ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh: RENY RAHMAYANTI NIM. F 0204017 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 1 ABSTRAK ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal) Oleh : RENY RAHMAYANTI F0204017 Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam aktivitas pembelian bagi perusahaan. Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang meliputi faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk pemilihan supplier adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan kontraktor, PT Cazikhal, yang akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier kayu. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier pada PT Cazikhal? (2) supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal berdasarkan metode AHP? Sampel dari penelitian ini adalah para pengambil keputusan dan pihak-pihak yang berada dalam departemen pembelian dan gudang yang mengetahui kinerja supplier. Teknik pengambilan sampel menggunakan judgment sampling karena metode AHP mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan metode AHP dibantu dengan software expert choice. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan kriteria dalam pemilihan supplier menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I kualitas (0,486), prioritas II harga (0,277), prioritas III layanan (0,091), serta ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah memiliki skala prioritas yang sama yaitu (0,073). Dari hasil penilaian tingkat kepentingan alternatif dalam pemilihan supplier menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I supplier X (0,467), prioritas II supplier Z (0,336), prioritas III supplier Y (0,198). Berdasarkan hasil analisis di atas, saran yang dapat diberikan adalah, jika perusahaan akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier, perusahaan diutamakan untuk memilih supplier X sebagai supplier kayu bagi perusahaan karena supplier X merupakan supplier yang memiliki nilai keseluruhan paling tinggi. Dengan adanya hubungan kemitraan ini, kinerja rantai pasokan antara supplier dan perusahaan akan semakin baik dan dapat memperlancar target penyelesaian proyek secara keseluruhan. Kata kunci : pemilihan supplier, Analytical Hierarchy Process (AHP), supplier terbaik, studi kasus 2 ABSTRACT SUPPLIER SELECTION ANALYSIS WITH THE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD (AHP) (Case Study At PT Cazikhal) By : RENY RAHMAYANTI F0204017 Supplier selection is one of the most important activity of company’s purchasing function. Supplier selection is a multi criteria problem that covering quantitative and qualitative criteria. One of the method that can be used is Analytical Hierarchy Process (AHP) method. This research was done at PT Cazikhal, a contractor company that will developed partner relationship with the wood supplier. Problems discussed in this research is: (1) how criterion’s and subcriterion’s priority ranking of supplier selection at PT Cazikhal? (2) which best supplier for PT Cazikhal based on AHP method? Sample of this research is decision makers and employees at PT Cazikhal who knowing the supplier’s performance. Sampling technique used judgment sampling because AHP method require depend on a group of expert as according to relevant specialist in decision making. This research used AHP method with the expert choice software. The final rating of relative importance’s supplier selection criteria was found: priority I is quality (0,486), priority II is price (0,277), priority III is service (0,091), and the next priority is delivery and quantity with same priority (0,073). The final rating of relative importance’s alternative was found : first priority is Supplier X (0,467), second priority is Supplier Z (0,336), and the last priority is Supplier X (0,198). From this results, we can suggest, if company will develop partner relationship, company majored to chosen Supplier X as wood supplier because supplier X is supplier with highest overall value. With this partner relationship, supply chain performance between company and supplier will be good progressively and can accelerate finished of project. Keywords : supplier selection, Analytical Hierarchy Process (AHP), supplier, case study best 3 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal) Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Surakarta, Januari 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Drs. Susanto Tirtoprojo, MM NIP. 19571106 198503 1 001 4 HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Surakarta, Februari 2010 Tim Penguji Skripsi 1. Dra. Anastasia Riani S, M.Si. Sebagai Ketua (....…...………..…) SebagaiPembimbing (..………………...) NIP. 19590330 198601 2 001 2. Drs. Susanto Tirtoprojo, M.M. NIP. 19571106 198503 1 001 3. Muh. Juan Suamtoro, SE, M.Si. Sebagai Anggota (…..…………..….) NIP. 19760613 200812 1 001 5 HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN “Kegagalan Adalah Kesuksesan Yang Tertunda” “If There Is A Will, There Is A Way” Karya ini kupersembahkan untuk: · Bapak-Ibu & Adik Tercinta. · Mas Tri Tercinta · Saudara-saudara & Sahabat-sahabat yang aku sayangi. · Almamaterku. 6 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dra. Endang Suhari, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen. 3. Drs. Susanto Tirtoprojo, MM., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran dan masukan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini. 4. Ibu Ervina D.P. selaku direktur utama PT Cazikhal, direktur, manajer, serta karyawan di bagian keuangan, pembelian dan pergudangan PT Cazikhal yang telah mengijinkan dan membantu dalam penyelesaian penelitian ini. 7 5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surakarta, Januari 2010 Penulis 8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ i ABSTRAK ................................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN ............................................ v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi DAFTAR ISI .............................................................................................. viii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 E. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 6 F. Batasan Masalah .................................................................................. 7 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 8 A. Supply Chain Management (SCM) ...................................................... 8 B. Pembelian (Purchasing) ....................................................................... 9 C. Supplier Selection (Pemilihan Pemasok) ............................................. 10 D. Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan) .................. 14 E. AHP (Analytical Hierarchy Process) .................................................. 18 F. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 39 BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 42 A. Desain Penelitian ................................................................................. 42 B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ............................................. 42 C. Sumber Data ......................................................................................... 43 D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ................................... 44 E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 46 F. Metode Analisis Data ........................................................................... 47 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................ 52 A. Gambaran Umum Perusahaan .............................................................. 52 B. Metode Analisis AHP .......................................................................... 59 C. Pembahasan .......................................................................................... 99 10 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 106 A. Kesimpulan .......................................................................................... 106 B. Saran .................................................................................................... 108 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 11 DAFTAR TABEL Tabel Halaman II.1 Matriks Perbandingan Berpasangan .............................................. 26 II. 2 Skala Penilaian Perbandingan ........................................................ 28 II. 3 Random Consistency Index (RI) .................................................... 32 II. 4 Contoh Matriks Awal ...................................................................... 34 II. 5 Contoh Normalisasi Matriks ........................................................... 34 II. 6 Contoh Bobot Kriteria ..................................................................... 35 II. 7 Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi – Mengalikan Matriks Awal dengan Bobot ........................................................... II. 8 35 Contoh perhitungan Rasio Konsistensi – Membagi Jumlah Baris Dengan Bobot ................................................................................. 36 IV. 1 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Kriteria dalam Pemilihan Supplier ............................................................... IV.2 61 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria pada Kriteria Harga ...................................................... 62 12 IV.3 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria Pada Kriteria Kualitas ..................................................................... 62 IV. 4 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria Pada Kriteria Layanan ..................................................................... 63 IV. 5 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman ............................................... 63 IV. 6 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas ...................... 64 IV. 7 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon ....................... 64 IV. 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi ............... 65 IV. 9 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat ......................... 65 IV. 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ... 65 13 IV. 11 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi ...................................... 66 IV. 12 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada Subkriteria Memberikan Informasi secara Jelas ............................. 66 IV. 13 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kecepatan Menanggapi Permintaan Pelanggan ........... 66 IV. 14 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Cepat Tanggap Menyelesaikan Keluhan Pelanggan .... 67 IV. 15 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Tanggal yang Disepakati ............................................................................... 67 IV. 16 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kemampuan dalam Menangani Sistem Transportasi ... 67 IV. 17 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada Kriteria Ketepatan Jumlah .............................................................. 68 IV.18 Penilaian Prioritas Kepentingan Kriteria Pemilihan Supplier ......... 69 IV. 19 Prioritas Kepentingan (Bobot) Kriteria Pemilihan Supplier ............ 69 14 IV. 20 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Harga dalam Pemilihan Supplier ............................................................... 71 IV.21 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Harga Dalam Pemilihan Supplier .............................................................. 71 IV.22 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Kualitas dalam Pemilihan Supplier ............................................................... 72 IV.23 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria Kualitas Dalam Pemilihan Supplier .............................................................. 73 IV. 24 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Layanan Dalam Pemilihan Supplier .............................................................. 74 IV. 25 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Layanan dalam Pemilihan Supplier ............................................................... 75 IV. 26 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman ..................................................................... 76 IV. 27 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Ketepatan Pengiriman dalam Pemilihan Supplier .......................... 76 15 IV. 28 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas ................................................ 78 IV. 29 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kepantasan harga dengan Kualitas ................................................. 78 IV. 30 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon .................................................. 79 IV. 31 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kemampuan memberikan Diskon ................................................... 79 IV. 32 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan ............... 80 IV. 33 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan ............... 81 IV. 34 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat ..................................................... 81 IV. 35 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat ..................................................... 82 16 IV. 36 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ....................... 83 IV. 37 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ...................... 83 IV. 38 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi ......................................................... 84 IV. 39 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi ......................................................... 84 IV. 40 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi secara Jelas dan Mudah Dimengerti ...................................................................................... 85 IV. 41 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas dan Mudah Dimengerti ...................................................................................... 86 IV. 42 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kecepatan dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan ............ 87 17 IV. 43 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kecepatan dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan ............ 87 IV. 44 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Cepat Tanggap dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ............ 88 IV. 45 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ........... 89 IV. 46 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai dengan Tanggal yang Telah Disepakati ............................................................................. 90 IV. 47 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang sesuai dengan Tanggal yang Telah Disepakati ..................................................................... 90 IV. 48 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria Kemampuan dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi ............. 91 IV.49 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria Kemampuan dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi ............. 92 18 IV.50 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Kriteria Ketepatan Jumlah ............................................................................ 92 IV. 51 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Kriteria Ketepatan Jumlah ............................................................................ 93 IV. 52 Prioritas Global (Global Priority) ................................................... 94 IV. 53 Bobot Alternatif Secara Keseluruhan ............................................. 95 IV.54 Bobot Alternatif (Supplier) Berkenaan dengan Kriteria ................. 96 IV.55 Consistency Ratio (CR) Penilaian Responden ................................ 98 19 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman I. 1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 6 II. 1 Tahap Pengambilan Keputusan ....................................................... 16 II. 2 Struktur Hirarki AHP ...................................................................... 24 III. I Struktur Hirarki Masalah ................................................................. 48 IV. 1 Struktur Organisasi PT. Cazikhal .................................................... 54 IV. 2 Struktur Hirarki Masalah Pemilihan Supplier pada PT Cazikhal .... 60 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para pengambil keputusan (decision makers) hampir selalu mengambil keputusan bahkan setiap detik dalam hidupnya. Ketika mereka mengambil keputusan, ada suatu proses dalam otak manusia yang mempengaruhi kualitas keputusan yang dibuat. Jika keputusan yang akan dibuat mudah, manusia dapat dengan mudah membuat keputusan. Akan tetapi jika keputusan yang akan diambil bersifat kompleks dengan risiko yang besar seperti perumusan kebijakan, pengambil keputusan sering memerlukan alat bantu dalam bentuk yang bersifat ilmiah, logis, dan terstruktur. Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam aktivitas pembelian bagi perusahaan, di mana aktivitas pembelian merupakan aktivitas yang memiliki nilai penting bagi perusahaan karena pembelian komponen, bahan baku, dan persediaan merepresentasikan porsi yang cukup besar pada produk jadinya. Dalam mengambil keputusan untuk memilih supplier, pengambil keputusan (decision maker) membutuhkan alat analisis yang memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah yang bersifat kompleks sehingga keputusan yang diambil lebih berkualitas. Pemilihan supplier harus dilakukan secara hati-hati karena pemilihan supplier yang salah akan menyebabkan terganggunya proses produksi dan operasional perusahaan. 21 Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang meliputi faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Beberapa kriteria yang berpengaruh pada pemilihan supplier ini ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu diperlukan metode yang bisa menyertakan keduanya dalam pengukuran. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk pemilihan supplier adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode ini menyertakan ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif. AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi. AHP relatif mudah dimengerti dan digunakan. Literatur tentang pemilihan supplier banyak menggunakan metode ini. AHP adalah sebuah metode yang ideal untuk memberikan ranking/urutan alternatif ketika beberapa kriteria dan subkriteria ada dalam pengambilan keputusan. Beberapa kriteria yang berpengaruh dan umum digunakan dalam pemilihan supplier di antaranya adalah kriteria harga, kualitas, ketepatan pengiriman, ketepatan jumlah, dan layanan. Kadang kala, kriteria-kriteria ini saling bertentangan satu sama lain. Sebagai contoh, suatu supplier lebih memilih menawarkan harga lebih rendah dengan kualitas di bawah rata-rata, sementara supplier lain menawarkan barang dengan kualitas baik dengan pengiriman yang tidak pasti. Bagaimanapun sulit untuk menemukan supplier yang bisa memenuhi semua 22 kriteria atau yang baik dalam semua kriteria, tetapi paling tidak bisa menemukan supplier yang optimal bagi perusahaan. Proses pemilihan supplier ini bermula dari kebutuhan akan supplier, menentukan dan merumuskan kriteria keputusan, pre-kualifikasi (penyaringan awal dan menyiapkan sebuah shortlist supplier potensial dari suatu daftar pemasok/supplier), pemilihan supplier akhir, dan monitoring supplier terpilih, yaitu evaluasi dan penilaian berlanjut. PT Cazikhal merupakan sebuah perusahaan kontraktor yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan yang memanfaatkan sumber daya (tenaga kerja, material, peralatan, metode konstruksi, dan sebagainya) yang dibatasi oleh biaya, mutu dan waktu. Pelaksanaan proyek konstruksi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik maupun non fisik sehingga mengakibatkan terjadinya fluktuasi produktivitas. Akibatnya dalam pelaksanaan proyek seringkali terjadi perubahan terhadap jadwal dan volume pekerjaan. Menurut pendekatan supply chain, salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas proyek konstruksi adalah dengan memperkuat unit produksi yaitu antara kontraktor dengan pemasok. Salah satu cara untuk mengintegrasikan kontraktor dan pemasok adalah melalui kemitraan. Sebagai perusahaan yang terbilang masih baru, perusahaan ini berusaha untuk terus meningkatkan kualitas produk maupun jasanya. Salah satu hal yang akan ditempuh yaitu mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier terutama supplier untuk bahan baku kayu. Dengan memperkuat 23 hubungan antara kontraktor dan pemasok melalui hubungan kemitraan ini diharapkan perubahan jadwal dan volume pengadaan material tidak mengganggu target penyelesaian proyek secara keseluruhan. Selain itu, dengan memilih supplier yang optimal, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada saat ini, perusahaan telah mengidentifikasi ada tiga supplier potensial yang nantinya akan dipilih yang terbaik. Dari latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan supplier serta mencari supplier terbaik bagi perusahaan melalui skripsi yang berjudul : “ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)” B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier pada PT Cazikhal? 2. Supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal berdasarkan metode AHP? 24 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan supplier pada PT Cazikhal. 2. Mengetahui supplier/pemasok kayu terbaik, yang paling memenuhi kriteria-kriteria pemilihan supplier yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal berdasarkan metode AHP. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pemahaman pengetahuan tentang pemilihan supplier dan konsep AHP (Analytical Hierarchy Process) . Serta diharapkan penelitian ini mampu melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan topik yang sama, sehingga dapat dijadikan referensi untuk kalangan akademisi dan peneliti selanjutnya yang mengadakan penelitian dengan topik yang sama. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam menentukan supplier optimal (supplier terbaik), yang paling memenuhi kriteria pemilihan supplier, apabila perusahaan membutuhkan bahan tertentu dapat dipenuhi dari supplier tertentu juga. Dengan begitu kinerja manajemen rantai pasokan semakin baik yang pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. 25 E. Kerangka Pemikiran 1. · · 2. · · · 3. · · · · 4. · · 5. Kriteria dan Subkriteria dalam Pemilihan Supplier: Harga Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1) Kemampuan memberikan diskon (H2) Kualitas Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditentukan (Q1) Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3) Layanan Kemudahan untuk dihubungi (S1) Kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2) Kecepatan dalam menanggapi permintaan pelanggan (S3) Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) Ketepatan Pengiriman Kemampuan mengirim barang sesuai tanggal yang disepakati (D1) Kemampuan dalam penanganan sistem transportasi (D2) Ketepatan Jumlah Persepsi responden terhadap tingkat kepentingan masingmasing kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier Persepsi responden terhadap kinerja supplier berkenaan dengan masing-masing subkriteria dalam pemilihan supplier Analisis AHP Alternatif Pemilihan Supplier Supplier optimal (best supplier) Kesimpulan dan Saran Gambar I.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Fatmawati, 2007 dimodifikasi 26 F. Batasan Masalah Dalam penelitian ini masalah yang akan dianalisis dibatasi agar tepat sasaran dan tidak terlalu luas. Penelitian ini dilakukan pada PT Cazikhal dalam pengambilan keputusan pemilihan supplier. Pembatasan terletak pada masalah yang akan dianalisis yaitu memilih supplier untuk bahan baku kayu. Hal ini karena pada saat ini perusahaan ingin mencari supplier terbaik untuk bahan baku kayu. 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Supply Chain Management (SCM) Supply Chain Management atau manajemen rantai pasokan merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan-kegiatan lainnya yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor. SCM bisa meliputi penetapan : (1) pengangkut, (2) pentransferan kredit dan tunai, (3) pemasok (supplier), (4) distributor dan bank, (5) utang dan piutang, (6) pergudangan, (7) pemenuhan pesanan, dan (8) membagi-bagi informasi mengenai ramalan permintaan, produksi, dan kegiatan pengendalian persediaan. (Render dan Heizer, 2005). Menurut Stock dan Lambert (2001), ada delapan bisnis inti dalam manajemen rantai pasokan yang meliputi : 1. Customer relationship management Mengidentifikasi pelanggan potensial yang dinilai akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. 2. Customer service management Informasi tepat waktu bagi pelanggan, untuk memperlancar pelaksanaan pengiriman barang. 28 3. Demand management Menyeimbangkan antara permintaan pelanggan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan tersebut. 4. Order fulfillment Pemenuhan kebutuhan konsumen pada waktu, tempat, dan jumlah yang tepat. 5. Manufacturing flow management Tindakan untuk menyesuaikan permintaan dari pelanggan dengan kemampuan produksi yang dapat dipenuhi perusahan. 6. Procurement Tindakan dari fungsi pembelian dengan mengembangkan mekanisme komunikasi agar dapat mengurangi waktu dan memberikan penghematan dalam transaksi pembelian. 7. Product development and commercialization Tindakan melibatkan supplier dan konsumen dalam proses pengembangan produk perusahaan yang diinginkan oleh konsumen. 8. Return Merupakan tindakan untuk mengelola feedback dari pelanggan terhadap produk guna perbaikan kinerja bagi perusahaan. B. Pembelian (Purchasing) Rantai pasokan menerima perhatian yang besar karena di sebagian besar perusahaan, pembelian merupakan kegiatan yang paling memakan biaya. Biaya pembelian sebagai persentase dari penjualan, untuk barang maupun 29 jasa, sering kali substansial sifatnya. Aktivitas pembelian mempunyai posisi yang signifikan bagi kebanyakan perusahaan karena pembelian komponen, bahan baku, dan persediaan merepresentasikan 40 sampai 60 persen dari nilai penjualan produk jadinya (Ballow, dalam Bello, 2003). Karena porsi pendapatan yang besar dilimpahkan untuk melakukan pembelian, maka strategi pembelian yang efektif merupakan sesuatu yang vital. Pembelian memberikan peluang besar pengurangan biaya dan peningkatan margin kontribusi. Selain itu mutu barang dan jasa yang dijual secara langsung berhubungan dengan kualitas barang dan jasa yang dibeli. Tujuan dari kegiatan pembelian adalah: 1. Membantu mengidentifikasi produk dan jasa yang dapat diperoleh secara eksternal. 2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan pemasok, harga dan pengiriman yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut. C. Supplier Selection (Pemilihan Pemasok) Salah satu aspek utama fungsi pembelian adalah pemilihan pemasok, pengadaan barang yang dibutuhkan, layanan dan peralatan untuk semua jenis perusahaan bisnis. Oleh karena itu, fungsi pembelian adalah bagian utama dari manajemen bisnis. Dalam lingkungan operasi yang kompetitif saat ini, sangat tidak mungkin untuk bisa sukses berproduksi dengan biaya rendah, dan menghasilkan produk yang berkualitas tanpa pemasok yang memuaskan. Dengan begitu, salah satu keputusan pembelian paling penting adalah pemilihan dan pemeliharaan hubungan dengan pemasok/supplier terpilih yang 30 kompeten. Jadi, pemilihan supplier yang kompeten adalah salah satu fungsi paling penting yang harus dilakukan oleh departemen pembelian. Proses pemilihan supplier ini bermula dari kebutuhan akan supplier, menentukan dan merumuskan kriteria keputusan, pre-kualifikasi (penyaringan awal dan menyiapkan sebuah shortlist supplier potensial dari suatu daftar pemasok/supplier), pemilihan supplier akhir, dan monitoring supplier terpilih, yaitu evaluasi dan penilaian berlanjut. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan supplier dari beberapa literatur: 1. Kriteria pemilihan supplier menurut Dickson berdasarkan ranking/urutan tingkat kepentingannya adalah sebagai berikut (Weber et al, 1991): a. Kualitas (Quality) b. Pengiriman (Delivery) c. Kinerja masa lalu (Performance history) d. Jaminan dan Kebijakan Klaim (Warranties & Claims Policies) e. Fasilitas Produksi dan Kapasitas (Production Facilities and Capacity) f. Harga (Price) g. Kemampuan Teknis (Technical Capability) h. Keadaan Finansial (Financial Position) i. Pemenuhan procedural (Procedural Compliance) j. Sistem Komunikasi (Communication System) k. Reputasi dan Posisi dalam Industri (Reputation and Position in Industry) 31 l. Hasrat Berbisnis (Desire for Business) m. Manajemen dan Organisasi (Management and Organization) n. Kontrol Operasi (Operating Controls) o. Layanan Perbaikan (Repair Service) p. Sikap (Attitude) q. Kesan (Impression) r. Kemampuan Mengepak (Packaging Ability) s. Hubungan dengan Buruh (Labor Relations Record) t. Lokasi Geografis (Geographical Location) u. Nilai Bisnis Terdahulu (Amount of Past Business) v. Training Aids w. Pengaturan Hubungan Timbal Balik (Reciprocal Arrangements) 2. Kriteria pemilihan supplier menurut Nydick dan Hill (1992) yaitu sebagai berikut: a. Quality / kualitas b. Price / harga c. Service / layanan d. Delivery / pengiriman 3. Surjasa dkk memberikan beberapa kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier, yaitu sebagai berikut: a. Kriteria Harga Yang termasuk subkriteria pada kriteria harga adalah: 1) Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan 32 2) Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu. b. Kriteria Kualitas Yang termasuk subkriteria pada kriteria kualitas adalah: 1) Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan 2) Penyediaan barang tanpa cacat 3) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten c. Kriteria Ketepatan Pengiriman Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah: 1) Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati 2) Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi d. Kriteria Ketepatan Jumlah Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah: 1) Ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman 2) Kesesuaian isi kemasan e. Kriteria Customer Care Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah: 1) Kemudahan untuk dihubungi 2) Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk dimengerti 3) Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan 4) Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan 33 Tahap-tahap pemilihan supplier menggunakan metode AHP (Nydick dan Hill, 1992) adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan supplier. 2. Membuat perbandingan berpasangan dari kepentingan relatif (relative importance) kriteria terhadap tujuan, dan menghitung prioritas atau bobot kriteria berdasarkan informasi yang didapatkan. 3. Mengukur/menilai supplier dalam memenuhi kriteria-kriteria. 4. Menggunakan informasi pada langkah 3, membuat perbandingan berpasangan kepentingan relatif (relative importance) pemasok/supplier terhadap kriteria, dan menghitung prioritasnya. 5. Menggunakan hasil pada langkah 2 dan 4, kemudian menghitung prioritas atau bobot supplier terhadap tujuan hirarki. D. Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan) Perkembangan DSS (Decision Support System) berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya pengguna komputer secara time sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan komputer tanpa harus melalui spesialis informasi. Timesharing membuka peluang baru dalam penggunaan komputer. Tidak sampai tahun 1971, ditemukan istilah DSS (Decision Support System), G Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton yang keduanya professor MIT, bersama-sama menulis artikel dalam jurnal yang berjudul “A Framework for Management Information System” mereka merasakan perlunya ada kerangka untuk 34 menyalurkan aplikasi komputer terhadap pembuatan keputusan manajemen. Gorry dan Scott Morton mendasarkan kerangka kerjanya pada jenis keputusan menurut Simon dan tingkat manajemen dari Robert N. Anthony. Anthony menggunakan istilah strategic planning, management control dan operational control (perencanaan strategis, kontrol manajemen, dan kontrol operasional). 1. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan meliputi beberapa tahap dan melalui beberapa proses. Pengambilan keputusan meliputi empat tahap yang saling berhubungan dan berurutan. Empat proses tersebut adalah (Fitria, 2008) : a. Intelligence Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah. b. Design Tahap ini merupakan proses menemukan dan mengembangkan alternatif. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi. c. Choice Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan di antara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model 35 yang telah dibuat. Solusi dari model merupakan nilai spesifik untuk variabel hasil pada alternatif yang dipilih. d. Implementation Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan. INTELLIGENCE (Penelusuran Lingkup Masalah) DESIGN (Perancangan Penyelesaian Masalah) CHOICE (Pemilihan Tindakan) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN IMPLEMENTATION (Pelaksanaan Tindakan) Gambar II.1. Tahap Pengambilan Keputusan Sumber : Fitria, 2008 2. Pengertian DSS Decision Support System (DSS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak 36 terstruktur. DSS sebagai sebuah sistem yang memberikan dukungan kepada seorang manajer, atau kepada sekelompok manajer yang relatif kecil yang bekerja sebagai team pemecah masalah, dalam memecahkan masalah semi terstrukitur dengan memberikan informasi atau saran mengenai keputusan tertentu. Informasi tersebut diberikan oleh laporan berkala, laporan khusus, maupun output dari model matematis. Model tersebut juga mempunyai kemampuan untuk memberikan saran dalam tingkat yang bervariasi 3. Tujuan DSS a. Membantu manajer dalam pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur. b. Mendukung keputusan manajer, dan bukannya mengubah atau mengganti keputusan tersebut. c. Meningkatkan efektivitas manajer dalam pembuatan keputusan, dan bukannya peningkatan efisiensi. Tujuan ini berkaitan dengan tiga prinsip dasar dari konsep DSS, yaitu struktur masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas keputusan. 