KATA PENGANTAR Modul Kunjungan Lapangan dan Seminar ini membantu peserta melihat dan menemukenali persoalan dalam penyediaan dan pengelolaan fasilitas Waste to Energy (WtE) yang saat ini dirasakan mulai berkembang di Indonesia, terutama dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Tujuan penyelenggaraan secara garis besar adalah memberikan arah pengelolaan sampah yang lebih baik dengan memaksimalkan potensi yang masih dimiliki oleh sampah dalam pembangkitan energi. Dengan perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah ini diharapkan menjadi salahsatu solusi dalam pemecahan permasalahan sampah yang selalu dihadapi di Indonesia, terutama untuk Kota-kota Besar/Metropolitan. Buku ini disusun dalam 5 (lima) bab, meliputi Pendahuluan, Persiapan Kunjungan Lapangan, Kunjungan Lapangan, Seminar dan Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam Bidang Pengelolaan sampah. Bandung, Oktober 2018 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................... I DAFTAR ISI................................................................................................................ II DAFTAR TABEL ........................................................................................................IV DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................V PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ......................................................................... IX A Deskripsi ..................................................................................................... ix B Persyaratan ................................................................................................. x C Metode ........................................................................................................ x D Alat Bantu/Media ........................................................................................ x BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A Latar Belakang ............................................................................................. 2 B Deskripsi Singkat ......................................................................................... 3 C Kompetensi Dasar ....................................................................................... 4 D Indikator Hasil Belajar ................................................................................. 4 E Materi dan Submateri Pokok ...................................................................... 4 F Estimasi Waktu ............................................................................................ 5 BAB 2 PERSIAPAN KUNJUNGAN LAPANGAN............................................................ 7 A Indikator Keberhasilan ................................................................................ 8 B Tujuan dan Sasaran Kunjungan Lapangan .................................................. 8 C Penjelasan Pendekatan Teknis Penyediaan Fasilitas WtE........................... 9 D Penjelasan/Penentuan Lokasi Studi Kunjungan Lapangan ....................... 14 E Penjelasan Materi dan Ruang Lingkup Kegiatan Kunjungan Lapangan .... 15 F Penugasan Kelompok ................................................................................ 15 G Rangkuman ............................................................................................... 18 BAB 3 KUNJUNGAN LAPANGAN ............................................................................. 19 A Indikator Keberhasilan .............................................................................. 20 B Penjelasan Teknis Kunjungan Lapangan ................................................... 20 C Pelaksanaan Kunjungan Lapangan ............................................................ 22 D Rangkuman ............................................................................................... 26 ii | Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar BAB 4 SEMINAR ..................................................................................................... 29 A Indikator Keberhasilan ..............................................................................30 B Penjelasan Maksud dan Tujuan Seminar ..................................................30 C Penjelasan Teknis Penyusunan Laporan dan Presentasi Seminar.............30 D Pelaksanaan Seminar.................................................................................32 E Rangkuman ................................................................................................33 BAB 5 PENUTUP..................................................................................................... 35 A Simpulan ....................................................................................................36 B Tindak Lanjut .............................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................37 iii DAFTAR TABEL Tabel 1. Permasalahan Kawasan Permukiman .................................................... 13 iv | Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kota .................................... 10 Gambar 2. Contoh Organisasi KPBU WtE ............................................................ 11 Gambar 3. Contoh Teknologi Landfill Gas di TPA Bantar Gebang ....................... 12 Gambar 4. Lokasi MBT – RDF di TPA Regional Nambo, Kabupaten Bogor.......... 13 v vi | Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar POSISI MODUL DALAM KURIKULUM PELATIHAN vii viii| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL A Deskripsi Modul Kunjungan Lapangan dan Seminar terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar, yaitu: Kegiatan belajar pertama, yaitu berupa Persiapan Kunjungan Lapangan; Kegiatan ini berisikan submateri: Tujuan dan Sasaran Kunjungan Lapangan, Penjelasan Pendekatan Teknis Implementasi pengolahan sampah dengan konsep Waste to Energy (WtE), Penjelasan/penentuan Lokasi studi Kunjungan Lapangan, Penjelasan materi dan Ruang Lingkup Kegiatan Kunjungan Lapangan, serta Penugasan Kelompok. Kegiatan belajar kedua, yaitu berupa Pelaksanaan Kunjungan Lapangan; Kegiatan ini berisikan submateri: Penjelasan teknis kunjungan lapangan yang dilakukan pada persiapan dan Pelaksanaan kunjungan lapangan, melakukan observasi, pengumpulan informasi/data dengan berbagai teknik yang sudah dipersiapkan sebelumnya; termasuk penjelasan dari para pemangku kepentingan/instansi terkait di lapangan. Kegiatan belajar ketiga, yaitu berupa Seminar; Kegiatan ini berisikan latihan penyampaian ide dan gagasan hasil pengamatan kunjungan lapangan; sekaligus merupakan latihan menyusun laporan secara baik; latihan Presentasi, dan diskusi; dari hasil pengamatan di lapangan. Adapun lingkup materi dan sub materi mencakup: Penjelasan Maksud dan Tujuan Seminar, Penjelasan teknis penyusunan laporan dan Presentasi Seminar, serta Pelaksanaan seminar. Modul Kunjungan Lapangan dan Seminar ini