Epidemiologi RS 2014 HAND OUT EPIDEMIOLOGI RUMAH SAKIT EPIDEMIOLOGI DEFINISI : Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktorfaktor yang menentukan keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-kejadian pada kelompok penduduk tertentu, dan penerapannya untuk mengendalikan masalah kesehatan (Last, Beagehole et al,1993). PERHATIAN EPIDEMIOLOGI : 1. 2. 3. 4. Kematian Kesakitan Ketidakmampuan Status kesehatan umum TARGET STUDI EPIDEMIOLOGI : 1. 2. 3. Kelompok penduduk atau masyarakat Membandingkan antar kelompok Kelompok berkarakteristik dan tidak berkarakteristik KEGUNAAN EPIDEMIOLOGI 1. 2. 3. 4. Mempelajari sebab akibat peristiwa kesehatan Mempelajari perjalanan alamiah penyakit Menguraikan status kesehatan menurut orang, tempat, dan waktu Mengetahui upaya kesehatan KONSEP PENYEBAB PENYAKIT Dalam Epidemiologi pengertian penyebab penyakit adalah suatu proses interaksi antara : Pejamu (host) Penyebab (agent) Lingkungan (environment) KONSEP PENYEBAB PENYAKIT AGENT HOST ENVIRONMENT SEGITIGA EPIDEMIOLOGI (TRIANGLE of EPIDEMIOLOGIC) Agent Host Pada model ini, sesorang berada pada kondisi sehat, dimana host, agen dan environment berada pada kondisi seimbang Environment Model 1. Host Agent Kemampuan agent meningkat Agent medpt kemudahan menimbulkan penyakit Terjadi pd penyakit infeksi, yaitu munculnya strain baru dr agent Misalnya mutasi pada virus influenza Environment Model 2 Agent Host Adanya peningkatan kepekaan Host thd suatu penyakit Perubahan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Peningkatan jumlah penduduk usia rentan Environment Model 3 Agent Host Ketidakseimbangan disebabkan oleh bergesernya lingkungan memberatkan H Pergeseran/perubahan kualitas lingkungan merugikan atau menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh Contoh Pencemaran udara, menyebabkan saluran nafas menyempit, mudah terkenal infeksi Environment Model 4. Host Agent • • • • Pergese kulaitas lingkungan memberatkan A Terjadi pergeseran kualitas lingkungan Perubahan kualitas lingkungan mempermudah/menguntungkan penyebaran Agent Contoh: terjadinya banjir menyebabkan air kotor ug mengandung kuman konta dgn masyarakat dan lebih mudah masuk ketubuh masyarat Environment PENYEBAB (AGENT) PRIMER : Biologi Nutrisi Kimiawi Fisik Psikis Genetika SEKUNDER Adalah unsur pembantu /penambah yang menyebabkan Penyebab primer dapat menimbulkan penyakit. KONSEP PENYEBAB PENYAKIT PENYEBAB PENYAKIT : Adalah peristiwa, kondisi, sifat atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang memainkan peranan penting dalam timbulnya penyakit CIRI-CIRI : 1. Penyebab mendahului penyakit 2. Bisa menimbulkan atau memicu terjadi penyakit (sufficient/cukup) 3. Penyakit tidak bisa timbul bila ia tidak ada (necessary/perlu) 4. Tidak selalu merupakan faktor tunggal, seringkali terdiri dari beberapa unsur FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PENYEBAB PENYAKIT 1. Faktor predisposising : Adalah faktor yang membuat seseorang peka terhadap penyakit Contoh : umur, jenis kelamin 2. Faktor enabling : Adalah faktor yg mendukung timbulnya penyakit Contoh : kemiskinan, sanitasi buruk 3. Faktor Precipitating : Adalah faktor yg memungkinkan terjadinya penyakit Contoh : pemaparan terhadap agent 4. Faktor reinforcing : Adalah faktor yang mempercepat terjadinya penyakit Contoh : pemaparan berulang, kerja berat. ISTILAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT 1. Faktor risiko : Adalah faktor-faktor yang secara positif berhubungan dengan risiko berkembangnya suatu penyakit, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan penyakit Contoh : predisposising, enabling. dll 2. Interaksi : Adalah fenomena yang menunjukkan bahwa dampak dari 2 atau lebih penyebab yang bekerja bersama-sama sering lebih besar dibanding 1 penyebab Contoh : Merokok + terpapar debu asbes resiko terkena Ca paru >>> hanya merokok atau terpapar asbes 3. Hubungan temporal : Adalah hubungan yang menunjukkan bahwa penyebab mendahului dampak PEJAMU (HOST) UMUR, JENIS KELAMIN, RAS, ETNIK BENTUK ANATOMI DAN FAAL TUBUH STATUS KESEHATAN IMUNITAS KEBIASAAN HIDUP LINGKUNGAN (ENVIRONMENT) 1. BIOLOGIS Tumbuhan Binatang 2. FISIK Tanah Air Udara Iklim Keadaan geografi, topografi 3. SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA Mata pencaharian, status ekonomi Kepadatan Sistem pelayanan kesehatan Agama, Adat istiadat, kebiasaan, perilaku