Uploaded by User11173

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN LANJUT

advertisement
PERENCANAAN
GEOMETRIK JALAN
BAB I
PENDAHULUAN


Jaringan jalan raya yang merupakan prasarana
transportasi darat memegang peranan penting
dalam sektor perhubungan terutama untuk
kesinambungan distribusi barang dan jasa.
Keberadaan jalan raya sangat diperlukan
untuk menunjang pertumbuhan ekonomi seiring
dengan meningkatnya kebutuhan sarana
transportasi yang dapat menjangkau daerahdaerah terpencil yang merupakan sentra
produksi pertanian.


Perkembangan kapasitas maupun kuantitas kendaraan
yang menghubungkan kota-kota antar propensi dan
terbatasnya sumber dana untuk pembangunan jalan
raya serta belum optimalnya pengoperasian prasarana
lalu lintas yang ada, merupakan persoalan utama di
Indonesia dan di banyak Negara, terutama Negaranegara yang sedang berkembang.
Untuk membangun ruas jalan baru maupun
peningkatan yang diperlukan sehubungan dengan
penambahan kapasitas jalan raya, tentu akan
memerlukan metoda efektif dalam perancangan
maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik
dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur keselamatan
pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistem.
1. 1. TAHAPAN PERENCANAAN TEKNIK
Tahapan kegiatan perencanaan teknik :
 Pekerjaan Lapangan, meliputi semua survei yang
diperlukan.
 Kriteria Perencanaan, meliputi klasifikasi jalan,
karakteristik lalu lintas, kondisi lapangan,
pertimbangan ekonomi dan lain-lain.
 Penyiapan Peta Planimetri, yang merupakan peta hasil
survei topografi yang diperlukan sebagai peta dasar
perencanaan geometrik.





Perencanaan Geometrik, meliputi jarak pandang,
alinyemen horisontal dan vertikal.
Geoteknik dan Material Jalan, menguraikan
pengolahan data geoteknik dan material untuk
keperluan konstruksi perkerasan dan drainase jalan.
Perencanaan Perkerasan Jalan, meliputi perkerasan
lentur dan kaku
Drainase Jalan, Menguraikan analisis hidrologi dan
sistim serta bangunan
Drainase, kebutuhan material dan sistim drainase
bawah permukaan (subdrain)



Bangunan Pelengkap Jalan, meliputi tembok penahan,
rambu lalu lintas dll.
Perkiraan biaya, meliputi perhitungan kuantitas, analisa
harga satuan, rencana anggaran biaya dan dokumen
pelelangan.
Lampiran, meliputi tabel-tabel, dan ketentuan lain
yang dapat digunakan untuk perhitungan
1. 2. KETENTUAN - KETENTUAN
Ketentuan-ketentuan dalam perencanaan teknik jalan
yang berlaku di Indonesia harus mengacu pada
ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga – Departemen Pekerjaan Umum.
Kecuali hal-hal khusus yang belum ada ketentuan dari
Direktorat Jenderal Bina Marga, maka dapat dipakai
ketentuan AASHTO dan lainnya.

BAB II
PEKERJAAN LAPANGAN
Untuk menghasilkan dokumen pembangunan jalan
baru apapun klasifikasinya ( jalan : lokal, kolektor,
arteri bahkan jalan bebas hambatan, yangdiperlukan
secara teknik adalah rencana alinyemen dan kondisi
tanah dasar (rencana subgrade) yang memenuhi
syarat/ketentuan yang berlaku, maka dalam
perencanaan teknik jalan baru diperlukan pekerjaan
lapangan (survey).




Pekerjaan lapangan ini mencakup keseluruhan
kegiatan survei dan investigasi di lapangan untuk
memperoleh data-data akurat yang diperlukan dalam
proses perencanaan teknik jalan, yaitu :
Sehubungasn dengan alinyemen jalan (Road Alignment),
yang berperan adalah : Ahli Teknik Jalan, Ahli Teknik
Geodesi dan Ahli Teknik Lingkungan.
Sehubungan dengan sarana drainase jalan (Highway
Drainage), yang berperan adalah Ahli Teknik Drainase.
Sehubungan dengan tanah dasar dan bahan konstrusi
jalan (Subgrade and Highway Materials), yang berperan
adalah Ahli Geoteknik.

Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian bagi
perencana sebelum melakukan kegiatan lapangan,
khusus dalam proses perencanaan teknik jalan raya
yang baru, adalah aspek sosial, ekonomi dan budaya
penduduk setempat, sehingga pembangunan jalan raya
yang baru, kelak akan memberikan dampak positif
bagi penduduk sekitarnya.

