Uploaded by Iman Zanatul Haeri

Mempertahankan Air, Mempertahankan Kehidupan (oleh Imam ZH FesbukBantenNews

advertisement
5/7/2017
Tentang Kami
HOME
Mempertahankan Air, Mempertahankan Kehidupan (oleh : Imam ZH* | FesbukBantenNews
Pedoman Siber
BANTEN
     4 
Redaksi
NASIONAL
LINGKUNGAN & KESEHATAN
KORUPSI
Search...
JURNALISME WARGA
⌂ Home » Banten » Mempertahankan Air, Mempertahankan Kehidupan (oleh : Imam ZH*
CATEGORIES
Banten
Berita
Business
Cilegon
Entertainment
Jurnalisme Warga
Heru Rider BMX asal Kota Serang, Kini J
Sosok Inspirasi Anak Muda Indonesia
Korupsi
Lebak
JUMPAI KAMI DI FACEBOOK
Lifestyle
Lingkungan & Kesehatan
FESBUK BANTEN Ne
Nasional
103.264 suka
Pandeglang
Politics
Serang
Disukai
Tangerang
Imam. Zanatul Hari.
Anda dan 55 teman lainnya menyukai ini
Mempertahankan Air, Mempertahankan Kehidupan (oleh :
Imam ZH*
Serang,fesbukbantennews.com (11/2/2017) – Air adalah hak. PBB sudah merilis kebutuhan air oleh
penduduk di Bumi meningkat hingga 40%. 783 Juta manusia tidak memiliki akses terhadap air bersih. Demi
berlangsungnya kehidupan, maka upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air bersih selalu
diutamakan. Musuh manusia dalam berbagi air bersih, bukan ikan paus atau atau tumbuh­tumbuhan. Tapi
kerakusan diantara manusia itu sendiri. Penguasaan air oleh segelintir pihak atau oleh Perusahaan dengan
tujuan profit semata merupakan persoalan yang paling utama. Proses ini umumnya dikenal dengan istilah
Privatisasi.
http://fesbukbantennews.com/mempertahankan­air­mempertahankan­kehidupan­oleh­imam­zh/





1/4
5/7/2017
Mempertahankan Air, Mempertahankan Kehidupan (oleh : Imam ZH* | FesbukBantenNews
Imam. Zanatul Hari.
Proyeksi Privatisasi umumnya didukung oleh lembaga bantuan dana seperti IMF hingga World Bank.
Lembaga donor tersebut—dengan Ideologi Neoliberalisme–memiliki pemahaman bahwa privatisasi sektor
publik termasuk akses terhadap air merupakan lahan yang menguntungkan bagi pendanaan sektor publik.
Artinya pelayanan publik diserahkan pada swasta. Biasanya privatisasi sektor publik seperti penguasaan
akses air merupakan salahsatu prasyarat digelontorkannya dana bantuan dan hutang terhadap Negara yang
meminjam dana. Negara­Negara Dunia ketiga seperti Indonesia adalah langganan dalam persoalan
tersebut. Tentu saja keberpihakan Pemerintah terhadap dikte lembaga donor tersebut adalah niscaya. Hal
tersebut seringkali membuat pemerintah dalam posisi tawar yang rendah, bahkan masyarakat cenderung
dirugikan. Bahkan Rosa Pavanelli (Sekertaris jendral Public Service International) menyatakan bahwa
privatisasi air sudah gagal memenuhi janji­janjinya. Sebab tidak ada konsultasi publik, terlalu banyak
negosiasi rahasia dan jani­janji yang palsu (The Guardian, 18/03/15).
Dalam lingkup yang lebih kecil, privatisasi air terjadi diberbagai daerah termasuk Pandeglang. pada tanggal
9 Desember 2013, PT Tirta Fresindo Jaya mendapat ijin dari Dinas Tata Ruang dan Tata Wilayah melalui
SK nomor 600/548.b/SK­DTKP/XII/2013 untuk membangun suatu pabrik Air kemasan di daerah Cadasari.
Beragam penolakan sudah terjadi sejak tahun 2014, hingga Ulama besar Abuya Muhtadi pasang badan
mendukung warga Cadasari menolak keberadaan pabrik tersebut.
Sesuai dengan Perda Kab Pandeglang No 3 tahun 2011 Pasal 35 ayat 4 bahwa kawasan Cadasari
merupakan kawasan lindung geologi, yang memiliki beberapa titik mata air. Penolakan tersebut bersambut
baik dengan keputusan Bupati Erwan Kurtubi yang mengeluarkan pembatalan ijin Perusahaan tersebut (SK
0454/1669­BPPT/2014). Ketua DPRD Pandeglang sampai mengeluarkan surat himbauan agar pembangunan
Pabrik tersebut dihentikan. Namun, sampai hari ini proses pembangunan pabrik air kemasan tersebut terus
berlangsung. Warga yang merasa pemerintah tidak mampu menghentikan kegiatan pabrik tersebut,
akhirnya melancarkan beragam aksi di depan Kantor Bupati dan didepan Pabrik tersebut.
