Uploaded by User15580

KKN revisi

advertisement
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala,
Rabb Penguasa alam, Rabb yang tiada henti – hentinya memberikan kenikmatan
dan karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah seminar ini dengan mata kuliah “Kebijakan Kesehatan Nasional”.
Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT kami telah menyelesaikan tugas
mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional Indonesia dengan judul “ Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) dan Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) ”.
Penyusunan makalah ini dapat terwujud tak lepas dari bimbingan, pengarahan,
dan bantuan dari berbagai pihak.
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa untuk menambah wawasan dalam bidang kesehatan.
Tangerang 28 Januari 2019
Penyaji
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................
i
Daftar isi .....................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ....................................................................................................
1
1.2.Rumusan Masalah ...............................................................................................
3
1.3.Tujuan Penulisan .................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Perilaku ...............................................................................................................
4
2.2.Konsep Dasar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .................................................
5
2.3.Posyandu .............................................................................................................
20
BAB III PENUTUP
3.1.Simpulan .............................................................................................................
33
3.2.Saran ...................................................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam meningkatkan mutu sumberdaya manusia sebagai potensi
pembangunan bangsa agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, maka
peningkatan kesadaran masyarakat melalui perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dan menyelenggaraan kegiatan posyandu cukup strategis dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia sejak dini .
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang
dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan
berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi
Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti
tatanan rumah tangga, tatanan pasar dan sebagainya.
Upaya peningkatan perilaku sehat di masyarakat belum menunjukkan
hasil optimal. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun
2014 menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 38,5% masyarakat masih
merokok di dalam rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok
laki-laki lebih tinggi dari perempuan (72% dibanding 28%). Selanjutnya
77,3% penduduk usia 15 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik,
dengan katagori (82%) kurang bergerak dan (11%) tidak terbiasa melakukan
aktivitas fisik.
Selanjutnya menurut hasil Riskesdas Tahun 2014, hasil pendataan
untuk PHBS tatanan rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo 53% keluarga
belum menjadi peserta dana sehat dan sebesar 48% keluarga belum bebas asap
rokok. Hasil survei pemetaan PHBS, dari 16 indikator PHBS Kabupaten
Posyandu
merupakan
salah
satu
bentuk
Upaya
Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
1
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Untuk meningkatkan pembinaan posyandu sebagai pelayan kesehatan
yang dikelola untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan pelayanan teknis
dari petugas perlu ditumbuh kembangkan serta aktif masyarakat dalam wadah
UKMD.
Meningkatkan mutu pengelolaan posyandu, perlu dimantapkan
koordinasi dan keterpaduan pembinaan disemua tingkatan pemerintah. Ketiga
petunjuk diatas adalah merupakan beberapa isi dari Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 dan dapat diartikan betapa pentingnya
keberadaan posyandu ditengah – tengah masyarakat yang merupakan pusat
kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sebagai pelaksana sekaligus
memperoleh pelayanan kesehatan.
Dampak dari kurang nya pengetahuan dan pemahaman tentang PHBS
dan penyelenggaraan serta pengeloaan Posyandu diduga menjadi salah satu
faktor penyebab tingginya kasus penyebaran penyakit menular seperti diare,
DBD, dan lain-lain serta meningkatnya angka kematian ibu dan bayi. Kondisi
tersebut harus segera diantisipasi dengan meningkatkan pola perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) serta mutu pengelolaan dan pelayanan posyandu.
Upaya sosialisasi dapat dilakukan dengan pengenalan konsep PHBS
dan posyandu mulai dari lingkungan keluarga hingga institusi pendidikan.
Institut pendidikan merupakan tempat yang strategis untuk kehidupan anak,
sehingga dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat
membantu dan berperan dalam upaya optimalisasi tumbuh kembang anak usia
sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Kemenkes RI, 2010). Oleh
karena sebagai seorang mahasiswa keperawatanpun wajib mengetahui apa itu
PHBS dan Posyandu, maka diperlukan upaya pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa pada khususnya.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Konsep Dasar Teori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ?
2. Apa yang dimaksud Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?
3. Apa saja Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?
4. Apa Saja Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?
5. Bagaimana Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?
6. Apa saja peraturan peraturan yang mengatur kebijakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat ?
7. Apa yang dimaksud dengan Pos Pelayanan Terpadu?
8. Apa saja Dasar Hukum Posyandu?
9. Apa saja Tujuan dari Posyandu?
10. Apa saja manfaat dari posyandu?
11. Bagiamana Kegiatan diposyandu?
12. Bagaimana untuk pembentukan Posyandu?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa
dapat
mengetahui
konsep
PHBS
dan
dapat
mendeskripsikan dari Posyandu
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui serta mendeskripsikan apa itu
PHBS dan mampu mengaplikasikannya dalam individu maupun kelompok
masyarakat dan mampu mengetahui tentang posyandu dan kegiatan yang
ada dalam posyandu.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perilaku
Perilaku kesehatan adalah suatu seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.
Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan, yaitu perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan
usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehata, yaitu perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang
pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri sampai mencari pengobatan keluar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespons
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya,
sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya.
Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
hidup sehat terdiri dari 3 faktor utama. (Notoatmodjo, 2007:16-17) yakni:
a. Faktor-faktor Predisposing (Predisposing Faktor)
Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Faktor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi
perilaku atau tindakan.
Faktor ini
mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
4
Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut juga faktor pendukung.
Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air,
tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Faktor)
Faktor-faktor
penguat
memperkuat
terjadinya
adalah
faktor-faktor
perilaku.
yang
Kadang-kadang
mendorong
meskipun
atau
orang
mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktorfaktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat
maupun dari pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.
2.2.Konsep Dasar Teori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social
support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
(Notoatmodjo, 2007).
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak
hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma,
melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku,
maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi
yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan
perilaku baru.
5
2.2.1 Pengertian Perilakuan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Departemen Pekerjaan Umum,
2007: 112).
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan
informasi
dan
melakukan
edukasi,
guna
meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan Advokasi, Bina Suasana
(Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI 2011).
2.2.2 Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2008) dikembangkan dalam lima
tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan
tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Akan
tetapi, untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik PHBS yang
diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Telah ditetapkan 10
(sepuluh) indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah
mempraktikkan PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari
semua perilaku yang harus dipraktkkan di rumah tangga dan dipilih karena
dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku.
Karena di masing-masing tatanan dijumpai masyarakat (yaitu
masyarakat tatanan yang bersangkutan), maka di masing-masing tatanan juga
terdapat berbagai peran. Dengan demikian di masing-masing tatanan dapat
dijumpai tiga kelompok besar sasaran pembinaan PHBS, yaitu sasaran primer,
sasaran sekunder dan sasaran tersier. Sasaran primer berupa sasaran langsung,
yaitu individu anggota masyarakat, kelompok-kelompok dalam masyarakat dan
masyarakat secara keseluruhan, yang diharapkan untuk mempraktikkan PHBS.
6
Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap
sasaran primer dalam pengambilan keputusannya untuk mempraktikkan PHBS.
Termasuk di sini adalah para pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, yang
umumnya menjadi panutan sasaran primer. Ia akan menjadi panutan bagi
kelompoknya atau bagi masyarakat karena ia merupakan figur menonjol. Di
samping itu, ia dapat mengubah sistem nilai dan norma masyarakat secara
bertahap, dengan terlebih dulu mengubah sistem nilai dan norma yang berlaku
dalam kelompoknya.
Sedangkan sasaran tersier adalah mereka yang berada dalam posisi
pengambilan keputusan formal, sehingga dapat memberikan dukungan, baik
berupa kebijakan/pengaturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan
PHBS
terhadap sasaran primer. Mereka sering juga disebut sebagai tokoh
masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisi menentukan dalam
struktur formal di masyarakatnya (disebut juga penentu kebijakan). Dengan
posisinya itu, mereka juga memiliki kemampuan untuk mengubah sistem nilai
dan norma masyarakat melalui pemberlakuan kebijakan/ pengaturan, di
samping menyediakan sarana yang diperlukan.
1.
Masyarakat Dalam Tatanan
Namun demikian perlu disadari bahwa PHBS di tatanan rumah tangga
sangat dipengaruhi oleh PHBS di tatanan-tatanan lain. Demikian
sebaliknya, PHBS di tatanan-tatanan lain juga dipengaruhi oleh PHBS di
tatanan rumah tangga.
tatanan
fasilitas
layanan
kesehatan
tatanan
rumah
tangga
tatanan
institusi
pendidikan
tatanan
tempattempat
umum
7
tatanan
tempat
kerja
Saling – pengaruh antar – tatanan dalam PHBS
Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini tidak
terbatas pada masyarakat dalam pengertian umum (yaitu tatanan rumah
tangga), tetapi juga masyarakat khusus di berbagai tatanan lain.
