Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS TETRAASETO-μ-DIAQUO TEMBAGA (II) I. TUJUAN 1. Mensintesis tetraaseto-μ-diaquo tembaga (II). 2. Mempelajari momen magnetik ikatan logam-logam senyawa tetraasetoμ-diaquo tembaga (II). II. TEORI Dalam semua senyawa kompleks koordinasi, kation dikelilingi oleh anion atau molekul netral. Gugus yang langsung mengelilingi suatu kation disebut ligan dan cabang kimia anorganik yang membahas tentang gabungan kation dan ligannya disebut kimia koordinasi. Dengan demikian, tentu saja tidak ada batas antara kimia koordinasi dan kimiawi molekul kovalen pada suatu pihak, dan kimiawi padatan ionik di lain pihak. Dahulu, dianggap bahwa metana dan SF6 adalah molekul kovalen, sedangkan BH4- dan AlF6-3 diperlakukan sebagai senyawaan koordinasi (yaitu berturut-turut B3+ 4H+ ), tetapi dari segi sifat elektronik yang mendasar, perbedaan ini tidak mudah untuk dipertahankan. Demikian juga ikatan logam pada ligan dalam Na3AlF6 dan dalam AlF3 tidak dapat dibedakan secara kualitatif, meskipun dahulu yang pertama disebut senyawaan koordinasi[1]. Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Tembaga melebur pada suhu 1038℃. Karena potensial elektroda standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya dapat melarutkan tembaga[2]. Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam [Cu(H2O)6]2+. Suatu perkecualian yang terkenal adalah tembaga(II) klorida yang berwarna kehijaun oleh karena ion kompleks koordinasi empat [CuCl4]2-, yang mempunyai bangun geometri Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 dasar tetrahedral atau bujur sangkar bergantung pada anion ligannya. Dalam larutan encer garam klorida ini berwarna biru karena terjadinya pendesakan ligan Cl- oleh ligan H2O. Oleh karena itu, jika warna hijau ingin dipertahankan, ke dalam larutan pekat CuCl2 dalam air dapat ditambahkan ion senama Clmisalnya dengan penambahan padatan NaCl atau HCl pekat atau HCl gas[3]. Perlu diingat bahwa ikatan yang terjadi antara atom pusat dan ligan adalah ikatan koordinasi, sehingga sangat penting untuk mengetahui pasangan elektron pada atom ligan mana yang berperan pada ikatan ini. Beberapa ligan sederhana (monodentat) yang sering dikenal dapat diperiksa pada beberapa contoh tersebut diatas dengan atom donor. Dalam ligan monodentat hanya sepasang elektron saja yang disediakan untuk pembentukan ikatan koordinasi dengan atom pusat. Namun, banyak ligan yang mampu menyediakan dua atom atau lebih yang masing-masing dapat bertindak sebagai donor pasangan elektron. Jika jarak antar atom-atom donor ini cocok dalam arti tidak terlalu dekat atau terpisah terlalu jauh, hal ini mungkin terjadi dua ikatan koordasi yang berasal dari satu ligan sehingga membentuk cincin (sistem lingkar). Pembentukan ikatan cincin oleh suatu ligan dalam suatu senyawa kompleks disebut kelasi dan cincin yang dibentuk disebut cincin kelat[4]. Ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-. Ligan seperti ini bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut ligan monodentat[1]. Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu2O yang berwarna merah, dan mengandung ion tembaga (I) senyawa ini tidak berwarna, kebanyakan dari garam tembaga (I) tidak larut dalam air, prilakunya mirip senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida yang berwarna hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan air yang memiliki warna yang khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) saja[2]. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 Pelarutan tembaga, hidroksida, karbonat dan sebagainya, dalam asam menghasilkan ion akuo hijau kebiruan yang dapat ditulis [Cu(H2O)6]2+. [1]. Aplikasi senyawa kompleks banyak dijumpai antara lain dalam kehidupan rumah tangga, industri, dan obat-obatan, sebagai agen pengompleks yang bergantung pada kemampuannya melarutkan secara selektif ion-ion logan atau yang dapat mengikatnya atau yang dapat memisahkan dari larutan[4]. Salah satu alasan kimia koordinasi dapat menjadi sangat rumit adalah adanya banyak cara dimana isomer dapat timbul. Telah diteliti bahwa kompleks bujur sangkar dengan jenis ML2X2 terdapat isomer cis dan trans[3]. Senyawa kompleks atau koordinasi telah berkembang pesat karena senyawa ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia terutama karena aplikasi nya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan, farmasi, industri, dan llingkungan. Senyawa kompleks dalam industri sangat dibutuhkan terutama dalam katalis. Logam transisi memiliki orbital d yang belum terisi penuh yang bersifat asam lewis yang dapat menerima pasangan elektron bebas yang bersifat basa lewis. Ligan pada senyawa kompleks dikelompokkan berdasarkan jumlah elektron yang dapat disumbangkan pada atom logam. Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan Kristal. Jika orbital d dari sebuah kompleks berpisah menjadi 2 kelompok seperti yang dijelaskan diatas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital d yang berenergi lebih rendah ke orbital d yang bernergi yang lebih tinggi, menghasilkan keadaan atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yng berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya tertentu saja yang dapat Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat dan Fungsi No Alat Fungsi 1 Gelas piala Untuk wadah melarutkan zat 2 Corong Untuk membantu memisahkan endapan dengan filtrat 3 Batang pengaduk Untuk mengaduk larutan 4 Hot plate/Magnetic stirrer Untuk pemanasan dan pengadukan 5 Water Bath Untuk mempercepat terbentuknya endapan 6 Kaca arloji Untuk wadah zat pada saat menimbang 7 Timbangan analitik Untuk menimbang zat 8 Spatula Untuk mengambil zat dalam bentuk padatan 9 Gelas ukur Untuk mengukur volume zat 3.1.2 Bahan dan Fungsi Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 No Bahan Fungsi 1 CuSO4.5H2O Sebagai sumber atom pusat Cu2+ 2 NaOH Sebagai sumber ligan OH- / pembentuk endapan Cu(OH)2 3 CH3COOH 10% Sebagai sumber ligan CH3COO- (asetat) 4 NH3 p.a Sebagai pembentuk kompleks intermediet [Cu(NH3)4]2+ 5 Akuades Sebagai pelarut 6 Kertas saring Sebagai bahan penyaring endapan 3.2 Cara Kerja Sebanyak 0,25 g CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 5 mL akuades di dalam gelas piala, larutan diaduk sambil dipanaskan pada suhu 40-60oC. Ditambahkan amonia p.a dan diaduk hingga warna biru muda berubah menjadi biru tua. Setelah itu, ditambahkan 1 butir NaOH dan dilanjutkan proses pengadukan selama 20 menit pada suhu 55-65oC. Campuran didiamkan hingga suhunya turun. Endapan yang terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan 2 mL air panas. Endapan kemudian dipindahkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan asam asetat 10% sebanyak 2,5 mL. Campuran kemudian dipanaskan kembali sambil diaduk. Kemudian endapan yang terbentuk disaring dan dikeringkan. Rendemen dihitung menggunakan perbandingan massa endapan yang didapatkan ketika percobaan dengan massa endapan secara teori. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 3.3 Skema Kerja CuSO4.5H2O - ditimbang sebanyak 0,25 g - dilarutkan dalam 5 mL akuades - dipanaskan pada suhu 40-60 °C - ditambahkan amonia p.a - diaduk hingga warnanya berubah menjadi biru tua [Cu(NH3)4]2+ - ditambahkan 1 butir NaOH - diaduk dan dipanaskan selama 20 menit pada suhu 55-65°C Cu(OH)2 - didiamkan hingga mencapai suhu kamar - disaring dan dicuci endapan dengan 2 mL air panas Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 - dimasukan ke dalam gelas piala - ditambah asam asetat 10% sebanyak 2,5 mL Campuran - dipanaskan - disaring dan dikeringkan Kristal tetraaseto-μdiaquo tembaga (II) 3.4 Skema Alat 8 1 6 4 2 6 1 3 3 5 4 2 5 7 7 Keterangan : 1. Termometer 2. Gelas piala Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 3. Larutan 4. Magnetic bar 5. Hotplate/magnetic stirrer 6. Corong 7. Erlenmeyer IV. Data dan Perhitungan 4.1 Data Massa CuSO4.5H2O = 0,25 g Mr CuSO4.5H2O = 249,5 g/mol Massa kertas saring = 2,017 gram Massa kertas saring + kristal = 2,121 gram Massa kristal yang terbentuk = 0,104 gram Mr [Cu(CH3COO)2.H2O]2 = 399,09 g/mol 4.2 Perhitungan Reaksi yang terjadi : CuSO4.5H2O(S) + 4NH3(l) [Cu(NH3)4]+2 + SO42- (Cu(NH3)4)+2(aq) + NaOH(s) Cu(OH)2 (s) Cu(OH)2(s) + 2CH3COOH(l) ½ [(Cu(CH3CO2).2H2O)2] Massa [(Cu(CH3CO2).2H2O)2] = 0,25 g CuSO4.5H2O x x 1 mol CuSO4.5H2O 249,6 g CuSO4.5H2O 1/2 mol [(Cu(CH3CO2).2H2O)2] 1 mol [(Cu(CH3CO2).2H2O)2] Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 x 399,5 g [(Cu(CH3CO2).2H2O)2] 1 mol [(Cu(CH3CO2).2H2O)2] = 0,199 g CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O Rendemen = = massa percobaan massa teori 0,104 g 0,199 g x 100% x 100% = 52,01 % Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 V. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengamatan Langkah Kerja No. 1 Langkah Kerja dan Reaksi Sebanyak 0,25 g CuSO4.5H2O Foto Pengamatan Analisis Kristal CuSO4.5H2O berfungsi sebagai sumber ditimbang dan dilarutkan dalam 5 CuSO4.5H2O atom pusat Cu+2 yang nantinya akan mL akuades. berwarna biru. berikatan dengan ligan. Reaksi: Dipakai CuSO4.5H2O + H2O → Cu2+ + SO42- + mudah larut daripada CuSO4. 6H2O CuSO4.5H2O karna lebih Fungsi dilarutkan dengan air untuk mengionkannya. 2 Diaduk dan dipanaskan pada suhu Larutan berwarna Proses pemanasan bertujuan untuk 40-50oC. biru terang memperbesar energi kinetik, sehingga membuat tumbukan partikel semakin besar yang semakin mengakibatkan cepat pengadukan putus. bertujuan ikatan Sedangkan untuk menghomogenkan larutan. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 3 Ditambah NH3 p.a sebanyak 10 Larutan berubah Penambahan amonia meningkatkan tetes warna dari biru intesitas warna campuran. Amonia dan dilanjutkan dengan proses pengadukan. terang menjadi berfungsi Reaksi: biru pekat. Cu2+ + NH3 → [Cu(NH3) 4]2+ sebagai membentuk kompleks ligan dan intermediet [Cu(NH3)4]2+. Selain itu amonia juga berfungsi sebagai pelarut sehingga disebut dengan solvent ligan. 4 Ditambahkan sebutir NaOH dan Padatan diaduk selama 20 menit pada suhu terang 55-65oC. mengendap. biru Endapan biru terang merupakan mulai endapan Cu(OH)2. Dimana ligan NH3 digantikan oleh ligan hidroksi (OH-). Reaksi: Hal ini dikarenakan ligan hidroksi [Cu(NH3)4]2+ + 2 NaOH → Cu(OH)2 lebih kuat dibanding NH3 berdasarkan + 4 NH3 deret spektrokimia. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 5 Campuran didinginkan dan disaring. Endapan tinggal Pendinginan di kertas saring. bertujuan untuk menurunkan energi kinetik, sehingga endapan semakin cepat terbentuk, sedangkan penyaringan untuk memisahkan endapan dengan filtrat. 