PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB I PENDAHULUAN Jaringan jalan raya yang merupakan prasarana transportasi darat memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerahdaerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian. Perkembangan kapasitas maupun kuantitas kendaraan yang menghubungkan kota-kota antar propensi dan terbatasnya sumber dana untuk pembangunan jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian prasarana lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di Indonesia dan di banyak Negara, terutama Negaranegara yang sedang berkembang. Untuk membangun ruas jalan baru maupun peningkatan yang diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitas jalan raya, tentu akan memerlukan metoda efektif dalam perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistem. 1. 1. TAHAPAN PERENCANAAN TEKNIK Tahapan kegiatan perencanaan teknik : Pekerjaan Lapangan, meliputi semua survei yang diperlukan. Kriteria Perencanaan, meliputi klasifikasi jalan, karakteristik lalu lintas, kondisi lapangan, pertimbangan ekonomi dan lain-lain. Penyiapan Peta Planimetri, yang merupakan peta hasil survei topografi yang diperlukan sebagai peta dasar perencanaan geometrik. Perencanaan Geometrik, meliputi jarak pandang, alinyemen horisontal dan vertikal. Geoteknik dan Material Jalan, menguraikan pengolahan data geoteknik dan material untuk keperluan konstruksi perkerasan dan drainase jalan. Perencanaan Perkerasan Jalan, meliputi perkerasan lentur dan kaku Drainase Jalan, Menguraikan analisis hidrologi dan sistim serta bangunan Drainase, kebutuhan material dan sistim drainase bawah permukaan (subdrain) Bangunan Pelengkap Jalan, meliputi tembok penahan, rambu lalu lintas dll. Perkiraan biaya, meliputi perhitungan kuantitas, analisa harga satuan, rencana anggaran biaya dan dokumen pelelangan. Lampiran, meliputi tabel-tabel, dan ketentuan lain yang dapat digunakan untuk perhitungan 1. 2. KETENTUAN - KETENTUAN Ketentuan-ketentuan dalam perencanaan teknik jalan yang berlaku di Indonesia harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga – Departemen Pekerjaan Umum. Kecuali hal-hal khusus yang belum ada ketentuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga, maka dapat dipakai ketentuan AASHTO dan lainnya. BAB II PEKERJAAN LAPANGAN Untuk menghasilkan dokumen pembangunan jalan baru apapun klasifikasinya ( jalan : lokal, kolektor, arteri bahkan jalan bebas hambatan, yangdiperlukan secara teknik adalah rencana alinyemen dan kondisi tanah dasar (rencana subgrade) yang memenuhi syarat/ketentuan yang berlaku, maka dalam perencanaan teknik jalan baru diperlukan pekerjaan lapangan (survey). Pekerjaan lapangan ini mencakup keseluruhan kegiatan survei dan investigasi di lapangan untuk memperoleh data-data akurat yang diperlukan dalam proses perencanaan teknik jalan, yaitu : Sehubungasn dengan alinyemen jalan (Road Alignment), yang berperan adalah : Ahli Teknik Jalan, Ahli Teknik Geodesi dan Ahli Teknik Lingkungan. Sehubungan dengan sarana drainase jalan (Highway Drainage), yang berperan adalah Ahli Teknik Drainase. Sehubungan dengan tanah dasar dan bahan konstrusi jalan (Subgrade and Highway Materials), yang berperan adalah Ahli Geoteknik. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian bagi perencana sebelum melakukan kegiatan lapangan, khusus dalam proses perencanaan teknik jalan raya yang baru, adalah aspek sosial, ekonomi dan budaya penduduk setempat, sehingga pembangunan jalan raya yang baru, kelak akan memberikan dampak positif bagi penduduk sekitarnya. Selain itu perlu pula diperhatikan aspek lingkungan setempat sehingga pembangunan jalan tidak akan merusak ekosistem daerah sekitarnya, disamping itu semua juga harus dipertimbangkan masalah efisiensi. Jadi dengan kata lain dalam perencanaan teknik jalan baru, pekerjaan lapangan harus dapat menggabungkan berbagai aspek, terutama aspek teknik dan aspek ekonomi (ketersediaan dana). Kegiatan lapangan yang perlu dilakukan meliputi beberapa kegiatan, yaitu : Data Penunjang Survei Pendahuluan Survei Amdal Survei Topografi Survei Hydrologi Survei Lalu Lintas Survei Geoteknik Kegiatan-kegiatan tersebut diatas dilaksanakan oleh masing-masing regu survei yang saling menunjang. 2. 1. DATA PENUNJANG Data pada tahap ini adalah data penunjang dan data dasar yang tersedia, yang diperlukan sebagai referensi pada saat pelaksanaan survei. Selain data tersebut, informasi dari beberapa nara sumber juga diperlukan. Kegiatan pengumpulan data penunjang dan analisis atau studi data awal (desk study), ini sangat diperlukan agar regu survei paling tidak sudah mendapatkan gambaran tentang kondisi lokasi dan pencapaian lokasi, serta gambaran route reconnaissance. 2. 1. 1. Pengumpulan Data Penunjang Data-data yang perlu dikumpulkan termasuk peta-peta dasar yang mencakup area lokasi dan sekitarnya. 