Selain itu perlu pula diperhatikan aspek lingkungan
setempat sehingga pembangunan jalan tidak akan
merusak ekosistem daerah sekitarnya, disamping itu
semua juga harus dipertimbangkan masalah efisiensi.
Jadi dengan kata lain dalam perencanaan teknik jalan
baru, pekerjaan lapangan harus dapat menggabungkan
berbagai aspek, terutama aspek teknik dan aspek
ekonomi (ketersediaan dana).
Kegiatan lapangan yang perlu dilakukan meliputi
beberapa kegiatan, yaitu :
 Data Penunjang
 Survei Pendahuluan
 Survei Amdal
 Survei Topografi
 Survei Hydrologi
 Survei Lalu Lintas
 Survei Geoteknik
 Kegiatan-kegiatan tersebut diatas dilaksanakan oleh
masing-masing regu survei yang saling menunjang.
2. 1. DATA PENUNJANG
Data pada tahap ini adalah data penunjang dan data
dasar yang tersedia, yang diperlukan sebagai referensi
pada saat pelaksanaan survei. Selain data tersebut,
informasi dari beberapa nara sumber juga diperlukan.
Kegiatan pengumpulan data penunjang dan analisis
atau studi data awal (desk study), ini sangat diperlukan
agar regu survei paling tidak sudah mendapatkan
gambaran tentang kondisi lokasi dan pencapaian
lokasi, serta gambaran route reconnaissance.
2. 1. 1. Pengumpulan Data Penunjang
Data-data yang perlu dikumpulkan termasuk peta-peta
dasar yang mencakup area lokasi dan sekitarnya.
1. Peta-peta
a.Peta Jaringan Jalan, peta ini menunjukkan jaringan
jalan yang sudah ada dalam satu wilayah propensi,
lengkap dengan batas-batas kabupaten. Peta ini
diterbitkan oleh Depatemen P.U. tetapi tidak
dipublikasikan. Skala peta bervariasi antara
1 : 1 000 000 – 1 : 500 000
b. Peta Topografi, peta ini dapat diperoleh dari instansi
Direktorat Geologi dan jawatan Topografi A. D.
dengan skala 1 : 250 000 – 1 : 25 000. Peta topografi
ini adalah data yang paling fundamental, karena
merupakan peta dasar untuk pedoman route survei.
c. Peta Geologi Regional, peta ini dapat diperoleh dari
instansi Direktorat Geologi dengan skala 1 : 250 000.
Peta ini memberikan informasi kondisi geologi
daerah tertentu (sekitar lokasi) walaupun secara
kasar. Dari peta geologi ini dapat diketahui formasi
batuan, proses pembentukannya, umur geologi suatu
lapisan, struktur geologi dan lainnya
2. Data dan Informasi
a. Data Curah Hujan, data curah hujan dapat diperoleh
dari kantor BMG (Badan Meteorologi dan
Geofisika), kantor Dinas Pekerjaan Umum dan
kantor Dinas Pertanian di daerah-daerah.
b. Informasi-informasi tentang :
Sarana transportasi untuk mencapai lokasi
Biaya hidup dilokasi survei
Cuaca dan suhu di lokasi, dll
2.1.2. Studi Data
Data maupun peta yang terkumpul, dipilah-pilah
dan dipelajari agar data dan peta yang benar-benar
diperlukan saja yang digunakan sebagai dasar. Route
rencana diplotkan pada peta dasar untuk pedoman
awal.
Route yang kita plotkan pada peta dasar terdiri dari
beberapa route sebagai alternatif.
2. 2. SURVEI PENDAHULUAN
Survei pendahuluan adalah survei yang harus
dilakukan sebelum survei detail lainnya, karena survei
detail lainnya akan mengacu pada hasil survei ini ,
terutama hasil Reconnaissance.
Survei pendahuluan mencakup 2 (dua) macam
kegiatan yaitu :
- Survei Reconnaissance.
- Pengumpulan data


Maksud dari survei Reconnaissance yaitu untuk
menetapkan route (sumbu jalan rencana) yang ideal
sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku
agar hasil desain dapat memenuhi unsur kenyamanan
dan keamanan pengguna jalan serta yang paling
ekonomis.
Kegiatan survei route ini meliputi pengumpulan data
lapangan berdasarkan pengamatan visual dan
pengukuran, juga masukan dari berbagai sumber,
sehingga tujuan survei ini dapat dicapai, yaitu
mendapatkan gambaran kondisi lapangan pada trase
jalan rencana.
2.2.1. PERSIAPAN DAN MOBILISASI
Sebelum kegiatan mobilisasi dilakukan sebaiknya
diadakan persiapan dikantor agar kegiatan di lapangan
dapat dilaksanakan secara efisien. Beberapa kegiatan
yang perlu dilakukan dalam persiapan.



Informasi : pencapaian lokasi, kondisi medan, akomodasi,
komunikasi, logistik dan lain-lain
Data penunjang : peta topografi, peta rupa bumi, peta
geologi dan lainnya yang mungkin diperlukan (kalau ada).
Peralatan : kamera, formulir data dan alat tulis,
perlengkapan camp, kompas, clinometer, altimeter, pita ukur
baja dan lain-lain

Personil inti :





Ahli Teknik Transportasi (Highway Engineer)
Ahli Teknik Lingkungan (Environmental Engineer)
Ahli Teknik Geodesi (Geodetic Engineer)
Ahli Teknik Drainase (Hydrologist)
Ahli Teknik Geologi dan Mekanika Tanah (Geotechnic
Engineer)

2.2.2. Titik Ikat
Reconnaissance adalah pemilihan route yang
menghubungkan dua titik tetap, yaitu berupa alur (area) dari
titik awal survei sampai titik akhir survei. Jadi bukan sekedar ”
garis ” rencana sumbu jalan, akan tetapi berupa koridor
dengan lebar sesuai dengan kondisi terrain yang ada.
Tanda lokasi pada jalan raya (baik perencanaan dan
pelaksanaan maupun setelah berfungsi) disebut Sta (station)
yang menunjukkan jarak lokasi dari titik awal ruas jalan ke
arah akhir ruas jalan tersebut. Misalnya letak titik yang
ditinjau berada di Sta 3 + 100, ini menunjukkan bahwa titik
tersebut terletak pada garis sumbu survei sejauh atau berjarak
3,100 km dari titik Sta 0 + 000 ( awal survei ) ke arah titik
akhir survei.
1. Awal Proyek.
a. Titik Ikat, adalah titik tetap yang dipasang pada
awal survei yang berfungsi sebagai titik awal proyek
pada route survei di tandai dengan Sta 0 + 000,
selanjutnya awal survei disebut awal proyek,
demikian juga akhir survei atau akhir ruas jalan
rencana disebut akhir proyek.
b. Ruas Jalan Terikat, jika yang akan direncanakan
merupakan ruas lanjutan, maka titik awal proyek
yang ditentukan adalah akhir proyek ruas
sebelumnya.
c. Ruas jalan yang tidak terikat, jika ruas jalan tidak
terikat ( awal proyek tidak berpotongan dengan ruas
jalan lain ), maka lokasi titik awal proyek ditentukan
dengan kesepakatan berdasarkan pertimbangan dan
kriteria yang ada.
d. Titik Referensi, harus berupa titik referensi tetap,
untuk memudahkan pada saat dimulai pembangunan
phisik jalan. Titik awal proyek merupakan titik
referensi awal.
e. Pemasangan BM (Bench Mark), pada titik awal
proyek dan akhir proyek masing-masing di tandai
dengan 2 (dua) BM standar yang dipasang mengapit
titik awal proyek tersebut.
f. Pendataan BM, dibuat photo dan deskripsi
sementara dari BM tersebut. Deskripsi sebenarnya
akan dibuat setelah selesai kegiatan pengukuran
(survei topografi).
Titik Ikat
O
•
O
O
O
• Benchmark (BM)
•
O
U 0
Q ab
O
O
•