Puncaknya pada tanggal 6 Februari 2017 warga menggelar aksi menerobos kawasan pabrik tersebut.
Terjadi beberapa peristiwa yang mengakibatkan satu belko terbakar. Setelah peristiwa tersebut, terjadi
penangkapan diam­diam aparat kepolisian terhadap warga “terduga” perusak fasilitas pabrik. Penculikan
tanpa surat penangkapan ini sempat diprotes oleh LBH Rakyat Banten yang menjadi kuasa hukum Warga
(Radar Banten, 9 Februari 2017)
Sayangnya, beberapa media menggunakan Frame bahwa warga menolak investasi. Bahkan terdapat
anggapan bahwa aksi warga tersebut bukan berasal dari warga asli Cadasari, namun warga perbatasan
Cadasari, yakni Kecamatan Baros yang masuk kabupaten Serang. Hal ini senada dengan pernyataan Bupati
Pandeglang Irna Nurrulita yang menyatakan “mudah­mudahan warga Serang lebih bijak … saya khawatir
masyarakat ini hanya terprovokasi oleh sekelompok orang yang memiliki kepentingan pribadi”(MenaraNews,
06/02/17). Penggiringan opini bahwa penolakan merupakan sikap tradisional (Menolak Investasi) hingga
asumsi bahwa terdapat kelompok luar (Kabupaten Serang) yang memanfaatkan keadaan, merupakan cara­
cara kotor untuk mengaburkan persoalan yang paling utama dari gairah penolakan tersebut. Melupakan
bahwa Warga hanya ingin mempertahankan sumber lingkungan hidupnya; air.
Mengurangi Pengangguran?
Asumsi lainnya menganggap bahwa pembangunan pabrik mendatangkan akses lowongan kerja. Sehingga
dapat mengurangi pengangguran. Persoalannya, hitungan mengenai penyerapan tenaga kerja “warga
setempat” selalu dibuktikan dengan angka­angka yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Terdapat
kecenderungan monopoli kelompok tertentu untuk menjadikan akses kerja sebagai proses transaksional.
Seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya menyebutkan bahwa seorang lurah bahkan sudah
menarik tarif bagi warga yang ingin bekerja di pabrik yang belum jadi tersebut.
Pembangunan pabrik air kemasan akan membuka peluang terbukanya lowongan kerja yang sebagian besar
akan ditempatkan sebagai buruh. Namun, perhitungan demografi di Indonesia yang menyebutkan bahwa
akan terdapat surplus penduduk usia produktif–hanya sinyal akan bahwa persaingan kerja akan semakin
ketat. Sudah bukan rahasia lagi, bila pemilik pabrik akan bekerjasama dengan perusahaan penyuplai tenaga
kerja (Outsourching) agar menjadikan buruhnya berada dalam status “Kontrak” secara permanen.
Permainan ini akan membuat kondisi struktur sosial masyarakat Pandeglang yang dikenal religius dan
tradisional menjadi individualis dan homo homini lupus. Hasil yang buruk ini bertolakbelakang dengan cita­
cita pemerintah pusat yang ingin menstimulus masyarakat indonesia dari masyarakat “pekerja” menjadi
masyarakat “pengusaha”. Tentu saja, angan­angan yang dibangun dari pembangunan pabrik air kemasan
merupakan suatu kemunduran terhadap cita­cita Pemerintah Pusat untuk menjadikan Indonesia menuju
negara produktif. Latahnya pemerintah daerah terhadap investasi, membuktikan minimnya inovasi dan
kreasi Pemerintah daerah dalam mengelola dan membangkitkan pengusaha­pengusaha lokal. Terutama
potensi wisata yang dipromosikan namun minim eksekusi; sehingga tidak pernah terfikir dalam benak
mereka kawasan Cadasari bisa dijadikan desa Wisata atau kawasan labotarium pertanian. Padahal dasar
dari cita­cita ini sudah tertuang dalam Perda Kab Pandeglang nomor 3 tahun 2011 Pasal 31­35 (wilayah
Geologi Resapan Air) dan Pasal 39 (Pertanian).