Sebagaimana masyarakat di tatanan rumah tangga, yaitu masyarakat
umum, masyarakat di masing-masing tatanan pun memiliki struktur
masyarakat dan peran-peran dalam masyarakat. Jika di masyarakat umum
terdapat struktur masyarakat formal dan struktur masyarakat informal, di
tatanan-tatanan lain pun terdapat pula struktur yang serupa.
2.
PHBS Di Berbagai Tatanan
Di atas disebutkan bahwa PHBS mencakup semua perilaku yang harus
dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan
pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku tersebut harus dipraktikkan dimana
pun seseorang berada di rumah tangga, di institusi pendidikan, di tempat kerja,
di tempat umum dan di fasilitas pelayanan kesehatan - sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dijumpai.
1) PHBS di Rumah Tangga
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya
untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
Pola Hidup Bersih dan Sehat PHBS di rumah tangga dilakukan untuk
mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah
tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu:
a. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi bayi asi ekslusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
8
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah
(Departemen Pekerjaan Umum, 2007:113)
2) PHBS di Institusi Pendidikan
PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan
peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan
institusi pendidikan (Depkes, 2008).
Di institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari, padepokan
dan lain-lain), sasaran primer yaitu pelajar, pengajar dan masyarakat institusi
pendidikan harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Institusi
Pendidikan Ber-PHBS. Sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya
serta
berperan
aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat. Indikator PHBS di sekolah:
1.
Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun
2.
Mengonsumsi jajanan sehat dikantin
3.
Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4.
Olahraga yang teratur dan terukur
5.
Memberantas jentik nyamuk
6.
Tidak merokok disekolah
7.
Menimbang berat badan dan mengukur berat badan setiap bulan
8.
Membuang sampah pada tempatnya.
3) PHBS di Tempat Kerja
PHBS ditempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja
agar tahu, mau dan mampu mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
9
Manfaat yang didapat adalah setiap pekerja meningkat kesehatannya dan
tidak mudah sakit, produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada
peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga, pengeluaran biaya
rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk
biaya pengobatan. Berikut adalah upaya yang harus dilakukan ditempat kerja
untuk menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat:
1. Kurangi menggunakan pelastik sterofoam
2. Manfaatkan kertas bekas
3. Menggunakan jamban bersih
4. Letakan sampah pada tempatnya dan pisahkan sampah sesuai dengan
jenisnya
5. Menggunakan FASILITAS dan APD sesuai jenis pekerjaan
6. Tidak merokok
7. Beraktivitas fisik sekurangnya 30 menit setiap hari
8. Cuci tangan memakai sabun sesering mungkin
9. Konsumsi makanan bergizi seimbang
4) PHBS di Tempat Umum
PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau,
dan mampu untuk mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan
tempat-tempat Umum Sehat.
Tempat
umum
adalah
sarana
yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat seperti sarana parawisata, transportasi, sarana ibadah, sarana
perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana social lainnya. Ada beberapa
indicator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS ditempat-tempat
umum yaitu:
1. Menggunakan air bersih
2. Menggunakan jamban
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Tidak merokok ditempat umum
10
5. Tidak meludah sembarangan
6. Memberantas jentik nyamuk
5) PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
PHBS
di
fasilitas
pelayanan
kesehatan
merupakan
upaya
memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau
dan mampu untuk mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan pelayanan kesehatan yang sehat dan mencegah penularan penyakit
di fasilitas pelayanan kesehatan.
Beberapa kegiatan yang dipakai sebagai ukuran Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu:
1. Mencuci tangan dengan sabun (hand rub/hand wash)
2. Penggunaan air bersih dan penggunaan jamban sehat
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Larangan merokok
5. Tidak meludah sembarangan
6. Pemberantasan jentik nyamuk
2.2.3 Manfaat PHBS
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan
preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup
sehatn merupakan perwujudan paradigm sehat yang berkaitan dengan perilaku
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik,
mental, spiritual maupun social. Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif
untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olahraga teratur dan
hidup sehat;
b. Menghilangkan kebudayaan yang beresiko menimbulkan penyakit;
c. Usuaha melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;
d. Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
(Depkes RI, 2008)
11
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 atau PHBS 2010 adalah keadaan dimana
individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masayarakat Indonesia telah
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka:
1. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain
2. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan
3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
4. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber
masyarakat
2.2.4 Strategi PHBS
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan
strategi Promosi Kesehatan untuk pembinaan PHBS yang bersifat
menyeluruh. Mengacu pada Piagam Otawa (Otawa Charter) yang merupakan
hasil dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Otawa
(Kanada), tiga strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi
kesehatan adalah (1) advokasi, (2) bina suasana, dan (3) pemberdayaan.