1. Peta-peta a.Peta Jaringan Jalan, peta ini menunjukkan jaringan jalan yang sudah ada dalam satu wilayah propensi, lengkap dengan batas-batas kabupaten. Peta ini diterbitkan oleh Depatemen P.U. tetapi tidak dipublikasikan. Skala peta bervariasi antara 1 : 1 000 000 – 1 : 500 000 b. Peta Topografi, peta ini dapat diperoleh dari instansi Direktorat Geologi dan jawatan Topografi A. D. dengan skala 1 : 250 000 – 1 : 25 000. Peta topografi ini adalah data yang paling fundamental, karena merupakan peta dasar untuk pedoman route survei. c. Peta Geologi Regional, peta ini dapat diperoleh dari instansi Direktorat Geologi dengan skala 1 : 250 000. Peta ini memberikan informasi kondisi geologi daerah tertentu (sekitar lokasi) walaupun secara kasar. Dari peta geologi ini dapat diketahui formasi batuan, proses pembentukannya, umur geologi suatu lapisan, struktur geologi dan lainnya 2. Data dan Informasi a. Data Curah Hujan, data curah hujan dapat diperoleh dari kantor BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika), kantor Dinas Pekerjaan Umum dan kantor Dinas Pertanian di daerah-daerah. b. Informasi-informasi tentang : Sarana transportasi untuk mencapai lokasi Biaya hidup dilokasi survei Cuaca dan suhu di lokasi, dll 2.1.2. Studi Data Data maupun peta yang terkumpul, dipilah-pilah dan dipelajari agar data dan peta yang benar-benar diperlukan saja yang digunakan sebagai dasar. Route rencana diplotkan pada peta dasar untuk pedoman awal. Route yang kita plotkan pada peta dasar terdiri dari beberapa route sebagai alternatif. 2. 2. SURVEI PENDAHULUAN Survei pendahuluan adalah survei yang harus dilakukan sebelum survei detail lainnya, karena survei detail lainnya akan mengacu pada hasil survei ini , terutama hasil Reconnaissance. Survei pendahuluan mencakup 2 (dua) macam kegiatan yaitu : - Survei Reconnaissance. - Pengumpulan data Maksud dari survei Reconnaissance yaitu untuk menetapkan route (sumbu jalan rencana) yang ideal sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku agar hasil desain dapat memenuhi unsur kenyamanan dan keamanan pengguna jalan serta yang paling ekonomis. Kegiatan survei route ini meliputi pengumpulan data lapangan berdasarkan pengamatan visual dan pengukuran, juga masukan dari berbagai sumber, sehingga tujuan survei ini dapat dicapai, yaitu mendapatkan gambaran kondisi lapangan pada trase jalan rencana. 2.2.1. PERSIAPAN DAN MOBILISASI Sebelum kegiatan mobilisasi dilakukan sebaiknya diadakan persiapan dikantor agar kegiatan di lapangan dapat dilaksanakan secara efisien. Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam persiapan. Informasi : pencapaian lokasi, kondisi medan, akomodasi, komunikasi, logistik dan lain-lain Data penunjang : peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi dan lainnya yang mungkin diperlukan (kalau ada). Peralatan : kamera, formulir data dan alat tulis, perlengkapan camp, kompas, clinometer, altimeter, pita ukur baja dan lain-lain Personil inti : Ahli Teknik Transportasi (Highway Engineer) Ahli Teknik Lingkungan (Environmental Engineer) Ahli Teknik Geodesi (Geodetic Engineer) Ahli Teknik Drainase (Hydrologist) Ahli Teknik Geologi dan Mekanika Tanah (Geotechnic Engineer) 2.2.2. Titik Ikat Reconnaissance adalah pemilihan route yang menghubungkan dua titik tetap, yaitu berupa alur (area) dari titik awal survei sampai titik akhir survei. Jadi bukan sekedar ” garis ” rencana sumbu jalan, akan tetapi berupa koridor dengan lebar sesuai dengan kondisi terrain yang ada. Tanda lokasi pada jalan raya (baik perencanaan dan pelaksanaan maupun setelah berfungsi) disebut Sta (station) yang menunjukkan jarak lokasi dari titik awal ruas jalan ke arah akhir ruas jalan tersebut. Misalnya letak titik yang ditinjau berada di Sta 3 + 100, ini menunjukkan bahwa titik tersebut terletak pada garis sumbu survei sejauh atau berjarak 3,100 km dari titik Sta 0 + 000 ( awal survei ) ke arah titik akhir survei. 1. Awal Proyek. a. Titik Ikat, adalah titik tetap yang dipasang pada awal survei yang berfungsi sebagai titik awal proyek pada route survei di tandai dengan Sta 0 + 000, selanjutnya awal survei disebut awal proyek, demikian juga akhir survei atau akhir ruas jalan rencana disebut akhir proyek. b. Ruas Jalan Terikat, jika yang akan direncanakan merupakan ruas lanjutan, maka titik awal proyek yang ditentukan adalah akhir proyek ruas sebelumnya. c. Ruas jalan yang tidak terikat, jika ruas jalan tidak terikat ( awal proyek tidak berpotongan dengan ruas jalan lain ), maka lokasi titik awal proyek ditentukan dengan kesepakatan berdasarkan pertimbangan dan kriteria yang ada. d. Titik Referensi, harus berupa titik referensi tetap, untuk memudahkan pada saat dimulai pembangunan phisik jalan. Titik awal proyek merupakan titik referensi awal. e. Pemasangan BM (Bench Mark), pada titik awal proyek dan akhir proyek masing-masing di tandai dengan 2 (dua) BM standar yang dipasang mengapit titik awal proyek tersebut. f. Pendataan BM, dibuat photo dan deskripsi sementara dari BM tersebut. Deskripsi sebenarnya akan dibuat setelah selesai kegiatan pengukuran (survei topografi). Titik Ikat O • O O O • Benchmark (BM) • O U 0 Q ab O O • • O baut Muka tanah beton OOO O OO Titik ikat Pas Batu kosong Tanah timbunan Pasir urug Benchmark (BM) Tanah timbunan Tanah timbunan Pas Batu kosong Pasir urug baut beton Muka tanah pembesian OOOO OOO 2. Akhir Proyek. Akhir proyek adalah titik akhir, yang juga harus diikat sebagai titik referensi tetap sama halnya dengan titik awal proyek. Pada titik akhir proyek ini juga harus dipasang BM ganda yang mengapit titik akhir proyek. 