HUBUNGAN/ASOSIASI Hubungan keterikatan/saling ketergantungan antara 2 variabel atau lebih 1. Hubungan semu Terjadi karena kebetulan atau bias/penyimpangan pada penilaian maupun metode yang digunakan Contoh : bermakna akibat kesalahan sampling 2. Hubungan non kausal Terjadi karena ke-2 variabel mempunyai hubungan erat dgn faktor lain Contoh : Ca paru merokok merokok minum kopi Seolah ada hubungan Ca paru dgn minum kopi 3. Hubungan kausal Terjadi akibat adanya sebab akibat, ciri-ciri : Keterpaparan memegang peranan Perubahan pada penyebab diikuti akibat PERHATIKAN DALAM MENILAI HUBUNGAN 1. Apakah hubungan masuk akal 2. Apakah bermakna secara statistik 3. Apakah karena bias atau hubungan semu 4. Apakah ada faktor lain yg mempengaruhi proses penyakit atau faktor risiko 5. Apakah hanya bersifat sementara atau tetap ANGKA-ANGKA EPIDEMIOLOGI RATE : Adalah besarnya peristiwa/kejadian yang terjadi pada keseluruhan populasi dalam waktu tertentu Contoh : insiden rate, prevalens rate RATIO : Adalah angka perbandingan Contoh : sex ratio PROPORSI : Adalah bagian dari suatu peristiwa Contoh : proporsi kejadian gizi buruk diantara masalahmasalah gizi yang lainnya UKURAN FREKUENSI PENYAKIT KEGUNAAN : Untuk menilai keadaan suatu penyakit pada suatu populasi tertentu.(penggunaan nilai absolut dapat menimbulkan kesalahan penilaian) RATE : Nilai rate dalam Epidemiologi menunjukkan besarnya peristiwa yang terjadi pada keseluruhan Populasi dalam waktu tertentu. POPULATION AT RISK (KELOMPOK BERISIKO) : Adalah bagian dari populasi yang rentan terhadap penyakit INSIDENS : Adalah jumlah kasus baru yang timbul pada suatu periode waktu dalam Populasi tertentu PREVALENS : Adalah jumlah kasus dalam suatu populasi pada titik waktu tertentu (lama+baru). KARAKTERISTIK TIME-PLACE-PERSON TIME (waktu) Peristiwa kesehatan/penyakit mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh : 1. Keberadaan penyebab pada waktu tertentu 2. Perubahan lingkungan 3. Perubahan kriteria dan alat diagnosis serta kemajuan IPTEK 4. Perubahan pada penyakit karena usaha pencegahan & penanggulangan PLACE (tempat) Faktor ini dipengaruhi oleh : 1. Iklim 2. Sifat tanah/geografi 3. Flora dan fauna 4. Penyebaran dan kepadatan penduduk 5. Sistem pelayanan kesehatan 6. Agama. adat istiadat PERSON (ORANG) Faktor ini dipengaruhi oleh : 1. Genetika tetap : jenis kelamin, ras 2. Biologik : umur, status gizi, kehamilan 3. Perilaku individual : agama, kepercayaan, mobilitas 4. Sosial-ekonomi : pekerjaan, status perkawinan, pendidikan EPIDEMIOLOGI RUMAH SAKIT Transmisi Penyakit di RS PENDAHULUAN Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi dan faktor penyebab (determinan) suatu masalah kes (penyakit) yg menimpa sekelompok penduduk /masy.. Rumah Sakit : sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. SEGITIGA INFEKSI Kuman Penyebab Pejamu (Host) Sakit & Penyakit ☻ Terjadinya penyakit dapat dikatakan sebagai hasil interaksi antara faktor penjamu dengan faktor agen di lingkungan. ☻ Perubahan status sehat ke status sakit berkaitan dengan hasil keterpaparan yang dilakukan oleh agen, dan kerentanan tubuh manusia dalam menghadapi keterpaparan itu. Hubungan Interaksi antara Kerentanan Penjamu dan Pemaparan Agen Pejamu dan Agen Kerentanan (dari penjamu) Ya Tidak Keterpaparan (oleh agen) Ya Tidak Sakit Sehat Sehat Sehat Rantai Infeksi Microorganism Susceptible host Reservoir/ Source INFEKSI Port of exit Mean of Port of entry transmission Agen infeksi (infectious agent) • • Mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi Pada manusia: bakteri , virus, jamur dan parasit KUMAN PENYEBAB (AGEN INFEKSI) Bakteri Virus Jamur Parasit 32 Reservoir Tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang Reservoir yang paling umum: manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya Pada manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina Port of exit ( Pintu keluar) jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir Pintu keluar meliputi : → saluran pernafasan → Saluran pencernaan → Saluran kemih dan kelamin → Kulit dan membrana mukosa → Darah serta cairan tubuh lain Transmisi (cara penularan) Mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari reservoir ke penderita Ada beberapa cara penularan yaitu : (1) kontak : langsung dan tidak langsung (2) droplet (3) airborne (4) melalui vehikulum (makanan, air, darah) (5) melalui vektor (serangga