I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa kompleks

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang memiliki warna yang khas
yang diakibatkan oleh adanya unsur yang dari golongan transisi yang biasanya
berperperan sebagai atom pusat dalam senyawa kompleks. Atom pusat dalam
senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa
kompleks berperan sebagai basa Lewis. Ligan berikatan dengan atom pusat dengn
cara mengisi orbital kosong yang disediakan oleh atom pusat, atau dengan kata
lain ligan berfungsi sebagai penyedia elektron bagi atom pusat. Ligan dapat
terdiri atas ligan monodentat dan ligan bidentat.
Senyawa kompleks dapat dibuat dengan cara melakukan sintesis terhadap
beberapa senyawa tertentu sehingga menghasilkan senyawa kompleks yang
diinginkan. Senyawa kompleks besi (II) merupakan salah satu contoh dari
senyawa kompleks yang dapat dibuat dengan mereaksikan senyawa besi (II)
sulfat dengan asam oksalat dimana senyawa kompleksnya dibuat dengan metode
kristalisasi dan reklistalisasi. Berkaitan dengan senyawa kompleks yang telah
dibuat atau disintesis maka penetapan rumus molekul senyawa tersebut
merupakan hal penting yang selanjutnya harus dilakukan.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan percobaan mengenai
penetapan rumus molekul senyawa kompleks dalam hal ini kompleks besi (II)
agar dapat diketahui proses apa saja yang terlibat dalam pembentukan senyawa
kompleks besi (II) tersebut serta cara penetapan rumus molekul senyawa
kompleks yang tepat untuk senyawa tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan penetapan rumus molekul senyawa
kompleks adalah bagaimana membuat dan menentukn rumus molekul senyawa
kompleks besi (II)?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan penetapan rumus molekul
senyawa kompleks adalah untuk mempelajari pembuatan dan penentuan rumus
molekul senyawa kompleks besi (II).
D. Manfaat
Manfaat yang dapat dicapai pada percobaan penenetapan rumus molekul
senyawa kompleks adalah dapat membuat dan menentukan rumus molekul
senyawa kompleks besi (II).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa kompleks adalah senyawa yang jumlah ikatan antara atomatomnya lebih dari pada yang diharapkan pada valensinya. Ligan merupakan
molekul organik yang dapat membentuk kompleks. Ligan hanya berikatan lewat
satu atom saja. Seperti misalnya N dalam NH3 dan C dalam CN-, maka ligan
disebut monodentat. Yang dapat menempati dua kedudukan pada atom logam
disebut ligan bidentat dan senyawa yang dibentuknya dikenal sebagai senyawa
sepit atau senywa kurungan (senyawa chelate) (Surdia,1993).
Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan
sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Kestabilan dari senyawa
kompleks dipengaruhi oleh faktor ligan dan atom pusat. Faktor yang
mempengaruhi kestabilan kompleks berdasarkan pada pengaruh atom pusat antara
lain adalah besar dan muatan dari ion serta factor distribusi muatan (Agustina
dkk., 2013).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom. Atom-atom yang dapat
menyumbangkan sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu
dalam lengkung koordinasi, sehingga, ligan merupakan basa Lewis dan ion logam
adalah asam Lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron
disebut ligan monoidentat atau anion monoatomik (Petrucci, 1987).
Berdasarkan banyaknya elektron yang didonorkan oleh ligan maka ligan
dapat diklasifikasikan menjadi ligan monodentat, liganbidentat dan ligan
multidentat. Ligan monodentat hanya dapat mendonorkan sepasang elektron yang
dimilikinya ke logam. Ligan bidentat dapat mendonorkan dua pasang elektron
yang dimilikinya ke logam, sedangkan banyak elektron yang bisa didonorkan ke
logam pada ligan multidentat. Ligan-ligan multidentat ini pula yang dapat
membentuk struktur kelat dalam kimia koordinasi oleh karena banyaknya
pasangan elektron yang bisa didonorkan ke logam (Saria, 2012).
Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah
keberadaannya. Besi yang dapat dikonsumsi oleh manusia berada dalam bentuk
ionnya yaitu Fe2+ dan Fe3+. Dalam tubuh, besi esensial memproduksi hemoglobin
yang berfungsi dalam mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh,
mengangkut elektron dalam sel dan mensistesis enzim yang mengandung besi
yang dibutuhkan untuk menggunakan O2 selama memproduksi energi seluler.
Penentuan kadar besi dapat menggunakan metode analisa spektrofotometri UV
VIS. Metode ini dilakukan dengan mengomplekskan zat yang akan dianalisa
dengan pengompleks besi yang membentuk suatu warna yang spesifik.
Pengompleks yang biasanya digunakan adalah molybdenum, selenit, dan
ortofenantrolin (Hapsoro dkk., 2012).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan Penetapan Rumus Molekul
Senyawa Kompleks adalah gelas kimia, gelas ukur, timbangan analitik,
corong, penyaring Buchner, spatula, pipet tetes dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan Penetapan Rumus
Molekul Senyawa Kompleks adalah besi (II) sulfat, asam oksalat, asam
sulfat, alkohol, kertas saring, akuades dan aluminium foil.
C. Prosedur Kerja
Pembuatan Senyawa Kompleks
4 g besi (II) sulfat
2,5 g asam oksalat
-
-
dilarutkan dengan 12,5 mL
akuades
yang
telah
diasamkan dengan 0,5 mL
asam sulfat 2 M
-
Residu
-
dilarutkan dengan 15
mL akuades
dimasukkan dalam gelas kimia
dicampur
dididihkan
disaring dengan penyaring Buchner
Filtrat
dicuci dengan air panas dan alkohol
dicuci dengan alkohol
dikeringkan
dihitung rendamannya
Hasil Pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Data Pengamatan
No
1.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
4 gram besi (II) sulfat + 12,5 mL
Larutan berwarna kuning muda
akuades yang telah diasamkan
dengan 0,5 mL H2SO4
2.
2,5 gram asam oksalat + 15 mL
Larutan bening dan terjadi
akuades
penurunan suhu yaitu larutan
menjadi dingin
3.
Larutan besi (II) sulfat + larutan asam Larutan berwarna kuning dan
oksalat dicampur dan dipanaskan
terbentuk endapan kuning dalam
larutan
4.
Endapan disaring dan dicuci dengan
Endapan berwarna kuning, berat3,6
air panas dan alkohol
gram
2. Analisis Data
a. Pembuatan Senyawa Kompleks
-
Reaksi : FeSO4 + H2C2O4→ FeC2O4 + H2SO4
Berat Kristal = ( berat kertas saring + endapan)- berat kertas saring
= 4,71 gram – 1,11 gram
= 3,6 gram
2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
mol H2C2O4
= 90 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 = 0,027 mol
mol FeSO4
= 152
4 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
= 0,026 mol
→
FeSO4 +
H2C2O4
FeC2O4
+
H2SO4
M
0,026 mol
0,027 mol
-
B
0,026 mol
0,026 mol
0,026 mol
0,026 mol
S
-
0,001 mol
0,026 mol
0,026 mol
-
Massa teoritis FeC2O4 = mol FeC2O4 × Mr FeC2O4
= 0,026 mol × 144 gram/mol
= 3,744 gram
% rendamen
=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
× 100%
3,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 3,744 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100%
= 96%
B. Pembahasan
Senyawa kompleks dapat diartikan sebagai senyawa yang terdiri atau
tersusun atas atom pusat yang berupa ion logam dan ligannya. Atom pusat dalam
senyawa kompleks biasanya merupakan unsur logam golongan transisi yang
mempunyai warna yang khas dan oleh karena itulah senyawa kompleks
umumnya pula memiliki warna yang khas. Atom pusat dalam senyawa kompleks
mengikuti atau bersifat sebagai asam Lewis yaitu sebagai komponen yang
menyediakan orbital kosong atau sebagai akseptor pasangan elektron bebas dari
ligan yang bersifat sebagai basa Lewis yaitu sebagai komponen yang mengikuti
atau bersifat sebagai basa Lewis yang mendonorkan pasangan elektron bebas
untuk atom pusat.
