BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi kajian pustaka yang

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi kajian pustaka yang dilakukan mengenai konsep
dasarsampah,
sistem
pengelolaan
sampah,
kebijakan
daerah
dalam
pengelolaan sampah, dampak ekonomi dari sampah, implikasi sampah
terhadap ekonomi lingkungan, dan ditutup dengan rangkuman kajianteori.
A. Definisi Sampah
1. Pengertian Sampah
Menurut Azwar (1990:53), sampah adalah sesuatu yang tidak
dipergunakan lagi, tidak dapat dipakai lagi, dan yang tidak disenangi
dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan
sebaik-baiknya, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak
sampai terjadi. Kodoatie (2003:312) mendefinisikan sampah adalah
limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang
merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus
kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya
sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa
sehingga tidak menganggu kelangsungan hidup. Hadiwiyoto dalam
Hartanto (2006:27), mendefinisikan sampah adalah sisa-sisabahan
yang mengalami perlakuan-perlakuan baik karena telah diambil bagian
11
12
utamanya atau karena pengolahan atau karena sudah sudah tidak ada
manfaatnyayang ditinjau dari segi ekonomis tidak ada harganya dan
dari segi lingkungan dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau
gangguan kelestarian. Sedangkan menurut UU. No. 18 Tahun 2008
mendefinisikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang sampah seperti di atas
makadapat didefinisikan sampah adalah sisa bahan buangan yang
bersifat padat yang merupakan hasil dari kegiatan atau siklus
kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
2. Produksi Sampah
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia.
Jumlah atau volume serta jenis sampah sebanding dengan tingkat
konsumsi kita terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari.
Berdasarkan Undang-Undang Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun
2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola berdasarkan
Undang-Undang ini terdiri atas:
a. Sampah rumahtangga, yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam
rumahtangga.
13
b. Sampah sejenis sampah rumahtangga yaitu sampah yang berasal
dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum,dan fasilitas lainnya.
c. Sampah spesifik, dapat didefinisikan menjadi beberapa penjelasan
sebagai berikut:
1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
2) Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun.
3) Sampah yang timbul akibat bencana.
4) Puing bongkaran bangunan.
5) Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.
6) Sampah yang timbul secara tidak periodik.
Menurut Cahyani (2009:15), sampah yang diproduksi manusia
dalam berbagai aktivitas terdiri dari sampah kering (anorganik) dan
sampah basah (organik). Sampah kering (anorganik) diantaranya
terdiri dari barang logam, kaca, kertas dan plastik. Golongan sampah
ini banyak dijadikan barang komoditi lewat daur ulang oleh para
pemulung, sehingga dapat membantu mengurangi beban penanganan
sampah lebih lanjut. Adapun bagi sampah basah (organik) yang
banyak diproduksi rumahtangga dan pasar-pasar tradisional terutama
berasal dari sisa sayur mayur dapat diolah untuk dijadikan pupuk
kompos yang berguna membantu kesuburan tanaman atau tumbuhtumbuhan.
14
3. Proses Pengolahan Sampah
Menurut Entjang (2000:37), berbagai perlakuan atau pengolahan
yang dapat dilakukan terhadap sampah yang telah dibuang antara lain
adalah; penimbunan (land fill), penimbunan saniter (sanitary land fill),
pembakaran (incineration), penghalusan (pulverization), pembuatan
pupuk/kompos (composting), pembuatan makanan ternak (hogfedding)
dan daur ulang (recycling).
Menurut Hadi (2006:18) ada tiga proses pengolahan sampah
yang dapat diterapkan, antara lain pengomposan (composting),
pembakaran (incineration) dan tempat pembuangan akhir sampah
(Sanitary
Landfill). Pengomposan
(composting)
adalah
proses
pengolahan sampah secara aerobik dan anaerobik yang merupakan
proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang
dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah
sampah organik karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh
mikroba-mikroba.
Pembakaran
(inceneration)
sampah
dengan
menggunakan
incinerator adalah salahsatu cara pengolahan sampah baik padat
maupun cair. Di dalam incinerator, sampah dibakar secara terkendali
dan berubah menjadi gas (asap) dan abu. Salah satu kelebihan
incinerator adalah mencegah pencemaran udara dengan syarat
incinerator harus beroperasi secara berkesinambungan selama enam
atau tujuh hari selama seminggu dengan kondisi temperatur yang
15
dikontrol dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara hingga
mencapai tingkat efisiensi serta mencegah terjadinya pencemaran
udara dan bau.
