Uploaded by common.user18551

PROPOSAL INDOFOOT RISET NUGRAHA

advertisement
i
PROPOSAL PENELITIAN
INDOFOOD RISET NUGRAHA (IRN)
ANALISIS GENETIK CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens. L) GENOTIPE
MUTAN G7/01 GENERASI KE 4 HASIL MUTASI EMS
BUDIDAYA PERTANIAN
Atiaturrochmah
\
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
JULI, 2019
i
ii
ii
iii
RINGKASAN
Cabai rawit (Capsicum fritescens. L) merupakan salah satu komuditas
yang paling banyak di budidayakan di Indonesia. Masyarakat Indonesia sangat
menyukai rasa pedas sebagai bahan pangan dan pelengkap masakan mereka.
Secara morfologi, cabai rawit memiliki bentuk dan karakter hampir sama dengan
semua jenis cabai. Upaya mendapatkan varietas yang unggul dapat dilakukan
melalui introduksi, hibridisasi dan induksi mutasi maupun rekayasa genetika.
Mutasi merupakan salah satu cara peningkatan keanekaragaman genetik tanaman
yang di anggap paling murah dan cepat. Induksi mutasi dilakukan dengan
menggunakan mutagen fisik atau kimiawi. Mutagen kimia induksi mutasi EMS
(Ethyl Methane Sulphonate) paling banyak digunakan karena tidak bersifat
mutagenik setelah terhidrolisis. Setelah di mutasi ini diharapkan terlihat adanya
perbedaan dan kemiripan (polimorfisme) spesies cabai dalam morfologi maupun
analisa molekuler terutama pada cabai G7/01 yang merupakan hasil mutasi
dengan EMS 0.01 %.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui profil genetik pada cabai
G7/01 yang merupakan cabai genotip G7 hasil induksi mutasi EMS 0.01 %
berdasarkan morfologi, adanya polimorfisme menggunakan teknik RAPD
(Random Amplified Polymorphic DNA) dan kandungan capsaisin. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi karakter morfologi dan
kandungan capsaisin serta polimorfisme yang terjadi pada tanaman cabai mutan
G7/01 hasil induksi mutagen EMS generasi ke 4 untuk digunakan sebagai dasar
pemelihan varietas yang akan digunakn dalam pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan tanaman yang unggul.
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
RINGKASAN .................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1 Latar belakang ...............................................................................
1.2 Rumusan masalah .........................................................................
1.3 Tujuan penelitian ..........................................................................
1.4 Manfaat penelitian ........................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
2.1 Tanaman Cabai Rawit
2.2 Morfologi Tanaman Cabai Genotip G7 (Capsicum frutescens L)
........................................................................................................
2.3 Profil Genetik ...............................................................................
2.4 Senyawa Capsaicin pada Cabai
2.5 Induksi Mutasi Kimia Dengan EMS (Ethyl Methane Sulphate)
C3H8SO4 .......................................................................................
2.6 Isolasi DNA Tanaman ...................................................................
2.7 Morfologi Tanaman Cabai Galur G7 (Capsicum frutescens L) ..
2.8 Teknik Analisis Polimorfisme Menggunakan RAPD ...................
BAB 3 METODE PENELITIAN ...................................................................
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................
3.2 Pengamatan dan Perawatan Tanaman Cabai ................................
3.3 Pengamatan Morfologi Tanaman Cabai .......................................
3.4 Isolasi DNA Tanaman Cabai ........................................................
3.5 Uji Kualitatif dan Kuantitatif DNA Tanaman Cabai ....................
3.6 Uji Polimorfisme Tanaman Cabai Menggunakan RAPD ............
3.7 Pengukuran Kandungan Senyawa Capsaisin pada Cabai ............
3.8 Analisis Data ...............................................................................
BAB 4. ANGGARAN BIAYA ........................................................................
BAB 5. JADWAL KEGIATAN .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
i
ii
Iii
iv
1
1
2
3
3
8
8
11
5
5
6
7
8
9
10
10
10
10
10
11
11
12
13
14
17
23
19
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai (Capsicum frutescens) adalah tanaman genus Capsicum famili
Solanaceae yang buahnya dikenal mengandung capcaisin yang memberikan rasa
pedas. Tanaman hortikultura ini merupakan tanaman komersial yang
dibudidayakan di secara luas di daerah tropis dan sub tropis di dunia termasuk di
Indonesia (FAO, 2008). Di Indonesia ada lima spesies yang dikenal memberikan
nilai ekonomi di Indonesia yaitu C.annum, , C. frutescens, C. chinense, C.
pubescens dan C. baccatum (Anggraeni, 2013). Cabai dikenal di seluruh dunia
dengan berbagai nama. Nama yang di kenal yaitu cabai merah, cabai rawit,
paprika, cabai manis raksasa (italian sweet pepper), sweet banana pepper
(Thampi, 2004). Di Malang paling tidak ada 6 galur yang tersebar di pasaran dan
di produksi secara komersial yaitu varietas G1, G2, G3, G4, G5, G6 dan memiliki
ciri khas masing-masing yang berbeda satu sama lain (Aruminingtyas et al, 2017).
Keberhasilan produksi tanaman pada umumnya di pengaruhi oleh faktor genetik
maupun lingkungan. Pada cabai faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
adalah hama dan penyakit, perubahan iklim serta jenis kultivar benih (Pebri,
2017).
Upaya mendapatkan varietas yang unggul dapat dilakukan melalui
introduksi, hibridisasi dan induksi mutasi maupun rekayasa genetika (Ridhwan,
2012). Mutasi merupakan salah satu cara peningkatan keanekaragaman genetik
tanaman yang di anggap paling murah dan cepat. Induksi mutasi dilakukan
dengan menggunakan mutagen fisik atau kimiawi. Mutagen kimia induksi mutasi
EMS (Ethyl Methane Sulphonate) paling banyak digunakan karena tidak bersifat
mutagenik setelah terhidrolisis (Harteen, 2007). Setelah di mutasi ini diharapkan
terlihat adanya perbedaan dan kemiripan (polimorfisme) spesies cabai dalam
morfologi maupun analisa molekuler terutama pada cabai G7/01. Dari penelitian
sebelumnya (Dwinianti et al, 2018 dan Juliandri et al, 2018) telah dihasilkan
mutan dari galur G7 yang telah diinduksi mutasi dengan EMS 0,01 % (G7/01).
Mutan tersebut mengalami indersi basa adenin pada ekson 3 gen pAMT dan
subtitusi basa ke 369 dari ekson 1 gen Pun1. Hasil identifikasi mutan sampai
generasi ke 3 menunjukan bahwa mutan tersebut stabil, tidak bersilang, tahan
kering maupun tahan genangan (Konsultasi pribadi, 2019).
Teknik identifikasi polimorfisme tersebut salah satunya menggunakan
identifikasi secara morfologi maupun molekuler. Teknik analisis polimorfisme
molekuler menggunakan RAPD yang bertujuan untuk mengetahui polimorfisme
DNA dalam suatu populasi maupun antar populasi (Purnomo et al, 2018).
