Uploaded by hambalif

MAKALAH PSIKOLINGUISTIK-PERSONALITY-DAN-PEMBELAJARAN-BAHASA-KEL-5-2

advertisement
KEPRIBADIAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA
TUGAS MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
pada mata kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu: Dr. Restoeningroem, Dra., M.Pd
Disusun oleh:
Puji Hari Apriyanto
: 20187470215
Marni Hartati
: 20187470050
Yeny Widiastuti
: 20187470202
PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Mempelajari bahasa adalah proses yang panjang dan kompleks karena melibatkan
sejumlah faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar siswa, yang meliputi strategi mengajar, alat evaluasi, lingkungan belajar, dan
media pengajaran. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam siswa yang meliputi
kemampuan, perhatian, motivasi, sikap, retensi, dan kepribadian siswa. Faktor-faktor
tersebut berperan penting dalam keberhasilan mengirim dan menerima pesan melalui bahasa.
Mempelajari bahasa merupakan perjuangan untuk melampaui batasan-batasan bahasa
pertama menuju dan berusaha menggapai bahasa baru, budaya baru, dan cara baru dalam
berpikir dan bertindak.
Sedangkan kepribadian merupakan sebuah tingkah laku sosial yang terdiri dari
ekspresi, perasaan, ciri khas, kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap yang melekat
pada seseorang jika berhubungan dengan orang lain atau dihadapkan pada situasi tertentu.
Kepribadian juga dapat dikatakan sebagai suatu istilah dari sebuah konsep yang luas,
sehingga pengertian kepribadian tidak dapat didefinisikan sama kepada setiap individu.
Kepribadian adalah ciri khas perilaku dari individu yang berbeda satu sama lain.
Dalam konteks pendidikan, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta
didik (siswa) dengan pendidik (guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang
meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran juga suatu usaha
membantu peserta didik (siswa) agar dapat belajar dengan baik. Sedangkan bahasa adalah
alat komunikasi penting bagi manusia yang bertujuan untuk menyampaikan keinginan hati
dalam bentuk kata dan bunyi sehingga dapt dimengerti oleh orang lain dan lingkungan.
Dari pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa pemerolehan bahasa atau pembelajaran
bahasa memiliki kaitan yang erat dengan kepribadian. Artinya perasaan, emosi, dorongan dan
sikap yang melekat pada setiap individu memiliki pengaruh dalam keberhasilan pembelajaran
bahasa, khususnya dalam pembelajaran bahasa kedua. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dibahas tentang “Kepribadian dan Pembelajaran Bahasa”.
BAB II
KEPRIBADIAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA
A.
Kepribadian
Pengertian ‘kepribadian’ (personality) berasal dari kata latin “persona” yang berarti
topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung,
yang dimaksudkan untuk menggambarkan watak,perilaku atau pribadi seseorang. Bagi
bangsa Yunani, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Jadi
konsep awal dari pengertian kepribadian adalah tingkah laku yang ditempatkan di
lingkungan sosial.
Sedangkan dalam ranah akademik, kepribadian didefinisikan sebagai kesatuan
organisasi yang dinamis sifatnya dari sistem psikhofisis individu yang menentukan
kemampuan penyesuaian diri yang unik sifatnya terhadap lingkungannya (Allport dalam
Kartono, 1980). Setiap individu mempunyai kepribadian yang khas yang tidak identik
dengan orang lain dan tidak dapat diganti atau disubstitusikan oleh orang lain. Ada ciri-ciri
atau sifat-sifat individu pada aspek-aspek psikisnya yang bisa membedakan dirinya
dengan orang lain. Kepribadian mencakup struktur dan proses yang mencerminkan sifatsifat bawaan dan pengalaman. Kepribadian dipengaruhi oleh masa lalu dan saat ini
(Pervin, 1996).
Eysenck mendefinisikan kepribadian sebagai jumlah total pola tindakan aktual atau
potensial organisme yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan (Eysensc, 1947).
Eysenck menunjukkan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan.