3. Penampang Melintang. Bentuk penampang melintang (cross section), juga harus dipertimbangkan untuk menghindari pekerjaan tanah yang berlebihan. Dapat dipakai sebagai batasan, lebar koridor pengamatan ≥ 150 m (masing-masing 75 m ke arah kiri dan kanan sumbu jalan rencana pada jalan lurus). 75 meter Galian tanah 75 meter 75 meter Timbunan tanah 4. Situasi. Pada awal dan akhir proyek biasanya dilakukan pendataan khusus untuk menambah referensi dan pertimbangan dalam desain. Panjang atau jangkauan pendataan ini ± 200 m sebelum awal proyek dan ± 200 m setelah akhir proyek. Contoh : awal proyek pada sta 0 + 000 dan akhir proyek sta 10 + 100. Pendataan dan pengukuran meliputi sta 0 – 200 sampai dengan sta 10 + 300. 2.2.3. Perintisan dan Penandaan Karena lokasi rencana trase jalan yang akan disurvei pada umumnya berupa semak dan hutan, maka perlu dilakukan perintisan agar titik-titik bantu (patokpatok kayu) yang akan dipasang mudah terlihat. Dalam melakukan perintisan ini, sekaligus melakukan penandaan jarak dengan patok-patok kayu sesuai dengan kebutuhan. Jarak antara patok ini maksimal 50 m. Penandaan ini dilakukan agar pada waktu survei, semua data dapat diketahui lokasinya. 2.2.4. Survei Teknik 1. Pemilihan Route Pemilihan route ini adalah kegiatan yang paling penting dan menentukan dalam survei pendahuluan, karena berhasil tidaknya suatu perencanaan teknik jalan ditentukan oleh kelayakan route yang dipilih. Pemilihan route alternatif dilakukan dengan bantuan kompas (untuk pembacaan kompas), clinometer (untuk pembacaan kelandaian) dan pita ukur (untuk pengukuran jarak). Data survei ini diplot pada kertas milimeter, untuk memudahkan pemeriksaan hasil survei pada route alternatif tersebut. Kemudian data ini didiskusikan dengan semua anggota regu survei dengan kesimpulan sebagai berikut : a. Tinjauan, Jika telah memenuhi dari segi geometrik, lalu dilanjutkan dari segi geoteknik dan sistim drainase, juga AMDAL perlu dipertimbangkan. Route alternatif ini dapat disepakati sebagai trase jalan rencana, apabila telah memenuhi syarat dari ditinjauan berbagai unsur tersebut, dan dapat dilanjutkan. b. Penetapan Route, jika route alternatif dari hasil pemilihan ternyata ada satu atau beberapa unsur yang belum memenuhi syarat, maka survei harus diulang dengan cara mengambil route lain sampai dipenuhinya ketentuan atau syarat dari berbagai unsur tersebut. Dalam proses pemilihan route, tinjauan geometrik harus dilakukan secara konsisten yaitu kesesuaian antara tikungan dan kelandaian dengan pertmbangan bahwa kendaraan yang lewat belum tentu mengenal jalur tersebut, sehingga banyak menimbulkan kecelakaan, dimana terjadi perubahan tiba-tiba atau jarak pandang yang tidak cukup. 2. Terrain. Dalam pemilihan route, karakteristik dari terrain akan mempengaruhi karakteristik pola lokasi route. Terrain pada umumnya diklasifikasikan daerah datar, perbukitan dan pegunungan. a. Daerah Datar 1. Dimungkinkan jalan lurus dan panjang 2. Pada daerah basa / rawa / genangan air dibuat tikungan-tikungan kecil untuk menghindari kerusakan pondasi dengan cepat. b. Daerah Perbukitan Pola lokasi tergantung orientasi lembah dan bukit. Arah garis lembah, dengan oientasi sejajar akan diperoleh : 1. Kelandaian yang cukup besar 2. Banyak tikungan 3. Banyak gorong-gorong dan jembatan 4. Lebih banyak timbunan dari pada galian Arah garis bukit, akan ditemui permasalahan pada alinyemen vertikal dan drainase. c. Daerah Pegunungan Daerah pegunungan merupakan beban bagi regu survei, karena tidak ada pola atau ketentuan pasti yang dapat memenuhi situasi ini, selain intuisi yang diperoleh dari pengalaman. Untuk itu kelandaian maksimum menurut ketentuan perlu diberikan batas toleransi. Pada proyek jalan raya ” khusus ” yang keberadaannya sangat penting, maka tidak menutup kemungkinan direncanakan suatu terowongan sebagai alternatif terakhir walaupun biayanya sangat mahal. 3. Pengumpulan Data Pendataan yang dilakukan sepanjang trase rencana jalan meliputi : - Lokasi rencana gorong-gorong,box calver dan jembatan - Lokasi rencana bangunan pelengkap lainnya - Pola aliran air - Lokasi sumber material - Lokasi keadaan visual dari satuan tanah dasar (yang diteliti secara global) - Lokasi daerah rawan longsor atau daerah patahan yang memang tidak dapat dihindari, sehingga memerlukan penanganan khusus. Selain data-data yang diperoleh tersebut diatas, datadata lain yang diperlukan dapat diperoleh dari instansi yang terkait dengan proyek tersebut, yaitu : - Data curah hujan dari berbagai pos curah hujan sepanjang trase jalan rencana yang mewakili - Data informasi tentang biaya hidup sehari-hari, harga bahan dan upah untuk perkiraan biaya. 2.2.5. Survei Umum Pencatatan kegiatan yang juga dilakukan selain teknis yaitu pengumpulan data atau keterangan yang diperoleh dilapangan untuk informasi kepada tim survei mengenai : 1. Pekerja (buruh lokal) : a. Upah, besarnya upah yang berlaku di sekitar lokasi b. SDM, dilokasi/daerah yang sumber daya manusianya dapat dikerahkan untuk menunjang survei. 