•
O
baut
Muka tanah
beton
OOO O OO
Titik ikat
Pas Batu kosong
Tanah timbunan
Pasir urug
Benchmark (BM)
Tanah timbunan
Tanah timbunan
Pas Batu kosong
Pasir urug
baut
beton
Muka tanah
pembesian
OOOO OOO
2. Akhir Proyek.
Akhir proyek adalah titik akhir, yang juga harus
diikat sebagai titik referensi tetap sama halnya
dengan titik awal proyek. Pada titik akhir proyek ini
juga harus dipasang BM ganda yang mengapit titik
akhir proyek.
3. Penampang Melintang.
Bentuk penampang melintang (cross section), juga
harus dipertimbangkan untuk menghindari
pekerjaan tanah yang berlebihan. Dapat dipakai
sebagai batasan, lebar koridor pengamatan ≥ 150 m
(masing-masing 75 m ke arah kiri dan kanan sumbu
jalan rencana pada jalan lurus).
75 meter
Galian tanah
75 meter
75 meter
Timbunan tanah
4. Situasi.
Pada awal dan akhir proyek biasanya dilakukan
pendataan khusus untuk menambah referensi dan
pertimbangan dalam desain.
Panjang atau jangkauan pendataan ini ± 200 m
sebelum awal proyek dan ± 200 m setelah akhir
proyek.
Contoh : awal proyek pada sta 0 + 000 dan akhir proyek
sta 10 + 100. Pendataan dan pengukuran meliputi sta 0 –
200 sampai dengan sta 10 + 300.

2.2.3. Perintisan dan Penandaan
Karena lokasi rencana trase jalan yang akan disurvei
pada umumnya berupa semak dan hutan, maka perlu
dilakukan perintisan agar titik-titik bantu (patokpatok kayu) yang akan dipasang mudah terlihat.
Dalam melakukan perintisan ini, sekaligus
melakukan penandaan jarak dengan patok-patok kayu
sesuai dengan kebutuhan. Jarak antara patok ini
maksimal 50 m.
Penandaan ini dilakukan agar pada waktu survei,
semua data dapat diketahui lokasinya.
2.2.4. Survei Teknik
1. Pemilihan Route
Pemilihan route ini adalah kegiatan yang paling
penting dan menentukan dalam survei pendahuluan,
karena berhasil tidaknya suatu perencanaan teknik
jalan ditentukan oleh kelayakan route yang dipilih.
Pemilihan route alternatif dilakukan dengan
bantuan kompas (untuk pembacaan kompas),
clinometer (untuk pembacaan kelandaian) dan pita
ukur (untuk pengukuran jarak).

