Uploaded by User19493

BAB I

advertisement
1
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkerasan jalan di Indonesia umumnya mengalami kerusakan
sebelum
mencapai
umur
rencana.
Beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi kerusakan jalan lebih awal (keruskan dini) antara lain akibat
pengaruh beban beban lalu lintas kendaraan yang berlebihan (over loading)
akibat
pemadatan
yang
tidak
maksimal
akan
mengakibatkan
terjadi
deformasi pada lapis permukaan aspal, temperatur (cuaca), dan air yang dapat
mempengaruhi kinerja perkerasan aspal. Kerusakan dini diawali dengan
adanya
pada
keretakan
lapis
pada
permukaan
lapis
permukaan
perkerasan
beton
perkerasan
aspal
aspal. Keretakan
akan mempengaruhi
ketahanan lapis perkerasan yang berdampak pada menurunnya sifat durabilitas
suatu campuran. Widodo, (2011). Salah satu fungsi dari permukaan perkerasan
adalah untuk memberikan rasa aman bagi pengguna jalan dan mengurangi
resiko kecelakaan khususnya
dalam kondisi permukaan basah Oda et al.
(2013)
Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga selaku pengelola jaringan jalan
nasional mempunyai visi : terwujudnya sistem jaringan jalan yang andal, terpadu
dan berkelanjutan di seluruh wilayah nasional untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan sosial”. Perwujudan visi Direktorat Jenderal Bina
Marga saat ini masih terkendala dengan kondisi jaringan jalan di Indonesia. Jalan
nasional yang kondisinya baik saat ini berjumlah sekitar 52,2 %, sisanya dalam
kondisi sedang dan rusak. Jalan propinsi yang kondisinya baik sekitar 38,89 %,
yang kondisinya rusak ringan sekitar 28, %, dan yang kondisinya rusak berat
sekitar 32,9 %. Jalan kabupaten dan jalan perkotaan yang kondisinya baik
2
sekitar 22,46 % dan yang kondisinya normal sekitar 24,53 %. Jalan kabupaten
dan perkotaan yang berada dalam kondisi buruk dan sangat buruk sekitar 53,01
%. Sementara model dan tingkat kerusakan untuk masing-masing wilayah
berbeda-beda sehingga sulit untuk menentukan bentuk kerusakan yang dominan
terjadi. Namun secara keseluruhan dapat digambarkan bentuk kerusakan yang
secara umum terlihat yaitu : terjadinya retak, pelepasan butir dan berlubang.
(Ditjen Bina Marga, 2010).
Rusak Berat;
8%
Kondisi Jalan Nasional
Rusak Ringan;
5,30%
Sedang;
34,30%
Baik; 52,20%
Gambar 1.1. Kondis jalan nasional (sumber : Ditjen Bina Marga, 2010)
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada jalan telah mendorong para
peneliti untuk mengungkap penyebab kerusakan dan mengembangkan inovasi
teknologi untuk mendapatkan bahan campuran aspal yang handal. Para peneliti
juga berusaha mencari solusi untuk menangani kerusakan jalan tersebut.
Penelitian telah dilakukan terhadap beban kendaraan, struktur perkerasan, dan
pengaruh cuaca terhadap karakteristik campuran beraspal. Penelitian juga
dilakukan untuk menciptakan inovasi rancangan campuran aspal yang dapat
mengatasi permasalahan kerusakan jalan.
