1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak bahan kimia yang digunakan untuk praktikum berbentuk larutan. Untuk membuat larutan pada umumnya digunakan pelarut air. Ada beberapa larutan yang menggunakan pelarut lain. Sebenarnya larutan terjadi jika atom, molekul, atau ion dari suatu zat semuanya terdispersi (larut). Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (solute) dan pelarut (solven). Untuk larutan gula dalam air, gula merupakan zat terlarut dan pelarutnya adalah air. Untuk larutan alcohol dalam air, tergantung dari banyaknya zat yang paling dominant. Karena itu dapat dikatakan larutan air dalam alkohol atau larutan alkohol dalam air. Larutan hendaknya dibuat secukupnya saja, misalkan untuk keperluan satu semester. Tetapi harus diingat bahwa ada larutan yang tidak tahan disimpan lama, misal larutan kanji, larutan kalium heksasianoferat (III) dan lain-lain. Larutan-larutan semacam ini hendaknya dibuat seandainya akan digunakan. Jenis serta banyaknya larutan yang dibuat bergantung pada jumlah percobaan yang akan dilakukan serta jumlah praktikan yang akan melakukan percobaan itu. Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan tentang pembuatan larutan dimana praktikan diharapkan dapat mengetahui serta memahami tentang konsentrasi suatu larutan yang ada atau yang akan dibuat. Dalam hal ini akan diketahui apakah larutan tersebut akan terlarut sempurna atau tidak. Dalam percobaan ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun prosedur ketika mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya telah ditentukan terlebih dahulu. Percobaan ini akan membahas mengenai konsentrasi larutan yang dapat dinyatakan dengan beberapa cara antara lain : molaritas, molalitas, normalitas, persen berat dan volum, ppm dan lain sebagainya. 2 1.2 Tujuan − Mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan konsentrasi tertentu. − Mengetahui perbedaan larutan jenuh dengen larutan tidak jenuh. − Mengetahui perbedaan larutan homogen dengan larutan heterogen. 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Larutan Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut. Faktor yang mempengruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan, sifat zat, suhu, dan luas permukaan. Semua gas pada umumnya dapat bercampur dengan sesamanya (misibel). Karena itu semua campuran gas adalah larutan. Meskipun demikian campuran fase gas jarak pisah antaranya molekul relative jauh, sehingga tidak dapat saling tarik-menarik secara efektif. Larutan dapat berfase padat, dalam larutan pada pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan tertentu dimana atom terlarut mengerahkan beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain. Atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi pelarut. Pembentukan larutan padat ini terjadi apabila atom terlarut cukup kecil utnuk memasuki lubang-lubang dan diantara atom pelarut. Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan pelarutmya. 2.2 Konsentrasi Larutan Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah 4 pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuansatuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume. Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus menyatakan hal-hal sebgai berikut : a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan: 1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat. 2. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan : M1V1 = M2V1 M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Molaritas Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar. Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1 molar dan ditulis 1 M. 5 Rumus Molaritas Ket Ket : M = Molarits n n = mol V V = volume dalam larutan M= atau Ket : g = massa zat terlarut g M= Mr = massa relatif zat terlarut 1000 X Mr V = volum dalam ml V Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer. Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit ketergantungan pada suhu. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volume berubah sedangkam mol akan tetap sehingga molaritas akan berubah. 