Uploaded by Hafizh Zufar Pramuditya

scc dan keratoacantoma selma pram

advertisement
Lesi utama yang harus dibedakan dari keratoacanthoma yaitu squamous cell carsinoma.
Keratoacanthoma merupakan tumor jinak keratotik, sedangkan squamous cell carsinoma merupakan tumor yang
mempunyai kemampuan untuk bermetastase. Aspek klinis dari kedua tipe tumor ini seringkali tidak dapat
dibedakan. Secara histopatologis mungkin sulit untuk membedakan keratoacanthoma dengan squamous cell
carsinoma khususnya jika spesimen biopsi diambil hanya sebagian dari lesi. Pada awalnya keratoacanthoma
termasuk bagian squamous cell carsinoma yang diindikasikan sebagai self healing carsinoma.1
1. Ko, C.J. Keratoacanthoma: Facts and controversies. Clin Dermatol. 2010; 28(3),254–261.
2. Abassi, F., et al. Differentiation of keratoacanthoma from squamous cell carcinoma by argyrophilic
nucleolar organizer region (AgNOR) staining. Pakistan Journal of Medical Science. 2010; 26(1), 123–
125
Kesamaan dua lesi ini secara histopatologis dan klinis menimbulkan masalah terapi dan kesulitan
dalam mendiagnosa. Squamous cell carsinoma lebih lambat, bentuknya tidak teratur terdapatnya ulser berawal
dari dasar yang abnormal, dapat bermetastase dan tidak ada kecenderungan untuk sembuh sendiri. Proliferasi
squamous cell carsinoma agak berjejas dan gambaran selnya umumnya memiliki kemampuan tinggi untuk
tumbuh kembali. Selain itu, pada squamous cell carsinoma proses mitosis sedikit abnormal, terjadi fregmentasi
kromosom, ukuran dan bentuk sel cenderung membentuk keratin sehingga sulit membedakan squamous cell
carsinoma dengan keratoacanthoma. Perkembangan keratoacanthoma sangat cepat dan pada pusatnya
terdapat kawah yang berisi sel tanduk keratin yang mejadi karakteristik bahwa itu keratoacanthoma bukan
squamous cell carsinoma.5
3.
Abassi, F., et al. Differentiation of keratoacanthoma from squamous cell carcinoma by argyrophilic
nucleolar organizer region (AgNOR) staining. Pakistan Journal of Medical Science. 2010; 26(1), 123–
125
4. Syafriadi, M. Patologi Mulut Tumor Neoplastik & Non Neoplastik Rongga Mulut Ed I, Yogyakarta, 2008.
Lesi selanjutnya yang menjadi diferential diagnosis keratoakanthoma yaitu molluscum contagsium dan
verruca vulgaris. Molluscum contagsium adalah infeksi pada membrane mucus yang disebabkan oleh virus, yaitu
DNA pox virus yang disebut molluscum contagsium virus. Molluscum contagsium virus mengakibatkan timbulnya
bintil putih kecil pada kulit. Lesi penyakit ini berupa tumor kecil, menyerupai kutil pada muka, lengan, punggung
dan pantat. Gambaran histologi dari molluscum contagiosum adalah inklusi terbentuk pada lapisan basal epitel,
lambat laun membesar, mendesak inti ke satu sisi, dan akhirnya menempati seluruh sel. Pada suatu proses
yang disebut auto-inokulasi, virus dapat menyebar pada area kulit yang lain. Lesi molluscum diobati dengan cara
yang sama dengan pengobatan keratoacanthoma. Pada orang dewasa, infeksi molluscum ditularkan secara
seksual dan mempengaruhi alat kelamin, perut bagian bawah, pantat dan paha. Infeksi dapat pula disebarkan
melalui kontak tidak langsung, misalnya oleh tukang cukur dan pemakaian handuk bersama. Namun, lesi
molluscum sering kali kembali dan harus diobati kembali. Kemudian lesi lain yang harus dibedakan dengan
keratoacanthoma yaitu verruca vulgaris. Verruca vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan gambaran
klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan kasar dan berbatas tegas, dapat
tunggal maupun berkelompok. Lesi ini sering ditemukan terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.
Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe HPV yang telah diketahui menyebabkan
veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63.
5. Alcamo, Edward, 2007, Fundamentals of Microbiology, 342, 280, 382, Addison Wesley Longman, Inc.,
USA.
6. Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Ornston L.Nicholas, 2008, Medical Microbilogy, 449, Appleton & Large,
USA.
7. Jawetz, Ernest, Melnich, Joseph L., Adelberg, Edward A., 2015, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan,
577-578, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Download