Keturunan merujuk ke faktor-faktor yang ditentukan pada saat pembuahan. Sosok fisik,
daya tarik wajah, kelamin, temperamen, komposisi otot dan reflex, tingkat energi, dan
ritme hayati merupakan karakteristik-karakteristik yang umumnya dianggap sebagai
pengaruh dari kedua orang tua. Selain keturunan, lingkungan juga memiliki peran penting
dalam pembentukan kepribadian individu. Misalnya, budaya menegakkan norma, sikap,
dan nilai yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menciptakan
konsistensi sepanjang kurun waktu.
Jadi, faktor keturunan dan lingkungan merupakan penentu utama dalam kepribadian.
Keturunan menentukan parameter-parameter atau batas-batas luar, tetapi potensial penuh
seorang individu akan ditentukan penyesuaian dirinya pada tuntutan dan persyaratan dari
lingkungan.
Berikut adalah sejumlah tipe kepribadian menurut para ahli;
1. Tipe kepribadian menurut Hall dan Lindzay
a. Kepribadian ekstrovertt adalah suatu kecenderungan yang mengarahkan
kepribadian lebih banyak keluar dari pada ke dalam dirinya. Karakteristik
ekstrovert adalah banyak bicara, ramah, suka bertemu dengan orang-orang, suka
mengunjungi tempat baru, aktif, menuruti kata hati, suka berpetualang, mudah
bosan, dan tidak suka hal-hal yang rutin dan monoton (Larsen, 2000). Sedangkan
Hall dan Lindzey (1998), berpendapat bahwa orang dengan kepribadian ekstrovert
mudah bersosialisasi, senang hura-hura, mempunyai banyak teman, membutuhkan
orang untuk diajak bicara, tidak suka membaca atau belajar sendiri, butuh
kegembiraan, berani ambil risiko, selalu mempertahankan pendapatnya, bertindak
tanpa dipikir dulu, menurutkan kata hati (impulsif), suka melawak, selalu
mempunyai jawaban yang segar, dan umumnya menyukai perubahan, periang,
supel, dan optimis.
b. Kepribadian introvertt adalah suatu orientasi ke dalam diri sendiri. Orang
introvert cenderung menarik diri dari kontak sosial, pendiam, menjauhkan diri dari
kejadian-kejadian luar, tidak mau terlibat dalam dunia objektif, dan tidak senang
berada di tengah kerumunan banyak orang. Selain itu, karakteristik introvert
adalah pemalu, introspektif, lebih menyukai buku daripada manusia, suka
menyendiri, dan tidak ramah
kecuali pada teman dekatnya (Hall dan Lindzey,
1998). Kepribadian introvert cenderung merencanakan segala sesuatu dengan hatihati, dan tidak mudah percaya kata hati.
c. Kepribadian Ambievert atau ambiversion ialah kepribadian manusia yang bisa
berubah-ubah antara introvertt menjadi extrovert atau sebaliknya. Seseorang
dengan kepribadian ambievert ini mempunyai sifat yang fleksibel dalam
beraktivitasnya baik sebagai introvertt maupun extrovert serta berinteraksi dengan
introvertt dan extrovert dengan baik. Ambievert sering terlihat moody, karena
sifatnya yang sering berubah-ubah.
2. Tipe Kepribadian menurut Hipocrates
a. Koleris: Manusia dengan kepribadian koleris memiliki kemampuan membuat
keputusan dengan baik. Orang koleris mampu mengatur diri dan memiliki tujuan
untuk masa depan dengan baik. Mereka juga orang yang produktif dan menyukai
kebebasan dalam hidupnya. Koleris juga susah menyerah, mudah emosi, keras
kepala, berkemauan keras terhadap pencapaian yang diinginkan.
b. Melankolis:Orang dengan tipe kepribadian melankolis memiliki sifat yang
perfeksionis, peduli dengan sekitar, sangat detail, berfikir analisis, dan suka
diperhatikan. Seorang melankolis dikenal sangat cerdas dan cocok menjadi
pengusaha. Mereka selalu berfokus pada proses daripada tujuan.
