Uploaded by User19810

KULIAH GABUNGAN

advertisement
Diare
Pendahuluan
• Diare adalah frekuensi dan likuiditas keluarnya feses tidak normal dibandingkan
dengan tinja normal. Frekuensi dan konsistensi bervariasi dari seseorang dan
antar individu. Sebagai contoh, seseorang defekasi sebanyak tiga kali sehari,
sementara lainnya hanya dua atau tiga kali perminggu
• Diare adalah frekuensi keluarnya tinja cair secara abnormal. Frekuensi antar
individu bervariasi (arang dewasa sehat BAB tiga kali sehari, orang lain mungkin
sekali dalam dua hari atau lebih).
• Diare (Yunani & latin); dia artinya melewati dan rhein yang berarti mengalir)
merupakan masalah umum untuk orang yang menderita “pengeluaran feses yang
terlalu cepat dan encer”
• Diare didefinisikan sebagai kelebihan bobot cairan (normal dewasa;
200 g / hari)
• Rata-rata bobot feses sehari adalah 100-150 g
• Perubahan dari 150-300 g dapat diinterpretasikan sebagai diare
1
• Faktor utama berkontribusi
pada diare adalah hilangnya
cairan. Secara normal sekitar 7
liter cairan digestive disekresi
ke dalam saluran GI setiap hari
• Cairan ke GI terdiri dari saliva
atas sekitar 1 Liter, gastric
juice 2 l, pancreatic juice 2l,
sekitar 1 l cairan dari liver dan
1 l dari bowel. Sebagai
tambahan 2 l masuk ke GI
dengan makanan dan
minuman. Total 9 l,
direabsorbsi usus halus.
• Jumlah yang direabsorbsi 850
ml dan 150 ml disekresi
sebagai feses setiap hari.
Gangguan pada proses
absorbsi air menyebabkan
diare.
2
Tabel Perputaran (turnover) air harian (ml) dalam saluran cerna
Dimakan
2000
Sekresi endogen
Kelenjar saliva
Lambung
Empedu
Pankreas
Usus
Masukan total (2l oral)
Reabsorsi
Jejunm
Ileum
Kolon
Imbangan dalam feses
7000
1500
2500
500
1500
1000
7000
9000
8800
5500
2000
1300
8800
200
•Diare disebabkan umumnya oleh gangguan
transport air dan elektolit di usus
•Diare dapat disebabkan oleh adanya
•peningkatan tekanan osmotik di dalam usus
(sehingga menyebabkan retensi air di dalam
lumen);
•sekresi elektrolit dan air yang berlebihan ke
dalam lumen usus;
•eksudasi protein dan cairan dari mukosa; dan
•perubahan motilitas usus, sehingga
mempercepat transit.
4
Tampilan secara klinik
•Banyak zat, termasuk antibiotika dan obat lain
menyebabkan diare.
•Obat-obat yang menyebabkan diare : Laksatif,
antasid mengandung magnesium, antineoplastik,
auranofin (garam emas), antibiotika (klindamisin,
tetrasiklin, sulfonamida, beberapa antibiotika
spektrum luas), antihipertensi (reserpin, guanetidin,,
metildopa, guanabenz, guanadrel), kolinergik
(betanekol, neostigimin), Cardiac agents (quinidin,
digitalis, digoksin), Obat-obat antiinflamasi non
steroid, prostaglandin, kolkisin.
5
Jenis Diare
•Diare akut, mula terjadinya tiba-tiba, tinja cair
terjadi diikuti lemas, adanya gas, nyeri, seringkali
demam dan muntah.
•Umumnya episode diare akut reda/hilang dalam
72 jam.
•Diare kronik, keluarnya tinja tidak berbentuk,
sering atau berulang dan biasanya disebabkan
multi faktor.
•Diare kronik termasuk diare yang sering terjadi
selama dua sampai tiga periode panjang.
6
Kemungkinan Penyebab Diare Akut :
•Disentri amuba
. Pengobatan
•Antibiotika
. Radiasi
•Karsinoma
. Enteriitis regional
•Kolera
. Salmonellosis
•Divetikuitis
. Shigellosis
•Toksin Eschericia coli . Infeksi
Staphylococcal
•Keracunan makanan . Kolitis ulseratif
•Giardiasis
. Gastroenteritis viral
7
Kemungkinan Penyebab Diare Kronik :
















Penyakit addisons
Pertumbuhan bakterial berlebih
Blind loops
Sindrom carcinoid
Karsinoma
Diabetes neuropati
Hormon-hormon GI
Enteropathy Gluten
Hidroksi asam lemak
Hipertiroidisme
Penyakit intracranial
Iritabilitas colon
Kolitis iskemik
Defisiensi laktase
Syndrom malabsorbtion
Parasitosis

Kehilangan protein enteropathy


Enteritis regional
Skleroderma

Structure


Surgey / bedah
Subtotal gastrectomy dan vagotomy

Vagotomy dan pyloroplasty
 Gastroenteroctomy dan vagotomy
 Vagotomy dan pyloroplasty
 Afferent loop syndrome from gastrojejunostomy or sub
total

Gastrectomy and bilroth II anastomosis ileal resection

Short bowel syndrome

Tuberculosis


Ulcerative colitis
Eremia

Villus tumor

Zollinger-Ellison Syndrome
8
•Bervariasinya penyebab diare membuat
identifikasi mekanisme secara patofisiologi sulit
dan menyebabkan pemeriksaan secara fisik
lengkap lebih baik, termasuk dukungan uji
laboratorium klinik
•Penyebab diare dapat juga psikogenik,
neurogenik dan pembedahan, endokrin, iritan,
osmotik, diet, alergenic, malabsorbsi dan atau
inflamatory.