Ketiga strategi tersebut dilaksanakan dalam bentuk tindakan-tindakan (aksiaksi) sebagai berikut.
1.
Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public
policy), yaitu mengupayakan agar para penentu kebijakan di berbagai
sektor di setiap tingkatan administrasi menetapkan kebijakan dengan
mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
2.
Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment),
yaitu mengupayakan agar setap sektor dalam melaksanakan kegiatannya
mengarah kepada terwujudnya lingkungan sehat (fisik dan nonfisik).
3.
Memperkuat gerakan masyarakat (community action), yaitu memberikan
dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar lebih berdaya dalam
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan.
4.
Mengembangkan
kemampuan
individu
(personal
skills),
yaitu
mengupayakan agar setiap individu masyarakat tahu, mau dan mampu
12
membuat
keputusan
yang
efektif
dalam
upaya
memelihara,
meningkatkan, serta mewujudkan kesehatannya, melalui pemberian
informasi, serta pendidikan dan pelatihan yang memadai.
5.
Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services),
yaitu mengubah pola pikir serta sistem pelayanan kesehatan masyarakat
agar lebih mengutamakan aspek promotid dan preventif, tanpa
mengesampingkan aspek kuratif dan rehabitatif.
Di Indonesia, strategi pokok tersebut kemudian diformulasikan kembali
ke dalam kalimat (1) gerakan pemberdayaan (G), yang didukung oleh (2) bina
suasana (B), dan (3) advokasi (A), serta dilandasi oleh semangat (4)
kemitraan.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah strategi pokok dalam rangka
mengembangkan kemampuan individu dan memperkuat gerakan masyarakat.
Bina suasana adalah strategi pokok dalam rangka menciptakan lingkungan
(khususnya nonfisik) yang mendukung. Sedangkan advokasi adalah strategi
pokok dalam rangka mengembangkan kebijakan berwawasan kesehatan,
menciptakan lingkungan fisik yang mendukung dan menata kembali arah
pelayanan kesehatan. Kesemuanya itu dilaksanakan melalui pengembangan
kemitraan. Dengan melaksanakan strategii pokok tersebut secara benar dan
terkoordinasi diharapkan akan tercipta PHBS yang berupa kemampuan
masyarakat berperilaku mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan.
3
Advokasi
(A)
1 Gerakan
Pemberdayaan
(G)
KEMITRA AN
MENCEGAH
&
MENANGGU
LANGI
MASALAH
KESEHATAN
(PHBS)
2
Bina
Suasana
(B)
Strategi promosi kesehatan untuk pembinaan PHBS
13
1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan merupakan proses memosisikan masyarakat agar
memiliki peran yang besar (kedaulatan) dalam pengambilan keputusan dan
penetapan tindakan yang berkaitan dengan kesehatannya. Pemberdayaan
adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok
(sasaran)
secara
terus-menerus
dan
berkesinambungan
mengikuti
perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan
perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan
sasarannya dapat dibedakan adanya (a) pemberdayaan individu, (b)
pemberdayaan keluarga, dan (c) pemberdayaan kelompok/ masyarakat.
Dalam mengupayakan agar sasaran tahu dan sadar, kuncinya terletak
pada keberhasilan membuat sasaran tersebut memahami bahwa sesuatu
(misalnya Diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang
sasaran yang bersangkutan belum mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu
itu merupakan masalah, maka sasaran tersebut tidak akan bersedia menerima
informasi apa pun lebih lanjut. Saat sasaran telah menyadari masalah yang
dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut
tentang masalah yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan
fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan
mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi.
Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akan berpindah dari
mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi
ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung. Tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke
dalam proses pemberdayaan kelompok/ masyarakat melalui pengorganisasian
masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat
(community development). Untuk itu, sejumlah individu dan keluarga yang
telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan
14
kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga
memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan). Di sinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan
dengan program kesehatan yang didukungnya dan program-prgram sektor
lain yang berkaitan. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh
program kesehatan dan program lain sebagai bantuan, hendaknya
disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga
sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
2. Bina Suasana (social Support)
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu
apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah,
organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan, orang-orang yang
menjadi panutan/ idola, kelompok arisan, majelis agama dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh
karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina
suasana. Terdapat tiga kategori proses pendekatan bina suasana, yaitu (a) bina
suasana individu, (b) bina suasana kelompok, dan (c) bina suasana publik.
a.
