Uploaded by dettagerman

USULAN PROGRAM

advertisement
USULAN PROGRAM
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
Metode HOKAGE (Holistic Care Age): Inovasi Pemberdayaan Anak Jalanan
Melalui Pembentukkan KARTIKA (Kader Anak Anti TRIAD KRR) di
Kelayan Kota Banjarmasin
TIM PENGUSUL:
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………........................
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………...........................
RINGKASAN……………………………………………………..........................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi………………………………………………………..
1.2 Permasalahan Mitra………………………………………………….
1.3 Solusi yang Ditawarkan……………………………………………...
BAB II TARGET DAN LUARAN………………………………………………....
BAB III METODE PELAKSANAAN……………………………………………...
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI………………………………….
BAB V BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
5.1 Anggaran Biaya……………………………………………..............
5.2 Jadwal Kegiatan…………………………………………….............
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RINGKASAN
Anak jalanan merupakan salah satu masalah sosial pada kelompok remaja
yang kompleks dan berkaitan dengan masalah sosial lain. Kelayan merupakan
salah satu daerah di Banjarmasin yang menyumbang anak jalanan paling besar di
Kota Banjarmasin, yaitu sebanyak 98 anak. Salah satu faktor yang menyebabkan
tumbuhnya anak jalanan di Banjarmasin adalah gemerlap kota yang dipandang
menjanjikan anak jalanan untuk bersaing dan meningkatkan ekonomi mereka.
Kecenderungan hidup bebas di jalanan remaja tersebut meningkatkan
permasalahan tiga risiko kesehatan reproduksi remaja, yaitu seksualitas, HIV/
AIDS dan NAPZA yang dikenal dengan istilah TRIAD KRR. Penanganan masalah
anak jalanan tidak dapat disederhanakan. Strategi intevensi anak jalanan harus
dilakukan secara holistik dengan memperhatikan karakteristik anak jalanan.
Holistik berarti memandang seseorang secara utuh dari sisi biologis, psikologis,
sosiologis, spiritual dan cultural. Berdasarkan itu, maka perlu dilakukan
pemberdayaan anak jalanan yang unik, menarik, kreatif, dan inovatif. Solusi yang
tepat terhadap kondisi ini salah satunya dengan adanya “Metode HOKAGE
(Holistic Care Age) Inovasi Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pembentukkan
KARTIKA (Kader Anak Anti TRIAD KRR) di Kelayan Kota Banjarmasin”. Program
ini bertujuan untuk memberdayakan anak jalanan untuk menciptakan kader anak
jalanan yang bebas dari bahaya TRIAD KRR. Keberadaan KARTIKA memiliki
peran penting dalam meningkatkan kesadaran anak jalanan dalam menjaga
kesehatan reproduksi dan mencegah TRIAD KRR. Adapun dalam pelaksanaan
pelatihan metode HOKAGE, materi diikuti dengan praktik dikemas semenarik
mungkin dan dikaitkan dengan keadaan lingkungan mereka. Materi tersebut
antara lain PETIS dan OLGA LAGI, MEDIA dan SELING, ATM, SANTAN ROJA,
SELAYANG PANDANG, dan Pemilihan Duta KARTIKA. Sehingga luaran yang
diharapkan dari program ini yaitu program HOKAGE dapat menjadi rekomendasi
bagi pemerintah dalam mengatasi masalah TRIAD KRR pada anak jalanan dan
terbentuknya Kader Anak Jalanan Anti TRIAD KRR (KARTIKA).
Kata Kunci: Anak Jalanan, TRIAD KRR, Pemberdayaan, Metode HOKAGE
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi
Remaja merupakan masa peralihan dari fase perkembangan antara masa
anak-anak ke dewasa yang berlangsung antara usia 10-19 tahun ditandai dengan
perkembangan yang pesat, baik dalam hal fisik, mental, intelektual maupun sosial
emosional (Soeroso, 2013). Perubahan yang cepat pada masa ini sering kali
membuat remaja terjerumus dalam kegiatan dan perilaku negatif seperti merokok,
minum-minuman keras dan penyalahgunaan narkoba. Contoh remaja yang
terjerumus dalam perilaku negatif terjadi pada sebagian besar anak jalanan
(Shalahuddin, 2010.).