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan menganalisis cabai yang
termasuk dalam (Capsicum frutescens) galur G7/01 generasi ke 4 berdasarkan
hasil induksi mutagen EMS melalui karakter morfologi dan molekuler
menggunakan RAPD.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakter morfologi dan kandungan capsaisin pada cabai mutan
G7/01 Generasi ke 4 hasil induksi mutasi EMS?
1
2
2. Bagaimana polimorfisme yang terjadi pada cabai mutan G7/01 Generasi
ke 4 hasil induksi mutasi EMS berdasarkan hasil analisis molekuler
RAPD?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis karakter morfologi dan kandungan capsaisin pada cabai
varietas G4 dengan hasil induksi mutasi EMS.
2. Mengetahui polimorfisme yang terjadi pada cabai mutan G4 hasil induksi
mutasi EMS berdasarkan hasil analisis molekuler RAPD.
1.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi karakter
morfologi dan kandungan capsaisin serta polimorfisme yang terjadi pada tanaman
cabai mutan G7/01 hasil induksi mutagen EMS generasi ke 4 untuk digunakan
sebagai dasar pemelihan varietas yang akan digunakn dalam pemuliaan tanaman
untuk menghasilkan tanaman yang unggul.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Tanaman cabai (Capsicum frutescens L) tergolong dalam famili terungterungan (Solanaceae) secara umum termasuk golongan tanaman semusim dan
berumur pendek dan tumbuh sebagai perdu atau semak dengan tinggi tanaman
mencapai 1,5 m (Cahyono, 2003). Klasifikasi tamana cabai menurut (Cahyono,
2003) sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Corolliforea
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum frutescens L.
Seperti tanaman cabai pada umumnya yang memiliki bagian-bagian
tanaman yaitu akar, batang, daun, bunga dan biji. Akar pada tanaman cabai
dengan sistem perakaran tunggang, berwarna cokelat, tumbuh akar-akar cabang
yang tumbuh secara horizontal dan terdapat serabut akar kecil-kecil, akar ini
berfungsi untuk penyerapan air dan zat makanan dari dalam tanah dan
memperkuat berdirinya tanaman (Cahyono, 2003).
(Cahyono, 2003)
Gambar 1. Akar tanaman cabai (Capsicum frutescens L)
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu
bewarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak, batang
utamanya tumbuh tegak dan kuat. Percabangan ini terbentuk setelah batang
tanaman mencapai ketinggian 20-45 cm. Cabang tanaman ber ruas-ruas dan setiap
ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang) (Cahyono, 2003).
(Heon, 2010)
Gambar 2. Batang tanaman cabai (Capsicum frutescens L)
3
4
Daun tanaman cabai berukuran besar dan berdaun tunggal sederhana.
Terletak berselang dan tidak memiliki daun penumpu. Bentuk daun bulat telur
dengan ujung meruncing berlekuk dangkal hingga dalam maupun berlekuk
majemuk. Panjang daun berkisar antara 5 – 12 cm dan lebar 1,5- 4 cm, panjang
tangkai daun berkisar antara 1- 1,25 cm. Daun bewarna hijau hingga keunguan
tergantung varietasnya (Pitojo, 2003).
(Arumingtyas et al, 2017)
Gambar 3. Daun tanaman cabai (Capsicum frutescens L) beberapa galur
Bunga tanaman cabai memiliki bunga yang sempurna, bunga muncul dari
ketiak tangkai daun dan berkedudukan menggantung atau berdiri dan merupakan
bunga tunggal. Bunga cabai memiliki lima kelopak bunga yang saling berlekatan.
Mahkota bunga berbentuk seperti bintang, corong atau terompet, bersudut 5-6,
bewarana putih dan berdiameter 8 – 15 mm. Jumlah benang sari adalah 5-6 buah
dengan kepala benang sari bewarna kebiruan dan berbentuk memanjang. Kepala
putik bewarna kuning kehijauan dan bakal buah beruang dua atau lebih (Pitojo,
2003).
(Aslam et al, 2017)
Gambar 4. Bunga tanaman cabai (Capsicum frutescens L)
Buah cabai rawit terbentuk setelah terjadi penyerbuka, buah memiliki
keanekaragaman dalam ukuran, bentuk dan warna maupun rasa buah. Buah cabai
rawit dapat terbentuk bulat pendek dengan ujung yang runcing atau berbentuk
kerucut. Ukuran buah bervariasi menurut varietasnya yaiu sekitar 2 - 2,5 cm dan
lebar 5 mm, sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran panjang
mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm. Warna buah cabai rawit bervariasi
buah muda berwarna hijau atau putih sedangkan buah yang telah masak bewarna
merah menyala atau merah agak kuning saat muda rasa buah kurang pedas
sedangkan jika telah masak menjadi pedas (Cahyono, 2003).
4
5
(Arumingtyas et al, 2017)
Gambar 5. Buah tanaman cabai (Capsicum frutescens L)
Biji cabai rawit bewarna putih kekuning-kuningan berbentuk bulat pipih
dan tersusun secara berkelompok atau bergerombol dan saling melekat pada
empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil di bandingkan dengan biji cabai
besar. Biji ini digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan)
(Cahyono, 2003).
(Arumingtyas et al, 2017)
Gambar 6. Daun tanaman cabai (Capsicum frutescens L) beberapa galur
2.2 Morfologi Tanaman Cabai Genotip G7 (Capsicum frutescens L)
Cabai Rawit genotip 7 merupakan cabai yang diperoleh di pasar daerah
Lombok, NTB. Cabai rawit genotip 7 memiliki kandungan capsaicinoid total yang
sangat tinggi sebesar 15,76 ± 1,97 mg/g berat segar dengan kandungan nilai
kepedasan yang sangat tinggi sebesar 252.133,34 ± 31.473,53 SHU (Juliandari et
al., 2018). Hasil penelitian sebelumnya cabai rawit genotip 7 yang diinduksi
mutasi dengan EMS 0,01% menunjukkan adanya variasi pada tingkat genom yang
dianalisis menggunakan Marka SSR CA 19, CA 27, dan CA 62. Pada gen spesifik
cabai rawit genoptip 7 yang diinduksi mutasi dengan EMS 0,01% menghasilkan
variasi pada profil genetik ekson 1 gen Pun1 ditunjukkan dengan adanya SNP
berupa perubahan basa sitosin (C) menjadi timin (T) (Juliandari et al., 2018).
