Uploaded by nbmasithoh

TUTORIAL DR WAHID

advertisement
TUTORIAL
Pembimbing :
dr. H. Abdul Wahid Usman, Sp.PD
Mulky Maurival - 2014730065
Nurul Aini - 2014730079
M. Jihaad Ramadhan - 2014730063
Masithoh Nur Baiti – 2014730054
M. Fakhmi A.M - 2014730060
Larasantang H.N - 2014730049
Tiara Andarini - 2014730090
Josi Wanda P – 2014730045
STASE ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD SAYANG CIANJUR
1
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis kelamin
Alamat
Tanggal MRS
Ruangan
No. CM
: Ny. J
: 69 tahun
: Perempuan
: Pasir Honje RT/RW 01/08 Cibiuk
: 12 Juni 2019
: ICU
: 86.88.xx
2
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri perut sejak 5 bulan SMRS
Keluhan Tambahan
BAK berdarah, mual, mudah lelah jika beraktivitas
5
ANAMNESIS : RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
5 bulan SMRS
1 bulan SMRS
Pasien mengatakan memiliki
gangguan ginjal. Kemudian
pasien mengeluh nyeri perut
sebelah kiri.
Pasien mengeluh nyeri perut
pada bagian kiri yang
dirasakan semakin
memberat.
2 hari SMRS
Pasien mengeluh nyeri perut
dirasakan semakin memberat dan
menjalar ke bagian pinggang
sebelah kiri disertai buang air kecil
berdarah. Pasien juga mengeluh
mual namun tidak muntah.
2
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (+), DM (-), Gangguan Ginjal sejak 5 bulan SMRS (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Riwayat Alergi
Tidak ada
6
PEMERIKSAAN FISIK
IGD
ICU
Keadaan Umum
Kesadaran
GCS
Tampak sakit sedang
Composmentis
15
Tampak sakit lemah
Somnolen
12 ( E4 M5 V3)
Tanda Vital
• Tekanan Darah
• Suhu
• Nadi
• Pernapasan
130/90 mmHg
36,8oC
94 x/menit
22x/menit
89/49 mmHg
36,4oC
113 x/menit
97%
97%
•
SpO2
Status Antropometri
•
BB
•
TB
•
IMT
Tidak
pemeriksaan
26x/menit
dilakukan 45 kg
145 cm
21,4 kg/m2 (normoweight)
7
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
: Normocephal
: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+)
: terpasang NGT
: sekret (-/-)
: Mukosa bibir kering(+), perdaharan gusi (-/-),
sianosis (-/-), tampak kandidiasis oral (+)
: pembesaran KGB dan tiroid (-), peningkatan JVP
(+)
8
PEMERIKSAAN FISIK
Paru-Paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi
: vokal fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi
: sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-),
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS IV linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni reguler, mumur (-), gallop
(+)
9
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi
: tampak datar
Auskultasi : bising usus (+) normal 7x/menit
Palpasi
: supel, nyeri tekan epigastrium (+), turgor kulit
melambat (+), hepatosplenomegali (-)
Perkusi
: timpani pada keempat kuadran abdomen
10
PEMERIKSAAN FISIK
Ekstremitas Atas
Inspeksi : deformitas, luka atau edema (-)
Palpasi : akral dingin (-/-), CRT >2 detik (+/+)
Edema : (-/-)
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : deformitas, luka atau edema (-)
Palpasi : akral dingin (-/-), CRT >2 detik (+/+)
Edema : (-/-)
Genitalia
Terpasang DC dengan urine output 350/24jam
11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (12 Juni 2019)
Pemeriksaan
Hematologi Lengkap
Haemoglobin ↓
Hematokrit ↓
Leukosit
Eritrosit ↓
MCV
MCH
MCHC ↓
Trombosit ↓
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
6.4
20.2
9.6
2.28
88.4
28.1
31.8
46
12-16
37-47
4.8-10.8
4.2-5.4
80-94
27-31
33-37
150-450
g/dL
%
10^3/µL
10^6/µL
fL
pg
g/dL
10^3/µL
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Differential
Neutrofil %
Limfosit %
Monosit % ↓
Eosinofil %
Basofil %
Kimia Klinik
Glukosa Rapid Sewaktu
Elektrolit
Natrium (Na) ↑
Kalium (K) ↑
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
59.4
35.5
2.9
0.9
0.40
40-70
26-36
3.4-9.0
0-7
<1
%
%
%
%
%
93
<180
mg/dL
152.6
5.57
135-148
3.50-5.30
mEq
mEq
13
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Morfologi darah tepi
• Eritrosit : anisokrom, anosi-poikilositosis (fragmentosit, target sel), ditemukan
normoblast
• Leukosit : granula toksik (+)
• Trombosit : kelompok trombosit kurang
KESAN : Anemia (c/penyakit kronik, infeksi?)