Data survei ini diplot pada kertas milimeter, untuk
memudahkan pemeriksaan hasil survei pada route
alternatif tersebut. Kemudian data ini didiskusikan
dengan semua anggota regu survei dengan
kesimpulan sebagai berikut :
a. Tinjauan, Jika telah memenuhi dari segi geometrik,
lalu dilanjutkan dari segi geoteknik dan sistim
drainase, juga AMDAL perlu dipertimbangkan.
Route alternatif ini dapat disepakati sebagai trase
jalan rencana, apabila telah memenuhi syarat dari
ditinjauan berbagai unsur tersebut, dan dapat
dilanjutkan.
b. Penetapan Route, jika route alternatif dari hasil
pemilihan ternyata ada satu atau beberapa unsur
yang belum memenuhi syarat, maka survei harus
diulang dengan cara mengambil route lain sampai
dipenuhinya ketentuan atau syarat dari berbagai
unsur tersebut.
Dalam proses pemilihan route, tinjauan
geometrik harus dilakukan secara konsisten yaitu
kesesuaian antara tikungan dan kelandaian
dengan pertmbangan bahwa kendaraan yang
lewat belum tentu mengenal jalur tersebut,
sehingga banyak menimbulkan kecelakaan,
dimana terjadi perubahan tiba-tiba atau jarak
pandang yang tidak cukup.
2. Terrain.
Dalam pemilihan route, karakteristik dari terrain akan
mempengaruhi karakteristik pola lokasi route. Terrain
pada umumnya diklasifikasikan daerah datar,
perbukitan dan pegunungan.
a. Daerah Datar
1. Dimungkinkan jalan lurus dan panjang
2. Pada daerah basa / rawa / genangan air dibuat
tikungan-tikungan kecil untuk menghindari
kerusakan pondasi dengan cepat.
b. Daerah Perbukitan
Pola lokasi tergantung orientasi lembah dan bukit.
Arah garis lembah, dengan oientasi sejajar akan
diperoleh :
1. Kelandaian yang cukup besar
2. Banyak tikungan
3. Banyak gorong-gorong dan jembatan
4. Lebih banyak timbunan dari pada galian
Arah garis bukit, akan ditemui permasalahan pada
alinyemen vertikal dan drainase.
c. Daerah Pegunungan
Daerah pegunungan merupakan beban bagi regu
survei, karena tidak ada pola atau ketentuan pasti yang
dapat memenuhi situasi ini, selain intuisi yang
diperoleh dari pengalaman.
Untuk itu kelandaian maksimum menurut ketentuan
perlu diberikan batas toleransi.
Pada proyek jalan raya ” khusus ” yang keberadaannya
sangat penting, maka tidak menutup kemungkinan
direncanakan suatu terowongan sebagai alternatif
terakhir walaupun biayanya sangat mahal.
3. Pengumpulan Data
Pendataan yang dilakukan sepanjang trase rencana
jalan meliputi :
- Lokasi rencana gorong-gorong,box calver dan
jembatan
- Lokasi rencana bangunan pelengkap lainnya
- Pola aliran air
- Lokasi sumber material
- Lokasi keadaan visual dari satuan tanah dasar
(yang diteliti secara global)
- Lokasi daerah rawan longsor atau daerah patahan
yang memang tidak dapat dihindari, sehingga
memerlukan penanganan khusus.
Selain data-data yang diperoleh tersebut diatas, datadata lain yang diperlukan dapat diperoleh dari instansi
yang terkait dengan proyek tersebut, yaitu :
- Data curah hujan dari berbagai pos curah hujan
sepanjang trase jalan rencana yang mewakili
- Data informasi tentang biaya hidup sehari-hari, harga
bahan dan upah untuk perkiraan biaya.
2.2.5. Survei Umum
Pencatatan kegiatan yang juga dilakukan selain
teknis yaitu pengumpulan data atau keterangan yang
diperoleh dilapangan untuk informasi kepada tim
survei mengenai :
1. Pekerja (buruh lokal) :
a. Upah, besarnya upah yang berlaku di sekitar
lokasi
b. SDM, dilokasi/daerah yang sumber daya
manusianya dapat dikerahkan untuk menunjang
survei.
2. Logistik :
Untuk keperluan konsumsi anggota survei, bahan
survei dan keperluan P3K perlu diketahui harga dan
lokasi terdekat yang dapat dicapai dengan mudah
3. Komunikasi :
Lokasi terdekat untuk melakukan komunikasi ke
kantor pusat atau dengan instansi terkait.
4. Akomodasi :
Sarana akomodasi untuk keperluan tim survei di
lapangan, termasuk sarana untuk keperluan
menghitung data-data dan penggambaran pada
kegiatan survei topografi (apabila hal ini dilakukan
dilapangan)
5. Visualisasi
Photo-photo dokumentasi yang perlu diambil,
adalah sebagai berikut :
- Lokasi / situasi awal dan akhir proyek
- Lokasi rencana bangunan drainase jalan dan
bangunan pelengkap lainnya.
- Kondisi visual terrain dan sekitarnya
- Kondisi geologi
- Situasi setiap i km, sepanjang trase jalan rencana
- Kondisi dan situasi lainnya yang diperlukan
sebagai tambahan data. khusus
2.2.7. Produk
Produk yang akan dihasilkan dari survei pendahuluan,
yaitu :
- Titik ikat dan tanda-tanda di sepanjang trase jalan
rencana, berupa patok kayu, BM dan tanda lokasi
rencana bangunan sarana jalan serta tanda-tanda
lainnya untuk pedoman regu survei detail lainnya.
- Kondisi alinyemen dan kelandaian sepanjang trase
jalan rencana yang diperoleh dari survei route.
- Data kondisi terrain trase jalan rencana dan data
lainnya
- Informasi-informasi dan photo dokumentasi.
2.3. SURVEI AMDAL
Survei dan studi amdal dilakukan dengn maksud untuk
memperkecil dampak negatif yang mungkin timbul akibat
adanya ruas jalan yang sedang direncanakan, baik pada saat
konstruksi maupun setelah digunakan dan mengoptimalkan
dampak positip.
Survei ini sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan
kegiatan survei pendahuluan, karena beberapa pertimbangan
akan merupakan masukan yang penting untuk menetapkan
trase jalan rencana dari route alternatif.
Dengan dilakukannya survei amdal, dampak yang mungkin
timbul dapat diprediksi dengan mengevaluasi rencana kegiatan
selama konstruksi dan menginventarisasi lingkungan
sepanjang jalan rencana.
2.3.1. Kegiatan Survei
Inventarisasi terhadap rona lingkungan awal yang
bertujuan untuk mengidentifikasikan komponen yang
sensitif.
Inventarisasi ini meliputi beberapa aspek, yaitu :
- Fisik, kimia dan biologi
- Sosial ekonomi dan budaya masyarakat
Pengumpulan data dan pengambilan contoh (sampel)
lapangan, diantaranya :
- Pencatatan lokasi : bangunan bersejarah, kuburan,
fasilitas umum dsb.
- Pengambilan contoh air dengan high volume water
sampler
Pengukuran dan pengamatan di lapangan / pada ruas jalan
yang sudah ada (terdekat dan sejenis) antara lain :
- Pengamatan lalu lintas (dilakukan bersama dengan regu
pencatat LHR pada survei lalu lintas)
- Pengukuran kadar debu yang menggunakan alat Hi-vol
dan gravimeter
- Pengamatan kondisi :
• Air dan udara
• Flora (tata guna lahan) dan fauna
• Ekologi, yang meliputi pertimbangan hidrologi dan
geologi (termasuk kegiatan survei Hidrologi dan Geologi).
Pengamatan dan pengumpulan data sosial ekonomi dan
budaya masyarakat dilakukan dengan wawancara.
2.3.2. Visualisasi
Photo-photo dokumentasi yang diperlukan
sehubungan dengan analisa di kantor.
2.3.3.Produk
Produk yang akan dihasilkan dari survei ini, berupa
:
- Data lapangan
- Contoh (sampel) untuk analisis dilaboratorium.
2.4. SURVEI TOPOGRAFI
Maksud survei topografi dalam perencanaan teknik
jalan raya, yaitu Pengukuran Route yang dilakukan
dengan tujuan memindahkan kondisi permukaan
bumi dari lokasi yang diukur pada kertas yang
berupa peta planimetri. Peta ini akan digunakan
sebagai peta dasar untuk plotting perencanaan
geometrik jalan raya., dalam hal ini perencanaan
alinyemen horisontal. Kegiatan pengukuran route
ini juga mencakup pengukuran penampang.
Pengukuran route yang dilakukan sepanjang trase
jalan rencana (route hasil survei reconnissance) dengan
menganggap sumbu jalan rencana pada trase ini
sebagai garis kerangka poligon utama. Dengan
demikian, sebaiknya yang melakukan pemasangan
BM setiap 1 km dan tanda PI pada route terpilih
adalah regu survei pendahuluan, pada saat survei
route.
(PI = Point of Intersection = titik belok, yaitu titik
perpotongan antara dua tangen)
f
P13
PI1
O
•
P1
•P2
•
•
O
•
P5
P4
P3
P0
O
• PI = Point of Intersection
O
Titik Ikat
O
•
P6
•
P7
•
P8
P9
O
•
PI.2
•
P10
•
P11
•
P12
Peralatan digunakan :
- Alat ukur waterpass dan statif
- Alat ukur Theodolit T0 atau T2 dan statif
- Roll meter dari baja
- Kamera
- Peta
- Formulir data dan papan survei
- Alat tulis
- Kertas Milimeter
- Kompas
- Dan lain-lain.
Kegiatan pengukuran untuk rencana jalan raya ini
sama dengan pengukuran untuk rencana bangunan
teknik sipil lainnya, yang intinya adalah melakukan
pengukuran sudut dan jarak (horisontal) serta
pengukuran beda tinggi (vertikal). Akan tetapi
pengukuran untuk rencana teknik jalan raya ini
mempertimbangkan pula jarak yang panjang,
sehingga pengaruh bentuk lengkung permukaan
bumi juga dipertimbangkan.
Pengukuran route sesungguhnya adalah
pengukuran detail yang dilakukan pada route hasil
survei pendahuluan, yang kegiatannya meliputi :
- Perintisan untuk pengukuran
- Pemasangan patok (BM dan Kayu)
- Pengukuran detail
Sebaiknya pengukuran detail ini dilakukan sekitar
100 m – 200 m dibelakang regu survei pemilihan
route, agar dapat memberikan masukan kepada
regu survei pendahuluan mengenai route yang
dipilih.
a
•
a
•
a
•
a
•
•b
a•
a
•b
a
c
•P13
•b
•
b
•
a
b
•
•
O
•
b
b
PI1
c
c
•
•
b
•
•
c
•d
a•
c
O
•
b• •b
•
•
b
P5
P12d
c
d P6
•
•
•c
a•
•c
•
•
c
•
•e
c •
P4• d
•
•
•b
d
P11
P7
c
P9
•d
e
•
•
•
•
b
d
e
•
P8
P10
•
•
P3•d
e
f•
O
•
•c
e
•d
•
e
•
•f •
•d
e
PI.2
•c
• d
•e
•P1 P2•d
•f
•e
O
•d
•f
•f
•e
P0
•e
•e
•
f
f
•d
•f
•e
f
f
f
•
•
•
•e
•f
•f
a
b
c
a
•
a
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
+ 100
•
+ 90
•
•
•
•
•
P1
P0
•
+ 70
•
•
+ 60
•
•
•
• •
•
•
•
P7
P6
•
•
•
•
•
•
•
O
•
P5
•
P4•
P3•
•P2
•
O
+ 80
•
•
PI1
•
+ 100
•
•
P8
•
•
•
•
•
•
P9
O
•
PI.2
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•P13
•
•
•
P12
•
P11
P10
O
•
•
•
+ 90
•
•
•
•
•
+ 70
•+ 60
•
•
+ 80
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
+ 100
•
+ 90
•
•
•
•
•
P1
P0
•
+ 70
•
•
+ 60
•
•
•
• •
•
•
•
P7
P6
•
•
•
•
•
•
•
O
•
P5
•
P4•
P3•
•P2
•
O
+ 80
•
•
PI1
•
+ 100
•
•
P8
•
•
•
•
•
•
P9
O
•
PI.2
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•P13
•
•
•
P12
•
P11
P10
O
•
•
•
+ 90
•
•
•
•
•
+ 70
•+ 60
•
•
+ 80
•
•