diharapkan dapat membantu peserta melihat dan menemukenali persoalan dalam penyelenggaraan pengolahan sampah dengan konsep WtE; dengan aspek utamanya terdiri dari: Perencanaan, Pembangunan, Pemanfaatan dan Pengendalian. Salah satu contoh permasalahannya, misalnya adalah terkait dengan mekanisme perencanaan, terutama yang berhubungan dengan mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam penyediaan fasilitas WtE, pembangunan, pemanfaatan dan pengendaliannya secara menyeluruh, bukan saja yang terkait dengan aspek teknis tetapi juga aspek non-teknis. Sehingga diharapkan dapat ix dirumuskan masukan kebijakan penyelenggaraan pengolahan sampah dengan konsep WtE yang harmonis dan sustainable dengan tetap mempertimbangkan lingkungan sekitar. B Persyaratan Dalam mempelajari modul ini peserta pelatihan dilengkapi dengan peraturan perundangan dan pedoman yang terkait dengan materi kunjungan lapangan dan seminar, yang diberikan pembekalannya pada pembelajaran di kelas sebelumnya. Di samping itu peserta diharapkan telah bekerja atau terlibat langsung dalam tugas yang terkait dengan pengembangan pengolahan sampah yang lebih baik pada umumnya. C Metode Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber). Dalam kegiatan pembelajaran juga diberikan kesempatan tanya jawab dan diskusi. Selain hal di atas, dilakukan juga metoda praktek langsung di lapangan, dengan melakukan pengamatan, pengumpulan data serta wawancara. Melalui Seminar, peserta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyusun ide dan gagasan, serta meningkatkan kemampuan menyampaikan gagasannya dengan presentasi seminar. D Alat Bantu/Media Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan alat bantu/media pembelajaran tertentu, yaitu : 1. LCD/projector 2. Laptop 3. Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya 4. Flip chart 5. Bahan tayang 6. Modul dan/atau Bahan Ajar 7. Laser Pointer x| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar BAB 1 PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Salah satu persoalan yang dihadapi dalam pembangunan di Indonesia adalah terkait dengan pengelolaan sampah yang lebih yang dapat mereduksi potensi dampak negatif baik terhadap kesehatan masyarakat maupun terhadap lingkungan. Peningkatan timbulan sampah terutama di kota besar di indonesia terus meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk dan berkembangnya sosial ekonomi masyarakat. Peningkatan timbulan sampah harus diimbangi dengan ketersediaan prasarana sarana pengelolaan sampah yang harus disediakan oleh Pemda. Akan tetapi, dilain pihak ada keterbatasan dana dari Pemda sehingga harus ada terobosan baik dari sisi pendanaan maupun penanganan sampah. Beberapa terobosan yang dapat ditempuh, antara lain: melalui Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam penyediaan fasilitas WtE, dan pengolahan sampah yang mengedepankan konsep WtE untuk lebih memaksimalkan potensi yang masih dimiliki oleh sampah. Dengan berbagai terobosan tersebut diharapkan tidak menimbulkan persoalan/dampak negatif akibat berbagai macam keterbatasan yang dimiliki oleh Pemda. Penyelenggaraan berbagai macam fasilitas WtE dari sampah merupakan suatu upaya yang menyeluruh dalam memberi arah perkembangan permukiman, terutama di perkotaan terkait dengan pengelolaan sampah yang lebih baik melalui beberapa aspek tahapan: perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian. Sebagai teknologi yang relatif baru di Indonesia, teknologi WtE pasti masih banyak dijumpai berbagai macam permasalahan dan hambatan dalam penyediaan fasilitas WtE tersebut, bukan saja dari aspek teknis tetapi juga aspek non teknis (pembiayaan, lingkungan, sosial dll). Beberapa hal contoh misalnya: dokumen perencanaan yang belum sepenuhnya dipahami oleh berbagai stakeholder terkait terutama menyangkut mekanisme KPBU, pembagian hak dan kewajiban diantara pihak, berbagai macam studi yang harus dilakukan dll. Dalam hal pembangunan fasilitas WtE, masih terdapat kendala keterpaduan pengelolaan sampah, baik yang dilakukan oleh Pemda 2| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar maupun karakteristik dan jumlah sampah yang diinginkan oleh pengelola fasilitas WtE, kurang keterpaduan antar sektor prasarana, dan sebagainya. Demikian pula dalam hal pemafaatan dan pengendalian, masih sering ditemui kurang optimalnya pemanfaatan produk utama yang dihasilkan fasilitas WtE, kerjasama dengan berbagai stakeholder dalam pemanfaatannya, pengelolaan lingkungan yang berpotensi ditimbulkan dari suatu fasilitas WtE. Pelatihan Pengolahan Sampah dengan Konsep WtE ini berupaya memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta dalam penyediaan berbagai macam fasilitas WtE, bukan saja terbatas pada skala kota tetapi juga untuk skala yang lebih kecil. B Deskripsi Singkat Kunjungan Lapangan merupakan salah satu metoda pembelajaran dengan mengunjungi suatu lokasi tertentu di luar kelas, yang dipersiapkan untuk mencapai suatu sasaran pembelajaran1, yang tidak diperoleh dengan penjelasan biasa yang dilakukan di dalam ruang kelas 2 . Metoda ini dapat meningkatkan proses belajar karena bersentuhan langsung dengan kenyataan di lapangan. Metoda Kunjungan lapangan terdiri dari 3 tahapan penting; yakni Persiapan – Pelaksanaan – Pasca kunjungan ( Pre Trip – Trip – Post Trip) 3 Kunjungan lapangan merupakan metoda pembelajaran untuk mengamati berbagai aspek penyelengaraan fasilitas WtE di lapangan. Hal ini juga sekaligus sebagai ajang untuk mengintegrasikan berbagai mata pelatihan yang diperoleh di kelas. Mata pelatihan ini bertujuan untuk membantu peserta melihat dan menemukenali persoalan penyelenggaraan penyediaan fasilitas WtE yang relatif baru yang cukup kompleks, sehingga diperlukan pemahaman yang lebih baik agar tidak menimbulkan persoalan yang lebih luas apabila tidak ditangani dengan baik. Sebagai contoh misalnya; fasilitas WtE yang tidak beroperasi secara optimal akan 1 2 3 Prem Limbu, Field Trip Strategy, eprogressiveportofolio.blockspot.co.id/2012/06/fielf-tripstrategy.hmtl Brian Myers and Linda Jones: Effective Use of Filed Trips in Educational Programming: A three Stage Approach; http//edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/WC/WC05400.pdf Brian Myers and Linda Jones, op cit 3 mengakibatkan tumpukan sampah di tengah-tengah masyarakat yang dapat menyebabkan suatu permukiman menjadi kumuh dan tidak layak huni. Melalui metoda kunjungan lapangan diharapkan peserta dapat merasakan langsung, mengenal permasalahan, hambatan; bahkan mungkin menemukan potensi, kearifan lokal yang terdapat di lapangan terkait dengan penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE. Peserta dibagi dalam 4 (empat) kelompok untuk mengamati aspek utama dalam penyelenggaraan permukiman yaitu kelompok Perencanaan, Pembangunan, Pemanfaatan, dan Pengendalian. Peserta ditugaskan mengamati, mengumpulkan sejumlah fakta/data baik data sekunder maupun data fisik lingkungan, sosial ekonomi