Usul : pemeriksaan LED, feritin, retikulosit, fungsi hati
14
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (17 Juni 2019)
Pemeriksaan
Analisa Gas Darah
pH
PCO2 ↓
PO2
cHCO3 (P) ↓
TCO2 ↓
cBase (Ecf) ↓
SO2
Fungsi Ginjal
Ureum ↑
Kreatinin ↑
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
7.354
20.0
81
11.0
11.6
-14.4
94.9
7.34-7.44
35-45
69-116
22-26
22-29
-2 - +3
95-98
mm Hg
mm Hg
nmol/l
nmol/l
mmol/L
%
209.5
3.3
10-50
0.5-1.0
mg%
mg%
15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Urine Rutin (Mikroskopis)
Leukosit
Eritrosit ↑
Epitel
Kristal
Silinder
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
3-4
Banyak
4-5
Negatif
Negatif
1-4
0-1
/LPB
/LPB
Negatif
Negatif
/LPK
16
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Urine Rutin
Warna
Kejernihan ↑
Berat jenis
pH
Nitrit
Protein urin ↑
Glukosa (reduksi)
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit ↑
Leukosit
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
Kuning
Agak keruh
1.020
5.0
Negatif
75/2+
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
250/4+
Negatif
Kuning
Jernih
1.013-1,030
4.6-8.0
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
mg/dL
mg/dL
mg/dL
UE
mg/dL
/µL
/µL
17
18
DAFTAR MASALAH
1.
Nyeri perut sebelah kiri dan menjalar ke pinggang
kiri
2. Nyeri saat BAK
3. Mual
4. Riwayat hipertensi
5. Lemas
6. Riwayat hemodialisa
7. Sesak
8. Ronki
9. Gallop
10. JVP meningkat
11. Candidiasis oral
12. Nyeri tekan epigastrium
13. Turgor kulit melambat, CRT>2 detik
14. Hipotensi
15. Takikardi
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Takipnea
Anemia
Trombositopenia
Hiperkalemia
Hiponatremia
Hiperkalsemia
PCO2 menurun
HCO3 menurun
SO2 menurun
Ureum meningkat
Kreatinin meningkat
Hematuria
Proteinuria
Old miokard infark
LAD
LBBB
19
ASSESMENT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
CKD dengan hematuria dan proteinuria
Gastritis
CHF
Kandidiasis oral
Aritmia cordis
Asidosis metabolic
Anemia + trombositopenia
Elektrolit imbalance
20
1. CKD dengan hematuria dan proteinuria
PENYAKIT GINJAL
KRONIK
DEFINISI
Suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.
KRITERIA PENYAKIT GINJAL KRONIK
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan structural atau fungsional,penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dengan manifestasi:
• Kelainan patologis
• Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin
2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60
ml/menit/1,73m2 selama 3bulanl
KLASIFIKASI
Rumus Kockcroft-Gault :
KLASIFIKASI
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit
Derajat
Penjelasan
LFG (ml/mnt/1,73m2)
1
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑
≥90
2
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan
60-89
3
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang
30-59
4
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat
15-29
5
Gagal Ginjal
<15
KLASIFIKASI
Penyakit
Tipe Mayor
Penyakit ginjal diabetes Diabetes melitus tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal non
Penyakit glomerular (penyakit autoimun, infeksi sistemik,obat, neoplasia)
diabetic
Penyakit vaskular (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati)
Penyakit tubulointerstisial (pielonefritis kronik,batu,obstruksi, keracunan obat)
Penyakit kistik (ginjal polikistik)
Penyakit pada
Keracunan obat (siklosporin)
transplantasi
Penyakit recurrent (glomerular)
Transplant glomerulopathy
Gejala dan tanda PGK stadium awal
MANIFESTASI
• Lemah, nafsu makanKLINIK
berkurang
• nokturia
• poliuria
• terdapat darah pada urin, atau urin
berwarna lebih gelap, urin berbuih
• sakit pinggang
• edema
• peningkatan tekanan darah
• kulit pucat
Gejala dan tanda PGK stadium lanjut
• Umum (lesu, lelah, peningkatan
tekanan darah, tanda-tanda kelebihan
volume, penurunan mental, cegukan)
• Pulmonari (dyspnea, efusi pleura,
edema pulmonari, uremic lung)
• Gastrointestinal (anoreksia, mual,
muntah, kehilangan berat badan,
stomatitis, rasa tidak menyenangkan
di mulut)
• Neuromuskuler (otot berkedut, kram
otot, gangguan tidur, hiperrefleksia,
kejang, ensefalopati, koma)
• Metabolik endokrin (penurunan libido,
amenore, impotensi)
• Hematologi (anemia, pendarahan
abnormal)
TATALAKSANA
Perencanaan tatalaksana penyakit gagal ginjal kronik sesuai derajatnya :
Derajat
LFG
Rencana Tatalaksana
(ml/mnt/1,73m2)
Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi perburukan fungsi
1
ginjal, memperkecil risiko kardiovaskuler
2
60-90
Menghambat perburukan fungsi ginjal
3
30-59
Evaluasi dan terapi komplikasi
4
15-29
Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5
<15
Terapi pengganti ginjal
HEMODIALISIS
Indikasi lain untuk dialisis, yang dapat terjadi ketika GFR adalah :
▹
▹
▹
gejala uremia
kelebihan cairan tidak responsif terhadap diuresis.
hiperkalemia
29
2. Gastritis
Rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas.
Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau
beberapa gejala berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa
terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah makan, cepat
kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual,
muntah, dan sendawa
ETIOLOGI
Esofagogastroduodenal
• tukak peptik, gastritis, tumor
Obat-obatan
• OAINS, digitalis, antibiotic
Hepatobilier
• hepatitis, kolesistitis, tumor, disfungsi sfingter odii
Pankreas
• pankreatitis, keganasan
Penyakit sistemik
• Diabetes mellitus, penyakit tiroid, gagal ginjal, penyakit jantung
koroner
Gangguan fungsional
• dispepsia fungsional, irritable bowel
syndrome
MANIFESTASI KLINIS
Ulkus like dyspepsia
•
•
•
•
Nyeri epigastrium terlokalisasi
Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
Nyeri saat lapar
Nyeri episodik
Dysmotility like dyspepsia
•
•
•
•
•
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual,Muntah
bengkak perut bagian atas
Rasa tak nyaman bertambah saat makan
Nonspecific dyspepsia
• Tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas.
DISPEPSIA ORGANIK
Apabila ditemukan lesi mukosa (mucosal damage) sesuai hasil endoskopi, terapi dilakukan
berdasarkan kelainan yang ditemukan. Kelainan yang termasuk ke dalam kelompok
dispepsia organik antara lain gastritis, gastritis hemoragik, duodenitis, ulkus gaster, ulkus
duodenum, atau proses keganasan.
Pada ulkus peptikum, obat yang diberikan antara lain kombinasi PPI (misal rabeprazole 2x20
mg, lansoprazole 2x30 mg) dengan mukoprotektor (misalnya rebamipide 3x100 mg)
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Apabila setelah investigasi
dilakukan tidak ditemukan
kerusakan mukosa, terapi dapat
diberikan sesuai dengan gangguan
fungsional yang ada.
Penggunaan prokinetik seperti
metoklopramid, domperidon,
cisaprid, itoprid dan lain sebagainya
dapat memberikan perbaikan
gejala pada beberapa pasien
dengan dispepsia fungsional.
TANDA BAHAYA PADA DISPEPSIA
Penurunan berat
badan (unintended)
Disfagia progresis
Muntah rekuren atau
persisten
Perdarahan saluran
cerna
Anemia
Demam
Massa daerah abdomen
bagian atas
Riwayat keluarga
kanker lambung
Dispepsia awitan baru
pada pasien di atas 45
tahun
ALUR DIAGNOSIS DISPEPSIA BELUM DIINVESTIGASI
TATALAKSANA DISPEPSIA YANG BELUM DIINVESTIGASI
• Strategi tata laksana optimal pada fase ini adalah memberikan
terapi empirik selama 1-4 minggu.
• Obat yang dipergunakan dapat berupa :
• Antasida
• antisekresi asam lambung (PPI misalnya omeprazole,
rabeprazole dan lansoprazole dan/atau H2-Receptor Antagonist
[H2RA])
• Prokinetik (misalnya metoklopramid dan domperidone)
• sitoprotektor (misalnya sukralfat)
38
3. DECOMPENSATIO CORDIS
DEFINISI
Kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh
Source: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2016
klasifikasi
Source: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2016
JENIS GAGAL JANTUNG
▹
Gagal Jantung Kiri
Gagal Jantung Kanan
(Left ventricular failure = LVF)
(Right ventricular failure=RVF)
Disebabkan
sehingga
▹
kelemahan
meningkatkan
ventrikel
tekanan
kiri
▹
pada hipertensi pulmonal primer/sekunder,
vena
tromboemboli kronik sehingga terjadi kongesti
pulmonalis & paru
Secara mekanis mengalami kelebihan beban
(stenosis aorta) atau melemah (sesudah infark
miokard) mengalami dispnea dan ortopnea
sebagai akibat dari kongesti paru.
Source: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2016
Akibat melemahnya ventrikel kanan seperti
▹
vena sistemik
Edema, hapetomegali kongestif, dan distensi
vena sistemik.
GEJALA KLINIS
Source: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2016
DIAGNOSIS
Source: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2016
DIAGNOSIS
Source: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2016
TATALAKSANA
Source: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2016
TATALAKSANA
Source: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2016
47
4. Kandidiasis oral
48
DEFINISI
49
Factors predisposing for oral candidiasis
(Rautemaa and Ramage, 2011).
50
Classification of oral candidosis (Axell et al., 1997).
51
Classification of oral candidosis (Axell et al., 1997).
Pseudomembranous
candidiasis of the tongue.
Erythematous candidiasis
of the palate.
REVIEW ARTICLE
Front. Microbiol., 17 December 2015 | https://doi.org/10.3389/fmicb.2015.01391
Hyperplastic candidiasis at
the lateral border of the
tongue.