2.3 Profil Genetik
Profil genetik adalah bentuk pewarisan sifat untuk pada suatu organisme yang
berkaitan dengan fenotip atau ekspresi organisme tersebut. DNA adalah bahan
genetik mendasar yang mengontrol sifat-sifat makhluk hidup, tereskpresikan
dalam bentuk polipeptida. Sedangkan genom adalah keseluruhan informasi
genetik yang dimiliki organisme atau keseluruhan asam nukleat yang memuat
informasi tersebut. Infoormasi DNA dapat diteliti dalam analsis genetik untuk
mengetahui polimorfisme melalui amplifikasi dan keragaman genetik dari sampel
5
6
khususnya menggunakan RAPD dengan marker khusus. Marker adalah skuens
DNA yang dapat diidentifikasi, Penanda molekuler dapat dinggap sebagai bagian
yang tidak mudah mengalami perubahan akibat aktivitas genetik seperti mutasi
dan insersi atau proses seleksi alam. Penanda molekuler yang terdapat di lokasi
tertentu pada genom dan diwariskan paa generasi satu ke generasi berikutnya. Jika
ada perubahan inersi atau mutasi dalam genom sampel maka diduga ada
polimorfisme antar sampel. Analisis genetik dapat dilihat dari pola pita
karakteristik (Purnomo dan Rejeki, 2018)
2.4 Senyawa Capsaicin pada Cabai
Pada cabai terdapat banyak senyawa yang terkandung di dalamnya, salah
satunya adalah capsaicin. Capsaicin adalah zat utama yang mengakibatkan rasa
pedas pada cabai. Capsaicin pertama kali berhasil diekstrak pada tahun 1816 oleh
Christian Fredrich Buchoz. Saat itu senyawa aktif ini diberi nama capsaicin yang
diambil dari nama yang sesuai dengan genus pada cabai yaitu Capsicum (Lingga,
2012).
Capsaicin yang telah diekstraksi dari cabai akan diperoleh dalam bentuk
oleoresin. Oleoresin adalah suatu ekstrak berbentuk gel atau pasta yang memiliki
kandungan utama dari bahan yang diekstrak. Pada cabai, seluruh bagian tanaman
cabai mengandung capsaicin, namun capsaicin terbanyak terdapat pada bagian
buah. Kandungan capsaicin pada buah cabai umumnya berkisar 0.5 – 1.5%,
dimana senyawa aktif ini terkonsentrasi pada bagian septa (tempat menempelnya
biji cabai di dalam buah). Daging buah cabai hanya mengandung sedikit
capsaicin, sedangkan bagian bijinya tidak ditemukan adanya senyawa aktif ini,
dan dalam jumlah yang sedikit capsaicin ditemukan pada selaput ari tipis
berwarna putih yang membungkus biji pada tanaman cabai (Lingga, 2012).
Pada buah cabai juga mengandung sejumlah senyawa yang memiliki rantai
alkyl vanilamida (VNA: Vanillylamide of n-nonoanic acid) yang kemudian lebih
dikenal dengan nama capsicanoid. Kandungan capsicanoid pada buah cabai relatif
lebih kecil dibandingkan dengan kandungan capsaicin pada tanaman cabai, yaitu
hanya berkisar 0.1 – 1 % (Lingga, 2012). Pemeriksaan kadar capcaisin dapat
dilakukan secara spektrofotometri setelah dilakukan pemisahan capsaicin dari
senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam ekstrak cabai dengan menggunakan
kromatografi lapisan tipis. Pemilihan kombinasi dua metode ini berdasarkan atas
instrumentasi dan pelaksanaan yang praktis, sudah dikenal luas dan biaya yang
relatif murah (Sumpena, 2013).
2.5 Induksi Mutasi Kimia Dengan EMS (Ethyl Methane Sulphate) C3H8SO4
Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan
keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi
genotip sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi dapat
dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan yang mutagen tertentu misalnya
organ reproduksi tanaman seperti biji, batang, serbuk sari, akar rhizome dan kultur
jaringan. Bahan mutagen kimia yang sering digunakan yaitu EMS (Ethyl Methane
Sulphate) untuk mengubah stuktur materi genetik tanaman yang disebut mutasi
yang akan menimbulkan perubahan pada sifat-sifat genetis tanaman (Setiadi,
2018).
6
7
Mutasi dengan EMS terjadi karena zat-zat alkilasi dari EMS akan
menginduksi dan memodifikasi dari nukleotida yang menyebabkan perubahan
basa, selama replikasi DNA alkilasi yang kuat menyebabkan guanin (G)
membentuk O6-etilguanin, yang dapat berpasangan dengan timin (T) tertapi tidak
dengan sitosin (C) .Proses Alkilasi dengan EMS yang memberikan gugus etil pada
keton kelompok guanin dan menghilangkan ikatan hidrogen untuk pasangan basa
sitosin dan membentuk pasangan basa timin. Sehingga replikasi berikutnya
menyebabkan perubahan GC-AT (gambar 8) (Khalid, 2013).
(Khalid, 2010).
Gambar 7. Proses Alkilasi dengan EMS
EMS masuk kedalam benih saat perlakuan perendaman, setelah benih
mengalami proses imbibisi dan direndam ke dalam akuades. Imbibisi akan
menyebabkan kulit biji menjadi lunak dan retak. Masuknya EMS ini akan
menyebabkan mutasi titik pada sel DNA embrio yang menyebabkan perubahan
susunan asam amino (Jabben, 2002).
2.6 Isolasi DNA Tanaman
Molekul dalam suatu DNA dapat dipisahkan dengan diekstraksi maupun di
isolasi untuk keperluan seperti amplifikasi dan isolasi DNA. Isolasi DNA ini
bertujuan untuk memisahkan DNA dari komponen-komponen sel lainnya
(Desmukh et al, 2007). Isolasi DNA dengan tanaman (akar, daun, kallus dan
lainnya) sebaiknya diambil beberapa saat sebelum di lakukannya isolasi DNA dan
jika disimpan maka harus dalam almari es pada suhu 4 derajad selsius hal ini
untuk mengurangi degradasi total DNA karena adanya nuclease yang pada
beberapa spesies tanaman preparasi DNA cenderung menghasilkan warna coklat
yang disebabkan oksidasi dari polyphenol (Maftuchah dkk, 2004).
Tahapan pertama isolasi DNA yaitu penghancuran dinding sel dan
penghilangan protein RNA serta adanya pengendapan DNA hal ini dapat
dilakukan dengan menggerus sampel menggunakan mortar dan pestle dalam
nitrogen cair (Desmukh et al, 2007). Selanjutnya yaitu menggunakan buffer
ekstrak yaitu Cetyltrimetil Ammonium Bromide (CTAB) yang termasuk sufraktan
kationik untuk proses melisis dinding sel tanaman, proses lisis ini bertujuan untuk
perusakan dinding sel sehingga seluruh isi sel keluar. Komposisi buffer CTAB
yang digunakan yaitu Tris-HCL, sufraktan CTAB, ETDA, NaCl dan
polinilpirolidon (PVP). Dinding sel yang telah lisis isi sel akan keluar dan DNA
akan bercampur dengan kontaminan, pemisahan dengan kontaminan dapat
dilakukan dengan proses ekstraksi, kontaminan yang ada yaitu berupa lemak,
polisakarida, fenolik dan protein. Kemudian proses ekstrraksi DNA dari
7
8
kontaminan menggunakan pelarut organik yaitu kloroform untuk mendenaturasi
dan isoamil alkohol untuk menghilangkan busa (Switzk & Russel, 2001).
