utusan Tuhan yang harus dipatuhi. Kondisi tersebut
menyebabkan adanya perasaan persamaan nasib dikalangan petani – budak. Pada
masa itu Lenin sebagai salah satu tokoh komunis memandang perlunya dibentuk
Partai Kelas Buruh yang berperan aktif dalam memberikan kesadaran sosial pada
8
Karl Marx & Frederick Engels, Manifesto Partai Komunis (1848), Yayasan “Pembaruan”, Jakarta, Tahun
1959, Hal. 7
9
Putri Kristinawati, Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 Dibawah Pimpinan Vladimir Lenin, Jurnal
POLITEIA Vol.5 No.2, ISSN : 0216 – 9290, Medan, Tahun 2013, Hal. 88.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/politeia/article/download/16084/6852 (Diakses pada tanggal 20 Maret 2019)
13
buruh dan petani tentang penindasan dan cara – cara merubahnya menjadi
masyarakat sosialis yang berujung pada masyarakat komunis.10 Lenin kemudian
mendirikan Partai Boshelvik yang menjadi penggerak dalam revolusi dan
berujung pada meletusnya Revolusi Boshelvik di tahun 1917. Revolusi tersebut
berhasil meruntuhkan sistem feodalisme Rusia dan meruntuhkan sistem borjuis.
Pasca Revolusi Boshelvik tahun 1917, kekuasaan mulai dipegang oleh Lenin.
Rusia menjadi pusat kegiatan pembaharuan dalam upaya meneggakan negara
berdasarkan ideologi komunisme. Dua tahun setelah itu, pada tahun 1919
didirikan Third International atau yang dikenal juga dengan Komunisme
Internasional yang menjadi awal penyebaran paham komunisme di dunia, salah
satunya China.
C. Pan – Islamisme
C.1. Pengertian Pan – Islamisme
Gagasan politik Pan – Islamisme pertama kali disuarakan oleh gerakan
Wahabiah dan Sanusiyah.11 Namun, tokoh yang paling tegas dalam menyuarakan
gagasan tersebut yaitu Jamaluddin Al – Afghani yang merupakan seorang tokoh
pemikir Islam. Jamaluddin Al – Afghani bertujuan untuk menyatukan semua umat
Islam yang ada di dunia dalam sebuah kekhalifahan yang besar, sehingga dapat
mengembalikan kejayaan umat Islam seperti di masa lalu.
Terdapat dua alasan utama yang menyebabkan lahirnya pembaharuan dan
Pan – Islamisme. Pertama, mundurnya peradaban umat Islam jika dibandingkan
dengan kemajuan negara – negara di Barat. Umat Islam mulai terpengaruh oleh
sifat statis, berpegang pada taklid, bersikap fatalis, meninggalkan akhlak tinggi,
dan telah meninggalkan ilmu pengetahuan.12 Kedua, adanya motivasi ekonomi,
10
Edy Haryadi, Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapan, Komunitas Studi Untuk Perubahan, Jakarta, Tahun
2000, Hal. 20.
11
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki Utsmani, Kalam Mulia, Tahun 1988, Hal.
107.
12
Dela Melisa Nur Alam, Pan Islamisme Jamaluddin Al – Afghani Dalam Perspektif Politik Islam, Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, Tahun 2018, Hal. 17.
14
politik, dan agama oleh bangsa Barat untuk menjajah negara – negara lain,
termasuk negara Islam. Dalam hal ini, biasanya dikenal dengan sebutan Gold
(kekayaan), Glory (kejayaan), Gospel (penyebaran agama).
C.2. Sejarah Lahirnya Pan – Islamisme
Peradaban Islam mulai mengalami krisis ketika jatuhnya pusat – pusat
kekuasaan Islam ke tangan penjajah, seperti Cordova yang menjadi pusat
kekuasaan Islam di belahan Barat, dan Bagdad di belahan Timur. Akibatnya Islam
kehilangan wilayah sentral serta sumber dayanya. Islam juga mengalami
kemunduran dalam segi ilmu pengetahuan, dikarenakan perpustakaan dan
lembaga – lembaga pendidikan Islam yang dihancurkan pada masa penjajahan.
Kemunduran dalam segi ilmu pengetahuan tersebut juga menyebabkan
kehancuran bagi peradaban Islam dari dalam dikarenakan tidak adanya faktor
penunjang yang dapat melahirkan pemikiran – pemikiran kritis menghadapi
kondisi yang ada.
