Uploaded by rani_karomah

305653976-Luka-Memar

advertisement
LUKA MEMAR
Lebam atau kontusio atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai “bruise”
merupakan sebuah area perdarahan didalam jaringan lunak karena ruptur pembuluh
darah yang disebabkan oleh trauma tumpul. Kata bruise kadang-kadang dianggap
bersinonim dengan hematom dan ekimosis (echymoma). Istilah kontusio juga sering
digunakan, khususnya ketika berhubungan dengan adanya trauma internal.2
Memar umumnya terjadi akibat trauma benda tumpul, seperti pukulan atau
jatuh, tetapi juga dapat terjadi karena luka hancur, perasan, atau cubitan.Adanya
tekanan yang cukup pada permukaan kulit mengakibatkan gangguan pembuluh darah
tanpa merusak kulitnya.Kontusio tidak hanya bisa terjadi pada kulit, terapi juga pada
organ dalam tubuh seperti paru-paru, hati, otak, dan otot.
Salah satu permasalahan
mengenai terbentuknya luka memar adalah adanya variasi antar individu. Luka
memar biasanya menjalani serangkaian perubahan warna dari merah, merah kebiruan,
biru, biru kehijauan atau cokelat menjadi kuning sebelum menghilang.Namun, tidak
semua luka memar menjalani perubahan warna tersebut.2
PATOMEKANISME
Pada kasus luka memar, jejas sel terjadi karena trauma fisik benda tumpul. Sel
yang terkena jejas akan mengalami beberapa fase untuk beradaptasi agar dapat
kembali ke keadaan homeostasis. Kontusio dapat dibedakan dari area livor
mortis.Pada kontusio, darahnya telah masuk hingga kedalam jaringan lunak sehingga
tidak dapat dihapus atau dikeluarkan seperti pada area livor mortis.Pemeriksaan
immunohistokimia pada kontusio dan perubahan warna postmortem menunjukkan
adanya reaksi positif dari glycophorin A, sebuah komponen dari sel darah merah,
yang mengindikasikan bahwa trauma tersebut adalah trauma antemortem.Setelah
kematian, tidak adanya tekanan darah berarti diperlukan tenaga yang sangat besar
untuk menghasilkan memar pada mayat. Memar postmortem seperti itu sangat kecil
1
jika dibandingkan dengan tenaga yang dikeluarkan, biasanya dihubungkan dengan
adanya fraktur, dan memar yang dihasilkan tersebut hanya berdiameter beberapa
sentimeter.2
Memar
Lebam mayat
Lokasi
Bisa dimana sahaja
Pada bagian terendah
Pembengkakan
(+)
(-)
Mikroskopik
Reaksi jaringan (+)
Reaksi jaringan (-)
Bila ditekan
Warna tetap
Warna memudar/ menghila
ng
Tabel 1 – Perbedaan memar dengan lebam mayat
Derajat dan keparahan kontusio tidak hanya bergantung kepada banyaknya
energi yang diberikan, tetapi juga terhadap struktur dan vaskularisasi jaringan yang
mengalami kontusio. Oleh karena itu, kontusio paling mudah terjadi pada daerah
yang berkulit tipis dan memiliki banyak lemak.2
Anak-anak dan orang tua lebih mudah mengalami kontusio, karena anak-anak
memiliki kulit yang lebih tipis dan lembut serta memiliki sedikit lemak subkutan.
Pada orang tua, terjadi hilangnya jaringan penyokong subkutan, gangguan pembuluh
darah dan memarnya lebih lama sembuh.Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran
dari sebuah kontusio : usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan korban, serta daerah
dan tipe jaringan yang terkena. Tidak ada cara pasti untuk menentukan seberapa