c. Plegmatis:Plegmatis merupakan jenis kepribadian dimana seseorang yang
memiliki sifat cinta damai dan netral dalam setiap situasi. Tipe ini tidak suka
memihak pada salah satu kubu. Orang dengan tipe ini juga bisa menjadi
pendengar yang baik, memiliki selera humor yang baik, mudah bergaul, memiliki
teman yang banyak, dan tidak suka hal yang rumit. Tipe ini lebih cenderung biasa
biasa saja dan kurang tertarik dengan hal baru.
d. Sanguinis:Orang dengan kepribadian sanguinis memiliki sifat yang mudah
bergaul dengan orang lain, suka berbicara di depan publik, suka diperhatikan, dan
cenderung mendominasi dalam kelompok. Namun tipe ini tidak suka menghadapi
hal yang rumit, serius, egois, dan mudah lupa. Kurang memiliki komitmen untuk
kepentingan bersama.
3. Tipe Kepribadian Menurut Florence Littauer
Seorang ahli psikologi lainnya yaitu Florence Littauer mencoba menggolongkan tipe
kepribadian dengan menggunakan teori Hipocrates. Tipe Kepribadian itu antara lain:
a. Campuran Alami
Tipe kepribadian yang termasuk campuran alami ada 2 tipe, yaitu paduan antara
kepribadian sanguinis-koleris, dan kepribadian melankolis-plegmatis.


Tipe kepribadian sanguinis-koleris
Manusia yang memiliki tipe kepribadian campuran ini adalah pribadi yang
bisa menjadi motivator handal. Ia seringkali memberikan inspirasi bagi orangorang disekitarnya. selain itu, ia juga seorang yang bisa menjadi pemimpin
yang menyenangkan dan terbuka dengan berbagai pendapat bawahannya.
Sangat supel, namun tetap memiliki wibawa yang tidak terkesan sombong.
Fleksibel dan optimis adalah dua sifat yang biasa dimiliki tipe kepribadian ini.
Tipe Kepribadian Melankolis-Plegmatis
Mereka adalah tipe yang mampu menerima sesuatu dengan apa adanya. Dalam
hal berteman, ia pun tidak memilih – milih dan termasuk pribadi yang loyal
terhadap sahabatnya. Meskipun ia memiliki sifat santai, hidupnya penuh
dengan keteraturan serta penuh dengan kedamaian. Dalam mencapai target, ia
cenderung mementingkan proses ketimbang hasilnya. Dan mereka adalah
orang yang berfikir bahwa dalam hidup penuh dengan pilihan, terserah
bagaimana masing-masing memilih jalan hidupnya.
b. Campuran Pelengkap :
Tipe ini adalah tipe campuran koleris-melankolis serta sanguinis-phlegmatis.
berikut penjelasannya.


Tipe kepribadian koleris-melankolis
Tipe campuran ini memiliki berbagai visi dan misi yang matang dan
terstruktur. Seorang pemimpin yang fleksibel dan mengutamakan kepentingan
bersama, mudah berbaur, dan memiliki potensi yang besar di dalam dirinya.
Tidak mengharuskan semua harus berjalan sesuai dengan keinginannya.
Tipe Kepribadian Sanguinis-Phlegmatis
Mereka adalah tipe yang selalu bisa mencairkan suasana, sangat suka bercanda
dan sangat susah apabila diajak serius. Akan selalu ada tawa sekalipun dia
sedang serius. Easy going, motto hidupnya serius tapi santai, tidak neko-neko.
Banyak mencari mereka apabila sedang bersedih. Ia sangat suka berkumpul
dengan teman-temannya dibandingkan mengerjakan tugas yang penting.
c. Campuran Berlawanan:
Terakhir adalah campuran yang bertolak belakang yaitu Sanguinis- melankolis
dan koleris- plegmatis. Berikut penjelasannya:

Tipe Kepribadian Sanguinis-Melankolis
Orang dengan tipe kepribadian ini lebih sering mengutamakan perasaan
pribadi mereka terlebih dahulu dibandingkan dengan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Oleh karena sifatnya, Ia menjadi pribadi yang lebih suka didengar
dibandingkan menjadi pendengar. Tipe kepribadian melankolis-sanguinis
merupakan teman yang cocok bagi pribadi yang satu ini.

