Uploaded by User4409

Tugas Final Metodologi Penelitian

advertisement
Proposal Penelitian
Analisis Teknologi Pengolahan Sampah Dengan Proses Hirarki Analitik
Dan Metode Valuasi Kontingensi. (Studi Kasus : Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan).
RISMAULI SIMANJUNTAK
P032181007
PRODI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Abstrak
Persampahan merupakan isu penting dalam masalah lingkungan perkotaan
yang dihadapi sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan
aktivitas
pembangunan.
Peningkatan
volume
sampah
berkembang
secara
eksponensial yang belum dibarengi dengan peningkatan pendapatan pemerintah
daerah yang sepadan untuk pengelolaan sampah kota. Adanya permasalahan
dalam persampahan di Kota Makassar, maka dipandang perlu untuk melakukan
peneitian tentang penentuan alternative teknologi pengolahan sampah yang
sebaiknya diterapkan di Kota Makassar untuk menggantikan peran TPA, serta
melakukan analisis besarnya tarif retribusi yang bersedia dibayar masyarakat di Kota
Makassar dalam mendukung kegiatan pengolahan sampah. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis pendapat para stakeholder mengenai skala prioritas
penerapan teknologi pengolahan sampah di Kota Makassar dan mengestimasi nilai
willingness to pay (WTP) masyarakat untuk peningkatan pelayanan pengolahan
sampah di Kota Makassar dengan masing-masing alternatif teknologi pengolahan
sampah. Tujuan berikutnya adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan membayar masyarakat untuk masing-masing alternatif teknologi sampah.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjadi suatu bahan
masukan atau evaluasi bagi pemerintah Kota Makassar dan masyarakat dalam
upaya penerapan teknologi pengolahan sampah terhadap lingkungan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan pembangunan wilayah perkotaan di Indonesia,
diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan
anggapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Kota Makassar merupakan
kota yang pembangunannya meningkat setiap tahun. Peningkatan pada daerah
perkotaan di kota Makassar memicu meningkatnya aktifitas penduduk pada semua
sector baik perumahan, industry, perdagangan maupun sektor lainnya.
Hal ini
tentunya sangat berdampak pada peningkatan jumlah penduduk kota yang juga
sebanding dengan limbah yang dihasilkan. Namun, tidak disertai secara langsung
dengan penyediaan sarana dan prasarana yang tidak sebanding oleh pemerintah,
akibatnya pelayanan yang tidak ada tidak maksimal dan terjadi penurunan kualitas
lingkungan, khususnya pada permasalahan pengangkutan sampah kota. Untuk
menanggulangi permasalahan ini, sangat dibutuhkan peranan pemerintah yang
didukung oleh kepedulian masyarakat kota setempat. Hingga saat ini sampah masih
menjadi masalah serius di berbagai kota besar di Indonesia.
Persampahan merupakan isu penting dalam masalah lingkungan perkotaan
yang dihadapi sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan
aktivitas
pembangunan.
Peningkatan
volume
sampah
berkembang
secara
eksponensial yang belum dibarengi dengan peningkatan pendapatan pemerintah
daerah yang sepadan untuk pengelolaan sampah kota.
Data laporan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan Kota Makassar yang dikeluarkan oleh Biro Bina Lingkungan Hidup
Pemerintah Provinsi Sulsel (2017) menunjukkan bahwa beban sampah di kota di
wilayah Makassar sebesar 5.931,40 m3/hari, sedangkan volume
sampah yang
tertangani hanya 5.623,61 m3/hari. Dari sini terlihat bahwa di kota Makassar masih
terdapat sampah yang tidak terangkut ke TPS sebesar 30.779 m3/hari.
Sampah adalah barang atau benda yang telah habis nilai manfaatnya.
Defenisi ini menimbulkan kesan negatif yang menjadikan sampah dipandang
sebagai benda yang harus segera disingkirkan dari halaman rumah apapun caranya.