2. Logistik : Untuk keperluan konsumsi anggota survei, bahan survei dan keperluan P3K perlu diketahui harga dan lokasi terdekat yang dapat dicapai dengan mudah 3. Komunikasi : Lokasi terdekat untuk melakukan komunikasi ke kantor pusat atau dengan instansi terkait. 4. Akomodasi : Sarana akomodasi untuk keperluan tim survei di lapangan, termasuk sarana untuk keperluan menghitung data-data dan penggambaran pada kegiatan survei topografi (apabila hal ini dilakukan dilapangan) 5. Visualisasi Photo-photo dokumentasi yang perlu diambil, adalah sebagai berikut : - Lokasi / situasi awal dan akhir proyek - Lokasi rencana bangunan drainase jalan dan bangunan pelengkap lainnya. - Kondisi visual terrain dan sekitarnya - Kondisi geologi - Situasi setiap i km, sepanjang trase jalan rencana - Kondisi dan situasi lainnya yang diperlukan sebagai tambahan data. khusus 2.2.7. Produk Produk yang akan dihasilkan dari survei pendahuluan, yaitu : - Titik ikat dan tanda-tanda di sepanjang trase jalan rencana, berupa patok kayu, BM dan tanda lokasi rencana bangunan sarana jalan serta tanda-tanda lainnya untuk pedoman regu survei detail lainnya. - Kondisi alinyemen dan kelandaian sepanjang trase jalan rencana yang diperoleh dari survei route. - Data kondisi terrain trase jalan rencana dan data lainnya - Informasi-informasi dan photo dokumentasi. 2.3. SURVEI AMDAL Survei dan studi amdal dilakukan dengn maksud untuk memperkecil dampak negatif yang mungkin timbul akibat adanya ruas jalan yang sedang direncanakan, baik pada saat konstruksi maupun setelah digunakan dan mengoptimalkan dampak positip. Survei ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan kegiatan survei pendahuluan, karena beberapa pertimbangan akan merupakan masukan yang penting untuk menetapkan trase jalan rencana dari route alternatif. Dengan dilakukannya survei amdal, dampak yang mungkin timbul dapat diprediksi dengan mengevaluasi rencana kegiatan selama konstruksi dan menginventarisasi lingkungan sepanjang jalan rencana. 2.3.1. Kegiatan Survei Inventarisasi terhadap rona lingkungan awal yang bertujuan untuk mengidentifikasikan komponen yang sensitif. Inventarisasi ini meliputi beberapa aspek, yaitu : - Fisik, kimia dan biologi - Sosial ekonomi dan budaya masyarakat Pengumpulan data dan pengambilan contoh (sampel) lapangan, diantaranya : - Pencatatan lokasi : bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas umum dsb. - Pengambilan contoh air dengan high volume water sampler Pengukuran dan pengamatan di lapangan / pada ruas jalan yang sudah ada (terdekat dan sejenis) antara lain : - Pengamatan lalu lintas (dilakukan bersama dengan regu pencatat LHR pada survei lalu lintas) - Pengukuran kadar debu yang menggunakan alat Hi-vol dan gravimeter - Pengamatan kondisi : • Air dan udara • Flora (tata guna lahan) dan fauna • Ekologi, yang meliputi pertimbangan hidrologi dan geologi (termasuk kegiatan survei Hidrologi dan Geologi). Pengamatan dan pengumpulan data sosial ekonomi dan budaya masyarakat dilakukan dengan wawancara. 2.3.2. Visualisasi Photo-photo dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan analisa di kantor. 2.3.3.Produk Produk yang akan dihasilkan dari survei ini, berupa : - Data lapangan - Contoh (sampel) untuk analisis dilaboratorium. 2.4. SURVEI TOPOGRAFI Maksud survei topografi dalam perencanaan teknik jalan raya, yaitu Pengukuran Route yang dilakukan dengan tujuan memindahkan kondisi permukaan bumi dari lokasi yang diukur pada kertas yang berupa peta planimetri. Peta ini akan digunakan sebagai peta dasar untuk plotting perencanaan geometrik jalan raya., dalam hal ini perencanaan alinyemen horisontal. Kegiatan pengukuran route ini juga mencakup pengukuran penampang. Pengukuran route yang dilakukan sepanjang trase jalan rencana (route hasil survei reconnissance) dengan menganggap sumbu jalan rencana pada trase ini sebagai garis kerangka poligon utama. Dengan demikian, sebaiknya yang melakukan pemasangan BM setiap 1 km dan tanda PI pada route terpilih adalah regu survei pendahuluan, pada saat survei route. (PI = Point of Intersection = titik belok, yaitu titik perpotongan antara dua tangen) f P13 PI1 O • P1 •P2 • • O • P5 P4 P3 P0 O • PI = Point of Intersection O Titik Ikat O • P6 • P7 • P8 P9 O • PI.2 • P10 • P11 • P12 Peralatan digunakan : - Alat ukur waterpass dan statif - Alat ukur Theodolit T0 atau T2 dan statif - Roll meter dari baja - Kamera - Peta - Formulir data dan papan survei - Alat tulis - Kertas Milimeter - Kompas - Dan lain-lain. Kegiatan pengukuran untuk rencana jalan raya ini sama dengan pengukuran untuk rencana bangunan teknik sipil lainnya, yang intinya adalah melakukan pengukuran sudut dan jarak (horisontal) serta pengukuran beda tinggi (vertikal). Akan tetapi pengukuran untuk rencana teknik jalan raya ini mempertimbangkan pula jarak yang panjang, sehingga pengaruh bentuk lengkung permukaan bumi juga dipertimbangkan. Pengukuran route sesungguhnya adalah pengukuran detail yang dilakukan pada route hasil survei pendahuluan, yang kegiatannya meliputi : - Perintisan untuk pengukuran - Pemasangan patok (BM dan Kayu) - Pengukuran detail Sebaiknya pengukuran detail ini