Uploaded by User13162

MAKALAH PANCASILA KEL 2 insaallah fix 1-2

advertisement
PENGAKUAN HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA
SEBAGAI HAK ASASI MANUSIA
BERDASARKAN SILA KEMANUSIAAN
Oleh:
KELOMPOK 2
1.
Bidayatul Choiriyah
1631410131
2.
Cicilia Wahyu Widayanti
1631410084
3.
Eko Wahyu Astriana
1631410041
4.
Firda Khoirun Nisa’
1631410006
5.
Fitri Rahayu Mukti
1631410040
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PRODI D3 TEKNIK KIMIA
2018
PENGAKUAN HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA
SEBAGAI HAK ASASI MANUSIA
BERDASARKAN SILA KEDUA PANCASILA
Oleh kelompok 21
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Harkat dan martabat manusia dalam pandangan Pancasila yang bermakna
nilai-nilai Pancasila timbul dan digali dari pemikiran filsafat bangsa Indonesia.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekatnya dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia(Suroto, 2015).
Terdapat 2 makna dasar mengenai konsepsi mengenai HAM. Yang pertama
adalah bahwa hak-hak hakiki serta tidak dapat dipisahkan menjadi hak seseorang
hanya karena ia adalah manusia. Hak tersebut merupakan hak moral yang berasal
dari keberadaanya sebagai seorang manusia. Sedangkan makna yang kedua HAM
adalah hak-hak hukum, baik itu secara nasional ataupun internasional. HAM
memiliki beberapa ciri khusus antara lain tidak dapat dicabut, tidak dapat dibagi,
hakiki, dan universal (Sinal,2016:125).
HAM berkaitan dengan nilai dasar manusia dan menyentuh sendi senndi
kemanusiaan. Misalnya tanpa HAM maka harkat dan martabat manusia akan
hilang. Dengan kata lain, kemanusiaan akan hilang manakala HAM dicabut. Bagi
bangsa Indonesia HAM itu bukan hanya universal, melainkan disesuaikan dengan
kebudayaan dan yuridis berdasarkan Pacasila dan UUD 1945. HAM sebagai
martabat manusia memilik sumber tertentu antara lain Nilai Ketuhanan, Nilai
Kemanusiaan, Nilai Kebudayaan, Nilai Moral, Nilai Hukum, dan Nilai Keadilan.
1
Bidayatul Choiriyah, Cicilia Wahyu W., Eko Wahyu A., Firda Khoirun N., dan Fitri Rahayu M.
Nilai kemanusiaan adalah sumber nilai HAM. Tanpa nilai kemanusiaan
akan mengakibatkan manusia keluar dari jati dirinya sebagai manusia. Sila
kemanusiaan yang adil dan beradab sangat erat kaitannya dengan hak asasi
manusia dan kebebasan fundamental. Hubungan antar manusia dalam
bermasyarakat dan bernegara diatur agar berlandaskan moralitas secara adil dan
beradab. Harkat dan martabat manusia terletak pada kemampuan menghargai hak
asasinya.
Pancasila adalah sumber hukum bangsa Indonesia yang mempersatukan
bangsa Indonesia yang beraneka ragam corak dan keinginannya. Sila-sila
Pancasila dengan nyata memilih potensi sebagai pengikat kemajemukan bangsa.
Hal ini karena Pancasila tidak membeda-bedakan segala unsur bangsa yang ada
tetapi di dudukkan setara di hadapan hukum. Implementasi Pancasila sebagai
pemersatu segala unsur bangsa diterapkan dengan prinsip “Bhineka Tunggal Ika”.
Mengingat pentingnya manusia dalam negara Pancasila maka Pancasila selalu
menempatkan martabat dan seluruh haknya diatas segala-galanya (Suroto, 2015).
Manusia adalah satu-satunya hamba Allah yang diciptakan dalam bentuk
yang paling sempurna. Dalam kehidupan beragama, manusia selalu ditempatkan
diatas segala-galanya, bahkan dirinya menjadi tolak ukur dari segala sesuatu yang
ada. Akan tetapi, sejauhmana penghayatan Pancasila terhadap manusia dan
seluruh harkat dan martabatnya merupakan masalah yang tidak mudah untuk
didiskusikan secara singkat.