Tentu paradigma tentang pengertian sampah ini harus diubah agar masyarakat
memiliki
kesadaran
untuk
mengelola
sampahnya
masing-masing
sehingga
permasalahan lingkungan karena sampah dapat terminimalisir. Kholil (2004) dalam
Saribanon (2009) mengemukakan bahwa pengelolaan sampah di masa yang akan
datang perlu lebih dititikberatkan pada perubahan cara pandang dan perilaku
masyarakat
dan
lebih
mengutamakan
keterlibatan
masyarakat
dalam
pengelolaannya (bottom-up) sebab terbukti pendekatan yang bersifat top-down tidak
berjalan secara efektif.
Volume sampah yang besar dan beranekaragaman jenisnya jika tidak
dikelola dengan baik dan benar sangat berpotensi menimbulkan berbagai
permasalahan lingkungan yang kompleks dan serius, antara lain: 1) pencemaran air
oleh “lindi” (leachate) yang keluar dari tumpukan sampah dan mengalir menuju
badan perairan ataupun meresap ke dalam tanah; 2) pencemaran udara karena
adanya gas metana, salah satu jenis gas rumah kaca, yang keluar dari tempat
penimbunan akhir sampah akibat proses pemgiuraian bahan organic secara
anaerobic; 3) sampah merupakan habitat berkembangnya bakteri pathogen seperti
Salmonella typhosa, Entamoeba coli, Vibrio cholera, Shigella dysentriae, Entamoeba
histolytica, dan lain-lain yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia; 4)
menrunkan nilai estetika lingkungan; dan 5) mengurangi kenyamanan lingkungan.
Meningkatnya jumlah sampah saat ini disebabkan oleh tingkat populasi dan
standar gaya hidup, yaitu semakin maju dan sejahtera kehidupan seseorang maka
semakin tinggi jumlah sampah yang dihasilkan (El Haggar, 2007). Peningkatan
jumlah sampah terjadi seiring deret ukur sedangkan ketersediaan lahan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah mengikuti deret hitung. Hal ini mengakibatkan
lahan TPA memiliki umur yang pendek karena tidak mampu lagi menampung
sampah yang ada. Rendahnya teknologi yang dimiliki dan lemahnya infrastruktur
menimbulkan permasalahan sampah yang cukup rumit terutama di Negara
berkembang
seperti
Indonesia.
Pemerintah selaku
stakeholder mempunyai
kewajiban untuk menerapkan sisterm pengelolaan sampah yang efektif dalam
mengatasi permasalahan sampah. Selain itu, peran serta masyarakat juga
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah tersebut karena kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap masalah akibat keberadaan sampah mempunyai
andil besar dalam memperburuk tata kelola sampah.
Azwar (1990) mengemukakan bahwa pengolahan sampah adalah suatu
perlakuan terhadap sampah yang bertujuan untuk memperkecil atau menghilangkan
beberapa yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam ilmu kesehatan lingkungan,
suatu tindakan pengolahan sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak
menjadi tempat perkembangbiakan bibit penyakit serta tidak menjadi perantara
penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah tidak
mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau, dan tidak menimbulkan
kebakaran.
Dalam pengelolaan sampah terdapat faktor-faktor sosial masyarakat yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat. Menurut Yuliani dkk (2012), faktor-faktor
sosial masyarakat yang mempengaruhi pengelolaan sampah di Kota Makassar yang
terletak provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia adalah faktor umur, pendidikan, tingkat
pendapatan, pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga. Semakin tinggi pendidikan
dan penghasilan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran
masyarakat
terhadap
pentingnya
kebersihan
lingkungan.
Riswan
(2011),
mengemukakan bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, keluarga, perilaku
terhadap kebersihan lingkungan, pengetahuan tentang peraturan persampahan dan
kesediaan membayar retribusi sampah berkorelasi positif dengan cara pengelolaan
sampah rumah tangga di Kota Makassar..
Masalah pengolahan sampah berkaitan erat dengan teknologi yang
digunakan. Menurut Yogiesti dkk (2010), berdasarkan hasil analisis Multidimensional
Scaling
(MDS)
menghasilkan
jenis
pengolahan
sampah
terpadu
berbasis
masyarakat Kota Kediri yaitu composting dan daur ulang kertas. Surjandari dkk
(2009), berdasarkan hasil analisis menyatakan bahwa baik dengan sistem dinamis
maupun dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan benefit-cost ratio (B/C),
maka pengelolaan sampah di DKI Jakarta perlu dilakukan secara bertahap, pertama
adalah dengan pengomposan dan kemudian dengan incinerator.