Teknik pembuangan akhir sampah (Sanitary Landfill) adalah
cara penimbunan sampah padat pada suatu hamparan lahan dengan
memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada perlakuan
terhadap sampah. Pada teknik ini, sampah dihamparkan hingga
mencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan untuk kemudian dilapisi
dengan tanah dan dipadatkan kembali. Pada bagian atas timbunan
sampah tersebut, dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian
ditimbun lagi dengan tanah. Pada bagian dasar dari konstruksi sanitary
landfill dibangun suatu lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipapipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) serta pipa penyalur
gas yang terbentuk dari hasil penguraian sampah-sampah organik yang
ditimbun.
B. Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas
lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola
dengan sebaik-baiknya agar hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak
sampai terjadi. Pengelolaan sampah ialah usaha mengatur atau mengelola
sampah dari proses pengumpulan, pemisahan, pemindahan sampai
pengolahan dan pembuangan akhir (Hartanto, 2006:29). Pengelolaan
16
sampah terdiri dari 2 jenis yaitu pengelolaan setempat (individu) dan
pengelolaan terpusat untuk lingkungan atau perkotaan.
Menurut
Kodoatie
(2003:217),
sistem
pengelolaan
sampah
perkotaan pada dasarnya dilihat dari komponen-komponen yang saling
mendukung satu dengan yang lain serta saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan yaitu kota yang bersih sehat dan teratur. Sedangkan menurut
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan
sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan
meliputi:
1.
Pembatasan timbulan sampah
2.
Pendauran ulang sampah, dan/atau
3.
Pemanfaatan kembali sampah
Sedangkan kegiatan penanganan meliputi:
1.
Pemilahan
Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
2.
Pengumpulan
Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
17
3.
Pengangkutan
Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau
dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
4.
Pengolahan
Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah.
5.
Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya (UU. No.18 Tahun 2008).
C. Kebijakan Daerah Dalam Pengelolaan Sampah
Usaha pemerintah menerapkan peraturan pengelolaan sampah kota
bertujuan untuk mengefektifkan penggunaan APBD dan sumber daya,
meminimalisasi timbunan sampah serta mengurangi kebutuhan akan lahan
untuk tempat pembuangan akhir (Moh. Raffi, 2005:11). Dalam rangka
menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewewang
18
Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, maka telah
ditetapkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Secara garis besar, Undang-Undang Pengelolaan Sampah yang
terdiri 18 bab dan 49 pasal tersebut mengatur tentang pemerintahan
(wewenang pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota),
pengurangan sampah, penanganan sampah, pembiayaan dan kompensasi
dalam pengelolaan sampah.
Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sampah memiliki acuan
pada amanat yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun
2008 sebagaiberikut:
1. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah.
2. Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggungjawab,
asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai ekonomi.
3. Pengelolaan
sampah
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya.
4. Pemerintah
dan
pemerintahan
daerah
bertugas
menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan
lingkungan, antara lain dengan cara:
19
a. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah.
b. Melakukan
penelitian,
pengembangan
teknologi
pengurangan
danpenanganan sampah.
c. Memfasilitasi,
mengembangkan
dan
melaksanakan
upaya
pengurangan, penanganan dan pemanfaatan sampah.
d. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
e. Mendorong
dan
memfasilitasi
pengembangan
manfaat
hasil
pengolahan sampah.
f. Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang
pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani
sampah.
g. Melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
5. Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, pemerintah mempunyai
kewenangan, antara lain:
a. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan
sampah.
20
c. Memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antar daerah,
kemitraan dan jejaring dalam pengelolaan sampah.
d. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan dan pengawasan kinerja
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah.
e. Menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antar daerah dalam
pengelolaan sampah.
Selain dari Undang-Undang Pengelolaan sampah No.18 Tahun
2008, pengaturan persampahan di Indonesia masih dalam tatanan
Peraturan Daerah. Hal ini dapat dilihat dari pengelolaan sampah yang
masih diatur secara parsial dan sektoral, seperti diatur dalam UndangUndang Kesehatan, Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman,
Undang-Undang Lingkungan Hidup, Undang-Undang Perindustrian.