Kecenderungan hidup bebas di jalanan meningkatkan permasalahan Tiga
Risiko Kesehatan Reproduksi Remaja, yaitu Seksualitas, HIV/ AIDS dan NAPZA
yang dikenal dengan istilah TRIAD KRR (BKKBN, 2014). Berdasarkan Penelitian
yang dilakukan oleh Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) pada tahun 2008,
diketahui bahwa semua anak jalanan atau 100% anak jalanan ditawari narkoba,
sebanyak 28% anak jalanan mengkonsumsi rokok, 32% diantaranya pernah
mencoba narkoba, 30,2% pernah “ngelem” atau penyalahgunaan inhalen, yaitu
dengan menghirup benda-benda sejenis lem, zat pelarut (thinner cat) atau zat lain
sejenisnya (Wahyu, 2008).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2010 menunjukkan bahwa
jumlah anak jalanan pada kota-kota besar di Indonesia mengalami peningkatan
dari 196.450 menjadi 232.125 dan diperkirakan terus meningkat dari tahun
sebelumnya (BPS, 2010). Data tersebut merupakan suatu tantangan karena
pemerintah telah menyatakan bahwa pada tahun 2014, Indonesia terbebas dari
anak jalanan yang sekarang secara nasional jumlahnya 420.000 orang
(Tribunnews, 2015). Menurut data dari Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2015, jumlah anak jalanan seluruhnya adalah 188 orang dengan jumlah
tertinggi anak jalanan di Kota Banjarmasin, yaitu sebanyak 150 anak (DINSOS
KALSEL, 2015).
Kelayan merupakan salah satu daerah di Banjarmasin yang menyumbang
anak jalanan paling besar di Kota Banjarmasin, yaitu sebanyak 98 anak (DINSOS
KALSEL, 2015). Salah satu faktor yang menyebabkan tumbuhnya anak jalanan di
Banjarmasin adalah gemerlap kota yang dipandang menjanjikan anak jalanan
untuk bersaing dan meningkatkan ekonomi mereka (Andari, 2013). Masyarakat
Kelayan di Banjarmasin sering diidentikkan dengan masyarakat negatif. Mereka
sering dibuang, tidak diperhatikan dan cenderung diabaikan. Heterogonitas yang
ada pada masyarakat ini sering menghasilkan konflik dan menjadikan masyarakat
ini selain memiliki kriminalitas dan kualitas hidup yang rendah, sehingga memiliki
dampak lingkungan yang kurang baik untuk anak jalanan (Humaidy dan Abu
Bakar, 2014).
Anak jalanan merupakan salah satu masalah sosial pada kelompok remaja
yang kompleks dan berkaitan dengan masalah sosial lain. Oleh sebab itu,
penanganannya pun tidak dapat disederhanakan (Nugroho, 2013). Strategi
intevensi anak jalanan harus dilakukan secara holistik dengan memperhatikan
karakteristik anak jalanan. Holistik berarti memandang seseorang secara utuh dari
sisi biologis, psikologis, sosiologis, spiritual dan cultural (Papathanasiou, et al.
2013). Hal ini dikarenakan semua aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain
dan mempengaruhi status kesehatan seseorang. Untuk pemberdayaan anak
jalanan tidak cukup hanya diberikan stimulus materi, tetapi yang paling penting
adalah diberikan hak untuk memperoleh akses bagi perubahan kehidupan
(Khumas, A. 1999). Berdasarkan jurnal Patient Interaction: A Resource for Hope
in Cognitively Intact Nursing Home Patients–Nurse Intervensi yang bersifat Holistic
dapat memperbaiki tingkah laku anak jalanan (Haugan, G. 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan pemberdayaan
anak jalanan yang unik, menarik, kreatif, dan inovatif. Solusi yang tepat terhadap
kondisi ini salah satunya dengan adanya kader kesehatan dalam cakupan wilayah
Kelayan sebagai promotor kesehatan khususnya dari kalangan sebaya yang
dalam program ini sasaran pengkaderannya, yaitu pada remaja yang disebut
sebagai Kader Anak Jalanan Anti TRIAD KRR (KARTIKA). Keberadaan KARTIKA
memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran anak jalanan dalam
menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah TRIAD KRR. KARTIKA merupakan
anak jalanan Kelayan yang memiliki potensi sebagai agen perubahan. Alasan
memilih remaja sebagai kader karena dalam usia ini remaja akan lebih mudah
dimotivasi dan ditingkatkan aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku pada bidang
kesehatan.