2.4.1. Perintisan Untuk Pengukuran
Kegiatan perintisan ini untuk membuka sebagian
lokasi yang akan ukur, agar pengukuran tidak terhalang
oleh semak / perdu.
Perintisan dalam pengukuran adalah pelebaran
perintisan pada route hasil reconnaissance survei dan
pada setiap interval yang sudah ditentukan dibuat jalur
perintisan melintang arah route untuk keperluan
pengukuran penampang melintang dan situasi detail.
2.4.2. Pemasangan Titik Kontrol
Titik-titik kontrol yang dipasang untuk keperluan pengukuran
route pada umumnya terdiri dari dua macam yaitu :
1. Patok Beton ( Titik Tetap )

Patok beton dipasang untuk titik-titik kontrol horisontal
maupun untuk menentukan ketinggian muka tanah yang
disebut titik tetep ( bench mark) baik untuk jalan maupun
lokasi rencana jembatan.

Patok beton ini digunakan sebagai titik-titik kontrol
kerangka horisontal (poligon) utama dan sifat datar utama.
Karena sifatnya sebagai titik tetap, maka akan digunakan
sebagai referensi untuk kegiatan selanjutnya.

Untuk pengukuran rencana jalan biasanya dipasang setiap
interval 1 km dan untuk persilangan dengan sungai dipasang
2 buah dan berseberangan, demikian pula untuk persilangan
dengan jalan.
2. Patok Kayu ( Titik Sementara )
Patok kayu dipasang untuk titik-titik kontrol
sekunder atau tersier (patok bantu) pada
pengukuran poligon maupun sifat datar sekunder
dan pada pengukuran topografi (situasi detail). Patok
ini digunakan sebagai titik referensi sementara, jadi
sifatnya tidak tetap, akan tetapi harus diberi nomor
urut dan warna yang sesuai ketentuan.
2.4.3. Pengukuran Detail
Pengukuran detail sebagai garis kerangka poligon
utama adalah route hasil reconnaissance survei yang
merupakan sumbu jalan rencana. Pengukuran ini
mencakup beberapa jenis kegiatan, yaitu :
 Pengukuran pengikatan, pengukuran ini dimaksudkan
untuk mengikatkan pengukuran ke titik tetap dari
pengukuran poligon, yang diikat pada titik tetap ialah
koordinat x dan y.
 Pengukuran kontrol horisontal, Pengukuran ini
dimaksudkan untuk menentukan kerangka poligon
 Pengukuran kontrol vertikal, pengukuran ini
dimaksudkan untuk menentukan ketinggian setiap titik
poligon. (Z)



Pengukuran penampang, pengukuran ini dimaksudkan
untuk mengukur ke kiri dan kekanan dari kerangka
poligon pada setiap titik poligon.
Gambar penampang melintang diperlukan untuk
perhitungan pekerjaan tanah ( galian dan timbunan )
Pengukuran Topografi ( situasi ), pengukuran ini
dimaksudkan untuk menentukan situasi dari lokasi
yang diukur dengan pengukuran kerangka poligon,
penampang dan menghasilkan peta yang dilengkapi
dengan garis-garis ketinggian muka tanah
( garis kontur ) yang diukur dengan interval
berdasarkan skala.
Pengukuran khusus
a. Persilangan dengan sungai
 Pada persilangan dengan sungai perlu dilakukan
pengukuran khusus yang berupa pengukuran situasi,
agar lokasi pemilihan sumbu rencana jembatan dapat
dilakukan dengan baik.