banyak energi yang diperlukan agar terjadi kontusio. Penelitian untuk mengetahui
seberapa banyak energi yang diperlukan untuk terjadinya fraktur atau luka memar
sulit dilakukan karena tidak adanya sampel manusia.2
2
Gambar 2: Proses terbentuknya memar
PENGUKURAN USIA KONTUSIO
Metode yang biasa digunakan untuk menentukan usia dari sebuah luka memar
adalah dengan histologi dan perubahan warna. Metode penentuan umur luka yang
biasa digunakan dalam bidang forensik selama ini adalah dengan melihat gambaran
luka secara makroskopis, berdasarkan perubahan warna yang mengikuti proses
penyembuhan yang terjadi pada luka tersebut. Penentuan umur luka secara
mikroskopik ataupun secara serologik merupakan metode lain yang dapat digunakan,
yaitu dengan melihat perubahan-perubahan biokimiawi yang terjadi pada jaringan dan
cairan tubuh terutama pada darah.5
Memar akan mengalami proses perubahan warna karena degradasi dari
hemoglobin. Tidak ada terminologi standar yang digunakan untuk menjelaskan warna
dari memar. Warna yang sama dapat disebut sebagai ungu, merah keunguan, biru
keunguan, atau biru. Kebanyakan memar awalnya berwarna merah, biru gelap, ungu,
atau hitam.Setelah hemoglobin dipecah, warnanya perlahan berubah menjadi ungu,
3
hijau, kuning tua, kuning pucat, kemudian menghilang.Perubahan ini dapat terjadi
dalam beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun, laju perubahan ini sangat
bervariasi, bukan hanya antar individu, tetapi antar memar pada individu yang sama.
Perubahan warna ini juga bisa terjadi tidak berurutan dan saling bertumpang-tindih.
Warna pada ujung luka memar biasanya merupakan indikator usia memar yang paling
baik, dengan warna tertua berada pada bagian ujung.5
Sumber
0-24 jam
Schwart Merah
z dkk(1
996)
1-4 hari
5-7 hari
8-10 hari
1-3 minggu
Biru keung Hijau, kunin Kuning kec Menghilang
uan
g
oklatan
Tabel 2: Perubahan luka memar
Hasil degradasi metabolik dari heme terdiri dari serangkaian senyawa nonmetallic yang tersusun sebagai struktur rantai linear pyrrole.Senyawan tersebut
adalah bilin atau bilichrome. Salah satu dari bilin tersebut adalah senyawa berwarna
biru-kehijauan yang disebut sebagai biliverdin (C33 H34 O6 N4) yng kemudian
dipecah menjadi bilirubin (C33 H36 O6 N4) oleh enzim biliverdin reductase yang
merupakan sebuah senyawa berwarna kuning kemerahan yang terbentuk dengan
menambahkan dua atom hidrogen ke biliverdin. Senyawa-senyawa tersebut, serta
pigmen biologis lainnya seperti biochrome yang dibentuk sebagai produk katabolic
porfirin, yang bertanggung jawab terhadap perubahan warna pada luka memar.
Pendeteksian sel eritrosit dan hemosiderin merupakan suatu metode klasik yang
digunakan untuk menentukan umur dari memar.5
Perubahan umur pada luka memar merupakan satu hal yang harus dibahas
apabila memperkirakan perubahan morfologi yang terjadi pada luka terbuka dan
abrasi. Perumuran histologis, yang berhubungan dengan perubahan ini selalunya akan
berubah menurut pola yang infinit dan terdiri dari tiga stadium yaitu: Fase
inflamatorik (satu sampai tiga hari setelah luka): vaskularisasi, hemostatik, dan
respon seluler.5
4
PERUBAHAN
WARNA MEMAR