Tugas Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal pengelolaan sampah
juga dijelaskan dalam Pasal 63 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai berikut:
"Pemerintah
Kabupaten/Kota
bertugas
dan
berwenang:
menetapkan kebijakan tingkat Kabupaten/Kota; menetapkan dan
melaksanakan
Kajian
Lingkungan
Hidup
Strategis
tingkat
Kabupaten/Kota; menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
Rencana
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten/Kota; menetapkan dan melaksanakan kebijakan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; menyelenggarakan inventarisasi
sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat
Kabupaten/Kota; mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan
kemitraan; mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;
memfasilitasi penyelesaian sengketa; melakukan pembinaan dan
pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap
ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;
melaksanakan standar pelayanan minimal; melakasanakan kebijakan
21
mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat,
kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat
Kabupaten/Kota; mengelola informasi lingkungan hidup tingkat
Kabupaten/Kota; mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem
informasi lingkungan hidup tingkat Kabupaten/Kota; memberikan
pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan; dan menerbitkan izin
lingkungan pada tingkat Kabupaten/Kota; dan melakukan penegakan."
D. Dampak Ekonomi Sampah
Menurut Moh. Raffi (2005:11), perlakuan yang dapat dilakukan
terhadap sampah yang telah dibuang adalah dengan mendaur ulang bahan
bekas. Dari segi ekonomi daur ulang akan mengurangi areal tanah untuk
penimbunan dan juga mengurangi biaya pemungutan serta pembuangan
sampah. Dari sudut sosial, daur ulang dapat mengurangi kotoran.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah
sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang
perlu dimanfaatkan. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar
dilokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan
yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan dapat memperparah
pemanasan global.
Dampak negatif sampah terhadap keadaan sosial ekonomi memang
lebih banyak dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Menurut
UU. No. 18 Tahun 2008, agar timbunan sampah dapat terurai melalui
proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan
penanganan dengan biaya yang besar. Namun pengeluaran biaya yang
besar dapat ditekan apabila masyarakat paham mengenai dampak positif
22
sampah terhadap sosial ekonomi. Berikut adalah penjelasan mengenai
dampak positif dan negatif dari sampah terhadap keadaan sosial ekonomi:
1. Dampak Positif Sampah Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi
Sampah memang merupakan sisa barang yang tidak terpakai dan
dipandang tidak memiliki nilai guna, tetapi apabila di telaah lebih
dalam, dari sisi ekonomi sampah mempunyai manfaat tersendiri
apabila dikelola dengan baik. Paradigma pengelolaan sampah yang
bertumpu pada pembuangan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan
diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah.
Menurut UU. No. 18 Tahun 2008, paradigma baru memandang
sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan
dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah, misalnya,
sampah organik yang merupakan sisa-sisa sampah dapur atau daundaunan dapat diolah menjadi kompos yang apabila di jual maka dapat
menghasilkan keuntungan ekonomi bagi produsen tersebut. Selain itu,
sampah-sampah non organik juga mempunyai manfaat ekonomi bagi
banyak kalangan, mulai dari pemulung, industri rumah tangga, hingga
industri yang lebih besar.
Bagi pemulung sendiri apabila dapat memilah dan mengumpulkan
sampah-sampah non organik tersebut, maka dapat dijual kembali
kepada agen atau pengepul tanpa melakukan proses pengolahan
terlebih dahulu. Lain hal nya dengan industri rumah tangga maupun
23
industri besar yang mengolah sampah non organik menjadi barang
setengah jadi atau pun barang jadi untuk di produksi dan di jual
kembali, misalnya barang-barang bekas seperti plastik dapat diolah
kembali menjadi ember, baskom, botol air mineral dan lain-lain. Dari
ini lah masyarakat mendapatkan nilai ekonomi dari sampah, yaitu
dengan mengelola sisa-sisa sampah yang tidak terpakai menjadi
produk baru yang bernilai ekonomis.
Menurut Hartanto (2006:33), selain untuk kebutuhan ekonomi,
pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut juga bertujuan
mengurangi timbunan sampah yang dapat menimbulkan kandungan
gas metan, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih
baik. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah yang baik
memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan sosial ekonomi.
2. Dampak Negatif Sampah Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi
Sampah memang dikaitkan sebagai hal yang negatif bagi sebagian
besar masyarakat. Dari beberapa ulasan sebelumnya tentang manfaat
ekonomi dari sampah, dampak negatif sampah terhadap keadaan sosial
ekonomi lebih terasa bagi masyarakat pada umumnya.
Sampah yang apabila tidak dikelola dengan baik dan mencemari
lingkungan menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
Dampak ekonomi dalam hal ini yaitu meningkatnya pengeluaran
masyarakat terhadap biaya pengobatan. Pengeluaran biaya pengobatan
24
tersebut apabila terjadi secara berkelanjutan mengakibatkan kerugian
materi dan berdampak negatif terhadap keadaan sosial ekonomi
masyarakat.