Ketentuan mengenai koridor dan interval penampang
melintang pada umumnya seperti pada gambar
dibawah ini :
BM O
200 m
Sumbu jalan rencana
200 m
100 m
100 m
O BM
L = 5 – 20 m
Gambar : Sketsa situasi persilangan dengan sungai

Ketentuan mengenai koridor dan interval penampang
melintang pada umumnya seperti pada gambar diatas.
Penampang melintang pada lokasi pengukuran khusus
persilangan dengan sungai, dibuat pada setiap interval 25
meter searah sumbu jalan rencana dan setiap interval 25 meter
sejajar dengan sumbu sungai.
b.Perpotongan dengan jalan
Pada lokasi perpotongan dengan jalan yang ada, perlu
dilakukan pengukuran situasi disekitar perpotongan dengan
ketentuan pada umumnya seperti pada gambar dibawah ini :
100m
Sumbu jalan rencana
100m
BM
O
O
BM
Jalan yang ada
100m
100m
Gambar : sketsa situasi persilangan dengan jalan
Penampang melintang dibuat pada setiap interval
25 meter searah sumbu jalan rencana dan setiap
interval 25 meter searah dengan sumbu jalan yang
ada.
2.4.4. Visualisasi
Photo-photo dokumentasi yang diperlukan adalah
kegiatan perintisan, pengukuran poligon dan
kegiatan lainnya.
2.4.5. Produk
Produk yang dihasilkan darisurvei ini :
- Buku ukur / data-data hasil pengukuran poligon
- Deskripsi BM (bench mark)
- Peta Planimetri (bila dilakukan dilapangan)
2.5. SURVEI HYDROLOGI

Survei Hydrologi dalam perencanaan teknik jalan raya
diperlukan untuk perencanaan sistim dan sarana
drainase, agar konstruksi jalan, aman terhadap
pengaruh air selama usia rencana, karena kerusakan
yang terjadi pada konstruksi jalan raya pada umumnya
langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh air.

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam survei ini, yaitu :
- Mengumpulkan data penunjang dan melakukan studi
terhadap data-data tersebut ( dilakukan dikantor
sebelum mobilisasi )
- Kegiatan survei dilapangan
2.5.1. Data Penunjang
Data penunjang yang diperlukan pada umumnya sebagai berikut :
1. Peta dasar yang digunakan
- Peta Topografi skala 1 : 250.000
- Peta rupa bumi Indonesia skala 1 : 50.000 (dari
Bakosurtanal)
- Peta hujan Indonesia, skala variabel (dari Badan
Meteorologi dan Geofisika)
2. Data Curah Hujan
Data curah hujan dapat diperoleh dari BMG, catatan atau buku yang
memuat rekaman curah hujan dari stasiun-stasiun (rain gauge) yang
tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Data yang diambil untuk
kebutuhan analisis adalah data dari stasiun yang terletak pada daerah
tangkapan.
Apabila daerah tangkapan (catchment area) tidak
memiliki data curah hujan, maka dapat dipakai data
dari stasiun di luar daerah tangkapan yang dianggap
masih dapat mewakili.
Sumbu jalan rencana (hasil reconnaissance survei)
diplotkan pada peta dasar (peta topografi atau peta
rupa bumi), sehingga gambaran topografi daerah
yang akan dilalui route jalan dapat dipelajari. Peta ini
juga digunakan untuk memperkirakan luas daerah
tangkapan pada sistim sungai maupun terrain
sepanjang trase jalan rencana.
2.5.2. Kegiatan Survei
Maksud dari survei ini, yaitu melakukan pengamatan dan
pengukuran di lokasi untuk memperoleh data-data
tentang karakteristik daerah tangkapan sepanjang trase
jalan rencana, antara lain :
1. Luas Daerah Tangkapan (Catchment Area)
Luas daerah tangkapan untuk sistim drainase perlu
diketahui agar dapat diperkirakan daya tampungnya
terhadap curah hujan sehubungan dengan metoda yang
akan digunakan untuk memprediksi volume limpasan
permukaan (flood run off).
Adanya peta topografi akan sangat membantu dalam
memperkirakan luas daerah tangkapan.
2. Terrain
Kondnisi terrain pada daerah tangkapan perlu diamati
sehubungan dengan bentuk dan kemiringan yang akan
mempengaruhi pola aliran, agar kapasitas drainase dapat
diperhitungkan dengan baik sehingga dapat menampung
jumlah limpan air pada kondisi debit puncak (peak discharge)
3. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan sepanjang trase jalan rencana atau daerah
tangkapan hujan, kemungkinan besar akan berubah dengan
adanya jalan, karena dalam jangka pendek atau jangka panjang
akan terbentuk pemukiman penduduk di kiri dan kanan
sepanjang jalan tersebut.
Dari uraian di atas, maka dalam memprediksi besarnya
limpasan permukaan (flood runoff) harus ditambah 1,5 – 2 kali
dari kondisi yang ada, pada saat survei.
4. Jenis dan Sifat Erosi
Jenis dan sifat erosi pada daerah sepanjang trase jalan
rencana, disebabkan oleh jenis tanah dan kondisi geologi
setempat.
Informasi mengenai ini diperoleh dari survei Geoteknik.
5. Inventarisasi
Apabila pada lintasan survei dijumpai bangunan drainase
(existing), maka harus dilakukan inventarisasi data meliputi
dimensi dan kondisi serta lokasinya, juga arah aliran
pembuangannya.
Bangunan drainase berupa gorong-gorong, box culver dan
jembatan, baik hasil swadaya maupun milik irigasi teknis
atau lainnya, harus dicatat.
Pada survei ini, juga dilakukan pencatatan lokasi rencana
gorong-gorong, box calvert dan jembatan, yang berdasarkan
pengamatan perlu dibuat, termasuk rencana tipe dan arah
aliran.
6. Pengukuran di Lokasi
Pada lintasan yang bersilangan dengan sungai, apabila
direncanakan untuk dibuat jembatan, perlu dilakukan
pengukuran kecepatan aliran di sekitar lokasi rencana
tersebut, untuk data masukan dalam perhitungan debit.
Selain pengukuran kecepatan aliran, dalam survei ini perlu
pula dicatat :
- Sketsa alur sungai disekitar lokasi rencana jembatan
- Kondisi tebing dan dasar sungai
- Vegetasi pada daerah hulu sungai
- Pengamatan sediment transport
- Rencana bentang jembatan
2.5.3. Visualisasi
Pengambilan photo untuk dokumentasi, antara lain :
- Lokasi dan kondisi culvert existing.
- Lokasi rencana jembatan
- Dan lain-lain
2.5.4. Produk
Produk yang akan dihasilkan dari survei Hydrologi ini :
- Data curah hujan
- Data kecepatan aliran disekitar lokasi rencana jembatan
- Data kondisi geologi dan sifat tanah (masukan dari survei
Geologi & Material dan Investigasi tanah)
- Data kondisi dan lokasi culver existing
- Data rencana lokasi culvert dan perkiraan tipe culvert yang
cocok.
2.6. SURVEI LALU-LINTAS
Untuk perencanaan teknik jalan baru, survei lalu
lintas tidak dapat dilakukan, karena belum ada jalan.
Akan tetapi untuk menentukan dimensi jalan tersebut
(yang direncanakan) diperlukan data jumlah kendaraan.
Untuk itu dapat dilakukan sebagai berikut :
• Survei perhitungan lalu-lintas (traffic counting)
dilakukan pada jalan yang sudah ada (sudah dipakai),
yang diperkirakan mempunyai bentuk, kondisi dan
keadaan komposisi lalu-lintas akan serupa dengan
jalan yang direncanakan.
• Survei
asal dan tujuan (origin and destination survei)
yang dilakukan pada lokasi yang dianggap tepat
(dapat mewakili) dengan cara melakukan wawancara
kepada pengguna jalan untuk mendapatkan
gambaran rencana jumlah dan komposisi kendaraan
pada jalan yang direncanakan.
• Pembuatan “model” dengan program komputer.
• Pengambilan data dari analisis biaya siklus hidup
(BSH), untuk kebutuhan pokok dalam survei .
2.7. SURVEI GEOTEKNIK
Survei Geoteknik untuk rencana jalan,
kegiatan sebagai berikut :
- Survei Geologi
- Survei Material
- - Survei Tanah
mencakup
2.7.1. Tujuan dan Sasaran Survei
Tujuan dari survei geologi dan investigasi tanah,
yaitu untuk memetakan penyebaran tanah/batuan
dasar yang meliputi kisaran tebal tanah pelapukan
pada daerah sepanjang trase jalan rencana,
sehingga dapat memberikan informasi mengenai
stabilitas lereng, prediksi penurunan lapisan tanah
dasar dan daya dukungnya, setelah dipadukan
dengan hasil pengujian laboratorium.

