Uploaded by farahrosa9

ARSITEKTUR NUSANTARA - DAYAK BENUAQ (KALTIM)

advertisement
Arsitektur [di] Nusantara: Pengantar Mengenal Bangunan Nusantara
RUMAH LAMIN di Desa Pondok Labu, Dayak
Benuaq Kalimantan Timur
Sebagian
besar
Pulau
Kalimantan ditinggali oleh suku
Dayak. 200 lebih sub suku Dayak
mendiami pulau ini, beberapa
diantaranya yang paling terkenal
adalah Kenyah dan Benuaq di Timur,
Ngaju di Tengah, Kaya dan Iban.
Adat Dayak hidup beradaptasi
dengan alam,
memanfaatkan
sumber
daya
alam
tanpa
merusaknya.
Salah satu
suku yang
mendiami Provinsi Kalimantan
Timur adalah Suku Dayak Benuaq.
Lokasi Desa Pondok Labu
Wisatasia.com : Rumah Lamin di desa pondok
Kehidupan orang Benuaq bertani ladang berpindah, karena itu penyebarannya juga berhubungan
dengan penyebaran lokasi perladangan. Masyarakat adat Benuaq menganut agama pribumi atau
animisme dan dinamisme.(Kaharingan atau ‘Agama Helo’). Umat kaharingan percaya bahwa alam
sekitarnya penuh dengan makhluk-makhluk halus dan roh-roh yang menempati tiang-tiang rumah,
batu-batu besar, pepohonan besar, sungai-sungai, akar kayu, tempat-tempat keramat, segala jenis flora
dan fauna, penyakit dan lain sebagainya. Makhluk -makhluk atau roh-roh halus tersebut dipercayai
memiliki kekuatan supra-natural yang bersifat baik atau jahat. Roh-roh nenek moyang yang disebut
Liaw atau Kalelulangan, makhluk halus yang menunggu hutan disebut nyahuq, dan jin-jin lain yang
menguasai hutan dan goa-goa dan di gunung.
Sumber : Jusna Amin (2016) Mengenal Arsitektur Landsekap Nusantara, Pustaka Pelajar
Masyarakat Suku Dayak Benuaq dapat ditemui di
sekitar wilayah Sungai Kedang Pahu di pedalaman
Kalimantan Timur dan di daerah danau Jempang. Di
Kalimantan Timur, sebagian besar masyarakatnya
mendiami Kutai Barat dan merupakan etnis mayoritas
(±60 %), lebih tepatnya mendiami daerah Jonggon
hingga Pondok Labu, Kecamatan Tenggarong,
kawasan Jongkang hingga Perjiwa, Kecamatan
Tenggarong Seberang, di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Arsitektur [di] Nusantara: Pengantar Mengenal Bangunan Nusantara
Rumah tradisional suku Dayak Benuaq dikenal dengan nama
Rumah Lamin. Lamin atau ‘rumah panjang’ adalah nama umum bagi
rumah marga suku Dayak di Kalimantan Timur, Barat, Serawak dan
Brunei. Arti kata ‘Rumah Lamin’ memiliki arti ‘Rumah Panjang Kita
Semua’ dimana rumah ini dihuni oleh beberapa keluarga yang
tergabung dalam satu keluarga besar.
Masyarakat Benuaq hidup bersama dalam satu bentang rumah lamin
yang menampung beberapa keluarga, dimana 3 sampai 5 keluarga dapat
mendiami 1 olakng. Olakang sendiri dapat menyambung sehingga
menciptakan rumah lamin dengan bentang yang mencapai 200 hingga 300
meter. Banyaknya olakng dalam satu rumah lamin dapat menunjukkan
level dari kepemimpinan masyarakat benuaq, sehingga rumah lamin sering
disebut dengan kampung besar atau benua.
Di dalam satu kawasan perkampungan suku Dayak
Benuaq, terdiri dari beberapa bagian, diantaranya :







Sumber : Jusna Amin (2016) Mengenal Arsitektur Landsekap Nusantara, Pustaka Pelajar
Lou (lamin) : rumah sebagai pusat kegiatan masyarakat
dan ditempati sekelompok masyarakat yang
kebanyakan masih satu saudara.