•Diare disalahgunakan (abuse) untuk menurunkan
bobot badan dengan terjadinya diare.
•Pada diare, pemeriksaan secara fisik abdomen
dapat ditemukan peristaltik dengan perut
berbunyi.
9
Pengobatan non spesifik
•Pada kasus parah, risiko diare terbesar
adalah dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit,
terutama pada bayi, anak-anak dan
manula yang lemah. Oleh karena itu
terapi rehidrasi oral merupakan kunci
utama penanganan untuk pasien sakit
diare akut.
10
Patofisiologi Diare
• Diare adalah ketidakseimbangan absorbsi dan sekresi air
dan elektrolit. Jika absorbsi air di small bowel dan kolon
menurun atau sekresi meningkat melebihi normal, diare
terjadi. Biasanya keluar air dan elektrolit terus menerus
dari tubuh.
• Secara umum 4 mekanisme patofisiologis gangguan
keseimbangan air dan elektrolit, yang menyebabkan
diare. 4 mekanisme ini adalah dasar diagnosis dan
terapi yaitu ;
1. Perubahan transport aktif ion oleh penurunan
absorbsi Na ataupun meningkatnya sekresi Cl.
2. Perubahan pada motilitas intestinal
3. Meningkatnya osmolaritas dalam luminal dan
4. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam jaringan,
11
• Berdasarkan mekanisme patofisiologi diare telah
dihubungkan dengan 4 kelompok diare secara klinis yaitu
diare : sekretori, osmotik, eksudatif dan perubahan transit
intestinal.
• Diare sekretori terjadi bilamana secara struktural senyawa
mirip (contoh, peptida intestina vasoaktif atau
bakterial/toksin) meningkatkan sekresi atau menurunkan
absorbsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.
• Senyawa (zat kimia) diabsorbsi kurang baik menahan
cairan intestinal, menyebabkan diare osmotik.
• Penyakit inflamasi usus dapat menyebabkan diare
eksudatif dengan keluarnya mukus, protein atau darah ke
usus.
• Motilitas usus dapat dihubungkan dengan menurunnya
waktu kontak dalam usus halus, cepat melewati kolon dan
oleh pertumbuhan bakteri berlebihan.
12
Outcome diinginkan
Terapi Farmakologi
• Berbagai obat digunakan
•Tujuan terapeutik
untuk mengobati diare,
pengobatan diare
obat ini dikelompokkan ke
adalah mengelola
dalam berbagai kategori ;
diet, mencegah
• Antimotilitas
keluarnya air,
• Adsorbents
elektrolit berlebihan
• Senyawa antisekretori
• Antibiotika, enzim dan
dan gangguan asam• Mikroflora intestinal
basa.
• Biasanya obat ini tidak
kuratif tapi paliatif
13
Gambar 1. Rekomendasi pengobatan diare akut
Diare
Riwayat Pemeriksaan fisik
Diare akut (< 3hari)
Tanpa demam atau
simptom sistemik
Diare kronik (> 14 hari)
Ke gambar 2
Demam atau
Simptom sistemik
Periksa feses untuk white blood cell
(WBC) / RBC/Parasit
Terapi simptomatik
•Penggantian
cairan/elektrolit
•Loperamid difenoksilat atau
adsorbent
•Diet
Negatif
Positif
Terapi simptomatik
Gunakan antibiotik sesuai
14
dan terapi simptomatik
Gambar 2. Rekomendasi pengobatan diare kronik
Diare kronik
Terjadi lebih dari 14 hari
Penyebab yang mungkin
a.
Infeksi intestinal
b.
Inflamatory bowel disease
c.
Malabsorbtion
d.
Secretory hormonal tumor
e.
Obat
f.
Gangguan motilitas
Pemeriksaan fisik dan
history
Pilih diagnosis yang sesuai seperti ;
a.
Kultur tinja / ova/ parasit/WBC/RBC/Fat
b.
Sigmoidoscopy
c.
Biopsy intestinal
Tanpa diagnosis, Terapi simptomatik
a. Penggantian cairan/elektrolit
b. Hentikan obat potensial diare
c. Loperamid atau adsorbent
Gunakan antibiotik sesuai
dan terapi simptomatik
15
Antidiare
• Campuran yang seimbang antara glukosa dan elektolit dalam volume
yang setara dengan cairan yang hilang dapat mencegah terjadinya
diare, WHO merekomendasikan formula atau larutan rehidrasi oral
yang ideal ; campuran lain atau obat-obat rumah yang mungkin
komposisinya tidak seimbang.
• Larutan rehidrasi oral untuk pengobatan diare (satuan mmol/l, kecuali
dalam kurung dalam gram/l
Larutan
Na+
K+
Cl-
Sitrat
Larutan WHO
Pedialyte
Resol
Infalyte
Gatorade
Coca cola
Jus apel
Teh
Sup ayam
90
45
50
50
23,5
1,6
<1
0
250
20
20
20
25
<1
<1
25
0
8
80
35
50
45
17
30
10
Dikarbonat
30
13
30
0
250
0
0
0
0
glukosa
111
141
111
111
(40)
(100)
(120)
0
0
16
Obat antidiare
• Farmakoterapi diare harus dilakukan pada pasien yang
menunjukkan gejala diare yang signifikan dan terus
menerus (persisten)
• Obat antidiare nonspesifik biasanya tidak mengacu pada
patofisiologi penyebab diare ; prinsip pengobatan ini
hanya menghilangkan gejala pada kasus diare akut yang
ringan.