Pengendapan DNA dapat dibantu dengan EtOH absolut dan garam
ammonium asetat. EtOH yang akan memekatkan DNA dan menghilangkan resido
kloroform dan akan menggumpal dan membentuk pellet DNA (Surzycki, 2000).
EtOH absolut akan menghilangkan H2O disekitar fosfat dan menjadi muatan
netral yang menjadi pellet (Kumar & Anandaraj, 2014). Garam ammonium asetat
akan menetralkan muatan negatif DNA sehingga netral dan menurunkan kelarutan
DNA dalam air, air yang masih mengandung kontaminan RNA dapat dihilangkan
dengan enzim RNAse unruk mendenaturasi RNA (Clark & Christoper, 2000)
Pemurnian pellet DNA adalah pencucian dengan Etanol 20 % untuk
membersihkan DNA darri sisa garam (Somma, 2006). Pelet DNA yang mutni
dilarutkan buffer TE bertujuan untuk menjaga sampel DNA agar tetap stabil
(Atiken, 2012)
2.7 Uji Kualitatif dan Kuantitatif DNA
Uji kualitatif DNA menggunakan elektroforesis gel agarosa yang merupakan
metode untuk mengidentifikasi, mengkarakterisasi dan purifikasi molekul DNA
setelah isolasi DNA dan akan berjalan sesuai kutub positif (+) atau negatif (-)
sesuai dengan muatan yang terkandung di dalamnya (Magdeldin, 2012).
Kecepatan migrasi akan dimediai oleh gel agarosa yang diperngaruhi oleh besar
molekul DNA dan konsentrasi gel agarosa, DNA dapat dilihat dengan sinar UV
yang sebelumnya DNA sudah diwarnai dengan pewarna DNA seoerti Ethidium
bromide (EtBr) (Windiastika, 2011). Ethidium bromide (EtBr) akan terikat
diantara dua untai ganda DNA sehingga pita DNA dalam gel agarosa akan
berpendar karena pewarna mengandung zat flouresens sehingga akan terekspos
pada sinar UV dalam panjang gelombang 300 nm (Jean, 2010). Lokasi DNA pada
teknik elektroforesis gel agarosa berdasarkan densitas gradient sentrifugasi dapat
diidentifikasi secara langsung (Fatchiyah, 2010). Berikut ini adalah konsentrasi
gel agarosa berdasarkan ukuran molekul DNA:
(Fatchiyah, 2010).
Gambar 8. Konsentrasi gel agarosa berdasarkan molekulnya
Uji kuantitatif DNA adalah suatu analasis untuk menentukan kandungan
dan jumlah DNA yang terdapat pada suatu zat atau kompoen zat yang sebelumnya
telah diketahui keberadaan DNA plasmidnya dalam larutan uji kualitatif. DNA
yang mengandung basa purin dan primidin dapat menyerap cahaya UV. Pita
ganda DNA dapat menyerap cahaya UV pada 260 nm sedangkan kontaminan
protein atau fenol dapat menyerap pada sinar UV 280 nm (Harahap, 2007). Nilai
kemurnian DNA dapat ditentukan dengan menghitung rasio absorbansi (λ) 260
dan 280 nm (Å260:A280). Molekul DNA dikatakan murni apabila absorbansinya
berkisar antara 1,8-2,0. Informasi mengenai konsentrasi dan kemurnian DNA
8
9
sangat diperlukan untuk mengetahui derajat kontaminasi suatu sampel dan apakah
sampel tersebut baik untuk digunakan pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu,
dilakukan pengukuran terhadap kuantitas baik konsentrasi maupun kemurnian
DNA genom (Mustafa dkk, 2016).
2.8 Teknik Analisis Polimorfisme Menggunakan RAPD
PCR adalah suatu metode in vitro untuk menghasilkan sejumlah besar
fragmen DNA spesifik dengan panjang dan sekuens yang telah ditentukan dari
sejumlah kecil template kompleks. PCR merupakan suatu tekhnik sangat kuat dan
sensitive yang dapat diaplikasi dalam berbagai bidang seperti biologi molekuler,
diagnostic, genetika populasi dan analisis forensic (Anggraeni, 2015).
PCR didasarkan pada amplifikasi enzimatik fragmen DNA dengan
menggunakan dua oligonukleotida primer yang komplementer dengan ujung 5
dari kedua rantaisekuens target. Oligonukleotida ini digunakan sebagai primer
(primer PCR) untuk memungkinkan DNA template dikopi oleh DNA polymerase,
untuk mendukung terjadinya annealing primer ini pada template pertama kali
diperlukan pemisahan untai DNA yang double stranded melalui pemanasan. Suhu
reaksi selanjutnya diturunkan untuk membiarkan terjadinya perpasangan sekuens
dan akhirnya reaksi polimerisasi dilakukan oleh DNA polimeraseuntuk
membentuk DNA komplementer. Proses ini dikenal dengan siklus PCR. Oleh
karena produk terpolimerisasi baru tersebut. Hasil dari PCR ini adalah akumulasi
eksponensial fragmen target spesifik lebih dari berjuta kali lipat dalam beberapa
jam. Teknik ini juga mampu memperbanyak molekul target tunggal dalam
suatucampuran RNA dan DNA kompleks. (Nasir, 2002).
RAPD (Random Amplified Polymorphyc DNA)adalah metode penanda
polimorfisme berdasarkan amplifikasi PCR ditandai dengan tidak adanya
amplifikasi pada suatu lokus yang disebabkan berbedanya urutan basa nukleotida
atau titik penempelan primer sehingga pada titik tersebut tidak terjadi amplifikasi
hal ini menunjukan adanya polimorfik . Primer yang digunakan yaitu terdiri atas
5-10 nukleotida. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu kualitas dan kuantitas
DNA, buffer PCR, konsentrasi MgCl2, rasio primer pada template, suhu anneling,
enzim Taq polimerase dan mesin PCR yang digunakan. Keuntungan dari teknik
RAPD yaitu dibutuhkan kuantitas DNA sampel yang sedikit, hemat biaya, mudah
di pelajari dan primer mudah di dapatkan, sedangkan kekurangannya yaitu sensitif
terhadap variasi konsentrasi DNA juga memerlukan suhu dan primer saat
pengujian (Purnomo et al, 2018). Berikut ini contoh hasil RAPD penelitian (Singh
et al, 2013):
(Singh et al, 2013
Gambar 9. Diversitas dari 42 genotipe Capsicum dengan RAPD-marker OPD10
(5’ GGTCTACACC 3’)
9
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dengan judul “Teknik Analisis Genetik Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum frutescens) Hasil Mutasi EMS dengan Menggunakan RAPD (Random
Amplified Polymorphic DNA). Penelitian di laksanakan pada bulan November–
februari 2019. Penanaman dan perawatan dilakukan di Green House Jurusan
Biologi, sedangkan analisa molekuler di lakukan di Laboratorium Fisiologi,
Kultur Jaringan Tumbuhan dan Mikroteknik dan Laboratorium Biomolekuler dan
Seluler, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya, Malang..