Belay jaykung : rumah tunggal di sekitar rumah lamin
sebagai dapur dan tempat menyiapkan dan menyimpan
bahan makanan
Lubakng : kuburan para leluhur dan masyarakat
Umaq : kawasan perladangan
Simpunkg : kawasan untuk keperluan khusus
Keboth dukuh : kawasan berkebunan
Sophan : tempat yang dianggap keramat
Arsitektur [di] Nusantara: Pengantar Mengenal Bangunan Nusantara
VISUAL
Rumah Lamin berbentuk panggung dengan ketinggian kolong mencapai
2-3 meter. Denahnya berbentuk segi empat memanjang dengan atap pelana.
Bagian gevel diberi teritis dengan kemiringan curam. Tiang-tiang rumah terdiri
dari dua bagian, bagian pertama menyangga rumah dari bawah sampai atap dan
bagian kedua merupakan tiang kecil yang mendukung balok-balok lantai
panggung.
Sumber : Jusna Amin (2016) Mengenal Arsitektur Landsekap Nusantara, Pustaka Pelajar
Sebuah Lamin memiliki ukiran-ukiran ornamen pada pagar
maupun dinding rumah. Dinding rumah hanya terbuat dari papanpapan kayu ulin. Terdapat sedikit ornamen pada tangga rumah, bukan
pada railing namun pada samping pijakan anak tangga. Pada halaman
depan Lamin terdapat belontakng, yaitu patung yang terbuat dari kayu
ulin, dimana puncak acara guguk tautn atau kuangkai kerbau di ikat
dipatung dan dikorbankan dengan cara di tombak.
Arsitektur [di] Nusantara: Pengantar Mengenal Bangunan Nusantara
SPASIAL
Lamin sendiri sebagai rumah utama memiliki pola
permukiman mengikuti arus sungai, karena pada awalnya
manyarakat benuaq hidup berpindah-pindah sesuai dengan
sumber daya yang ada. Sedangkan di dalam rumah, kepala
suku atau tetua akan mendiami bagian tengah rumah lamin
dan para anggota lainnya akan menyebar di samping kiri dan
kanan bangunan. Di dalam satu olakng, dapat dibagi menjadi
beberapa bagian utama, yaitu:
•
•
•
•
•
Con : tangga
Usoq : serambi
Bilik : tempat untuk tidur
Lepubung : lumbung
Jayung : perapian
Sumber : Rahmawati, Heti (2025) Kearifan Lokal Masyarakat Dayak Benuaq dalam Pemanfaatan Lahan dan Pemeliharaan Lingkungan dalam Jurnal Penelitian Humaniora,
Vol. 20, No. 2
Arsitektur [di] Nusantara: Pengantar Mengenal Bangunan Nusantara
STRUKTURAL
ATAS
Kepang atau atap terdiri dari kayu keras yang dibuat papan dengan
ukuran 70 cm x 40 cm. Lembaran-lembaran kayu disusun bertumpuk
dimana satu kayu menutupi kayu lainnya lalu tiap lembaran kayu juga
dilubangi agar dapat diikat. Kemudian atap rumah ini ditutupin dengan
kayu-kayu
sirap.
TENGAH
Rumah Lamin memiliki tiang atas yang diletakkan di atas tiang
bawah penyangga, digunakan untuk membantu menyangga atap. Tiang
atas ini terbuat dari batang pohon belengkanai dengan diameter 0,5 m.
Tiang atas juga berfungsi sebagai tempat dipasangnya dinding-dinding
Rumah Lamin yang terbuat dari jejeran papan berbahan kayu meranti.
Dinding-dinding inilah yang akan membentuk ruang-ruang pada
bangunan. Sama seperti dinding pada rumah ini, lantai pada Rumah
Lamin terbuat dari jejeran papan kayu meranti dengan ukuran 1×10 m.
BAWAH
Rumah Lamin memiliki 2 tipe tiang bawah, tiang utama dan
tiang penyangga, yang digunakan sebagai pondasi. Kedua
tiang tersebut ditancapkan ke dalam tanah, namun tiang utama
memanjang hingga dinding rumah, sementara tiang penyangga hanya
sampai lantai rumah. Tiang utama, atau yang mereka sebut dengan
sukaq, memiliki panjang 8 m yang dimana 2 meter tertancap dalam
tanah, kemudian jarak dari tanah ke rumah juga 2 meter, dan terakhir
untuk tinggi dinding rumah sendiri setinggi 4 meter.