• Obat-obat ini kebanyakan bekerja menurunkan motilitas
usus dan sedapat mungkin tidak boleh diberikan pada
diare yang disebabkan mikroorganisme. Pada kasus ini
obat tersebut dapat menutupi gambaran klinis,
menunda mikroorganisme dibersihkan, dan
meningkatkan risiko infeksi oleh mikroorganisme dan
komplikasi seperti megakolon toksik (dilatasi kolon akut
disertai kolitis amebik atau ulseratif).
17
Obat antidiare
Senyawa intralumen
•Senyawa-senyawa pembentuk massa dan bersifat
higroskopik
•Koloid hidrofilik, seperti psilium (metamucil, dll.
Polikarbofil dan karboksimetilsellulosa menyerap air
dan meningkatkan massa feses, biasanya digunakan
untuk konstipasi, tetapi kadang-kadang berguna
untuk diare kronis ringan pada pasien yang
menderita sindrom iritasi usus.
•Mekanisme efek ini belum jelas
•Beberapa obat ini dapat mengikat toksin bakteri
dan garam empedu
18
Obat antidiare
Senyawa intralumen
• Adsorbent (seperti kaolin-pektin) digunakan untuk
meringankan simptomatik, adsorbent kerjanya tidak
spesifik. Mereka mengadsorbsi nutrient, toksin, obat
dan digestives juice. Pemberian bersama dengan
obat lain menurunkan bioavailabilitas obat lain
tersebut.
•Lempung (Clay) seperti kaolin (suatu alumunium
silikat berhidrat dan silikat lainnya seperti Atapulgit
(MgAlsilikat) mengikat air dalam jumlah besar, juga
mengikat enterotoksin. Campuran kaolin dan pektin
(polisakarida tanaman sebagai OTC dan dapat
meredakan gejala diare ringan).
19
Obat antidiare
Senyawa intralumen
Kolestiramin
•Adalah suatu resin penukar anion yang efektif
mengikat asam empedu dan beberapa toksin bakteri.
Berguna untuk diare yang diinduksi garam empedu
dengan dosis 9 gram 4 kali sehari, dosis dapat
diturunkan hingga frekuensi diare sesuai diinginkan,
juga pernah digunakan untuk diare akibat AB dan
kolitis oleh Clostridium dificale.
•Kolestiramin dapat memperparah diare pada
penderita dengan steatorea (feses dengan lemak
berlebihan)
•Kolestiramin dapat mengikat obat dan Vitamin dan
hendaknya tidak diberikan bersama, tetapi beberapa
jam sebelum dan setelah pemberian obat.
20
Obat antidiare
Senyawa intralumen
Bismut
• Mekanisme kerja belum diketahui dengan baik.
• Bismut diduga memiliki efek antisekretori, antiradang dan
antimikroba, juga dapat meredakan mual dan kram
abdomen.
• Bismut subsalisilat efektif untuk pencegahan dan
pengobatan diare pada wisatawan (traveller,s diarrhea)
• Bismut sulfida, berwarna hitam, membuat feses berwarna
gelap, lidah gelap akibat reaksi obat dan sulfida yang
diproduksi bakteri dalam mulut.
• Sering untuk pengobatan helicobacter pylori
21
Obat antidiare
Obat-obat antimotilitas dan
anitsekretori
Opioid/Opiat
• Bekerja diperantarai terutama oleh reseptor opioid μ (efek
motilitas) dan δ (sekresi usus) pada saraf enterik, sel epitel
dan otot atau absorbsi (reseptor μ dan δ). Antidiare yang
umum digunakan seperti difenoksilat, difenoksin dan
loperamid)
• Opiat dan derivat opiat memperlama waktu transit konten
intraluminal.
• Pada diare yang disebabkan infeksi, penggunaan obat ini
meperburuk diare.
• Penggunaan jangka panjang dibatasi, potensial adiksi.
22
Obat antidiare
Obat-obat antimotilitas dan anitsekretori
Loperamid (Imodium R)
• Sering direkomendasikan untuk mengatasi diare akut dan
kronik.
• Obat antidiare turunan piperidin butiramid aktif secara oral.
40-50x lebih kuat dari morfin sebagai antidiare. Penetrasi ke
SSP buruk. Loperamid memiliki aktivitas antisekretori untuk
melawan toksin kolera dan beberapa bentuk toksin E. Coli
• Kerja cepat setelah oral, puncak 3-5 jam, t1/2 11 jam. Dosis
dewasa 4 mg awal, diikuti 2 mg tiap defekasi hingga 16 mg /
hari. Dosis maks anak 2-5 th 3 mg, 6-8 th 4 mg, 8-12 th 6 mg.
Tidak boleh untuk usia di bawah 2 th.
• Loperamid dapat digunakan kombinasi dengan antimikroba
(trimetoprim-sulfametoksazol atau fluorokuinolon). Jika
perbaikan klinis setelah 48 jam tidak terlihat, penggunaannya
dihentikan.
• Loperamid dapat sebagai terapi penunjang diare kronis.
23
Obat antidiare
Agonis Reseptor α2-adrenergik
•Menstimulasi absorbsi dan menghambat sekresi
cairan dan elektrolit, dan juga meningkatkan waktu
transit usus dengan cara berinteraksi dengan
reseptor spesiifik.
•Klonidin oral (0,1 mg dua kali /hari) untuk penderita
diabetes yang diare kronis, juga untuk diare akibat
penghentian opiat.
•ES ; hipotensi, depresi dan merasa kelelahan, sebagai
pembatas penggunaan obat ini.