Sedangkan survei material dilakukan untuk
mengetahui lokasi dan kuantitas (besarnya deposit)
pada quarry ( sumber material ) dan sekaligus
menentukan karakteristik material yang dikandung
dengan melalui proses pengujian laboratorium.

2.7.2. Survei Geologi
Dari uraian diatas, mengenai tujuan atau sasaran
survei, maka dapat diuraiakan kegiatan yang harus
dilakukan pada survei lapangan sebagai berikut :
1. Pengamatan
Pengamatan kondisi visual dilakukan pada
tempat/lokasi daerah sepanjang trase jalan rencana,
biasanya pada setiap interval jarak 500 – 1000 m
dan sekaligus mencatat pada formulir data.
Pengamatan di lapangan meliputi pemeriksaan sifat
tanah yang antara lain : konsistensi, jenis dan warna
tanah dengan mencantumkan perkiraan persentase
butiran kasar/halus. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan metode USCS ( Unified Soil Classification
Systim ).
Pengamatan ini juga merupakan survei untuk
pemetaan geologi teknik (permukaan), yang tatacaranya menggunakan SNI 03-2849-1992, dengan
demikian pengamatan visual yang dilakukan
meliputi stratigrafi dan struktur geologi, sedangkan
litologi dapat diperoleh dari borlog dan log test pit.
2. Klasifikasi Tanah di Lapangan
Pengidentifikasian material secara visual, hanya
berdasarkan pada gradasi butiran dan karakteristik
keplastisannya saja, yaitu :
a. Tanah berbutir kasar
Tanah yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain : pasir, kerikil, dominan kerakal.
b. Tanah berbutir halus
Di lapangan, tanah dari kelompok ini susah
untuk dibedakansecara visual antara lempung
dan lanau, kecuali dengan cara perkiraan
karakteristik plastisitasnya.
1. Lempung, dapat diketahui dari pemeriksaan di lapangan,
yaitu :
- Derajat kekuatan keringnya tinggi (dari segumpal kecil
tanah yang dikeringkan kemudian diremas)
- Kekerasannya tinggi (dari contoh tanah yang dipilih
seperti proses plastis-limit)
- Tidak ada air (dari contoh kecil tanah yang digoncang
ditelapak tangan)
2. Lanau, dapat diketahui dari derajat kekerasan maupun
kekuatan kering yang rendah, juga mudah terpisah apabila
digoncang ditelapak tangan dan kelihatan ada air atau
permukaan contoh menjadi basah.
2.7.3. Survei Material
Untuk menentukan beban konstruksi jalan atau highway
materials, dilakukan survei pada lokasi – lokasi sumber material
(quarry) yang berada pada daerah sepanjang trase jalan rencana
dengan pertimbangan ekonomis, tetapi apabila tidak ditemui
quarry sepanjang trae jalan rencana, dilakukan survei pada
daerah sekitarnya.
Kegiatan survei yang perlu dilakukan meliputi :
- Mengukur dan memperkirakan kapasitas atau
deposit sumber material.
- Mencatat jenis material yang ada, dan sekaligus
mengambil contoh material yang ada.
- Mengukur jarak sumber material dari patok/titik
ukur yang terdekat, agar lokasi dapat diplot pada
sumber material, dan mudah untuk memasang
petunjuk arah/jarak dari trase jalan rencana.
- Mengambil contoh tanah dari borrow pit :
•
Contoh tak terganggu (UDS = undisturbed sample),
untuk pengujian sifat fisik tanah yang diperlukan
untuk mengetahui jenis tanah bahan urugan.
•
Contoh terganggu (DS = disturbed sample), untuk
pengujian bahan urugan, sehubungan dengan
parameter yang diperlukan yaitu d dan Wopt (OMC
= optimum moisture content) untuk analisa daya
dukung tanah lapisan tanah dasar (subgrade) dan
besarnya penurunan.
2.7.4. Investigasi Tanah
Dibawah ini diuraikan kegiatan investigasi tanah yang
disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan peruntukannya
antara lain untuk :
1. Menentukan Daya Dukung Lapisan Tanah Dasar
a. Natural Subgrade, atau lapisan tanah dasar
asli akan dijumpai setelah dilakukan
cut/excavation (penggalian) mencapai elevasi
sesuai rencana
Daya dukung pada lapisan ini dapat diperkirakan :
1. Derajat kekuatan keringnya tinggi (dari segumpal kecil
tanah yang dikeringkan kemudian diremas).
2. Hasil uji CBR di tempat.
Pada saat survei, hal itu semua tidak dapat
dilakukan, karena letak permukaan tanah dasar
sebenarnya belum diketahui. Sebagai
pendekatan untuk mendapatkan nilai CBR
perkiraan, perlu dilakukan kegiatan di lapangan
sebagai berikut :
 Pengujian
dengan menggunakan alat DPC (dynamic
cone penetrometer) yang dilakukan pada dasar lubang
sumuran uji (test pit) dengan anggapan elevasi
permukaan tanah dasar rencana akan berada pada
kedalaman 2 – 3 m (kedalaman pit maksimum).
 Mengambil contoh tanah dari dasar lubang sumuran uji
dengan menggunakan mold CBR (satu pasang per
lubang), untuk dilakukan pengujian laboratorium, yaitu
uji kering dan uji rendaman (soaked and unsoaked),
dengan anggapan sama seperti diatas.
Apabila setelah rencana teknik jalan selasai dan ternyata letak
lapisan tanah dasar sebenarnya meleset jauh dari perkiraan,
maka sebelum pelaksanaan konstruksi lapisan perkerasan,
perlu dilakukan pengujian di tempat (untuk penyesuaian tebal
lapisan perkerasan).
b. Compacted subgrade, atau lapisan tanah dasar
bentukan, merupakan timbunan hasil urugan
(fill/embankment) pada elevasi sesuai dengan rencana.
Daya dukung pada lapisan ini diperkirakan dari uji CBR
pada tanah dalam keadaan padat maksimum (hasil dari uji
pemadatan di laboratorium terhadap contoh tanah
terganggu) yang diambil dari borrow pit atau dari lubang
sumuran uji  40 kg per lokasi.
Pengujian laboratorium yang dilakukan terhadap contoh
tanah DS bertujuan untuk mendapatkan kepadatan kering
maksimum (dmak) dan kadar air optimum (wopt).
Sedangkan pengujian CBR dilakukan terhadap contoh
padat maksimum hasil pengujian pemadatan (compaction
test).