Sehubungan dengan pengolahan sampah masyarakat Kota Makassar
dipungut biaya retribusi kebersihan oleh pihak pemerintah kota, yang salah satunya
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan pengolahan sampah. Umumnya tarif
retribusi ditentukan oleh Pemerintah Kota Makassar melalui Peraturan Walikota
Makassar No. 56 Tahun 2015. Berkenaan dengan penentuan tarif retribusi
kebersihan, masyarakat sebagai obyek yang terkena dampak kebijakan belum
dimintai pendapatnya mengenai berapa sesungguhnya tarif retribusi yang bersedia
dibayarkan guna mendukung kegiatan pengolahan sampah, yang salah satunya
terkait dengan input teknologi.
Salah satu hal yang paling penting diperhatikan dalam penentuan teknologi
pengolahan sampah adalah keterkaitan antar stakeholder. Oleh karena itu,
penelitian ini mencoba mengintegrasikan proses hirarki analitik (AHP) dengan
metode valuasi kontingensi (Contingent Valuation Method, CVM) untuk menentukan
teknologi pengolahan sampah dalam kerangka keterkaitan antar stakeholder. Proses
hirarki analitik digunakan sebagai kerangka pendekatan dalam mengakomodasikan
berbagai pandangan stakeholder dalam menentukan teknologi pengolahan sampah
yang sebaiknya diterapkan di Kota Makassar, sedangkan metode valuasi
kontingensi
sebagai
kerangka
pendekatan
dalam
menganalisis
kesediaan
masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan yang salah satunya untuk
mendukung kegiatan pengolahan sampah (Chamdra dkk., 2015).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan
peneitian tentang penentuan alternative teknologi pengolahan sampah yang
sebaiknya diterapkan di Kota Makassar untuk menggantikan peran TPA, serta
melakukan analisis besarnya tarif retribusi yang bersedia dibayar masyarakat di Kota
Makassar dalam mendukung kegiatan pengolahan sampah.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pendapat para stakeholder mengenai skala prioritas penerapan
teknologi pengolahan sampah di Kota Makassar ?
2) Bagaimana hasil estimasi nilai willingness to pay (WTP) masyarakat untuk
peningkatan pelayanan pengolahan sampah di Kota Makassar dengan
masing-masing alternatif teknologi sampah ?
3) Bagaimana hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan
membayar masyarakat untuk masing-masing alternatif teknologi sampah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pendapat para stakeholder mengenai skala prioritas penerapan
teknologi pengolahan sampah di Kota Makassar.
2. Menganalisis kesediaan masyarakat Kota Makassar untuk membayar tariff
retribusi kebersihan dalam rangka mendukung kegiatan pengolahan sampah
di wilayahnya.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Suku Dinas
Kebersihan Kota Makassar karena dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan
dalam merumuskan kebijakan dalam pengolahan sampah, khususnya penentuan
teknologi yang sebaiknya diterapkan untuk kegiatan pengolahan sampah di Kota
Makassar serta penentuan besarnya taris retribusi yang berbasiskan kesediaan
masyarakat untuk membayar. Disamping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang menghadapi masalah relative sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Pendahuluan
Studi tentang sampah telah banyak dilakukan orang dengan berfokus pada
kajian pengelolaan sampah, analisis keragaan ekonomi dan kelembagaan pengelola
sampah, pencemar yang diakibatkan oleh sampah, dan lain-lain. Seperti penelitian
yang telah dilakukan oleh Mandailing, dkk (2001) tentang pasrtisipasi para pedaganf
dalam menjalankan program kebersihan dan pengelolaan sampah pasar yang
mengambil studi kasus di Kota Bogor. Peneliti mencapai tujuannya dengan
melakukan survey terhadap 90 pedagang (responden) dengan variable yang
diperhatikan adalah karakteristik pedagang dan factor-faktor yang mempengaruhi
tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah pasar.