24
Obat antidiare
Oktreotid
Analog oktapeptida somatostatin
• Efektif menghambat diare sekresi parah yang disebabkan
oleh tumor pensekresi hormon pada pankreas dan saluran
GI
• Mek Kerja, melibatkan penghambatan sekresi hormon dan
bukan efek proabsorptif.
• Efektif untuk diare sekresi seperti diare yang diinduksi
kemoterapi, diare berhubungan dengan HIV dan diare
diabetik.
• Awal terapi 50-100 μg 2-3 x / hari dengan penyesuaian dosis
hingga maks 500 μg 3x / hari.
• Untuk terapi akromegali 20 mg IM sekali sebulan
25
Pelayanan Farmasis
Identifikasi diare yang diderita
 Pertanyaan yang ditanyakan seorang farmasis / petugas apotek kepada
penderita untuk membantu pemilihan obat antidiare sebagai berikut ;
Apakah diare yang dialami ada hubungannya dengan
gejala lain ? Seperti demam, muntah, nyeri
Berapa lama masalah sudah terjadi ?, Apakah diare
terjadi tiba-tiba? Berapa kali sehari buang air besar
(BAB)?
Apakah terdapat darah pada feses atau mulas ?
Apakah anda dapat menghubungkan awal mula diare
dengan penyebab spesifik dengan bahan makanan
atau obat?. Apakah anda bepergian ke luar negeri /
daerah lain ?
26
Pelayanan Farmasis
•Apakah ada perubahan diet? apa alasannya
•Apakah ada keluarga lain dengan gejala yang sama
pada saat ini?
•Apakah pasien bayi atau anak-anak?
•Apakah anda sedang menggunakan atau
menghentikan penggunaan obat? Alasannya?
•Apakah anda mempunyai riwayat diabet atau
penyakit lain?
•Apakah anda sudah mencoba beberapa antidiare?,
bagaimana keefektifannya ?
27
Konstipasi dan Penanganannya
• Fungsi utama kolon berhubungan dengan proses
pemadatan, penyimpanan, serta pengaturan waktu dan
proses pengeluaran yang tepat.
• Pasien menggunakan istilah konstipasi untuk penurunan
frekuensi, kesulitan pada awal dan pelewatan, feses
yang keluar keras dan sedikit, atau suatu perasaan
bahwa pembuangan feses tidak tuntas.
• Penyebab konstipasi bersifat sekunder atau reversibel,
misal ; kekurangan asupan serat makanan, obat-obatan,
gangguan hormonal, kelainan neurogenik dan penyakit
sistemik.
• Seringkali konstipasi kronis penyebabnya tidak diketahui.
• Mengatasi konstipasi dengan menggunakan laksatif.
• Penyalahgunaan laksatif untuk mengendalikan berat
badan.
28
Konstipasi dan Penanganannya
• Pada banyak kasus konstipasi dapat diatasi dengan
mengkonsumsi makanan kaya serat (20-30 g / hari), banyak
minum, serta membiasakan defekasi yang tepat. Perbaikan
aktivitas fisik dan faktor psikososial serta emosional
membantu mengatasi konstipasi.
• Kebiasaan menggunakan laksatif dapat menyebabkan
kehilangan air dan elektrolit secara berlebihan.
• Laksatif selain untuk konstipasi juga digunakan untuk
menjalani prosedur pembedahan, radiologi dan endoskopi
yang memerlukan kondisi kolon kosong.
• Laksatif membantu mempertahankan feses yang lunak pada
pasien gangguan anorektikal seperti hemoroid dan sindrom
iritasi usus divertikulosis.
29
Obat mengatasi konstipasi; pertimbangan umum
• Laksatif ; pengososngan bahan feses yang telah terbentuk
sebelumnya dari rektum
• Katartika ; pengosongan bahan feses yang belum terbentuk
sebelumnya dan biasanya berair dari seluruh kolon.
Mekanisme kerja umum
• Laksatif diduga bekerja dengan salah satu berikut ;
• Retensi cairan intra lumen dengan mekanisme hidrofilik
atau osmosis.
• Menurunkan absorbsi cairan
• Efek terhadap motilitas dengan menghambat kontraksi
(non propulsif) atau dengan menstimulasi kontraksi
propulsif.
30
Laksatif digolongkan seperti tabel
1. Obat yang aktif di lumen
a. Koloid hidrofilik; senyawa pembentuk massa (kulit ari
padi-padian, psilium, dll)
b. Senyawa osmotik (garam anorganik tak terabsorbsi atau
gula)
c. Senyawa pembasah feses (surfaktan) dan emolien
(dokusat, minyak mineral)
2. Stimulan atau iritan non spesifik (dengan efek pada
sekresi cairan dan motilitas)
• Difenilmetan (bisakodil), antrakuinon (sena dan
kaskara), minyak jarak.
3. Senyawa prokinetik (terutama bekerja terhadap motilitas)
• Agonis reseptor 5-HT, antagonis reseptor opioid
31
Obat laksatif terhadap motilitas dan sekresi pada tabel
Obat
Usus halus
Waktu
Transit
Kolon
Kontraksi /
Gerak-an mencampur
Kontraksi
Propulsif
Kerja
massa
Air
Feses
Makanan berserat
?
Magnesium
-
Laktulosa
?
Metoklopramid
?
?
Cisaprid
?
?
Eritromisin
?
Nalokson
?
?
?
?
?
-
-
?
?
-
?
Antrakuinon
Difenil metan
Dokusat
-
?