52 Classification of oral candidosis (Axell et al., 1997).
Denture stomatitis of the palate.
Median Rhomboid glossitisnote the candidal
overgrowth.
REVIEW ARTICLE
Front. Microbiol., 17 December 2015 | https://doi.org/10.3389/fmicb.2015.01391
Linear Gingival erythema in
an HIV infected patient.
53 DIAGNOSIS
Mechanism underlying renal failure caused by pathogenic Candida
54 albicans infection
Salah satu kelainan yang ditemukan pada rongga mulut pasien dengan GGK adalah kandidiasis
pseudomembran akut. Kandidiasis pseudomembran akut adalah salah satu infeksi fungal yang mengenai
mukosa oral. Lesi ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candida albicans adalah salah satu
komponen dari mikroflora oral.
Pada dorsal lidah, terdapat pseudomembran, berbatas tidak jelas, berwarna putih
kekuningan, tepi kemerahan, dapat dikerok, sakit.
Mechanism underlying renal failure caused by pathogenic Candida
55 albicans infection
56
TATALAKSANA
REVIEW ARTICLE
Front. Microbiol., 17 December 2015 | https://doi.org/10.3389/fmicb.2015.01391
57
5. Aritmia cordis
DEFINISI
▸ Irama yang berasal bukan dari nodus SA
▸ Irama yang tidak teratur, sekalipun dari nodus SA, misalnya sinus
aritmia
▸ Frekuensi kurang dari 60/menit (sinus bradikardia) atau lebih dari
100/menit (sinus takikardia)
▸ Terdapatnya hambatan impuls supra atau intra ventricular
MEKANISME ARITMIA
▹
▹
▹
▹
▹
▹
Pengaruh persarafan auatonom (simpatis dan parasimpatis) yang
mempengaruhi HR
Nodus SA mengalami depresi sehingga fokus irama jantung diambil alih yang
lain
Fokus yang lain lebih aktif dari nodus SA dan mengontrol irama jantung
Nodus SA membentuk impuls, akan tetapi tidak dapat keluar (sinus arrest)
atau mengalami hambatan dalam perjalanannya keluar nodus SA (SA block)
Terjadi hambatan perjalanan impuls sesudah keluar nodus SA, misalnya di
daerah
atrium, berkas His, ventrikel, dll.
ETIOLOGI
▹
▹
▹
▹
Persarafan autonom dan obat-obat
Lingkungan sekitar : beratnya iskemia, pH dan berbagai elektrolit dalam serum,
obat-obatan
Kelainan jantung à fibrotis dan sikatriks, metabolit-metabolit dan jaringanjaringan abnormal/degeneratif dalam jantung (amilodosis, kalsifikasi, dll)
Rangsangan dari luar jantung seperti pace maker
KELASIFIKASI
Irama berasal dari nodus SA :
• Irama sinus normal, yaitu irama jantung
normal pada umumnya
• Sinus aritmia, baik yang disebabkan
pernafasan
• Sinus takikardia, peningkatan aktivitas
nodus SA 100x/m atau lebih
Irama atrium :
• Fibrilasi atrial dengan respon ventrikel cepat,
normal atau lambat
• Fluter atrial
• Atrial takikardia, biasanya parosismal (PAT,
Paroxysmal Atrial Tachicardia). Ada juga yang
disertai blok hantarannya disebut PAT dengan
blok
• Ekstrasistol atrial yaitu bila denyut dari atrial
tersebut hanya datang satu per-satu, mungkin
dari satu focus (unifokal) atau lebih
(multifocal)
KLASIFIKASI
Aritmia AV Jungsional
Ada yang timbul pasif, yaitu karena nodus SA
kurang aktif sehingga diambil alih:
• Irama AV Jungsional, biasanya bradikardia;
bisa tinggi, sedang atau rendah
• AV Jungsional takikardia non paroksismal,
yaitu irama ad 1 dengan HR yang cepat (70130/m). Tapi ada pula yang secara aktif
mendominasi nodus SA dan focus-fokus
lainnya
• AV Jungsional ekstrasistol (uni-multi-fokal)
• AV Jungsional takikardia paroksismal, seperti
PAT
Aritmia Supraventrikular (SV) lainnya
• Aritmia SV multifocal/wandering
pace maker
• Multifocal SV takikardia
• Multifocal SV takikardia dengan
blok
• SV ekstrasistol “non conducted”
KLASIFIKASI
Aritmia Ventrikuler
• Irama Idio Ventrikular, biasanya non
paroksismal, dan idio ventricular
takikardia/non paroksismal ventricular
takikardia (non PVT)
• Paroksismal ventricular takikardia (PVT)
• Fluter ventrikel serta fibrilasi ventrikel
• Parasistol ventricular
Gangguan hantaran pada berkas His dan
percabangannya (Bundle Branch)
• Blok AV derajat 1,2 (tipe Wenkebach serta tipe 2)
dan 3 (total)
• Bundle Branch Block (BBB), mungkin kanan
(RBBB) atau kiri (LBBB), bisa parsial (incomplete)
atau total (complete) dan bisa juga tergantung
pada HR sehingga disebut sebagai “rate
dependent Bundle Branch Block).