1.2 Permasalahan Mitra
Penerapan program pemerintah dalam menangani masalah anak jalanan
memang tidak mudah dan masih bersifat fragmental, yaitu hanya meninjau dari
beberapa aspek dari karakteristik anak jalanan. Berdasarkan hasil observasi
lapangan oleh tim PKM Pengabdian Masyarakat di Kelayan Banjarmasin
ditemukan beberapa permasalahan seperti memiliki kebiasaan menghisap lem fox
serta merokok dengan menggunakan rokok bergilir dari mulut ke mulut antar anak
jalanan serta tidak menjaga kesehatan reproduksi mereka.
Adanya
paradigma
negatif
masyarakat
terhadap
anak
jalanan
menyebabkan ketidakpedulian yang berkelanjutan sehingga anak berisiko
mengalami berbagai tindak kekerasan verbal, fisik, psikis maupun seksual seperti
dihina, dicemooh, dipukul, diperkosa, dirampok, dieksploitasi, bahkan terancam
kejahatan yang menyebabkan kematian. Lingkungan yang tidak sehat dan
terkenal dengan kriminalitas dapat membuat anak jalanan meniru hal-hal negatif
yang dilihatnya tanpa mampu menyaring baik dan buruk. Hal inilah yang
menyebabkan anak jalanan berisiko terhadap TRIAD KRR.
1.3 Solusi yang Ditawarkan
Adapun solusi yang ditawarkan adalah:
1.
Mencetuskan program HOKAGE yang bermanfaat bagi anak jalanan.
2.
Membentuk Kader Anak Jalanan Anti TRIAD KRR (KARTIKA).
3.
Membentuk sistem kesehatan berkelanjutan sebagai wadah pembinaan
KARTIKA yang terintegrasi.
4.
Melakukan publikasi kegiatan KARTIKA sebagai upaya preventif terhadap
anak jalanan Indonesia khususnya Kalimanan Selatan melalui artikel
penelitian yang berskala nasional maupun internasional.
5.
Membentuk duplikasi program HOKAGE dan kegiatan KARTIKA ditempat
lain.
BAB II. TARGET DAN LUARAN
1.
Terbentuknya program HOKAGE yang dapat menjadi rekomendasi bagi
pemerintah dalam mengatasi masalah TRIAD KRR pada anak jalanan.
2.
Terbentuknya Kader Anak Jalanan Anti TRIAD KRR (KARTIKA).
3.
Adanya upaya peningkatan preventif terhadap anak jalanan yang berisiko
terhadap TRIAD KRR dengan diterapkan metode HOKAGE pada remaja
secara optimal.
4.
Adanya peningkatan pengetahuan KARTIKA minimal 80% mengenai TRIAD
KRR.
5.
Adanya perubahan perilaku KARTIKA minimal 75% dalam menerapakan
perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari serta bebas dari TRIAD
KRR.
6.
Adanya peningkatan keterampilan KARTIKA minimal 75% dalam melakukan
promosi kesehatan dan menjadi agent of changes bagi anak jalanan lainnya
dalam upaya peningkatan kualitas hidup.
7.
Adanya peningkatan keterampilan KARTIKA minimal 70% dalam membuat
media promosi kesehatan.
8.
Terbentuknya sistem kesehatan berkelanjutan sebagai wadah pembinaan
KARTIKA yang terintegrasi.
9.
Publikasi kegiatan KARTIKA sebagai upaya preventif terhadap anak jalanan
Indonesia khususnya Kalimanan Selatan melalui artikel penelitian yang
berskala nasional maupun internasional.
10.
Adanya duplikasi program HOKAGE dan kegiatan KARTIKA ditempat lain.
BAB III. METODE PELAKSANAAN
Metode Holistic Care Age (HOKAGE) merupakan suatu inovasi metode
pembelajaran tentang kesehatan reproduksi serta Tiga Risiko Kesehatan
Reproduksi Remaja (TRIAD KRR) beserta dampaknya dengan sentuhan holistik
yang meninjau dari segi usia 10-19 tahun dan karakteristik anak jalanan yang
dikemas dalam berbagai macam kegiatan menarik, inovatif, kreatif yang bertujuan
untuk meningkatkan perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam menjaga
kesehatan reproduksi dan TRIAD KRR. Kegiatan ini melibatkan peran serta anak
jalanan yang berasal dari daerah Kelayan Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Dalam pelaksanaan program ini anak jalanan berperan sebagai pelaksana dari
program pelatihan yang telah dilaksanakan. Selain itu, anak jalanan juga berperan
sebagai sasaran utama dalam penggunaan hasil program yang telah dilakukan.