Tipe Kepribadian Koleris-Plegmatis
Mereka adalah tipe yang suka belajar, dan cepat tanggap serta peka dengan
berbagai peluang yang ada di sekitarnya. Sebagai pemimpin, ia seorang yang
cekatan, ramah, dan mudah bergaul baik dengan kalangannya ataupun
bawahannya. Namun, tipe ini cenderung pelupa dan cepat melupakan kejadian
yang menurut orang lain adalah penting.
4. Kepribadian Menurut John L. Holland
Berikut jenis kepribadian menurut John L. Holland, antara lain:
a. Tipe Sosial
Jenis kepribadian ini menggambarkan seseorang yang sangat suka berinteraksi
sosial dengan orang di sekitarnya. Orang dengan tipe ini supel, bertanggungjawab,
peduli, menyukai kegiatan berkelompok.
b. Tipe Realistik
Kepribadian ini menggambarkan seseorang yang berorientasi terhadap pekerjaan,
ketrampilan fisik, dan kekuatan, namun kurang pandai dalam berkata verbal. Tipe
ini suka hal hal yang nyata dan kurang suka berimajinasi. Cocok untuk pekerja
keras seperti petani, teknisi, dan lainnya.
c. Tipe Konvensional
Tipe kepribadian ini memiliki kemampuan verbal, suka angka, dan memiliki
tujuan yang jelas. Cocok untuk profesi seperti kasir, pegawai bank, dan lainnya.
d. Tipe Intelektual
Orang dengan tipe ini memiliki minat pada akademis yang tinggi. Mereka suka
mempelajari banyak hal, suka berfikir, beracu pada penyelesaian tugas, namun
kurang bisa bersosialisasi.
e. Tipe Artistik
Tipe kepribadian ini cenderung memiliki ketertarikan dengan hal yang
berhubungan dengan seni, memiliki tingkat kreativitas tinggi, namun memiliki
kemampuan bersosial yang cukup sulit.
f. Tipe Wirausaha
Tipe kepribadian ini memiliki ketrampiland alam berkomunikasi, mempengaruhi
orang lain, memiliki jiwa kepemimpinan, dan cenderung dominan. Cocok untuk
profesi pedagang, pengusaha, dan lainnya.
5. Tipe Kepribadian Menurut Enneagram
Sementara itu menurut Enneagram, berikut beberapa jenis kepribadian yang ada di
dalam diri manusia, antara lain:
a. Reformer
Orang dengan kepribadian ini memiliki sifat rasional dan idealis. Mereka
memiliki aturan dan prinsip hidup sendiri yang menurut mereka baik. Tipe ini
berjiwa kuat dan mampu mempertahankan pemikirannya sendiri. Tipe ini juga
selalu menganggap caranya benar dan ingin orang lain menggunakan caranya agar
lebih baik.terkadang tipe ini terkesan perfeksionis dan kritis.
b. Lover/ Giver/ Helper
Tipe kepribadian ini memiliki sifat yang peduli dengan orang lain dan sekitarnya.
Orang dengan tipe ini memiliki empati yang tinggi, kesabaran, ketulusan, dan hati
yang lembut. Tipe ini juga selalu bersemangat untuk membuat sekitarnya selalu
bahagia. Namun terkadang juga bersifat sentimental dan selalu membawa
perasaan.
c. Achiever
Manusia dengan tipe kepribadian ini memiliki keinginan terhadap pencapaian
pencapaian hidupnya. Pada umumnya mereka tipe yang memiliki tujuan jangka
pendek dan jangka panjang dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Tipe ini
juga selalu bersemangat dalam mencapai tujuannya. Bisa dibilang cukup ambisius
namun selalu terperinci dan terencana dalam memperoleh capaian yang
diinginkan.
d. Individualist
Tipe kepribadian ini bersifat romantis namun individualist. Pribadi ini memiliki
jiwa seni yang tinggi, kreatif, namun suka menyendiri. Seorang individualist
hanya berorientasi pada dirinya sendiri dan kurang bisa bersosialisasi.
e. Thinker
Jenis kepribadian ini memiliki sifat suka berfikir, selalu ingin tahu, dan suka
belajar. Mereka menganggap hal yang rumit sebagai suatu tantangan yang
menarik, dapat berfokus selama berkonsentrasi, memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu, dan selalu banyak ide, inovatif. Tipe ini suka menyendiri,
cara
bicaranya
berisi
pengetahuan,
membosankan.
f. Security Seeker/ Pessimist
dan
sering
dianggap
orang
yang
Security seeker adalah tipe kepribadian yang bersifat pekerja keras namun kerap
pesimis. Tipe ini kurang suka tantangan dan lebih memiliki aman dan normal.
