Uploaded by Chatrine Aprilia Hendraswari

MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI IBU DAN ANAK

advertisement
MAKALAH MATA KULIAH PSIKOLOGI IBU DAN ANAK
GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA REPRODUKSI
“PARANOID”
Disusun Oleh :
1. Chatrine Aprilia H
(P07124215045)
2. Nur Halimah
(P07124215067)
3. Yuliana Sinta A
(P07124215077)
Jurusan Kebidanan Prodi Sarjana Terapan
Politeknik Kesehatan Kementrian KesehatanYogyakarta
2017/2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah mata kuliah Psikologi Ibu dan Anak oleh Mahasiswa Semester VI Program
Studi Sarjna Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta
berjudul “Gangguan Psikologi pada Masa Reproduksi (Paranoid)” telah selesai dan disahkan
pada 6 Juli 2018.
Dosen Mata Kuliah Psikologi
Anita Rachmawati, S.SiT,. MPH
NIP. 197108112002122001
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Psikologi. Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari peran dan
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu,
tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini, yaitu :
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Ibu Dr. Yuni Kusmiyati,SST.,MPH., selaku ketua jurusan Kebidanan.
3. Ibu Anita Rachmawati, S.SiT,. MPH selaku dosen mata kuliah Psikologi Ibu dan Anak.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik pengetahuan maupun pengalaman, oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, juga
semua pihak yang membacanya. Aamiin.
Yogyakarta, 6 Juli 2018
Penyusun
3
DAFTAR PUSTAKA
Halaman sampul..................................................................................…….….
1
Lembar pengesahan .........................................................................…………
2
Kata pengantar...................................................................................………...
3
Daftar isi ...........................................................................................…………
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................……
5
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Tujuan ................................................................................ ................
6
D. Manfaat ..............................................................................…………..
6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Paranoid..............................................................................
7
B. Ciri – ciri Penderita Paranoid...............................................................
7
C. Gejala Gangguan Paranoid..................................................................
8
D. Penyebab Penderita Paranoid..............................................................
9
E. Upaya Pencegahan Penderita Paranoid...............................................
10
F. Contoh Kasus Gangguan Psikologi Paranoid.......................................
11
G. Cara Mengatasi Kasus Gangguan Paranoid Pada Masa Menstruasi.....
11
H. Gambar Ilustrasi Gangguan Psikologi Paranoid..................................
12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................…
13
B. Saran...............................................................................................….
13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
14
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
perdarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan.
Menstruasi yang pertama atau menarche paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi
bisa juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun tergantung faktor-faktor yang
mempengarui kedewasaan atau perkembangan hormon pada gadis itu sendiri. Secara
berkala, perempuan normal akan mengalami menstruasi secara teratur. Menstruasi
merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri atas darah dan jaringan tubuh. Proses ini
berlangsung secara rutin setiap bulan pada setiap perempuan normal. Umumnya tidak ada
keluhan berarti brkaitan dengan kedatangannya kecuali sedikit mulas atau ketidakstabilan
emosi. Tetapi ada pula perempuan yang memiliki keluhan lebih mendalam karena proses
menstruasinya sudah dirasakan bermasalah baik siklus, jumlah darah, atau nyerinya
Faktor psikologis sangat berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Maka dari itu di
sini penulis membahas makalah mengenai “Gangguan Psikologis Paranoid pada
Masa Menstruasi” agar pembaca maupun penulis dapat menambah wawasannya sehingga
dapat mengatasi masalah tersebut serta tidak menimbulkan komplikasi.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Paranoid?
2.
Bagaimana ciri-ciri penderita gangguan psikologi paranoid?
3.
Bagaimana gejala-gejala gangguan psikologi paranoid?
4.
Apa saja penyebab dari gangguan psikologi paranoid?
5.
Bagaimana upaya-upaya pencegahan gangguan psikologi paranoid?
6.
Bagaimana contoh kasus gangguan psikologi paranoid?
7.
Bagaimana cara mengatasi kasus gangguan psikologi paranoid?
5
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari paranoid.
2.
Untuk mengetahui cirii-ciri penderita gangguan psikologi paranoid.
3.
Untuk mengetahui gejala-gejala gangguan psikologi paranoid
4.
Untuk mengetahui penyebab dari gangguan psikologi paranoid
5.