3
Kondisi Jalan Kabupaten/Perkotaan
Baik; 22,46%
Rusak Berat;
53,01%
Rusak
Ringan;
24,53%
Gambar 1.2. Kondis jalan kabupaten/perkotaan (sumber : Ditjen Bina
2010)
Marga,
Usaha untuk meningkatkan kinerja struktur perkerasan, dapat
dilakukan dengan meningkatkan kualitas material sebagai bahan penyusun
campuran beton dan metoda pelaksanaan dilapangan agar sesuai dengan
persyaratan uji di laboratorium khususnya standar pemadatan. Proses
pemadatan yang menghasilkan tingkat kepadatan yang tidak memenuhi
persyaratan, akan menyebabkan menurunnya kualitas karakteristik beton aspal
seperti stabilitas, durabilitas, fleksibilitas, tahan terhadap geser, tahan terhadap
kelelehan dan kedap air. Selain itu terjadinya deformasi plastis pada lapis
perkerasan yang akan sangat menggangu keamanan dan kenyamanan
pengguna prasarana jalan karena mengakibatkan tergelincirnya kendaraan
pada waktu hujan dan sulit dikemudikan dan jika terjadi retak memanjang yang
diikuti infiltrasi ke lapis pondasi, maka akan dapat mempengaruhi kemampuan
struktur perkerasan. (Acshuri & Rahman, 2011)
Pemadatan dapat digambarkan sebagai aplikasi dari kekuatan eksternal
untuk mengurangi volume udara dalam campuran HMA. Penurunan rongga
4
udara
meningkatkan
berat
satuan
atau
kepadatan
campuran,
yang
memungkinkan campuran untuk menempati ruang yang lebih kecil . (Amodore, et
al, 2013; dan Oluwasola et al, 2015). Pemadatan yang tepat pada campuran
beton aspal (Asphalt concrete) adalah salah satu parameter penting yang
diperlukan dalam membangun struktur perkerasan yang stabil dan tahan lama.
Pemadatan yang tidak optimal umumnya menghasilkan
rongga udara yang
tinggi menyebabkan struktur perkerasan tidak memiliki kekedapan sehingga air
dengan mudah menembus lapisan struktur perkerasan. (Laurinavicius &
Oginskas, 2006; Radziszewski 2007; dan Mo et al, 2012)
Kondisi ini sulit untuk menjamin campuran yang tahan terhadap
kerusakan berbentuk alur plastis sehingga kinerja perkerasan jalan tidak
tercapai. Keterbatasan metode Marshall adalah ketergantungannya terhadap
kepadatan yang baik setelah dilalui kendaraan untuk mencapai rongga udara
yang disyaratkan. Masalah kepadatan campuran beraspal panas untuk
perkerasan jalan yang dirancang dengan metode Marshall konvensional adalah
ketergantungannya terhadap pencapaian rongga udara yang disyaratkan.
Disamping itu desain campuran Marshall tidak dapat mengidentifikasi campuran
kerentanan terjadinya geser yang cukup tinggi. Selain itu, dampak dari metode
pemadatan dalam metode campuran Marshall tidak dapat mensimulasikan
terjadinya tegangan akibat adanya tekanan beban lalu lalu lintas yang secara
nyata pada struktur lapisan perkerasan jalan. Andresson, (1993).
Agar
pencapaian rongga udara pada perkerasan jalan dapat terpenuhi dan tetap
dalam batas yang disyaratkan diperlukan suatu metode pemadatan yang
maksimal pada campuran beton dengan pendekatan kepadatan mutlak.
5
Kepadatan yang mutlak ini berguna untuk menjamin rongga udara dalam
campuran beton aspal tetap berada pada batas yang disyaratkan akibat
pemadatan oleh beban lalu lintas setelah beberapa tahun umur rencana maka
diharapkan lapis permukaan tidak akan mengalami perubahan bentuk plastis
(plastic deformation) dan terjadi propogasi retak, dan implementasi dari
pengujian ini akan menghasilkan peningkatan kinerja pada perkerasan jalan
beraspal.
Kepadatan
mutlak
dimaksudkan
sebagai
kepadatan
tertinggi
(maksimum) yang dicapai sehingga walaupun dipadatkan terus, campuran
tersebut praktis tidak dapat menjadi lebih padat lagi. Bina Marga, (1999).