Jamaluddin Al – Afghani yang menyadari hal tersebut memulai gerakan Pan
– Islamisme dengan memberikan dakwah – dakwah untuk membangun kekuatan
Islam dari dalam. Kekuatan yang dibangun oleh Al – Afghani bertujuan untuk
menyatukan kembali umat Islam di seluruh penjuru dunia dalam sebuah
kekhalifahan demi melawan penjajahan dari Barat.
Jamaluddin Al – Afghani mulai menyebarkan kesadaran untuk melawan
penindasan dan Imperialisme Barat. Penyebaran kesadaran dan pemahaman
tersebut mulai berkembang di Turki, Mesir, Maroko, Kongo, Persia, Afghanistan,
India, hingga ke Indonesia. Hal tersebut juga disebutkan oleh Soekarno dalam
bukunya yang berjudul “Dibawah Bendera Revolusi”. Dalam buku tersebut pada
Bab “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”, Soekarno mengatakan,”Sampai
pada wafatnya dalam tahun 1896, Seyid Jamaluddin El Afghani, harimau Pan –
Islamisme yang gagah berani itu, bekerja dengan tiada berhentinya, menanam
benih ke-Islam-an dimana-mana, menanam rasa-perlawanan terhadap pada
http://repository.radenintan.ac.id/4733/ (Diakses pada tanggal 20 Maret 2019)
15
ketamaan Barat, menanam keyakinan, bahwa untuk perlawanan itu kaum Islam
harus mengambil tekniknya kemajuan Barat, dan mempelajari rahasia –
rahasianya kekuasaan Barat”.
D. Marhaenisme
D.1. Pengertian Marhaenisme
Thesis pokok tentang Marhaenisme bisa dilihat dalam keputusan – keputusan
Partindo yang ditulis oleh Soekarno di dalam buku “Dibawah Bendera Revolusi”
pada Bab “Marhaen dan Proletar”, diantaranya sebagai berikut :
I. Marhaenisme, yaitu sosio – nasionalisme dan sosio – demokrasi.
II. Marhaen yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang
melarat dan kaum melarat Indonesia yang lain – lain.
III. Partindo memakai perkataan Marhaen, dan tidak proletar, oleh karena
perkataan proletar sudah termaktub didalam perkataan Marhaen, dan oleh
karena perkataan proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan
lain – lain kaum yang melarat tidak termaktub didalamnya.
IV. Karena Partindo berkeyakinan, bahwa didalam perjuangan, kaum melarat
Indonesia lain – lain itu yang harus menjadi elemen – elemen (bagian –
bagiannya), maka Partindo memakai perkataan Marhaen itu.
V. Didalam perjuangan Marhaen itu maka Partindo berkeyakinan, bahwa
kaum proletar mengambil bagian yang besar sekali.
VI. Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan
susunan negeri yang didalam segala halnya menyelamatkan Marhaen.
VII.
Marhaenisme adalah pula cara – perjuangan untuk mencapai
susunan masyarakat dan susunan negeri yang demikian itu, yang oleh
karenanya, harus suatu cara perjuangan yang revolusioner.
VIII.
Jadi Marhaenisme adalah: cara – perjuangan dan azas yang
menghendaki hilangnya tiap – tiap kapitalisme dan imperialisme.
IX. Marhaenis adalah tiap – tiap orang bangsa Indonesia, yang menjalankan
Marhaenisme.
16
Berdasarkan putusan Partindo tersebut, Istilah Marhaen dicetuskan oleh
Soekarno dalam Putusan Perindo. Bisa dilihat bahwa Marhaen pada umumnya
merupakan kaum – kaum yang tertindas, baik itu petani, buruh, maupun kaum
lainnya. Sedangkan proletar ditujukan hanya pada kaum – kaum yang tidak
mempunyai alat produksi. Marhaenisme lahir karena masih ada orang – orang
yang tertindas meskipun sudah memiliki alat produksi sendiri. Disanalah terdapat
perbedaan antara Marhaen dengan proletar meskipun sama – sama membangun
perlawanan terhadap kapitalisme.
Marhaenisme mempunyai azas sosio – nasionalisme. Sosio – nasionalisme
yang dimaksud disini yaitu nasionalisme yang berazaskan kemanusiaan. Bukan
nasionalisme yang menghasilkan tindakan serang – menyerang demi kepentingan
negara. Soekarno di dalam bukunya yang berjudul “Dibawah Bendera Revolusi”
mengutip perkataan Karamchand Gandhi, “Buat saya, maka cinta saya pada
tanah – air itu, masuklah cinta pada segala manusia. Saya ini seorang patriot,
oleh karena saya manusia dan bercara manusia. Saya tidak mengecualikan siapa
juga”.