Bina Suasana Individu
Bina
suasana
individu
dilakukan
oleh
individu-individu
tokoh
masyarakat. Dalam kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi
individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan.
Yaitu dengan mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan
tersebut (misalnya seorang kepala sekolah atau pemuka agama yang tidak
merokok). Lebih lanjut bahkan mereka juga bersedia menjadi kader dan
turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang
kondusif bagi perubahan perilaku individu.
15
b. Bina Suasana Kelompok
Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun
Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi profesi,
organisasi
wanita
(misalnya
PKK),
organisasi
siswa/mahasiswa,
Pramuka, organisasi pemuda, serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana
ini dapat dilakukan bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
Dalam kategori ini kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok yang
peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau
mendukungnya. Bentuk dukungan dapat berupa kelompok tersebut
bersedia juga mempraktikkan perilaku yang seperti diperkenalkan,
mengadvokasi pihak-pihak terkait dan atau melakukan kontrol sosial
terhadap individu-individu anggotanya.
c. Bina Suasana Publik
Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui
pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media komunikasi, seperti
radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dapat
tercipta pendapat umum. Dalam kategori ini media massa tersebut peduli
dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Dengan demikian,
maka media massa tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka
menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan
dan menciptakan pendapat umum atau opini publik yang positif tentang
perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan
dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh
individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau
melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
3.
Advokasi (Advocay)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategi dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat
(formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion
16
leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana (termasuk
swasta dan dunia usaha). Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat
dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif,
opini publik dan dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat.
Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana dan
pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum.
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan,
yaitu:
(1) Mengetahui atau menyadari adanya masalah,
(2) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
(3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah,
(4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan
(5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana,
cermat dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang,
yaitu:
a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi.
b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah.
c. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah.
d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based.
e. Dikemas secara menarik dan jelas.
f. Sesuai dengan waktu yang tersedia.
Advokasi juga akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip
kemitraan, yaitu dengan membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama,
dengan
melibatkan
kelompok-kelompok
dalam
masyarakat.
Dengan
kerjasama, melalui pembagian tugas dan saling-dukung, maka sasaran
advokasi akan dapat diarahkan untuk sampai kepada tujuan yang diharapkan.
17
Sebagai konsekuensinya, metode dan media advokasi pun harus ditentukan
secara cermat, sehingga kerjasama dapat berjalan baik.
4. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun
bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan
dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu,
keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan
kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan
lain-lain. Kemitraan yang digalang harus berlandaskan pada pada prinsip
dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan dan saling menguntungkan.
a.
Kesetaraan
Kesetaraan berarti semua harus diawali dengan kesediaan menerima
bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sama. Keadaan ini
dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan
kekeluargaan, yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau
kepentingan bersama. Bila kemudian dibentuk struktur hirarkis (misalnya
sebuah tim), adalah karena kesepakatan.
b.
Keterbukaan
Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing
pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan alasan yang
jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu. Pada awalnya hal ini
mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”.
Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan
mendorong timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
c.
Saling menguntungkan
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang
didapat oleh semua pihak yang terlibat. Dengan demikian PHBS dan
kegiatan-kegiatan kesehatan harus dapat dirumuskan keuntuntankeuntuntannya (baik langsung maupun tidak langsung) bagi semua pihak
yang terkait.
18
2.2.5 Peraturan-Peraturan Yang Mengatur Kebijakan PHBS
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010 Tentang
Pedoman Umum Pengembangan Desa Siaga Aktif Wajib Melaksanakan
PHBS
2. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
2269/Menkes/Per/Xi/2011 Tentang “Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih”
Yang berisi:
Pasal 1: Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
selanjutnya disebut PHBS sebaƐaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2:
(1) PHBS sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 agar digunakan sebagai acuan
bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga, tatanan institusi
pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan-tempat umum dan tatanan
fasilitas kesehatan.
(2) PHBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah koordinasi
Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Pasal 3
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan PHBS ini dilakukan
oleh:
a. Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam
Negeri serta kementerian dan sektor terkait lainnya;
b. Pemerintah Provinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi;
c. Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kesehatan Kabupaten, dan
Pemerintah Kota melalui Dinas Kesehatan Kota dengan melibatkan
Badan/Dinas/Kantor terkait.
Pasal 4: Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
19
2.3.Posyandu
2.3.1. Definisi Posyandu
Pos pelayanan terpadu ( posyandu ) adalah suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak
dini.
Posyandu
merupakan
salah
satu
bentuk
Upaya
Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi
Sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan,
keluarga berencana, pusat pelayanan keluarga berencana, serta pos kesehatan
yang di kelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (
Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera).