64
6. Asidosis Metabolik
DEFINISI
▹
▹
▹
Suatu kondisi yang terjadi ketika tubuh terlalu banyak menghasilkan
asam.
Asidosis metabolik mengarah ke acidemia ,
pH darah kurang dari 7,35, karena peningkatan produksi hidrogen oleh
tubuh atau ketidakmampuan tubuh untuk membentuk bikarbonat (HCO
3 - ) di ginjal
▹
▹
▹
Asidosis > pH rendah pada jaringan. Acidemia > pH rendah dalam darah.
asidosis terjadi karena adanya ion hidrogen bebas lalu menyebar ke
dalam darah > menurunkan pH.
AGD: pH <7,35. ketika acidemia dapat ditemukan, maka asidosis dapat
ditegakan.
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA
Gejala :
▹ Nyeri dada Palpitasi Sakit Kepala
▹ Perubahan status mental, seperti: kecemasan parah akibat hipoksia,
penurunan visus, mual, muntah, sakit perut, perubahan nafsu makan (baik
menurun atau meningkat) dan penurunan berat badan (jangka panjang)
▹ Kelemahan otot dan nyeri tulang
DIAGNOSIS
▹
▹
▹
▹
▹
Analisis gas darah sangat penting untuk diagnosis. Jika: - pH < 7,35
- kadar bikarbonat <24 mmol / l
acidemia metabolisme dapat timbul > asidosis metabolik
Tes-tes lain:
elektrolit (termasuk klorida), glukosa, fungsi ginjal dan hitung darah
lengkap, pemeriksaan urinalisis
DIAGNOSIS
TERAPI
▹
▹
▹
pH < 7,1 > darurat, karena risiko aritmia jantung memerlukan: infus
bikarbonat.
Bikarbonat diberikan pada 50-100 mmol di bawah pemantauan dari
pembacaan analisis gas darah arteri
Jika asidosis sangat parah dan ada intoksikasi konsultasi dengan
bagian nefrologi (dialisis) dapat menghapus baik keracunan dan
asidosis tersebut
TERAPI
75
7. Anemia + Trombositopenia
76
ANEMIA
DASAR DIAGNOSIS
Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Populasi
Tidak anemia (g/dL)
Anak 6-59 bulan
Anemia (g/dL)
Ringan
Sedang
Berat
> 11.0
10 - 10.9
7 - 9.9
<7
Anak 5-11 tahun
> 11.5
11 - 11.4
8 - 10.9
<8
Anak 12- 14 tahun
> 12
11 - 11.9
8 - 10.9
<8
Perempuan di atas 15 tahun (tidak hamil)
> 12
11 - 11.9
8 - 10.9
<8
Perempuan hamil
> 11
10 - 10.9
7 - 9.9
<7
Lelaki di atas 15 tahun
> 13
11 - 12.9
8 - 10.9
<8
World Health Organization. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and assessment of severity.
77
DASAR DIAGNOSIS
Terdapat 2 Faktor :
Berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan
Adanya hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif )
•
Gejala utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala dan
tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears).
•
Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa
(gagal jantung, angina, aritmia dan/atau infark miokard).
Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia
DASAR DIAGNOSIS
78
Anamnesis
Riwayat atau kondisi medis yang
menyebabkan anemia (misalnya,
melena pada penderita ulkus
peptikum, artritis reumatoid, gagal
ginjal).
Waktu terjadinya anemia: baru,
subakut, atau lifelong.
Penilaian status nutrisi
Etnis dan daerah asal penderita:
talasemia dan hemoglobinopati
terutama didapatkan pada
penderita dari Mediterania, Timur
Tengah, Afrika sub-Sahara, dan
Asia Tenggara.
Obat-obatan. Obat-obatan harus
dievaluasi dengan rinci. Obat-obat
tertentu, seperti alkohol, asam
asetilsalisilat, dan antiinflamasi
nonsteroid
Riwayat transfusi.
Penyakit hati.
Pengobatan dengan preparat Fe.
Paparan zat kimia dari pekerjaan
atau lingkungan.
KLASIFIKASI ANEMIA BERDASARKAN MORFOLOGI
SDM
Anemia Makrositik
(MCV > 100 fL)
• Bayi baru lahir
normal
• Post-splenektomi
• Penyakit hepar
• Obstructive jaundice
• Anemia aplastic
• Hipotiroid
• Anemia
megaloblastik
Anemia Mikrositik
(MCV < 80 fL)
• Anemia Defisiensi
Besi
• Thalassemia
• Infeksi kronik
• Malnutrisi
• Keracunan timbal
• Anemia sideroblastik
Anemia Normositik
(MCV 80-100 fL)
• Pendarahan akut
• Infeksi
• Gagal ginjal
• Penyakit hepar
• Keganasan
• Defisiensi besi fase
awal
• Anemia aplastic
• Anemia
diseritropoetik
Wintrobe MM. Anemia: Classification and treatment on the basis of differences in the average volume and hemoglobin content
of the red corpuscles.