Untuk mengetahui upaya pencegahan gangguan psikologi paranoid
6.
Untuk mengetahui contoh kasus gangguan psikologi paranoid pada saat menstruasi.
7.
Untuk mengetahui cara mengatasi kasus gangguan psikologi paranoid pada saat
menstruasi
D. Manfaat
1.
Bagi Pembaca
Diharapkan remaja dapat memiliki wawasan yang lebih luas mengenai psikologi
remaja dan dapat mengerti perubahan psikologi yang dialami sehingga dapat
menghindari masalah yang mungkin akan dialami oleh kalangan remaja.
2. Bagi Bidan
Diharapkan bidan dapat memberikan asuhan psikologi pada wanita dimasa
reproduksi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paranoid
Paranoid merupakan bagian dari gangguan proses pikir yang meliputi gangguan
bentuk pikiran, gangguna arus pikiran, gangguan isi pikiran. Gangguan isi pikiran dapat
terjadi baik pada isi non verbal maupun pada isi pikiran yang diceritakan misal : extansi,
fantasi, hobi, curiga, waham, dan sebagainya (Maramis,).
Paranoid adalah gangguan berhubungan dengan orang lain atau lingkungan yang
ditandai dengan perasaan tidak percaya, ragu dan perilaku tersebut jelas saat individu
berinteraksi dengan orang lain/ lingkungan (Budi Anna Keliat, 1990).
Menurut JP Chaplin, Phd., Paranoid adalah suatu ciri gangguan psikotik yang
ditandai adanya delusi yang sistematis atau waham dengan sedikit deterioasi. Hal ini
cenderung menetap dan cukup kuat pengaruhnya serta incapacity.
Gangguan kepribadian paranoid paling banyak terjadi pada kaum laki-laki dan
paling banyak dialami bersama dengan gangguan kepribadian skizotipal, ambang, dan
menghindar (Bernstein, 1993; Morey, 1988). Prevalensinya berkisar 2 persen (Torgersen,
Kringlen, & Cramer, 2001).
B. Ciri-ciri Penderita Paranoid
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan;
2. Kecenderungan
untuk
tetap
menyimpan
dendam,misalnya
menolak
untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil;
3. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman
dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai
suatu sikap permusuhan atau penghinaan;
4. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi
yang ada (actualsituation);
7
5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan seksual dari
pasangannya;
6. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang bermanifestasi
dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-refential attitude);
7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substansif
dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada
umumnya.
C. Gejala Gangguan Paranoid
1.
Kecurigaan yang sangat berlebihan.
2.
Meyakini akan adanya motif-motif tersembunyi dari orang lain.
3.
Merasa akan dimanfaatkan atau dikhianati oleh orang lain.
4.
Ketidakmampuan dalam melakukan kerjasama dengan orang lain.
5.
Isolasi sosial.
6.
Gambaran yang buruk mengenai diri sendiri.
7.
Sikap tidak terpengaruh.
8.
Rasa permusuhan.
9.
Secara terus menerus menanggung dendam yaitu dengan tidak memaafkan kerugian,
cedera atau kelalaian.
10. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi
orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah dan balas menyerang.
11. Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak perlu
bahwa informasi akan digunakan secara jahat untuk melawan dirinya.
12. Kurang memiliki rasa humor.
13. Mereka yang memiliki gangguan ini menunjukan kebutuhan yang tinggi terhadap
mencukupi dirinya, terkesan kaku dan bahkan memberikan tuduhan kepada orang
lain. Dikarenakan perilaku menghindar mereka terhadap kedekatan dengan orang lain
menjadikan mereka terlihat sangat penuh perhitungan dalam bertindak dan juga
berkesan dingin. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan gangguan ini
ditemukan pada pria dibandingkan pada perempuan.
8
D. Penyebab Penderita Paranoid
Secara spesifik penyebab dari munculnya gangguan ini masih belum diketahui,
namun seringkali dalam suatu kasus muncul pada individu yang memiliki anggota
keluarga dengan gangguan skizofrenia, dengan kata lain faktor genetik masih
mempengaruhi. Gangguan kepribadian paranoid juga dapat disebabkan oleh pengalaman
masa kecil yang buruk ditambah dengan keadaan lingkungan yang dirasa mengancam.