Soekarno juga menyebut sosio – nasionalisme dengan sebutan “nasionalisme
masyarakat”, yaitu nasionalisme yang memperjuangkan nasib seluruh masyarakat
dan
bertindak
menurut
kondisi
dan
kebutuhan
masyarakat
tersebut.13
Kemerdekaan terhadap salah satunya mata pencaharian memang harus
diperjuangkan, tetapi bukan berarti kita menutup mata atas kebutuhan dan kondisi
yang ada di masyarakat. Hal tersebut dikarenakan dalam perjuangan kita harus
mempunyai basis yang nyata.
Azas Marhaenisme yang selanjutnya yaitu sosio – demokrasi. Sosio
demokrasi yang dimaksud disini yaitu demokrasi yang dijalankan berdasarkan
kepentingan masyarakat, bukan segelintir golongan. Sosio – demokrasi yang
membantu masyarakat dalam melawan penindasan – penindasan dan kapitalisme.
13
Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, Jakarta, Tahun 1963,
Hal. 187
17
D.2. Sejarah Lahirnya Marhaenisme
Konsep “Marhaen” awalnya lahir pada tanggal 3 Juli 1957, ketika Soekarno
sedang berjalan – jalan di suatu sawah di kota Bandung dan bertemu dengan
seorang petani. Soekarno pun bertanya kepada petani mengenai siapa yang
memiliki tanah tersebut, sang petani menjawa bahwa itu miliknya. Soekarno
lanjut bertanya mengenai siapa pemilik pacul tersebut, sang petani juga menjawab
bahwa itu miliknya. Soekarno kembali bertanya mengenai siapa pemilik alat – alat
di sawah tersebut, sang petani juga menjawab bahwa itu miliknya. Soekarno
menyadari meskipun telah memiliki modal dan tenaga sendiri, petani tersebut
tetap miskin. Maka timbul lah konsep “Marhaen” yang menggambarkan
kemiskinan rakyat yang diakibatkan oleh kapitalisme, imperialisme, dan
kolonialisme.14
Dalam sidang BPUPKI pada tangga 1 Juni 1945, Soekarno menawarkan
Pancasila sebagai rujukan bersama. Lima prinsip tersebut yaitu Kebangsaan
Indonesia, internasionalisme atau peri – kemanusiaan, mufakat atau demokrasi,
kesejahteraan sosial dan ketuhanan yang berkebudayaan. Jika Pancasila tersebut
disederhanakan maka akan menjadi trisila, yaitu sosio – nasionalisme, sosio –
demokrasi, dan ketuhanan. Jika disederhanakan lagi akan menjadi ekasila yaitu
gotong royong.
14
Peter Kasenda, Marhaenisme. 2010.
https://peterkasenda.wordpress.com/2010/10/30/marhaenisme/ (Diakses pada tanggal 20 Maret 2019)
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring berjalannya waktu, muncul beberapa pemikiran – pemikiran kritis
yang awalnya hanya menjadi sebuah asumsi dasar, lalu membentuk sebuah
ideologi. Ideologi ada sebagai bentuk tanggapan terhadap kondisi ekonomi, sosial,
dan politik yang terus dinamis, sehingga ideologi pun dalam sejarahnya
mengalami beberapa perkembangan. Dengan memahami sejarah lahirnya sebuah
ideologi dan asumsi – asumsi dasarnya, maka dapat diketahui juga langkah –
langkah yang akan diambil oleh masing – masing ideologi untuk merealisasikan
tujuannya.
Dimulai dari Adam Smith yang menawarkan Kapitalisme sebagai dasar
pemikiran dalam mencapai kesejahteraan. Namun memberikan beberapa dampak
negatif seperti terjadinya kesenjangan yang cukup besar dikarenakan pemusatan
modal dan alat produksi di beberapa individu saja. Komunisme hadir sebagai
bentuk reaksi dan perlawanan terhadap kapitalisme. Komunisme menekankan alat
produksi harus dikuasai oleh negara dan dimiliki secara bersama. Di Indonesia
lahir Marhaenisme yang juga menjadi azas perjuangan melawan kapitalisme,
imperialisme, dan kolonialisme. Dan di Turki lahir Pan – Islamisme yang bercita
– cita untuk menyatukan seluruh umat Islam dalam sebuah kekhalifahan yang
besar demi melawan kapitalisme dan mengembalikan masa kejayaan Islam.