di kawasan studi, untuk selanjutnya diolah sebagai bahan seminar masukan kebijakan penyediaan pengolahan sampah dengan konsep WtE. C Kompetensi Dasar Setelah mengikuti sesi pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memahami dan menganalisis data/fakta/temuan dan permasalahan pengembangan pengolahan sampah dengan konsep WtE yang disampaikan di kelas sebelumnya, yang kemudian dirumuskan sebagai masukan teknis kebijakan pengembangan penanganan sampah yang lebih baik, serta mampu mempresentasikan dengan baik hal tersebut dalam seminar pengembangan fasilitas WtE. D Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti pembelajaran modul ini, peserta mampu: 1. Memahami persiapan yang diperlukan untuk melakukan kunjungan lapangan ke fasilitas WtE. 2. Melaksanakan kunjungan lapangan ke fasilitas WtE supaya mampu memahami dan mempelajari pengolahan sampah yang menggunakan konsep WtE. 3. Menyiapkan bahan presentasi seminar E Materi dan Submateri Pokok Materi dan submateri pokok dalam pelatihan ini adalah: 1. Persiapan Kunjungan Lapangan a. Tujuan dan Sasaran Kunjungan Lapangan 4| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar b. Penjelasan Pendekatan Teknis Penyediaan/Pengelolaan fasilitas WtE c. Penjelasan/Penentuan Lokasi Studi Kunjungan Lapangan d. Penjelasan Materi dan Ruang Lingkup Kegiatan Kunjungan Lapangan e. Penugasan Kelompok 2. Kunjungan Lapangan a. Penjelasan Teknis Kunjungan Lapangan b. Pelaksanaan Kunjungan Lapangan 3. Seminar a. Penjelasan Maksud dan Tujuan Seminar b. Penjelasan Teknis Penyusunan Laporan dan Presentasi Seminar c. Pelaksanaan Seminar F Estimasi Waktu Untuk materi persiapan kunjungan lapangan, dialokasikan waktu sebanyak 2 JP @45 menit (90 menit). Untuk materi kunjungan lapangan, dialokasikan waktu sebanyak 8 JP @ 45 menit (360 menit). Adapun untuk materi seminar, dialokasikan waktu sebanyak 4 JP @ 45 menit (180 menit). 5 6| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar BAB 2 PERSIAPAN KUNJUNGAN LAPANGAN 7 PERSIAPAN DAN KUNJUNGAN LAPANGAN A Indikator Keberhasilan Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu memahami persiapan yang diperlukan untuk melakukan kunjungan lapangan ke fasilitas WtE. B Tujuan dan Sasaran Kunjungan Lapangan Persiapan Kunjungan Lapangan bertujuan memberikan pembekalan kepada peserta sebelum pelaksanaan Kunjungan Lapangan, agar peserta lebih siap dalam melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data yang diperlukan di lapangan. Secara garis besar berisi penjelasan mengenai: Maksud dan Tujuan Kunjungan Lapangan; Landasan dan Pendekatan tehnis perkembangan permukiman; lokasi kunjungan dan karakteristiknya; pembagian kelompok dan penugasannya; dan lain lain persiapan dalam memperoleh lokasi (khusus untuk penyelengara) serta pendamping/narasumber pelaku penyelenggara fasilitas WtE, baik yang berasal dari Pemerintah daerah setempat maupun pengelola fasilitas WtE tersebut yang bisa saja berasal dari pihak swasta. Kunjungan Lapangan ke fasilitas WtE bertujuan agar peserta memahami berbagai aspek penyediaan fasilitas WtE yang digunakan untuk pengolahan sampah. Pengamatan diutamakan kepada 4 (empat) aspek penyelenggaraan fasilitas WtE yaitu: perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian. Peserta diharapkan dapat mencatat, mengamati, menganalisis keempat aspek tersebut diharapkan dapat dihasilkan masukan kebijakan penyelenggaraan, atau juga masukan teknis dari permasalahan yang didapati di lapangan. Hasil ini nantinya dapat menjadi masukan teknis kebijakan dan penyediaan fasilitas WtE yang baik yang selanjutnya dapat diintegrasikan dalam kebijakan pengelolaan sampah di suatu kota secara menyeluruh, untuk mewujudkan lingkungan yang sehat melalui pemanfaatan potensi sebesar-besarnya dari sampah, terutama dalam pembangkitan energi. 8| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar C Penjelasan Pendekatan Teknis Penyediaan Fasilitas WtE Pengelolaan sampah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dilaksanakan melalui pengurangan sampah dan penanganan sampah. Rangkaian kegiatan penanganan sampah diantaranya adalah kegiatan pengolahan sampah. Kegiatan pengolahan sampah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, meliputi kegiatan daur ulang energi. Kegiatan penanganan sampah melalui kegiatan pengolahan sampah daur ulang energi atau umum disebut sebagai pengolahan sampah menjadi energi merupakan salah satu cara untuk mengurangi volume sampah secara signifikan sehingga dinilai dapat menyelesaikan permasalahan sampah secara cepat sekaligus dapat menghasilkan sumberdaya energi. Pemerintah mendorong pelaksanaan pengolahan sampah menjadi energi melalui kebijakan percepatan pembangunan instalasi pengolahan sampah menjadi energi sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Secara garis besar, percepatan percepatan pembangunan instalasi pengolahan sampah menjadi energi listrik ditempuh melalui pengaturan: 1) Percepatan dilakukan di 12 Kota 2) Gubernur atau walikota : a. dapat menunjuk BUMD atau melakukan kompetisi Badan Usaha sebagai pelaksana b. mempunyai pra studi kelayakan c. menyiapkan komitmen alokasi APBD untuk pembayaran biaya layanan pengolahan sampah d. menyiapkan lahan 3) Menteri ESDM menugaskan kepada PT. PLN untuk membeli listrik yang dihasilkan dari instalasi pengolahan sampah dengan harga USD 13,35 cent/kWh. 4) Dukungan bantuan biaya layanan pengolahan sampah dari APBN kepada Pemerintah Daerah paling tinggi Rp. 500.000/ton sampah. 9 Terdapat berbagai macam alternatif-alternatif skema kerjasama yang dapat diterapkan dalam penyediaan fasilitas WtE. Pertimbangan-pertimbangan dalam menetapkan skema KPBU yang akan diterapkan, antara lain meliputi pertimbangan hukum dan peraturan, kelembagaan, ketersediaan infrastruktur yang ada, waktu untuk ketersediaan infrastruktur, kemampuan (teknis dan finansial) pemerintah, optimalisasi investasi oleh Badan Usaha, kemungkinan pembiayaan dari sumber lain serta pembagian risikonya dan kepastian adanya pengalihan keterampilan manajemen dan teknis dari sektor swasta kepada sektor publik. Pada intinya adalah bahwa tidak bisa seluruh sistem perngelolaan persampahan dikelola oleh Badan Usaha. Sebagai contoh adalah seperti tampak pada Gambar 1. Gambar 1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kota Peran dan tanggung jawab instansi terkait perlu diuraikan secara lebih mendetail dalam sub-bab ini, seperti misalnya peran PJPK, Badan Usaha Pelaksana, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, DPRD, dan sebagainya, berdasarkan struktur KPBU yang akan diterapkan, seperti contoh pada Gambar 2. 10| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar Gambar 2. Contoh Organisasi KPBU WtE Teknologi Landfill Gas Kegiatan terakhir dari rangkaian kegiatan penanganan sampah di Indonesia adalah penimbunan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Penimbunan sampah di TPA pada umumnya dilakukan terhadap sampah yang berasal dari wilayah pelayanan pengumpulan dan pengangkutan sampah dan dalam keadaan sampah tercampur dengan proporsi sampah terbesarnya adalah sampah organik atau sampah yang dapat terurai secara biologis. Proses penimbunan sampah demikian ini sangat potensial menimbulkan biogas dengan kandungan gas metan (CH4) yang cukup tinggi yang potensial menimbulkan efek pemanasan global bila tidak dikelola dengan baik. Kandungan gas metan dalam biogas yang timbul dari dalam timbunan sampah di TPA dapat ditangkap dan dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik atau disebut WtE dari landfill gas. Pengelolaan WtE landfill gas biasanya menjadi satu kesatuan dengan dan sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan TPA. 11 Gambar 3. Contoh Teknologi Landfill Gas di TPA Bantar Gebang Teknologi Incinerator Sampai saat ini di Indonesia belum ada fasilitas WtE melalui proses pembakaran sampah dengan menggunakan instalasi Incinerator untuk menghasilkan energi listrik. Sebenarnya, praktek pengalaman Pelelangan Pengadaan Badan Usaha untuk pekerjaan WtE Incinerator dilakukan oleh Kota Bandung, sudah sampai pada tahap penetapan pemenang namun tidak berlanjut sampai penandatanganan kontrak atau Perjanjian Kerjasama KPBU. Selain di Bandung, saat ini sedang direncanakan untuk dibangun incinerator di TPA Bantar Gebang, Bekasi yang menerima sampah dari Jakarta. Incinerator tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pemda DKI Jakarta dengan BPPT. Teknologi Plasma Gasifikasi Pelelangan pengadaan Badan Usaha untuk melaksanakan pengolahan sampah menjadi energi listrik menggunakan teknologi Plasma Gasifikasi telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Proyek ini bertujuan mengolah sampah lama yang sudah tertimbun di TPA dan sampah baru yang dikirim ke TPA dari sumber sampah perkotaan Kota Surakarta. Saat ini, rencana fasilitas plasma gasifikasi tersebut tidak bisa dilanjutkan hingga pembangunan karena tidak memperoleh pembiayaan dan Pemerintah Kota Surakarta mengajukan Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah kepada Kemen LHK. 12| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar Teknologi Mechanical Biological Treatment (MBT) untuk Produk Refuse Derived Fuel (RDF) Rencana Pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai bahan bakar pengganti batubara untuk industry semen, dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui mekanisme KPBU. Perkembangan sampai saat ini adalah telah ditandatangani kontrak Perjanjian Kerjasama KPBU tahun 2017, telah ditandatangani Perjanjian jual Beli RDF dengan Pabrik Semen, serta menunggu penyelesaian perjanjian pinjaman untuk financial close. Gambar 4. Lokasi MBT – RDF di TPA Regional Nambo, Kabupaten Bogor Walaupun saat ini masih belum terlalu banyak fasilitas WtE di Indonesia, akan tetapi berdasarkan berbagai macam sumber yang berasal dari Luar Negeri maka bisa diketahui kisaran biaya yang dibutuhkan untuk fasilitas WtE tersebut berdasarkan teknologi yang digunakan. Tabel 1. Permasalahan Kawasan Permukiman Investasi/ton kapasitas olah minimal (Rp. Juta) maksimal (Rp. Milyar) Rata-rata (Rp. Milyar) Satuan Biaya Investasi untuk Metode Pengolahan Pirolisis Gasifikasi Insinerasi Plasma Gasifikasi 160 1.30 0.73 640 1.70 1.17 225 3.30 1.76 550 5.00 2.78 13 D Penjelasan/Penentuan Lokasi Studi Kunjungan Lapangan Peserta mendapat penjelasan tentang profil/karakteristik Lokasi kunjungan lapangan. Dalam pelatihan Pengolahan Sampah dengan Konsep Waste to Energy ini diusulkan memiliki beberapa alternatif teknologi WtE yang telah ada maupun yang akan ada dalam waktu dekat di Indonesia; pertama landfill gas yang berasal dari TPA, baik yang dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik maupun sebagai pengganti LPG untuk memasak; kedua Anaerobic Digester baik yang dimanfaatkan sebagai pembangkitan listrik maupun sebagai pengganti LPG untuk memasak; ketiga Produksi Refuse Derived Fuel yang dijadikan sebagai bahan bakar di tungku, baik skala kecil maupun skala industri; keempat Incinerator yang terutama untuk pembangkitan listrik; kelima Gasifikasi yang terutama untuk pembangkitan listrik. Tujuan penjelasan lokasi adalah memberikan pandangan, karakteristik lokasi peninjauan lapangan, sehingga peserta dapat menyiapkan pengamatan atau data yang dicari dari 4 (empat) aspek penyediaan fasilitas WtE yaitu; perencanaan, pembangunan, pemanfatan dan pengendalian. Peserta diharapkan dapat memperoleh pengkayaan atau pengalaman baru dengan membandingkan berbagai macam teori yang diperoleh di kelas dengan realita di lapangan. Di samping itu peserta dapat menggali nuansa – nuansa sosial, ekonomi dan kearifan lokal yang terdapat di lokasi tersebut. Pemilihan lokasi sebaiknya tidak terlalu jauh dari kampus diklat sehingga dapat dilaksanakan pada hari itu juga. Lokasi untuk kunjungan lapangan merupakan lokasi contoh atau kasus saja untuk keperluan latihan. Untuk memilih tujuan lokasi kunjungan sebaiknya dilakukan kordinasi dengan Instansi terkait di lingkungan Pemda setempat (Bappeda, dinas PU, atau dinas LH dll) dan pengelola fasilitas WtE yang bisasaja dilakukan oleh swasta/badan usaha. Koordinasi tersebut dibutuhkan karena pada dasarnya instansi tersebut lebih paham tentang kondisi lokasi di daerah, dan menjadi wilayah kerja mereka. Disamping itu bisajuga dibutuhkan koordinasi dengan instansi Satker PLP di daerah. Untuk itu penyelenggara pelatihan sebaiknya menyiapkan surat permohonan kepada berbagai macam instansi tersebut untuk memfasilitasi pemilihan lokasi kunjungan dan pendamping untuk ke lokasi.. 14| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar E Penjelasan Materi dan Ruang Lingkup Kegiatan Kunjungan Lapangan Lingkup kunjungan lapangan meliputi pengamatan, pengumpulan data/foto, wawancara tentang berbagai aspek penyelenggaraan permukiman yang meliputi 4 (empat) aspek utama penyelenggaraan: Perencanaan; Pembangunan; Pemanfaatan; dan Pengendalian. Di samping hal di atas, peserta memperoleh penjelasan langsung dari para pelaku/fasilitator/pendamping yang terkait langsung dengan penyediaan fasilitas WtE di lokasi, antara lain: yang terkait dengan pengelolaan sampah yang bisa didapat informasinya dari Pemda Kab/Kota (Bappeda atau dinas PU), Satker PLP, atau Fasilitator kota, dan yang terkait dengan operasional fasilitas WtE yang bisa didapat informasinya dari pengelola fasilitas WtE. Segala informasi tersebut diharapkan akan dapat menambah wawasan peserta mengenai kebijakan; progres atau permasalahan dan hambatan dalam penyediaan fasilitas WtE untuk pengolahan sampah sebagai bagian dari sistem pengelolaan sampah suatu kota. Peserta juga dapat langsung melakukan wawancara dengan masyarakat atau pengguna produk WtE yang ada di sekitar lokasi tentang berbagai aspek sosial, ekonomi, kelembagaan, pembiayaan dan sebagainya, terkait dengan pennyediaan fasilitas WtE di tempat/lokasi kunjungan. Hal ini juga akan menambah wawasan dan pemahaman peserta tentang masalah, hambatan, atau dampak positif yang dirasakan langsung oleh penduduk setempat ataupun pengguna produk WtE lainnya. F Penugasan Kelompok Untuk memudahkan pelaksanaan pengamatan, dan agar peserta lebih konsentrasi dalam mendalami aspek penyelenggaraan permukiman; peserta pelatihan dibagi menjadi 4 (empat) kelompok menurut aspek dasar poenyelenggaraan yaitu Kelompok Perencanaan, Pembangunan, Pemanfaatan dan Pengendalian. Keempat kelompok ini akan mengamati, mencatat aspek penyelengaraan permukiman, baik kawasan perkotaan, maupun di perdesaan tempat lokasi kunjungan lapangan. (disesuaikan dengan kebutuhan, ketersediaan dan kesiapan lokasi kunjungan). 