32
-
Penggolongan dan perbandingan contoh-contoh
laksatif
Efek laksatif dan kelatenannya dalam dosis klinis lazim
Pelunakan feses
1-3 hari
Feses lunak atau semi cair Pengeluaran encer
6-8 jam
1-3 jam
Laksatif pembentuk
massa
•Kulit ari padi-padian
•Sediaan psilium
•Metil selulosa
•Kalsium polikarbofil
Laksatif surfaktan
•Dokusat
•Poloksamer
Laktulosa
Laksatif stimulan
Turunan difenil metan
•Bisakodil
Turunan antrakinon
•Senna
•Cascara sagrada
Laksatif osmotik
•Natrium fosfat
•Magnesium sulfat
•Susu atau
•Magnesium
•Magnesium sulfat
Minyak jarak
33
Laksatif
Serat makanan dan suplemen
• Serat makanan didefinisikan sebagai bagian dari makanan
yang tahan terhadap pencernaan enzimatik sehingga
kondisinya saat mencapai kolon sebagian besar tidak
berubah
• Fermentasi serat memiliki dua efek penting
1. Memproduksi asam lemak rantai pendek (SCFA)
2. Meningkatkan massa bakteri
• Serat yang tidak terfermentasi akan menarik air dan
meningkatkan feses
• Lignin ( serat tidak larut dan fermentasinya buruk paling
efektif dalam meningkatkan massa feses dan transit.
34
• Kulit ari gandum memiliki lignin tinggi, sangat efektif dalam meningkatkan bobot
badan
• Buah dan sayuran mengandung lebih banyak pektin dan hemiselulosa sehingga
lebih cepat difermentasi dan efeknya terhadap transit feses lebih rendah.
• Kulit ari psillium (psyllium husk) dari biji plantago untuk konstipasi, dalam
beberapa produk
• Kulit ari psillium mengandung musiloid hidrofilik mengalami fermentasi dan
menghasilkan peningkatan massa bakteri kolon. Dosis lazim 2,5 – 4 gr (1-3
sendok teh dalam 250 ml jus buah).
• Metilsellulosa, polikarbofil menyerap air dan meningkatkan massa feses.
Obat-obat aktif osmotik
• Laksatif garam (Magnesium sulfat, Magnesium hidroksida, Magnesium
sitrat, Natrium posfat)
• Laksatif yang mengandung kation Mg atau anion fosfat biasa disebut
laksatif garam.
• Kerja katartik disebabkan oleh retensi air yang diperantarai secara
osmotik, yang kemudian menstimulasi peristaltik.
• Diduga Mg menstimulasi pelepasan kolesistokinin, yang menyebabkan
akumulasi cairan dan elektrolit lumen, serta meningkatkan motilitas
usus.
35
• Dosis lazim garam Mg mengandung 40-120 mEq Mg2+ dan
menghasilkan 300-600 ml feses dalam waktu 6 jam.
• Sediaan Na fosfat adalah larutan oral (Fleet phospo-soda) yang
mengandung 1,8 gram Na fosfat di basa dan 4,8 gram Na fosfat
mono basa dalam 10 ml larutan. Dosis lazim dewasa 20-30 ml,
diminum dengan air banyak.
• Hati-hati atau dihindarkan pada pasien insufisiensi ginjal,
penyakit jantung atau abnormalitas elektrolit yang telah ada
sebelumnya, sedang menjalani terapi.
• Senyawa alkohol dan gula yang tidak dapat dicerna (Gliserin,
Laktulosa, Sorbitol dan Manitol)
• Gliserin merupakan trihidroksi alkohol, dimaksudkan untuk
penggunaan rektal dan diberikan dalam dosis harian tunggal
sebagai 2 atau 3 gram suppositoria atau sebagai larutan enema
80 % sebanyak 5-15 ml.
• Gliserin dapat menyebabkan ketidaknyamanan rektal, rasa
terbakar atau hipertermia lokal dengan sedikit perdarahan.
Beberapa suppositoria gliserin mengandung natrium stearat
yang dapat menyebabkan iritasi lokal.
36
• Laktulosa, sorbitol dan manitol merupakan gula yang tidak
dapat diabsorbsi mengalami hidrolisis di usus menjadi asam
organik sehingga mengasamkan isi lumen dan secara
osmosis menarik air ke dalam lumen, sehingga menstimulasi
motilitas propulsif kolon.
• Obat tersedia dalam bentuk larutan 70%, diberikan dalam
dosis 15-30 ml pada malam hari dalam dosis terbagi jika
dibutuhkan. Efek mungkin belum terlihat dalam 24-48 jam
pertama. Distensi (keadaan membesar) dan flatulens relatif
sering terjadi pada beberapa hari pertama pemberian.
• Laktulosa juga digunakan untuk mengatasi ensefalopati
hepatik, penurunan pH lumen oleh laktulosa menyebabkan
terperangkapnya amonia akibat perubahannya menjadi
amonium polar. Bersama dengan peningkatan transit kolon,
menyebabkan turunnya kadar amonia.
37
Laksatif Stimulan (Iritan)
•Efek langsung terhadap enterosit, neuron
enterik dan otot. Obat-obat ini
kemungkinan sedikit menginduksi radang
pada usus halus dan usus besar,
meningkatkan akumulasi air dan elektrolit
dan menstimulasi otot usus.
•Mediator efek ini meliputi aktivitas jalur
prostaglandin / AMP siklin dan mungkin
penghambatan Na+, K+-ATP ase. Termasuk;
turunan difenil metan, antrakuinon dan
asam risinoleat.
38
Turunan difenilmetan (Bisakodil, fenolftalein).
• Fenolfptalein telah ditarik di USA karena berpotensi
karsinogenik. Perbedaan dosis tiap individu dapat 4-8 kali
lipat.