Kepadatan mutlak (refusal density) yaitu usaha pemadatan yang lebih
besar sebagai simulasi adanya pemadatan sekunder oleh lalu lintas, hingga
benda uji tidak bertambah padat lagi. Setelah beberapa tahun umur rencana,
terjadinya deformasi plastis pada lapis campuran beraspal dapat dikurangi.
Tujuan utama dari metode pemadatan dengan kepadatan mutlak (refusal
density)
pada campuran aspal adalah untuk mengembangkan metode desain
campuran yang menggabungkan berbasis kinerja dengan spesifikasi tertentu
pada aspal sebagai bahan pengikat dan peningkatan campuran beton aspal
berbasis kinerja. Produk ini dirancang berdasarkan desain sistem campuran baru
dikenal sebagai campuran “Supervave (superior perfoming asphalt pavement)”
(kinerja lapisan perkerasan yang tangguh) dengan pendekatan pemadatan
metode kepadatan multlak. Asi, (2007), diamana tingkat pemadatan dipengaruhi
oleh bentuk, distribusi granular, dan tekstur permukaan semua agregat, yang
mempengaruhi kemudahan pemadatan dan distribusi rongga udara. Dobois et al,
(2010).
6
Dasar pertimbangan pemilihan metode kepadatan multkak dengan
pemadatan gyatori pada sistim campuran supervave : (1) pada pemadatan
gyratori sampel uji dibuat
bagian tepi
lebih besar sehingga memberikan pengaruh pada
terutama dengan campuran agregat yang lebih besar; (2)
pencapaian dan model pemadatan dengan gerakan meremas campuran aspal
bukan factor gerakan palu pemadat seperti pada metode pemadatan campuran
Marshall. Model pemadatan ini ekivalen dengan model pemadatan campuran AC
yang terjadi dilapangan; dan (3) pemadat gyratory memberikan output data
kontinu terhadap pencapaian tingkat kepadatan dan kandungan rongga udara
pada campuran aspal dalam setiap proses dan tahapan selanjut.
Sistim campuran supervave dirancang untuk campuran berbasis kenirja
yang tangguh, untuk itu
ada tiga unsur utama yang saling berhubungan : (1)
kinerja bahan pengikat aspal pengikat dengan spesifikasi tertentu dan pengujian
yang didasarkan pada kisaran suhu yang terjadi pada perkerasan jalan; (2)
kualitas agregat dan standar pengujian; dan (3) sistem desain campuran
berdasarkan
superpave
desain campuran volumetrik dengan sistim pemadatan gyratory
(SGC) dan analisis dengan kekuatan tekan pemadatan 0,6 MPa
digunakan untuk mengevaluasi sifat volumetrik dan kekuatan campuran
dipadatkan. Andresson, (1993). Sousa et al. (1991) menemukan bahwa SGC
mampu menghasilkan campuran laboratorium dimana volumetric dan sifat-sifat
mekanik dengan yang cukup baik dengan mensimulasikan
campuran beton
aspal berdasarkan kondisi lapangan. terhadap berbagai struktur perkerasan
jalan.
7
Untuk menjamin agar campuran yang yang dihasilkan memiliki kinerja
yang tangguh terhadap terjadinya deformasi plastis, rutting, kelelehan (fatigue)
dan kekuatan tarik, maka desain campuran dengan desain campuran supervave
dengan memberi penguatan serat ijuk sebagai material komposit terhadap bahan
pengikat aspal. Fungsi serat pada campuran diharapkan sebagai penguat bahan
yang memberikan kekuatan tarik tambahan hasil penggabungan unsur material,
hal ini dapat meningkatkan jumlah energi strain yang bisa diserap selama
kelelahan dan fraktur proses campuran Mahrez et al, (2005)
Serat dalam campuran beton aspal berfungsi untuk meningkatkan sifat-sifat
campuran, Misalnya dengan meningkatkan kekuatan material dan karateristik
kelelahan karakteristik serat meningkatkan daktilitas Garcia et al, (2013). Selain
itu, diketahui bahwa serat dapat berkontribusi untuk menghindari pembentukan
dan propagasi keretakan Wu
kekuatan tarik relative tinggi
et al, (2007). Terutama, ketika serat memiliki
terhadap campuran aspal, serat dapat
meningkatkan kekuatan kohesif dan tarik campuran aspal.