dilakukan sekitar 100 m – 200 m dibelakang regu survei pemilihan route, agar dapat memberikan masukan kepada regu survei pendahuluan mengenai route yang dipilih. a • a • a • a • •b a• a •b a c •P13 •b • b • a b • • O • b b PI1 c c • • b • • c •d a• c O • b• •b • • b P5 P12d c d P6 • • •c a• •c • • c • •e c • P4• d • • •b d P11 P7 c P9 •d e • • • • b d e • P8 P10 • • P3•d e f• O • •c e •d • e • •f • •d e PI.2 •c • d •e •P1 P2•d •f •e O •d •f •f •e P0 •e •e • f f •d •f •e f f f • • • •e •f •f a b c a • a • • • • • • • • • • • • + 100 • + 90 • • • • • P1 P0 • + 70 • • + 60 • • • • • • • • P7 P6 • • • • • • • O • P5 • P4• P3• •P2 • O + 80 • • PI1 • + 100 • • P8 • • • • • • P9 O • PI.2 • • • • • • • • • • • • •P13 • • • P12 • P11 P10 O • • • + 90 • • • • • + 70 •+ 60 • • + 80 • • • • • • • • • • • • + 100 • + 90 • • • • • P1 P0 • + 70 • • + 60 • • • • • • • • P7 P6 • • • • • • • O • P5 • P4• P3• •P2 • O + 80 • • PI1 • + 100 • • P8 • • • • • • P9 O • PI.2 • • • • • • • • • • • • •P13 • • • P12 • P11 P10 O • • • + 90 • • • • • + 70 •+ 60 • • + 80 • • 2.4.1. Perintisan Untuk Pengukuran Kegiatan perintisan ini untuk membuka sebagian lokasi yang akan ukur, agar pengukuran tidak terhalang oleh semak / perdu. Perintisan dalam pengukuran adalah pelebaran perintisan pada route hasil reconnaissance survei dan pada setiap interval yang sudah ditentukan dibuat jalur perintisan melintang arah route untuk keperluan pengukuran penampang melintang dan situasi detail. 2.4.2. Pemasangan Titik Kontrol Titik-titik kontrol yang dipasang untuk keperluan pengukuran route pada umumnya terdiri dari dua macam yaitu : 1. Patok Beton ( Titik Tetap ) Patok beton dipasang untuk titik-titik kontrol horisontal maupun untuk menentukan ketinggian muka tanah yang disebut titik tetep ( bench mark) baik untuk jalan maupun lokasi rencana jembatan. Patok beton ini digunakan sebagai titik-titik kontrol kerangka horisontal (poligon) utama dan sifat datar utama. Karena sifatnya sebagai titik tetap, maka akan digunakan sebagai referensi untuk kegiatan selanjutnya. Untuk pengukuran rencana jalan biasanya dipasang setiap interval 1 km dan untuk persilangan dengan sungai dipasang 2 buah dan berseberangan, demikian pula untuk persilangan dengan jalan. 2. Patok Kayu ( Titik Sementara ) Patok kayu dipasang untuk titik-titik kontrol sekunder atau tersier (patok bantu) pada pengukuran poligon maupun sifat datar sekunder dan pada pengukuran topografi (situasi detail). Patok ini digunakan sebagai titik referensi sementara, jadi sifatnya tidak tetap, akan tetapi harus diberi nomor urut dan warna yang sesuai ketentuan. 2.4.3. Pengukuran Detail Pengukuran detail sebagai garis kerangka poligon utama adalah route hasil reconnaissance survei yang merupakan sumbu jalan rencana. Pengukuran ini mencakup beberapa jenis kegiatan, yaitu : Pengukuran pengikatan, pengukuran ini dimaksudkan untuk mengikatkan pengukuran ke titik tetap dari pengukuran poligon, yang diikat pada titik tetap ialah koordinat x dan y. Pengukuran kontrol horisontal, Pengukuran ini dimaksudkan untuk menentukan kerangka poligon Pengukuran kontrol vertikal, pengukuran ini dimaksudkan untuk menentukan ketinggian setiap titik poligon. (Z) Pengukuran penampang, pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur ke kiri dan kekanan dari kerangka poligon pada setiap titik poligon. Gambar penampang melintang diperlukan untuk perhitungan pekerjaan tanah ( galian dan timbunan ) Pengukuran Topografi ( situasi ), pengukuran ini dimaksudkan untuk menentukan situasi dari lokasi yang diukur dengan pengukuran kerangka poligon, penampang dan menghasilkan peta yang dilengkapi dengan garis-garis ketinggian muka tanah ( garis kontur ) yang diukur dengan interval berdasarkan skala. Pengukuran khusus a. Persilangan dengan sungai Pada persilangan dengan sungai perlu dilakukan pengukuran khusus yang berupa pengukuran situasi, agar lokasi pemilihan sumbu rencana jembatan dapat dilakukan dengan baik. Ketentuan mengenai koridor dan interval penampang melintang pada umumnya seperti pada gambar dibawah ini : BM O 200 m Sumbu jalan rencana 200 m 100 m 100 m O BM L = 5 – 20 m Gambar : Sketsa situasi persilangan dengan sungai Ketentuan mengenai koridor dan interval penampang melintang pada umumnya seperti pada gambar diatas. Penampang melintang pada lokasi pengukuran khusus persilangan dengan sungai, dibuat pada setiap interval 25 meter searah sumbu jalan rencana dan setiap interval 25 meter sejajar dengan sumbu sungai. b.Perpotongan dengan jalan Pada lokasi perpotongan dengan jalan yang ada, perlu dilakukan pengukuran situasi disekitar perpotongan dengan ketentuan pada umumnya seperti pada gambar dibawah ini : 100m Sumbu jalan rencana 100m BM O O BM Jalan yang ada 100m 100m Gambar : sketsa situasi persilangan dengan jalan Penampang melintang dibuat pada setiap interval 25 meter searah sumbu jalan rencana dan setiap interval 25 meter searah dengan sumbu jalan yang ada. 2.4.4. Visualisasi Photo-photo dokumentasi yang diperlukan adalah kegiatan perintisan, pengukuran poligon dan kegiatan lainnya. 