Menurut Hartanto (2006:37), dampak ekonomi dari sampah yang
tidak terkelola dengan baik juga dapat berimbas pada pemerintah.
Salah satu contoh yang terjadi pada objek wisata milik pemerintah
setempat. Sebagaimana diketahui, objek wisata yang di kelola
pemerintah merupakan salah satu aset daerah yang perlu dijaga
kelestarian lingkungannya agar menarik banyak pengunjung. Apabila
di suatu objek wiasata terdapat timbunan sampah yang menumpuk,
maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat merusak
pemandangan serta kenyamanan dikawasan objek wisata tersebut. Hal
ini dapat mengakibatkan menurunnya tingkat pengunjung atau
wisatawan yang datang ke objek wisata sebagaimana yang dimaksud.
Dampak ekonomi yang terjadi pada kasus ini yaitu menurunnya
tingkat pengunjung atau wisatawan yang diiringi dengan terjadinya
penurunan
tingkat
pendapatan
daerah
dan
mengakibatkan
perekonomian di suatu daerah dapat menurun.
E. Implikasi SampahTerhadap Ekonomi Lingkungan
Ekonomi adalah kajian tentang bagaimana dan mengapa individuindividu
dan
kelompok-kelompok
membuat
keputusan
tentang
penggunaan dan distribusi sumberdaya manusia dan sumberdaya bukan
25
manusia yang berharga. Ekonomi bukan semata-mata kajian yang hanya
mempelajari bagaimana menciptakan keuntungan bisnis dan membuat
keputusan dalam ekonomi kapitalis. Ekonomi merupakan kajian yang luas,
ekonomi menyediakan seperangkat alat analisis yang dapat digunakan
dibeberapa
situasi
yang
mana
kelangkaan
membutuhkan
suatu
keseimbangan (Field, 2009: 2).
Berdasarkan
Undang-Undang
No.
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam bab 1 pasal 1
ayat 1 yang dimaksud dengan Lingkungan hidup adalah:
“kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam
itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain”
Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta
seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati (Imam Supardi,
2003: 2).
Ekonomi lingkungan merupakan penerapan prinsip-prinsip ekonomi
untuk mempelajari bagaimana sumber daya lingkungan dapat dikelola.
Menurut M. Suparmoko (2000 : 1), ekonomi lingkungan adalah ilmu yang
mempelajari
kegiatan
manusia
dalam
memanfaatkan
lingkungan
sedemikian rupa sehingga fungsi peranan lingkungan dapat dipertahankan
atau bahkan dapat ditingkatkan dalam penggunannya untuk jangka
panjang.
Dalam ekonomi, lingkungan dipandang menyediakan bermacam
barang dan jasa lingkungan. Lingkungan menyediakan sistem penunjang
26
kehidupan yang menopang keberlangsungan kehidupan mahkluk hidup
termasuk manusia. Salah satu peranan dari ekonomi lingkungan yaitu
sebagai sumber daya bahan baku, penerima sisa produksi/konsumsi
(limbah), dan penyedia fasilitas. Implikasi dari peranan tersebut adalah
bahwa lingkungan merupakan komponen penting dari sistem ekonomi. Ini
menyiratkan bahwa dalam sistem ekonomi, nilai lingkungan harus
diperlakukan sama, seperti halnya perlakuan terhadap nilai aset yang lain
(tenaga kerja dan modal) yakni sebagai aset ekonomi. Hal ini berarti pula
bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki, maka kualitas sumberdaya alam dan
lingkungan perlu dipertahankan.
Hubungan antara ekonomi dan lingkungan tidak dapat dipisahkan
dalam pola kehidupan manusia. Ilmu ekonomi lingkungan merupakan
aplikasi dari prinsip-prinsip ekonomi dalam mengkaji tentang bagaimana
mengatur sumber daya lingkungan, misalnya sampah. Sampah merupakan
bagian dari lingkungan yang apabila dikelola dengan baik maka dapat
berdampak positif bagi lingkungan, dan apabila tidak dikelola dengan
baik,
tentunya
akan
berdampak
negatif
bagi
lingkungan
yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 sampah yang dikelola dengan baik
dapat dijadikan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi. Dalam hal
ini, implikasi dari sampah terhadap ekonomi lingkungan yaitu apabila
manusia dapat mengelola sampah dengan baik, maka sampah merupakan
sumber daya lingkungan yang bernilai ekonomi dan memberikan
27
keuntungan ekonomi bagi banyak kalangan, misalnya apabila sampahsampah tersebut dipilah dan di daur ulang, maka akan menjadi barang
yang bernilai dan dapat dijual kembali. Selain itu, pengelolaan sampah
yang baik juga akan mengurangi tumpukan-tumpukan sampah yang ada di
lokasi pembuangan, sehingga dapat membantu pemerintah dalam
menangani sampah dan meningkatkan kualitas lingkungan. Untuk
memenuhi tujuan tersebut maka prinsip ekonomi lingkungan sangat
diperlukan dalam rangka pemanfaatan sumber daya sampah dan perbaikan
lingkungan yang berkelanjutan.
