TUGAS MATA KULIAH EKOLOGI DAN KESEHATAN PESISIR SEPULUH PENYAKIT TERBESAR MENURUT KETINGGIAN WILAYAH di susun oleh KELOMPOK 1 KELAS D EKOLOGI DAN KESEHATAN PESISIR TOMAS JALU PUTRANTO 25010115140287 VINI NUR PURI HANDAYANI 25010115120147 VITA PERMATASARI 25010115130278 WINDAYANI SITINDAON 25010115120028 YOSHEF ARIEKA MARCHEL 25000117183020 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017 1 A. Sepuluh besar penyakit di wilayah dengan ketinggian 0 – 50 mpdl pada wilayah kerja Puskesmas Srandakan. Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta.. Puskesmas Srandakan berada di pusat kecamatan di Jalan Raya Srandakan No 96, Dusun Srandakan, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Kecamatan Srandakan merupakan dataran rendah yang berada di ketinggian 8 mpdl. Dengan ketinggian seperti ini, maka pola sepulub penyakit terbesar adalah 1. Diabetes Meliitus 2. Hipertensi 3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut 4. Dispepsia 5. Myalgia 6. Luka terbuka mengenai berbagai daerah tubuh / cidera 7. Demam 8. Ginggivitis dan penyakitPeridintal / karies gigi 9. Sakit Kepala 10. Asma Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Srandakan Kabupaten Bantul, 2013 B. Sepuluh besar penyakit di wilayah dengan ketinggian 50– 200 mpdl Di Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Adminitratif Jakarta Barat Wilayah Kecamatan Kebon Jeruk merupakan salah satu kecamatan di kota adminitratif Jakarta barat yang mempunyai tujuh kelurahan. Wilayah kevamatan kebon jeruk mempunyai ketinggaian 100 mpdl. Dengan ketinggian 100 mpdl, wilayah kecamatan Kebon Jeruk mempunyai sepuluh besar penyakit sebagai berikut : 1. ISPA 2. Hipertensi 3. Penyakit Infeksi Usus 4. Penyakit Muskoloskeletal 5. Penyakit Kulit Alergi 6. Gingivitis 2 7. Diare 8. Penyakit Rongga Mulut 9. Penyakit Kulit Infeksi 10. Tuberkulosis Keterangan Penyakit 1. ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut sering disingkat dengan ISPA.Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut dengan pengertian (Yudarmawan, 2012), sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan (respiratory tract). Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut WHO (2007), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh ageninfeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Menurut Depkes RI (2005), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. 3 2. Hipertensi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang.Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur.Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh. Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian.Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular). 3. Infeksi Penyakit Usus Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoamerupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yangpenting di negara-negara berkembang, khususnya didaerah tropis dan subtropis dan Indonesia merupakannegara yang beriklim tropis. Sekitar 3,5 miliarpenduduk dunia pernah terinfeksi, 450 juta diantaranya menjadi sakit dan sekitar 50.000 jiwameninggal setiap harinya. Prevalensi infeksi protozoausus terutama di daerah tropis adalah 50-60% daripopulasi yang ada di dunia, dan sebagian besarmenginfeksi anak-anak (Depary, 1985; Anonim, 1998). Protozoa usus biasanya ditularkan melalui makananatau air minum yang tercemar oleh parasit yangterdapat pada tinja, sisa kotoran organik, 4 maupun yangdibawa oleh binatang perantara seperti lalat, lipas,dan tikus. Cara penularan infeksi parasit ini sangatberhubungan dengan sanitasi lingkungan yang buruk serta sikap dan kebiasaan masyarakat yang kurang baikpada tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan air yang tidak aman (Brown & Neva, 1994; Bartram et al., 2010). Infeksi protozoa usus dapat terjadi pada semua golongan umur dan jenis kelamin. Selain karena sanitasi lingkungan yang buruk, infeksi parasit usus juga dipengaruhi oleh higienitas perseorangan dan kesadaran yang rendah akan tindakan pencegahan pada penularan parasit yang merupakan faktor paling penting dalam penularan infeksi protozoa (Marwoto et al., 1990). 