Hakikatnya, yang menjadi latar belakang pentingnya pengakuan harkat dan
martabat sebagai HAM dikarenakan inisiatif manusia terhadap harga diri dan
martabatnya sebagai akibat sewenang-wenangnya dari penguasa, penjajahan,
ketidakadilan dan perbudakan.
Oleh sebab itu, makalah yang berjudul
“Pengakuan Harkat dan Martabat sebagai Hak Asasi Manusia berdasarkan Sila
Kemanusiaan”ini membantu menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai hak
dan kewajiban, misalnya manusia mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan
perlindungan serta keadilan, namun manusia juga berkewajiban untuk membela
bangsa dan negaranya secara utuh.
Hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban harus berjalan dengan
seimbang. Alasannya agar pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai hak
asasi manusia berdasarkan sila kemanusian dapat terealisasikan dengan baik.
Realisasi yang baik dari pengakuan harkat dan martabat membuat manusia dapat
hidup dengan aman, damai dan memiliki kebebasan untuk memilih sesuai dengan
aturan yang berlaku. Aturan yang berlaku diatur dalam hukum di indonesia baik
melalui UUD 1945, UU, dll.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1.
Bagaimana konsep harkat dan martabat manusia sebagai Hak Asasi
Manusia pada sila kedua Pancasila?
2.
Bagaimana hubungan harkat dan martabat manusia sebagai Hak Asasi
Manusiapada sila kedua Pancasila?
3.
Apa pentingnya harkat dan martabat manusia sebagai Hak Asasi
Manusiapada sila kedua Pancasila?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang akan dicapai dalam
tulisan ini sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui konsep harkat dan martabat manusia sebagai Hak
Asasi Manusia pada sila kedua Pancasila.
2.
Untuk menjelaskan hubungan harkat dan martabat manusia sebagai Hak
Asasi Manusiapada sila kedua Pancasila.
3.
Untuk mengetahui pentingnya harkat dan martabat manusia sebagai
Hak Asasi Manusiapada sila kedua Pancasila.
II.
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Harkat dan Martabat Manusia sebagai HAM pada Sila Kedua
Pancasila
Harkat dan Martabat manusia adalah sama, apapun kedudukan, agama, suku
seseorang tidak mengurangi harkat dan martabat manusia itu sebagai manusia
yang ditempatkan paling tinggi diatas segala makhluk di muka bumi. Itu adalah
esensi yang seharusnya kita sadari dan pahami sebagai manusia namun ada
kalanya kita manusia sendiri menempatkan dan menilai diri kita lebih tinggi dari
orang lain.
Harkat dan martabat manusia merupakan sesuatu yang harus dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara. Kewajiban negara untuk menghormati,
menjunjung tinggi dan melindungi harkat dan martabat manusia yang merupakan
bagian integral dari penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) sesungguhnya
sudah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) dan Pancasila.
Prinsip persamaan dalam Pancasila adalah bersifat universal, yang ajarannya
sebenarnya tidak hanya ditujukan bagi bangsa Indonesia semata, tetapi umat
manusia secara keseluruhan. Inti ajarannya, seperti tersirat dalam sila kedua,
selain memerintahkan penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga
meletakkan pilar-pilar perdamaian yang diiringi dengan himbauan kepada umat
manusia agar hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang
perbedaan ras, suku, bangsa, dan agama karena manusia pada awalnya berasal
dari asal yang sama. Jadi, dari segi harkat dan martabat hakikat manusia
sebenarnya sama. Hal ini mengandung makna bahwa manusia Indonesia juga
harus
diperlakukan
sama
oleh
siapapun,
dimanapun,
dan
kapanpun
(Sinal, 2016:95).
Persamaan dan keadilan yang diajarkan Pancasila tersebut selain melindungi
hak setiap orang didepan siapapun, juga menolak sikap deskriminatif. Dengan
menghormati prinsip yang mulia ini, diyakini bahwa perbedaan ras, suku, dan
agama, serta kemajemukan tidak menjadi penyebab atau alasan terjadinya konflik
dan tindak kekerasan. Dengan kata lain, akan tercipta kerukunan hidup sesama
manusia tanpa memandang perbedaan apapun (Sinal, 2016:97).
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Oleh karena itu, dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan
perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya tujuan ketinggian
harkat dan martabat manusia, terutamma hak-hak kodrat manusia sebagai hak
dasar (hak asasi) yang harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan negara
(Mochlisin, 2007:10)
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil.
Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab
adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak manusia, menghargai atas kesamaan
hak dan derajat tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun
agama (Darmodihardjo dalam Mochlisin, 2007: 11).
2.2
Hubungan Harkat dan Martabat Manusia sebagai Hak Asasi Manusia
pada Sila Kedua Pancasila
Sila perikemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti bahwa
pengakuan
manusia
sebagai
individu
dan
sebagai
mahkluk
sosial.
Perikemanusiaan mengakui semua manusia sama-sama sebagai mahkluk sosial
yang berkonsekuensi pada kedudukan yang sama tingi dan sama rendah (Fauzi,
2011: 11). Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakekatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia(Fauzi, 2011: 10). Pancasila telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara dan sumber dari segala sumber yang
berlaku di NKRI seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila
memperlakukan semua bangsa Indonesia sama dan tidak dikurangi sedikitpun
akan hak dan kewajibannya sehingga satu sama lain saling merasakan dalam
membela dan memajukan negara Indonesia (Suroto,2015: 1).
Mengingat pentingnya manusia dalam negara maka Pancasila selalu
menempatkan martabat dan seluruh haknya diatas segala-galanya karena hanya
dengan kesadaran dan penghayatan akan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila tersebut, pancasila akan tetap lestari dan abadi dalam diri bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu, pancasila digunakan sebagai penuntun serta petunjuk
terhadap seluruh bangsa Indonesia agar menjadi rakyat Pancasilais yang siap
menjaga dan melestarikan Pancasila dalam kehidupannya (Suroto, 2015: 2).
Dalam negara Pancasila, manusia harus menyelaraskan angan-angan dengan
kenyataan yang ada. Dalam hal ini, kita melambungkan angan-angan mengenai
kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat yang kita anggap baik.
Kehidupan berdasarkan Pancasila harus tetap berpijak pada kenyataan mengenai
kemampuan manusia untuk mewujudkan angan-angannya dengan menyadari
sepenuhnya kodrat dan martabat manusia, maka kita harus berusaha untuk
meningkatkan corak dan mutu kehidupan tegaknya ajaran HAM yang ditentukan
oleh tegaknya asas keseimbangan dan HAM sekaligus sebagai derajat (kualitas)
moral dan martabat manusia. Ajaran Pancasila dapat diamalkan dan dihayati
secara manusiawi, maka pedoman pengamalannya juga harus bertolak dari kodrat
manusia itu sendiri, khusus dari arti dan kedudukan manusia dengan manusia
lainnya. Filsafat pancasila memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas
martabat manusia(Suroto, 2015: 5). Menurut kenegaraan Pancasila, kebahagiaan
hidup manusia itu akan mampu diwujudkan bilamana dapat dikembangkan
hubungan manusia dengan masyarakat. Menurut Pancasila, hubungan sosial yang
selaras, serasi dan seimbang antar individu dengan masyarakatnya tidak akan
netral jika tidak dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila dalam
Pancasila sebagai kesatuan. Lebih dari itu, dijelaskan bahwa kenegaraan Pancasila
tetap meletakkan kepentingan pribadi dalam kerangka kesadaran kewajiban
makhluk social dalam masyarakatnya, akan tetapi kewajiban terhadap masyarakat
masih dirasa lebih besar daripada kepentingan pribadi (Suroto, 2015: 7).
Sifat kodrat manusia sebagaimana makhluk individu dan makhluk sosial
inilah yang merupakan dasar ontologis, yang merupakan suatu sifat dasar dari
Pancasila. Oleh karena itu sifat dasar individu dan makhluk sosial merupakan
sumber nilai serta norma dalam rangka pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara.
Dalam kaitannya dengan hak-hak asasi manusia Pancasila mendasarkan pada sifat
dasarnya yaitu harus senantiasa didasarkan pada sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Hak-hak manusia yang bersifat
asasidimiliki
oleh
setiap
manusia.
Namun
dalam
kenyataannya
untuk
mengembangkan potensi serta menjamin hak-hak asasi manusia tersebut tidaklah
mungkin
dilakukan
oleh
dirinya
sendiri.