Mereka juga memiliki kesulitan dalam menentukan sesuatu. Orang dengan tipe ini
memiliki rasa tanggungjawab yan gtinggi, namun kurang percaya diri, kurang
kreatif, dan terlalu banyak hal yang dikhawatirkan.
g. Adventurer
Tipe kepribadian adventurer ini memiliki sifat yang terbuka dengan orang lain.
Tipe ini suka dengan jadwal yang sibuk dan banyak kegiatan. Memiliki rasa
percaya diri dan mandiri, penuh semangat, selalu optimis, ddan suka berpetualang.
Orang dengan kepribadian adventurer memiliki konsentrasi dan kesabaran yang
lebih.
h. Leader
Manusia dengan tipe kepribadian leader memiliki sifat yang percaya diri, optimis,
bersemangat, memiliki pengaruh besar, mampu mendominasi, tidak suka basa
basi, setiap omongannya memiliki tujuan. Mereka juga peduli terhadap orang
disekitarnya dan bertindak berdasarkan kepentingan bersama.
i. Peacemaker
Orang dengan jenis kepribadian ini memiliki rasa cinta damai, tidak suka
keributan. Menyukai ketenangan, perdamaian, dan kondisi yang akur, toleran.
Dalam hidupnya sabar dan selalu mengamati kepentingan bersama.
6. Kepribadian Menurut Myers- Briggs Type Indicator (MBTI)
a. Extraversion (E) – Introvertsion (I)
Indikator ini mengindikasikan respon seseorang dalam interaksi dengan
lingkungannya. Ekstravert memiliki minat terhadap interaksi sosial sedangkan
introvertt lebih suka berkreasi saat sendiri. Hal ini memunculkan tipe kepribadian
dimana seseorang tampak aktif dalam lingkungan sosial dan kreatif ketika sendiri.
b. Sensing (S) – Intuition (N)
Indikator ini menggambarkan karakter manusia dalam mengumpulkan informasi
dari luar. Mereka memiliki sensing dalam melihat hal nyata dengan indera dan
berorientasi pada detail fakta. Sedangkan N lebih menilai informasi pada
kemungkinan atau prediksi dan juga senang berfikir abstrak.
c. Thinking (T) – Feeling (F)
Indikator ini menggambarkan seseorang dalam mengambil keputusan dari
informasi yang didapatkan. Pemikiran ditentukan oleh fakta informasi. Sedangkan
indikator perasa akan lebih mengutamakan emosi dalam menentukan sesuatu.
d. Judging (J) – Perceiving (P)
Indikator ini berbicara mengenai sikap individu pada lingkungan luar. Orang tipe J
akan tegas dalam melakukan sesuatu atau mengambil keputusan sedangkan tipe P
lebih bersifat fleksibel. Myers- briggs mengembangkan teorinya dengan
memadupadankan tipe indikator tersebut.
Dari pemaparan diatas, nampak bahwa para ahli membedakan nama atau jenis
kepribadian berdasarkan beberapa hal dan dari sudut pandang yang berbeda. Namun,
pada dasarnya tipe kepribadian manusia tetaplah sama yaitu dilihat dari cara
berperilaku, berfikir, dan berinteraksi sosial dimana tidak terkait dengan aktifitas
intelektual mereka.
Setelah mengetahui tipe-tipe kepribadian tersebut, maka seseorang bisa
melihat dan menilai dirinya apakah ada hal yang kurang dalam dirinya dan mampu
merubah kepribadiannya menjadi lebih baik demi mencapai hal yang diinginkan
dalam hal ini dalam proses pembelajaran bahasa.
B.
Pembelajaran
Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya tercipta proses
belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono, (2000: 24) dalam Dr.