3.2 Penanaman dan Perawatan Tanaman Cabai
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel cabai G7/01
hasil mutan EMS dan perlakuan pertama. Cabai di kecambahkan dengan media
hidroponik yaitu roock woll kemudian di tunggu sampai berkecambah 2-3 helai
daun dan di pindah ke media tanam. Media tanam yaitu perbandingan
kompos:tanah (1:1) dalam polibag duameter 25x30 cm. Tanaman di letakan di
greenhouse. Penyiraman dilakukan secukupnya setiap2 hari sekali. Gulma yang
tumbuh dicabut.
3.3 Pengamatan Morfologi Tanaman Cabai (Capsicum frutescens)
Pengamatan dilakukan pada cabai (Capsicum frutescens) meliputi bentuk
warna, ukuran biji, warna dan ukuran bunga, serta bentuk warna ukuran buah.
Pengamatan dilakukan 30 hari setelah pembungaan.
3.4 Isolasi DNA Tanaman Cabai (Capsicum frutescens)
Isolasi DNA tanaman cabai Capsicum Annuum dilakukan dengan
mempersiapkan seluruh bahan yang akan diguanakan untuk isolasi yaitu CTAB
buffer ekstrak, PCI, Nitrogen Cair (N2 (l)), 7,5 M Ammonium Sulfat, Ethanol 70%,
Buffer TE pH 7,6, Larutan Ethanol:Kloroform. Daun muda pada tanaman diambil
sebanyak 0,1 g dan dibekukan, digerus dalam nitrogen cair dan ditambahkan 700
μl buffer ekstrak, dipindah dalam microtube dan divortex. Microtube yang berisi
homogenat diinkubasi dalam water bath suhu 65 °C selama 30 menit. Sentrifugasi
13000 rpm selama 10 menit pada suhu 4°C, dan supernatant dipindahkan ke
tabung microtube baru dan ditambahkan PCI dengan volume yang sama, divortex.
Sentrifugasi kembali 13000 rpm, selama 5 menit pada suhu 4°C, supernatant hasil
sentrifugasi dipindah dalam microtube baru, dan ditambahkan CI dengan volume
yang sama, divortex. Sentrifugasi ketiga dilakukan pada 13000 rpm, selama 5
menit pada suhu 4°C, supernatant dipindah pada microtube baru dan ditambahkan
Ammonium Asetat 7,5 M (0,1 volume) dan divortex. Inkubasi pada suhu -20°C
selama 1 jam. Sentrifugasi keempat pada 13000 rpm, selama 15 menit pada suhu
4°C, supernatant dibuang, pellet ditambahkan ethanol 70% sebanyak 500 μl dan
dihomogenkan secara perlahan. Sentrifugasi kelima dilakukan pada 13000rpm,
selama 15 menit pada suhu 4°C, supernatant dibuang dan pellet dikeringanginkan
dalam incubator suhu 55°C. DNA berupa pellet dilarutkan dalam 20 μl H2O dan
disimpan pada suhu 20 °C.
10
11
3.5 Uji Kualitatif dan Kuantitatif DNA Tanaman Cabai (Capsicum
frutescens)
Uji kualitatif DNA dilakukan dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa
dengan konsentrasi gel 1%. Gel agarosa dengan konsentrasi 1% atau sebanyak
0,25 g dilarutakan dalam 20 mL buffer TBE (Tris- Asam borat) hingga mendidih.
Setelah mendidih, dinginkan hingga ruam kuku (suhu 60°C) dan ditambahkan
EtBr sebanyak 1 μl. Larutan agarosa dituang dalam cetakan dan sisir dipasang
lalu ditutup. Cetakan dikalibrasi dengan menggunakan waterpass dan didiamkan
selama 30 menit hingga mengeras. Loading sample dilakukan dengan menyiapkan
loading dye, gel agarosa, TBE, DNA, chamber, stabilisator dan voltase. Buffer
TBE 1X dituang dalam chamber hingga setengah volume chamber, gel diletakkan
dalam chamber dan ditambahkan kembali TBE hingga gel terendam. Sampel
DNA diambil sebanyak 1 μl, dicampur dengan loading dye 1 μl, dipipetting.
Campuran diambil dengan mikropipet 2 μl dan dimasukkan ke dalam sumuran
(well) dan diulang untuk semua sampel. Dihubungkan dengan powe supply dan
stabilisator (50 v selama 1 jam). Hasil elektroforesis didokumentasikan dengan
menggunakan Gel Doc.
Uji kuantitatif DNA dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri Uv-Vis,
Akuades steril diambil dengan syringe sebanyak 1 ml, dimasukkan dalam
microcuuvet dan dimasukkan spektrofotometer dengan panjang gelombang
260nm. Akuades dibuang dan microcuvet dikeringkan dengan tisu. Akuades
diambil 1mL dengan syringe, dimasukkan microtube. Aquades diambil 995 µl
dengan mikropipet dan dimasukkan pada microtube baru. DNA diambil sebanyak
5 µl dengan mikropipet dan dimasukkan dalam microtube yang berisi 995 µl
aquades, dikocok. Dituang ke microcuvet lalu diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 260nm. Dicatat nilai absorbansinya. Campuran DNA dan akuades
dituang ke microtube. Langkah diatas diulang dan diukur absorbansi pada panjang
gelombang 280nm. Campuran DNA dan akuades dalam microtube dimasukkan
dalam microcuvet dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 280nm, dicatat
hasil.
3.6 Uji Polimorfisme Tanaman Cabai Menggunakan RAPD
DNA genom keempat tanaman cabai diamplifikasi menggunakan primer
acak yang terdiri dari 10 basa (dekamer) (Operon Tech). Primer RAPD yang
digunakan terdiri dari 5 primer (Tabel 1). Primer yang memberikan pita
amplifikasi yang tegas dan jelas serta menghasilkan pita DNA polimorfik dipilih
untuk mengamplifikasi DNA seluruh tanaman cabai. Optimasi PCR dilakukan
untuk mendapatkan kondisi PCR yang optimal. Beberapa variabel seperti
konsentrasi primer, konsentrasi cetakan DNA, dan suhu penempelan primer yang
digunakan untuk PCR dipelajari dan dicoba untuk mendapatkan produk PCR yang
optimal. Amplifikasi DNA dilakukan berdasarkan metode Williams et al. (1990)
yang dimodifikasi. Reaksi PCR dilakukan pada total volume 10 μl. Masingmasing tabung PCR berisi ddH2O 2 μl, PCR mix 5 μl, Primer (Reverse dan
Forward) 2 μl, dan DNA sampel 1 μl.