Hingga sekarang masih terjadi pertarungan gagasan antara ideologi tersebut,
serta pertarungan di tataran politik sebagai bentuk usaha dalam merealisasikan
tujuan dari masing – masing ideologi.
B. Saran
Sekiranya melalui makalah ini pembaca dapat lebih memahami mengenai
sejarah lahir dan ide ide pokok dari ideologi Kapitalisme, Komunisme, Pan –
Islamisme, dan Marhaenisme. Sehingga dapat menjadi pondasi dasar bagi
pembaca sebelum membahas lebih dalam mengenai ideologi tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sutisna, Agus. “Liberalisme Lama dan Baru (William Ebenstein, Great Political
Thinkers,1960)”. Program Doktor Ilmu Politik. Jakarta: Universitas Nasional
Jakarta. https://www.academia.edu/8845088/Liberalisme_Klasik_dan_Modern
Agustiati. 2009. “Sistem Ekonomi Kapitalisme”. ISSN 1441 - 3341. Vol 1 No 2.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/academica/article/view/2326/1513
Syalabi, Ahmad. 1988. “Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki
Utsmani”. Kalam Mulia.
Suseno, Frans Magnus. 1995. “Filsafat Sebagai Ilmu Kritis”. Yogyakarta:
Kanisius.
Soekarno. 1963. “Dibawah Bendera Revolusi”. Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah
Bendera Revolusi.
Kristeva, Nur Sayyid Santoso. 2010. “Sejarah Ideologi Dunia”. Eye on The
Revolution Press.
Marx, Karl dan Engels, Frederick. 1959. “Manifesto Komunis (1848)”. Jakarta:
Yayasan Pembaruan.
Kristinawati, Putri. 2013. “Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 Dibawah
Pimpinan Vladimir Lenin”. Medan: Jurnal POLITEIA. ISSN 0216 - 9290. Vol 5
No 2. https://jurnal.usu.ac.id/index.php/politeia/article/download/16084/6852
Haryadi, Edy. 2000. “Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapan”. Jakarta: Komunitas
Studi Untuk Perubahan.
Alam, Dela Melisa Nur. 2018. “Pan Islamisme Jamaluddin Al - Afghani Dalam
Perspektif Politik Islam”. Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan. http://repository.radenintan.ac.id/4733/
Kasenda,
Peter.
2010.
https://peterkasenda.wordpress.com/2010/10/30/marhaenisme/
20
“Marhaenisme”.
Curriculum Vitae
1. Nama Lengkap
: Fauzi Fadhlurrahman
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Padang, 28 Oktober 1997
3. Alamat
: Komplek Wisma Utama Blok D No. 7 Parak
Laweh
4. Jenis Kelamin
: Laki laki
5. Agama
: Islam
6. No. Telp
: 082165675626
7. Email
: [email protected]
Pendidikan Formal:
SD Negeri 22 Andalas
Tahun Ajaran 2002 - 2003.
SD Negeri 02 Pasar Mudik
Tahun Ajaran 2003 - 2008.
SD Negeri 48 Kuranji
Tahun Ajaran 2009 - 2009.
SMP Negeri 1 Padang
Tahun Ajaran 2009 - 2012.
SMA Negeri 10 Padang
Tahun Ajaran 2012 - 2015.
Pengalaman Organisasi:
1. Wakil Ketua Umum Sispala Rinjani Periode 2013/2014.
2. Ketua Umum Sispala Rinjani Periode 2014/2015.
3. Anggota Divisi Akademik Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional
Universitas Andalas Periode 2016-2017.
4. Anggota Divisi Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Hubungan Internasional
Universitas Andalas Periode 2017/2018.
5. Anggota Bidang Organisasi GMNI Komisariat Unand Periode 2016/2017
Pengalaman Kepanitiaan:
1. Ketua Pelaksana Pelantikan Anggota Penuh Sispala Rinjani ke XXV Tahun
2014.
21
2. Ketua Pelaksana Pendidikan Dasar Cinta Alam Sispala Rinjani ke XXVI Tahun
2015.
3. Ketua Pelaksana Upgrading DPK GMNI UNAND Tahun 2016.
4. Ketua Pelaksana International Relation Dedicate on Society (IREDS) Tahun
2017
22
Download