F. Penelitian Terdahulu
Studi penelitian tentang persampahan telah banyak dilakukan orang
dengan fokus kajian yang berbeda-beda. Antara lain pada analisis faktor faktor produksi sampah, analisis sampah perkotaan, kinerja pengelolaan
sampah, kelembagaan pengelolaan sampah, dan lain-lain. Adapun
penelitian terdahulu mengenai persampahan antara lain sebagai berikut:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul
Jenis
Hasil Penelitian
Penelitian
1
CahyaniGanis Analisis
Deskriptif - Pabrik kompos ”Mutu
Elok”mendapatkan kelayakan
Dwi, 2009
Faktor-Faktor Kuantitatif.
finansial atau keuntungan yang
yang
Regresi
lebih baik ketikamendapatkan
Mempengaruhi Linear
subsidi harga kompos dari
Produksi
Berganda,
pemerintah sebesar Rp
Sampah dan
dan NPV,
350/kg,menerima kenaikan alokasi
Kelayakan
IRR.
dana dari kas warga sebesar 5%
Finansial
dan kenaikan tarifretribusi
Usaha
kebersihan sebesar 5%. Sebaliknya
Pengelolaan
pabrik kompos ”Mutu Elok”
Sampah
akanmendapatkan penurunan
kelayakan finansial atau kerugian
Rumah Tangga
ketika terjadi penurunan alokasi
(Studi Kasus di
28
dana dari kas warga sebesar 5%
dan penurunan tarifretribusi
sebesar 5%.
Perumahan
Cipinang Elok,
Jakarta Timur
No
2
Peneliti
Rizal
Mohammad,
2011
Judul
Penelitian
Analisis
Pengelolaan
Sampah
Perkotaan
(Studi Kasus
pada
Kelurahan
Boya
Kecamatan
Banawa
Kabupaten
Donggala)
- Variabel yang mempunyai
pengaruh nyata terhadap
produksi sampah adalah
polahidup, jumlah anggota
keluarga, pendapatan
rumahtangga, pengeluaran
konsumsirumahtangga yang
berpengaruh nyata pada taraf
5%, sedangkan untuk
variabeljenis sampah dan
variabel retribusi
kebersihantidak berpengaruh
nyata terhadap produksi sampah
rumah tangga.
Jenis
Penelitian
Deskriptif
Kualitatif
Hasil Penelitian
- Pengelolaan persampahan di
KotaDonggala telah berjalan cukup
baik,hal ini dapat dilihat dari
indikatoryang berhubungan dengan
variabelsumber daya manusia serta
saranadan prasarana yang ada saat
ini.Kecuali variabel
partisipasimasyarakat, keterlibatan
masyarakatdalam pengelolaan
persampahan /kebersihan
menunjukan indikatoryang masih
dirasakan kurang.
- Adapun faktor-faktor
yangmempengaruhi
pengelolaanpersampahan di Kota
Donggala menunjukan bahwa
kegiatankegiatanyang dapat
meningkatkanpartisipasi
masyarakat sepertikegiatan
sosialisasi masih sangatkurang
dilakukan. Hal ini
ditunjukandengan indikator yang
menyatakanbahwa tingkat
partisipasimasyarakat dalam
kategori sedang.Demikian pula
indikator yangberkenaan dengan
tingkatpendidikan staf dan
tenagakebersihan, yang masih
menunjukanpersentasi kurang
memadai yangmasih cukup besar.