Suhartini (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh keberadaan TPA
sampah terhadap
kualitas air sumur di sekitar daerah Piyungan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui cara operasional pengelolaan sampah di TPA Piyingan
dan mengetahui dampak operasional pengelolaan sampah di TPA Piyungan
terhadap kualitas air sumur penduduk di sekitarnya. Metoda yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah observasi, wawancara mendalam dan analisis kualitas air
di Laboratorium. Selanjutnya hasil uji kualitas akhir dianalisis secara deskriptif
dengan membandiingkan Baku Mutu Kualitas air.
Penelitian yang dilakukan oleh Manik dkk (2015) sistem pengelolaan sampah
di pulau Bunaken. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis dan sumber
sampah yang dapat di Pulau Bunaken dan menganalisa sistem pengelolaan sampah
di Pulau Bunakeb. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif
kualitatif
dan
analisa
menggunakan
pendekatan
kuantitatif,
karena
dalam
pelaksanannya meliputi data, analisis data dan interpretasi.
Studi penelitian yang dilakukan oleh Nudiana dkk (2015) tentang studi
kualitatif pengelolaan sampah di kecamatan Banyumanik kota Semarang bertujuan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis kondisi pengelolaan sampah di Kecamatn
Banyumanik dan mengidentifikasi factor pendorong dan factor penghambat dalam
pengelolaan sampah di Kecamatan Banyumanik. Adapun metoda yang dilakukan
yaitu menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti
bermaksud untuk menggambarkan secara deskriptif bagaimana pengelolaan
sampah di Kecamatan Banyumanik.
Hafiyarto (2011) melakukan penelitian mengenai pengelolaan sampah rumah
tangga di Kecamaan Daha Selatan. Penelitiannya tersebut bertujuan untuk mengkaji
pengelolaan sampah rumh tangga dan factor-faktor yang berkorelasi, serta
merencanakan pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu analitik obervasional.
Tahupiah (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh implementasi
sistem pengelolaan sampah terhadap peningkatan kebersihan lingkungan di
kecamatan Amurang Barat Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui pengaruh adanya sistem pengelolaan sampah terhadap
peningkatan kebersihan lingkungan. Metode yang digunakan yaitu metode survey.
Metode survey adalah penelitian yang diadakan pada suatu populasi.
Syamsuddin., dkk (2002) juga melakukan penelitian tentang pengelolaan
sampah di Kota Ujung Pandang. Dalam penelitiannya digunakan empat factor untuk
menilai keberhasila sistem pengelolaa sampah rumah tangga di Ujung Pandang,
yaitu: partsisipasi masyarakat, persepsi masyarakat, pengelolaan sampah oleh
pemerintah kota, dan peratuan perundang-undangan.
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
menyebutkan bahwa sampah merupakan permasalahan nasional sehingga
pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir
agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Menurut definisi World
Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Dalam Undang - Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis
dan sumber sampah yang diatur adalah :
1. Sampah rumah tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan
sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan
dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan
lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti
pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan,
hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah spesifik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang
karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan
khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan
beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah
yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana,
puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah,
sampah yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan – kegiatan berikut :
1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak
dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang
sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah
di sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur
dalam Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan
sampah ini adalah:
a) Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b) Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
c) Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna ulang
d) Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
e) Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
2. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang
mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis
dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS
atau
tempat
pengolahan
sampah
terpadu),
pengangkutan
(kegiatan
memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengolahan sampah
terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan
jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam
dan pemprosesan aktif
kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil
pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.
2.2 Incenerator (Pembakar Sampah)
Pembakar sampah dengan menggunakan incinerator adalah salah satu cara
pengolahan sampah, baik padat maupun cair. Didalam incinerator, sampah dibakar
secara terkendali dan berubah menjadi gas (asap) dan abu. Dalam proses
pembuangan sampah, cara ini bukan merupakan proses akhir. Abu dan gas yang
dihasilkan masih memerlukan penananan lebih lanjut untuk diberishkan dari zat-zat
pencemar yang terbawa, sehingga cara ini mash merupakan intermediate treatment
(Sidik dkk., 1985).