2. Analisis Stabilitas Lereng
Lereng yang dimaksud dalam uraian ini, terdiri dari lereng
alam dan lereng akibat galian.
Ketidak stabilan lereng alam dipengaruhi oleh kondisi
geologi yang harus diamati secara visual di lapangan,
mengenai susunan batuan dasar dan tanah pelapukannya.
Penyelidikan visual dilakukan pada jenis batuan dasar
serta kedudukannya (jurus dan kemiringan) terhadap arah
kemiringan lereng dan struktur geologi yang berkembang
pada batuan seperti patahan/sesar.
Dalam pemilihan route, daerah yang rawan terhadap
gerakan tanah maupun daerah patahan, sebaiknya dihindari
karena akan berbahaya dan menimbulkan biaya yang tinggi
baik dalam masa pelaksanaan phisik maupun pemeliharaan.




Kemiringan lereng akibat galian harus dibuat sesuai dengan
rencana. Angka kemiringan dan ketinggian dinding galian
yang aman diperoleh dari analisis parameter hasil pengujian
laboratorium terhadap contoh UDS.
Pengambilan contoh tanah UDS (sampling) di lapangan
menggunakan tabung yang dipasang pada bor tangan, pada
lokasi-lokasi yang dianggap dapat mewakili.
Titik pengambilan contoh sebaiknya diikatkan pada titik
pengukuran agar diketehui elevasi muka tanah titik tersebut.
Peralatan yang digunakan, tabung contoh diameter 68
mm, panjang 40 cm dan bor tangan (type Iwan Auger
dengan asesorisnya), kapasitas mak. (normal) 10 m. Setelah
terisi contoh tanah, kedua lubang tabung ditutup dengan
parafin. Prosedur pengambilan UDS menggunakan SNI 034148-1996.
3. Analisis Penurunan
Analisis dari prediksi penurunan, dilakukan dengan batuan
parameter hasil pengujian laboratorium terhadap contoh
tanah UDS dan parameter dari pengujian lapangan (in situ
test) yang dilakukan dengan alat sondir.
a. Pengambilan contoh tanah UDS
Dilakukan pada dasar lubang pit atau bila diperlukan sampai
kedalaman 5 m, untuk pengujian konsolidasi di laboratorium,
sehubungan dengan analisis penurunan akibat konsolidasi
(consolidated settlement).
b. Pengujian Lapangan dengan Alat Sondir
Pengujian lapangan dengan alat sondir (static cone
penetrometer), untuk mendapatkan nilai tahanan konus (qc)
yang dapat melengkapi data untuk analisis penurunan,
terutama jika parameter dari pengujian UDS tak lengkap atau
tidak dapat digunakan, maka nilai qc akan sangat membantu.
Kelebihan alat sondir ini, adalah :
1. Mudah dalam pengoperasiannya dan dapat
mendeteksi sampai dengan kedalaman tanah keras
atau maksimum 30 m (apabila lapisan tanah keras
 30 m).
2. Nilai qc setiap interval kedalaman 20 cm akan
dapat diketehui langsung dilapangan, karena setiap
interval 20 cm dilakukan pembacaan.
3. Parameter yang dapat diketahui dari hasil
percobaan ini selain qc, Sr (hambatan pelekat) dan
Tsf (jumlah hambatan pelekat).
Pengujian lapangan dilakukan :
1. Pada lokasi-lokasi yang sifat tanahnya (secara visual)
diperkirakan akan terjadi penurunan yang cukup
besar akibat pembebanan, maka diperlukan data
ketebalan lapisan tersebut.
2. Untuk mengetahui letak/elevasi lapisan tanah keras
(kedap), yang diperlukan untuk menentukan jenis
konstruksi lapisan perkerasan yang sesuai agar biaya
pemeliharaan/perbaikan akibat penurunan ini dapat
diperkecil.
3. Tata cara pengujian lapangan, SNI 03-2827-1992.
2.7.5. Visualisasi
Photo-photo dokumentasi yang perlu diambil,
adalah sebagai berikut :
 Singkapan dinding pada lubang sumuran uji (harus
dilengkapi benda pembanding skala misalnya pena
atau kotak korek api)
 Kegiatan sampling
 Kegiatan pengujian lapangan
 Singkapan alam (kondisi geologi)
 Jenis material pada quarry
 Lain-lain yang dipandang perlu.
2.7.6. Produk
Produk yang akan dihasilkan dari survei Geoteknik
ini, yaitu :
 Data-data pengamatan visual kondisi geologi
 Log sumuran uji dan log bor tangan
 Contoh-contoh tanah dan material
 Data pengujian lapangan

Sambung ke geometrik
Download