Tabel 1. Primer RAPD yang digunakan dalam penelitian
No
Primer
Sekuen primer (5’-3’)
G+C (%)
1
OPA-1
CAGGCCCTTC
70%
11
12
2
3
4
5
OPA-2
OPA-7
OPA-18
OPA-19
TGCCGAGCTG
GAAACGGGTG
AGGTGAACCGT
CAAACGTCGG
70%
60%
60%
60%
(Bhadragoudar dkk, 2011).
Reaksi PCR dilakukan selama 30 siklus. Denaturasi Awal pada suhu 94 o
C selama 5 menit, kemudian diikuti oleh 30 siklus yang terdiri atas denaturasi 1
menit pada suhu 94oC, penempelan primer (annealing) 1 menit pada suhu 36 oC,
dan 2 menit pemanjangan (ekstensi) pada suhu 72 oC. Setelah 30 siklus selesai,
kemudian diikuti pemanjangan akhir (ekstensi akhir) 4 menit pada suhu 72 oC.
Hasil amplifikasi diuji kualitatif secara elektroforesis dengan menggunakan gel
agarosa 2.0% dalam bufer TE (Tris-EDTA) selama 60 menit pada 50 V. Hasil
pemisahan fragmen DNA dideteksi dan difoto menggunakan gel documentation
system (Gel-Doc). Sebagai standar digunakan 100 bp DNA ladder untuk
menetapkan ukuran pita hasil amplifikasi DNA (Williams et al.,1990).
3.7 Pengukuran Kandungan Senyawa Capsaicin pada Cabai
Larutan standar capsaicin dibuat dengan serbuk standar capsaicin
dilarutkan dalam etanol absolut 1:1 (v/v) dan digunakan sebagai stok. Larutan
standar capsaicin dibuat dengan konsentrasi 0; 20; 40; 60; 80; dan 100 ppm.
Larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya menggunakan metode
spektrofotometri dengan panjang gelombang 280 nm. Nilai absorbansi larutan
dibuat kurva standar, sehingga didapat persamaan linear sebagai berikut :
y= ax+b
(1).
Keterangan:
y = absorbansi larutan (nm)
x = konsentrasi capsaicin sampel (ppm)
Ekstraksi capsaicin dilakukan pada cabai keempat sampel cabai yang
digunakan, yang telah berumur 30-40 HSP. Plasenta dan pericarp buah cabai
dipisahkan dari bijinya dan ditimbang sebanyak 0.5 g. Buah cabai kemudian
ditambah dengan 5 ml etanol absolut dan digerus dengan mortar dan pestle.
Homogenate disaring dengan kertas saring untuk mendapatkan filtrat. Filtrat
diencerkan dalam pelarut etanol absolut dengan faktor pengenceran 10x, diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 280
nm. Nilai absorbansi sampel disubtitusi pada persamaan kurva standar capsaicin
untuk mengetahui konsentrasi capsaicin pada sampel.
Konsentrasi capsaicin (ppm) hasil subtitusi absorbansi sampel pada rumus
(1) dikonversi menjadi konsentrasi capsaicin (mg/g) dengan rumus berikut :
Capsaicin (mg/g) : (C x Fp x V) x 10-8 / W
(2)
Keterangan :
12
13
C = Konsentrasi capsaicin sampel (ppm)
F = Faktor pengenceran
W = Berat sampel (mg)
V = Volume pelarut (L)
3.8 Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan perangkat lunak NTSYS. Pita DNA
diubah ke dalam angka biner satu (1) dan nol (0) di dalam lembar kerja microsoft
excel berdasarkan ada atau tidaknya pita. Penerjemahan pola pita DNA ke dalam
data numerik dilakukan pada pita DNA yang memiliki ketebalan cukup. Data
numerik yang dihasilkan dihitung koefisien kesamaannya, estimasi similaritas
genetik dikalkulasi berdasarkan indeks similaritas Jaccard. Selanjutnya data
dipindah ke NTSYS dan dihitung indeks kesamaan antarsampel. Matriks yang
didapatkan digunakan untuk mengevaluasi hubungan genetik diantara keempat
jenis cabai yang digunakan terutama untuk melihat hasil similaritas antara cabai
rawit Capsicum frutescens G7/0.1 dan Capsicum frutescens G7/0.1 generasi ke 4
(Bhadragoudar dkk, 2011).
13
14
BAB IV
BIAYA KEGIATAN
Anggaran biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan Tugas Akhir
(TA)/Skripsi sebagai berikut :
No.
Jenis Pengeluaran
1.
Biaya Peralatan Penunjang
2.
Bahan habis Pakai
3.
Perjalanan
4.
Lain-Lain
Jumlah
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Biaya
3.306.500,9.483.100,135.000,-
750.000,13.671.600,-
Dari keseluruhan dana tersebut akan digunakan dengan bijak dan baik
sesuai kebutuhan mendasar penyelesaian tugas akhir. Rincian selengkapnya dapat
dilihat di daftar lampiran.
14
15
BAB V
JADWAL KEGIATAN
Bulan
No
Kegiatan
1
2
3
4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
7
9
10
11
12
Konsultasi
pembimbing
Seminar
Proposal
Penanaman
Cabai
Pengamatan
Morfologi
Isolasi DNA
Elektroforesis
dan Gel doc
PCR RAPD
Uji
kandungan
Capsaisin
Analisis Data
Semhas
Kompre
Laporan
akhir
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, N.T. dan A. Fadlil. 2013. Identifikasi jenis cabai (capsicum annuum
l.). Biodiversitas 1 (2): 409–418.
Arumingtyas E.L. J.Kusnaidi. D.R.T Sari. R.Nursita. 2017. Genetic variability of
indonesian local chili pepper: The Facts. AIP Conference Proceedings
Aslam F, Khan A, Khan MZ, Sharaf S, Gul ST, Saleemi MK. 2017. Toxicopathological changes induced by cypermethrin in broiler chicks: Their
attenuation with Vitamin E and selenium. Journal Experimental and
Toxicologic pathology.62 (4), 441-450
Atiken. 2102. Electrophilic aldehydes generated by sperm metabolism activate
mitochondrial reactive oxygen species generation and apoptosis by targeting
succinate dehydrogenas. Journal Biochemical 287(39):33048-60.
Bhadragoudar, M.R & Chandrasehkha.R.P. 2011. Assesment of Genetic Diversity
Among Capsicum anuum L. Genotypes using RAPD Markers. African
Journal of Biotechnology. 10(76): 17477-17483
Cahyono & Bambang. 2003. Cabai Rawit Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha
Tani. Kanisius. Yogyakarta
Clark & Christoper. 2000. Biotechnology. Elseiver Publisher. New York
Deshmukh. V.P. P.A. Gawande. U.S. Chaudari. A simple method for isolation of
genomic DNA from fresh and dry leaves of Terminalia arjuna (Roxb.)