Restoeningroem mengemukakan bahwa pengertian pembelajaran dapat dimaknai sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku peserta
didik berubah ke arah yang lebih baik. Adapun Aqib dalam Dr. Restoeningroem (2013:
66) menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah upaya secara sistematis yang
dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien
yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan
atau proses yang terjadi antara peserta didik (siswa) dengan pendidik (guru) dan juga
lingkungan dimana terjadinya kegiatan belajar yang bertujuan untuk merubah perilaku
peserta didik (siswa) sesuai dengan tujuan yang diinginkan yakni adanya suatu perubahan
afektif serta pola pikirnya.
C.
Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem bunyi ujaran yang tersusun dari lambang-lambang mana
suka yang bersifat unik dan khas yang dibangun dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan
berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada. (Anderson, 1972: 35-6) dalam Dr.
Restoeningroem.
Bahasa merupakan sarana dan pencerminan keterikatan sosial dan kesatuan bangsa.
Bahasa adalah komunikasi budaya yang penting karena menjelaskan kebudayaan pemakai
bahasa tersebut dan membudayakannya sendiri melalui penggunaannya. Apapun tradisi,
kreasi dan hasil kebudayaan yang kita miliki dapat segera punah dan berganti, kecuali
bahasa. Bahasa memiliki durasinyang lebih panjang jika dibandingkan dengan produkproduk peradaban lainnya. Dengan bahasalah, suatu bangsa menitipkan seluruh harapan,
obsesi/mimpi, kenyataan, ketakutan maupun protes-protesnya dalam kehidupan sehingga
bahasa menjadi vital dalam hidup kita bahkan kini menjadi senjata karena kita dapat
menentukan bahkan menguasai seseorang ataau sebuah bangsa, hanya dengan
berkomunikasi melalui bahasa. Dengan ini, manusia menyatakan identitas dan
pengertiannya terhadap lingkungan serta menggunakannya sebagai alat pengolahan
masalah dalam mengambil keputusan dan untuk mempengaruhi orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat atau cara untuk menyampaikan
isi pikiran atau pesan dari satu orang kepada orang lainnya agar maksud yang ada dalam
diri seseorang diketahui oleh orang lain.
D.
Pembelajaran Bahasa
Menurut Ellis (1986:215), ada dua tipe pembelajaran bahasa yaitu tipe naturalistik dan
tipe formal di dalam kelas. Yang pertma tipe naturalistik bersifat alamiah, tanpa guru dan
tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat bilingual atau multilingual tipe naturalistik banyak
dijumpai. Contohnya seorang kanak-kanak yang di dalam lingkungan keluarganya
menggunakan B1, misalnya bahasa X, begitu keluar rumah berjumpa dengan temanya
yang berbahasa lain, misalnya bahasa Y, akan berusaha mencoba menggunakan bahasa Y.
Belajar bahasa menurut tipe naturalistik sama prosesnya dengan pemerolehan bahasa
pertama yang berlangsung secara alamiah di dalam lingkungan keluarga atau tempat
tinggal. Memang tentu ada perbedaan antara hasil yang di peroleh oleh kanak-kanak
dengan orang dewasa. Anak-anak masih dalam masa kritis akan memperoleh kemampuan
yang lebih baik dibandingkan dengan orang dewasa.
Tipe kedua yang bersifat formal, berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan
alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan. Hasil yang diharapkan dalam proses
formal selayaknya lebih baik dibandingkan hasil dari proses secara naturalistic namun
disayangkan hasil yang didapat nampak bervariasi dan cenderung dianggap belum
mampu memenuhi harapan. Ditengarai faktor kompetensi guru, ragam metode
pembelajaran dan motivasi siswa dalam mempelajari Bahasa berperan terhadap
rendahnya hasil yang dicapai. Tentu saja dibutuhkan lanjutan penelitian dan diskusi
mendalam tentang efektifitas pembelajaran bahasa dalam hal ini Bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua.
E.