Serat Ijuk merupakan bahan baku yang mudah diperoleh dengan harga
yang lebih murah, memiliki massa jenis yang lebih rendah dibanding dengan
serat mineral. Serat ijuk diperoleh dari batang aren (arenga pinnata) yang banyak
tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Dari tumbuhan ini menghasilkan serat
berwarna hitam dan mudah diperoleh dan ramah lingkungan. Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil serat ijuk di dunia dengan kapasitas
164389 ton/ tahunnya dan provinsi Lampung menghasilkan serat ijuk sebesar
2004 ton/tahun. (Christiani, 2008). Sementara di Sulawesi Selatan luas tanaman
aren mencapai 7.293 Ha dengan jumlah produktifitas serat ijuk setiap pohon
8
rata-rata 5-6 kg dengan tingkat kepadatan tanaman 6-135 pohon/ha atau
produktifitas maksimum serat ijuk yang dihasilkan 810 kg/ha .
Serat ijuk merupakan serat alam yang mungkin hanya sebagian orang
mengetahui kalau serat ini sangat
istimewa di banding dengan serat lainya,
serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren memiliki banyak
keistimewaan diantarnya tahan lama hingga ratusan tahun bahkan ribuan tahun
serta memiliki kekuatan lentur yang yang tinggi. Serat ijuk merupakan salah satu
serat yang tahan terhadap asam dan garam air laut, salah satu bentuk
pengolahan dari serat ijuk adalah tali ijuk, tali ijuk ini tidak lapuk oleh asam dan
garam air laut. Serat ijuk memiliki komposisi kandungan kimia sebagai berikut,
selulosa, hemiselulosa, lignin, air dan abu , berturut turut sebesar 51.54%,
15.88%, 44.09%, dan 8,9% serta 2,54 %. Persentase kandungan unsur selulosa
pada serat ijuk memberikan kekuatan adhesi yang tinggi sebagai material
komposit pada campuran beton aspal. Santhiarsa et al, (2012), selain itu serat
ijuk mengandung unsur-unsur logam antara lain khlor, mangan, kromium, besi,
kalium dan seng. Unsur-unsur logam ini ada tersebar baik pada bagian selulosa,
hemiselulosa maupun lignin yang diyakini dapat memberikan konstribusi dalam
meningkatkan kekuatan campuran beton aspal dengan perkuatan komposit serat
ijuk dengan matriks bahan penyusun campuran beton aspal.
Untuk itu pemilihan metode pemadatan dengan pendekatan kepadatan
mutlak dengan ketersediaan rongga udara pada campuran beton aspal tetap
dalam rentang yang syaratkan setelah tercapai pemadatan yang maksimal dan
tidak mengalami penurunan dan perubahan deformasi plastis akibat beban lalu
lintas dan memberi konstribusi dalam meningkatkan ketahanan dan fleksibilitas
campuran beton aspal dalam mengatasi terjadinya kerusakan dini pada struktur
9
perkerasan jalan.
Sementara dengan penguatan serat
ijuk
diharapkan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kekuatan tarik dan fleksibilitas
campuran terhadap factor beban lalu lintas yang berlebih dan pengaruh
temperature sehingga pencapaian umur rencana selama masa pelayanan dapat
terpenuhi. Untuk menjawab hipotesa sehubungan dengan penerapan metode
pemadatan dan aplikasi pemanfatan serat ijuk pada campuran beton aspal yang
merupakan tujuan dalam penelitian penulisan disertasi ini.