4. Muskoloskeletal Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario(OHSCO) tahun 2007, Keluhan muskuloskeletal adalah serangkaian sakitpada tendon, otot, dan saraf.Aktifitas dengan tingkat pengulangan tinggidapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehingga dapat menimbulkanrasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada otot. Keluhan musculoskeletal dapatterjadi walaupun gaya yang dikeluarkan ringan dan postur kerja yangmemuaskan. Keluhan muskuloskeletal atau gangguan otot rangka merupakankerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dandiscus invertebralis.Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot,inflamasi, dan degenerasi.Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupamemar, mikro faktur, patah, atau terpelintir (Merulalia, 2010). Musculoskeletal disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletalyang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang danterus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkankeluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Rizka, 2012). Berdasarkan pada definisi yang telah diungkapkan dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa musculoskeletal disorders (MSDs) adalah 5 serangkaian gangguan yang dirasakan pada bagian otot, tendon, saraf, persendian yang menimbulkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan akibat dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive) dalam jangka waktu yang lama. 5. Penyakit Kulit Alergi The World Allergy Organization (WAO) pada Oktober 2003 telah menyampaikan revisi nomenklatur penyakit alergi untuk digunakan secara global.Penyakit Kulit Alergi adalah reaksi hipersentivitas yang diperantarai oleh mekanisme imunologi. Pada keadaan normal mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas. Hipersensitivitas sendiri berarti gejala atau tanda yang secara objektif dapat ditimbulkan kembali dengan diawali oleh pajanan terhadap suatu stimulus tertentu pada dosis yang ditoleransi oleh individu yang normal.Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu tipe I, II, III dan IV.Reaksi hipersensitivitas tipe I yang disebut juga reaksi anafilaktik atau reaksi alergi. 6. Gingivitis Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingival. Gingivitis adalah peradangan gingiva.Pada kondisi ini tidak terjadi kehilangan perlekatan.Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva.Peradangan gingiva tidak disertai rasa sakit.Peradangan gingiva disebabkan oleh factor plak maupun non-plak. Namun peradangan gingiva tidak selalu disebabkan oleh akumulasi plak pada permukaan gigi, 6 dan peradangan gingiva yang tidak disebabkan oleh plak sering memperlihatkan gambaran klinis yang khas.Keadaan ini dapat disebabkan beberapa penyebab, seperti infeksi bakteri spesifik, infeksi virus atau jamur yang tidak berhubungan dengan peradangan gingiva yang berhubungan dengan plak dan peradangan gingiva karena faktor genetik. 7. Diare Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikansebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010). Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja. 8. Penyakit Rongga Mulut Gangguan di daerah rongga mulut dibedakan menjadi 3 macam yaitu : (1) Perkembanaan yang abnormal dan gangguan yang bersifat kongenital (2) Abnormalitas herediter serta (3) Lesit perolehan. Gangguan kongenital bisa berupa : fisura, celah mulut (cleft), pigmentasi yang lain dari biasanya, serta kelainan fisiologis. Meskipun relatif jarang, kelainan tersebut bisa saja muncul dan menjadi keluhan pemilik hewan.Bibir : Beberapa ras anjing memiliki fisura mulut (rima oris) lebih kecil dari pada ras lainnya dan menyebabkan peka terhadap cheilitis (radang bibir). Sebagai contoh : ras Spaniel