Kepribadian dan Pembelajaran Bahasa
Kepribadian adalah salah satu faktor dalam diri seseorang yang turut mempengaruhi
keberhasilan dalam mempelajari bahasa khususnya bahasa kedua. Sebagai individu,
siswa maupun guru memiliki kepribadian yang khas dan tidak bisa disubstansi atau
disamakan dengan individu yang lain.
Dalam dunia pendidikan dimana melibatkan interaksi antara guru dengan guru, guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa, perbedaan kepribadian adalah hal yang tidak
dapat dielakan. Perlu upaya bersama dalam menumbuhan sikap menerima persamaan
dan perbedaan sebagai upaya memaksimalkan hasil belajar dari proses pembelajaran
Bahasa.
Hal yang patut dipertimbangkan selain perbedaan kepribadian individu yang terlibat
dalam pembelajaran bahasa adalah faktor pemicu yang berasal dari luar individu
dimaksud. Adalah metode dan strategi pembelajaran yang patut diupayakan sehingga
setiap individu mendapat pelayanan maksimal sehingga terwujud perubahan perilaku
kognitif, psikomomotor dan afektif yang lebih baik sebagai tujuan utama dari proses
pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN
Kepribadian adalah kesatuan organisasi yang sifatnya dinamis dari sistem psikhofisis
individu. Kepribadian ini menentukan kemampuan dalam penyesuaian diri yang sifatnya
unik terhadap lingkungan disekitarnya. Kepribadian mencakup struktur dan proses yang
mencerminkan sifat-sifat bawaan dan pengalaman yang berasal dari masa lalu dan
sekarang.
Dalam ranah pendidikan terdapat dua tipe pembelajaran bahasa yaitu tipe naturalistik
dan tipe formal di dalam kelas. Tipe naturalistik adalah proses pembelajaran secara
otomatis dimana tidak melibatkan guru dalam arti formal dan tanpa unsur kesengajaan.
Pembelajaran tipe ini berlangsung di dalam lingkungan kehidupan masyarakat dan banyak
dijumpai dalam lingkungan dwi bahasa maupun lebih. Sementara tipe formal banyak
dijumpai dalam sistem pendidikan di berbagai belahan dunia yang berlangsung dan
diselenggarakan dengan sejumlah ketentuan yang mengikat.
Pembelajaran bahasa yang dimaknai sebagai ‘proses’ memiliki keterkaitan yang erat
dengan tipe kepribadian individu sebagai salah satu faktor intrinsik. Dalam proses
pembajaran bahasa tentu saja harus dilibatkan faktor eksternal sebagai upaya
memaksimalkan hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran Bahasa.
Dalam konteks pendidikan, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta
didik (siswa) dengan pendidik (guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran juga suatu
usaha membantu peserta didik (siswa) agar dapat belajar dengan baik. Dapat dimaknai
bahawa pembelajaran Bahasa adalah proses pelibatan unsur intrinsik dan ektsrinsik dalam
hal ini kepribadian sebagai salah satu faktor intrinsik dan pendekatan, metode maupun
strategi pembelajaran sebagai salah satu faktor ekstrinsik yang menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi penting sekaligus juga target bagi manusia yang bertujuan untuk
menyampaikan keinginan hati dalam bentuk kata dan bunyi sehingga dapt dimengerti oleh
orang lain dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Eysenck, Hans, 1947, Dimensions of Personality, Kegan Paul, Trench, Trubner & Co., Ltd.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolingistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto, 1999, Evaluasi Pendidikan, Cet. I, Jakarta: Rineka Cipta.
Hall, CS, Lindzey, G. 1998. Theories of Personality. New York: Jhon Wiley.
Larsen, D. (2000). Techniques and principles in language teaching. Second Edition. New
York: Axford.
Littauer, Florence. 1996. Personality Plus. New York: Axford.
Kartono,..(2000). Psikologi Umum. Bandung:CV Mandar Maju.
Pervin, LA. 1996. The Science of Personality. USA: Jhon Wiley.
Suparman, Ujang, M.A., Ph.D. 2010. Psycholinguistic ( The Theory of Language
Acquisition). Bandung: Arfino Raya
Restoeningroem, Dr, Dra., M.Pd. 2019. Teori dan Hakikat Psikolinguistik. Tangerang:
Pustaka Mandiri.
Download