Salah satu kelebihan incinerator menurut Salvato (1982) adalah dapat
mencegah pencemarn udara dengan syarat incinerator harus beroperasi secara
berkesinambungan selama enam atau tujuh hari dalam seminggu dengan kondisi
temperature yang dikontrol dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara
hingga maencapai tingkat efisiensi, serta mencegah terjadinya pencemaran udara
dan bau.
2.3 Tempat Pembuangan Akhir Sampah (landfill)
Menurut Sidik dkk., (1985), pengolahan sampah metoda pembuangan akhir
dilakukan dengan teknik penimbunan sampah. Tujuan utama penimbunan akhir
adalah menyimpan sampah padat dengan cara-cara yang tepat dan menjamin
keamanan lingkungan, menstabilkan sampah, dan merubahnya kedalam siklus
metabolism alam. Ditinjau dari segi teknis, proses ini merupakan pengisian tanah
dengan menggunakan sampah.
Ada dua teknik yang dikemukakan oleh Slavato (1982) yang termasuk dalam
kategori TPA, yaitu teknik open dumping dan sanitary landfill. Teknik open dumping
adalah cara pembuangan sampah yang sederhana, yaitu sampah dihamparkan
disuatu lokasi dan dibiarkan terbuka begitu saja. Setelah lokasi penuh dengan
sampah, maka ditinggalkan. Teknik ini sering menimbulkan masalah berupa
munculnya bau busuk, menimbulkan pemandangan tidak indah, menajdi tempat
bersarangnya tikus, lalat, dan berbagai kutu lainnya, emnimbulkan bahaya
kebakaran, bahkan seting jga menimbulkan masalah pencemaran air. Oleh karena
itu, teknik open dumping sebaiknya tidak perlu dikembangkan, melainkan diganti
dengan teknik sanitary landfill.
Teknik sanitary landfill adalah cara pembuanagn sampah padat pada suatu
hamparab lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada
perlakuan terhadap sampah. Pada tenik ini sampah dihamparkan hingga mencapai
ketebalan tertentu lalu dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah dan
dipadatkan kembali. Pada bagian atas timbunan tanah tersebut dapat dihamparkan
lagi sampah yang kemudia ditimbun lagi dengan tanah. Demikian seterusnya hingga
terbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Pada bagian dasar dari konstruksi
sanitary landfill dibangun suatu lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa-pipa
pengumpul dan penyalur air lindi serta pipa penyalur gas yang terbentuk dari hasil
penguraian sampah-sampah organic yang ditimbun.
2.4 Proses Hirarki Analitik
Proses Hirarki Analitik atau Analytic Hierarchy Process (AHP) pertama kali
dikembangkan oleh Thomas L.Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas
Pittsburg, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. AHP pada dasarnya didesain untuk
menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan
permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untu sampai pada skala
preferensi diantara berbagai alternative. AHP juga banyak digunakan pada
keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan
prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty,
1993).
2.5 Metode Valuasi Kontingensi
Metode Valuasi Kontingensi (Contingent Valuation Method, CVM) adalah
cara perhitungan secara langsungm, dalam hal ini langsung menanyakan kesediaan
untuk membayar (willingness to pay, WTP) kepada masyarakat dengan titik berat
preferensi individu menilai benda oublik yang penekanannya pada standar nilai uang
(Hanley dan Spash, 1993). Metoda ini memungkinkan semua kpmoditas yang tidak
diperdagangkan di pasar dapat di-estimasi nilai ekonominya. Dengan demikian nilai
ekonomi suatu benda publik dapay diukur melalui konsep WTP.