Wight and Argot. Electronic Journal of Biotechnology 10 (3) 125-129
Fatchiyah.
2010.
Uji
kualitatif
dan
kuantitatif
DNA
http://fatchiyah.lecture.ub.ac.id. Diakses tanggal 02 Mei 2019 pukul 6:10
Food and Agriculture Organization (FAO). 2018. Capsicum frutescens. FAO
Production Yearbook. Italy
Harahap. 2007. Spektrofotometer Panjang Gelombang 230. Jurnal Farmasi.
Universitas Indonesia.
Harten & Van. 2000 Mutation Breeding: Theory and Practical Application.
Cambridge University Press, New York.
Jean & Francois. 2010. Agarose Gel Electrophoresis – Aplications in Clinical
Chemistry. Journal of Medical Biochemistry 2010; 29 (1).
Khalid.M. 2013. The Handbook of Plant Mutation Screening: Mining of Natural
and Induced Alleles. Willey Publisher. USA
Kumar & Anandaraj. 2014. Plant Pathology. Willey Publisher. USA
Lingga, Lany. 2012. Health Secret of Pepper (Cabai). PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta
Maftuchah.S. A.D. Yanto. Pengembangan metode isolasi genom dari jarak pagar
(Jatropha curas) Journal gamaa UMM 3(2) 124-126
Magdeldin. 2012. Gel electrophoresis- Principles and Basic. InTech Publisher.
Criatina
Nasir 2002. Bioteknologi: potensi dan keberhasilannya di bidang pertanian. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Pitojo. 2003. Benih Cabai. Kanisius, Yogyakarta.
Prajnata.F. 2011. Mengatasi permasalahan bertanam cabai. Penebar Swadaya.
Jakarta
16
17
Purnomo.D.H. D.I. Trijono. D.S. 2016. Budidaya cabai rawit sistem hidroponik
substrat dengan variasi media dan nutrisi. Journal of Sustainable Agriculture
31 (2):129-136
Ridhwan.M. 2012. Induksi mutasi dengan etil metan sulfonat dalam kultur antera cabai
(capsicum annuum l.) dan pengaruhnya terhadap kapasitas embriogenesis.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.
Singh. 2013. A simple technique for quantitation of low levels of DNA damage
individual cells. Journal Experimental Cell Research 175 (1) 184-191
Somma, M. 2006. Extraction and purification of DNA. In M. Querci
(Ed.), Training course on: the analysis of food samples for the presence of
genetically modified organisms user manual. Session 4. Luxemburg:
European Communities
Sumpena, U. 2013. Penetapan Kadar Capsaicin Beberapa Jenis Cabe (Capsicum
sp) di Indonesia. Jurnal Mediagro Vol. 9. No.2. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung
Sumpena. U. 2013. Penetapan kadar capsaicin beberapa jenis cabe (capsicum sp)
di indonesia. Jurnal Mediagro Vol. 9. No.2. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung.
Surzycki, S. 2000. Basic Techniques in Molecular Biology. Spinger-Verlag.
Berlin. Heidelberg, New York.
Switzk & Russel. 2001. Molecular Cloning. Cold Spring Harbor Laboratory Press.
Australia
Thampi. 2004. Capsicum: the genus Capsicum medicinal and aromatic plants industrial profiles. Taylor& Francis e-Library. New York
Williams et al.,1990. Genetic Molecular Analysis with Fusion in Drosophila
Genetics 125: 833-844
Windiastika, G., 2012, Metode Uji Kualitatif DNA dengan Elektroforesis Gel
Agarosa, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan
Surabaya.
17
18
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
A. Identitas Diri
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Jabatan Fungsional
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
E-mail
Nomor Telepon/HP
Alamat
9
Nomor Telepon/Faks
Atiaturrochmah
Perempuan
Mahasiswa
1650901071111020
Malang 02 Juni 1998
[email protected]
085711112267
Jl Argopuro 39 c Lawang Malang Jawa
Timur
-
B. Riwayat Pendidikan
Tingkat
Nama Sekolah
Pendidikan
SDN Lawang 01
SD
SMPN 3 Lawang
SMP
MA AL MAARIF
SMA
Singosari
Universitas
Perguruan Tinggi
Brawijaya Malang
Tahun masuk
2005
2010
2013
Tahun
Selesai
2010
2013
2016
2016
2020
C. Pengalaman Penelitian dalam 3 Tahub Terakhir
Pendanaan
No
Tahun
Judul Penelitian
Sumber*
Jumla
h
1
2
dst
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 3 Tahun
Terakhir
Pendanaan
Judul Pengabdian
No
Tahun
Masyarakat
Sumber*
Jumlah
Community
Universitas
Development di
Brawijaya
>5.000.000
1 2016
Jodipan Malang
Malang
0
Abdi Desa
Universitas
Brawijaya di Desa
Brawijaya
>5.000.000
2 2016
Torongrejo Pujon
Malang
0
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 3 Tahun Terakhir
18
19
No Judul Artikel Ilmiah
1
2
dst
Volume/Nomor/Tahun
Nama Jurnal
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 3 Tahun
Terakhir
No Judul Pertemuan
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Ilmiah/Seminar
Tempat
1
2
dst
G. Karya Buku Dalam 3 Tahun Terakhir
No Judul Buku
Tahun Jumlah Hlm.
1
2
dst
Penerbit
H. Penghargaan dalam 5 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi
Tahun
Penghargaan
Bronze Medal Young
1
Universitas Teknologi
2017
International Innovation
Mara Malaysia
Exhibition (YIIX) 2017
2
Gold Medal International
MNNF Network
2018
Invention and Innovative
Competition MNNF
Network Malaysia
3
Silver Medals
MNNF Network
2019
International Invention
and Innovative
Competition MNNF
Network Malaysia
4
Finalis Beasiswa
Socialpreneur Indonesia
2019
Bootcamp For Young
Technopreneur (Emphaty
Project) di Tanggerang
Selatan
I. Pernyataan Kesesuaian
19
20
20
21
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2
3
4
5
6
7
8
Jabatan Fungsional
NIP
NIDN
Tempat dan Tanggal Lahir
E-mail
Nomor Telepon/HP
Alamat Kantor
9
Nomor Telepon/Faks
Prof. Dr. Ir Estri Laras Arumingtyas, MSc.
St.
Guru Besar
196308181988022001
0018076306
Trenggalek, 18 Agustus 1963
[email protected]
0341-575841
Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Brawijaya. Jl Veteran Malang Jawa Timur
Indonesia
-
B. Riwayat Pendidikan
Nama
PerguruanTinggi
BidangI lmu
Tahun MasukLulus
Judul
Skripsi/Thesis/D
isertasi
Nama
Pembimbing
S1
Institut Pertanian
Bogor
Agronomi
S2
University of
Tasmania
Plant Genetics
1982-1987
1990-1992
Studi Fenologi
dan Viabilitas
benih kecipir
(Psopocarpus
tetragonolobus)
The Genetic of
Flowering and
Branching on
Pisum sativum
Prof. Dr.