15 Secara garis besar tugas kelompok dalam kunjungan lapangan untuk penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE antara lain : 1. Kelompok Perencanaan, a. Mengidentifikasi apakah terdapat arah kebijakan pengembangan pengelolaan sampah kota yang mengakomodir keberadaan fasilitas WtE, dan rencana pengembangan infrastruktur dan indikasi program ke depan yang terkait dengan pengelolaan sampah yang mendukung keberadaan fasilitas WtE tersebut b. Mengidentifkasi berbagai macam ketersediaan dokumen perencanaan yang digunakan sebagai dasar penyediaan fasilitas WtE tersebut c. Memeriksa apakah rencana penyediaan fasilitas WtE tersebut berasal dari pemerintah atau badan usaha dan mekanisme KPBU apakah yang digunakan dalam penyediaan fasilitas WtE tersebut d. Siapa saja yang terlibat dalam proses perencanaan, dan dimana kedudukan dan peran masing-masing stakeholder terkait dalam penyusunan rencana tersebut? e. Bila tim/kelompok menemukan yang yang kurang, silahkan dibuat masukan kebijakan pengembangannya; 2. Kelompok Pembangunan, a. Memeriksa apakah ada kegiatan pembangunan fasilitas WtE tersebut telah dilengkapi dengan izin lingkungan b. Memeriksa potensi dampak yang telah teridentifikasi akibat pembangunan fasilitas WtE tersebut dan langkah-langkah apasaja yang telah dilakukan untuk menimalkan potensi dampak negatif tersebut. c. Memeriksa/mengidentifikasi apakah ada permasalahan atau hambatan dalam pelaksanaan pembangunan fasilitas WtE tersebut. d. Darimana saja sumber pembiayaan; siapa yang menjadi prakarsa dalam pembangunan tersebut; dan siapa saja yang terlibat dalam pembangunan? e. Bila tim/kelompok menemukan hal yang sesuai, silahkan diusulkan masukan kebijakan atau masukan teknis, atau rekomendasi agar pelaksanaan pembangunan fasilitas WtE dapat berjalan dengan baik. 16| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar 3. Kelompok Pemanfaatan, a. Memeriksa/mengidentifikasi apakah fasilitas WtE telah beroperasi sebagaimana yang diharapkan b. Memeriksa/mengidentifikasi kontribusi fasilitas WtE dalam memecahkan berbagai macam masalah pengelolaan sampah yang sebelumnya dihadapi oleh Pemerintah Daerah c. Memeriksa pemanfaatan dan efisiensi produk yang dihasilkan dari fasilitas WtE tersebut d. Mengidentifikasi berbagai macam stakeholder yang terkait dengan pemanfaatan produk yang dihasilkan fasilitas WtE tersebut, termasuk besaran dan mekanisme tipping fee, harga jual produk, dll. e. Apabila tim/kelompok menemukan hal – hal yang belum sesuai terkait pemanfaatan, silahkan buat rekomendasi atau masukan kebijakan/masukan teknis agar pemanfaatan dapat dilaksanakan dengan baik 4. Kelompok Pengendalian, a. Mengidentifkasi by product yang berpotensi dihasilkan dari fasilitas WtE dan metode penanganannya b. Mengidentifikasi/memeriksa potensi dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari pengoperasian fasilitas WtE dan cara pengukuran dan pengendalian dampak negatif tersebut c. Memeriksa adakah pengaturan zonasi pengendalian pemanfaatan ruang untuk fasilitas WtE tersebut berikut luasan lahan masingmasing peruntukannya d. Bagaimana dilaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengoperasian fasilitas WtE e. Apabila tim/kelompok menemukan hal – hal yang belum sesuai terkait pengendalian, silahkan buat rekomendasi atau masukan kebijakan/masukan teknis agar pengendalian dapat dilaksanakan dengan baik 17 G Rangkuman Persiapan Kunjungan lapangan merupakan langkah yang penting untuk mencapai keberhasilan pembelajaran dari kunjungan lapangan. Terdapat 2 (dua) unsur penting dalam persiapan kunjungan yaitu: pertama, bersifat penyelesaian terkait administrasi; misalnya perijinan lokasi, narasumber/ pendamping; kedua berupa pembekalan tugas pengamatan peserta di lapangan Pertama, Penyelesaian administrasi kunjungan lapangan, yang menjadi tugas Penyelenggara/Diklat mencakup: perijinan untuk meninjau fasilitas WtE ke Pemerintah Daerah setempat maupun ke pengelola fasilitas WtE. Kedua, pembekalan tugas pengamatan lapangan kepada Peserta; dimaksudkan membantu peserta agar lebih berkonsentrasi dalam malaksanakan pengamatan penyelenggaraan permukiman di lokasi. Peserta dibagi ke dalam 4 (empat) kelompok tugas (perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian) untuk memudahkan pelaksanaan belajar di lapangan. 18| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar BAB 3 KUNJUNGAN LAPANGAN 19 KUNJUNGAN LAPANGAN A Indikator Keberhasilan Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat melaksanakan kunjungan lapangan ke fasilitas WtE supaya mampu memahami dan mempelajari pengolahan sampah yang menggunakan konsep WtE. B Penjelasan Teknis Kunjungan Lapangan Kunjungan lapangan, atau field visit merupakan merupakan salah satu metoda belajar yang dilakukan di luar ruang kelas; untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang tidak dapat dilakukan hanya dengan cara membaca, tutorial atau penjelasan di dalam ruang kelas saja. (Bryan Meyers and Linda Jones)4 Kunjungan lapangan yang dilakukan dalam pelatihan Pengolahan Sampah dengan Konsep Waste to Energy ini bertujuan untuk mengamati, menemukenali permasalahan misalnya: - - Apakah proses penyelenggaraan pengolahan sampah dengan konsep WtE sudah berjalan dengan baik? Siapa saja pelaku-pelaku (stakeholder) yang terlibat dalam penyelenggaraan pengembangan fasilitas WtE? Apakah berbagai macam stakeholder terkait mengetahui dan memahami peran dan keterlibatan masing-masing dalam pengembangan fasilitas WtE? Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan fasilitas WtE? Bagaimana pemanfaatan produk yang dihasilkan dari fasilitas WtE? dan banyak lagi pertanyaan yang memerlukan jawaban yang tepat, yang hanya diperoleh dengan melalui pengamatan langsung di lapangan. Sebagai suatu metoda latihan, kunjungan lapangan mempunyai beberapa kelebihan: pengalaman langsung di dunia nyata; meningkatkan wawasan pengetahuan; meningkatkan kerjasama dalam saling menukar pengalaman dan 4 Brian Myers and Linda Jones; Effective Use of Field Trips in Educational Programming: A Three Stage Approach; 2015(reviewed). http//edis.ufl.edu 20| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar hasil pengamatan; dimana hal tersebut dapat memperkaya proses belajar. Dilain pihak, terdapat tantangan dalam menggunakan metoda ini yang harus diatasi antara lain: diperlukan persiapan yang matang; diperlukan biaya transport; diperlukan proses koordinasi, perijinan dengan instansi terkait lain untuk memperoleh lokasi kunjungan yang menjadi obyek studi. Terdapat 3 (tiga) tahap penting agar kunjungan lapangan dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang optimal dalam proses belajar5 yaitu : pre-Trip; Trip; Post Trip. (Persiapan Kunjungan – Pelaksanaan Kunjungan – Pasca kunjungan). 