Kuisioner CVM meliputi tiga bagian, yaitu: 1) penulisan detail tentang benda
yang dinilai, persepsi penilaian benda publik, jenis kesanggupan dan alat
pembayaran; 2) pertanyaan tentang WTP yang diteliti; 3) pertanyaan tentang
karakteristik sosial demografi responden seperti usia, tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, dan lain-lain. Sebelum menyusun kuisioner, terlebih dahulu dibuat
scenario-skenario yang diperlukan dalam rangka membangun suatu pasar hipotesis
benda publik yang menjadi obyej pengamatan, selanjutnya dilakukan pembuktian
pasar hipotesis menyangkut pertanyaan perubahan kualitas lingkungan yang dijual
atau dibeli.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut L
• Identifikasi masalah bidang kebersihan melalui pengumpulan data primer dan
sekunder yang relevan dengan penelitian;
• Melakukan penggalian pendapat kalangan pemerintah, pakar persampahan,
serta orang yang dianggap faham tentang teknologi pengolahan sampah
melalui teknik wawancara dan mengisi kuisioner AHP;
• Melakukan penggalian pendapat masyarakat kota Makassar mengenai :
(a) Persepsinya terhadap kebersihan lingkungan; (b) besarnya uang yang
bersedia dibayarkan untuk mendukung kegiatan pengolahan sampah yang
dikosolidasikan
Suku
Dinas
Kebersihan
Kota
Makassar;
dan
(c)
karakteristik sosial demografi. Penggalian pendapat dilakukan dengan
teknik wawancara dan penyebarab kuisioner. Target responden adalah
masyarakat Kota Makassar yang dikelompokkan ke dalam masyarakat
perumahan tertata, masyarakat perumahan tidak tertata, masyarakat
pedagang kawasan pertokoan, dan masyarakat pedagang kawasan pasar
tradisional.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi/tempat penelitian mencakup seluruh wilayah Kota Makassar.
3.3 Informan Kunci
Ada beberapa kelompok responden atau informan kunci yang akan “dibidik”,
yaitu kalangan aparat pemerintah yang terkait dengan bidang persampahan, pakar
persampahan, serta masyarakat perumahan dan pedagang.
Responden dari kalangan aparat pemerintah dan pakar ditujukan untuk
menggali pendapatnya dalam rangka pemilihan teknologi pengolahan sampah.
Penggalian pendapat ini dilakukan dnegan menerapkan teori AHP. Sedangkan
responden dari kalangan masyarakat perumahan dan pedagang ditujukan agi
penggalian
pendapat
mengenai
persepsi
masyarakat
terhadap
kebersihan
lingkungan, kesediaan membayar retribusi guna mendukung kegiatan pengolahan
sampah, serta karakteristik sosial demografi masyarakat. Penggalian pendapat
masyarakat perumahan dan pedagang dilakukan dengan menerapkan teori CVM.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data diambil dari berbagai sumber, meliputi:
1. Dinas Kebersihan Kota Makassar
▪
Laporan tahunan kegiatan persampahan
▪
Proyek-proyek yang berkaitan dengan kegiatan pegolahan
sampah,
baik
yang
didanai
APBD
maupun
kerjasama
internasional;
▪
Peraturan daerah ataupun surat keputusan gubernur yang terkait
dengan masalah persampahan.
2. Suku Dinas Kebersihan Kota Makassar
▪
Struktur kelembagaan;
▪
Sumber daya manusia yang dimiliki;
▪
Sarana dan prasarana yang dimiliki;
▪
Proyek-proyek yang telah ada;
▪
Dokumen perencanaan yang telah ada;
3. Kantor Walikota Kota Makassar
▪
Data sosial demografi Kota Makassar
▪
Laporan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah (NKLD) Kota
Mkassar beserta peta-petanya;
▪
Peraturan daerah atau surat keputusan walikota yang terkait
dengan sampah.
▪
4. Studi literature, internet, dan sumber lainnya
▪
Definisi tentang landfill, incinerator, dan composting;
▪
Data-data teknis tentang landfill, incinerator, dan composting;
▪
Kebutuhan biaya operasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam studi AHP adalah purposive sampling agar
responden terpilih melakukan key respon. Jumlah responden untuk studi AHP
seluruhnya 26 orang. Penentuan responden dengan memperlihatkan srata dalam
tata pemerintahan, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah provinsi Sulsel, lingkup
pemerintah Kota Makassar, Ilmuwan persampahan, dan LSM yang bergerak
dibidang persampahan.
Metode pengumpulan data untuk melaksanakan studi CVM dilakukan
dengan teknik “stratified random sampling”. Masyarakat yang menjadi responden
dikelompokkan kedalam empat kelompok, yaitu :
a. Masyarakat yang tinggal di pemukiman tertata (kompleks perumahan);
b. Masyarakat yang tinggal di pemukiman tidak tertata (bukan kompleks
perumahan);
c. Masyarakat pedagang dari kawasan pertokoan;
d. Mayarakat pedagang dari kawasan pasar tradisional.