2.3.2. Dasar hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan
Terpadu
20
2.3.3. Tujuan posyandu
Tujuan Umum:
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian lbu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya
peran
masyarakat
dalam
penyelenggaraan
upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB
dan AKABA.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2.3.4. Manfaat Posyandu
Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB
dan AKABA
21
Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan
kesehatan,
pusat
pemberdayaan
masyarakat,
pusat
pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan
masyarakat primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.
2.3.5. Sasaran posyandu
1. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
2. Anak balita usia 1 sampai 5 tahun
3. Ibu hamil. Ibu menyusui dan Ibu nifas
4. Pasangan usia subur
2.3.6. Kegiatan posyandu
Kegiatan Utama
1. Kesehatan lbu dan Anak (KIA)
a. ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
i. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
(pengukuran lingkar lenga1 atas), pemberian tablet besi,
pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi
fundus
uteri,
temu
22
wicara
(konseling)
termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (F4K)
serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.
ii. Untuk lebih meningkatkan kesehatan itu hamil, perlu
diselenggarakan Kelas lbu Hamil pada setiap hari buka
Posyandu atau pada hari lail sesuai dengan kesepakatan.
Kegiatan Kelas ilmu Hamil antara lain sebagai berikut:
1. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan
persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi
2. Perawatan payudara dan pemberian ASI
3. Peragaan pola makan ibu hamil
4. Peragaan perawatan bayi baru lahir
5. Senam ibu hamil
b. lbu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
i. Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan,
lnisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
ii. Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 Sl (1
kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama).
iii. Perawatan payudara.
iv. Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan
payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak balita
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk
balita mencakup:
i. Penimbangan berat badan
23
ii. Penentuan status pertumbuhan
iii. Penyuluhan dan konseling
iv. Jika
ada
tenaga
kesehatan
Puskesmas
dilakukan
pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh
kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader
adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan
konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang
serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.
3. lmunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan
yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan
tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila
ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat
badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis
merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di
Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan
penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
24
Kegiatan Pengembangan/Tambahan
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan
Posyandu dengan kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang
telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut misalnya:
1. perbaikan kesehatan lingkungan
2. pengendalian penyakit menular
3. program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu
yang telah diselenggarakan antara lain:
1. Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Kelas lbu Hamil dan Balita.
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya: lnfeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam
Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis,
Teta11us Neonatorum.
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PABPLP).
7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).
8. Kegiatan ekonomi produktl, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (U P2K), usaha simpan pinjam.
9. Tabungan lbu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabu mas).
10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang
masalah kesejahleraan sosial.
25
2.3.7. Lokasi atau letak posyandu
Lokasi posyandu hendaknya ditempat yang mudah didatangi oleh
masyarakat, yang ditentukan oleh masyarakat sendiri. Letak posyandu bias
merupakan lokasi tersendiri. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan
dirumah penduduk, Balai Rakyat, Pos RT/RW, atau pos lainnya
2.3.8. Kedudukan
1. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan
Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan.
Kedudukan Posyandu terhadap pemerintahan desa/kelurahan adalah
sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan sosial
dasar lainnya yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintahan
desa/kelurahan.
2. Kedudukan Posyandu Terhadap Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu
Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya
mempunyai keterkaitan dalam pembinaan, penyelenggaran/pengelolaan
Posyandu yang berkedudukan di desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu
terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan
aspek administratif, keuangan, dan program dari Pokja.
3. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM
UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan, yang salah satu di antaranya adalah Posyandu.
Kedudukan
Posyandu
terhadap
UKBM
dan
berbagai
lembaga
kemasyarakatan /LSM desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan
adalah sebagai mitra.
4. Kedudukan Posyandu Terhadap Forum Peduli Kesehatan Kecamatan
Forum Peduli Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat
di
kecamatan
yang
berfungsi
menaungi
dan
mengkoordinasikan setiap UKBM. Kedudukan Posyandu terhadap Forum
26
Peduli Kesehatan Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi yang
mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan.
5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan
kesehatan di kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah
sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara
teknis medis dibina oleh Puskesmas.
2.3.9. Pengorganisasian
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat
pada saat pembentukan Posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat
fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi,
permasalahan dan kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri
dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta kader Posyandu yang merangkap
sebagai anggota.
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah
(desa/kelurahan atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu
Unit/Kelompok Pengelola Posyandu yang
keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola
Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para
anggotanya. Bentuk organisasi Unit Pengelola Posyandu, tugas dan tanggung
jawab masing masing unsur Pengelola Posyandu, disepakati dalam
Unit/Kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat.