ANTEMORTEM
DIBANDING POSTM
ORTEM
Pigmentasi kulit
Struktur dan vas
kularisasi jaringa
n
Umur
Jenis kelamin
Lemak subkutan
dan berat badan
korban
Laju penyembuh
an
Suhu tubuh





Cepatnya kemat
ian setelah trau
ma
Kondisi lingkun
gan
Pakaian
Laju metabolis
m
Status kesehata
n dan penyakit (
hipertensi, gang
guan koagulasi,
gangguan hati,
pengobatan)
MASSA
DAN
KECEPATAN TUMBUKAN





Kedalaman dan kekuata
n dari trauma
Deformasi fisik lain (luk
a tusuk, overlapping)
Subjektifitas pemeriksa
dan derajat keahlian
Cahaya pada saat observ
asi
Efek gravitasi seiring be
rjalannya waktu
Tabel 3 : Daftar hal-hal yang mempengaruhi penampakan luka memar
Fase proliferasi (10 – 14 hari setelah luka) : regenerasi epitel dan jaringan.
Reorganisasi dan fase remodeling (beberapa bulan setelah luka).
A. Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosis dibuat berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang
dilakukan, setelah data – data yang dibutuhkan didapatkan kemudian dicoba
untuk ditarik satu kesimpulan atau beberapa assessment untuk membantu terapi
yang lebih efektif yang dibutuhkan oleh pasien. 3,4
Pada pasien ini diagnosis didapatkan dari anamnesis pada pasien mengenai
kronologi kejadian dan bagaimana pasien mendapat luka tersebut, dimana pasien
mengakui bahwa pasien dikeroyok oleh dua orang tidak dikenal sehingga pasien
mendapat luka tersebut. Pada pasien pemeriksaan yang dilakukan hanyalah
5
pemeriksaan fisik luar saja tanpa pemeriksaan penunjang lainnya, hal ini
disebabkan karena luka pada tubuh pasien tidak ada yang membutuhkan
pemeriksaan penunjang lain seperti foto x-ray dan sebagainya. Dari hasil
gabungan antara anamnesis dan pemeriksaan fisik ditariklah beberapa
kesimpulan antara lain luka pada pasien didapatkan karena trauma benda tumpul
dan didapatkan pula beberapa assessment yaitu luka memar pada bahu kiri dan
lengan kiri atas.
B. Penatalaksanaan
Pada pasien ini diberikaan pengobatan anti nyeri.
C. Komplikasi
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya komplikasi.
D. Prognosis
Secara umum luka memar dapat menghilang dalam waktu lebih dari2
minggu. Prognosis bagi pasien ini baik.3,4
E. Aspek Hukum
Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk
mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat parahnya luka atau sakit tersebut.
Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi rumusan delik dalam KUHP.Maka jelaslah
disini bahwa pemeriksaan kedokteran forensik tidak ditujukan untuk pengobatan. 5,6
Untuk memahami yang dimaksud dengan kualifikasi derajat luka sebaiknya
mempelajari terlebih dahulu pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, yang bersangkutan dengan penganiayaan. Pasal-pasal tersebut antara lain:
Pasal 3516
1.
Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua
6
2.
tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus
3.
rupiah
4.
Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,dikenakan pidana
5.
penjara lima tahun
6.
Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara tujuh tahun
7.
Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
8.
Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 3526
1.
Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan, atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
2.
Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 3536
1.
Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
2.
Jika perbuatan itu mengakibatkan luka – luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
3.
Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama Sembilan tahun.
Pasal 3546
1.
Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
2.
Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
7
pidana penjara paling lama sepuluh tahun.
Pasal 3556
1.
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2.
Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun
F. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan terdapat dua buah luka memar.Luka memar
pertama pada bahu kiri, bentuk tidak teratur, dengan ukuran tiga kali dua koma
lima sentimeter, garis batas memar tidak tegas. Daerah di dalam garis batas luka
terdiri atas jaringan kulit yang masih utuh, berwarna merah keunguan, tidak
terdapat pembengkakan. Daerah di sekitar memar tidak ditemukan kelainan.Luka
memar kedua pada bagian luar lengan kiri atas, tiga belas sentimeter dari bahu
kiri, dengan ukuran dua kali dua sentimeter, garis batas luka tidak tegas. Daerah
di dalam garis batas luka terdiri atas jaringan kulit yang masih utuh, berwarna
merah keunguuan, tidak terdapat pembengkakan. Daerah di sekitar memar tidak
ditemukan kelainan.
Berdasarkan warna luka memar merah keunguan diperkirakan umur luka yaitu
1-3 hari.
Dari aspek medikolegal, orientasi dan paradigma yang digunakan dalam
merinci luka dan kecederaan adalah untuk dapat membantu merekonstruksi peristiwa
penyebab terjadinya luka dan memperkirakan derajat keparahan luka.Luka memar
pada korban tidak menganggu aktivitas dalam pekerjaan sehari-hari serta luka
tersebut tersebut dapat sembuh sehingga dapat digolongkan ke dalam derajat luka
ringan.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Vincent Dimaio, Dominick Dimaio. Forensic Pathology.New York: CRC
9
Press; 2001.P 92-102
2. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311083aneh/BAB%20II
.pdf/ diunduh pada tanggal 26 Januari 2016.
3. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311106/Bab.2.pdf/
diunduh pada tanggal 26 Januari 2016.
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31496/6/Chapter%20II.pdf/
diunduh pada tanggal 26 Januari 2016.
5. David Dolinak, Evan M, Emma Lew. Forensic Pathology. London: Elsevier
Academis Press;2005.P 145-154
6. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab IX pasal 90 serta Bab XX
pasal 351 dan 352.
10
Download