• Bisakodil tersedia dalam sediaan salut enterik, diberikan 1
kali sehari. Dosis lazim dewasa 10-15 mg, anak 6-12 tahun 510 mg. Obat ini harus dihidrolisis di usus agar dapat
teraktivasi, maka efek laksatif baru muncul 6 jam pemberian
obat oral.
• Laksan ini sering dikonsumsi pada waktu sebelum tidur agar
dapat menghasilkan feses pada pagi harinya. Suppositoria
bekerja lebih cepat 30-60 menit. Tidak boleh diberi 10 hari
berturut-turut akibat efek sampingnya.Over dosis,
kekurangan cairan dan elektrolit.
• Tablet tidak dikunyah / dihancurkan untuk menghindari
aktivasi berlebihan, iritasi lambung dan kram serta
menghindari susu atau obat antasid selama 1 jam sebelum
dan atau setelah obat dikonsumsi.
39
Laksatif antrakuinon
•Diperoleh dari tanaman, contoh ; aloe, kaskara
dan sena. Zat aktifnya inti antrasen trisiklik
dengan gugus hidroksil, metil, karbonil
membentuk mono antron, seperti rein dan
frangula.
•Obat-obat ini menyebabkan kontraksi kolon
yang menyebabkan perpindahan massa
besarbesaran dan juga menginduksi sekresi air
dan elektrolit. Efek laksatif baru terlihat setelah
lebih dari 6-12 jam setelah obat dikonsumsi.
40
Asam risinoleat (Minyak Jarak)
•Diperoleh dari biji tanaman jarak, Ricinus
comunis, mengandung risin suatu protein yang
sangat toksik dan minyak yang kaya akan
kandungan trigliserida asam risinoleat.
Trigliserida dihidrolisis di usus halus oleh lipase
menjadi gliserol dan zat aktifnya, yakni asam
risinoleat, yang terutama bekerja di usus halus.
4 ml pada perut kosong dewasa, efek laksatif
terjadi dalam waktu 1-3 jam. Dosis lazim 15-60
ml, rasa tidak enak, jarang direkomendasikan.
41
Composition of Common Crystalloid Solutions
Solution
Other Name [Na+](mmol/L) [Cl-](mmol/L)
D5W
5% Dextrose
2/3D & 1/3S
0
[Glucose](mm [Glucose](mg/
ol/L)
dl)
0
278
5000
3.3% Dextrose /
51
0.3% saline
51
185
3333
Half-normal
saline
0.45% NaCl
77
77
0
0
Normal saline
0.9% NaCl
154
154
0
0
Ringer's lactate Lactated Ringer 130
109
0
0
42
Obat-obat yang digunakan untuk penyakit radang usus
• Penyakit radang usus (Inflamatory bowel disease/IBD), kelompok penyakit
mempengaruhi isi usus halus dan usus besar serta dicirikan oleh adanya radang
kronis yang etiologinya belum jelas.
Dua penyakit utama
• Kolitis ulseratif, hanya dikolon, radang kronis tetapi dipermukaan yang selalu
melibatkan distal yang melebar terus menerus dan
• Penyakit Crohn (Crohn disease) dapat mempengaruhi usus besar dan usus halus
dan dapat mempengaruhi segmen-segmen GI, radang lebih terfokus,
mempengaruhi seluruh lapisan dinding usus.
• Pemilihan obat tergantung pemahaman Patogenesis
• Tidak ada obat tunggal yang efektif
• Senyawa-senyawa 5 aminosalisilat
• Sulfadiazin, dikolon dipecah oleh azoreduktase dari bakteri menjadi
komponen-komponennya.
43
PEPTIC ULCER DISEASE
• DEFINISI
Penyakit radang lambung (PUD) merujuk pada
sekumpulan gangguan ulcerative (berhubungan
dengan ulcer) saluran gastrointestinal (GI) bagian
atas dimana terjadi oleh terbentuknya asam dan
pepsin. Ulcers (Radang) berbeda dari
pengikisan/erosi selaput mukosa superficial sebab
mereka menyebar lebih luas masuk ke mukosa
muskularis.
•Tiga bentuk umum peptic ulcer termasuk
Helicobacter pylori dihubungkan dengan ulcer,
nonsteroidal anti inflamasi drugs – (NSAID) induktor
ulcer, dan stres yang terkait dengan kerusakan
mucosal (disebut juga stres ulcer).
PATOFISIOLOGI
• Patogenesis dari ulkus duodenum (duodenal ulcers/DUs) dan ulkus
lambung (Gastric ulcers/GUs) adalah multifaktor dan kemungkinan
besar mencerminkan kombinasi ketidaknormalan patofisiologi ,
berhubungan dengan lingkungan, dan factor-faktor genetik.
• Sebagian besar peptic ulcer terjadi oleh meningkatnya asam dan
pepsin ketika hadirnya H. pylori, NSAIDs, atau faktor lain yang mungkin
mengganggu pertahanan mukosa normal dan oleh mekanisme obat
yang dipergunakan untuk penyembuhan. Tingkat sekresi asam
lambung minimal minimum penting untuk pepmbentukan peptic ulcer.
Sekresi asam lambung basal dan noctural umumnya meningkat pada
pasien dengan DUs. Faktor-faktor yang bertanggung jawab pada
peningkatan sekresi asam termasuk peningkatan sel parietal massa,
peningkatan sekresi basal drive, Pasien dengan ulkus lambung (Gus)
atau laju sekresi asam dikurangi, mencerminkan sel mass parietal loenormal
• Ada hubungan yang kuat antara H. Pylori dan peptic ulcer disease (PUD).