Apabila
jaminan
hak-hak
asasidilaksanakan oleh dirinya sendiri maka tidak mustahil akan terjadi
pembenturan kepentingan.Oleh karena itulah manusia membentuk suatu
persekutuan hukum yang mampu melindungi dan menjamin hak-hak asasinya.
Bagi Pancasila, manusia harus bersifat adil dan adil ini adalah bersifat kodrat
yaitu adil terhadap Tuhannya, adil terhadap dirinya sendiri, adil terhadap orang
lain, serta masyarakat (Kelan, 2015: 11).
2.3
Pentingnya Harkat Dan Martabat Manusia Sebagai Hak Asasi
Manusia Pada Sila Kedua Pancasila
Sila kedua Pancasila adalah dasar hubungan sosial dan budaya antara semua
warga masyarakat Indonesia. Nilai utama dalam mewujudkan nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab adalah pengakuan hak asasi manusia. Manusia harus diakui
dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang sama derajatnya.
Harkat dan Martabat Manusia (HMM) pada dasarnya dimiliki oleh setiap
manusia untuk menjalani kehidupan bermasyarakat karena sudah merupakan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan
Tuhan. Untuk itu setiap orang wajib dan berhak menjaga harkat dan martabatnya.
Harkat dan martabat manusia tidak terlepas darihakasasimanusia dalam
menjaga harga dirinya karena sudah melekat sejak lahir dan terbawa dalam
kehidupan bermasyarakat. Demikian juga dengan kewajiban asasi manusia yaitu
untuk membatasi hak yang dimiliki. Namun, seringkali harkat dan martabat
manusia direndahkan oleh manusia lain seperti diskriminasisosial, pelanggaran
HAM dan lain-lainnya.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan
mempunyai derajat yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan karsa yang
merdeka sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Semua manusia memiliki
martabat dan derajat yang sama di semua sendi kehidupan, dan memiliki hak-hak
yang sama pula di hadapan hukum maupun dalam bidang apapun tanpa terkecuali.
Derajat manusia yang luhur berasal dari Tuhan yang menciptakannya, bukanlah
berasal dari sebuah pemberian ataupun hadiah sesama manusia. Dengan demikian
semua manusia bebas mengembangkan dirinya sesuai dengan budinya yang sehat,
jernih dan bermartabat. Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan, semua manusia memiliki
hak-hak yang sama sebagai manusia. Hak-hak yang sama sebagai manusia inilah
yang sering disebut hak asasi manusia. Hak asasi manusia berarti hak-hak yang
melekat pada manusia berdasarkan kodratnya, maksudnya hak-hak yang dimiliki
manusia merupakan pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia
(HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki manusia sebagai manusia yang berasal
dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.
Sebagaimana definisi menurut UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak asasi manusia tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik
hak yang dimiliki manusia ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tidak ada yang
paling penting antar karakteristiknya, oleh karenanya karakteristik HAM bersifat
saling mengikat antar komponen.
Pertama, bersifat Universal (universality). Artinya universalitas hak tidak
dapat berubah atau tidak dialami dengan cara yang sama oleh semua orang. Hak
asasi bersifat umum, semua orang tanpa terkecuali, mendapatkannya secara cumacuma dan bukan karena kedudukan atau jabatan yang diembannya.
Kedua, martabat manusia (human dignity). Hak asasi merupakan hak yang
melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia tanpa terkecuali, dari dalam
kandungan hingga manusia tersebut mati. Prinsip HAM ditemukan pada pikiran
setiap individu, tanpa memperhatikan umur, budaya, keyakinan, etnis, ras, gender,
orientasi seksual, bahasa, kemampuan atau kelas sosial lainnya. Setiap manusia,
oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak asasinya. Konsekuensinya,
semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat dan tidak bisa
digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis.
Ketiga, kesetaraan (equality). Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan
menghormati harkat dan martabat yang melekat pada setiap manusia. Secara
spesifik pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyatakan
bahwa ”setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan
martabatnya”.
Keempat, Non
diskriminasi
(non-discrimination).
Non
diskriminasi
terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa tidak seorangpun
dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti misalnya
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya,
kebangsaan, kepemilikan, status kelahiran atau lainnya.