6 7 Endapan diambil dan dicuci dengan Endapan 2 mL air panas. berwarna Endapan ditambahkan 2,5 mL CH3COOH 10% sambil dikocok dan Pencucian dengan air panas berfungsi biru untuk menghilangkan pengotor dari tosca. endapan seperti NH3, SO42, dan Na+. Terbentuk Penambahan larutan biru tosca. membentuk asam kristal asetat akan tetraaseto-μ- dipanaskan pada suhu 70-80oC. diaquo tembaga (II). Asam asetat Reaksi: berfungsi sebagai sumber ligan asetat. [Cu(OH)2] + CH3COOH [Cu(CH3COO)2(H2O)2] → Asam asetat tidak dapat ditambahkan secara langsung karena asam asetat Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 merupakan ligan kuat, sehingga dapat menggantikan ligan hidroksi. Untuk itu tidak dapat ditambahkan secara bertujuan untuk langsung. 8 Kristal disaring dan dikeringkan. Terbentuk endapan tosca. Pengeringan biru menguapkan air yang terdapat pada kristal. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 5.2 Pengamatan Hasil Akhir (Produk) No 1 Senyawa dan Struktur Kimia Produk [Cu(CH3COO)2H2O]2 Tetraaseto-µ-diaquo tembaga (II) Foto Sifat Produk - Berwarna biru terang Analisis Rendemen yang dihasilkan yaitu sekitar 52,01%. - Berupa kristal Kesalahan - Sifat magnet: Jembatan ligan paramagnetik - Inner sphere complex - Bentuk orbital: Square planar Hibridisasi: 29Cu = [Ar] 4s2 3d9 29Cu2+ = [Ar] 4s0 3d9 Keadaan dasar: Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 Keadaan terion: Keadaan kompleks: Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 5.3 Pembahasan Pada percobaan sintesis senyawa kompleks tetraaseto-μ-diaquo tembaga (II), prinsip yang digunakan adalah reaksi pembentukan kompleks dengan reaksi substitusi, dimana ligan kuat akan menggantikan ligan lemah. Ligan-ligan yang digunakan adalah asetat, hidroksi (OH-) dan NH3. Pada deret spektrokimia ligan asetat merupakan ligan kuat dibandingkan hidroksi (OH-) dan amonia (NH3). Sedangkan ligan hidroksi (OH-) lebih kuat dibandingkan dengan ligan amonia (NH3). Garam CuSO4.5H2O dicampur akuades dan dipanaskan. Pemanasan larutan ini berfungsi untuk melepas ikatan antara Cu dengan air yang membentuk [Cu(H2O)n], ikatan antara Cu dengan air ini mudah dilepaskan dengan pemanasan karena air akan menguap dan lepas dari tembaga(II). Dipakai CuSO4.5H2O karna lebih mudah larut dari CuSO4 Kemudian ditambahkan larutan NH3 p.a yang berfungsi sebagai ligan yang membentuk kompleks intermediet [Cu(NH3)4]2+. Selain sebagai ligan, NH3 juga berfungsi sebagai pelarut, sehingga disebut sebagai solvent ligan. Ligan NH3 ini menggantikan posisi H2O karena kekuatan medannya lebih kuat dibandingkan H2O. Warna dari kompleks ini adalah biru tua. Penambahan ligan hidroksi (OH-) dengan melarutkan NaOH akan menggantikan posisi ligan NH3 sehingga terbentuk endapan Cu(OH)2 yang berwarna biru terang. Endapan yang terbentuk disaring untuk memisahkannya dari filtrat. Endapan Cu(OH)2 tidak larut dalam air panas, sehingga untuk menghilangkan pengotor dicuci endapan dengan air panas. Endapan biru terang ini ditambahkan dengan asam asetat 10% yang berfungsi untuk memberikan ligan asetat. Ligan asetat yang kuat akan menggantikan posisi (OH-). Reaksi dengan asam asetat ini akan membentuk [Cu(CH3COO)2.H2O]2 yang merupakan molekul kompleks dimer dengan dua buah atom Cu. Pada percobaan ini tidak bisa ditambahakan asam asetat langsung pada CuSO4.5H2O. Hal ini karena SO4-2 merupakan ligan kuat dibandingkan CH3COO-. Jika ditambahkan secara langsung, SO4-2 tidak dapat digantikan oleh CH3COO-. Rendemen yang didapatkan sebesar 52,01 %. Didapatkan rendemen yang kecil, hal ini berarti masih terdapat senyawa belum bereaksi. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 KESALAHAN YANG MUNGKIN TERJADI Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto 𝜇-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Pembentukan senyawa kompleks tetraaseto-μ-diaquo tembaga (II) melalui 3 tahap, yaitu: 2. CuSO4.5H2O(s) + 4NH3(l) [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) [Cu(NH3)4]2+(aq) + NaOH(aq) Cu(OH)2(s) Cu(OH)2(s) + 2CH3COOH(l) 1/2[Cu(CH3COO)2H2O]2(s) + H2O(l) Penambahan asam asetat langsung pada CuSO4.5H2O tidak bisa dilakukan. 3. H2O bertindak sebagai jembatan dari atom pusat. 4. SO42- merupakan ligan kuat dibandingkan CH3COO-. 5. Massa endapan tetraaseto-μ-diaquo tembaga (II) yang didapatkan yaitu 0,10 g dengan rendemen sebesar 52,01%. 6.2 Saran Agar praktikum berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi maka diharapkan agar: 1. Endapan Cu(OH)2 yang terbentuk hendaknya dikeringkan terlebih dahulu sebelum penambahan asam asetat 10%. 2. Bersihkan kertas saring dengan asam asetat 10%. 3. Gunakan bahan seefisien mungkin. 4. Jangan dipanaskan dengan suhu yang melebihi suhu 65°C. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 DAFTAR PUSTAKA [1] Cotton F.A, Wilkinnson. 2013. KIMIA ANORGANIK DASAR. Jakarta: UI Press. [2] Vogel. 1998. BUKU TEKS ANALISIS ANORGANIK KUALITATIF MAKRO DAN SEMIMAKRO. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka. [3] Sugiyarto . H, Kristian dan Suyanti D. Retno. 2010. KIMIA ANORGANIK LOGAM. Yogyakarta: Graha Ilmu. [4] Sugiyarto . H, Kristian. 2012. DASAR-DASAR KIMIA ANORGANIK TRANSISI. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto 𝜇-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 Lampiran 1. Analisis Artikel Ilmiah A. Judul Sintesis dan karakterisasi dari 12 ligan tetradentat makrosiklik dan kompleks dari Mn(II), Co(II), dan Cu(II). B. Tujuan Mensintesis ligan tetradentat kompleks N6 dengan logam Mn(II), Co(II), dan Cu(II) dan ligan X = Cl2 dan X=SO4 C. Skema Kerja A. sintesis ligan tetradentat N6- makrosiklik ligan Trimethoprim dan alanin - Dimasukan 0,01 M dalam labu alas bundar - Dilarutkan dalam 50 mL metanol - Ditambahkan 2 tetes HCl - Dikeringkan 2 hari - Kristal putih dicuci dengan metanol dan Direfluks 6 jam suhu 60C Hasil eter Kristal Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 B. Sintesis ligan tetradentat N6- makrosiklik kompleks Logam sulfat 0,01 M - Dilarutkan dengan metanol sebnyak 50 mL - Larutan klorida terdehidrasi dengan larutan sulfat - Dimasukan dalam labu alas bulat - Direfluks selama 6 jam - Dikonsentrasi hingga setengah dari volume labu - Di didamkan selama 2 hari kristal - Disaring dan dicuci denga metanol:eter dengan perbandingan 1:1 - Divacum diatas kalsium klorida anhidrat Hasil D. Hasil Telah disiapkan trimethoprim dan alanin dengan metode template koordinate melalui cincin kinetika cincin imina dan amina nitrogen. Kompleks ini telah ditandai dengan analisis unsur, konduktivitas molar, pengukura kekentalan magnetik dan study spektal IR dan elektronik. Data sektral menunjukan bahwa kompleks logam klorida memiliki geometri oktahedral, dan logam sulfat memiliki geometri tetrahedral. Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto 𝜇-Diaquo Tembaga (II) Praktikum Kimia Anorganik II Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 E. Kelebihan dan kekurangan Kelebihan: hasil di sajikan dalam bentuk data disertai dengan struktur dari produk yang dihasilkan. Kekurangan: cara kerja tidak dijelaskan secara rinci Sintesis Senyawa Kompleks Tetraaseto-μ-Diaquo Tembaga (II)