2. Molalitas Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas tidak ada volume, namun massa yang tidak berepengaruh pada suhu. Rumus molalitas Ket : m = molalitas m=n P n = mol P = massa pelarut (Kg) atau Ket : g = massa terlarut 1000 m= X Mr = massa relatif terlarut Mr P P = massa pelarut (Kg) g 6 3. Persen Massa Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b), menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan Rumus persen massa : % massa = massa zat terlarut x 100 % massa larutan 4. Persen Volume Persen volume atau persen volum per volum (% V/V) menyatakan jumlah zat terlarut dalam 100 bagian volume larutan. Rumus persen volume Volume zat terlarut % volume = Volume larutan x 100 % 5. ppm ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta bagian campuran. Rumus ppm : massa zat terlarut (komponen) ppm massa = ppm volume = massa larutan (campuran) x 100 % massa zat terlarut (komponen) x 100 % massa larutan (campuran) 6. Fraksi Mol Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut). Rumus Fraksi mol : larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan. 7 XA = nA Ket : XA = fraksi mol pelarut nA + nB nA = mol zat terlarut nB = mol zat pelarut 7. Normalitas Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivelen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal. Rumus Normalitas : N = grek atau N = 1000 x gr x valensi V V Mr + Valensi menyatakan banyaknya ion H atau OH- (dalam larutan asam dan basa) yang dilepaskan. 2.3 Komponen Larutan Suatu larutan terdiri atas dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah zat yang lebih banyak disebut pelarut (solvent). Pelarut dipandang sebagai pembawa atau medium zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia. Kemudian, komponen lainnya yang mengandung zat yang lebih sedikit disebut zat terlarut (solute). Kedua komponen dalam larutan dapat sebagai pelarut atau terlarut tergantung komposisinya. Larutan di bagi menjadi tiga jenis yitu: 1. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. 2. larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya. 3. Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute yang diperlukan dari pada solvent. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Larutan pekat merupakan larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute. 2. Larutan encer merupakan larutan yang relatif sedikit mengandung solute. 8 2.4 Pembuatan Larutan Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadangkadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit. 2.5 Prinsip Kelarutan Dua senyawa dapat bercampur (micible) lebih mudah bila gaya tarik antar molekul terlarut dan pelarut semakin besar. Besarnya gaya tairk ini ditentukan oleh jenis ikatan pada masing- masing molekul. Bila gaya tari antara molekulnya termasuk dalam kelompok yang sama (misalnya air dan etanol), maka keduanya akan saling melarutkan. Sedangkan bila kekuatan gaya tarik antara molekulnya berbeda jenis (misalnya air dan heksana), maka tidak akan saling melarutkan. Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan ”Like Dissolves Like,” yaitu jika molekul terlarut dalam pelarut mirip, maka akan mudah bercampur. Secara umum, terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa non polar, dan senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke dalam pelarut polar. Dengan kata lain ”sejenis melarutakan sejenis,” dimana sejenis di sini menunjukkan persamaan dalam hal kekuatan gaya tarik antara molekulnya. 9 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat − Batang pengaduk − Corong kaca − Enlemeyer − Gelas kimia 100 mL − Labu takar 100 mL − Neraca analitik − Pipet tetes − Pipet ukur 10 mL − Sendok 3.1.2 Bahan − Alumunium foil − Aquadest − BaCl2 − H2SO4 − Tissu 3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Pembuatan Larutan BaCl2 − Ditimbang BaCl2 sebanyak 5,20 gram menggunakan alumunium foil. − Pindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas kimia 100 mL yang berisi dan telah dibilas dengan aquades − Tambahkan aquades dan aduk hingga larut sempurna − Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dengan menggunakan corong kaca, dimana hasil bilasannya dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL 10 − Ditambahkan akuades ke dalam labu takar 100 mL hingga tanda batas dengan menggunakan pipet tetes − Ditutup labu takar dan dibolak-balikkan labu takar sambil dipegang tutupnya selama beberapa kali. 3.2.2 Pembuatan Larutan H2SO4 − Dipipet 5,6 ml H2SO4 pekat dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml yang telah diisi dengan akuades sebanyak 50 ml. − Dibiarkan hingga labu takar terasa dingin, kemudian ditambahkan akuades hingga tinggi permukaan larutan 0,5 cm hingga 1 cm − Keringkan aquades yang menempel pada leher labu takar dengan menggunakan tiisu − Dengan menggunakan pipet tetes tambahkan aquades hingga tanda batas − Ditutup labu takar dan dibolak-balikkan labu takar sambil dipegang − tutupnya selama beberapa kali. 