Promosi Wisata Alam
Anggapan penolakan terhadap pabrik air kemasan bahwa warga cadasari anti investasi dan warga baros
(Serang) tidak layak untuk ikut protes berasal dari minimnya kesadaran lingkungan para pejabat dan frame
media dalam memberitakan aksi warga. Perbedaan antara Cadasari dan Baros merupakan pembagian
wilayah Administrasi. Sedangkan cadangan akses air tanah tidak mengenal batas­batas administrasi. Bukan
tidak mungkin pembangunan pabrik Air kemasan yang akan menyedot air bersih dalam jumlah yang sangat
besar akan mempengaruhi suplai air bersih sehari­hari dan pengairan sawah warga Baros. Ironi ini
semakin memalukan ketika dilokasi Pabrik air kemasan yang hendak didirikan, terdapat gapura perbatasan
antara Cadasari (Pandeglang) dan Baros (Serang) yang bertuliskan: “Selamat Datang di Kota Wisata
Pandeglang”.
http://fesbukbantennews.com/mempertahankan­air­mempertahankan­kehidupan­oleh­imam­zh/
2/4
5/7/2017
Mempertahankan Air, Mempertahankan Kehidupan (oleh : Imam ZH* | FesbukBantenNews
Paradigma pariwisata di Indonesia umumnya mempersembahkan keindahan alam eksotis yang terus
terjaga. Beragam kampanye yang dilakukan kementrian Pariwisata hingga seluruh Kepala Daerah, dilakukan
agar menarik wisatawan untuk menikmati keindahan alam di daerah tersebut. Seperti juga daerah lainnya,
Pandeglang memiliki agen resmi pemerintah dengan nama “Explore Pandeglang” untuk mempromosikan
keindahan alamnya. Disisi lain, pemerintah Pandeglang tidak hadir untuk menolak investasi berbentuk
“pembangunan Pabrik” yang secara langsung akan mempengaruhi panorama alam diwilayahnya. Dualisme
ini hanya menunjukan lemahnya Pemerintahan daerah Kabupaten Pandeglang atas komitmennya sendiri
menjadikan daerahnya sebagai kota Wisata alam.
Penyelamat Masa Depan
Para Kyai, Ustad dan santri Cadasari­Baros yang terus melakukan gelombang aksi menolak pembangunan
pabrik tersebut merupakan martir terdepan dalam melindungi alam dari manusia­manusia perusak. Mereka
rela berjibaku dalam aksi yang memiliki resiko melawan hukum, bahkan 3 diantaranya masih ditahan Polres
Pandeglang (Fesbukbantennews, 09/02/17)
Tentu, komitmen dan semangat warga dan ulama untuk melawan privatisasi air melalui pembangunan
pabrik Air kemasan adalah titah agama yang paling luhur. Tuduhan bahwa penolakan warga terhadap
pembangunan Pabrik Air kemasan sebagai sikap menolak investasi merupakan tuduhan yang keliru. Justru,
penolakan terhadap perusak lingkungan adalah sikap futuristik, yang sudah dilakukan oleh Negara­Negara
Maju—dengan mencoba energi alternatif terbarukan dan mendorong komitmen investor terhadap
lingkungan. Membiarkan pembangunan pabrik air kemasan berdiri di Kabupaten Pandeglang adalah cara
cepat menghancurkan investasi kita dalam mempertahankan bumi bagi generasi mendatang.(LLJ).
*Iman Zanatul Haeri (LBH Rakyat Banten)
Share this:
  
109
Related
FBn dan Citizen Journalism di
Banten (1): Dari Dunia Maya
Beraksi dengan Nyata
May 2, 2017
In "Banten"
Tweet
«
Like 109
Hari Air Sedunia, Warga
Sawah Luhur Tak Sulit Lagi
Memperoleh Air Bersih
March 22, 2017
In "Banten"
0
Peran Humas Saat Citra
Birokrat Semakin Terpuruk
August 6, 2015
In "Banten"
Share
Previous:
Edarkan Tembakau Ganesha,Honorer
Kecamatan Kasemen Ditangkap Polisi
Next:
Tipu Pengusaha Solar,Dokter Ini
Dituntut 4 Bulan Penjara
»
BERITA TERBARU
Saat Banjir Serang –
Pandeglang, Bus Murni dan
Asli Prima Saling Salip
Rumah Ambruk, Seorang
Warga Miskin di Kota Serang
Pasrah tak Dapat Bantuan
 May 7, 2017
 May 7, 2017
Pembangunan Yang Tak
Hanya Merias Wajah Kota
(Oleh : Mokhlas Pidono*)
Heru Rider BMX asal Kota
Serang, Kini Jadi Sosok
Inspirasi Anak Muda
Indonesia
 May 6, 2017
Mengapa Stok Pangan Selalu
Kurang Jelang Ramadhan?
 May 7, 2017
 May 6, 2017
http://fesbukbantennews.com/mempertahankan­air­mempertahankan­kehidupan­oleh­imam­zh/
3/4
5/7/2017
Mempertahankan Air, Mempertahankan Kehidupan (oleh : Imam ZH* | FesbukBantenNews
Copyright @2016 FBn
http://fesbukbantennews.com/mempertahankan­air­mempertahankan­kehidupan­oleh­imam­zh/
4/4
Download