1. Tahap persiapan (pre-trip); Pada tahap yang paling penting adalah penyelesaian administrasi kunjungan/perjalanan dan pembekalan tugas ketika di lapangan. Pembekalan tugas ini merupakan hal sangat penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran. (mohon lihat pembahasan sebelumnya: pembagian kelompok dan tugas pada Persiapan Kunjungan). 2. Tahap pelaksanaan trip - kunjungan; Merupakan tahap terpenting dalam kunjungan lapangan, menentukan berhasil atau tidaknya kunjungan lapangan/field trip. Ada dua pelaku utama yang menentukan keberhasilan acara ini; yaitu peran aktif peserta dan pembimbing/fasilitator: - Peserta diharapkan secara aktif menyelesaikan agenda pengamatan yang telah disusunnya secara lengkap; dan - Fasilitator mengamati, membantu dengan memberi petunjuk terhadap point – point penting yang perlu dicermati yang terkait dengan pencapaian tujuan latihan. (uraian detail pelaksanaan kunjungan – trip; mohon periksa pembahasan sub bab selanjutnya). 3. Tahap post trip – pasca kunjungan; Merupakan langkah penutup dari rangkaian acara kunjungan berisi semacam rangkuman, konsolidasi dari pengalaman dan temuan selama kunjungan. Peserta diharapkan dapat merangkum seluruh pengalaman dan temuan dalam laporan hasil kunjungan; untuk pelatihan Pengolahan Sampah dengan Konsep Waste to Energy ini laporan kunjungan lapangan disusun menurut kelompok tugas yang sudah ditentukan, yakni perencanaan, 5 Brian Myers and Linda Jones, op cit 21 pembangunan, pengoperasian dan pengendalian. Laporan ini kelak akan menjadi bahan dalam kelas seminar pada sessi berikutnya. (secara detil format laporan seminar mohon periksa pada bab Seminar) Selain hal yang bersifat materi pokok, peserta pelatihan diberi kesempatan untuk memberi masukan, atau evaluasi terhadap penyelenggaraan kunjungan lapangan secara keseluruhan dari awal hingga akhir kunjungan. Dengan demikian acara kunjungan lapangan, field trip, dapat lebih baik lagi; dan menjadi kesatuan yang mendukung proses belajar dalam pelatihan. C Pelaksanaan Kunjungan Lapangan Pelaksanaan kunjungan lapangan merupakan, atau trip , merupakan kegiatan inti, yang sangat penting, yang menetukan keberhasilan pencapaian sasaran mata pelatihan kunjungan lapangan, yang merupakan bagian dari pelatihan penyelenggaraan kawasan permukiman. Keberhasilan pelaksanaan kunjungan lapangan ini tergantung kepada 2 (dua) pelaku yaitu: peran aktif peserta latihan dan fasilitator latihan. Secara Garis besar, teknis pelaksanaan kunjungan meliputi urutan langkah/tahapan sebagai berikut: 1. Keberangkatan dari Kampus Diklat ke instansi terkait atau fasilitas WtE (misalnya: Bappeda, dinas PU, dinas LH, Landfill gas, Anaerobic Digester, Refuse Derived Fuel, Incinerator dll) 2. Pertemuan dan briefing singkat oleh pengelola fasilitas WtE dan/atau Pemda, difasilitasi oleh fasilitator 3. Menuju ke fasilitas pengolahan sampah dengan konsep WtE yang pertama (misal landfill gas di TPA) a. Briefing singkat oleh pelaku/pengelola di lapangan dan tanya jawab – difasilitasi fasilitator b. Pelaksanaan pengamatan/observasi dan wawancara dilaksanakan oleh peserta latihan; sedangkan fasilitaror memonitor dan membantu 4. Ishoma (istirahat, sholat, makan) 22| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar 5. Bila memungkinkan, kunjungan lapangan dapat dilanjutkan menuju lokasi 2 fasilitas pengolahan sampah dengan konsep WtE (misal Anaaerobic Digester) a. Briefing singkat oleh pengelola fasilitas WtE di lapangan dan tanya jawab difasilitasi oleh fasilitator b. Pelaksanan pengamatan/observasi dan wawancara dilakukan oleh peserta 6. Kembali ke kampus diklat. Beberapa catatan dalam pelaksanaan kunjungan lapangan dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Keberangkatan dari kampus diklat : Peserta latihan dilepas keberangkatan dari kampus diklat yang sebelumnya diberikan pengarahan oleh pejabat Diklat, atau panitia penyelenggara agar memanfaatkan Kunjungan Lapangan ini untuk mencapai tujuan pelatihan, yakni memperluas wawasan, serta mengikuti seluruh proses pembelajaran dengan sebaik – baiknya. Menjaga sikap dan berperilaku yang patut selama kunjungan lapangan berlangsung. 2. Pertemuan pertama dengan Pengelola fasilitas WtE dan/atau Pemda : Merupakan pertemuan penerimaan seluruh tim peserta dan penyelenggara dengan pihak Pemda. Wakil diklat, ketua rombongan/fasilitator pelatihan menyampaikan maksud dan tujuan Kunjungan Lapangan dan rancangan acara kunjungan lapangan. Pihak pengelola dan/atau Pemda sebagai tuan rumah menyampaikan penerimaan kunjungan, dan dilanjutkan dengan penjelasan umum terkait dengan tahapan perencanaan, dan pengoperasian fasilitas WtE serta permasalahan dan tantangan yang dihadapi hingga sekarang. Dilanjutkan dengan persiapan menuju lokasi. Pertemuan diakhiri dengan ucapan terima kasih dan penyampaian cindera mata rombongan diwakili oleh fasilitator pelatihan 3. Di lokasi kunjungan lapangan/lokasi studi : Peserta melaksanakan tugasnya menggali informasi, pengamatan aspek peyelenggaraan fasilitas WtE di lokasi, diawali dengan penjelasan teknis dan non-teknis terkait penyelenggaraan fasilitas WtE, mulai dari perencanaan, konstruksi, pengoperasian, dan pengendalian fasilitas WtE 23 oleh narasumber/pendamping lapangan/pelaku yang terlibat langsung dengan penyelenggaraan fasilitas WtE di lokasi, selanjutnya peserta berinteraksi/wawancara/diskusi dengan berbagai pelaku penyelenggaraan fasilitas WtE (pengelola, Pemda, Fasilitator). Peserta diberi kesempatan menggali informasi, data terkait perencaanaan, pembangunan, pengoperasian, dan pengendalian; sesuai dengan kelompoknya. Pelaksanaan observasi lapangan; peserta melakukan survei dan wawancara (mandiri dengan pendamping) mengamati berbagai objek di lapangan, termasuk membuat sketsa atau dokumentasi (bila memungkinkan/diizinkan oleh pengelola). 