BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan yang tercantum pada System Kesehatan Nasional adalah suatu upaya penyelenggaraan kesehatan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia guna mendapatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan, tindakan serta bawaan (congenital). Hidup sehat merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang ada di dunia ini, akan tetapi diperlukan beberapa cara untuk mendapatkannya. Sebagai salah satu cara untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal pemerintah telah menyusun berbagai proram pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit (P2P) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative disemua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk dapat megukur derajat kesehatan masyarakat digunakan indicator, salah satunya adalah dengan angka kesakitan dan angka kematian balita. Hingga saat ini Infeksi Sakuran Nafas Akut (ISPA) maasih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.Kematian pada balita. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 proporsi kematian bayi akibat ISPA di Indonesia adalah sebesar 30,8% artinya dari 100 bayi meninggal 30 diantaranya meninggal karena ISPA. Dalam rangka menurunkan angka kematian balita yang disebabkan oleh ISPA Pemerintah telah membuat suatu kebijakan ISPA secara nasional yaitu diantaranya melalui penemuan kasus ISPA balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar. 1 2 Puskesmas Lembang sebagai salah satu bagian dari pelayanan kesehatan dasar telah berupaya untuk melakukan penemuan kasus dengan adanya keterpaduan lintas program melalui pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) serta penyediaan obat dan peralatan. B. Tujuan 1. Umum Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena ISPA bersama lintas program dan sektor terkait. 2. Khusus a. Tercapainya penurunan angka kesakitan. b. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit ISPA di masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya di semua jenjang pelayanan. c. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan dan kematian karena di ISPA dapat dicegah. d. Tersusunnya rencana kegiatan Pengendalian Penyakit ISPA yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaannya. 3 BAB II ANALISIS SITUASI Selama bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2013 Penderita ISPA khususnya Pneumonia yang datang berkunjung ke Puskesmas didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Indikator, Target dan Pencapaian Program ISPA Puskesmas Lembang Tahun 2013 NO DESA 1 2 3 4 5 WANGUNSARI PAGERWANGI MEKARWANGI KAYUAMBON LEMBANG PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK PERKIRAAN JUMLAH USIA PNEUMONIA PENDUDUK BALITA BALITA (10% PDDK) JUMLAH CAKUPAN % 10240 9460 5733 9297 17306 1024 946 573 929 1731 102 96 57 92 173 74 132 42 71 245 73% 138% 74% 77% 142% 52036 5203 520 567 109% Berdasarkan table. 1 diatas Puskesmas Lembang untuk pneumonia telah melebihi target yaitu 109% dari 86% target yang harus dicapai. Sedangkan untuk Desa baru 2 Desa yang telah mencapai target bahkan lebih yaitu Desa Pagerwangi dan Desa Lembang sedangkan untuk Desa Wangunsari, Mekarwangi, dan Kayuambon masih belum mencapai target yang diharapkan. Tahun 2013 tidak terjadi KLB (0%) dan tidak Ada kasus meninggal CFR (0%). Untuk kasus Pneumonia pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 567 kasus dan dapat ditangani 100%. 4 Tabel 2 Perbandingan cakupan Pneumonia 2010-2013 NO 1 2 3 4 5 DESA WANGUNSARI PAGERWANGI MEKARWANGI KAYUAMBON LEMBANG PUSKESMAS 2010 2011 2012 2013 56% 154% 38% 67% 158% 105% 63% 140% 62% 60% 160% 106% 53% 156% 86% 117% 168% 125% 73% 141% 74% 77% 142% 109% Dari table 2 bisa dilihat dari jumlah kunjungan penderita diare pada tahun 2013 turun 16% jika dibandingkan tahun 2012 tapi bila dibandingkan tahun 2010 dan 2011 naik sekitar 3% s/d 4%. 5 BAB III PERMASALAHAN DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH A. Permasalahan Berdasarkan uraian pada BAB II untuk Desa yang targetnya belum tercapai kemungkinan karena adanya beberapa Faktor penghambat diantaranya : a. Pengaruh cuaca (waktu) dan Faktor resiko (tempat). b. Kurangnya kerja sama dengan pelayanan pengobatan swasta B. Alternatif Pemecahan Masalah Untuk itu dibutuhkan langkah-langkah sebagai upaya meningkatkan cakupan pelayanan pada tahun 2014. 1. Meningkatkan koordinasi dengan lintas program dan lintas sector 2. Meningkatkan kerja sama dengan pelayanan pengobatan swasta 3. Pemberdayaan masyarakat melalui penyebarluasan informasi tentang kesehatan dan meningkatkan peran Posyandu sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan masyarakat. 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga medis melalui pelatihan, diklat dan pengiriman tenaga medis maupun paramedis untuk mengikuti pendidikan formal. 5. Tersusunnya rencana kegiatan Pengendalian Penyakit ISPA yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaannya. 6. Kegiatan perbaikan gizi masyarakat. 6 7. Penyehatan lingkungan pemukiman dan pemberantasan penyakit menular serta penanganan bila terjadi KLB. 8. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan melalui pemberian bantuan pelayanan kesehatan bagi warga miskin dan wilayah yang jauh dari Puskesmas. 9. Monitoring dan Evaluasi Cakupan setiap bulan 7 BAB IV PENUTUP Demikian Laporan Tahunan Program P2 ISPA dibuat untuk dijadikan sebagai acuan dalam mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2013. Dan sebagai gambaran langkahlangkah apa saja yang akan dilaksanakan pada tahu 2014 sehingga dapat meningkatkan cakupan pelayanan. 8