Secara garis besar metode pelaksanaan metode HOKAGE sebagai inovasi upaya
peningkatan wawasan, pengetahuan dan Penanganan masalah TRIAD KRR pada
anak jalanan melalui pembentukan KARTIKA di Kelayan Kecamatan Banjarmasin
Selatan adalah sebagai berikut:
3.1 Perencanaan dan Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan penentuan pihak yang akan dilibatkan dalam
gagasan ini (Dinas Sosial, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, Kepala Kelurahan, dokter, mahasiswa ilmu keperawatan, mahasiswa
kesehatan masyarakat dan mahasiswa psikologi, tokoh masyarakat, dan suka
relawan), termasuk menyiapkan sarana dan prasarana yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan. Mengadakan pertemuan awal antara ketua dan anggota
tim, menetapkan time frame kegiatan, menetapkan desain pengabdian, membuat
instrumen, pembuatan draft modul metode HOKAGE, menetapkan lokasi
pelatihan, survei pendahuluan serta struktur organisasi kader.
Strategi yang digunakan dalam program ini adalah pendekatan Advokasi,
Bina Suasana, dan Gerakan Masyarakat (ABG). Langkah pertama dalam strategi
ini, yaitu melakukan advokasi kepada instansi pemerintahan, dalam hal ini adalah
Dinas Sosial dan BKKBN. Kemudian melakukan advokasi kepada Kepala
Kelurahan Kelayan untuk mendukung program ini sehingga dapat berjalan sesuai
tujuan. Selanjutnya bersama dokter, tokoh masyarakat, dan suka relawan
dilakukan bina suasana kepada remaja setempat mengenai pentingnya kesehatan
reproduksi dan bahaya TRIAD KRR. Setelah anak jalanan tahu pentingnya
menjaga kesehatan reproduksi dan bahaya TRIAD KRR, maka diharapkan anak
jalanan tertarik dan termotivasi untuk turut aktif dalam program. Sebelum dilakukan
pelaksanaan metode HOKAGE, remaja diuji kemampuannya melalui soal pretest
yang sudah disediakan. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan kemampuan awal mereka sebelum dilakukannya intervensi. Hal
ini dilakukan sebagai indikator penilaian dalam menentukan remaja yang mampu
menjadi KARTIKA.
3.2 Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kegiatan pemberdayaan anak
jalanan dan masyarakat ini adalah dengan pendekatan promotif dan
edukatif kepada KARTIKA. Ikon yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan ini adalah tokoh kartun kegemaran remaja yaitu Naruto sesuai
dengan metode HOKAGE yang digunakan. Penggunaan Ikon kartun
Naruto ini selain membuat anak jalanan menjadi tertarik juga memiliki
makna seperti karakter asli yang digambarkan pembuat kartun Naruto yaitu
muda, berbakat, pantang menyerah serta sehat jiwa dan raga.
Gambar 3.1 Ikon Metode HOKAGE
Sebelum rangkaian kegiatan HOKAGE dilaksanakan, tim PKM M bersama
remaja yang terpilih sebagai KARTIKA menentukan struktur organisasi
kepengurusan
menjelaskan
metode
HOKAGE.
pembagian
tugas
Pembentukan
KARTIKA
dan
struktur
membantu
organisasi
ini
menunjukkan
bagaimana kegiatan-kegiatan HOKAGE KARTIKA dapat diintegrasikan. Berikut
rancangan struktur organisasi HOKAGE pada KARTIKA.