3.6 Analisis Data
Analisis data hasil penelitian mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Analisis data hasil studi AHP digunakan untuk menarik kesimpulan tentang
teknologi pengolahan sampah yang menjadi prioritas untuk diterapkan di
Kota Makassar. Hasil kuisioner setiap responden dianalisis untuk dilihat
tingkat konsistensinta dalam menjawab setiap pertanyaan. Apabila rasio
inkonsistensinya lebih besar dari 0, 1 maka dilakukan revisi pendapat.
Namun jika nilai rasio inkonsistensinya sangat besar, maka responden
tersebut dihilangkan.
b. Analisis persepsi responden terhadap kebersihan lingkungan
Analisis persepsi didasarkan atas kuisioner hasil studi CVM. Kegiatan
analisis menggunakan alat bantu paket program Microsoft Excell.
c. Analisis karakteristik responden
Seperti halnya analisis persepsi, analisis karakteristik responden juga
didasarkan atas hasil studi CVM. Analisis ini juga menggunakan alat bantu
program Microsoft Excell.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A., 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Yayasan Mutiara. Jakarta.
Chamdra, S., Pellokila, M.R., dan Ramang, R., 2015, Analisis Teknologi Pengolahan
Sampah di Kupang dengan Proses Hirarki Analitik dan Metode Valuasi
Kontingensi, J.Manusia dan Lingkungan, 22(3); 350-356.
El Haggar, dan Salah., 2007, Sustainable Industrial Design and Waste Management,
Elsevier Academic Press: United States of America.
Hanley, N., and C.L. Spash., 1993, Cost Benefit Analysis Ans The Environment.
Edward Elgar Publishing Limited. Hants-England.
Mandailing, M.,., M. S. Saeini, Said, R., 2001, Partisipasi Pedagang Dalam Program
Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Pasar (Kasus di Kota Bogor). Tesis
Program Pascasarjana IPB. Tidak diterbitkan.
Manik., R, T. H., dkk., 2015, Sistem Pengelolaan Sampah di Pulanu Bunaken.
Nudiana, D. F., dkk., 2015, Studi Kualitas Pengelolaan Sampah di Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang.
Oktovianus, 2015, Pengelolaan Sampah di Kota Makassar dengan Bank Sampah,
http://artikel-opiniku.blogspot.com/2015/08/pengelolaan-sampah-di-kotamakassar.html, diakses tanggal 10 Juni 2018.
Riswan, Henna, R.S., dan Agus, H., 2011, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Kecamatan Daha Selatan, Jurnal Ilmu Lingkungan, 9(1); 31-39.
Salvato, J. A., 1982, Environmental Engineering And Sanitation-Third Edition. Jihn
Wiley and Sons. New York
Saribanon, N, dkk., 2009, Perencanaan Sosial dalam Pengelolaan Sampah
Permukiman Berbasis Masyarakat di Kotamadya Jakarta Timur, Forum
Pascasarjana,
Vol.
32
No.
32,
hal
http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/32209143153.pdf,
143-153
diakses
tanggal 10 Juni 2018
Tahupiah, D. M., 2016, Pengaruh Implementasi Sistem Pengelolaan Sampah
Terhadap Peningkatan Kebersihan Lingkungan di Kecamatan Amurang
Barat Kabupaten Minahasa Selatan.
Yuliani, Rohidin., dan Brata, B., 2012, Pengelolaan Sampah di Kecamatan Manna
Kabupaten Bengkulu Selatan Melalui Pendekatan Sosial Kemasyarakatan,
Naturalis-Jurnal
Penelitian
Pengelolaan
Sumberdaya
Alam
dan
Lingkungan, 1(2); 95-100.
Yogiesti, V., Setiana, H., dan Fauzul, R.S., 2010, Pengelolaan Sampah Terpadu
Berbasis Masyarakat Kota Kediri, Jurnal Tata Kota dan Daerah, 2(2); 95102.
Download