1.2. Identifikasi Masalah
Perkerasan lapis aspal telah banyak digunakan di dunia karena memiliki
kemampuan struktur yang bagus. Lapis permukaan pada struktur perkerasan
jalan direncanakan dengan menggunakan campuran aspal panas. Campuran
aspal panas
adalah bahan dengan tipe viskoelastik. Yang menyebabkan
terjadinya rutting atau penurunan akibat jejak roda (deformasi rutting) pada suhu
tinggi di musim panas dan retak pada perkerasan pada suhu rendah di musim
dingin. Adanya deformasi rutting dan retak di perkerasan jalan akan
mempengaruhi kinerja kendaraan terhadap kenyaman dan keamanan yang
merupakan persoalan yang serius. Guo et al, (2015). Kerusakan lapis permukaan
jalan terhadap terjadinya rutting (deformasi rutting) dan retak menyebabkan
menurunnya kemampuan daya ikat campuran sehingga berpontensi terjadi
pelepasan butir pada campuran Abathi et al, (2010); Oda et al, (2012); & Ye et al,
(2009).
Suatu Perkerasan
yang aman harus mampu menahan beban dan
menditribuskan beban roda kendaraan ke lapisan base, sub base dan lapisan
tanah dasar, merupakan bagian yang penting dari struktur perkerasan jalan raya.
Yang dirancang dengan baik guna mampu memikul beban lalu lintas atau
10
beberapa faktor lingkungan dan terjadinya jejak roda ban (ruttin) dan retak pada
struktur lapis perkerasan menjadi suatu permasalahan Ye et al, (2009); Yoo et al,
(2014); & Lavasani et al, (2015) . Faktor utama terjadinya kerusakan structural
lapis perkerasan adanya pergerakan lateral material akibat beban lalu lintas dan
di bawah lapisan struktur perkerasan selain itu faktor beban kendaraan yang
melebihi dari beban rencana. Distribusi beban lalui lintas terdiri dari adanya tarik
arah radial dan tegangang tekan serta tegangan tekan arah vertikal yang terjadi
akibat beban gandar kendaraan yang melintas struktur perkerasan. Intesnitas
dan besaranya beban yang bekerja berbanding lurus sebagai beban berulang
secara periodik yang
menimbulkan tekanan pada struktur lapis perkerasan.
Untuk itu perkerasan jalan harus direncanakan dengan standar kualitas yang
baik guna menanggung beban kendaraan yang terjadi secara terus menerus
dengan aman dan tercapai umur rencana jalan tanpa terjadinya deformasi
permanen, berlubang, pelepasan butir dan retak berdasarkan fungsi dan
karateristik agregat sebagai
bahan penyusun dalam campuran aspal
pada
struktur lapisan perkerasan Serin et al, (2012); Abiola et al, (2014); & Morova et
al, (2014).
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa uraian permasalahn yang telah diidentifikasi
diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Seberapa besar konstribusi
tegangan yang dihasilkan oleh serat ijuk
dalam meningkatkan fleksibilitas atau modulus elastis campuran beton
aspal; ?
2. Bagaimana sifat fisik dan sifat mekanik terhadap pengutan serat ijuk pada
campuran beton aspa; ?
11
2. Bagaimana
tingkat
ketahanan
(durabilitas) campuran beton aspal yang
dihasilkan terhadap pengaruh temperatur dan perendaman air dengan
penambahan serat ijuk; ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian terhadap fokus permasalahan, maka dilakukan suatu
kajian dengan tujuan utama melakukan penelitian adalah :
1. Menganalisis
besar
konstribusi tegangan yang dihasilkan oleh serat ijuk
dalam meningkatkan flesibilitas dan modulus elasti campuran beton aspal;
2. Menganalisis terhadap sifat-sifat teknis (engineering properti) pada campuran
beton aspal yang meliputi kuat tarik, kuat desak, retak leleh (fatigue cracking)
dan modulus elasitas terhadap penambahan serat ijuk;
3. Menganalisis tingkat ketahanan (durabilitas) terhadap pengaruh temperatur
dan peremdaman air pada suhu standar dengan penambahan serat ijuk
dalam campuran beton aspal.