Klasifikasi anemia
berdasarkan MCV dan RDW
Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders
Klasifikasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit
Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders
ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROM
ANEMIA NORMOSITIK ATAU MAKROSITIK DENGAN PENINGKATAN
RETIKULOSIT
Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders
ANEMIA NORMOKROM NORMOSITIK TANPA PENINGKATAN RESPONS
RETIKULOSIT
Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders
KLASIFIKASI
ANEMIA
MIKROSITIK
Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders
PERBEDAAN ANEMIA DEFSIENSI FE DAN ANEMIA
INFLAMASI
Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders
TROMBOSITOPENIA
DASAR DIAGNOSIS
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 150 × 103 per μL.
Derajat Trombositopenia
Nilai (x 103
per μL )
Tanda-tanda Perdarahan
Ringan
70 -150
Tidak menunjukkan
gejala
Sedang
20-60
Perdarahan berlebihan
dengan trauma
Berat
< 20
Perdarahan spontan,
petechiae, dan memar.
DASAR DIAGNOSIS
ETIOLOGI
ANAMNESIS
Mudah memar atau petekie,
melena, ruam, demam, dan
perdarahan.
Penggunaan obat, imunisasi,
perjalanan baru-baru ini, riwayat
transfusi, riwayat keluarga, dan
riwayat medis.
Pasien hamil dengan gejala visual,
sakit kepala, sakit perut, atau
gejala seperti influenza mungkin
mengalami preeklamsia atau
HELLP (hemolisis, peningkatan
enzim hati, dan jumlah trombosit
yang rendah).
Penggunaan alkohol akut dan
kronis
Setiap rawat inap baru-baru ini
atau paparan heparin
meningkatkan kemungkinan
trombositopenia yang diinduksi
heparin.
PEMERIKSAAN FISIK
▹
▹
▹
▹
▹
▹
Mata (misalnya, perdarahan sugestif perdarahan sistem saraf pusat)
Abdomen(misalnya, splenomegali, hepatomegali)
Kelenjar getah bening (misalnya, limfadenopati)
Kulit (misalnya, petekie, purpura, memar)
Neurologis.
Pendarahan (mis., Epistaksis, mukosa, gastrointestinal, genitourinari) juga harus
dinilai.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
97
8. Elektrolit Imbalance
98
ELEKTROLIT
 Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang
bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion
bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai
elektronetralitas.
 Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan.
 Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan hidup semua
organisme.
 Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh
manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+ ), kalium (K+ ),
klorida (Cl- ), dan bikarbonat (HCO3 - ).
PERBANDINGAN KADAR ELEKTROLIT DALAM TUBUH
99
PENGATURAN DAN FUNGSI ELEKTROLIT
100
Elektrolit
Pengaturan
• Reabsorpsi dan sekresi ginjal
• Aldosteron,meningkatkan
Sodium (Na+)
Fungsi
• Pengaturan dan distribusi volume cairan
ekstrasel
reabsorpsi natrium di duktus
• Mempertahankan volume darah
kolekting nefron
• Menghantarkan impuls saraf dan kontraksi
otot
• Sekresi dan konservasi oleh ginjal
• Aldosteron meningkatkan
pengeluaran
Potassium (K+)
• Pemindahan dalam dan luar sel
• Insulin membantu memindahkan
• Mempertahankan osmolaritas dan cairan
intrasel
• Transmisi saraf dan impuls elektrik
• Pengaturan transmisi impuls jantung dan
kontraksi otot
ke dalam sel dan luar sel, jaringan
• Pengaturan asam basa
yang rusak
• Kontraksi tulang dan otot polos
PENGATURAN DAN FUNGSI ELEKTROLIT
101
Elektrolit
Pengaturan
Fungsi
• Distribusi antara tulang dan cairan •
ekstrasel
Kalsium (Ca2+)
•
• Hormon paratiroid meningkatkan serum , •
kalsitonin menurunkan kadar serum
sodium dalam ginjal
• Aldosteron
meningkatkan
klorida dengan sodium
Magnesium (Mg2+ )
•
Pembekuan darah
•
Aktivitas enzim pancreas,seperti lipase
•
adsorpsi
Produksi HCl
Pengaturan keseimbangan cairan ekstrasel dan
volume vaskuler
•
•
• Meningkatkan adsorpsi oleh vitamin D •
dan hormon paratiroid
Pengaturan kontraksi otot
Mempertahankan pace maker jantung
• Dipertahankan dan dikeluarkan oleh •
ginjal
Transmisi impuls saraf
•
• Pengeluaran dan reabsorpsi bersama •
Klorida (Cl-)
Pembentukan tulang dan gigi
Keseimbangan asam-basa
Metabolisme intrasel
Pompa sodium-potasium
Relaksasi kontraksi otot
•
Transmisi impuls saraf
•
Pengaturan fungsi jantung
PENGATURAN DAN FUNGSI ELEKTROLIT
102
Elektrolit
Pengaturan
•
Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
•
Paratiroid hormon menurunkan •
Metabolisme karbohidrat,lemak,dan protein
kadar
Metabolisme seluler produksi ATP dan DNA
Pospat (PO43-)
Bikarbonat (HCO3)
Fungsi
serum
•
dengan •
meningkatkan sekresi ginjal
•
Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
•
Pembentukan oleh ginjal
Pembentukan tulang dan gigi
•
Fungsi otot,saraf,dan sel darah merah
•
Pengaturan asam-basa
•
Pengaturan kadar kalsium
•
Buffer utama dalam keseimbangan asam-
basa
103
HIPERNATREMIA
Hipernatremia hampir selalu disebabkan oleh kehilangan air melebihi kehilangan natrium
(kehilangan cairan hipotonik) atau retensi natrium dalam jumlah yang besar.