TIM PKM M HOKAGE
PEMERINTAH
MAHASISWA
MASYARAKAT
KETUA KARTIKA
Bagian
PEER EDUCATOR
(2 Orang)
Bagian
INOVATOR
(2 Orang)
Bagian
MEDIATOR
(2 Orang)
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Metode HOKAGE pada KARTIKA
Setelah struktur organisasi dibentuk langkah selanjutnya yaitu melakukan
pelatihan kader. Pemerintah, mahasiswa dan masyarakat merupakan mentor dari
kegiatan ini. Ketua KARTIKA adalah remaja yang dipilih menjadi kader terbaik
sehingga mampu mengkoordinir teman-temannya dalam struktur ini. Bagian Peer
Educator adalah anak jalanan yang mampu memberikan pendidikan sebaya
kepada teman-temanya, sementara bagian inovator selalu memberikan inovasi
yang berbeda dalam setiap kegiatannya, tugas mediator adalah menjadi jembatan
penghubung antara mentor dan anak jalanan serta masyarakat sekitar. Selama 1
pekan KARTIKA diberikan pengajaran dan pelatihan tentang metode HOKAGE
yang kemudian akan diberikan kepada anak jalanan yang tinggal di Kelayan
Kecamatan Banjarmasin Selatan dalam waktu 1 hari per minggu selama 2 jam
dengan materi yang berbeda setiap minggunya. Tempat pelaksanaan dilakukan di
basecamp yang di dirikan di Kelayan.
Kegiatan KARTIKA dalam praktek pelaksanaannya memiliki 2 bentuk
intervensi, yaitu intervensi utama dan intervensi penunjang. Intervensi utama
KARTIKA yaitu melakukan pelatihan kepada anak jalanan tentang pentingnya
menjaga dan merawat kesehatan reproduksi dan mengetahui dampak HIV/AIDS,
seks bebas dan penyalahgunaan narkoba sejak dini sejak dini melalui kegiatan
yang dilaksanakan di basecamp melalui 5 aspek individu dalam holistic care.
Adapun intervensi penunjang yaitu KARTIKA mengajak anak jalanan lain beserta
masyarakat Kelayan untuk peduli terhadap agen penerus bangsa dan merubah
paradigma negatif masyarakat terhadap anak jalanan dengan mengajak
masyarakat ikut langsung dengan cara mendukung serta memfasilitasi program
HOKAGE.
Adapun dalam pelaksanaan pelatihan metode HOKAGE ditinjau dari 5
aspek individual, yaitu biologi, psikologi, sosial, budaya dan spiritual, materi di ikuti
dengan praktik dikemas semenarik mungkin dan dikaitkan dengan keadaan
lingkungan mereka. Materi tersebut antara lain sebagai berikut:
3.2.1 PETIS (Pemeriksaan Kesehatan Gratis) dan OLGA LAGI (Olahraga serta
Lari Pagi)
Model bio dalam pendekatan holistik adalah tinjauan manusia dari segi
biologis mengenai sistem tubuh manusia. Pemeriksaan kesehatan gratis untuk
memeriksa kesehatan para anak jalanan, tekanan darah, gula darah, kolesterol,
berat badan, tinggi badan, nutrisi, dan urine untuk mengetahui kesehatan dan
ketidakterlibatan anak jalanan dalam penyalahgunaan narkoba.
Olahraga dan lari pagi diadakan 30 menit setiap pagi secara rutin untuk
menjaga kebugaran dan meningkatkan daya tahan tubuh anak jalanan. Dengan
tubuh yang sehat dan bugar, diharapkan mereka mampu beraktivitas secara
optimal.
3.2.2 MEDIA (Menulis Diary) dan SELING (Sesi Konseling)
Anak jalanan akan difasilitasi buku diary dan sesi konseling dengan psikolog
yang bisa mengarahkan pemikiran dan perasaan untuk selalu berpikir positif dan
produktif dalam menjalani kehidupan untuk mengetahui tingkat depresi,
pengetahuan hal-hal berbahaya tentang HIV/AIDS, seks bebas, penyalahgunaan
narkoba. Tujuan dari kegiatan ini adalah anak jalanan mampu menjadi agents of
changes dan peer education bagi anak jalanan lainnya dengan basic karakteristik
psikologi anak jalanan mampu masuk dan mempengaruhi anak jalanan lainnya
untuk mencegah terkena HIV/AIDS, seks bebas, penyalahgunaan narkoba serta
mengajak berhenti merokok sebagai langkah awal pemberantasan TRIAD KRR.