1.5. Batasan Masalah
Agar
penelitian
ini
bisa
berjalan
secara
efektif
dan
tidak
menyimpang dari tujuan penelitian dibatasi sebagai berikut :
1. Perencanaan campuran beton aspal berdasarkan spesifikasi teknik Bina
Marga tahun 2011 dengan tipe campuran Asphalt Concrete Wearing Course
AC-WC bergradasi menerus. Salah satu factor penting untuk menentukan
kualitas campuran beton aspal dalah perencanaan campuran yang bertujuan
untuk mendapatkan campuran yang efektif dari gradasi agregat dan aspal.
Sementara penggunaan tipe campuran laston
Asphalt Concrete Wearing
Course AC-WC yaitu untuk lapis permukaan dalam struktur lapis perkerasan,
dimana memiliki tekstur permukaan yang paling halus dibandingkan dengan
12
tipe campuran
laston lainnya. Pada umumnya campuran laston
Asphalt
Concrete Wearing Course AC-WC yang bergradasi menerus tersebut
memiliki sedikit rongga dalam struktur agregatnya dibandingkan dengan
campuran bergradasi senjang. Hal tersebut menyebabkan campuran laston
Asphalt Concrete Wearing Course AC-WC lebih peka terhadap variasi dalam
proporsi campuran;
2. Pengujian karateristik
campuran dengan metode Marshall test terhadap
variasi kandungan serat dan aspal. Prinsip dasar metode Marshall adalah
pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori
dari campuran padat yang terbentuk dari gradasi agregat campuran dengan
variasi kandungan aspal dan persentase serat ijuk. Pengujian dengan metode
marshall ini betujuan untuk mengetahui kadar aspal optimum (KAO) serta
ukuran dan panjang serat yang optimal berdasarkan paramtere Marshall yang
memenuhi syarat dan spesifikasi campuran;
3. Pengujian kuat tarik tidak langsung (indirect tensile test) dengan membebani
benda uji dengan beban tunggal atau berulang yang bekerja
sepanjang
bidang
diameter benda
paralel
Uji berdasarkan prosedur ASTM D
4123-82. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik campuran
beton aspal dengan penguatan serat ijuk maupun tanpa menggunakan serat
ijuk secara tidak langsung, dikarenakan specimen diberikan pembebanan
terhadap arah diameteral sehingga gaya yang diberikan akan di distribusikan
secara diameteral (ditarik) sebagai aplikasi pembebanan dilapangan akibat
beban lalu lintas. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan
suatu campuran beton aspal terhadap gaya statis yang diberikan secara
lambat guna mengurangi progresi retak pada struktur lapisan perkerasan;
13
4. Pengujian kemampuan campuran beton aspal dalam menahan deformasi
permanen akibat beban lalu lintas melalui pengujian Wheel Tracking.