memiliki lipatan bibir lateral yang spesifik dan dapat berkembang menjadi cheilitis. Lidah : Gangguan kongenital 7 dapat berupa "protrusio lateralis" yang tidak terlihat tanpa lidah dijulurkan. Masalah ini meskipun tidak mengganggu proses makan dan tidak menyebabkan gangguan yang berarti, kadang-kadang dokter hewan perlu melakukan eksisi untuk mengkoreksi kelainan tersebut. Abnormalitas yang bersifat herediter dibagian mulut dapat berupa : Harelip, bibir atas yang tertarik, Rahang bawah yang terlalu panjang (brachignatismus), jumlah gigi yang tidak sesuai (oligodontia), rahang bawah yang terlalu pendek (prognatismus), hipertropi gusi keturunan dan gigi desiduata yang menetap. Lesi perolehan disertai infeksi kuman saprofit dan patogenik sering terjadi pada anjing.Infeksi tersebut biasanya berhubungan dengan kejadian supurasi, nekrosis, hiperplasia epitel, pembentukan jaringan granulasi dan fistula. 9. Penyakit Kulit Infeksi Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur atau dermatomikosis merupakan penyakit yang sering dijumpai terutama di negara tropis karena udara yang lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi berkembangnya penyakit jamur khususnya mikosis superfisialis. Salah satu bentuk dermatomikosis adalah onikomikosis (Budi,2008). Istilah onikomikosis diambil dari bahasa Greek yaitu “onyx” kuku dan “mykes” yang bermaksud jamur (Kashyap,2007). Secara tradisionalnya, istilah onikomikosis hanya digunakan untuk infeksi jamur nondermatofita.Tetapi sekarang, onikomikosis adalah sebuah istilah umum yang menunjukkan kelainan kuku akibat infeksi semua jenis jamur. Istilah Tinea unguium secara spesifiknya menunjukkan kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita saja (Kashyap,2007). Onikomikosis kebanyakan terjadi pada orang yang mempunyai riwayat trauma kuku sebelumnya, orang yang immunocompromised seperti menderita Diabetes Mellitus atau HIV dan kanak-kanak yang menderita Down Syndrome (Berker,2009). 8 10. Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) (Kemenkes RI, 2013).Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer & Bare, 2002).Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensifitas yang diperantarai sel (cell-mediated hypersensitivity) (Wahid dan Suprapto, 2014). C. Sepuluh besar penyakit di wilayah dengan ketinggian 200 – 500 mpdl di Kabupaten Bogor I. Deskripsi Wilayah Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas 298.838,304 Ha. Secara geografis terletak antara 6 18’0’’LU - 6 47’10’’ LS dan 106 23’45’’ - 107 13’30’’ Bujur Timur dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu sekitar 29,28 % berada pada ketinggian 15 - 100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100 500 meter dpl, 19,53% berada pada ketinggian 500 - 1.000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000 - 2.000 meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000 - 2.500 meter dpl. II. Daftar Sepuluh Penyakit di Kabupaten Bogor 1. Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopichtus dan penyakit ini ada di sepanjang tahun di Kabupaten Bogor mengingat : Kabupaten Bogor merupakan daerah lintas batas dengan daerah endemis (DKI 9 Jakarta, Tangerang dan Bekasi) Mobilitas penduduk yang cukup tinggi Kepadatan penduduk yang cukup tinggi Angka Bebas Jentik (ABJ) rata-rata masih dibawah 95 %. Kasus penyakit DBD di Kabupaten Bogor pada Tahun 2015 sebanyak 1.428 kasus yang kesemuanya ditangani (100%), sesuai dengan dengan target SPM 2015 sebesar 100%. Adapun jumlah kematian sebanyak 27 orang yang tersebar di 14 kecamatan antara lain Tenjolaya, Tamansari, Cigombong, Ciawi, Cisarua, Cileungsi, Gunung Putri, Bojong Gede, Kemang, Rancabungur, Parung, Gunung Sindur, Cigudeg, dan Sukajaya. Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penderita DBD selama kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung mengalami Fluktuatif, jumlah penderita DBD tahun 2011 sebesar 824 orang dan tahun 2015 meningkat tajam menjadi 1.428 orang, begitupula dengan CFR yang meningkat cukup signifikan, 0,97 pada tahun 2011 menjadi 1,89 pada Tahun 2015. Peningkatan CFR ini menunjukkan adanya keterlambatan penanganan kasus DBD baik di masyarakat maupun di pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Kabupaten Bogor. 2. Filariasis Filariasis atau biasa disebut dengan penyakit Kaki Gajah merupakan penyakit menular yang mengenai saluran dan kalenjar 10 limfe yang disebabkan oleh cacing filarial Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres sebagai vector agent pembawa microfilaria. Suatu daerah dikatakan endemis filaria apabila di daerah tersebut ditemukan kasus filaria kronis, kemudian setelah dilakukan Survei Darah Jari (SDJ) diperoleh angka mikrofilaria rate >1%. Daerah endemis biasanya berupa dataran rendah berawa-rawa, lingkungan hutan atau kebun yang tidak terawat dan pada umumnya terdapat di daerah pedesaan, namun filariasis juga telah merambah kedaerah perkotaan. Gejala dari penderita filariasis antara lain demam berulang-ulang selama 3-5 hari dan adanya pembengkakan di beberapa bagian tubuh misalnya pada tangan, kaki dan daerah kemaluan yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (limfedema dini). Pada Tahun 2015 diketemukannya jumlah kasus baru di Kabupaten Bogor sebanyak 37 kasus (perempuan dan laki-laki) dari seluruh kasus sampai dengan tahun 2015 sebanyak 93 kasus (39 kasus pada laki-laki) dan (54 kasus pada perempuan). 3. Diare Menurut laporan dari puskesmas Tahun 2015 jumlah kasus diare yang ditemukan di puskesmas sebanyak 159.407 orang, jumlah kasus diare yang diperkirakan ditemukan di Kabupaten Bogor sejumlah 159.721 kasus, dengan demikian cakupan penemuannya adalah 99,8%, hampir mencapai target SPM 2015 sebesar 100% dan seluruhnya telah mendapatkan penanganan. Ditinjau dari jumlah kasus diare, puskesmas yang terbanyak penderita diarenya adalah Puskesmas Cibinong yaitu 10.002 orang dengan angka Insiden Rate (IR) sebesar 1,9 kasus/1000 penduduk, sedangkan yang terkecil adalah Puskesmas Cariu yaitu sebesar 1.470 11 orang dengan angka IR nya sebesar 0,3 kasus/1000 penduduk. Jumlah penderita diare di Cibinong yang cukup tinggi mungkin disebabkan oleh perilaku masyarakatnya yang kurang menjaga kebersihan, untuk itu program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) perlu ditingkatkan kembali agar perilaku dan kesadaran masyarakat dapat berubah sesuai dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga. 4. ISPA (Pneumonia) Beberapa wilayah di Kabupaten Bogor merupakan daerah industri dan perumahan padat, diperberat dengan makin kompleksnya permasalahan lingkungan membuat penderita ISPA di Kabupaten Bogor cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi pula angka kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor yang cukup tinggi yaitu 17,11 Jiwa/Km2 yang memperberat potensi peningkatan kasus ISPA. Tingginya angka kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor serta sanitasi lingkungan juga kurang baik maka akan mempermudah penularan penyakit ISPA. Menurut laporan dari puskesmas, perkiraan kasus ISPA (Pneumonia) ditemukan di Kabupaten Bogor sejumlah 53.893 kasus dan jumlah penderita ISPA. Tahun 2015 sebanyak 16.725 kasus, dengan demikian cakupan penemuan sebesar 31,0%, masih jauh dari target SPM Tahun 2015 sebesar 100%. Kasus pneumonia yang ditemukan terdiri dari 744 orang (4,44%) kasus pneumonia berat dan 16.564 orang (99,04%) kasus pneumonia, dari seluruh kasus tersebut 4.290 kasus (25,65%) menyerang bayi dan 7.929 kasus (47,41%) menyerang anak balita dengan keseluruhan kasus (100%) telah tertangani. 5. TB Paru Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. 