Sumber : https://budaya-indonesia.org/Lamin-Dayak-Benuaq
https://nadineagnesiaa.wordpress.com/2016/10/27/rumah-adat-kalimantan-timur/
Arsitektur [di] Nusantara: Pengantar Mengenal Bangunan Nusantara
STRUKTURAL
Terdapat 3 pintu, 1 pintu terletak di tengah
berhadapan dengan tangga utama, dan 2 pintu lainnya
juga berhadapan dengan 2 tangga lainnya. Ketiga pintu ini
memiliki tinggi yang sama, yaitu 2 meter, namun pintu
utama memiliki lebar 90 cm, sementara 2 pintu lainnya
memiliki lebar lebih sempit, yaitu 80 cm.
Sementara jendela pada Rumah Lamin berjumlah 4,
memiliki tinggi 80cm dan lebar 60cm. Terakhir, Kepang
atau atap terdiri dari kayu keras yang dibuat papan dengan
ukuran 70 cm x 40 cm. Lembaran-lembaran kayu disusun
bertumpuk dimana satu kayu menutupi kayu lainnya lalu
tiap lembaran kayu juga dilubangi agar dapat diikat.
Kemudian atap rumah ini ditutupin dengan kayu-kayu
sirap.
Selanjutnya, asoq, atau lantai pada Rumah Lamin
tersusun atas 4 lapisan, yaitu merurat (gelagar pertama),
matuukng (gelagar kedua), lala (lantai bagian bawah) dan
di atas lala dipasang lantai yang sebenarnya.
Rumah Lamin juga memiliki 3 tangga atau yang
disebut dengan can, 1 tangga utama dan 2 tangga lainnya.
Tangga utama terletak di tengah bangunan, memiliki
lebar 1 meter dan panjang 1,6 meter. Sementara 2 tangga
lainnya terbuat dari kayu ulin utuh yang dipahat seperti
tangga. Karena 2 tangga ini tidak terpasang pada
bangunan, tangga-tangga ini bisa dinaikkan atau
diturunkan sesuai kebutuhan. Bukaan pada Rumah
Lamin terdiri dari pintu dan jendela.
Pada bawah kolong Rumah
Lamin
terdapat
kelungkukng.
Kelungkukng
adalah
tempat
menaruh atau kurungan babi
terbuat dari potongan bambu dan
diikat dengan tali rotan dan
berguna sebagai wadah untuk
membawa babi dari kandang babi
ke tempat upacara adat.
Sambungan kolom pada Rumah Lamin
Sumber : https://budaya-indonesia.org/Lamin-Dayak-Benuaq
https://nadineagnesiaa.wordpress.com/2016/10/27/rumah-adat-kalimantan-timur/
Arsitektur [di] Nusantara: Pengantar Mengenal Bangunan Nusantara
SOSIAL BUDAYA
Lansekap Etnik Dayak Benuaq- Menurut kepercayaan Dayak Benuaq,
alam semesta terdiri dari empat negeri yang memiliki keterpautan bagi
keberlangsungan hidup para penghuninya. Ngeeri yang dimaksud adalah:
• Negeri Atas Langit atau Langit Waro Lepir (langit lapis delapan).
Dewa penghuni Negeri Atas Langit dipersonifikasikan sebagai
burung Enggang jantan selaku lambang keperkasaan
• Negeri Bawah Tanah atau Bengkolong Tana atau Tanyukng Ruakng yang
dihuni oleh para dewa (Tonoy) yang menguasai tanah, sungai,
pepohonan, bukit dan gunung. Dewa penghuni Negeri Bawa Tanah
dipersonifikasikan sebagai burung Naga betina selaku lambang
kesuburan.
• Negeri Manusia atau Senarikng Tana adalah perilaku yang memiliki
korelasi dengan penghuni negeri lain
• Negeri Arwah atau Teluyatn Tangkir Langit Benuang Tingkir Layakng,
dihuni oleh para arwah.
Sumber : jLsjIAHOahdohDIOHoiahdio
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbk
Kearifan Lingkungan Etnik Dayak Benuaq- Hutan bagi
masyarakat Dayak di Kalimantan merupakan milik mereka paling
berharga, hubungan antara mereka dan hutan telah terintegrasi secara
turun-temurun. Segala kepercayaan, nilai-nilai budaya, norma adat,
tradisi, dan perilaku mereka senantiasa bersentuhan dengan aspek
kelestarian lingkungan hutan. Salah satu model kearifan ekologis yang
dikembangkan masyarakat Benuaq adalah pemanfaatan sumber daya
alam melalui simpukng (kebun buah-buahan) dan simpukng munan (kebun
di hutan).
Download