4. Keuntungan DSS/SPK a. Dapat memperluas kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dalam memproses data atau informasi pemakainya. b. Membantu mengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur. 37 c. Dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan. d. Dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami permasalahnnya, karena sistem penunjang keputusan mampu menyajikan berbagai alternatif. e. Mampu menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran, sehingga dapat memperluas posisi pengambilan keputusan. E. AHP (Analytical Hierarchy Process) Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia di mana faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision makers) untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi. 38 1. Kegunaan AHP AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan sistem, pengukuran performansi, optimasi, dan pemecahan konflik. Keuntungan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan pengambilan keputusan adalah : a. Kesatuan : AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. b. Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. c. Saling ketergantungan : AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier. d. Penyusunan hirarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. e. Pengukuran : AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu model untuk menetapkan prioritas. 39 f. Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbanganpertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas. g. Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. h. Tawar-menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. i. Penilaian dan konsensus : AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda. j. Pengulangan proses : AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. Di samping kelebihan-kelebihan di atas, terdapat pula beberapa kesulitan dalam menerapkan metode AHP ini. Apabila kesulitankesulitan tersebut tidak dapat diatasi, maka dapat menjadi kelemahan dari metode AHP dalam pengambilan keputusan. a. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat tajam/ekstrim di kalangan responden. b. Metode ini mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan. 40 c. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang permasalahan serta metode AHP. 2. Prinsip Pokok AHP Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan atas 4 prinsip dasar, yaitu : a. Decomposition Setelah persoalan didefinisikan, tahapan yang perlu dilakukan adalah decomposition yaitu memecah persoalan-persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap. Disebut hirarki lengkap jika semua elemen ada pada tingkat berikutnya, jika tidak demikian, hirarki yang terbentuk dinamakan hirarki tidak lengkap. b. Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang 41 dinamakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison). c. Synthesis of Priority Dari setiap matriks pairwise comparison (perbandingan berpasangan) kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks perbandingan berpasangan untuk mendapatkan local priority karena matriks perbandingan berpasangan terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting. Global priority adalah prioritas/bobot subkriteria maupun alternatif terhadap tujuan hirarki secara keseluruhan/level tertinggi dalam hirarki. Cara mendapatkan global priority ini dengan cara mengalikan local priority subkriteria maupun alternatif dengan prioritas dari parent criterion (kriteria level di atasnya). d. Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan sesuai dengan himpunan yang seragam jika “bulat” merupakan kriterianya. Tetapi tidak dapat jika “rasa” sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek 42 yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibanding gula, dan gula 2 kali lebih manis dibanding sirup, maka seharusnya madu dinilai 10 kali lebih manis dibanding sirup. Jika madu dinilai 4 kali manisnya dibanding sirup, maka penilaian tidak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang lebih tepat. Dalam menggunakan keempat prinsip tersebut, AHP menyatukan dua aspek pengambilan keputusan yaitu : a. Secara kualitatif AHP mendefinisikan permasalahan dan penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan. b. Secara kuantitatif AHP melakukan perbandingan secara numerik dan penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan. 3. Langkah-langkah Penggunaan AHP : a. Penyusunan struktur hirarki masalah Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok kemudian elemen-elemen tersebut disusun secara hirarkis. 43 Sasaran Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Kriteria ke-n Alternatif ke-m Gambar II.2. Struktur Hirarki AHP Sumber: Thomas L. Saaty, 1994 Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu. Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan patokan bagi elemen-elemen yang berada di bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan 44 penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil. Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut : 1) Minimum Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis. 2) Independen Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang sama. 3) Lengkap Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan. 4) Operasional Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan. b. Penentuan Prioritas 1) Relative Measurement Yang pertama dilakukan dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan 45 dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap subsistem hirarki. Dalam perbandingan berpasangan ini, bentuk yang lebih disukai adalah matriks karena matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta memberi kerangka untuk menguji konsistensi. Rancangan matriks ini mencerminkan dua segi prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Misalkan terdapat suatu subsistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif di bawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk subsistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel II.1 di bawah ini. Tabel II.1 Matriks Perbandingan Berpasangan C A1 A2 A3 …. A1 a11 a12 a13 a1n A2 a21 a22 a23 a2n A3 a31 a32 a33 a3n …. An An …. an1 an2 an3 …. ann Sumber: Thomas L. Saaty, 1994 46 Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1(baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan hubungan : (a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom), atau (b) Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom), atau (c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom). Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan yang disebut Saaty pada tabel II.2. Apabila bobot kriteria Ai adalah wi dan bobot elemen wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili perbandingan (wi/wj)/1. Angka-angka absolut pada skala tersebut merupakan pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan bobot elemen Ai terhadap elemen Aj. 47 Tabel II.2 Skala Penilaian Perbandingan Skala Tingkat Definisi kepentingan 1 Sama pentingnya 3 Sedikit lebih penting Keterangan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Pengalaman dan penilaian sedikit memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya 5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya 7 Sangat Satu elemen sangat disukai penting dan secara praktis dominasinya sangat nyata dibandingkan dengan pasangannya 9 Mutlak lebih Satu elemen terbukti mutlak penting lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan yang tertinggi 2,4,6,8 Nilai tengah Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara dua penilaian yang berdekatan kebalikan Aij = 1/Aij Bila aktivitas i memperoleh suatu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan i Sumber : Thomas L Saaty,1994 2) Eigenvalue dan Eigenvektor Apabila seseorang yang sudah memasukkan persepsinya untuk setiap perbandingan antara kriteria-kriteria yang berada dalam satu level atau yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang 48 paling disukai atau yang paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan. Bentuk matriks ini adalah simetris atau biasa disebut dengan matriks bujur sangkar. Apabila ada 3 kriteria yang dibandingkan dalam satu level matriks maka disebut matriks 3x3. Ciri utama dari matriks perbandingan yang dipakai model AHP adalah kriteria diagonalnya dari kiri atas ke kanan bawah adalah 1 (satu) karena yang dibandingkan adalah dua kriteria yang sama. Selain itu sesuai dengan sistematika berpikir otak manusia, matriks perbandingan yang dibentuk bersifat matriks resiprokal misalnya kriteria A lebih disukai dengan skala 3 dibandingkan kriteria B maka dengan sendirinya kriteria B lebih disukai dengan skala 1/3 dibandingkan A. Setelah matriks perbandingan untuk sekelompok kriteria telah selesai dibentuk maka langkah berikutnya adalah mengukur bobot prioritas setiap kriteria tersebut dengan dasar persepsi seorang ahli yang telah dimasukkan dalam matriks tersebut. Hasil akhir perhitungan bobot prioritas tersebut merupakan suatu bilangan desimal di bawah satu dengan total prioritas untuk kriteria-kriteria dalam satu kelompok sama dengan satu. Dalam penghitungan bobot prioritas dipakai cara yang paling akurat untuk matriks perbandingan yaitu dengan operasi matematis berdasarkan 49 operasi matriks dan vector yang dikenal dengan nama eigenvector. Eigenvector adalah sebuah vector yang apabila dikalikan sebuah matriks hasilnya adalah vector itu sendiri dikalikan dengan sebuah bilangan scalar atau parameter yang tidak lain adalah eigenvalue. Bentuk persamaannya sebagai berikut : A.w = λ.w ………..(II.1) Dengan w = eigenvector λ = eigenvalue A = matriks bujursangkar Eigenvector biasa disebut sebagai vector karakteristiknya dari sebuah matriks bujur sangkar sedangkan eigenvalue merupakan akar karakteristiknya dari matriks tersebut. Metode ini yang dipakai sebagai alat pengukur bobot prioritas setiap matriks perbandingan dalam model AHP karena sifatnya lebih akurat dan memperhatikan semua interaksi antarkriteria dalam matriks. Kelemahan metode ini adalah sulit dikerjakan secara manual terutama apabila matriksnya terdiri dari tiga kriteria atau lebih sehingga memerlukan bantuan program komputer untuk memecahkannya. 50 c. Konsistensi Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan model-model pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas eigenvalue maksimum. Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan. Rumus dari indeks konsistensi (consistency index/CI) adalah CI = (λmaks – n) / (n – 1) ………….. (II.2) Dengan CI = indeks konsistensi λmaks = eigenvalue maksimum n = orde matriks Dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks, eigenvalue maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat 51 eigenvalue maksimum dengan besarnya matriks, makin konsisten matriks tersebut dan apabila sama besarnya maka matriks tersebut konsisten 100% atau inkonsistensi 0%. Dalam pemakaian sehari-hari CI tersebut biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus (II.2) di atas memang lebih cocok untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks. Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah ke dalam bentuk rasio inkonsistensi dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Indeks random menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai 10 yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School. Tabel II.3 Random Consistency Index (RI) N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber : Thomas L. Saaty, 1994 CR = CI / RI CR = Rasio Konsistensi RI = Indeks Random (Random Consistency Index) Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur. Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidakkonsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria 52 yang diberikan konsisten. Jika CR > 0,1 maka maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang. d. Sintesis Prioritas Untuk memperoleh perangkat prioritas yang menyeluruh bagi suatu persoalan keputusan, diperlukan suatu pembobotan dan penjumlahan untuk menghasilkan suatu bilangan tunggal yang menunjukkan prioritas suatu elemen. Langkah yang pertama adalah menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom kemudian membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom tersebut untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi. Normalisasi ini dilakukan untuk mempertimbangkan unit kriteria yang tidak sama. Yang terakhir adalah merata-ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan semua nilai dalam setiap baris dari matriks yang dinormalisasi tersebut dan membaginya dengan banyaknya entri dari setiap baris sehingga sintesis ini menghasilkan persentase prioritas relatif yang menyeluruh. Cara lain untuk memperoleh nilai bobot kriteria adalah dengan langkah-langkah berikut ini : 53 1) Matriks perbandingan diperoleh dari penilaian responden. Tabel II.4. Contoh Matriks Awal Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3 Sub 1 1 6 2 Sub 2 1/6 1 1/5 Sub 3 1/2 5 1 Jml kolom 1,67 12 3,2 Sumber : Bello, 2003 2) Bagi masing-masing elemen pada kolom tertentu dengan nilai jumlah kolom tersebut. Kemudian hasil tersebut dinormalisasi untuk mendapatkan vector eigen matriks dengan merata-ratakan jumlah baris terhadap tiga elemen subtujuan. Tabel II.5. Contoh Normalisasi Matriks Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3 Sub 1 0,60 0,50 0,63 Jumlah Baris 1,73 Sub 2 0,10 0,08 0,06 0,25 0,08 Sub 3 0,30 0,42 0,31 1,03 0,34 Jumlah 1,00 1,00 1,00 Bobot 0,58 1,00 Sumber : Bello, 2003 Perhitungan di atas menunjukkan vector eigen yang merupakan bobot prioritas ketiga elemen terhadap tujuan. 54 Untuk menghitung rasio konsistensi adalah dengan langkah-langkah seperti contoh berikut ini, dengan melanjutkan contoh pada bagian sebelumnya. Pada contoh perhitungan bobot telah didapatkan bobot dari masing-masing sub tujuan berikut: Tabel II.6. Contoh Bobot Kriteria Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3 Bobot Sub 1 1 6 2 0,58 Sub 2 1/6 1 1/5 0,08 Sub 3 1/2 5 1 0,34 Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi 1) Kalikan nilai matriks perbandingan awal dengan bobot, didapatkan matriks sbb: Tabel II.7. Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi – Mengalikan Matriks Awal Dengan Bobot Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3 Jml baris Sub 1 0,580 0,480 0,680 1,740 Sub 2 0,097 0,080 0,068 0,245 Sub 3 0,290 0,400 0,340 1,030 Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi 55 2) Bagi jumlah baris dengan bobot Tabel II.8. Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi – Membagi Jumlah Baris Dengan Bobot Tujuan Jml Baris Bobot Hasil Bagi Sub 1 1,740 0,58 3 Sub 2 0,245 0,08 3,0626 Sub 3 1,030 0,34 3,0294 Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi 3) Menghitung nilai λ maks λ maks = (3+3,0626+3,0294)/3 = 3,03067 4) Menghitung nilai Consistency Index (CI) CI = lmaks - n n -1 CI = (3,03067-3) / (3-1) = 0,015335 5) Menghitung nilai rasio konsistensi (CR), yaitu membagi CI dengan indeks random (RI). Untuk orde matriks n=3 maka nilai RI adalah 0,58. CR = CI/RI = 0,015335/0,58 = 0,026 Rasio konsistensi sebesar 0,026 kurang dari batas toleransi 0,1. Maka matriks perbandingan berpasangan pada contoh ini dikatakan konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian tidak perlu diperbaiki/diulang. 56 4. Aksioma-Aksioma AHP Pengertian aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya atau yang pasti terjadi. Ada empat aksioma yang harus diperhatikan para pemakai model AHP dan pelanggarannya dari setiap aksioma berakibat tidak validnya model yang dipakai. Aksioma tersebut yaitu (Brodjonegoro & Utama dalam Fatmawati, 2007) : a. Aksioma 1 Reciprocal comparison artinya pengambil keputusan harus dapat membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai A dengan skala 1/x. b. Aksioma 2 Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk suatu kelompok elemen-elemen baru. c. Aksioma 3 Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif yang ada melainkan oleh obyektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam 57 model AHP adalah searah ke atas. Artinya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen dalam level di atasnya. d. Aksioma 4 Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau obyektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dengan tidak lengkap. 