Gambar 3.3 Sampul Depan Buku Konsultasi HOKAGE
3.2.3 ATM (Aksi Tahu Materi)
Apabila ditinjau dari segi sosial anak jalanan merupakan stratifikasi
masyarakat yang sering di pandang sebelah mata karena dianggap berlaku tidak
sopan dan kriminal. Penanganan nilai moral dapat diberikan melalui materi yang
diberikan. Penjelasan mengenai TRIAD KRR pada anak jalanan membuat efek
“takut” untuk mendekati hal-hal negatif di ruang lingkup TRIAD KRR. Media yang
digunakan adalah poster, leaflet, video dan power point presentation, yang
disesuaikan dengan budaya dan bahasa Banjar agar anak jalanan lebih dapat
menyerap materi yang disampaikan. Tujuannya adalah agar anak jalanan dapat
menjadi peer educator tidak hanya dari pengalaman namun juga pengetahuan
mengenai bahaya NAPZA.
3.2.4 SANTAN ROJA (Santapan Rohani dan Jasmani)
Penanaman nilai-nilai spiritual juga sangat penting dalam memberikan
pengertian bahaya dari HIV/AIDS, seks bebas dan pelanggaran penyalahgunaan
narkoba menurut pandangan agama. Anak jalanan akan dikategorikan sesuai
agama dan akan dibimbing oleh pemuka agama masing-masing. Upaya tersebut
diharapkan dapat menyadarkan anak jalanan tentang bahaya penyalahgunaan
NAPZA dari segi agama, karena agama ada patokan untuk merubah diri menjadi
lebih baik.
3.2.5 SELAYANG PANDANG (Senandung Lagu Sayang Sepadan Dendang)
Basecamp HOKAGE menyediakan beberapa alat musik dan memfasilitasi
anak jalanan untuk belajar kesenian budaya Banjar yaitu Madihin, yang
merupakan genre/jenis puisi rakyat anonim berbahasa Banjar yang bertipe
hiburan. Madihin merupakan campuran 3 unsur seni, yaitu seni suara (syair/lagu),
seni musik dan seni gerak (mimik).
Selain itu basecamp menyediakan bahan-bahan untuk membuat hasta
karya agar dijual demi menambah ekonomi anak jalanan. Pendekatan budaya
adalah pendekatan yang melengkapi aspek lainnya namun juga merupakan aspek
yang penting karena dapat meningkatkan kearifan lokal pada anak jalanan
tentang Madihin yang merupakan sarana peningkatan ekonomi anak jalanan,
hiburan dan pelestarian budaya Banjar.
3.2.6 Pemilihan Duta KARTIKA
Pemilihan Duta KARTIKA dipilih ketika intervensi telah diberikan kepada anak
jalanan. Duta KARTIKA dipilih dari anak jalanan yang telah mengikuti rangkaian
program dari HOKAGE ini. Tujuannya adalah agar anak jalanan mendapat tempat
di hati masyarakat serta menjadi apresiasi kepada para kader yang teladan dan
tekun. Pemilihan Duta Kartika juga menjadi mediator kepada pemerintah agar dan
masyarakat agar selalu memfasilitasi anak jalanan untuk lebih menjadi perhatian
dengan mengadakan pembinaan baik dari segi materi maupun perhatian
sehingga anak jalanan tidak lagi merasa di buang namun dibutuhkan.
3.3 Evaluasi
Penilaian keberhasilan kegiatan ini terlihat dari peningkatan wawasan,
perubahan pengetahuan dan perilaku anak jalanan dalam penerapan menjaga
kesehatan reproduksi dan menjahui seks bebas, penyalahgunaan narkoba
sehingga terbebas dari HIV/AIDS. Perubahan pengetahuan dilihat dari hasil
pretest dan postest. Perubahan perilaku dilihat dari perubahan kebiasaan anak.
Keberlanjutan program dilakukan oleh Kelurahan dibawah bimbingan
pemerintah yaitu Dinas Sosial dan BKKBN guna mengatasi masalah anak
jalanan yang berisiko terhadap seks bebas, HIV/AIDS dan narkoba.
Gambar 3.4 Diagram Alur Pelaksanaan Metode HOKAGE Melalui Pembentukan
KARTIKA
BAB IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Tim pelaksana kegiatan ini merupakan tim dari Program studi kesehatan
masyarkat, Program studi ilmu keperawatan khususnya kesehatan lingkungann
dan promosi kesehatan serta bidang keperawatan komunitas yang telah terbiasa
melakukan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai salah satu komponen dari
Tridarma Perguruan Tinggi dibidang pengelolaan sampah dan oromosi kesehatan.