12 Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. Jumlah perkiraan kasus TB Paru berdasarkan laporan khusus TB Paru dari puskesmas Tahun 2015 tercatat 5.704 kasus baru, dimana sekitar 3.883 kasus merupakan kasus baru dengan BTA Positif. Prevalensi di Kabupaten Bogor 152/100.000 penduduk di Tahun 2013 (laporan khusus TB Paru 2013) Laporan dari Puskesmas menyebutkan bahwa jumlah penderita TB Paru BTA (+) di Kabupaten Bogor Tahun 2015 sebanyak 3.008 orang ditambah dengan penderita yang dilaporkan oleh RS Paru Gunawan Widagdo sebanyak 160 orang, RSUD Ciawi sebanyak 140 orang, RSUD Cibinong sebanyak 251 orang, RSUD Leuwiliang sebanyak 110 orang, RSUD Cileungsi sebanyak 68 orang, RS Citama sebanyak 64 orang, RS Dompet Dhuafa sebanyak 60 orang, UPT Kesehatan Kerja sebanyak 10 orang, dan Lapas Cibinong sebanyak 12 orang sehingga total 3.883 orang (CDR=68,07%), angka ini masih dibawah target SPM Tahun 2015 sebesar 100%, namun jika dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 sebesar 70%, angka CDR di Kabupaten Bogor sudah mencapai target. Angka penemuan penderita TB paru BTA (+) Tahun 2015 sebesar 3.883 orang (68,07%) menurun jika dibandingkan dengan Tahun 2013 sebanyak 4.009 orang (73,32%). 6. Kusta 13 Prevalensi kusta di Kabupaten Bogor selama periode 2011-2015 cenderung berfluktuatif, 0,62% (2011) menjadi 0,60% pada Tahun 2015. Penderita kusta pada Tahun 2015 sejumlah 320 orang, terdiri dari 301 (94,06%) tipe kusta MB dan 19 orang (5,94%) tipe kusta PB. Sejumlah 29 orang (15,68%) kusta tipe MB+PB adalah penderita cacat tingkat II, hal ini perlu mendapatkan perhatian karena cacat tersebut akan berpengaruh terhadap produktifitas mereka. Penderita kusta yang sudah RFT (Release From Treatment) pada Tahun 2015 sejumlah 220 penderita, terdiri dari 204 orang kusta tipe MB dan 16 orang kusta tipe PB. 7. HIV/AIDS Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan ibukota negara dan merupakan daerah dengan pertumbuhan penduduk/migrasi penduduk, industri dan pariwisata yang sangat pesat sehingga mempunyai resiko tinggi untuk penularan HIV/AIDS. Pengaruh dari pertumbuhan tersebut terhadap kehidupan masyarakat adalah kehidupan sosial, yang berakibat pada perubahan sikap dan perilaku baik dalam pergaulan yang mengarah pada penggunaan obat-obat terlarang maupun terhadap norma-norma antar jenis kelamin sehingga kelompok ini mempunyai resiko yaitu tertularnya penyakit yang disebabkan oleh hubungan seksual dan penggunaan alat suntik dari pemakaian obat-obat terlarang, oleh sebab itu semakin banyak ditemukan penderita HIV positif dan semakin meningkatnya kasus sifilis pada kelompok resiko tinggi terutama pada penasun (pengguna narkoba suntik) dan WPS (Wanita Pekerja Seks). Mengingat fakta resiko penyebaran yang tinggi dan untuk mengetahui besarnya penyakit tersebut perlu dilakukan kegiatan sero survey setiap tahun. Kegiatan ini untuk mencegah dan memberantas PMS termasuk infeksi HIV/AIDS, mengurangi, menilai dan memetakan 14 penyebaran penyakit komplikasi PMS termasuk infeksi HIV/AIDS, mengurangi perilaku beresiko penderita perorangan serta dampak sosial, ekonomi dari PMS dan HIV/AIDS. Pemeriksaan sero survey HIV/AIDS Tahun 2014 tidak ada kegiatan, data didapatkan dari laporan berbagai Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) yaitu dari Puskesmas dan RSUD.Tahun 2015 terdapat 93 kasus yang terdiri dari penderita HIV 44 kasus dan AIDS 49 kasus per jenis kelamin (gender). HIV/AIDS positif (+) di Kabupaten Bogor sampai dengan Tahun 2015 sebanyak 1.033 orang. Program penjangkauan IDU (Intravena Drug User) baru berjalan di Puskesmas Ciomas dan Cileungsi. Dari hasil program IDU hasil estimasi menunjukkan perilaku beresiko terbesar dalam menyumbang jumlah ODHA adalah pengguna narkoba suntik. Berdasarkan hasil laporan dari Unit Transfusi Darah (UTD) cabang PMI Kabupaten Bogor Tahun 2015 ditemukan penderita HIV/AIDS positif sebanyak 63 orang (46,67%) yang didapat dari hasil pemeriksaan donor darah pada 19.619 orang pendonor. Penanggulangan HIV/AIDS belum dilaksanakan secara komprehensif dimana dana yang tersedia hanya untuk melaksanakan sentinel survei saja. Upaya tindak lanjut yang dilakukan adalah perlu dilaksanakannya penanganan terhadap penderita yang memiliki sampel darah dengan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination) TPHA (positif dan pemberian pengobatan dengan menggunakan suntikan Benzatine Benzil Penissilin, serta memberikan penyuluhan kesehatan secara berkesinambungan dan pemberian kondom. 