5. Penilaian Perbandingan Multipartisipan Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Jadi, semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan. Dalam hal ini Saaty memberikan metode perataan dengan rata-rata geometric mean. Ratarata geometrik dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah deret bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Teori rata-rata geometrik menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numerik untuk setiap pasangan untuk mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing 58 nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian itu dipangkatkan dengan 1/n. secara matematis dituliskan sebagai berikut : aij = (Z1, Z2, Z3, …. ,Zn) 1 n ……..(II.3) Dengan aij = Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria Ai dengan Aj untuk n partisipan Zi = Nilai perbandingan antara Ai dengan Aj untuk partisipan i, dengan i=1, 2, 3, …, n n = Jumlah partisipan F. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Marlene J. Suarez Bello, 2003. Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan evaluasi komparatif proses pemilihan supplier pada lingkungan perusahaan yang berbeda menggunakan pendekatan studi kasus pada berbagai perusahaan yang berbeda, dan mengevaluasi proses pemilihan supplier menggunakan standar ISO 9001:2000. Penelitian ini dilakukan pada 3 perusahaan yang berbeda, yang pertama adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bertaraf internasional: Deere and Company, selanjutnya adalah sebuah cabang perusahaan farmasi: Baxter Transfusion Therapies, San German Division. Perusahaan yang ketiga adalah sebuah perusahaan perorangan lokal yang memproduksi injection molding: Techno Plastics Industries. Bello menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menganalisis pemilihan supplier pada ketiga 59 perusahaan di atas. Hasil dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa perbandingan yang meliputi faktor-faktor seperti kriteria pemilihan supplier, proses pemilihan supplier, kompleksitas proses dan peraturan yang dibuat berbeda antara jenis perusahaan yang satu dengan yang lain tergantung pada jenis perusahaan. Penelitian lain dilakukan oleh Gnanasekaran dkk, 2006 pada perusahaan XYZ, yang merupakan salah satu kelompok industri terkemuka di India yang bergerak dalam industri automobile. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis AHP. Kriteria yang digunakan dalam memilih supplier pada perusahaan XYZ adalah kriteria kualitas, kuantitas, waktu pengiriman dan biaya. Alternatif supplier yang akan dipilih adalah supplier 1, supplier 2, supplier 3, dan supplier 4. Dari perhitungan AHP menghasilkan prioritas: supplier 4 dengan bobot 32%, supplier 1 dengan bobot 25,80%, supplier 2 dengan bobot 21,80%, dan supplier 3 dengan bobot 20,40%. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan metode AHP dalam memilih supplier lebih baik dibandingkan dengan sistem yang digunakan oleh perusahaan. Metode AHP memungkinkan pemilihan supplier menjadi lebih transparan sehingga memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan karena dapat memberikan kinerja yang nyata dari supplier dan menuju pada peningkatan yang berkesinambungan. Penelitian lain dilakukan oleh Surjasa dkk. pada PT ABC, sebuah perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri kimia. Tujuan dari penelitian ini adalah memilih supplier terbaik menggunakan metode 60 AHP. Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan adalah kriteria harga, kualitas, waktu pengiriman, ketepatan jumlah serta kriteria customer care. Hasil perhitungan bobot kriteria pemilihan supplier menunjukkan bahwa nilai kriteria harga adalah 25,16%, kualitas adalah 23,16%, waktu pengiriman adalah 22,97%, ketepatan jumlah adalah 17,16%, serta kriteria customer care adalah 10,6%. Hasil perhitungan supplier terpilih adalah PT M1 dengan nilai prioritas 0,477. Dalam penelitian ini dihasilkan juga suatu sistem informasi Vendor Managed Inventory (VMI), diharapkan dengan sistem informasi ini proses pengadaan bahan baku antara supplier dan PT. ABC dapat berjalan lebih efektif dan efisien. 61 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004). Penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus (case study design). Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana sifat dan definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi saat ini (Sekaran, 2006). Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan kontraktor, yaitu PT Cazikhal. Objek yang diteliti adalah proses pengambilan keputusan dalam menentukan supplier kayu yang akan dipilih. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Populasi dari penelitian ini adalah pengambil keputusan dan manajemen PT Cazikhal sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan judgment sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Hal ini dikarenakan metode AHP mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait 62 dalam pengambilan keputusan. Selain itu responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang permasalahan. Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini adalah: 1. Pihak-pihak yang mempunyai kewenangan mengambil keputusan (decision makers) dalam hal pemilihan supplier, yaitu direktur utama, direktur teknik, manager representatif, kepala bagian pembelian dan pergudangan, dan kepala bagian keuangan. 2. Karyawan bagian pembelian dan pergudangan yang menerima barang secara langsung dari supplier sehingga mengetahui secara langsung kinerja dari supplier. C. Sumber Data 1. Data Pimer Data Primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengumpulan kuesioner (Sekaran, 2006). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan kuesioner yang dibagikan kepada responden. 2. Data Sekunder Data Sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain (Sekaran, 2006). Data sekunder yang dikumpulkan antara lain profil perusahaan (company profile), studi pustaka, dan catatan-catatan atau dokumen perusahaan. 63 D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Dari hasil wawancara pendahuluan didapatkan variabel-variabel (kriteria) yang digunakan dalam pemilihan supplier kayu pada PT Cazikhal, yaitu sebagai berikut: 1. Harga (Price) Harga adalah nilai benda/barang diukur dengan satuan uang (rupiah), diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan. Harga di sini meliputi 2 subkriteria: a. Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan (H1) b. Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu (H2) 2. Kualitas (Quality) Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Kualitas barang (kayu) diukur dengan kepadatan kayu, warna kayu, diameter, tingkat kekeringan, ada tidaknya kecacatan, serta kelurusan batang, diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan. Kualitas di sini meliputi 3 subkriteria: a. Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1) b. Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) c. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3) 64 3. Layanan (Service) Layanan adalah pelayanan, bantuan dan kemudahan yang diberikan supplier kepada konsumen (pihak perusahaan), diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan. Layanan di sini meliputi 4 subkriteria: a. Kemudahan untuk dihubungi (S1) b. Kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2) c. Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3) d. Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) 4. Ketepatan Pengiriman (Delivery) Ketepatan pengiriman yaitu kemampuan supplier dalam menangani permintaan perusahaan sehingga dapat mengirimkan barang sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan. Ketepatan pengiriman di sini meliputi 2 subkriteria: a. Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati (D1) b. Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2) 5. Ketepatan Jumlah (Quantity) Ketepatan jumlah yaitu ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman, diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan. 65 E. Metode Pengumpulan Data 1. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas (Sekaran, 2006). Bentuk kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada contoh kuesioner dalam Saaty, 1994. Sedangkan item-item yang dibandingkan dalam kuesioner adalah kriteria, subkriteria, dan alternatif (supplier) yang digunakan dalam pemilihan supplier pada PT Cazikhal. Kuesioner ini dibagikan kepada para responden. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada pihak perusahaan, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu wawancara dimana pewawancara memiliki daftar pertanyaan yang ditujukan pada pihak perusahaan. Wawancara terstruktur digunakan dalam wawancara pendahuluan untuk menentukan variabelvariabel yang akan digunakan dalam penelitian yaitu menentukan kriteriakriteria dan subkriteria yang digunakan oleh perusahaan dalam pemilihan supplier. 66 3. Metode Studi Pustaka Metode studi pustaka merupakan metode yang digunakan untuk mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang dilakukan. Landasan teoritis digunakan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. F. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Perhitungan bisa dilakukan secara manual menggunakan Microsoft excel maupun dengan bantuan software expert choice. Langkah-langkah dalam pemilihan supplier adalah sebagai berikut: 1. Menyusun struktur hirarki masalah Dalam metode AHP, kriteria biasanya disusun dalam bentuk hirarki. Kriteria dan subkriteria dalam penelitian ini merupakan kriteria dan subkriteria yang dipakai perusahaan dalam memilih supplier. Masalah pemilihan supplier pada PT Cazikhal disusun dalam tiga level hirarki seperti pada gambar 2. Level 0 merupakan tujuan, level pertama merupakan kriteria dalam pemilihan supplier, level 2 merupakan subkriteria, sedangkan level 3 merupakan alternatif, supplier mana yang sebaiknya dipilih. 67 Memilih supplier terbaik Harga Kualitas Layanan Ketepatan Pengiriman H1 Q1 S1 D1 H2 Q2 S2 D2 Q3 Ketepatan Jumlah S3 S4 Supplier X Supplier Y Supplier Z Gambar III.1 Struktur Hirarki Masalah Sumber : Thomas L. Saaty, 1994 dimodifikasi 2. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang setingkat di atasnya. 3. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 1 (kriteria) yaitu Harga, Kualitas, Layanan, Ketepatan Pengiriman, dan Ketepatan Jumlah. Langkah-langkahnya: a. Membuat perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria b. Hasil penilaian responden kemudian dirata-rata menggunakan geometric mean/rata-rata geometri. Hal ini dilakukan karena AHP 68 hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Teori rata-rata geometrik secara matematis dirumuskan sebagai berikut : aij = (Z1, Z2, Z3, …. ,Zn) 1 n ……..(III.1) Dengan aij = Nilai rata-rata perbandingan berpasangan criteria Ai dengan Aj untuk n partisipan Zi = Nilai perbandingan antara Ai dengan Aj untuk partisipan i, dengan i=1, 2, 3, …, n n c. = jumlah partisipan Hasil dari setiap perbandingan berpasangan ditampilkan dalam sebuah matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison). d. Bagi masing-masing elemen pada kolom tertentu dengan nilai jumlah kolom tersebut e. Hasil tersebut kemudian dinormalisasi untuk mendapatkan vector eigen matriks dengan merata-ratakan jumlah baris terhadap lima kriteria. Perhitungan di atas menunjukkan vector eigen yang merupakan bobot prioritas keempat kriteria terhadap tujuan. f. Menghitung Rasio konsistensi dengan langkah sebagai berikut: 1) Kalikan nilai matriks perbandingan awal dengan bobot 2) Kalikan jumlah baris dengan bobot 3) Menghitung λmaks dengan menjumlahkan hasil perkalian di atas dibagi dengan n. λ maks = ………. (III.2) 69 4) Menghitung Indeks konsistensi Dalam persoalan pengambilan keputusan, penting untuk mengetahui konsistensi dari sebuah persepsi. Adapun indikator dari konsistensi dapat diukur melalui CI yang dirumuskan : CI = (λmaks – n) / (n – 1) ………….. (III.3) Dengan CI = indeks konsistensi λmaks = eigenvalue maksimum n = orde matriks 5) Menghitung Rasio Konsistensi AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi yang dirumuskan : CR = CI / RI ………. (III.4) Dengan : CR = Rasio Konsistensi RI = Indeks random Dimana nilai RI dapat dilihat pada tabel II.3. Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidakkonsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR > 0,1 maka maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai- 70 nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang. 4. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 2 (subkriteria) dari masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier seperti langkah 3 di atas. Kemudian ditentukan global priority/prioritas global dengan cara mengalikan local priority/prioritas dari masing-masing subkriteria dengan prioritas kriteria. 5. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 3 (alternatif) yaitu bobot setiap supplier dibandingkan dengan masingmasing subkriteria seperti langkah 3 di atas. 6. Setelah mengetahui bobot dari masing-masing subkriteria dan bobot dari masing-masing supplier kemudian ditentukan supplier yang akan dipilih. Nilai keseluruhan dari masing-masing supplier yaitu jumlah keseluruhan dari perkalian bobot supplier dengan bobot subkriteria. Supplier yang dipilih adalah supplier yang memiliki nilai paling tinggi. 71 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan PT Cazikhal merupakan sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi sebagai bagian dari manajemen pelaksanaan pembangunan baik pelaksanaan pembangunan jalan, struktur, dan pengairan. Perusahaan ini didirikan oleh tiga orang yaitu Bapak Sandimin, Ibu Ervina Dwi Prasetyowati dan Raden Mas Mahajana Raditya Ajipermana dengan modal dasar sebesar 1 milyar rupiah yang terbagi atas 1000 saham bernilai nominal Rp. 1.000.000,00. Perusahaan ini berkedudukan di Jalan Imogiri Km. 15 Ngentak Bendo Wukirsari Imogiri Bantul. Dasar hukum berdirinya PT Cazikhal adalah sebagai berikut: a. PT Cazikhal didirikan pada hari Rabu, tanggal 1 Februari 2006 melalui akta pendirian perseroan terbatas Nomor 01 oleh notaris Mardiah, SH dengan nama PT Cazikhal. Akta perubahan terakhir Nomor 01 pada tanggal 3 April 2006 oleh notaris Mardiah, SH. b. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul Nomor 63/SIUP/II/2006 tertanggal 23 Februari 2006. 72 c. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) Nomor 1-076156-3402-200237 tertanggal 1 Mei 2006. d. Ijin Gangguan dari Badan pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Kabupaten Bantul Nomor 503/133/IGT/2006 tertanggal 8 Februari 2006. e. Sertifikat Badan Usaha Nomor 0316/GAPENSI/12/7/08 tertanggal 07 Juli 2008. Maksud dan tujuan dari perseroan ini adalah bergerak dalam bidang usaha pembangunan, perdagangan umum, jasa, dan perindustrian. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut perusahaan dapat melakukan kegiatan usaha sebagai berikut: a. Menjalankan usaha-usaha di bidang pembangunan bertindak sebagai pemborong pada umumnya, sebagai pengembang, pemasangan komponen-komponen bangunan, pembangunan konstruksi gedung, jembatan, jalan, bandara, dermaga, pemasangan instalasi-instalasi dan sebagainya. b. Menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan meliputi perdagangan import, eksport, lokal, interinsulair, sebagai distributor, agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan lain baik dari dalam maupun luar negeri kecuali agen perjalanan, perdagangan yang berhubungan dengan usaha real estate dan property, supermarket/hypermarket (toserba/swalayan). 73 c. Menjalankan usaha-usaha di bidang jasa, yang meliputi berbagai kegiatan jasa kecuali jasa dalam bidang hukum dan pajak. d. Menjalankan usaha di bidang perindustrian umum termasuk industri karoseri, perakitan kendaraan, industri garment dan pakaian jadi, industri makanan dan minuman, industri kerajinan tangan, furniture dan sebagainya. 2. Struktur Organisasi Perusahaan Dewan Komisaris Direktur Utama Direktur Teknik Manajer Representatif Sekretaris Bagian SDM Bag. Pembelian &Pergudangan Pelaksana Jalan Bagian Administrasi Pelaksana Sumber Daya Air Bagian Keuangan Pelaksana Gedung Gambar IV.1 Stuktur Organisasi Perusahaan Sumber : Company profile PT Cazikhal 74 Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian sebagai berikut: a. Dewan Komisaris Tugas dan Wewenang Komisaris : 1) Komisaris melakukan pengawasan atas kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada direksi. 2) Komisaris baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri setiap waktu dalam jam kerja kantor perseroan berhak memasuki bangunan dan halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau yang dikuasai oleh perseroan dan berhak memeriksa semua pembukuan, surat, dan alat bukti lainnya, memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain serta berhak untuk mengetahui segala hal yang dijalankan oleh direksi. 3) Direksi dan setiap anggota direksi wajib wajib untuk memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh komisaris. 4) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara seorang atau lebih anggota Direksi, apabila anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran dasar dan atau Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 5) Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan kepada yang bersangkutan, disertai alasannya. 