2.4.5. Produk Produk yang dihasilkan darisurvei ini : - Buku ukur / data-data hasil pengukuran poligon - Deskripsi BM (bench mark) - Peta Planimetri (bila dilakukan dilapangan) 2.5. SURVEI HYDROLOGI Survei Hydrologi dalam perencanaan teknik jalan raya diperlukan untuk perencanaan sistim dan sarana drainase, agar konstruksi jalan, aman terhadap pengaruh air selama usia rencana, karena kerusakan yang terjadi pada konstruksi jalan raya pada umumnya langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh air. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam survei ini, yaitu : - Mengumpulkan data penunjang dan melakukan studi terhadap data-data tersebut ( dilakukan dikantor sebelum mobilisasi ) - Kegiatan survei dilapangan 2.5.1. Data Penunjang Data penunjang yang diperlukan pada umumnya sebagai berikut : 1. Peta dasar yang digunakan - Peta Topografi skala 1 : 250.000 - Peta rupa bumi Indonesia skala 1 : 50.000 (dari Bakosurtanal) - Peta hujan Indonesia, skala variabel (dari Badan Meteorologi dan Geofisika) 2. Data Curah Hujan Data curah hujan dapat diperoleh dari BMG, catatan atau buku yang memuat rekaman curah hujan dari stasiun-stasiun (rain gauge) yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Data yang diambil untuk kebutuhan analisis adalah data dari stasiun yang terletak pada daerah tangkapan. Apabila daerah tangkapan (catchment area) tidak memiliki data curah hujan, maka dapat dipakai data dari stasiun di luar daerah tangkapan yang dianggap masih dapat mewakili. Sumbu jalan rencana (hasil reconnaissance survei) diplotkan pada peta dasar (peta topografi atau peta rupa bumi), sehingga gambaran topografi daerah yang akan dilalui route jalan dapat dipelajari. Peta ini juga digunakan untuk memperkirakan luas daerah tangkapan pada sistim sungai maupun terrain sepanjang trase jalan rencana. 2.5.2. Kegiatan Survei Maksud dari survei ini, yaitu melakukan pengamatan dan pengukuran di lokasi untuk memperoleh data-data tentang karakteristik daerah tangkapan sepanjang trase jalan rencana, antara lain : 1. Luas Daerah Tangkapan (Catchment Area) Luas daerah tangkapan untuk sistim drainase perlu diketahui agar dapat diperkirakan daya tampungnya terhadap curah hujan sehubungan dengan metoda yang akan digunakan untuk memprediksi volume limpasan permukaan (flood run off). Adanya peta topografi akan sangat membantu dalam memperkirakan luas daerah tangkapan. 2. Terrain Kondnisi terrain pada daerah tangkapan perlu diamati sehubungan dengan bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran, agar kapasitas drainase dapat diperhitungkan dengan baik sehingga dapat menampung jumlah limpan air pada kondisi debit puncak (peak discharge) 3. Tata Guna Lahan Tata guna lahan sepanjang trase jalan rencana atau daerah tangkapan hujan, kemungkinan besar akan berubah dengan adanya jalan, karena dalam jangka pendek atau jangka panjang akan terbentuk pemukiman penduduk di kiri dan kanan sepanjang jalan tersebut. Dari uraian di atas, maka dalam memprediksi besarnya limpasan permukaan (flood runoff) harus ditambah 1,5 – 2 kali dari kondisi yang ada, pada saat survei. 4. Jenis dan Sifat Erosi Jenis dan sifat erosi pada daerah sepanjang trase jalan rencana, disebabkan oleh jenis tanah dan kondisi geologi setempat. Informasi mengenai ini diperoleh dari survei Geoteknik. 5. Inventarisasi Apabila pada lintasan survei dijumpai bangunan drainase (existing), maka harus dilakukan inventarisasi data meliputi dimensi dan kondisi serta lokasinya, juga arah aliran pembuangannya. Bangunan drainase berupa gorong-gorong, box culver dan jembatan, baik hasil swadaya maupun milik irigasi teknis atau lainnya, harus dicatat. Pada survei ini, juga dilakukan pencatatan lokasi rencana gorong-gorong, box calvert dan jembatan, yang berdasarkan pengamatan perlu dibuat, termasuk rencana tipe dan arah aliran. 6. Pengukuran di Lokasi Pada lintasan yang bersilangan dengan sungai, apabila direncanakan untuk dibuat jembatan, perlu dilakukan pengukuran kecepatan aliran di sekitar lokasi rencana tersebut, untuk data masukan dalam perhitungan debit. Selain pengukuran kecepatan aliran, dalam survei ini perlu pula dicatat : - Sketsa alur sungai disekitar lokasi rencana jembatan - Kondisi tebing dan dasar sungai - Vegetasi pada daerah hulu sungai - Pengamatan sediment transport - Rencana bentang jembatan 2.5.3. Visualisasi Pengambilan photo untuk dokumentasi, antara lain : - Lokasi dan kondisi culvert existing. - Lokasi rencana jembatan - Dan lain-lain 2.5.4. Produk Produk yang akan dihasilkan dari survei Hydrologi ini : - Data curah hujan - Data kecepatan aliran disekitar lokasi rencana jembatan - Data kondisi geologi dan sifat tanah (masukan dari survei Geologi & Material dan Investigasi tanah) - Data kondisi dan lokasi culver existing - Data rencana lokasi culvert dan perkiraan tipe culvert yang cocok. 