8. Antraks Antraks merupakan penyakit yang ditularkan dari binatang ke manusia (zoonosis). Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut Bacillus Anthracis. Dalam kondisi jelek, Bacillus Anthracis akan membentuk spora yang tahan terhadap 15 lingkungan yang buruk. Spora Bacillus Anthraxis tahan sampai bertahun-tahun dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Kuman Antraks dapat menyerang manusia melalui tiga cara yaitu melalui kulit yang lecet, abrasi atau luka dan dapat melalui pernafasan/inhalasi serta dari mulut karena makan bahan makanan yang tercemar kuman Antraks. Kabupaten Bogor mempunyai daerah endemis Antraks yaitu ada 9 kecamatan antara lain Bojong Gede, Cibinong, Citeureup, Babakan Madang, Sukaraja, Klapanunggal, Cileungsi, Jonggol dan Sukamakmur. Di Kabupaten Bogor pada Tahun 2015 tidak ditemukan kasus Antraks. 9. Polio dan Acute Flaccid Paralysis (AFP) / Lumpuh Layuh Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, >50% ditemukan pada anak usia di bawah 3 tahun. Gejala utamanya adalah demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Satu diantara 200 orang yang terinfeksi dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki, diantara semua kelumpuhan, 5%-10% meninggal karena lumpuhnya otot pernafasan. Penularan virus polio secara fecal-oral terutama di daerah pemukiman yang padat dengan sanitasi kurang. Karena itu pada masyarakat kelas ekonomi rendah, sebelum usia 3 bulan seorang anak biasanya telah mempunyai antibodi terhadap polio yang didapat dari ibunya namun hanya melindungi anak dalam minggu-minggu pertama. Pada kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi infeksi terjadi pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa, dimana gejalanya lebih berat. AFP adalah kondisi yang abnormal yang ditandai dengan melemahnya, atau hilangnya kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas. Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma yang mempengaruhi syaraf yang berhubungan dengan otot. AFP ini sering 16 juga dijelaskan sebagai tanda cepat munculnya serangan seperti pada penyakit polio. Berdasarkan hasil kegiatan surveilance AFP, pada tahun 2015 di Kabupaten Bogor ditemukan kasus AFP sejumlah 22 kasus pada anak <15 tahun tanpa ditemukan adanya Virus Polio Liar (VPL). AFP rate dengan sasaran jumlah anak <15 tahun di Kabupaten Bogor tahun 2015 sebesar 1.764.885 anak diketahui AFP rate sebesar 1,25/100.000 anak <15 tahun, belum mencapai target indikator SPM 2013 (2/100.000 anak <15 tahun). Penemuan kasus tersebut terdapat di 15 kecamatan yaitu Kecamatan Dramaga, Ciomas, Tamansari, Cigombong, Ciawi, Klapanunggal, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojong Gede, Tajurhalang, Ciseeng, Jasinga, Tenjo dan Kecamatan Parung Panjang. 10. Campak Cakupan imunisasi yang rendah dan tidak merata di suatu wilayah cepat atau lambat akan berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Selama periode 5 tahun kasus campak cenderung menurun, pada tahun 2011 sebesar 250 kasus menjadi 46 kasus pada 2015 yang terdiri dari kasus campak rutin (C1) dan kasus CBMS (klinis campak yang diperiksa sampelnya). SUMBER : Situasi Derajat Kesehatan Kabupaten Bogor 2015. Diakses melalui https://bogorkab.go.id/uploads/images/DINKES/Profile/BAB_IV_PROFIL_ 2015_Vd.PDF. Letak Geografis Kabupaten Bogor. Diakses melalui https://sites.google.com/site/profilbogorkab/gambaran-umum D. Sepuluh besar penyakit di wilayah dengan ketinggian 500 – 1000 mdpl pada wilayah Kabupaten Temanggung. Wilayah kabupaten Temanggung termasuk dataran tinggi , pola topografi wilayah secara umum