75 6) Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sesudah pemberhentian sementara itu, komisaris diwajibkan untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan memutuskan apakah anggota Direksi yang bersangkutan akan diberhentikan seterusnya atau dikembalikan kepada kedudukannya semula, sedangkan anggota Direksi yang diberhentikan sementara itu diberi kesempatan untuk hadir guna membela diri. 7) Apabila seluruh anggota Direksi diberhentikan sementara dan perseroan tidak mempunyai seorangpun anggota Direksi maka untuk sementara Komisaris diwajibkan untuk mengurus perseroan. b. Direktur Utama Tugas dan Wewenang: 1) Direktur utama bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya. 2) Direktur utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili Perseroan. 3) Direksi berhak mewakili Perseroan (atas persetujuan RUPS) di dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat Perseroan, serta menjalankan segala tindakan baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi dengan pembatasan untuk meminjam atau meminjamkan uang atas nama Perseroan (tidak termasuk mengambil uang 76 perseroan di bank), dan mendirikan suatu usaha baru atau turut serta pada perusahaan lain baik di dalam maupun di luar negeri. 4) Direksi untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau lebih sebagai sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan kepadanya kekuasaan yang diatur dalam surat kuasa. c. Direktur Teknik Tugas dan Wewenang: 1) Membantu direktur utama dalam melaksanakan tugasnya sehingga memperlancar jalannya kegiatan perusahaan. 2) Dalam hal Direktur utama tidak hadir atau berhalangan, maka berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili perseroan. d. Manager Representatif Manager representatif adalah seseorang yang ditunjuk oleh direksi untuk menjalankan operasional perusahaan khususnya proyek. Manager representative perencanaan (planning), bertanggung jawab pengorganisasian untuk melakukan (organizing), dan pengendalian (controlling). Dia bertanggung jawab memastikan tahap perencanaan suatu proyek meliputi uraian tugas yang lengkap, analisis kebutuhan sumber daya, serta time schedule sesuai dengan kebutuhan proyek. Manager mengkoordinir dan mengkomunikasikan keseluruhan proses proyek yang meliputi studi kelayakan proyek, perencanaan, 77 desain, konstruksi, dan pelaksanaan proyek. Tujuan utamanya adalah meminimalkan waktu dan biaya dengan tetap menjaga kualitas proyek. e. Sekretaris Membantu manager dalam mengurusi administrasi manajer. f. Bagian Keuangan Bagian keuangan bertugas mengurusi segala hal yang berhubungan dengan lalu lintas keuangan perusahaan, seperti gaji, pajak, asuransi, membuat laporan keuangan berserta analisisnya, dll. g. Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) Bagian sumber daya manusia bertugas mengurusi masalah kepegawaian, baik saat penerimaan pegawai, pengangkatan, maupun pemberhentian pegawai, serta menjamin kesejahteraan pegawai. Selain itu juga meningkatkan keterampilan para pegawai dengan mengikutsertakan mereka dalam acara pelatihan dan lain sebagainya. h. Bagian Administrasi Bagian administrasi bertugas mengurusi segala hal yang menyangkut administrasi perusahaan. i. Bagian Pembelian dan Pergudangan Bagian pembelian dan pergudangan bertanggung jawab menyediakan kebutuhan bahan baku maupun kebutuhan operasional bagi perusahaan serta bertanggung jawab dalam hal penyimpanannya. 78 j. Pelaksana Jalan Pelaksana jalan bertanggung jawab melaksanakan proyek-proyek jalan, jembatan, dll. k. Pelaksana Sumber Daya Air Pelaksana sumber daya air bertanggung jawab melaksanakan proyek-proyek yang berhubungan dengan penyediaan sumber daya air, misalnya pengeboran, pembuatan saluran air bersih, dll. l. Pelaksana Gedung Pelaksana gedung bertanggung jawab melaksanakan proyekproyek pembangunan gedung, baik gedung sekolah, kantor, dll. B. Metode Analisis AHP 1. Penyusunan hirarki Setelah permasalahan didefinisikan, langkah selanjutnya adalah memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang akurat. Dalam metode AHP, kriteria biasanya disusun dalam bentuk hirarki. Kriteria dan subkriteria dalam penelitian ini merupakan kriteria dan subkriteria yang dipakai oleh perusahaan dalam memilih supplier, yang diperoleh dari hasil wawancara pendahuluan. Masalah pemilihan supplier pada PT Cazikhal disusun dalam tiga level hirarki seperti pada gambar IV.2. Level 0 merupakan tujuan yaitu memilih supplier terbaik (optimal), level pertama merupakan kriteria dalam pemilihan supplier, level 2 79 merupakan subkriteria yang merupakan penjabaran dari level pertama (kriteria), sedangkan level 3 merupakan alternatif, supplier mana yang sebaiknya dipilih. Memilih supplier terbaik Harga Kualitas Layanan Ketepatan Pengiriman H1 Q1 S1 D1 H2 Q2 S2 D2 Q3 Ketepatan Jumlah S3 S4 Supplier X Supplier Y Supplier Z Gambar IV.2 Struktur Hirarki Masalah Pemilihan Supplier PT Cazikhal Sumber : Thomas L. Saaty, 1994 dimodifikasi 2. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan kriteria yang setingkat di atasnya. 80 a. Matriks Perbandingan Berpasangan Masing-masing Kriteria dalam Pemilihan Supplier pada PT Cazikhal Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun bentuk tabelnya sebagai berikut: Tabel IV.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Kriteria Dalam Pemilihan Supplier Kriteria Harga Harga 1 Kualitas Kualitas Layanan Ketepatan Ketepatan Pengiriman Jumlah 1 Layanan Ketepatan Pengiriman Ketepatan Jumlah 1 1 1 Sumber: data primer diolah b. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria Dari Masingmasing Kriteria Dalam Pemilihan Supplier Pada PT Cazikhal Data untuk pengukuran prioritas kepentingan dari subkriteria dari masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala bagian pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan bagian pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang. 81 Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun bentuk tabelnya sebagai berikut: Tabel IV.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria pada Kriteria Harga Kepantasan harga Subkriteria dengan kualitas (H1) Kepantasan harga Kemampuan memberikan diskon (H2) 1 dengan kualitas (H1) Kemampuan memberikan diskon 1 (H2) Sumber: data primer diolah Tabel IV.3 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria pada Kriteria Kualitas Subkriteria Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan (Q1) Kesesuaian barang dengan 1 spesifikasi yang ditetapkan (Q1) Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3) Sumber: data primer diolah Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3) 1 1 82 Tabel IV.4 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria pada Kriteria Layanan Kemudahan untuk dihubungi (S1) Subkriteria Kemudahan untuk 1 dihubungi (S1) Kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2) Kecepatan menanggapi permintaan pelanggan (S3) Cepat tanggap menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) Sumber: data primer diolah Kemampua n memberikan informasi secara jelas (S2) Kecepatan menanggap i permintaan pelanggan (S3) Cepat tanggap menyelesai -kan keluhan pelanggan (S4) 1 1 1 Tabel IV.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria pada Kriteria Ketepatan Pengiriman Subkriteria Kemampuan mengirimkan barang sesuai tanggal yang disepakati (D1) Kemampuan mengirimkan barang sesuai tanggal yang disepakati (D1) Kemampuan menanganani sistem transportasi (D2) Sumber: data primer diolah Kemampuan menanganani sistem transportasi (D2) 1 1 83 c. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pada Pemilihan Supplier Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun bentuk tabelnya sebagai berikut: 1) Kriteria Harga Tabel IV.6 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas Barang Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Y Supplier Z 1 Supplier Z 1 Sumber: data primer diolah Tabel IV.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Z Supplier Y Supplier Z 1 1 Sumber: data primer diolah 84 2) Kriteria Kualitas Tabel IV.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditetapkan Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Y Supplier Z 1 Supplier Z 1 Sumber: data primer diolah Tabel IV.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Y Supplier Z 1 Supplier Z 1 Sumber: data primer diolah Tabel IV.10 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Z Supplier Y Supplier Z 1 1 Sumber: data primer diolah 85 3) Kriteria Layanan Tabel IV.11 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kemudahan Dihubungi Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Y Supplier Z 1 Supplier Z 1 Sumber: data primer diolah Tabel IV.12 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Memberikan Informasi Secara Jelas Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Y Supplier Z 1 Supplier Z 1 Sumber: data primer diolah Tabel IV.13 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kecepatan Menanggapi Permintaan Pelanggan Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Z Supplier Y Supplier Z 1 1 Sumber: data primer diolah 86 Tabel IV.14 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Cepat Tanggap Menyelesaikan Keluhan Pelanggan Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Y Supplier Z 1 Supplier Z 1 Sumber: data primer diolah 4) Kriteria Ketepatan Pengiriman Tabel IV.15 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Tanggal yang Disepakati Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Y Supplier Z 1 Supplier Z 1 Sumber: data primer diolah Tabel IV.16 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada Subkriteria Kemampuan Dalam Menangani Sistem Transportasi Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Z Supplier Y Supplier Z 1 1 Sumber: data primer diolah 87 5) Kriteria Ketepatan Jumlah Tabel IV.17 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Kriteria Ketepatan Jumlah Alternatif Supplier X Supplier X 1 Supplier Y Supplier Z Supplier Y Supplier Z 1 1 Sumber: data primer diolah 3. Menghitung bobot/prioritas kepentingan dari masing-masing variabel pada level 1 (kriteria) yaitu Harga, Kualitas, Layanan, Ketepatan Pengiriman, dan Ketepatan Jumlah. Data untuk pengukuran prioritas kepentingan dari kriteria-kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala bagian pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan bagian pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang. Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Hasilnya ditunjukkan pada tabel IV.18. 88 Tabel IV.18 Penilaian Prioritas Kepentingan Kriteria Dalam Pemilihan Supplier Ketepatan Ketepatan Pengiriman Jumlah 3,651 4,336 4,190 5,441 5,479 0,223 4,476 1 1,346 1,219 0,231 0,184 0,743 1 1,060 0,239 0,183 0,820 0,944 1 Kriteria Harga Kualitas Layanan Harga 1 0,357 Kualitas 2,801 1 Layanan 0,274 Ketepatan Pengiriman Ketepatan Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam memilih supplier di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam table IV.19 berikut: Tabel IV.19 Prioritas Kepentingan (Bobot) Kriteria dalam Pemilihan Supplier Kriteria Bobot Prioritas Harga 0,277 II Kualitas 0,486 I Layanan 0,091 III Ketepatan Pengiriman 0,073 IV=V Ketepatan Jumlah 0,073 IV=V Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.9 di atas menunjukkan bahwa dalam memilih supplier kayu, prioritas pertama PT Cazikhal yaitu kriteria kualitas dengan bobot 89 0,486, selanjutnya prioritas kedua yaitu kriteria harga dengan bobot 0,277, prioritas ketiga kriteria layanan dengan bobot 0,091, prioritas selanjutnya ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah dengan bobot yang sama yaitu 0,073. 4. Menghitung bobot/prioritas kepentingan dari masing-masing variabel pada level 2 (subkriteria) Data untuk pengukuran prioritas kepentingan subkriteria dari masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala bagian pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan bagian pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang. Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Hasilnya ditunjukkan pada tabeltabel di bawah ini: 90 a. Kriteria Harga Tabel IV.20 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Harga dalam Pemilihan Supplier Kepantasan harga Subkriteria dengan kualitas (H1) Kepantasan harga Kemampuan memberikan diskon (H2) 1 1,723 0,581 1 dengan kualitas (H1) Kemampuan memberikan diskon (H2) Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam kriteria harga di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.21 berikut: Tabel IV.21 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Harga dalam Pemilihan Supplier Subkriteria Kepantasan harga dengan kualitas (H1) Bobot Prioritas 0,633 I 0,367 II Kemampuan memberikan diskon (H2) Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.21 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria harga dalam pemilihan supplier, subkriteria kepantasan harga dengan 91 kualitas (H1) merupakan prioritas pertama dengan nilai bobot 0,633, sedangkan subkriteria kemampuan memberikan diskon (H2) merupakan prioritas kedua dengan nilai bobot 0,367. b. Kriteria Kualitas Tabel IV.22 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria Pada Kriteria Kualitas Dalam Pemilihan Supplier Subkriteria Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan (Q1) Kesesuaian barang dengan 1 spesifikasi yang ditetapkan (Q1) Penyediaan barang tanpa 1,982 cacat (Q2) Kemampuan memberikan 1,369 kualitas yang konsisten (Q3) Sumber : Hasil Pengolahan AHP Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3) 0,504 0,730 1 1,575 0,635 1 Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam kriteria kualitas di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.23 berikut: 92 Tabel IV.23 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria Kualitas dalam Pemilihan Supplier Subkriteria Bobot Prioritas Kesesuaian barang dengan 0,229 III 0,466 I 0,305 II spesifikasi yang ditetapkan (Q1) Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3) Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.23 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria kualitas, subkriteria penyediaan barang tanpa cacat (Q2) menempati prioritas pertama dalam memilih supplier dengan nilai bobot 0,466. Prioritas selanjutnya adalah subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3) dengan nilai bobot 0,305, dan prioritas terakhir adalah subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan(Q1) dengan nilai bobot 0,229. 93 c. Kriteria Layanan Tabel IV.24 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria Pada Kriteria Layanan Dalam Pemilihan Supplier Subkriteria Kemudahan untuk dihubungi (S1) Kemampua n memberikan informasi secara jelas (S2) Kemudahan untuk 1 3,557 dihubungi (S1) Kemampuan memberikan informasi 0,281 1 secara jelas (S2) Kecepatan menanggapi permintaan 1,669 3,769 pelanggan (S3) Cepat tanggap menyelesaika n keluhan 2,494 4,430 pelanggan (S4) Sumber : Hasil Pengolahan AHP Kecepatan menanggap i permintaan pelanggan (S3) Cepat tanggap menyelesai -kan keluhan pelanggan (S4) 0,599 0,401 0,265 0,226 1 0,774 1,292 1 Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam kriteria layanan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.25 berikut: 94 Tabel IV.25 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria Layanan dalam Pemilihan Supplier Subkriteria Kemudahan untuk dihubungi (S1) Kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2) Kecepatan menanggapi permintaan pelanggan (S3) Cepat tanggap menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) Bobot Prioritas 0,204 III 0,076 IV 0,310 II 0,410 I Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.25 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria layanan, subkriteria cepat tanggap menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) menempati prioritas pertama dalam pemilihan supplier pada PT Cazikhal dengan nilai bobot 0,410. Prioritas kedua yaitu subkriteria kecepatan menanggapi permintaan pelanggan (S3) dengan nilai bobot 0,310. Prioritas ketiga yaitu subkriteria kemudahan untuk dihubungi (S1) dengan nilai bobot 0,204, dan subkriteria kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2) dengan nilai bobot 0,076 merupakan prioritas terakhir dalam memilih supplier. 95 d. Kriteria Ketepatan Pengiriman Tabel IV.26 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman Dalam Pemilihan Supplier Subkriteria Kemampuan mengirimkan barang sesuai tanggal yang disepakati (D1) Kemampuan mengirimkan barang 1 sesuai tanggal yang disepakati (D1) Kemampuan menanganani sistem 0,354 transportasi (D2) Sumber : Hasil Pengolahan AHP Kemampuan menanganani sistem transportasi (D2) 2,826 1 Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam kriteria ketepatan pengiriman di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.27 berikut: Tabel IV.27 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman Dalam Pemilihan Supplier Subkriteria Kemampuan mengirimkan barang sesuai tanggal yang disepakati (D1) Kemampuan menanganani sistem transportasi (D2) Sumber : Hasil Pengolahan AHP Bobot Prioritas 0,739 I 0,261 II Tabel IV.27 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan pengiriman, subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai tanggal yang telah disepakati (D1) dengan nilai bobot 0,739 96 menempati prioritas pertama dalam memilih supplier. Sedangkan subkriteria kemampuan menangani sistem transportasi (D2) dengan nilai bobot 0,261 menempati prioritas kedua dalam memilih supplier. 5. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 3 (alternatif) yaitu bobot setiap supplier dibandingkan dengan masingmasing subkriteria Data untuk pengukuran prioritas kepentingan subkriteria dari masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala bagian pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan bagian pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang. Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Berikut ini bobot masing-masing alternatif terhadap subkriteria dalam pemilihan supplier : 97 a. Kriteria Harga 1) Subkriteria Kepantasan harga dengan kualitas (H1) Tabel IV.28 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 3,173 2,918 0,315 1 1,042 0,343 0,959 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kepantasan harga dengan kualitas di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.29 berikut: Tabel IV.29 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,603 I Supplier Y 0,198 II=III Suppplier Z 0,198 II=III Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.29 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria kepantasan harga dengan kualitas (H1), supplier X merupakan supplier yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot 0,603. 98 Selanjutnya supplier Y dan supplier Z mempunyai nilai bobot yang sama yaitu 0,198. 2) Subkriteria Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu (H2) Tabel IV.30 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 2,188 0,580 0,457 1 0,314 1,723 3,180 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan diskon di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.31 berikut: Tabel IV.31 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,321 II Supplier Y 0,155 III Suppplier Z 0,523 I Sumber : Hasil Pengolahan AHP 99 Tabel IV.31 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria kemampuan memberikan diskon (H2), supplier Z yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot 0,523. Prioritas selanjutnya pada subkriteria ini adalah supplier X dengan nilai bobot 0,321, kemudian supplier Y sebagai prioritas terakhir dengan nilai bobot 0,155. b. Kriteria Kualitas 1) Subkriteria Kesesuaian Barang Dengan Spesifikasi Yang Ditetapkan (Q1) Tabel IV.32 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditetapkan Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 0,615 0,494 1,626 1 0,695 2,026 1,439 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.33 berikut: 100 Tabel IV.33 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kesesuaian Barang Dengan Spesifikasi Yang Ditetapkan Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,214 III Supplier Y 0,331 II Suppplier Z 0,455 I Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.33 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan (Q1), supplier Z yang paling memenuhi subkriteria ini dengan nilai bobot 0,455. Prioritas selanjutnya adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,331, dan prioritas terakhir pada subkriteria ini adalah supplier X dengan nilai bobot 0,214. 2) Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat (Q2) Tabel IV.34 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 3,891 3,954 0,257 1 1,000 0,253 1,000 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP 101 Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria penyediaan barang tanpa cacat di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.35 berikut: Tabel IV.35 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,662 I Supplier Y 0,169 II=III Suppplier Z 0,169 II=III Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.35 di atas menunjukkan bahwa supplier X dengan bobot 0,662 adalah supplier yang paling memenuhi subkriteria penyediaan barang tanpa cacat (Q2). Sedangkan supplier Y dan supplier Z merupakan prioritas selanjutnya dengan nilai bobot yang sama yaitu 0,169. 102 3) Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas Yang Konsisten(Q3) Tabel IV.36 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas Yang Konsisten Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 4,254 1,150 0,235 1 0,346 0,869 2,889 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.37 berikut: Tabel IV.37 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas Yang Konsisten Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,486 I Supplier Y 0,124 III Suppplier Z 0,389 II Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.37 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3), supplier X 103 dengan nilai bobot 0,486 memiliki prioritas pertama untuk dipilih berdasarkan subkriteria ini. Prioritas kedua adalah memilih supplier Z dengan nilai bobot 0,389, dan prioritas terakhir adalah memilih supplier Y yang mempunyai nilai bobot 0,124. c. Kriteria Layanan 1) Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi (S1) Tabel IV.38 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 2,068 2,617 0,483 1 1,104 0,382 0,906 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kemudahan untuk dihubungi di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.39 berikut: Tabel IV.39 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,537 I Supplier Y 0,248 II Suppplier Z 0,215 III Sumber : Hasil Pengolahan AHP 104 Tabel IV.39 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria kemudahan untuk dihubungi (S1), supplier X mempunyai prioritas pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,248. Sedangkan supplier Z menempati prioritas ketiga dengan nilai bobot 0,215. 2) Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas Dan Mudah Dimengerti (S2) Tabel IV.40 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas Dan Mudah Dimengerti Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 3,732 1,668 0,268 1 0,464 0,599 1,768 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.41 berikut: 105 Tabel IV.41 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas Dan Mudah Dimengerti Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,537 I Supplier Y 0,146 III Suppplier Z 0,318 II Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.41 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2), prioritas pertama untuk dipilih adalah supplier X dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,318. Sedangkan supplier Y menempati prioritas terakhir untuk dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,146. 106 3) Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan (S3) Tabel IV.42 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 0,472 0,301 2,120 1 0,701 3,324 1,426 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.43 berikut: Tabel IV.43 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,156 III Supplier Y 0,341 II Suppplier Z 0,503 I Sumber : Hasil Pengolahan AHP 107 Tabel IV.43 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3), prioritas pertama adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,503. Sedangkan prioritas kedua adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,341, dan prioritas terakhir adalah supplier X dengan nilai bobot 0,156. 4) Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan (S4) Tabel IV.44 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 2,773 2,064 0,361 1 0,774 0,484 1,292 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.45 berikut: 108 Tabel IV.45 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,542 I Supplier Y 0,198 III Suppplier Z 0,259 II Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.45 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4), supplier X merupakan prioritas pertama supplier yang akan dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,542. Selanjutnya prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,259, dan prioritas terakhir yaitu supplier Y dengan bobot prioritas 0,198. 109 d. Kriteria Ketepatan Pengiriman 1) Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Dengan Tanggal Yang Telah Disepakati (D1) Tabel IV.46 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Dengan Tanggal Yang Telah Disepakati Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 2,712 0,405 0,369 1 0,253 2,469 3,952 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.47 berikut: Tabel IV.47 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Dengan Tanggal Yang Telah Disepakati Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,285 II Supplier Y 0,125 III Suppplier Z 0,590 I Sumber : Hasil Pengolahan AHP 110 Tabel IV.47 di atas menunjukkan bahwa supplier Z dengan nilai bobot 0,590 merupakan prioritas pertama untuk dipilih pada subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati (D1). Sedangkan supplier X dengan nilai bobot 0,285 merupakan prioritas kedua, dan supplier Y dengan bobot kriteria 0,125 merupakan prioritas terakhir. 2) Subkriteria Kemampuan Dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi (D2) Tabel IV.48 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 0,590 0,795 1,694 1 1,292 1,258 0,774 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam subkriteria kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.49 berikut: 111 Tabel IV.49 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Subkriteria Kemampuan Dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,253 III Supplier Y 0,423 I Supplier Z 0,323 II Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.49 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2), supplier Y dengan nilai bobot 0,423 merupakan prioritas pertama untuk dipilih. Sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,323, dan prioritas terakhir yaitu supplier X dengan nilai bobot 0,253. e. Kriteria Ketepatan Jumlah Tabel IV.50 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Kriteria Ketepatan Jumlah Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 1 3,221 2,246 0,310 1 0,492 0,445 2,035 1 Sumber : Hasil Pengolahan AHP 112 Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel dalam kriteria ketepatan jumlah di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.51 berikut: Tabel IV.51 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif Pada Kriteria Ketepatan Jumlah Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,563 I Supplier Y 0,156 III Supplier Z 0,282 III Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.51 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan jumlah, prioritas pertama adalah supplier X dengan bobot 0,563. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan bobot 0,282 dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan bobot 0,156. 6. Memilih Supplier Optimal Setelah masing-masing kriteria dan alternatif didapatkan kemudian dilakukan sintesis untuk mendapatkan bobot alternatif secara keseluruhan dari kriteria yang ada. Sebelumnya bobot/prioritas lokal (local priority) harus dicari nilai globalnya (global priority) terlebih dahulu. Untuk mendapatkan global priority dengan cara mengalikan local priority dengan prioritas level di atasnya (parent criterion). Secara detail, hasil pembobotan kriteria dan alternatif dapat dilihat dalam tabel IV.52 berikut : 113 Tabel IV.52 Prioritas Global (Global Priority) Level 0 (Tujuan) Level 1 (Kriteria) Level 2 (Subkriteria) Bobot H1 0,175 H2 0,102 Q1 0,111 Q2 0,226 Q3 0,148 S1 0,019 S2 0,007 S3 0,028 S4 0,037 D1 0,054 D2 0,019 Harga (0,277) Kualitas (0,486) Memilih supplier optimal (best supplier) Layanan (0,091) Ketepatan Pengiriman (0,073 Ketepatan Jumlah (0,073) Alternatif Bobot Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z Supplier X Supplier Y Supplier Z 0,105 0,035 0,035 0,033 0,016 0,053 0,024 0,037 0,050 0,150 0,038 0,038 0,072 0,018 0,058 0,010 0,005 0,004 0,004 0,001 0,002 0,004 0,010 0,014 0,020 0,007 0,010 0,015 0,007 0,032 0,005 0,008 0,006 0,041 0,011 0,021 Sumber : Hasil pengolahan AHP 114 Setelah global priority didapatkan, bobot masing-masing alternatif secara keseluruhan dapat dihitung dengan menjumlahkan semua bobot keseluruhan (global priority) pada masing-masing supplier, hasilnya ditunjukkan pada tabel IV.53 di bawah ini : Tabel IV.53 Bobot Alternatif secara Keseluruhan Alternatif Bobot Prioritas Supplier X 0,467 I Supplier Y 0,198 III Supplier Z 0,336 II Sumber : Hasil Pengolahan AHP Tabel IV.53 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, supplier X dengan nilai bobot 0,467 merupakan prioritas pertama untuk dipilih sebagai supplier kayu pada PT Cazikhal. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,336, sedangkan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198. Pemilihan supplier jika didasarkan pada masing-masing kriteria dapat dilihat pada tabel IV.54 berikut ini: 115 Tabel IV.54 Bobot Alternatif (Supplier) Berkenaan dengan Kriteria Kriteria Supplier X Supplier Y Supplier Z Harga 0,490 0,181 0,329 Kualitas 0,479 0,198 0,322 Layanan 0,415 0,251 0,334 Ketepatan pengiriman 0,274 0,224 0,502 Ketepatan jumlah 0,563 0,156 0,282 Sumber : data primer diolah Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa supplier X unggul pada beberapa kriteria yaitu kriteria harga dengan bobot 0,490, kriteria kualitas dengan bobot 0,479, kriteria layanan dengan bobot 0,479, dan kriteria ketepatan jumlah dengan bobot 0,563. Sedangkan supplier Z unggul pada kriteria ketepatan pengiriman dengan bobot 0,502. Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria harga, supplier X menempati prioritas pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,490. Selanjutnya prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,329, dan prioritas terakhir adalah supplier Y. Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria kualitas, prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,479, sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,322. Sedangkan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198. 116 Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria layanan, prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,415. Sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,334 dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,251. Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan pengiriman, prioritas pertama adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,502. Prioritas kedua adalah supplier X dengan nilai bobot 0,274, dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,224. Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan jumlah, prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,563. Prioritas selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,282, dan prioritas terakhir pada supplier Y dengan nilai bobot 0,156. 7. Konsistensi Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidakkonsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan 117 konsisten. Jika CR > 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang. Tabel IV.55 berikut ini menunjukkan nilai konsistensi rasio (CR) dari penilaian responden : Tabel IV.55 Consistensi Ratio (CR) Penilaian Responden Perbandingan Berpasangan CR Keterangan Antar kriteria (level 1) 0,02 Konsisten Antar subkriteria harga 0,00 Konsisten Antar subkriteria kualitas 0,00 Konsisten Antar subkriteria layanan 0,02 Konsisten Antar subkriteria ketepatan pengiriman 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria H1 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria H2 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria Q1 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria Q2 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria Q3 0,01 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria S1 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria S2 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria S3 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria S4 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria D1 0,03 Konsisten Antar alternatif terhadap subkriteria D2 0,00 Konsisten Antar alternatif terhadap kriteria ketepatan jumlah 0,01 Konsisten Sumber : Hasil pengolahan AHP Tabel IV.55 di atas menunjukkan bahwa semua penilaian responden konsisten, dan tidak perlu diulang lagi. 118 C. Pembahasan Dari hasil analisis AHP di atas, kriteria yang paling berpengaruh dalam pemilihan supplier pada PT Cazikhal adalah kriteria kualitas dengan bobot 0,486. Kriteria selanjutnya yang berpengaruh adalah kriteria harga dengan bobot 0,277, kriteria layanan dengan bobot 0,091, serta kriteria ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah dengan nilai bobot yang sama yaitu 0,073. Dengan tingginya nilai bobot kualitas dalam pemilihan supplier menunjukkan bahwa PT Cazikhal mengutamakan kualitas yang tinggi untuk bahan baku yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan bahan baku yang berkualitas baik akan berpengaruh baik pada kualitas produk jadinya. Sebaliknya, penggunaan bahan baku yang kurang berkualitas akan menurunkan kualitas produk jadinya. Kriteria kualitas yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tiga subkriteria yaitu kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1), penyediaan barang tanpa cacat (Q2), serta kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3). Dari ketiga subkriteria tersebut, subkriteria penyediaan barang tanpa cacat (nilai bobot 0,466) dianggap paling penting oleh responden. Selanjutnya adalah subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (nilai bobot 0,305), dan subkriteria terakhir adalah subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (nilai bobot 0,229). 