Pola asuh dari orang tua yang cenderung tidak menumbuhkan rasa percaya antara anak
dengan orang lain juga dapat menjadi penyebab dari berkembangnya gangguan ini.
Penyebab pasti terjadinya gangguan kepribadian paranoid belum sepenuhnya
diketahui, namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi:
1. Genetik
Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, skizoid, dan skizotipal) lebih
sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik. Secara
bermakna gangguan kepribadian skizotipal lebih banyak ditemukan dalam riwayat
keluarga skizofrenia. Korelasi yang lebih jarang ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid atau skizoid dengan skizofrenia.
2. Tempramental
Gangguan kepribadian tertentu mengkin berasal dari kesesuaian parental yang
buruk misalnya kultur yang memaksakan agresi mungkin secara tidak sengaja
mendorong dan dengan demikian berperan dalam gangguan kepribadian paranoid.
3. Disfungsi kognitif
Pada penelitian yang dilakukan oleh Forsell & Henderson yang dilakukan pada
orang lanjut usia menemukan bahwa disfungsi kognitif dapat menjadi faktor
resiko terjadinya gejala paranoid. Dengan melakukan pengukuran aliran darah
regional, pada pasien dengan gejala paranoid menunjukkan peningkatan aktifitas
fungsional terutama pada regio frontal dan menunjukkan penurunan aliran darah
pada regio temporal posterior.
9
E. Upaya Pencegahan Penderita Paranoid
1. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan pada gangguan kepribadian paranoid sebenarnya
jarang. Tetapi peneliti telah memfokuskan pada dua faktor resiko utama yang
perlu menjadi fokus pada pencegahan gangguan kepribadian paranoid, yang
pertama adalah penganiayaan anak. Usaha pencegahan penganiayaan anak dapat
membantu mempengaruhi perkembangan gangguan kepribadian paranoid.
Keberhasilan pencegahan penganiayaan anak sering melibatkan seringnya
kunjungan ke rumah, mengurangi stress ibu, meningkatkan dukungan sosial,
dukungan keluarga dan pelatihan bagi orang tua.
2. Pencegahan Sekunder
Faktor resiko utama lain yang perlu menjadi fokus pencegahan adalah
kurangnya kemampuan interpersonal. Kebanyakan orang dengan gangguan
kepribadian paranoid mengalami kesulitan interpersonal dalam konteks hubungan
keluarga, pertemanan, dan situasi kerja. Usaha untuk meningkatkan kemampuan
sosial seseorang dengan gangguan kepribadian paranoid dapat membantu
mencegah masalah gaya interpersonal yang menjadi karakteristik gangguan
kepribadian paranoid.
3. Pencegahan Tersier
Beberapa dokter telah memberikan ECT (Electro Convulsif Therapy)
kepada individu gangguan kepribadian paranoid, mungkin dari gagasan bahwa
paranoid akan melupakan isi dari delusi mereka. Electro Convulsif Therapy
adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk
terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang
ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall. Selain itu
juga Cognitive Therapy dapat diberikan kepada individu dengan gangguan
kepribadian paranoid, dimana terapi ini difokuskan pada keterampilan belajar
10
untuk mengatasi stress dan kecemasan dengan lebih efektif dan ketakutan pada
pemeriksaan.
F. Contoh Kasus
Seorang gadis “A” umur 13 tahun sewaktu haid pertama sering timbul
kekhawatiran atau anggapan-anggapan yang negatif tentang menstruasi, setiap bulan,
menjelang menstruasi “A” selalu merasa gelisah, takut dan cemas,“A” takut jika akan
menstruasi dia akan merasa sakit (dismenorea), merasa kotor saat haid, karena adanya
anggapan saat menstruasi seorang wanita yang sedang haid tidak boleh memotong kuku
dan mencuci rambut, bahkan tidak boleh membiarkan helai rambut yang rontok terjatuh,
serta adanya darah yang keluar dari lubang kemaluannya, sehingga “A” merasa terhalangi
atau merasa dibatasi kebebasan dirinya oleh datangnya menstruasi. “A” merasa
kebebasannya terbatas akibat datangnya menstruasi ini misalnya saja “A” akan terbatas
dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari contohnya ia tidak dapat melaksanakan
ibadah, aktivitas olahraga dan aktivitas-aktivitas lainnya. Selain itu “A” juga merasa saat
menstruasi muncul sikap yang sangat berlebihan terhadap badan sendiri dalam wujud
rasa bersalah atau berdosa yang sangat kemudian menjelma jadi reaksi-reaksi paranoid
yaitu reaksi berlebih-lebihan terhadap sesuatu, misalnya saat menstruasi “A”merasa nyeri
pada perut bagian bawah, yang menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri
dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus
ada (dismenorea), “A” merespon dismenore dengan sikap-sikap yang berlebihan, “A”
akan menangis jika merasa dismenore, sehingga membuat orang tua “A” merasa cemas
akan kondisi “A” yang salah menilai menstruasi dan menyikapi menstruasi.