2.6. SURVEI LALU-LINTAS Untuk perencanaan teknik jalan baru, survei lalu lintas tidak dapat dilakukan, karena belum ada jalan. Akan tetapi untuk menentukan dimensi jalan tersebut (yang direncanakan) diperlukan data jumlah kendaraan. Untuk itu dapat dilakukan sebagai berikut : • Survei perhitungan lalu-lintas (traffic counting) dilakukan pada jalan yang sudah ada (sudah dipakai), yang diperkirakan mempunyai bentuk, kondisi dan keadaan komposisi lalu-lintas akan serupa dengan jalan yang direncanakan. • Survei asal dan tujuan (origin and destination survei) yang dilakukan pada lokasi yang dianggap tepat (dapat mewakili) dengan cara melakukan wawancara kepada pengguna jalan untuk mendapatkan gambaran rencana jumlah dan komposisi kendaraan pada jalan yang direncanakan. • Pembuatan “model” dengan program komputer. • Pengambilan data dari analisis biaya siklus hidup (BSH), untuk kebutuhan pokok dalam survei . 2.7. SURVEI GEOTEKNIK Survei Geoteknik untuk rencana jalan, kegiatan sebagai berikut : - Survei Geologi - Survei Material - - Survei Tanah mencakup 2.7.1. Tujuan dan Sasaran Survei Tujuan dari survei geologi dan investigasi tanah, yaitu untuk memetakan penyebaran tanah/batuan dasar yang meliputi kisaran tebal tanah pelapukan pada daerah sepanjang trase jalan rencana, sehingga dapat memberikan informasi mengenai stabilitas lereng, prediksi penurunan lapisan tanah dasar dan daya dukungnya, setelah dipadukan dengan hasil pengujian laboratorium. Sedangkan survei material dilakukan untuk mengetahui lokasi dan kuantitas (besarnya deposit) pada quarry ( sumber material ) dan sekaligus menentukan karakteristik material yang dikandung dengan melalui proses pengujian laboratorium. 2.7.2. Survei Geologi Dari uraian diatas, mengenai tujuan atau sasaran survei, maka dapat diuraiakan kegiatan yang harus dilakukan pada survei lapangan sebagai berikut : 1. Pengamatan Pengamatan kondisi visual dilakukan pada tempat/lokasi daerah sepanjang trase jalan rencana, biasanya pada setiap interval jarak 500 – 1000 m dan sekaligus mencatat pada formulir data. Pengamatan di lapangan meliputi pemeriksaan sifat tanah yang antara lain : konsistensi, jenis dan warna tanah dengan mencantumkan perkiraan persentase butiran kasar/halus. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode USCS ( Unified Soil Classification Systim ). Pengamatan ini juga merupakan survei untuk pemetaan geologi teknik (permukaan), yang tatacaranya menggunakan SNI 03-2849-1992, dengan demikian pengamatan visual yang dilakukan meliputi stratigrafi dan struktur geologi, sedangkan litologi dapat diperoleh dari borlog dan log test pit. 2. Klasifikasi Tanah di Lapangan Pengidentifikasian material secara visual, hanya berdasarkan pada gradasi butiran dan karakteristik keplastisannya saja, yaitu : a. Tanah berbutir kasar Tanah yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : pasir, kerikil, dominan kerakal. b. Tanah berbutir halus Di lapangan, tanah dari kelompok ini susah untuk dibedakansecara visual antara lempung dan lanau, kecuali dengan cara perkiraan karakteristik plastisitasnya. 1. Lempung, dapat diketahui dari pemeriksaan di lapangan, yaitu : - Derajat kekuatan keringnya tinggi (dari segumpal kecil tanah yang dikeringkan kemudian diremas) - Kekerasannya tinggi (dari contoh tanah yang dipilih seperti proses plastis-limit) - Tidak ada air (dari contoh kecil tanah yang digoncang ditelapak tangan) 2. Lanau, dapat diketahui dari derajat kekerasan maupun kekuatan kering yang rendah, juga mudah terpisah apabila digoncang ditelapak tangan dan kelihatan ada air atau permukaan contoh menjadi basah. 2.7.3. Survei Material Untuk menentukan beban konstruksi jalan atau highway materials, dilakukan survei pada lokasi – lokasi sumber material (quarry) yang berada pada daerah sepanjang trase jalan rencana dengan pertimbangan ekonomis, tetapi apabila tidak ditemui quarry sepanjang trae jalan rencana, dilakukan survei pada daerah sekitarnya. Kegiatan survei yang perlu dilakukan meliputi : - Mengukur dan memperkirakan kapasitas atau deposit sumber material. - Mencatat jenis material yang ada, dan sekaligus mengambil contoh material yang ada. - Mengukur jarak sumber material dari patok/titik ukur yang terdekat, agar lokasi dapat diplot pada sumber material, dan mudah untuk memasang petunjuk arah/jarak dari trase jalan rencana. - Mengambil contoh tanah dari borrow pit : • Contoh tak terganggu (UDS = undisturbed sample), untuk pengujian sifat fisik tanah yang diperlukan untuk mengetahui jenis tanah bahan urugan. • Contoh terganggu (DS = disturbed sample), untuk pengujian bahan urugan, sehubungan dengan parameter yang diperlukan yaitu d dan Wopt (OMC = optimum moisture content) untuk analisa daya dukung tanah lapisan tanah dasar (subgrade) dan besarnya penurunan. 2.7.4. Investigasi Tanah Dibawah ini diuraikan kegiatan investigasi tanah yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan peruntukannya antara lain untuk : 1. Menentukan Daya Dukung Lapisan Tanah Dasar a. Natural Subgrade, atau lapisan tanah dasar asli akan dijumpai setelah dilakukan cut/excavation (penggalian) mencapai elevasi sesuai rencana Daya dukung pada lapisan ini dapat diperkirakan : 1. Derajat kekuatan keringnya tinggi (dari segumpal kecil tanah yang dikeringkan kemudian diremas). 