119 Pada subkriteria penyediaan barang tanpa cacat, supplier X dianggap paling baik oleh para responden dengan nilai bobot 0,662. Selanjutnya supplier Y dengan nilai bobot 0,169 dan supplier Z dengan nilai bobot 0,168. Supplier X dinilai tidak pernah mengirim kayu cacat (misalnya terdapat lubang pada kayu) ke perusahaan, sementara produk kayu dari supplier Y dan Z yang dikirimkan ke perusahaan kadang masih ditemukan adanya kecacatan. Pada subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten, supplier X juga dinilai paling baik oleh responden dengan nilai bobot 0,486. Selanjutnya supplier Z dengan nilai bobot 0,389, dan Supplier Y dengan nilai bobot 0,124. Sedangkan pada subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan, supplier Z menempati urutan teratas (nilai bobot 0,455), kemudian supplier Y dan supplier X berturut-turut dengan nilai bobot 0,331 dan 0,214. Pada kriteria kualitas secara keseluruhan, supplier X menempati prioritas pertama dengan nilai bobot 0,479, sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,322. Sedangkan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198. Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan ingin memilih supplier berdasarkan kriteria kualitas saja, maka supplier yang dipilih adalah supplier X karena supplier X adalah supplier yang paling unggul pada kriteria ini. Berdasarkan kriteria ini, perusahaan bisa mengambil bahan baku dari supplier X untuk keperluan-keperluan yang membutuhkan kualitas yang tinggi, misal untuk kerangka atap, mebelair (furniture) atau untuk ornamenornamen yang membutuhkan kualitas yang bagus. Jika perusahaan 120 mementingkan kriteria kualitas, maka kriteria yang lain seperti harga, layanan, ketepatan jumlah dan ketepatan pengiriman tidak begitu diperhatikan atau dianggap tertentu. Kriteria harga yang menempati urutan kedua dalam pemilihan supplier (nilai bobot 0,277) memiliki peran yang cukup penting karena pembelian bahan baku merepresentasikan porsi yang cukup besar dari nilai penjualan produk jadinya. Dengan harga bahan baku yang lebih murah, diharapkan perusahaan bisa menekan biaya bahan baku sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Kriteria harga dalam penelitian ini meliputi dua subkriteria yaitu kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan (H1), dan kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu (H2). Dari dua subkriteria tersebut, subkriteria kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi yaitu 0,633, sedangkan subkriteria kemampuan memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu mempunyai nilai bobot 0,367. Pada subkriteria kepantasan harga dengan kualitas (H1), supplier X merupakan supplier yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot 0,603. Selanjutnya supplier Y dan supplier Z mempunyai nilai bobot yang sama yaitu 0,198. Sedangkan pada subkriteria kemampuan memberikan diskon (H2), supplier Z yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot 0,523. Prioritas selanjutnya pada subkriteria ini adalah supplier X dengan nilai 121 bobot 0,321, kemudian supplier Y sebagai prioritas terakhir dengan nilai bobot 0,155. Pada kriteria harga secara keseluruhan, supplier terbaik pada kriteria harga berturut-turut adalah supplier X (nilai bobot 0,490), supplier Z (nilai bobot 0,329), dan terakhir supplier Y (nilai bobot 0,181). Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria harga maka supplier yang dipilih adalah supplier X. Perusahaan bisa mengambil kayu dari supplier X untuk keperluan bahan baku yang membutuhkan kualitas yang bagus (kualitas super) misal untuk kerangka atap yang membutuhkan kayu yang kuat, furniture dan ornamen-ornamen, meskipun dengan harga yang cukup mahal tetapi harganya sebanding dengan kualitas yang didapatkan. Jika perusahaan menginginkan harga yang lebih murah dengan pemberian diskon yang cukup banyak, perusahaan dapat mengambil kayu dari supplier Z karena supplier Z menawarkan pemberian diskon yang cukup besar. Dari supplier Z, perusahaan bisa mengambil kayu untuk kualitas menengah yang biasa digunakan untuk kusen, daun pintu, dan jendela. Kriteria Layanan menempati urutan ketiga dalam pemilihan supplier dengan nilai bobot 0,091. Dalam penelitian ini, terdapat empat subkriteria pada kriteria layanan yaitu, kemudahan untuk dihubungi (S1), kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2), kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3), cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4). Subkriteria S4 dianggap paling 122 penting dengan nilai bobot 0,410. Selanjutnya subkriteria S3 (nilai bobot 0,310), subkriteria S1 (nilai bobot 0,204), dan yang terakhir adalah subkriteria S2 (nilai bobot 0,076). Pada subkriteria kemudahan untuk dihubungi (S1), supplier X mempunyai prioritas pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,248. Sedangkan supplier Z menempati prioritas ketiga dengan nilai bobot 0,215. Pada subkriteria kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2), prioritas pertama untuk dipilih adalah supplier X dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,318. Sedangkan supplier Y menempati prioritas terakhir untuk dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,146. Sementara itu, pada subkriteria kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2), prioritas pertama untuk dipilih adalah supplier X dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,318. Sedangkan supplier Y menempati prioritas terakhir untuk dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,146. Pada subkriteria cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4), supplier X merupakan prioritas pertama supplier yang akan dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,542. Selanjutnya prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,259, dan prioritas terakhir yaitu supplier Y dengan bobot prioritas 0,198. 123 Pada kriteria layanan secara keseluruhan, supplier X dengan nilai bobot 0,415 merupakan supplier terbaik, selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,334, dan yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,251. Hasil ini menunjukkan jika perusahaan memilih supplier berdasarkan kriteria layanan saja, dan mengabaikan kriteria yang lain maka supplier yang dipilih oleh perusahaan adalah supplier X. Kriteria ketepatan pengiriman memiliki nilai bobot yang sama dengan kriteria ketepatan jumlah yaitu sebesar 0,073. Pada kriteria ketepatan pengiriman terdapat dua subkriteria yaitu kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati (D1) dengan nilai bobot 0,739, dan kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2) dengan nilai bobot 0,261. Pada subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati (D1) supplier Z dengan nilai bobot 0,590 merupakan prioritas pertama untuk dipilih. Sedangkan supplier X dengan nilai bobot 0,285 merupakan prioritas kedua, dan supplier Y dengan bobot kriteria 0,125 merupakan prioritas terakhir. Sementara itu, pada subkriteria kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2), supplier Y dengan nilai bobot 0,423 merupakan prioritas pertama untuk dipilih. Sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,323, dan prioritas terakhir yaitu supplier X dengan nilai bobot 0,253. Pada kriteria ketepatan pengiriman, supplier yang terbaik adalah supplier Z (nilai bobot 0,502), selanjutnya supplier X (nilai bobot 0,274), dan yang 124 terakhir adalah supplier Y (nilai bobot 0,224). Hasil ini menunjukkan bahwa jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria ketepatan pengiriman saja maka perusahaan memilih supplier Z sebagai suppliernya karena supplier ini yang paling baik berdasarkan kriteria ini. Akan tetapi jika perusahaan ingin mengambil bahan dari supplier X yang ketepatan pengirimannnya rendah, perusahaan bisa menyiasati dengan mengambil barang sendiri ke supplier. Supplier terbaik pada kriteria ketepatan jumlah adalah supplier X dengan nilai bobot 0,563. Selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,282, dan yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,156. Hasil ini menunjukkan bahwa jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria ketepatan jumlah saja maka supplier yang dipilih adalah supplier X. Perusahaan bisa mengambil bahan dari supplier X untuk keperluan bahanbahan yang membutuhkan spesifikasi tepat seperti ukuran, misal untuk keperluan atap (reng dan usuk). Secara keseluruhan, berdasarkan kriteria-kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier, supplier X dinilai sebagai supplier terbaik dengan nilai bobot 0,467. Selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,336 dan supplier Y dengan nilai bobot 0,198. Hasil ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan supplier terbaik yang akan dipilih oleh perusahaan untuk dijadikan sebagai rekanan/mitra jangka panjang adalah supplier X karena secara keseluruhan supplier ini memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan dua supplier yang lain. 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Kriteria yang paling berpengaruh dalam pemilihan supplier kayu pada PT Cazikhal adalah kriteria kualitas dengan bobot 0,486. Prioritas kedua yang berpengaruh adalah kriteria harga dengan bobot 0,277. Prioritas ketiga adalah kriteria layanan dengan bobot 0,091, sedangkan prioritas keempat dan kelima adalah kriteria ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah dengan bobot yang sama yaitu 0,073. 2. Prioritas global (global priority) subkriteria dalam pemilihan supplier secara berturut-turut dari prioritas pertama sampai prioritas terakhir adalah sebagai berikut : subkriteria penyediaan barang tanpa cacat (Q2) dengan bobot 0,226; subkriteria kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan (H1) dengan bobot 0,175; subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3) dengan bobot 0,148; subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan (Q1) dengan bobot 0,111; subkriteria kemampuan memberikan diskon (H2) dengan bobot 0,102; subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai tanggal yang disepakati (D1) dengan bobot 0,054; subkriteria cepat tanggap menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) dengan bobot 0,037; subkriteria 126 kecepatan menanggapi permintaan pelanggan (S3) dengan bobot 0,028; subkriteria kemudahan dihubungi (S1) dengan bobot 0,019; subkriteria kemampuan menangani sistem transportasi (D2) dengan bobot 0,019; subkriteria kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2) dengan bobot 0,007. 3. Berdasarkan kriteria kualitas, supplier X menempati prioritas pertama dengan nilai bobot 0,479, prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,322 dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198. Supplier terbaik pada kriteria harga berturut-turut adalah supplier X dengan bobot 0,490, supplier Z dengan bobot 0,329, dan terakhir supplier Y dengan bobot 0,181. Pada kriteria layanan, supplier X dengan bobot 0,415 merupakan supplier terbaik, selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,334, dan yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,251. Pada kriteria ketepatan pengiriman, supplier yang terbaik adalah supplier Z dengan bobot 0,502, selanjutnya supplier X dengan bobot 0,274, dan yang terakhir adalah supplier Y (nilai bobot 0,224). Sedangkan berdasarkan kriteria ketepatan jumlah, prioritas pertama adalah supplier X dengan bobot 0,563, selanjutnya adalah supplier Z dengan bobot 0,282, dan yang terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,156. 4. Berdasarkan kriteria-kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier, secara keseluruhan supplier X dinilai sebagai supplier terbaik dengan bobot 0,467. Prioritas selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,336 dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198. 127 Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan supplier kayu terbaik bagi perusahaan untuk dijadikan sebagai rekanan/mitra jangka panjang adalah supplier X karena secara keseluruhan supplier ini memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan dua supplier yang lain. B. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada pihak perusahaan serta pihak terkait yaitu : 1. Perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku terutama bahan baku kayu sebaiknya memperhatikan bobot kriteria pemilihan supplier karena setiap kriteria mempunyai bobot yang berbeda. Dengan begitu perusahaan bisa mengkombinasikan kriteria-kriteria tersebut untuk mendapatkan supplier yang tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan memilih supplier yang tepat, perusahaan bisa menghemat waktu dan biaya serta bisa mendapatkan kualitas, jenis, serta jumlah yang tepat. Dengan begitu target penyelesaian proyek tidak akan terganggu dan dapat terselesaikan secara tepat waktu dengan hasil atau kualitas yang bagus. 2. Bagi perusahaan di masa yang akan datang, jika terdapat kriteria ataupun subkriteria baru yang relevan bagi perusahaan atau yang sesuai dengan kebijakan perusahaan yang baru, maka perusahaan dapat mengganti kriteria dan subkriteria yang digunakan saat ini. Selain untuk pemilihan supplier, perusahaan dapat menggunakan analisis AHP untuk memecahkan 128 masalah-masalah multi kriteria yang lain sebagai alat pendukung keputusan. 3. Untuk peneliti selanjutnya, peneliti bisa menggunakan kriteria-kriteria lain yang sesuai dengan kebijakan perusahaan masing-masing. Selain itu, untuk mengurangi subyektivitas penilaian mengurangi ketidaktepatan dan responden, terutama untuk ketidakpastian responden dalam memetakan persepsinya ke dalam angka-angka numerik, peneliti bisa menggunakan metode fuzzy AHP. 129 DAFTAR PUSTAKA Bello, Marlene J. Suarez. 2003. A Case Study Approach to The Supplier Selection Process. http://grad.uprm.edu/tesis/suarezbello.pdf didownload tanggal 11 Mei 2009. Fatmawati, Medelina Shinta. 2007. “Penggunaan Metode AHP dalam Mengukur Kualitas Jasa Lembaga Amil Zakat di Surakarta”. Skripsi Sarjana Yang Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Fitria & Fitriana, Indah. 2008. ”Sistem Penunjang Keputusan Pemenang Tender Proyek Menggunakan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) Pada Dinas Bina Marga Provinsi Lampung” Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. Gnanasekaran, dkk. 2006. Application of Analytical Hierarchy Process in Supplier Selection: An Automobile Industry Case Study. South Asian Journal of Management, Oct-Dec 2006. http://www.highbeam.com/doc/1P3-1230716971.html didownload tanggal 11 Mei 2009 Heizer, Jay dan Barry Render. 2005. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto, H. M. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE. Nydick, Robert L and Ronal Paul Hill. 1992. Using the Analitic Hierarchy Process to Structure the Supplier Selection Procedure. International Journal of Purchasing and Materials Management 28 (2) 31-36. Saaty, Thomas L. 1988. Multi Criteria Decision Methode : The Analitycal Hierarchy Process. University of Pittsburgh. Saaty, Thomas L. 1994. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytic Hierarchy Process. RWS Publications : Pittsburgh USA. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian untuk Bisnis.Salemba Empat: Jakarta. Stock, James. R And Douglas Lambert. 2001. Strategic Logistic Management. 4th Edition. New York : McGraw-Hill. 130 Subakti, Irfan.2002. Sistem Pendukung Keputusan. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Revisi. Bandung : Alfabeta. Supriyono, Wisnu Arya Wardana, dan Sudaryo. 2007. Sistem Pemilihan Pejabat Struktural dengan Metode AHP. Seminar Nasional III. STTN-BATAN. http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/06/30-supriyono-ahphal-311-322.pdf didownload tanggal 11 Februari 2009. Surjasa, Dadang, Pudji Astuti, dan Hario Nugroho. Usulan Supplier Selection Dengan Analytical Hierarchy Process Dan Penerapan Sistem Informasi Dengan konsep Vendor Managed Inventory Pada PT ABC. http://www.fab.utm.my/download/ConferenceSemiar/ICCI2006S3PP06.pdf didownload tanggal 11 Februari 2009. Tahriri, Farzad, dkk. 2008. A Review of Supplier Selection Methods In Manufacturing Industries. Suranaree J. Sci. Technol. Vol. 15 No. 3; July September 2008. Teknomo, Kardi. 2006. Analytic Hierarchy Process (On-Line). Available : http://people.revoledu.com/kardi/ tutoria/AHP/ Universitas Sebelas Maret. 2003. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : Fakultas Ekonomi UNS. Weber, Charles A., John R. Current and W.C. Benton. 