4. Kembali ke kampus diklat. Terkait dengan fasilitas pengolahan sampah yang menggunakan konsep WtE maka ada beberapa alternatif lokasi yang disesuaikan dengan lokasi pelaksanaan pelatihan ini. Beberapa alternatif tersebut antara lain: A. Pelaksanaan pelatihan di sekitaran Jakarta; Alternatif fasilitas WtE yang mungkin bisa dikunjungi, antara lain: 1. TPA Bantar Gebang, di Kota Bekasi; merupakan fasilitas WtE yang merepresentasikan konsep WtE yang dibangun oleh swasta sebagai pengelola TPA yang selanjutnya dioperasikan oleh Pemda. TPA Bantar Gebang telah mengaplikasikan teknologi landfill gas menjadi listrik. Informasi menarik yang dapat diperoleh, antara lain: latar belakang pemanfaatan landfill gas oleh swasta, teknologi ekstraksi dan pemanfaatan landfill gas, luas lahan landfill yang terpasang pipa landfill gas, sistem penyaluran landfill gas, efisiensi pembangkitan listrik, pencatatan dan pemanfaatan listrik yang dihasilkan, aspek K3 di ruang genset, dll. 2. Diharapkan di tahun 2019, di lokasi yang sama, yaitu TPA Bantar Gebang, akan mulai dilakukan pilot project fasilitas WtE yang menggunakan Incinerator yang merupakan kerjasama dengan BPPT. Informasi menarik yang dapat diperoleh, antara lain: latar belakang ide aplikasi incinerator, proses secara keseluruhan yang dilakukan dengan incinerator, teknologi penyiapan umpan, luas lahan yang digunakan, teknologi incinerator dan sistem pengendalian pencemaran udara, pengendalian potensi dampak negatif terhadap 24| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar lingkungan, proses dan teknologi penanganan by product (lindi, abu terbang/fly ash dan abu dasar/bottom ash), efisiensi mesin pembangkitan listrik, pencatatan dan pemanfaatan listrik yang dihasilkan, aspek K3 di fasilitas incinerator, dll. B. Pelaksanaan pelatihan di sekitaran Surabaya/Malang 1. TPA Benowo, Surabaya; merupakan fasilitas WtE yang merepresentasikan konsep WtE yang dibangun oleh swasta sebagai pengelola TPA yang mengimplementasi konsep KPBU. TPA Benowo telah mengaplikasikan teknologi landfill gas menjadi listrik dan telah menjual produk listriknya ke PLN. Informasi menarik yang dapat diperoleh, antara lain: latar belakang pemanfaatan landfill gas oleh swasta, pentahapan mekanisme KPBU, teknologi ekstraksi dan pemanfaatan landfill gas, luas lahan landfill yang terpasang pipa landfill gas, sistem penyaluran landfill gas, efisiensi pembangkitan listrik, pencatatan dan pemanfaatan listrik yang dihasilkan, aspek K3 terutama di ruang genset, sharing dan mekanisme pembayaran tipping fee oleh Pemda ke pengelola/swasta, dll. Direncanakan pada tahun 2020 di TPA Benowo juga akan dioperasikan fasilitas Gasifikasi sebagai salahsatu kesepakatan antara swasta dan Pemda, sehingga akan lebih banyak lagi pengalaman lapangan yang dapat diperoleh oleh peserta pelatihan. 2. TPA Pujon, Kabupaten Malang; merupakan fasilitas WtE yang merepresentasikan konsep WtE yang dibangun oleh Pemda dan bantuan beberapa hibah dari dalam maupun luar negeri. Berbeda dengan TPA Benowo, TPA Pujon sebenarnya juga mengaplikasikan teknologi landfill gas tetapi pemanfaatannya untuk bahan bakar memasak bagi masyarakat sekitar TPA sebagai salahsatu bentuk kompensasi penggunaan lahan sebagai TPA. Masyarakat bisa memanfaatkan landfill gas tersebut secara gratis. Landfill gas ditangkap dari landfill melalui sistem penangkapan/ekstraksi gas, dan disalurkan melalui perpipaan ke sekitar 250 rumah di sekitar lokasi TPA. Informasi menarik yang dapat diperoleh, antara lain: latar belakang pemanfaatan landfill gas oleh Pemda, teknologi ekstraksi dan penyaluran dan pemanfaatan landfill gas di rumah-rumah, luas lahan landfill yang terpasang pipa landfill gas, efisiensi pemanfaatan 25 landfill gas sebagai pengganti LPG, aspek K3 terutama di sistem penyaluran landfill gas dan pemanfaatannya di rumah-rumah penduduk, dll. C. Pelaksanaan pelatihan di sekitaran Bali 1. Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) di Kabupaten Klungkung; merupakan fasilitas WtE yang merepresentasikan konsep WtE yang dibangun oleh pemda bekerjasama dengan dunia pendidikan untuk memproduksi briket atau RDF (Refuse Derived Fuel) yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar/umpan di fasilitas gasifikasi untuk menghasilkkan listrik. Karena skalanya yang masih relatif kecil (skala kelurahan) maka listrik yang dihasilkan masih terbatas untuk kebutuhan internal fasilitas. Informasi menarik yang dapat diperoleh, antara lain: latar belakang ide fasilitas TOSS, pemilahan sampah untuk umpan, proses penyiapan umpan (melalui semi pengomposan dengan kotak bambu), pencacahan semi kompos, pencampuran semi kompos dengan perekat untuk membentuk briket/RDF, pembangunan dan pengoperasian fasilitas TOSS, teknologi pemanfaatan briket (teknologi gasifikasi), luas lahan yang digunakan, efisiensi pembangkitan listrik, aspek K3 terutama di tahapan pembuatan dan pemanfaatan briket, besaran pembiayaan yang dibutuhkan, dll. 2. Saat modul ini disusun, TPA Suwung yang merupakan TPA Regional Sarbagita melayani Denpasar, Bangli, Gianyar, dan Tabanan sedang dilakukan renovasi besar-besaran, termasuk rencana pemanfaatan landfill gas, sehingga akan lebih banyak lagi pengalaman lapangan yang dapat diperoleh oleh peserta pelatihan. D Rangkuman Pelaksanaan trip - kunjungan, yang berisi kegiatan pengamatan di lapangan; merupakan tahap terpenting dan menjadi penentu berhasil atau tidaknya acara kunjungan lapangan/field trip. Ada dua pelaku utama yang menentukan keberhasilan acara ini; yaitu peran aktif peserta dan pembimbing/fasilitator. Peran aktif peserta, diartikan sebagai seluruh kegiatan menyelesaikan tugas pengamatan yang telah disusunnya dengan menggunakan berbagai cara; wawancara dengan pelaku pembangunan, observasi prasarana dan sarana hasil pembangunan, pengambilan foto/gambar secara lengkap dan lain sebagainya 26| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar Peran dan tugas fasilitator juga dituntut akti dalam mengamati, membantu dengan memberi petunjuk terhadap point – point penting yang perlu dicermati yang terkait dengan pencapaian tujuan latihan. Peran aktif kedua pihak tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu gambaran mengenai penyelenggaran pengolahan sampah dengan konsep WtE di fasilitas yang dikunjungi; dari segi keberhasilannya maupun hambatan dan tantangan yang dihadapi. 27 28| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar BAB 4 SEMINAR 29 SEMINAR A Indikator Keberhasilan Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menyiapkan bahan presentasi seminar. B Penjelasan Maksud dan Tujuan Seminar Seminar adalah sebuah tempat untuk menyampaikan suatu pendapat atau karya ilmiah, juga menggodok ide yang dipresentasikan kepada peserta yang kemudian dibahas, yang pada akhirnya dapat diambil keputusan yang sama yang lebih baik dari karya ilmiah, atau gagasan yang disampaikan tersebut. Seminar bukanlah tempat untuk membenarkan pendapat diri sendiri. Seminar yang dilakukan dalam pelatihan pengolahan sampah dengan konsep WtE ini dimaksudkan untuk membahas hasil peninjauan lapangan yang mengamati penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE dari aspek perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian. Karya tulis ini merupakan laporan yang disusun secara tim peserta. Sasaran seminar adalah; melalui seminar ini karya tulis dari keempat tim tersebut dipresentasikan kehadapan peserta dan narasumber yang selanjutnya diharapkan memperoleh masukan dari seluruh peserta seminar, sehingga menghasilkan masukan teknis kebijakan penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE yang makin baik lagi. Seminar yang dilakukan ini adalah dalam konteks latihan, yang lebih menitikberatkan pada proses pertukaran ide/gagasan, kemampuan presentasi, serta keterlibatan peserta dalam proses belajar. Yang penting adalah memperluas wawasan dan dapat menerima ide - ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. C Penjelasan Teknis Penyusunan Laporan dan Presentasi Seminar 1. Penyusunan Laporan Hasil pengamatan, pengalaman temuan dari kunjungan lapangan, (aspek perencaanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian) yang 30| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar dilengkapi dengan pengetahuan yang diperoleh di kelas, selanjutnya dituangkan dalam laporan (singkat) kunjungan lapangan dan power point untuk presentasi dalam seminar. Format laporan terdiri dari 4 Bab: (tema disesuaikan kelompoknya) a. Bab I Pendahuluan: ( latar belakang masalah; tujuan) b. Bab II Hasil Pengamatan, Pemeriksaan, rumusan masalah (aspek rencana; pembangunan, pemanfaatan, pengendalian). Bab ini merupakan bab penting, karena berisi temuan, permasalahan, hambatan yang dihadapi penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE di lokasi kunjungan; dan dilengkapi dengan pengetahuan yang diberikan di kelas. c. Bab III Konsep Masukan Teknis, berisi ide, gagasan, usulan dari masing aspek; untuk mewujudkan penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE menjadi lebih baik dari aspek perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dn pengendalian. d. Bab IV Langkah tindak lanjut dan kesimpulan. (laporannya sedapat mungkin dilengkapi gambar foto, peta, tabel, sketsa dan lain-lain). 2. Presentasi Seminar Merupakan ajang untuk menyampaikan ide, gagasan, masukan kebijakan yang sudah merupakan konsolidasi hasil temuan lapangan dan teori, pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Di samping itu seminar ini juga sebagai ajang latihan presentasi dan tukar/sharing pendapat/argumen sehingga dihasilkan gagasan, masukan kebijakan yang lebih baik, lengkap yang disepakati sebagai hasil seminar. Langkah langkah persiapan seminar dan pelaksanaannya secara garis besar sebagai berikut: a. Masing-masing kelompok menyiapkan bahan presentasi sesuai kelompok yang telah ditentukan (perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian) a. Garis besar outline presentasi: b. Pendahuluan, latar belakang, tujuan pelatihan 31 c. Eksisting, hasil pengamatan,rumusan permasalahanyang dihadapi dilapangan dari aspek perencanaan, pembangunan, pemanfatan dan pengendalian. d. Gagasan, masukan teknis e. Penutup, tindak lanjut b. Tiap kelompok menunjuk moderator dan pembicara (bisa lebih dari 1 orang) c. Anggota kelompok harus aktif dalam tanya-jawab/diskusi. Moderator bertugas memberikan giliran anggota kelompok untuk menjawab D Pelaksanaan Seminar 1. Pelaksanaan Seminar a. Pembukaan oleh moderator b. Penyajian/presentasi oleh anggota yang ditugaskan kelompok (per kelompok 20 menit) c. Tanya jawab, diatur oleh moderator untuk 3 kelompok lainnya, bergiliran (per kelompok 15 menit) d. Ulasan substansi oleh fasilitator dan narasumber (10 menit) e. Penutup, dan giliran kelompok selanjutnya 2. Penilaian Presentasi Penilaian dilakukan oleh fasilitator/tim penilai. Komponen penilaian meliputi: a. Sistematika tayangan dan kelengkapan data/data penunjang/gambar, dan sebagainya b. Sistematika presentasi, sikap dan cara penyampaian c. Rumusan permasalahan yang di temui di lapangan dari masing – masing aspek penyelenggaraan permukiman d. Gagasan yang inovatif e. Penggunaan alat bantu (laser pointer, video, foto dan sebagainya) f. Keaktifan peserta, membangkitkan minat g. dan sebagainya 32| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar E Rangkuman Seminar yang dilakukan dalam pelatihan ini merupakan ajang menyampaikan ide, gagasan, masukan kebijakan penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE. Seminar ini diharapkan dapat membantu peserta meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi masalah, merumuskan secara sistematis dari aspek penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE (perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian) yang ditemukan di lapangan; serta mempresentasikan suatu gagasan dengan lebih tajam dan sistematis. Selain itu dalam seminar ini peserta saling mendapat masukan terhadap aspek penyelenggaraan permukiman; sehingga dihasilkan ide, gagasan yang lebih lengkap dalam penyelenggaraan permukiman dari aspek: perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian. 33 34| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar BAB 5 PENUTUP 35 PENUTUP A Simpulan 1. Kegiatan kunjungan lapangan diharapkan dapat membantu peserta meningkatkan kepekaan dan menemukenali persoalan dan hambatan penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE di lapangan; dan membandingkan sejauh mana pengetahuan yang didapatkan di kelas dapat diimplementasikan di lapangan. 2. Melalui kegiatan seminar peserta diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan merumuskan masalah yang ditemui serta mengaktualisasikan ide agasan, masukan teknis dengan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh selama pembelajaran di kelas maupun pada saat kunjungan lapangan. 3. Selanjutnya melalui pelaksanaan kunjungan lapangan dan seminar tersebut diharapkan dapat membangkitkan prakarsa peserta dalam penyiapan kebijakan, program dan kegiatan yang terkait dengan bidang penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE. B Tindak Lanjut Peningkatan pengetahuan dan keterampilan penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE, tidaklah sebatas melalui pelatihan ini saja; peserta diharapkan terus mengembangkannya juga setelah berakhirnya pelatihan ini. Penyediaan dan pengelolaan fasilitas WtE dalam suatu sistem pengelolaan sampah suatu kota akan semakin berkembang seiring dengan peningkatan timbulan sampah dan adanya peningkatan kebutuhan akan sumber energy terbarukan terutama untuk pembangkitan listrik di masyarakat. Penyempurnaan dan perbaikan modul pelatihan ini cukup terbuka lebar untuk menerima masukan dan saran demi memenuhi kebutuhan pelatihan di kemudian hari. 36| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar DAFTAR PUSTAKA Undang Undang No. 8 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Peraturan Pemerintah No. 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. --- artikel , Wikipedia, Fields Trip; https://en.wikipedia.org/wiki/field_trip ---artikel, Satyaningdharma. Blogspot.co.id/2015/05/pengertian seminarpendidikan.hmtl ---artikel, Prem Limbu, Field Trip strategy, eprogressiveportofolio.blogspot.co.id/2012/06/fieldtrip-strategy.hmtl --artikel—Brian Myers and Linda Jones; Effective Use of Field Trips in Educational Programming: A Three stage approah; http//edis.ifas.ufl.edu/pdf files/WC/WC05400.pdf 37 38| Modul 14 – Kunjungan Lapangan dan Seminar