Bahkan ketika kemampuan ginjal untuk memekatkan urine rusak, rasa haus paling efektif
mencegah hiponatremia.
Hipernatremia sering terjadi pada pasien yang sakit dan tidak bisa minum, sangat tua, sangat muda,
dan pasien tidak sadar.
104
HIPERNATREMIA
MANIFESTASI KLINIS :
Manifestasi neurologis mendominasi pasien
dengan
hipernatremia
dan
biasanya
diakibatkan oleh dehidrasi selular.
• Kelemahan
• Letargi
• Hiperrefleksi
• dapat berlanjut menjadi kejang, koma,
bahkan kematian.
Gejala ini lebih berhubungan dengan
perpindahan air keluar dari sel otak daripada
kadar absolut hipernatremia.
TATALAKSANA :
Tujuan : mengembalikan osmolalitas plasma
ke nilai normal sejalan dengan koreksi masalah
yang mendasarinya.
• Kekurangan air sebaiknya dapat dikoreksi
dalam waktu 48 jam dengan larutan
hipotonik seperti dekstrosa 5% dalam air.
• Abnormalitas volume ekstraseluler juga
harus dikoreksi.
• Pasien hipernatremia dengan penurunan
jumlah total natrium tubuh sebaiknya lebih
dahulu diberi cairan isotonik
105
HIPONATREMIA
Hiponatremia selalu mencerminkan retensi air baik oleh peningkatan absolut dari TBW (Total
Body Water) ataupun kehilangan natrium melebihi kehilangan air. Hiponetremia hampir selalu
diakibatkan oleh defek pada kapasitas pengenceran urine (osmolalitas urine 100mOsm/kg).
Hiponatremia tanpa abnormalitas dari kapasitas pengenceran ginjal (osmolalitas urine <100
mOsm/kg) biasanya dihubungkan dengan polidipsia primer atau ‘reset’ osmoreseptor; kedua
kondisi terakhir ini dapat dibedakan dengan pembatasan cairan.
106
HIPONATREMIA
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala berupa gangguan neurologis dan diakibatkan oleh peningkatan air intraseluler.
• Tingkat keparahannya berhubungan dengan kecepatan terjadinya hipoosmolalitas ekstraseluler.
• Gejala awal biasanya nonspesifik dan meliputi anoreksia, mual, dan kelemasan. Edema otak yang progresif
mengakibatkan letargi, konfusi, kejang, koma, bahkan kematian.
• Manifestasi serius dari hiponatremia berhubungan dengan konsentrasi natrium plasma < 120 mEq/L.
TATALAKSANA
• Ditujukan pada koreksi baik penyakit yang mendasarinya maupun kadar natrium plasma. Saline isotonik
umumnya merupakan pengobatan terpilih untuk pasien hiponatremia dengan penurunan jumlah total
natrium tubuh.
• Terapi spesifik seperti penggantian hormon pada pasien dengan hipofungsi adrenal atau tiroid, dan tindakan
yang bertujuan untuk meningkatkan cardiac output pada pasien dengan gagal jantung dapat diindikasikan
107
HIPERKALEMIA
Hiperkalemia terjadi saat kadar kalium plasma melebihi 5.5 mEq/L.. Ketika intake kalium meningkat, ginjal
dapat mengekskresikan sebanyak 500 mEq kalium per hari. Sistem simpatis dan sekresi insulin juga
berperan penting dalam mencegah peningkatan akut kadar kalium plasma.
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh
(1) perpindahan kalium
interkompartemen,
(2) penurunan ekskresi kalium di
urine, dan
(3) peningkatan intake kalium.
Efek paling penting dari hiperkalemia
ialah pada jantung dan otot skeletal.
Kelemahan otot skeletal umumnya
tidak terlihat sampai kadar kalium
plasma melebihi 8 mEq/L.
Manifestasi jantung terutama akibat
delayed depolarization dan biasanya
terjadi saat kadar kalium plasma lebih
dari 7 mEq/L.