1991. Vendor Selection Criteria and Methods. European Journal of Operations Research 50 (1991) 2-18. Zhang, Zhiming, dkk. Evolution of Supplier Selection Criteria and Methods. http://www.pbsrg.com/overview/downloads/Zhiming%20Zhang_Evolution %20of%20Supplier%20Selection%20Criteria%20and%20Methods.pdf didownload tanggal 15 Mei 2009. http://www.wikipedia.org/wiki/Analytic_Hierarchy_Process didownload tanggal 1 April 2009 http://www.wikipedia.org/wiki/Decision_Support_System didownload tanggal 4 Juni 2009 131 LAMPIRAN 132 Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Pendahuluan Di bawah ini terdapat kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier yang mengacu pada penelitian Robert L Nydick & Ronal Paul Hill dan penelitian Surjasa dkk. Apabila terdapat kriteria yang kurang sesuai dengan kebijakan perusahaan maka dapat dihilangkan atau diganti dengan kriteria yang menurut Bapak/Ibu perlu dipertimbangkan atau yang sesuai dengan kebijakan perusahaan. 1. Kriteria Harga (Price) a. Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan b. Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu c. ……………………. d. ……………………. 2. Kriteria Kualitas (Quality) a. kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan b. penyediaan barang tanpa cacat c. kemampuan memberikan kualitas yang konsisten d. ……………………… e. ……………………… 3. Layanan (Service) a. kemudahan untuk dihubungi b. kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk dimengerti c. kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan d. cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan e. …………………….. f. …………………….. 133 4. Ketepatan Pengiriman (Delivery) a. kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati b. kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi c. ………………………. d. ………………………. 5. Ketepatan Jumlah (Quality) a. ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman b. kesesuaian isi kemasan c. ……………………….. d. ………………………. 6. …………………………… a. ………………………. b. ………………………. 134 Lampiran 2. Kuesioner Surat Permohonan Pengisian Kuesioner Kepada Yth. Responden PT Cazikhal Dengan hormat, Saat ini saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Pemilihan Supplier Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus pada PT Cazikhal)” guna penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Untuk itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktu guna mengisi kuesioner ini. Jawaban Bapak/Ibu/Saudara bersifat rahasia dan tidak akan disebarluaskan untuk konsumsi publik karena penelitian ini bersifat akademis/keilmuan semata dan hasilnya tidak akan disebarluaskan. Atas kesediaan, perhatian, dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terima kasih. Reny Rahmayanti F0204017 135 KUESIONER PENETAPAN BOBOT/PRIORITAS KEPENTINGAN DARI KRITERIA-KRITERIA DALAM PEMILIHAN SUPPLIER Berikut ini kriteria yang dipakai perusahaan dalam memilih supplier kayu : 1. Harga, yaitu nilai benda/barang diukur dengan satuan uang (rupiah). 2. Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Kualitas kayu diukur dengan kepadatan kayu, warna kayu, diameter, tingkat kekeringan, ada tidaknya kecacatan, serta kelurusan batang. 3. Layanan, yaitu pelayanan, bantuan, dan kemudahan yang diberikan supplier kepada pihak perusahaan. 4. Ketepatan pengiriman, yaitu kemampuan supplier dalam menangani permintaan perusahaan sehingga dapat mengirimkan barang sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. 5. Ketepatan jumlah, yaitu ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman. Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria untuk pemilihan supplier dengan cara memberi tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan di bawah ini menggunakan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan : Nilai 1 = sama pentingnya Nilai 3 = sedikit lebih penting Nilai 5 = lebih penting Nilai 7 = sangat lebih penting Nilai 9 = mutlak lebih penting 2,4,6,8 = nilai tengah 136 Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan di atas, kriteria manakah yang menurut Anda lebih penting dalam pemilihan supplier? Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria Harga Kualitas Harga Layanan Harga Harga Kualias Kualitas Kualitas Layanan Layanan Ketepatan Pengiriman Ketepatan Jumlah Layanan Ketapatan Pengiriman Ketepatan Jumlah Ketepatan Pengiriman Ketepatan Jumlah Ketepatan Ketepatan Pengiriman Jumlah Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting 137 KUESIONER PENETAPAN BOBOT/PRIORITAS KEPENTINGAN MASING-MASING SUBKRITERIA DALAM PEMILIHAN SUPPLIER Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan di atas, subkriteria manakah yang menurut Anda lebih penting dalam pemilihan supplier? 1. Kriteria Harga Pada kriteria harga, ada dua subkriteria yaitu a. Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1) b. Kemampuan memberikan diskon pada pemesanan dalam jumlah tertentu (H2) Sub Sub 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria kriteria H1 Sisi kiri lebih penting H2 Sisi kanan lebih penting 2. Kriteria Kualitas Pada kriteria kualitas, ada tiga subkriteria yaitu: a. Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1) b. Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) c. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3) Sub Sub 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria kriteria Q1 Q2 Q1 Q3 Q2 Q3 Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting 138 3. Kriteria Layanan Pada kriteria layanan, ada empat subkriteria yaitu: a. Kemudahan untuk dihubungi (S1) b. Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk dimengerti (S2), c. Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3) d. Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) Sub Sub 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria kriteria S1 S2 S1 S3 S1 S4 S2 S3 S2 S4 S3 S4 Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting 4. Kriteria Ketepatan Pengiriman Pada kriteria ketepatan pengiriman terdapat dua subkriteria yaitu: a. Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati (D1) b. Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2) Sub Sub 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kriteria kriteria D1 Sisi kiri lebih penting D2 Sisi kanan lebih penting 139 KUESIONER PENETAPAN PRIORITAS KEPENTINGAN/BOBOT DARI MASING-MASING SUPPLIER BERKENAAN DENGAN MASINGMASING SUBKRITERIA PEMILIHAN SUPPLIER Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan, supplier manakah yang menurut Anda lebih baik atau lebih memuaskan berkenaan dengan masing-masing subkriteria dalam pemilihan supplier? Nilai 1 = sama memuaskan Nilai 3 = sedikit lebih memuaskan Nilai 5 = lebih memuaskan Nilai 7 = sangat lebih memuaskan Nilai 9 = mutlak lebih memuaskan 2,4,6,8 = nilai tengah 1. Kriteria Harga a. Subkriteria : Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1) Supplier 9 8 7 6 5 Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan b. Subkriteria : Kemampuan memberikan diskon pada pemesanan dalam jumlah tertentu (H2) Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan Supplier Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan 140 2. Kriteria Kualitas a. Subkriteria : Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1) Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan b. Subkriteria : Penyediaan barang tanpa cacat (Q2) Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan c. Subkriteria : Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3) Supplier 9 8 7 6 5 Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan 141 3. Kriteria Layanan a. Subkriteria : Kemudahan untuk dihubungi (S1) Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan b. Subkriteria : Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk dimengerti (S2) Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan c. Subkriteria : Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3) Supplier 9 8 7 6 5 Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan 142 d. Subkriteria : Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan 4. Kriteria Ketepatan Pengiriman a. Subkriteria : Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati (D1) Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan b. Subkriteria : Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2) Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan 143 5. Kriteria Ketepatan Jumlah Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier Supplier X Supplier X Supplier Y Sisi kiri lebih memuaskan Supplier Y Supplier Z Supplier Z Sisi kanan lebih memuaskan 144 Lampiran 3. Tabulasi Data Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Kriteria Terhadap Tujuan Memilih Supplier Terbaik R1 R2 R R4 R5 R6 R7 1 0,200 0,333 0,200 0,500 1,000 0,333 0,333 2 4,000 4,000 4,000 3,000 3,000 5,000 3,000 3 5,000 3,000 4,000 4,000 4,000 6,000 5,000 4 2,000 5,000 7,000 3,000 3,000 6,000 6,000 5 5,000 5,000 5,000 4,000 3,000 6,000 4,000 6 7,000 6,000 8,000 3,000 4,000 7,000 5,000 7 6,000 7,000 7,000 3,000 3,000 8,000 7,000 8 2,000 0,333 2,000 1,000 1,000 2,000 3,000 9 0,500 0,500 1,000 1,000 2,000 2,000 4,000 10 0,500 3,000 1,000 1,000 0,500 1,000 2,000 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Subkriteria Harga Terhadap Kriteria Harga 1 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 3,000 2,000 5,000 1,000 0,500 3,000 1,000 145 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Subkriteria Kualitas Terhadap Kriteria Kualitas R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 0,200 0,250 0,333 3,000 2,000 0,250 0,333 2 0,333 0,500 0,500 4,000 2,000 0,333 0,500 3 3,000 2,000 1,000 1,000 1,000 2,000 2,000 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Subkriteria Layanan Terhadap Kriteria Layanan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 3,000 4,000 5,000 3,000 2,000 5,000 4,000 2 0,333 0,250 3,000 0,333 0,333 1,000 1,000 3 0,200 0,200 0,333 0,250 0,250 1,000 2,000 4 0,333 0,167 0,333 0,200 0,250 0,200 0,500 5 0,200 0,125 0,143 0,167 0,250 0,200 1,000 6 0,500 0,500 0,333 1,000 1,000 1,000 1,000 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Subkriteria Ketepatan Pengiriman Terhadap Kriteria Ketepatan Pengiriman 1 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 5,000 3,000 2,000 4,000 4,000 3,000 1,000 146 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas (H1) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 3,000 3,000 2,000 3,000 5,000 4,000 3,000 2 5,000 4,000 0,250 6,000 4,000 5,000 3,000 3 1,000 2,000 0,167 2,000 0,500 2,000 2,000 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon pada Pemesanan dalam Jumlah Tertentu (H2) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 4,000 2,000 5,000 3,000 2,000 2,000 0,500 2 0,333 0,333 2,000 0,500 0,200 0,333 3,000 3 0,143 0,250 0,333 0,250 0,143 0,143 5,000 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan (Q1) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 0,200 4,000 0,333 0,250 0,250 1,000 2,000 2 0,333 0,250 3,000 0,200 0,143 0,333 3,000 3 1,000 0,125 5,000 0,500 0,500 0,500 1,000 147 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat (Q2) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 3,000 4,000 3,000 5,000 5,000 3,000 5,000 2 5,000 7,000 4,000 3,000 6,000 3,000 2,000 3 1,000 2,000 2,000 0,500 1,000 1,000 0,500 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten (Q3) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 7,000 4,000 3,000 3,000 5,000 4,000 5,000 2 0,500 0,333 1,000 2,000 2,000 2,000 2,000 3 0,143 0,200 0,500 0,500 0,500 0,500 0,333 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi (S1) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 0,200 3,000 3,000 5,000 3,000 3,000 2,000 2 0,167 5,000 4,000 3,000 7,000 6,000 2,000 3 0,500 2,000 1,000 0,333 3,000 2,000 1,000 148 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas dan Mudah Dimengerti (S2) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 8,000 5,000 7,000 3,000 1,000 4,000 3,000 2 3,000 3,000 4,000 1,000 1,000 3,000 0,333 3 0,500 0,500 0,333 0,333 1,000 1,000 0,167 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Kecepatan Dalam Menanggapi Permintaan Pelanggan (S3) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 0,500 0,250 0,500 0,333 0,500 0,500 1,000 2 0,200 0,167 1,000 0,200 0,167 0,200 1,000 3 0,500 1,000 2,000 0,500 0,500 0,333 1,000 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan (S4) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 3,000 0,500 7,000 5,000 4,000 3,000 2,000 2 5,000 0,333 3,000 2,000 4,000 2,000 2,000 3 2,000 1,000 0,500 0,333 1,000 0,500 1,000 149 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Tanggal Yang Disepakati (D1) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 2,000 3,000 5,000 3,000 2,000 2,000 3,000 2 0,143 0,250 0,500 0,500 0,333 0,200 3,000 3 0,167 0,200 0,167 0,333 0,125 0,143 1,000 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan dalam Menangani Sistem Transportasi (D2) R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 0,333 0,200 1,000 3,000 0,500 0,250 1,000 2 0,200 0,500 1,000 2,000 1,000 1,000 1,000 3 0,333 4,000 1,000 0,500 3,000 3,000 1,000 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif Alternatif Terhadap Kriteria Ketepatan Jumlah R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 1 5,000 2,000 3,000 4,000 6,000 5,000 1,000 2 4,000 1,000 2,000 3,000 4,000 3,000 1,000 3 0,500 0,333 0,500 0,500 0,333 0,500 1,000 150 3/4/2010 7:19:23 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik Harga Kualitas Layanan Ketepatan Pengiriman Ketepatan Jumlah Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments. Combined .277 .486 .091 .073 .073 reny 151 3/4/2010 7:22:58 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Harga Kepantasan harga dengan kualit Kemampuan memberi diskon pada Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .633 .367 reny 152 3/4/2010 7:23:39 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Kualitas Kesesuaian barang dengan spesi Penyediaan barang tanpa cacat Kemampuan memberikan kualitas Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .229 .466 .305 reny 153 3/4/2010 7:24:09 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Layanan Kemudahan dihubungi (S1) Kemampuan memberikan informasi Kecepatan menanggapi permintaa Cepat tanggap menyelesaikan ke Inconsistency = 0.02 with 0 missing judgments. Combined .204 .076 .310 .410 reny 154 3/9/2010 6:22:38 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Ketepatan Pengiriman Kemampuan mengirimkan barang s Kemampuan menangani sistem tra Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .739 .261 reny 155 3/4/2010 7:25:51 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Harga >Kepantasan harga dengan... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .603 .198 .198 reny 156 3/4/2010 7:26:12 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Harga >Kemampuan memberi dis... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .321 .155 .523 reny 157 3/4/2010 7:26:39 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Kualitas >Kesesuaian barang denga... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .214 .331 .455 reny 158 3/4/2010 7:27:11 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Kualitas >Penyediaan barang tanpa ... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .662 .169 .168 reny 159 3/4/2010 7:27:30 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Kualitas >Kemampuan memberikan ... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments. Combined .486 .124 .389 reny 160 3/4/2010 7:27:58 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Layanan >Kemudahan dihubungi (S1) Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .537 .248 .215 reny 161 3/4/2010 7:28:20 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Layanan >Kemampuan memberikan ... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .537 .146 .318 reny 162 3/4/2010 7:28:42 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Layanan >Kecepatan menanggapi pe... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .156 .341 .503 reny 163 3/4/2010 7:29:02 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Layanan >Cepat tanggap menyelesai... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .542 .198 .259 reny 164 3/4/2010 7:29:24 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Ketepatan Pengiriman >Kemampuan mengirimkan... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.03 with 0 missing judgments. Combined .285 .125 .590 reny 165 3/4/2010 7:29:44 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Ketepatan Pengiriman >Kemampuan menangani si... Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.00 with 0 missing judgments. Combined .253 .423 .323 reny 166 3/4/2010 7:30:14 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Priorities with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik >Ketepatan Jumlah Supplier X Supplier Y Supplier Z Inconsistency = 0.01 with 0 missing judgments. Combined .563 .156 .282 reny 167 3/4/2010 7:30:41 AM Page 1 of 1 Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER Synthesis: Summary Synthesis with respect to: Goal: Memilih Supplier Terbaik Overall Inconsistency = .00 Supplier X Supplier Y Supplier Z .467 .198 .336 reny 168