Kebanyakan pasien dengan ulkus duodeni ( Dus) dan ulkus lambung (GUs) yang
tidak menggunakan NSAIDs memiliki bukti infeksi H. pylori dan antral radang
perut. H. pylori dapat menyebabkan radang disebabkan oleh kerusakan
membran pertahanan melalui perluasan dari toksin dan enzim, dengan
mengubah yang kebal/respon kobaran, dan dengan meningkatkan rilis antral
gastrin, yang mengarah kepada peningkatan keluarnya asam.
• NSAID kronis (termasuk aspirin) digunakan untuk hemorrhagic jelas terkait
pengikisan lambung perut, ulkus lambung (GUs) dan ulkus duodeni (DUs).
NSAIDs menyebabkan cedera gastroduodenal melalui dua mekanisme: (1) iritasi
langsung atau gangguan dari epithelium, dan (2) sistemik ulkus lambung (GUs)
dari endogenous GI membran prostaglandin sintesis.
• Hubungan antara Korticosteroid sendiri dan PUD tetap kontroversial. Namun,
pasien menerima glukokortikoid dan NSAIDs yang meningkatkan resiko di GI.
• Merokok dapat meningkatkan risiko radang, dan risiko yang dihasilkan adalah
proporsional terhadap jumlah asap per hari. Merokok juga memperlemah
lambung memperlambat proses penyembuhan, menginduksi relaps, mekanisme
melalui barrier mucosa yang dilemahkan oleh prostaglandin yang menurun,
menurunnya sekresi bikarbonat, meningkatnya sekresi pepsin, aliran darah yang
terganggu dan mempertinggi kemungkina kekambuhan tukak peptik .
• Meskipun pengamatan klinis menunjukkan bahwa pasien maag
merupakan efek berkebalikan yang terpengaruh oleh cara hidup stress,
penelitian pengendali telah gagal untuk mendokumentasikan
hubungan sebab-akibatnya.
• Hubungan antara sebab-akibat diet yang spesifik dan zat PUD belum
substantive.. Etanol dapat menyebabkan kerusakan akut berhubung
dgn membran lambung perut tetapi tidak jelas penyebab radangnya.
• Kafein, merangsang sekresi asam lambung dan memperberat nyeri
akibat tukak. Walaupun demukian rangsangan sekresi asam lambung
saja tidaklah dapat menyebabkan terjadinya tukak peptik.
• Alkohol, merangsang sekresi asam lambung dan alkohol kadar tinggi
akan merusak barrier mukosa dan difusi kembali dari ion hidrogen
kelapisan mukosa, dan menyebabkan gastritis pada jangka lama. Sering
ditemukan penderita sirosis hati disertai dengan tukak, hal ini
disebabkan karena sirosis hati berhubungan dengan pecandu berat
alkohol.
• Stress, penderita dengan tukak peptik sering mengeluh bahwa stress
emosi meningkatkan nyeri. Stress fisik juga meningkatkan resiko
terjadinya tukak peptik terutama tukak lambung.
Peptic
ulcers
GAMBARAN KLINIS
• Nyeri pada perut merupakan gejala yang klasik dan terjadi paling sering dari gejala
penyakit lambung. Sakit epigastrium dan sering digambarkan sebagai rasa terbakar
ketidaknyamanan perut, atau keram. Banyak pasien dengan ulkus duodeni ( Dus )
memperlihatkan gejala yang khas terjadi pada malam hari, dengan rasa sakit yang
membangunkan mereka dari tidurnya, terutama antara jam 12 dan 3 malam.
• Sakit ulkus duodeni ( Dus ) sering terjadi 1 hingga 3 jam setelah makan. Antacida
memberikan pertolongan yang cepat pada kebanyakan pasien sakit maag. Pasien dengan
PUD sering ditandai dengan gejala lain seperti mulas, sendawa dan pembengkakan. Mual,
muntah, Anorexia, dan kekurangan berat badan berlebih umumnya pada ulkus lambung
(Gus). Kehebatan dari gejala yang bervariasi dari pasien dan di beberapa pasien, gejala
dapat terjadi musiman, biasanya lebih sering terjadi pada musim semi atau musim
gugur.
• Sakit tidak selalu berhubungan dengan penyakit maag. Gejala pasien ditandai adanya luka
pada saat endoscopy. Kebanyakan pasien yang disebabkan NSAID berhubungan dengan
komplikasi maag yang tidak memiliki gejala sebelum abdominal.
• Komplikasi dari radang yang disebabkan oleh H. pylori dan NSAIDs termasuk pendarahan
gastrointestinal ( GI ) atas, ke dalam lubang-lubang selaput rongga, penetrasi ke dalam
sekitar struktur dan berhubungan dengan lambung perut. Pendarahan mungkin
tersembunyi atau hadir sebagai melena atau hematemesis. Lubang-lubang yang terkait
dengan tiba-tiba, tajam, sakit parah, awal pertama di epigastrium tetapi dengan cepat
menyebarkan selama beberapa bulan dan termasuk awal kenyang, keram, anorexia,
mual, muntah dan kehilangan berat badan.
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan fisik mungkin mengungkapkan kesakitan antara umbilicus dan
xiphoid proses yang meradiasi ke punggung.
• Tes laboratorium secara rutin tidak membantu dalam membentuk satu diagnosa
PUD yang kurang kompleks. Tes hematocrit, hemoglobin, dan kotoran hemoccult
digunakan untuk mendeteksi pendarahan.
• Diagnosa dari H. pylori dapat dibuat menggunakan tes invasif atau noninvasif.
• Cara invasif dilakukan dengan pengambilan jaringan lambung, dengan alat
endoskopi.