29
3
No
4
Hartanto
Widi, 2006
Kinerja
Pengelolaan
Sampah di
Kota Gombong
Kabupaten
Kebumen
Deskriptif
kualitatif
dan
kuantitatif
-Produksi sampah di Kota Gombong
mencapai 279 m3/hari.Dari 29
Desa/Kelurahan di Kota
Gombong, yang seharusnya
mendapat prioritas
jangkauanpelayanan sampah
mencapai 17 Desa/Kelurahan,
dengan jumlah sampah yang
seharusnyaterangkut sebesar
109,43 m3/hari. Sampah yang
terangkut saat ini, hanya mencapai
40 m3/hari,sehingga kinerja
pengelolaan sampah mencapai
36,5 %. Luas daerah terlayani
mencapai 36,20 %dan penduduk
terlayani mencapai 30,17%. Dari
kondisi tersebut, maka kinerja
pengelolaansampah masih sangat
kurang.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerjapengelolaan sampah antara
lain jumlah personil dan sarana
prasarana masih sangat
terbatas,operasional pengangkutan
yang belum optimal, masih kurang
jelasnya pembagian tugas
terutamapada sistem pengumpulan
dan pengangkutan, pendapatan
dari retribusi rendah sehingga
perlusubsidi untuk operasional,
biaya operasional sangat terbatas,
masyarakat belum
sepenuhnyamendukung
pengelolaan sampah dan masih
kurangnya penindakan terhadap
pelanggaran peraturantentang
persampahan
Peneliti
Judul
Penelitian
Faktor Faktor yang
Mempengaruhi
Pengelolaan
Sampah Medis
di Badan
Layanan
Umum Daerah
Rumah Sakit
Jenis
Penelitian
Deskriptif
Analitik
Hasil Penelitian
Andarnita
Aulia, 2012
- Hasilpenelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh antara
pemilahan terhadap pengelolaan
sampah medisdengan p = 0,001 (p
˂ 0,05). Bahwa ada pengaruh
antara pengumpulan terhadap
pengelolaansampah medis dengan
p = 0,031 (p ˂ 0,05). Bahwa ada
pengaruh antara penampungan
terhadappengelolaan sampah
30
Umum Daerah
dr. Zainoel
Abidin Banda
Aceh Tahun
2012
medis dengan p = 0.043 (p ˂
0,05). Bahwa ada pengaruh antara
pengangkutanterhadap
pengelolaan sampah medis dengan
p = 0,025 (p ˂ 0,05). Dari hasil
penelitianini dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh antara
pemilahan, pengumpulan,
penampungan,pengangkutan,
pemusnahan terhadap pengelolaan
sampah medis.
G. Kerangka Pemikiran
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang sedang
menghadapi fenomena permasalahan sampah. Permasalahan persampahan
di Kabupaten Wonogiri menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah
setempat. Sampah yang dihasilkan di Wonogiri berasal dari kegiatan
masyarakatnya, baik dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan usaha.
Kegiatan masyarakat wonogiri yang menyumbang sampah paling banyak
berasal dari kegiatan rumah tangga.
Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten Wonogiri
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk
dan aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Data yang
diperoleh mengenai volume sampah di Kabupaten Wonogiri menunjukkan
peningkatan yang cukup tinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini.
Masalah yang timbul akibat peningkatan volume sampah ini adalah
banyaknya sisa sampah yang tidak terangkut. Timbunan sisa sampah yang
tidak terangkut ini akan menimbulkan bau busuk dan mencemari
lingkungan yang berujung terjadinya kerusakan lingkungan. Hal ini tentu
akan membawa dampak negatif bagi masyarakat setempat apabila
31
pemerintah sebagai pelayan masyarakat tidak dapat mengelola sampah
tersebut dengan baik.
Munculnya
permasalahan
sampah
tersebut
menunjukkan
kurangnya efektivitas upaya pemerintah dalam mengelola sampah, untuk
itu perlu diadakan suatu identifikasi dengan cara menelaah sistem
pengelolaan sampah, faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas sampah,
dan
trend
anggaran
pengelolaan
sampah
yang
bertujuan
dapat
meningkatkan kualitas lingkungan yang ada di Kabupaten Wonogiri.
Berikut adalah gambar kerangka pemikiran sistematis dalam penelititan
yang akan dilakukan:
32
Sampah di Kabupaten
Wonogiri
Volume Sampah Semakin
Meningkat
Sampah yang
Terangkut
Sampah yang Tidak
Terangkut
Lingkungan bersih
Muncul Masalah Akibat
Sampah Tidak Terangkut
Identifikasi Masalah
Sistem Pengelolaan
Sampah
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kapasitas Sampah
Trend Kebijakan
Anggaran Pengelolaan
Sampah
Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis Trend
Peningkatan Kualitas
Lingkungan
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Download