Percobaan ini dimulai dengan melarutkan 4 gram besi (II) sulfat ke dalam
12,5 mL akuades yang telah diasamkan serta melarutkan asam oksalat ke dalam
15 mL akuades pula. Besi (II) sulfat dan asam oksalat merupakan senyawa yang
berfungsi sebagai pereaksi dalam percobaan ini sedangkan asam sulfat
merupakan komponen yang bersifat sebagai katalis dalam mempercepat rekasi
pembentukan senyawa kompleks yang terjadi. Proses pelarutan senyawa besi (II)
sulfat dan juga asam oksalat ke dalam beberapa mL akuades bertujuan agar luas
permukaan senyawa tersebut semakin besar sehingga reaksi akan lebih cepat
terjadi.
Proses selanjutnya adalah dengan mencampurkan antara larutan besi (II)
sulfat dengan larutan asam oksalat. Proses ini bertujuan agar kompleks besi (II)
sulfat yang kita igin buat dapat terbentuk yaitu melalui proses pemanasan hingga
terbentuk endapan. Endapan yang diperoleh adalah endapan berwarna kuning
yang kemudian disaring untuk memisahkan antara filtrat dengan residunya
dimana residunya adalah berupa endapan yang merupakan kompleks besi (II)
sulfat, larutan kemudian direklistalisasi mengggunakan alcohol. Proses
reklistalisasi bertujuan untuk menghilangkan kompleks besi (II) sulfat yang
terbentuk dari pengotor-pengotornya. Endapan kompleks besi (II) sulfat juga
dicuci dengan air panas dengan tujuan agar senyawa pengotor yang tidak larut
pada suhu dingin maka akan larut pada suhu panas serta senyawa pengotor yang
bersifat polar juga akan terikat dengan air yang bersifat polar sehingga endapan
kompleks besi (II) sulfat yang diperoleh akan bebas secara maksimal dari
pengotor-pengotornya. Selanjutnya endapan disimpan dalam desikator agar
komponen air yang terkandung dalam endapan dapat berkurang sehingga
diperoleh kristal endapan dengan kemurnian yang tinggi. Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh kristal endapan kompleks besi (II) sulfat adalah sebesar
3,6 gram dengan persen rendamen sebesar 96%. Berat endapan kompleks besi
(II) sulfat yang diperoleh nilainya tidak terlalu jauh dengan berat kompleks besi
(II) sulfat secara teori, sehingga hal tersebut menyebabkan nilai % rendamen
yang besar. Nilai % rendamen yang besar dan baik juga dapat dipengaruhi oleh
faktor penyaringan, pengeringan dan pencucian endapan yang baik sehingga
semua pengotor dapat hilang dari endapan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan pembahasan dalam percobaan ini maka dapat
disimpulkan bahwa untuk membuat senyawa kompleks besi (II) oksalat yaitu
dengan mereaksikan larutan besi (II) sulfat serta larutan asam oksalat yang
mebentuk endapan senyawa kompleks berwarna kuning dimana berat kristal yang
dihasilkan sebesar 3,6 gram dengan % rendamen sebesar 96%.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L., Suhartana., dan Sariatun., 2013, Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Cu(Ii)-8-Hidroksikuinolin Dan Co(Ii)-8-Hidroksikuinolin,
Chem Info, 1 (1)
Hapsoro, A.R., Sugiarso, D., 2011, Perbandingan Kemampuan Pereduksi Natrium
Tiosulfat (Na2S2O3) dan Kalium Oksalat (K2C2O4) pada Analisa Kadar Total
Besi Secara Spektrofotometri UV-VIS, Jurnal Prosiding Tugas Akhir Semester
Genap
Petrucci, R.H., 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 3, Erlangga: Jakarta
Saria, Y., Lucyanti., Nurlisa, H., dan Aldes, L., 2012,Sintesis Senyawa Kompleks
Kobalt dengan Asetilasetonato”. Jurnal Penelitian Sains. 15 (3)
Surdia, N.M, 1993, Ikatan dan Struktur Molekul, Dirjen DIKTI, Jakarta
Download