Penurunan nilai ketahanan campuran beton aspal diakibatkan adanya
peningkatan beban lalu lintas memberi dampak terjadinya rutting atau
penuruanan akibat jejak roda kendaraan. Untuk itu mengetahui kemampuan
campuran beton aspal dengan penambahan serat ijuk terhadap nilai stabilitas
dinamis (DS) dan deformasi statis (DS) dalam satuan lintasan/mm dengan
melakukan pengujian Wheel Tracking untuk mengukur tingkat kekakuan dan
besarnya deformasi yang terjadi;
5. Analisis kuat lentur campuran dengan penguatan serat ijuk dengan metode
Three Bonding Beam Test. Pengujian ini sangat penting untuk mengetahui
tingkat flesibilitas atau modulus elastis suatu campuran beton aspal terhadap
pencapaian umur rencana atau tingkat pelayananan struktur lapis perkerasan
jalan akibat peningkatan beban lalu lintas dan perubahan suhu. Melalui
pengujian ini dengan melalukan pembebanan pada tiga titik pembebanan
pada segmen balok uji dengan pemberian beban secara merata sampai
benda uji mengalami retak atau kegagalan dengan suhu pengujian yang
bervarasi sebagai implementasi perubahan suhu yang terjadi dilapangan.;
6. Menyelediki kekuatan serat ijuk dengan mikromekanika. Untuk memperoleh
kualitas campuran beton aspal yang baik salah satu factor yang
mempengaruhi adalah kekautan bahan atau material yang di gunakan. untuk
itu diperlukan suatu pengujian kekuatan bahan terhadap sifat kimia dan sifat
mekanik yang harus memenuhi syarat dan ketentuan berdasarkan spesifikasi
yang disyaratkan;
7. Perlakuan serat ijuk dengan air laut. Penggunaan air laut lebih ramah
14
lingkungan dibandingan dengan penggunaan senyawa alkali yang memberi
dampak terhadap lingkungan dan beresiko pada kesehatan manusia;
8. Analisis struktur permukaan serat ijuk dan campuran beton aspal dengan
mengunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Pengujian ini untuk
mengetahui mofologi serat ijuk dengan perlakuan maupun tanpa perlakuan
pada campuran beton aspal. Metode SEM mampu menganalisis terhadap
permukaan dan tekstur (kekasaran, reflektivitas), bentuk dan ukuran serta
komposisi dari permukaan secara kuantitatif dan kualitatif.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi dan manfaat
dalam upaya meningkatkan kualitas campuran beton aspal khususnya dalam
mencegah terjadinya kerusakan dini pada lapis permukaan jalan terhadap
penggunaan serat ijuk. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Usaha pemanfaatan serat baiik serat alami, serat mineral maupun serat
organik yang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak merupakan bahan
alternatif yang dapat memberi konstribusi dalam meningkatkan kemampuan
dan kinerja campuran aspal dalam mengatasi berbagai persoalan terhadap
tingginya tingkat keruskan jalan. Di samping itu dapat memberikan kontribusi
ilmiah dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
perkerasan jalan raya;
b. Dapat mengatasi masalah limbah hasil industri, dimana serat dapat
mengurangi dampak lingkungan sehingga rekayasa pada perencanaan
struktur perkerasan jalan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan
ramah lingkungan;
15
c. Mengetahui
sejauh
mana
kontribusi
pengunaan
serat-serat
guna
meningkatkan kinerja campuran aspal terhadap modulus elasitas, kekuatan
tarik dan ketahanan kelelehan serta deformasi permanen akibat teknanan
jejak roda ban.
2.
. a.
Manfaat Praktis
Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam hal penanganan
kerusakan jalan terus mengalami peningkatan;
b.
Menambah alternatif penggunaan bahan perkerasan sebagai salah satu
solusi dengan perkuatan campuran modifikasi serat yang lebih ekonomis
dan ramah lingkungan;
c.
Dapat meningkatkan tingkat ketahanan dan pencapaian umur pelayanan
lapis perkerasan serta mengurangi resiko terjadinya retak dan deformasi
permanen;
d.
Sebagai
bahan rujukan dan masukan semua pihak atau instansi terkait
yang dapat diimplementasikan di lapangan dalam mengurangi resiko
terjadinya kerusakan dini pada struktur lapisa perkerasan, baik itu pada
unsur perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan.