Contoh alternatif Bagan Kepengurusan Pengorganisasi Posyandu di
desa/kelurahan atau sebutan lainnya sebagai berikut:
27
Pengelola Posyandu
Pengelola
Posyandu
adalah
unsur
masyarakat,
lembaga
kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga mitra pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan
memiliki waktu dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di
Posyandu. Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan Posyandu. Kriteria pengelola Posyandu antara lain
sebagai berikut:
1. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.
2. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
masyarakat.
3. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
Kader Posyandu
Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota
masyarakat
yang
bersedia,
mampu
dan
memiliki
waktu
untuk
menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.
2.3.10. Alasan pendirian posyandu
1. Posyandu dapat memberikan pelayan kesehatan, khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB
28
2. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat,
sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam
bidang kesehatan keluarga berencana
2.3.11. Pembentukan posyandu
Posyandu dibentuk dari pos – pos seperti
1. Pos penimbangan balita
2. Pos Imunisasi
3. Pos keluarga berencana desa
4. Pos kesehatan
2.3.12. Persyaratan pembentukan posyandu
Penduduk RW setempat dengan kriteria
1. Paling sedikit terdapat 100 orang balita
2. Terdiri atas 120 kepala keluarga
3. Disesuaikan dengan kemampuan petugas kesehatan
4. Jarak antara kelompok rumah, serta jumlah KK dalam satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh
2.3.13. Langkah – langkah Pembentukan
Posyandu
dibentuk
oleh
masyarakat
desa/kelurahan,
Pendirian
Posyandu ditetapkan
dengan keputusan Kepala Desa/Lurah. Pembentukan Posyandu bersifat
fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, permasalahan dan
kemampuan sumber daya. Langkah-langkah pembentukan Posyandu dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
29
1. Pendekatan Internal
Tujuan pendekatan internal adalah mempersiapkan para petugas/aparat,
sehingga bersedia dan memiliki kemampuan mengelola serta membina
Posyandu. Dalam upaya untuk meningkatkan layanan secara profesional,
Pimpinan Puskesmas harus memberikan motivasi dan keterampilan para
petugas Puskesmas sehingga mampu bekerja bersama untuk kepentingan
masyarakat. Untuk ini, perlu dilakukan berbagai orientasi dan pelatihan dengan
melibatkan seluruh petugas Puskesmas.
2. Pendekatan Eksternal
Tujuan pendekatan eksternal adalah mempersiapkan masyarakat,
krususnya tokoh masyarakat, sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan
Posyandu. Untuk ini perlu dilakukan berbagai pendekatan dengan tokoh
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah setempat. Jika di daerah tersebut
telah terbentuk Forum Peduli Kesehatan Kecamatan, pendekatan eksternal ini
juga dilakukan bersama dan atau mengikutsertakan Forum Peduli Kesehatal
Kecamatan. Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan
material, seperti kesepakatan dan, persetujuan masyarakat, bantuan dana,
tempat penyelenggaraan serta peralatan Posyandu.
3. Survei Mawas Diri (SMD)
Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of
belonging) melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi yang
dimiliki. SMD dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan bimbingan petugas
Puskesmas, aparat pemerintahan desa/kelurahan. dan Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan (Jika sudah te-bentuk). Untuk itu sebelumnya perlu dilakukan
pemilihan dan pelatihan anggota masyarakat yang dinilai mampu melakukan
SMD seperti guru, anggota Pramuka, kelompok dasawisma, PKK, anggota
karang taruna, murid sekolar atau kalangan berpendidikan lainnya yang ada di
desa/kelurahan.
Pelatihan
yang
diselenggarakan
mencakup
penetepan
responden, metode wawancara sederhana, penyusunan dan pengisian daftar
pertanyaan serta pengolahan hasil pengumpulan data. Pengumpulan data
dengan cara wawancara dilakukan terhadap sekurang-kurangnya 30 (tiga
30
puluh) kepala keluarga yang terpilih secara acak dan bertempat tinggal di
lokasi yang akan dibentuk Posyandu. Hasil dari SMD adalah data tentang
masalah kesehatan serta potensi masyarakat yang ada di desa/kelurahan.
4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
lnisiatif penyelenggaraan MMD adalah para tokoh masyarakat yang
mendukung pembentukan Posyandu atau Forum Peduli Kesehatan Kecamatan
(jika telah terbentuk). Peserta MMD adalah anggota masyarakat setempat.