Syamsoeoed
Sadjad
Prof. Ian C.
Murfet
S3
UniversitasBrawija
ya
Genetika
Molekuler
Pemulian Tanaman
2001-2006
Induksi varietas
baru kenaf
(Hibiscus
cannabinus)
dengan mutagen
EMS
Prof. Nur Basuki,
MS.
C. Pengalaman Penelitian dalam 3 Tahun Terakhir
No
Tahun
1 2016-2018
2 2018-2019
Judul Penelitian
Pengembangan Cabe Rawit
Unggul Bercabang Banyak dan
Tahan Kering Dengan Induksi
Mutasi EMS
Pengembangan Potensi
Capsaicin dari Cabai Keriting
(Capsicum annum) Sebagai
Pengawet Alami
Pendanaan
Sumber*
Jumlah
PUPT
Tahun I, II,
III
320 Juta
PUPT
Tahun I, II,
240 Juta
21
22
3
2016
Analisis Kromosom, Morfologi,
dan Fisiologi Cabai Rawit
(Capsicum frustescens L.) Hasil
Induksi Mutasi dengan Kolkisin
Pribadi
10 Juta
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 3 Tahun
Terakhir
Pendanaan
Judul Pengabdian
No Tahun
Masyarakat
Sumber* Jumlah
Pelatihan Penulisan Karya DPPSPP
Ilmiah untuk guru-guru
1 2016
SMA di Makasar
15 Juta
Pengolahan Umbi Porang DPPSPP
Menjadi Aneka Makanan
Untuk
Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat
Desa Hutan Di Malang
2 2017
Raya
7 Juta
Peningkatan
Pemahaman DPPSPP
Konservasi
Lansekap
Agroforestry
Masyarakat
Sekitar Kawasan Taman
nasional Bromo Tengger
3 2018
Semeru
6 Juta
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 3 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah
Volume/Nomor/Tahun
Nama Jurnal
1
2
dst
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 3 Tahun
Terakhir
No Judul Pertemuan
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan
Ilmiah/Seminar
Tempat
1
2
dst
G. Karya Buku Dalam 3 Tahun Terakhir
No Judul Buku
Tahun Jumlah Hlm.
Genetika Mendel: Prinsip
2016
153
1
Dasar Pemahaman Ilmu
Genetika
Penerbit
UB Press
22
23
23
24
JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN
1. Peralatan penunjang
Material
Mortar
Pestle
Lap
Wadah
Nitrogen
Gelas ukur
Botol jam
Pipet tetes
Mikrotube
1 ml
Mikrotube
2 ml
Mikrotube
1,5 ml
Plastik
Sarung
tangan
Masker
Justifikasi
Penggunaan
Untuk
menghaluskan
DNA dari
daun cabai
muda
Digunakan
bersamaan
dengan mortar
Membersihkan
meja dan alat
Wadah
nitrogen cair
setelah beli
Mengukur
cairan/larutan
yang
digunakan
Wadah
mikrotube
steril
Mengukur
tetesan dari
bahan kimia
Wadah DNA
dab komponen
pcr mix di
PCR
Wadah
pencampuran
bahan isolasi
dna
Wadah
penyimpanan
DNA
menutup botol
jam agar tetap
steril
melindungi
tangan dari
bahan kimia
melindungi
dari bau bahan
kimia
Kuantitas Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
1 289.000
289.000
289.000
1 189.000
189.000
189.000
1
15.000
15.000
15.000
1
75.000
75.000
75.000
2 145.000
145.000
290.000
5
7.500
7.500
37.500
2
2.500
2.500
5.000
4 bks
20.000
20.000
80.000
4 bks
20.000
20.000
800.000
4 bks
20.000
20.000
80.000
1 bks
7.500
7.500
7.500
1 pack
45.000
45.000
45.000
1 pack
45.000
45.000
450.000
24
25
tempat spray
alkohol untuk
Botol spray sterilisasi
tempat
rak
peletakan
mikrotube
mikrotube
Melindungi
Alumunium kesterilan
foil
bahan dan alat
tip
mikropipet
Mengambil
100-1000
cairan/larutan
mikroliter
ke mikropipet
SUB TOTAL (Rp)
3
3.500
3.500
10500
2
75.000
75.000
150.000
29.000
29.000
58000
725.000
725.000
725.000
3.306.500
2 bks
1 paket
2. Bahan Habis Pakai
Kuantita
s
Loading dye
ddH2O
Justifikasi
Penggunaan
Bahan
Isolasi DNA
Bahan
Isolasi DNA
Bahan
Isolasi DNA
Bahan
Isolasi DNA
Bahan
Isolasi DNA
Bahan
Elektroforesi
s
Bahan
Elektroforesi
s
Bahan
Elektroforesi
s
Bahan
Elektroforesi
s
Bahan PCR
PCR mix
Larutan
standar
capsaisin
Alkohol
Bahan PCR
Mengukur
konsentrasi
kapsaisin
Sterilisasi
Material
Nitrogen cair
CTAB
Phenol
CI
Ammonium
Asetat
BufferTBE
EtBr
Gel Agarosa
5L
Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
87.500
87.500
87.500
50 gr
375.000
375.000
375.000
25 g
88.000
88.000
88.000
0.25 L
190.000
190.000
190.000
100 g
199.600
199.600
199.600
50 ml
500.000
500.000
500.000
10 ml
760.000
760.000
760.000
50 gr
1.500.00
0
1.500.00
0 1.500.000
1 set
400.000
53.000
4.700.00
0
400.000
400.000
53.000
53.000
4.700.00
0 4.700.000
20 ml
2 lt
530.000
65.000
530.000
65.000
100µl
500 ml
530.000
65.000
25
26
Akuades
SUB TOTAL
(Rp)
Bahan
Pelarut
10 lt
35.000
35.000
35.000
9.483.100
3. Perjalanan
Material
Perjalanan dari
kampus ke Dau
(PP)
SUB TOTAL (Rp)
Justifikasi
Penggunaan
Mengambi
bahan material
daun untuk
isolasi DNA
dan perawatan
tanaman
Kuantitas Harga
Satuan
(Rp)
15 kali
9.000
9.000
Jumlah
135.000
135.000
4. Lain-lain
Material
Pembuatan log
book
Pembuatan draft
tugas akhir
Perlengkapan alat
tulis
Peminjaman
Laboratorium
SUB TOTAL (Rp)
Justifikasi
Penggunaan
Meliputi
print/fotocopy
Meliputi
print/fotocopy
Penunjang
skripsi
Peminjaman
laboratorium
dan jaminan
ke jurusan
Kuantitas Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
1
50.000
50.000
50.000
4
50.000
50.000
200.000
1
100.000
100.000
100.000
1
350.000
350.000
350.000
750.000
Total (Keseluruhan) (Rp): 13.671.600,-
26
27
27
Download