miri sebuah 17 cekungan atau depresi raksasa terbuka dibagian tenggara, dibagian selatan dan barat dibatasi oleh dua buah gunung yaitu gunung sumbing dan gunung sindoro, dibagian utara dibatasi oleh sebuah pegunungan kecil yang membujur dari timur laut kearah tenggara. Dengan topograpi semacam itu, wilayah kapupaten Temanggungditinjau dari ketinggian wilayahnya berada pada ketinggian 500 – 1450 mpdl. Dengan ketinggian ini , maka pola sepuluh besar penyakit di kabupaten Temanggung adalah 1. Gastroenteritis 2. Thypoid 3. Hipertensi 4. Diabetes Mellitus 5. Bronhitis 6. Infesi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 7. Arthritis dan Athropati 8. Penyait Kulit 9. Gangguan Refraksi 10. Penyakit Pulpa dan Periapikal Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Temanggung, Gambaran Pelayanan Dinas Kesehatan, 2013 E. Sepuluh besar penyakit di wilayah dengan ketinggian > 1000 mpdl pada wilayah Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.Wilayah Kabupaten Wonosobo sebagian besar daerah pegunungan dengan ketinggian antara 1000 sampai 2250 mpdl.termasuk dalam jenis pegunungan mudadiletak di berbatuan prakwakter. Dengan wilayah yang berketinggian lebih dari 1000 mpdl, maka mempunyai curah hujan cukup tinggi. Curah hujan merupakan faktor penentu tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk vektor. Hujan dengan intensitas yang cukup akan menimbulkan genangan air di penampung air sekitar rumah maupun di cekungan-cekungan yang merupakan tempat telur nyamuk menetas. Sehingga sepuluh penyakit terbesar adalah sebagai berikut : 18 1. Diare Perbedaan ketinggian antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dapat menyebabkan terjadinya perbedaan suhu diantara keduanya.WHO (2004) dalam Kolstad & Johansson (2011) memperkirakan bahwa peningkatan suhu 10C akan menyebabkan peningkatan kasus diare sebesar 5% dan diestimasikan perubahan suhu sebesar 10C menyebabkan peningkatan kasus diare sebesar 0-10%. Dalam penelitian yang dilakukan Kovats et al. (2003) menemukan adanya korelasi positif antara kenaikan suhu dan perkembangan salmonella, dimana salmonella merupakan bakteri yang menyebabkan diare. Selain itu, karena curah hujan yang tinggi dan udara yang sejuk serta dibuktikan dengan beberapa sumber menyebutkan bahwa nyamuk Ae. aegypti hidup pada ketingian 0- 1.000 m diatas permukaan laut (dpl) dan ketinggian 1.000-1.500 m dpl merupakan batas bagi penyebaran Ae. aegypti. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi DBD yang paling penting, sementara Ae. albopictus merupakan vektor sekunder. Ae. aegypti tersebar luas di wilayah tropis dan subtropis Asia Tenggara, terutama di sebagian besar wilayah perkotaan. Tempat perkembangbiakan utama ialahtempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang terapung di suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempattempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vektor dari beberapa penyakit berikut : 2. Demam Berdarah 3. Demam Kuning 4. Demam Dengue 5. Filariasis Limfatik 6. Chikunguya 7. Malaria 8. Infeksi Saluran Pernafasan Atas Penyakit – penyakit tidak menular pada wilayah ketinggian > 1000 mpdl di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut : 19 9. Dispepsia 10. Hipertensi Sumber : 1. Hestiningsih, Retno, dkk. 2012. Kepadatan Aedes Spp Berdasarkan Ketinggian Tempat Di Kabupaten Wonosobo. Semarang : Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1. No.2 : 338-345 2. [DINKES] Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Bogor. Bogor : DINKES 20 TUGAS MATA KULIAH EKOLOGI DAN KESEHATAN PESISIR SEPULUH PENYAKIT TERBESAR MENURUT KETINGGIAN WILAYAH di susun oleh KELOMPOK 1 KELAS D EKOLOGI DAN KESEHATAN PESISIR THOMAS JALU PUTRANTO 25010115140287 VINI NUR PURI HANDAYANI 25010115120147 VITA PERMATASARI 25010115130278 WINDAYANI SITINDAON 25010115120028 YOSHEF ARIEKA MARCHEL 25000117183020 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017 21 22