1.7. Perbedaan dan Keaslian Penelitian
Secara keseluruhan bahwa berbagai jenis serat-serat telah digunakan
dalam campuran beton aspal yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti
terdahulu seperti serat organic, serat mineral, selulosa, polimer dan serat alam
(sisal, nylon, kelapa, dan rami), tapi belum
ada studi yang cukup tentang
evaluasi secara komprehensip penggunaan serat pada struktur lapis permukaan
perkerasan jalan terhadap besarnya tegangan yang diberikan oleh serat dalam
mengurangi terjadinya retak dan tegangan dan regangan tarik pada campuran
16
Dalam
rangkaian penelitian yang telah
dilakukan dan metode yang
digunakan sehubungan dengan pengunaan serat alami yang memiliki potensi
dan sifat dengan kekuatan tarik tarik yang tinggi serta daya tahan yang cukup
lama guna meningkatkan kinerja campuran aspal, ada beberapa metode atau
model pengujian yang tidak dapat dilakukan seperti bentuk atau model
pembebanan, standar pemadatan, korelasi suhu pencampuran dan suhu
pemadatan hubungannya dengan temperatur lapangan dan hal ini menjadikan
perbedaan dengan penulisan disertasi dengan dasar pertimbangan dan alasan
sebagai berikut :
1. Model sampel dan pengujian yang dilakukan hanya dilakukan dalam skala
laboratorium dan hanya disesuaikan dengan standar alat uji yang digunakan
sehingga hasil yang diperoleh dalam skala angka atau nilai guna
menghasilkan karateristik campuran dalam bentuk empirik terhadap pengaruh
terhadap hasil pengujian.
2. Standar pemadatan yang
metode
digunakan berdasarkan standar normal dengan
Marshall test, dimana pada pengujian ini persentase kepadatan
campuran yang dihasilkan tidak pada kondisi maksimum dengan potensi
pencapaian persentase rongga yang tetap memenuhi persyaratan akan
mengalami penurunan sampai dibawah batas minimum akibat pemadatan
beban lalu lintas yang berlebih atau pemadatan sekunder akibatnya campuran
akan mengalami kekakuan dan rentang terjadinya retak
3. Agar kondisi struktural lapisan campuran aspal pada perkerasan aspal tetap
memiliki kelenturan yang tinggi maka diperlukan suatu pemadatan yang
maksimal dengan merencanakan campuran aspal dengan dengan campuran
“Supervave” yaitu pemadatan
dengan pendekatan kepadatan. Model ini
17
diharapkan konstribusi serat ijuk
memberi pengaruh pada tercapainya
kestabilan campuran dimana persentase rongga dalam campuran masih pada
standar minimum atau sebesr > 2 % dengan pencapaian kepadatan
maksumum. Tercapainya kepadatan mutlak atau kepadatan maksimum
dimana campuran aspal sudah tidak dapat lagi dipadatkan sehingga dengan
adanya peningkatan beban lalu lintas kondis campuran tidak mengalami
perubahan dan lapisan campuran aspal dengan penambahan serat ijuk tetap
stabil dengan tingkat fleksibel (kuat lentur) yang cukup terhadap factor
kekasaran permukaan dan tekstur baik terhadap aspal sebagai bahan
pengikat maupun penguatan pada campuran beton aspal
4. Potensi pegembangan pemanfaatan serat alam ijuk sampai saat ini di masih
sangat terbatas hanya dibuat sebagai
bahan sapu, sikat, dan sebagai
pelindung pipa pada sumur bor.
5. Belum ada penelitian secara mendalam terhadap aspek mikromekanika serat
ijuk akibat perlakuan dengan air laut dalam meningkatkan kinerja campuran
beton
aspal
dan
ketahanan
aspal
sebagai
bahan
pengikat
dalam
meningkatkan penetrasi dan titik lembek.
6. Hubungan model pembebanan terhadap fungsi serat (persentase serat)
dengan melalui pendekatan analisis motode numerik diperoleh suatu bentuk
persamaan matematis melalui suatu grafik di peroleh
besarnya tegangan
yang terjadi terhadap penggunaan serat ijuk pada campuran beton aspal.
7. Judul dan materi penelitian yang dikaji dari beberapa penelitian terdahulu
pada disertasi ini belum pernah dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk
mengkaji dan mendalaminya.
Download