G. Cara Mengatasi Gangguan – gangguan Paranoid pada Masa Menstruasi
Cara mengatasi gangguan-gangguan psikologi pada masa menstruasi adalah
dengan melakukan konsultasi atau konsling pada tenaga kesehatan seperti bidan. Peran
atau tugas sebagai bidan ini yaitu sebagai berikut:
1. Memberi penjelasan kepada klien, bahwa proses menstruasi merupakan suatu proses
fisiologi atau normal yang pasti akan terjadi dan akan dialami oleh setiap wanita
11
yang normal, meluruskan pandangan negatif tentang menstruasi dan dismenorea,
dengan menjelaskan bahwa dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram
rahim dan terjadi selama menstruasi. Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan
penyebab yang mendasarinya dan dismenore sekunder jika penyebabnya adalah
kelainan kandungan. Sehingga rasa sakit yang dirasakan merupakan gejala yang
fisiologis, selama tidak timbul gejala yang patologis selama menstruasi. Serta
perasaan mudah tersinggung atau mudah marah timbul dikarenakan akibat dari
perubahan cara kerja hormone-hormon serta karena pengaruh rasa nyeri yang timbul
pada saat menstruasi.
2. Memberi informasi-informasi positif yang berguna mengenai menstruasi agar tidak
terjadi kesalah pahaman terhadap proses menstruasi tersebut.
3.
Memberikan saran untuk mengurangi ketegangan dan rasa nyeri proses menstruasi
berlangsung, seperti istirahat yang cukup, perbanyak minum air putih dan melakukan
kompres air hangat pada bagian perut atau dapat mengkosumsi obat anti nyeri untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan saat menstruasi
4. Memberikan support mental atau dukungan pada klien, agar lebih percaya diri dan
tidak merasa takut dalam menghadapi masa menstruasi.
H. Gambar
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paranoid merupakan bagian dari gangguan proses pikir yang meliputi gangguan
bentuk pikiran, gangguna arus pikiran, gangguan isi pikiran. Beberapa perempuan
memiliki kekhawatiran atau anggapan-anggapan yang negatif tentang menstruasi, setiap
bulan, menjelang menstruasi, merasa gelisah, takut, cemas jika menstruasi dia akan
merasa sakit (dismenorea), merasa kotor saat haid, karena adanya anggapan saat
menstruasi seorang wanita yang sedang haid tidak boleh memotong kuku dan mencuci
rambut, bahkan tidak boleh membiarkan helai rambut yang rontok terjatuh, serta adanya
darah yang keluar dari lubang kemaluannya atau biasa disebut paranoid. Hal tersebut
dikarenakan karena faktor genetik, tempramental dan disfungsi kognitif.
B. Saran
Hendaknya perempuan yang mengalami menstruasi, mengetahui perubahan
psikologi, dan masalah yang mungkin dialami sehingga tidak menimbulkan gangguan
yang berat dan dapat mengatasi masalah tersebut dengan baik. Dan sebagai bidan
hendaknya lebih memperhatikan asuhan pada perempuan pada masa menstruasi karena
faktanya
banyak
permasalahan
yang
pendampingan atau asuhan bidan.
13
akan
dijumpai
sehingga
membutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Pieter ,H.Z. dan lubis
N. Lumonggo 2010.,Pengantar psikologi untuk kebidanan. Jakarta:
Erlangga
Liftiah. 2009. Psikologi Abnormal. Penerbit: Widya Karya, Semarang.
Maslim R. 2013. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: FK Unika Atmajaya.
Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Kaplan
&
Sadok,
Sinopsis
Psikiatri
Jilid
14
2,
1997,
Binarupa
Aksara,
Jakarta
Download