Materi pembahasan adalah hasil SMD serta data kesehatan lainrya yang
mendukung. Hasil yang diharapkan dari MMD adalah ditetapkannya daftar
urutan masalah dan upaya kesehatan yang akan dilakukan, yang disesuaikan
dengan konsep Posyandu yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan
diare. Jika masyarakat menetapkan masalah dan upaya kesehetan lain di luar
konsep Posyandu, masalah dan upaya kesehatan tersebut tetap dimasukkan
dalam daftar urutan.
5. Pembentukan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu
Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu dilakukan dengan
kegiatan sebagai berikut:
a. Pemilihan Pengurus dan Kader Posyandu
Pemilihan pengurus dan kader Posyandu dilakukan melalui pertemuan
khusus dengan mengundang para tokoh dan anggota masyarakat terpilih.
Undangan dipersiapkan oleh Puskesmas dan ditandatangani oleh Kepala
Desa/Lurah. Pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat sesuai dengan
tata cara dan kriteria yang berlaku.
b. Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Posyandu
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengurus dan kader terpilih
perlu diberikan orientasi dan pelatihan. Orientasi ditujukan kepada pengurus
Posyandu dan pelatihan ditujukan kepada kader Posyandu yang keduanya
dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman orientasi dan pelatihan
yang berlaku. Pada waktu menyelenggarakan orientasi pengurus, sekaligus
disusun rencana kerja (Plan of Action) Posyandu yang akan dibentuk, lengkap
31
dengan waktu dan tempat penyelenggaraan, para pelaksana dan pembagian
tugas serta sarana dan prasarana yang diperlukan.
c. Pembentukan dan Peresmian Posyandu
Pengurus dan kader yang telah mengikuti orientasi dan pelatihan,
selanjutnya mengorganisasikan diri ke dalam wadah Posyandu. Kegiatan utama
Posyandu ada 5 (lima) yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan
diare. Jika kegiatan tersebut ditambah sesuai dengan kesepakatan masyarakat
misalnya kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, Bina Keluarga
Balita (BKB) dan Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD), Posyandu tersebut
disebut
dengan
nama
"Posyandu
Terintegrasi".
Peresmian
Posyandu
dilaksanakan dalam suatu acara khusus yang dihadiri oleh pimpinan daerah,
tokoh serta anggota masyarakat setempat.
d. Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu
Setelah Posyandu resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan
Posyandu secara rutin, berpedoman pada panduan yang berlaku. Secara berkala
kegiatan Posyandu dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai
masukan untuk perencanaan dan pengembangan Posyandu selanjutnya secara
lintas sektoral
32
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perilaku kesehatan adalah suatu seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan, dimana perilaku
mempengaruhi terciptanya suatu perilaku hidup bersih dan sehat dan
mendukung peningkatan suatu mutu pelayanan di posyandu. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat atau yang sering disebut PHBS merupakan semua perilaku
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat yang memiliki sasaran dan tatanan
dalam lingkup masyarakat, pendidikan, tempat kerja, tempat umum, dan
fasilitas pelayanan kesehatan dan menghasilkan peningkatkan Memelihara
dan meningkatkan kesehatan dengan cara olahraga teratur dan hidup sehat,
Menghilangkan kebudayaan yang beresiko menimbulkan penyakit, Usaha
melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit, Berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu sendiri adalah suatu forum
komunikasi, alih teknologi dan pelayanan masyarakat oleh dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai strategi dalam mengembangkan sumber
daya manusia sejak dini yang di atur dalam peraturan – peraturan dilaksanakan
untuk menunjang percepatan penurunan Angka Kematian lbu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
33
3.2.Saran
Diharapkan para mahasiswa terutama di bidang kesehatan dapat lebih
memahami dan menerapkan suatu sistem kebijakan kesehatan nasional lebih
cermat agar suatu kebijakan kesehatan nasional itu dapat terselenggara sesuai
dengan aturan yang di tetapkan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2007. Buku Saku Rumah Tangga Sehat dengan PHBS, Pusat
Promosi Kesehatan, Jakarta:2007
Depkes RI, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan, Jakarta 2013
Farich, Achmad. 2012. Manajemen pelayanan kesehatan masyarakat.
Yogyakarta:Gosyen Publishing
Kemkes RI, 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
Kemkes RI, Jakarta:2011
http://www.promkes.kemkes.go.id/phbs
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelola Posyandu .
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Ayo ke Posyandu Setiap Bulan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Mubarak, Wahid dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat :
Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salrmba Medika
35
Download