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penganmatan No. Percobaan Pengamatan 1 - Larutan BaCl2 - Dik ; M = 0,1 M ; Mr Dihitung berapa gram BaCl2 BaCl2 = 208 ; Vair = 250 yang dibutuhkan mL - Ditimbang Dit = gram…..? - Dilarutkan dengan aquades Penyelesaian sampai 250 mL dalam labu M = (gr/Mr)x(1000/ Vair) takar 0,1 = (gr/208)x(1000/250) Dihomogenkan 20,8 = 4 x gr - Gr = 20,8/4 Gr = 5,2 gram - BaCl2 ditmbang sebanyak 5,20 gram 2 - BaCl2 larut dalam aquades - Larutan berwarna bening Larutan H2SO4 - Dihitung pekat volume sesuai H2SO4 - konsentrasi yang diinginkan - - - Diambil H2SO4 Dik ; M1 = 1 M , M2 = 18 M V1 = 100 mL pekat Dit = V2=....mL? dengan pipet ukur Penyelsaian Dilarutkan dengan aquades V1 x M1= V2 M2 sampai 100 mL dalam labu 100 (1) = V2 x M2 takar 100 = V2 x 18 Diamati V2 = 100/18 V2 = 5,6 mL 12 - H2SO4 berwarna coklat bening dan berbau tajam - Setelah di larutkan labu takar terasa panas - Larutan H2SO4 bening dan baunya bekurang (tidak berbau tajam) 4.2 Perhitungan 4.2.1 Perhitungan Pembuatan Larutan BaCl2 Dik : M = 0,1 M Mr BaCl2 = 208 Vair = 250 mL Dit : gr = ……. Gram Penyelesaian: M = (gr/Mr)x(1000/ Vair) 0,1 = (gr/208)x(1000/250) 20,8 = 4 x gr Gr = 20,8/4 Gr = 5,2 gram 4.2.2 Perhitungan Pembuatan Larutan H2SO4 Dik ; M1 = 1 M , M2 = 18 M V1 = 100 mL Dit = V2=....mL? Penyelsaian: V1 x M1= V2 M2 100 (1) = V2 x M2 100 = V2 x 18 V2 = 100/18 V2 = 5,6 mL pekat 13 4.3 Pembahasan Larutan merupakan campuran homogen dari molekul atom ion dari dua zat atau lebih, karena susunannya dapat berubah-ubah larutan sering disebut juga sebagai campuran. Larutan terdiri dari zat yang terlarut(solute) dan pelarut(solvent). Solute disebut sebagai fase dalam (fase terdispersi) karena berada dalam jumlah sedikit sedangkan solvent di sebut sebagai fase luar (fase pendispersi) karena memiliki jumlah lebih banyak di bandingkan solute. Dalam percobaan yang dilakukan adalah pembuatan larutan BaCl2 yang dilarutkan dalam air dan pembuatan H2SO4 yang diencerkan dengan air, dimana BaCl2 dan H2SO4 pekat adalah solute dan air adalah solvent. Campuran adalah penggabungan dia atau lebih zat dimana dalam penggabungan ini, zat-zat tersebut mempertahankan identitas masing-masing. Berdasarkan sifatnya, campuran dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Campuran homogen, merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam campuran homogenmempunyai sifat yang sama. 2. Campuran heterogen, merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang tidak dapat bercampur satu dengan yang lain secara sehingga dapat dibedakan partikel sifat dari zat yang tercampur tersebut, seperti bentuk dan warna. Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu. Dalam menghitung knsentrasi dapat dinyatakan dengan molaritas, molalitas, normalitas, fraksi mol (x), persen beratppm dan mg persen. Konsentrasi merupakan perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. 1. Molaritas 14 Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar. Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1 molar dan ditulis 1 M. Rumus Molaritas Ket Ket : M = Molarits n n = mol V V = volume dalam larutan M= atau Ket : g = massa zat terlarut g M= Mr = massa relatif zat terlarut 1000 X Mr V = volum dalam ml V Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer. Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit ketergantungan pada suhu. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volume berubah sedangkam mol akan tetap sehingga molaritas akan berubah. 2. Molalitas Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas tidak ada volume, namun massa yang tidak berepengaruh pada suhu. Rumus molalitas Ket : m = molalitas m=n P atau n = mol P = massa pelarut (Kg) 15 g m= Ket : g = massa terlarut 1000 X Mr = massa relatif terlarut Mr P P = massa pelarut (Kg) 3. Persen Massa Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b), menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan Rumus persen massa : % massa = massa zat terlarut x 100 % massa larutan 4. Persen Volume Persen volume atau persen volum per volum (% V/V) menyatakan jumlah zat terlarut dalam 100 bagian volume larutan. Rumus persen volume Volume zat terlarut % volume = Volume larutan x 100 % 5. ppm ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta bagian campuran. Rumus ppm : massa zat terlarut (komponen) ppm massa = ppm volume = massa larutan (campuran) x 100 % massa zat terlarut (komponen) x 100 % massa larutan (campuran) 6. Fraksi Mol Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut). Rumus Fraksi mol : 16 larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan. XA = nA Ket : XA = fraksi mol pelarut nA + nB nA = mol zat terlarut nB = mol zat pelarut 7. Normalitas Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivelen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal. Rumus Normalitas : N = grek atau N = 1000 x gr x valensi V V Mr + Valensi menyatakan banyaknya ion H atau OH- (dalam larutan asam dan basa) yang dilepaskan. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadangkadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Pelarut harus ditambahkan sedikit demi sedikit sampai volume larutan mencapai tanda batas labu takar. Saat pembuatanlarutan H2SO4 terjadi reaksi eksoterm yaitu melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun. Sedangkan untuk reaksi endoterm yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat-zat imia tersebut akan naik. Proses pembuatan larutan di awali dengan menghitung berapa massa larutan BaCl2 yang dibutuhkan, setelah itu ditimbang agar massa yang 17 dibutuhkan tepat, kemudian dilarutkan dengan aquades dengan tujuan agar larutan BaCl2 larut dengan aquades, dan dimasukkan kedalam labu takar kemudian dihomogenkan berfungsi untuk membuat larutan tercampur dengan sempurna. Adanya adhesi dan kohesi partikel-partikel atau molekul-molekul zat mengakibatkan adanya sifat-sifat khusus zat cair yang ditempatkan kedalam labu takar yaitu meniskus cekung dan meniskus cembung. Meniskus cekung merupakan tanda batas bawah dimana air dalam labu takar permukaannya cekung, hal ini disebabkan karena kohesi air lebih kecil daripada adhesi air dengan kaca. Meniskus cembung merupakan tanda batas atas dimana air dalam labu takar permukaannya cembung, hal ini disebabkan karena kohesi raksa lebih besar dari adhesi raksa dengan kaca. Prinsip percobaan pembuatan larutan di dasarkan pada konsentrsi suatu zat yang akan dibuat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi kesalahan yang kecil, maka larutannya tidak akan menjadi larutan yang diinginkan. Larutan standar primer adalah larutan yang dapat digunakan untuk menghasilkan larutan yang stabil dan konsentrasinya dapat diukur. Larutan ini normalitasnya dapat diketahui dari hasil penimbangan dan pelarutan volume tertentu. Contohnya asam oksalat, boraks, NaCl, seng sulfat. Larutan standar sekunder adalah larutan yang stabil atau konsentrasinya tidak dapat dipastikan, normalitsnya baru akan diketahui setelah dilakukan pembakaran dengan larutan standar primer. Contohnya NaOH, H2SO4 dan HCl. Dalam melakukan percobaan pembuatan larutan terdapat beberapa kesalahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: − Kurang teliti dalam menakar dan menambahkan quades, sehingga melebihi batas ukuran yang telah ditentukan. − Alat-alat yang telah digunakan, 18 Pembuatan larutan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya: − Pembuatan larutan cuka − Pembuatan kaldu ayam − Pembuatan sirup dan jus 19 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan − Untuk membuat larutan dari bahan cair dan padat dilakukan dengan cara mencampurkan bahan cair dan padat kedalam gelas kimia, kemudian diaduk. − Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Sedangkan larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya. − Larutan homogen adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat menjadi sama sifatnya karena bergabung, sedangkan larutan heterogen adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat bercampur, namau masih dapat dibedakan unsur-unsurnya. 5.2 Saran Diharapkan sebelum melakukan praktikum, praktikan terlebih dahulu mengetahui proses pembuatan larutan agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan larutan 20 DAFTAR PUSTAKA Anshary, Irfan. 1999. Kimia Dasar 1. Jakarta: erlangga Baroroh, Uni, L. U. 2004. Kimia Dasar 1. Banjar Baru: Universitas Lambung Mangkurat. Gunawan, Adi dan Roewati. 2004. Konsep Dasr Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Petrucci, Ralph, H. 1996. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Bogor: Erlangga