Pengalaman penelitian maupun pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh
tim pelaksana cukup banyak baik dalam bentuk penyuluhan, penelitian, bakti
sosial maupun kegiatan peningkatan pengetahuan kesehatan PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat) pada anak jalanan khususnya ketua pengusul dalam
bidang ….
Bidang keahlian ketua dan tim sesuai dengan topic permasalahan dalam
pengajuan usualan Ibm dalam kegiatan swakelola Sampah agar masyarakat
terhindar dari resiko negatif akibat sampah dan derajat kesehatan masyarkat
menjadi lebih baik dengan adanya pembayarna premi jaminan kesehatan yang
dibayarkan melalui hasil swakelola sampah.
Berdasarkan justifikasi tim pelaksana kegiatan seperti tersebut diatas, maka
kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran dengan melakukan
pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah, diskusi dan gerakan
pemberdayaan masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang sampah, agar
terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif
sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran. Faktor tersebut adalah
promosi kesehatan, sehingga masyarakat mampu melakukan pengelolaan
terhadap sampah rumah tangga, tidak membuang sampah ke sungai,
berkurangnya volume sampah di lingkungan, dan meningkatkan pemasukan desa
yang berasal dari pengelolaan sampah organik dari pasar buah menjadi kompos
dan peningkatan ekonomi keluarga khususnya dalam rangka pembayaran
angsuran premi kesehatan melalui JKN.
Dari sisi promosi kesehatan, kegiatan ini merupakan suatu metode
pemberdayaan masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat terkait pengelolaan sampah. Diharapkan dari kegiatan yang dilakukan
ini akan menjadi bahan rekomendasi dan telaah kebijakan bagi program promosi
kesehatan dilingkungan masyarakat agar tercipta masyarakat yang sehat dan
mandiri. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan dalam kurun
waktu dua belas bulan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan.
BAB V. ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
5.1 Anggaran Biaya
Adapun biaya pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Anggaran Biaya Pelaksanaan Kegiatan
No
Bahan yang diperlukan
Satuan
Vol
Harga persatuan
Total Harga
Honorarium
1
Ketua
6
15
50.000
4.500.000
15
25.000
2.250.000
15
25.000
2.250.000
jam/ming
gu
2
Anggota 1
6
jam/ming
gu
3
Adminstrator
6
jam/ming
gu
Sub Total
9.000.000,00
Bahan Habis Pakai dan
Peralatan Penunjang
1
Spanduk Kegiatan
Lembar
1
70.000,00
70.000,00
Lembar
1
70.000,00
70.000,00
Buah
1
150.0000,00
150.000,00
Buah
1
150.0000,00
150.000,00
Set
1
150.000,00
150.000,00
Penyuluhan
2
Spanduk dan poster
HOKAGE
3
Papan Nama Pos
Dan Tenda Basecamp
4
Papan Struktur Pengelola
HOKAGE
5
X-Banner
6
Poster
Lembar
10
15.000,00
150.000,00
7
Pamflet
Pcs
100
6.000,00
600.000,00
8
Leaflet
Pcs
100
6.000,00
600.000,00
9
Modul Pelaksanaan
Pcs
10
35.000,00
350.000,00
10
Gitar madihin dan
Buah
1
15.000.000,00
15.000.000,00
Kali
20
40.000,00
800.000,00
Buah
1
6.000.000,00
6.000.000,00
gendang
11
Konsumsi
12
Buku catatan harian dan
Selempang HOKAGE
13
Buku pretest dan postest
Pcs
100
70.000,00
7.000.000,00
14
Gelas ukur
Pcs
10
30.000,00
300.000,00
15
Handscoon
Pcs
2
54.000,00
108.000,00
16
Tensi meter
Pcs
2
83.000,00
166.000,00
17
Sewa LCD Proyektor +
Set
1
150.000,00
150.000,00
Pcs
5
30.000,00
150.000,00
Pcs
100
5.000,00
500.000,00
Lembar
800
150
120.000.00