Kelima, Tidak dapat dicabut (inalienability). Hak-hak individu tidak dapat
direnggut, dilepaskan dan dipindahkan. Namun, hak asasi manusia dapat dibatasi
sepanjang untuk alasan yang dibenarkan menurut hukum yang berlaku pada suatu
negara, misalnya apabila seseorang melakukan tindak pidana, dengan ancaman
kurungan penjara. Artinya, hak-hak asasi warga binaan yang dipenjara tidak lantas
tidak dapat dikurangi, seperti hak mendapat hiburan, berwisata, bahkan makan
dan minum-pun semua dibatasi.
Keenam, Tak bisa dibagi (indivisibility). HAM-baik hak sipil, politik,
sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat inheren, yaitu menyatu dalam harkat
martabat manusia. Pengabaian terhadap satu hak akan menyebabkan pengabaian
terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan
yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hak tersebut merupakan
hak dasar bagi setiap orang agar bisa menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas
kesehatan atau hak atas pendidikan.
Ketujuh,
Saling
berkaitan
dan
bergantung
(interrelated
and
interdependence). Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada
pemenuhan hak lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya,
dalam situasi tertentu, hak atas pendidikan atau hak atas informasi adalah saling
bergantung satu sama lain. Misalnya, apabila hak terhadap pendidikan tidak
didapat seseorang, maka akan berdampak pada hak memperoleh pekerjaan,
berimplikasi terhadap hak atas kesejahteraan dan tentu berpengaruh terhadap hak
hidup secara layak. Oleh karena itu pelanggaran terhadap suatu hak akan saling
bertalian, hilangnya satu hak mengurangi hak lainnya.
Terakhir, Tanggung jawab negara (state responsibility). Negara dan para
pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati hak asasi.
Bahkan, di Indonesia sendiri hal ini ditegaskan lagi melalui kebijakan Presiden
Jokowi melalui Nawacita, bahwa negara harus hadir kepada segenap warga
negaranya, melalui serangkaian instrumen HAM yang disahkan melalui peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh karenanya, masyarakat dalam hal ini,
harus tunduk pada norma-norma hukum dan standar yang tercantum di dalam
instrumen-instrumen HAM. Seandainya pemerintah gagal dalam melaksanakan
tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan
tuntutan secara layak, sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah pengadilan
yang kompeten atau adjudikator (penentu) lain yang sesuai dengan aturan dan
prosedur hukum yang berlaku (Suroto,2015).
III. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, dan hasil pembahassan di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Konsep harkat dan martabat manusia sebagai Hak Asasi Manusia pada
sila kedua Pancasila yaitu menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
hak-hak manusia, dan menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa
membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama.
2. Hubungan harkat dan martabat manusia sebagai Hak Asasi Manusia
pada sila kedua Pancasila yaitu manusia harus bersifat adil terhadap
semua aspek, baik Tuhannya, dirinya sendiri, dan orang lain, selain itu
harus diimbangi dengan pengetahuan mengenai norma yang ada.
3. Harkat dan martabat manusia memiliki peranan yang penting sebagai
Hak Asasi Manusia menurut sila kedua Pancasila diantaranya Pancasila
sangat menghargai dan menempatkan harkat dan martabat manusia
diatas segala-galanya.
3.2
Saran
Sebagai manusia khususnya warga negara yang baik, jangan hanya ingin
menuntut hak dan keinginan diri sendiri saja, melainkan juga menjalankan dan
melaksakan kewajiban yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Galit Rizky, 2011. HAM dalam Pancasila. Yogyakarta: STMIK AMIKOM.
Harono, R., 2009. “Harkat dan Martabat Manusia (HMM) dan Implikasinya
terhadap Pendidikan”. Dalam Jurnal Ham dan Pancasila. Padang.
Kaelan, 2015. Pancasila sebagai Dasar Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia.
Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.
Mochlisin. 2007. Kewarganegaraan. Jakarta: Interplus.
Mundzir, Hudriya., Sri H, & Moh Sinal., 2016. Pendidikan Pancasila dalam
Perspektif Historis dan Ketatanegaraan Rupublik Indonesia. Malang:
Politeknik Negeri Malang.
Sinal, Mohamad. 2016. Pancasila Konsensus Negara-Bangsa Indonesia. Malang:
Madani.
Suroto, 2015. “Harkat dan Martabat Manusia dalam Pandangan Kenegaraan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945”. Dalam Jurnal Pembaharuan Hukum:
Volume 2 No 3. Semarang: Universitas Tujuh Belas Agustus (UNTAG).
Download