Hipokalsemia, hiponatremia, dan
asidosis dapat menonjolkan efek kardiak
dari hiperkalemia.
TATALAKSANA
HIPERKALEMIA
MANIFESTASI KLINIS
108
Terapi secara langsung ditujukan
untuk
membalik
manifestasi
jantung, dan kelemahan otot
skeletal, serta mengembalikan
kadar kalium plasma ke nilai
normal.
Dialisis diindikasikan pada pasien
simptomatik dengan hiperkalemia
berat atau refrakter..
109
HIPOKALEMIA
Hipokalemia ditentukan saat kadar kalium plasma kurang dari 3.5 mEq/L dan dapat terjadi oleh karena:
(1) perpindahan kalium
interkompartemen,
(2) peningkatan kehilangan
kalium
(3) intake kalium tidak adekuat.
110
HIPOKALEMIA
MANIFESTASI KLINIS
• Efek kardiovaskular paling menonjol meliputi abnormalitas
EKG, aritmia, penurunan kontraktilitas jantung, dan tekanan
darah arteri yang labil akibat disfungsi otonom.
• Hipokalemia kronik juga dilaporkan dapat menyebabkan
fibrosis miokardia.
TATALAKSANA
• Penggantian oral dengan larutan kalium klorida umumnya
aman (60–80 mEq/hari).
• Penggantian intravena dengan larutan kalium klorida
sebaiknya diberikan pada pasien dengan atau yang beresiko
terhadap manifestasi jantung atau kelemahan otot.
111
HIPERKALSEMIA
Hiperkalsemia
dapat terjadi
sebagai hasil
dari berbagai
gangguan :
Hiperparatiroidisme primer Sekresi PTH meningkat & tidak dipengaryhi kadar
kalium
Hiperparatiroidisme  peningkatan kaar PTH & respon hipokalsemia kronik
Pasein dengan keganasan
Kebanyakan 90% dari semua hiperkalsemia disebabkan oleh keganasan atau hiperparatiroidisme.
Test laboratorium yang paling baik untuk membedakan kedua kategori hiperkalsemia ini ialah dengan doubleantibody PTH assay.
112
HIPERKALSEMIA
MANIFESTASI KLINIS :
Hiperkalsemia biasanya menyebabkan :
• Anoreksia
• Mual
• Muntah
• Kelemahan
• Poliuria
• Ataksia, iritabilitas, letargi, atau konfusi dapat
dengan cepat berkembang menjadi koma.
Hiperkalsemia meningkatakan sensitivitas jantung
terhadap digitalis. Pankreatitis, ulkus peptik, dan gagal
ginjal dapat berkomplikasi menjadi hiperkalsemia.
TATALAKSANA :
Hiperkalsemia simptomatik memerlukan terapi yang
cepat.
Terapi awal yang paling efektif ialah rehidrasi diikuti
dengan diuresis cepat (urine output 200–300 ml/jam)
dengan pemberian infus saline intravena dan loop
diuretic untuk meningkatkan ekskresi kalsium.
113
HIPOKALSEMIA
 Hipokalsemia akibat hipoparatiroidisme  hipokalsemia simptomatik.
 Hiperparatiroidisme oleh pembedahan, idiopatik, atau bagian dari defek endokrin multipel (kebanyakan
akibat insufisiensi adrenal), atau berhubungan dengan hipomagnesemia.
 Hipokalsemia selama sepsis  akibat supresi pelepasan PTH.
 Hipokalsemia oleh karena defisiensi vitamin D  berkurangnya intake (nutrisi), malabsorpsi vitamin D,
atau abnormalitas metabolisme vitamin D.
 Hipokalsemia yang menyertai pankreatitis akut  presipitasi kalsium dengan lemak (penyabunan) yang
diikuti oleh pelepasan enzim lipolitik dan nekrosis lemak
 Penyebab lainnya dari hipokalsemia meliputi calcitonin-secreting medullary carcinoma dari tiroid,
penyakit metastase osteoblastik (kanker payudara dan prostat), dan pseudohipoparatiroidisme (tidak
respon terhadap hormon paratiroid).
114
HIPOKALSEMIA
MANIFESTASI KLINIS
•
•
•
•
•
•
•
•
Parastesia
Konfusi
Stridor laringeal (laringospasme)
Spasme karpopedal
Spasme masseter
Kejang
Iritabilitas jantung dapat menuju aritmia.
Penurunan
kontraktilitas
jantung
dapat
mengakibatkan gagal jantung, hipotensi, dan
keduanya.
• Penurunan respon terhadap digoxin dan βadrenergik agonis juga dilaporkan.
TATALAKSANA
• Hipokalsemia
simptomatik
merupakan
kedaruratan medis yang harus diterapi segera
dengan kalsium klorida (larutan 10% 3–5 ml)
atau kalsium glukonat (larutan 10% 10–20 mL).
• Pada hipokalsemia kronik, kalsium oral (CaCO3)
dan penggantian vitamin D biasanya diperlukan.
Download