• Pemeriksaan Noninvasif artinya melalui darah, diperiksa antibodi penderita
terhadap bakteri H.pylori semakin tinggi antibodinya, semakin besar
kemungkinan terinfeksi bakteri ini.
• Pemeriksaan nonivasif, bisa dilakukan melalui tinja, urine, atau ludah. Namun,
pada anak-anak tes melalui urine hasilnya lebih memuaskan. Tes H.pylori melalui
darah pada bayi, hasilnya tidak memuaskan walaupun antibodi sang ibu dengan
H.pylori positif muncul dalam darah bayi.
• Tes nonivasif lain adalah tes Urea nafas. Yaitu berdasarkan urease produksi oleh
H. pylori. Deteksi antibodi tes yang berguna untuk mendeteksi beredar IgG
diarahkan terhadap H. Pylori, tetapi biasanya tidak digunakan untuk menilai
pemberantasan H. pylori, sebagai antibodi titers bisa memakan waktu 6 bulan
sampai 1 tahun untuk kembali ke uninfected jangkauan.
• Deteksi Anti tes adalah awal dari ujian Skrining pilihan karena lebih
cepat, murah, dan kurang dari beribu tes Endoskopi. Urea nafas tes
digunakan jika ada keprihatinan tentang tes antibodi yang positif.
Ketika endoscopy ditunjukkan, diagnosis harus dibentuk menggunakan
urease biopsi pengujian. Budidaya sensitivitas antibiotik untuk saat ini
tidak praktis.
• Diagnosa dari PUD tergantung pada gambaran maag dengan baik atau
endoscopy GI radiography. Radiography mungkin merupakan pilihan
awal dalam prosedur diagnostik pasien yang diduga terjangkit PUD
kurang kompleks. Jika radang lambung ditemukan pada radiography;
perlawanan harus diexcluted langsung oleh Endoskopi visualisasi dan
histology.
• Ada lagi tes urease cepat ( RUT= Rapid Urease Test ), yakni setelah
diambil sampel jaringan lambung lalu dikulturkan dalam gelas yang
sudah diisi cairan khusus. Setelah didiamkan 20-60 menit, terjadi
perubahan warna merah yang menunjukkan H.pylori positif tinggi.
Jaringan lambung itu dikulturkan dalam konsentrasi oksigen rendah ( 5
% ). Tes tidak bisa dilakukan dengan konsentrasi oksigen tinggi.
HASIL YANG DIINGINKAN:
Tujuan perawatan adalah
menghilangkan
sakit
di
lambung,
mencegah
maag
kambuh, dan mengurangi maag
yang
berhubungan
dengan
komplikasi dalam pasien positif
H. pylori. Tujuan utamanya
adalah untuk memusnahkan
organisme
dalam
menyembuhkan penyakit dan
dengan penggunaan obat-obatan
yang efektif.
Pengobatan Non Farmakologi
• Pasien dengan PUD harus mengurangi ; stres psikologi,
menghisap rokok dan menggunakan NSAID (spt aspirin)
• Jika NSAID tidak dapat tidak diberikan. Pertimbangkan
memberikan dosis rendah atau ganti dengan asetaminofen,
atau beri Cox2 inhibitor relatif selektif seperti (nabumetone,
etodolac) atau cox2 sangat selektif (celecoxib, rofecoxib).
• Pemberian bersama dengan makanan, dan H2-receptor
Antagonist (H2RA), atau zat yg mencegah Penghambat
Pompa Proton (PPI) dapat menurunkan gejala dan
kerusakan membran.
• Meskipun tidak perlu diet khusus, pasien harus menghindari
makanan dan minuman yang menyebabkan pencernaan yg
terganggu atau symptomps maag buruk, (misalnya makanan
pedas, kafein).
Penanganan Farmakologik
•Pengujian untuk H. pylori dianjurkan hanya jika
pemberantasan terapi direncanakan
•Pemusnahan dianjurkan bagi semua pasien terinfeksi
H. Pylori
•Pemilihan obat berdasarkan efisiensi, toleransi,
potensi interaksi obat, resistensi antibiotik, biaya,
dan kemungkinan kepatuhan pasien.
•Pengobatan dengan obat PPI, kombinasi dengan
triple yaitu kombinasi dari Tetrasiklin (TC),
Metronidazole(MNZ) dan Amoxicillin (AMPC) yang
paling mujarab, ditolerir lebih baik, lebih sederhana,
dan terkait dengan ketaatan yang lebih baik. 14 hari.
H2 Receptor Antagonists
Drug
Duodenal or Gastric Maintenance or
Ulcer Healing (mg / Duodenal or
dose)
Gastric ulcer
Healing
(mg/dose)
Cimetidine 300 qid , 400 bid,
400-800 hs
800 hs
Famotidine 20 bid, 40 hs
20-40- hs
Nizatidine
150 bid
150-300 hs
Ranitidine
150 bid
150-300 hs
Proton pump inhibitors
Drug
Duodenal or Gastric Maintenance or
Ulcer Healing (mg / Duodenal or Gastric
dose)
ulcer Healing
(mg/dose)
Omeprazol
20 – 40 g day
Lansoprazol
15 – 30
Rabeprazol
20 g
Pantoprazole
40
Esomeprazol
20 - 40
Mucosal defense
•Sucralfate
1 qid,2 bid
•1-2 bid or
1 qid
Regimen dua obat
•Clarithromycin
dgn PPI
•Clarithromicin
dg RBC
•Amoksisilin
dengan PPI
Terapi PPI
•Clarithrommisin, Amoks + PPI
•Claritro + Metronidazol + PPI
•Claritro + tetra + RBC
•Antagonis reseptor H2 + PPI +
Metronidazol + Amoks
Download