2. Hasil uji CBR di tempat. Pada saat survei, hal itu semua tidak dapat dilakukan, karena letak permukaan tanah dasar sebenarnya belum diketahui. Sebagai pendekatan untuk mendapatkan nilai CBR perkiraan, perlu dilakukan kegiatan di lapangan sebagai berikut : Pengujian dengan menggunakan alat DPC (dynamic cone penetrometer) yang dilakukan pada dasar lubang sumuran uji (test pit) dengan anggapan elevasi permukaan tanah dasar rencana akan berada pada kedalaman 2 – 3 m (kedalaman pit maksimum). Mengambil contoh tanah dari dasar lubang sumuran uji dengan menggunakan mold CBR (satu pasang per lubang), untuk dilakukan pengujian laboratorium, yaitu uji kering dan uji rendaman (soaked and unsoaked), dengan anggapan sama seperti diatas. Apabila setelah rencana teknik jalan selasai dan ternyata letak lapisan tanah dasar sebenarnya meleset jauh dari perkiraan, maka sebelum pelaksanaan konstruksi lapisan perkerasan, perlu dilakukan pengujian di tempat (untuk penyesuaian tebal lapisan perkerasan). b. Compacted subgrade, atau lapisan tanah dasar bentukan, merupakan timbunan hasil urugan (fill/embankment) pada elevasi sesuai dengan rencana. Daya dukung pada lapisan ini diperkirakan dari uji CBR pada tanah dalam keadaan padat maksimum (hasil dari uji pemadatan di laboratorium terhadap contoh tanah terganggu) yang diambil dari borrow pit atau dari lubang sumuran uji 40 kg per lokasi. Pengujian laboratorium yang dilakukan terhadap contoh tanah DS bertujuan untuk mendapatkan kepadatan kering maksimum (dmak) dan kadar air optimum (wopt). Sedangkan pengujian CBR dilakukan terhadap contoh padat maksimum hasil pengujian pemadatan (compaction test). 2. Analisis Stabilitas Lereng Lereng yang dimaksud dalam uraian ini, terdiri dari lereng alam dan lereng akibat galian. Ketidak stabilan lereng alam dipengaruhi oleh kondisi geologi yang harus diamati secara visual di lapangan, mengenai susunan batuan dasar dan tanah pelapukannya. Penyelidikan visual dilakukan pada jenis batuan dasar serta kedudukannya (jurus dan kemiringan) terhadap arah kemiringan lereng dan struktur geologi yang berkembang pada batuan seperti patahan/sesar. Dalam pemilihan route, daerah yang rawan terhadap gerakan tanah maupun daerah patahan, sebaiknya dihindari karena akan berbahaya dan menimbulkan biaya yang tinggi baik dalam masa pelaksanaan phisik maupun pemeliharaan. Kemiringan lereng akibat galian harus dibuat sesuai dengan rencana. Angka kemiringan dan ketinggian dinding galian yang aman diperoleh dari analisis parameter hasil pengujian laboratorium terhadap contoh UDS. Pengambilan contoh tanah UDS (sampling) di lapangan menggunakan tabung yang dipasang pada bor tangan, pada lokasi-lokasi yang dianggap dapat mewakili. Titik pengambilan contoh sebaiknya diikatkan pada titik pengukuran agar diketehui elevasi muka tanah titik tersebut. Peralatan yang digunakan, tabung contoh diameter 68 mm, panjang 40 cm dan bor tangan (type Iwan Auger dengan asesorisnya), kapasitas mak. (normal) 10 m. Setelah terisi contoh tanah, kedua lubang tabung ditutup dengan parafin. Prosedur pengambilan UDS menggunakan SNI 034148-1996. 3. Analisis Penurunan Analisis dari prediksi penurunan, dilakukan dengan batuan parameter hasil pengujian laboratorium terhadap contoh tanah UDS dan parameter dari pengujian lapangan (in situ test) yang dilakukan dengan alat sondir. a. Pengambilan contoh tanah UDS Dilakukan pada dasar lubang pit atau bila diperlukan sampai kedalaman 5 m, untuk pengujian konsolidasi di laboratorium, sehubungan dengan analisis penurunan akibat konsolidasi (consolidated settlement). b. Pengujian Lapangan dengan Alat Sondir Pengujian lapangan dengan alat sondir (static cone penetrometer), untuk mendapatkan nilai tahanan konus (qc) yang dapat melengkapi data untuk analisis penurunan, terutama jika parameter dari pengujian UDS tak lengkap atau tidak dapat digunakan, maka nilai qc akan sangat membantu. Kelebihan alat sondir ini, adalah : 1. Mudah dalam pengoperasiannya dan dapat mendeteksi sampai dengan kedalaman tanah keras atau maksimum 30 m (apabila lapisan tanah keras 30 m). 2. Nilai qc setiap interval kedalaman 20 cm akan dapat diketehui langsung dilapangan, karena setiap interval 20 cm dilakukan pembacaan. 3. Parameter yang dapat diketahui dari hasil percobaan ini selain qc, Sr (hambatan pelekat) dan Tsf (jumlah hambatan pelekat). Pengujian lapangan dilakukan : 1. Pada lokasi-lokasi yang sifat tanahnya (secara visual) diperkirakan akan terjadi penurunan yang cukup besar akibat pembebanan, maka diperlukan data ketebalan lapisan tersebut. 2. Untuk mengetahui letak/elevasi lapisan tanah keras (kedap), yang diperlukan untuk menentukan jenis konstruksi lapisan perkerasan yang sesuai agar biaya pemeliharaan/perbaikan akibat penurunan ini dapat diperkecil. 3. Tata cara pengujian lapangan, SNI 03-2827-1992. 2.7.5. Visualisasi Photo-photo dokumentasi yang perlu diambil, adalah sebagai berikut : Singkapan dinding pada lubang sumuran uji (harus dilengkapi benda pembanding skala misalnya pena atau kotak korek api) Kegiatan sampling Kegiatan pengujian lapangan Singkapan alam (kondisi geologi) Jenis material pada quarry Lain-lain yang dipandang perlu. 2.7.6. Produk Produk yang akan dihasilkan dari survei Geoteknik ini, yaitu : Data-data pengamatan visual kondisi geologi Log sumuran uji dan log bor tangan Contoh-contoh tanah dan material Data pengujian lapangan Sambung ke geometrik