Lembar
100
5.000,00
500.000,00
kali
50
25.000,00
1.250.000,00
White Screen
18
Buku Pencatatan
Pengelola
19
Buku Tabungan
Masyarakat
20
Fotocopy lembar pretest
dan posttest
21
Plastik mulsa
22
Biaya konseling
No
Bahan yang diperlukan
Satuan
Vol
Harga persatuan
23
Karung
24
Total Harga
Pcs
100
6.000,00
600.000,00
Sarung Tangan
Kotak
10
27.000,00
270.000,00
25
Masker
Kotak
10
28.000,00
280.000,00
26
Konsumsi Peserta
Kotak
100
15.000,00
1.500.000,00
Pcs
100
15.000,00
1.500.000,00
Penyuluhan
27
Souvenir Peserta
Penyuluhan
39.484.000,00
Perjalanan
1
Survei Lapangan
Orang
3
100.000,00
300.000,00
2
Perizinan dan Advokasi
Orang
3
100.000,00
300.000,00
3
Pembelian Perlengkapan
Orang
4
50.000,00
200.000,00
4
Pelaksanaan
50.000,00
1.200.000,00
3x8
Orang
kali
Sub total
1.950.000,00
Publikasi
1
Publikasi pada Koran
Lokal
2
Liputan TV Lokal
Kali
1
150.000,00
150.000,00
Kali
1
400.000,00
400.000,00
Sub Total
550.000,00
Total
50.034.000,00
4.2 Jadwal Kegiatan
No
Kegiatan
Bulan
I
1.
Persiapan
Organisasi (Pembentukan Tim)
Survey Lapangan, Perizinan
Pengadaan Sarana Prasarana
2.
Pelaksanaan Sosialisasi Kegiatan HOKAGE
PETIS (Pemeriksaan Kesehatan
Grartis)
dan
OLGA
(Olahraga serta Lari Pagi)
LAGI
II III IV V VI
SELING MEDIA (Sesi Konseling
dan Menulis Diary)
ATM (Aksi Tahu Materi)
SANTAN
ROJA
(Santapan
Rohani)
SELAYANG
PANDANG
(Senandung Lagu Sayang Sepadan
Dendang)
Pemilihan DUTA KARTIKA
3.
Pelaporan
Pembuatan Laporan
Penyerahan Laporan Akhir
Evaluasi dan Persiapan system
regenerasi
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Perwakilan Provinsi Kalimantan
Selatan. 2014. Tiga Risiko Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR).
Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan. 2015. Rekapitulasi dan Penyebaran
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial
(PMKS)
berdasarkan
Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan
Harapan, Juliandi. 2004. Pengaruh Peer Education Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Mahasiswa dalam Menanggulangi HIV/AIDS di Universitas Sumatera
Utara. Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara
Haugan, Gorill. 2013. Nurse–Patient Interaction: A Resource for Hope in
Cognitively Intact Nursing Home Patients. Journal of Holistic Nursing
American Holistic Nurses Association Volume 20 Number 10.
Ismudiyati, Y.S. 2003. Perilaku Coping dan Depresi Anak Jalanan di Kota Bandung
Ditinjau dari Dukungan Sosial dan Lamanya Mendapatkan Pelayanan di
Rumah Singgah. Jurnal Psikologi, Vol.2, No.3, Hal. 75-87. Yogyakarta:
Program Pasca Sarjana UGM.
Khumas, A. 1999. Anak Jalanan Dan Model-Model Penangannya. Jurnal Psikologi,
Vol.3, No.2, Hal. 34-48. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Nugroho, P. Andita. 2013. Motivasi Berhenti Menggunakan Narkoba Pada Anak
Jalanan Pengguna Narkoba Berdasarkan Teori Abraham Maslow.
Universitas Brawijaya Malang
Papathanasiou, Ioanna et al. 2013. Holistic nursing care: theories and
perspectives. American Journal of Nursing Science 2013; 2(1) : 1-5
Soeroso,
S.
2013.
Masalah
Kesehatan
Remaja.
Retrieved
from
http://saripediatri.idai.or.idd/pdfile/3-3-13.pdf di akses 23 September 2015.
Shalahuddin, Odi. 2010. Anak Jalanan. Yogyakarta: Salamdika
Wahyu, S. 2008. 100 Persen Anak Jalanan Pernah Ditawari Narkoba.
Availablefrom:http://nasional.kompas.com/read/2008/10/24/18142243100.
persen.anak.jalanan.pernah.ditawari.narkoba.html. Di akses tanggal 16
Mei 2015.
Download