dan hewan pengerat) Rantai Penularan Petugas kesehatan Alat kesehatan Pasien 1 Lingkungan * Selanjutnya seperti pasien 1 Pasien 2 * Pengunjung/ Keluarga Cara Penularan (Transmisi) (1) Contact transmission: - Direct / Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab secara fisik pemeriksaan fisik, memandikan pasien - Indirect / Tidak langsung: paling sering !!! kontak melalui objek (benda/alat) perantara melalui instrumen, jarum, kasa tangan yang tidak dicuci Cara Penularan (Transmisi) (2) Droplet transmission : – partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara jarak sebar pendek, – tdk bertahan lama di udara “deposit” pada mukosa – – – konjungtiva, hidung, mulut contoh : Difteria, Pertussis, Virus Influenza Cara Penularan (Transmisi) (3) Airborne transmission : - partikel kecil ukuran < 5 μm - bertahan lama di udara - jarak penyebaran jauh - contoh : Mycobacterium tuberculosis virus campak Varisela (cacar air) spora jamur Cara Penularan (Transmisi) (4) Vehikulum : Makanan: Salmonella Darah: Hepatitis B, Hepatitis C, HIV Air: Hepatitis A, Typhoid, Cholera Vektor Nyamuk: Demam berdarah, malaria Lalat makanan Tikus: leptospirosis Port of entry (Pintu masuk) Tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan saluran pencernaan saluran kemih dan kelamin selaput lendir serta kulit yang tidak utuh (luka) FAKTOR PEJAMU (HOST) Pejamu rentan adalah: orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan kuman penyebab, atau mencegah infeksi atau penyakit ~ faktor risiko Ada 3 macam pertahanan tubuh: 1) Mekanis efektif sbg pertahanan pertama mencegah invasi kuman kedalam tubuh menahan masuknya, menghancurkan/mengeluarkan kuman yg sdh masuk melalui lubang ttt Contoh: Kulit Sistem pencernaan Sistem saluran kencing Sistem respirasi 2) Kimiawi Bahan-bahan kimiawi yang membantu tubuh mengatasi infeksi Contoh : Lysosim: menghancurkan kuman dengan merusak dinding selnya, terdapat pada air mata, air liur, dan lain-lain Pemberian antibiotika, imunoglobulin dan imunisasi termasuk pertahanan kimiawi eksogen 3) Biologi Mekanisme untuk mengisolasi, melumpuhkan atau membunuh kuman yang berhasil masuk dan mencapai jaringan tubuh Ab & sel darah putih (limfosit) Pejamu (host) Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan Faktor lain: jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan Jenis Infeksi ☻ ☻ ☻ ☻ ☻ Infeksi saluran kemih Infeksi luka operasi Infeksi karena jarum infus Bakteremia Pneumonia ☻ ☻ ☻ ☻ ☻ Gastroenteritis Hepatitis B dan C HIV / AIDS SARS dll APAKAH PENYEBAB TERSERING DARI INFEKSI DI RS? BAGAIMANA CARA TERJADINYA INFEKSI YANG DIDAPAT DI RS? 47 Kenapa di RS mudah terjadi infeksi ???? Kenapa di RS mudah terjadi infeksi ???? RS tempat berkumpulnya orang sakit/pasien, sehingga ∑ & jenis kuman penyakit yg ada lebih drpd ditempat lain. Pasien mempunyai daya tahan tubuh rendah, mudah tertular. RS sering kali dilakukan tindakan invasif sederhana misalnya suntIkan - tindakan yang lebih besar, operasi. Dalam melakukan tindakan sering kali petugas kurang memperhatikan tindakan aseptik dan antiseptik. Lanjut…. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotik, akibat penggunaan berbagai macam antibiotik yang sering tidak rasional. Adanya kontak langsung antara pasien/petugas dg pasien, yg dpt menularkan kuman patogen. Penggunaan alat-alat kedokteran yang terkontaminasi dengan kuman Fenomena Keadaan RS di Indonesia Bagaimana menurut anda???? Infeksi Nosokomial Pneumonia, meningitis, Infeksi pd luka, dll. Bakteri E. coli, Klebsiella pneumonia dll Peralatan & sarana prasarana yg tdk steril & masih terdapat bakteri/kuman Infeksi pd pasien Pemakaian antibiotic secara tepat, tindakan antiseptic secara benar, penggunaan kateter dalam keadaan steril. Pola transmisinya: Sejak awal wabah, tiga jalur penularan HIV sudah diketahui: 1. Jalur seksual, yang menjadi penyebab utama infeksi HIV. 2. Jalur darah atau produk darah, yang terutama mengancam pemakai narkoba, dan penerima transfusi darah. 3. Jalur ibu-anak, dengan penularan pada minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat kelahiran. Awalnya, tingkat penularan jalur ini adalah 20%. Setelah ada penanganan, menurun hingga tinggal 1% Sering terjadi keteledoran Petugas Kesehatan dlm penanganan pasien HIV/AIDS Pekerja kesehatan : perawat,dokter,dokter gigi, petugas laboratorium PREVENTION IS PRIMARY! Protect patients…protect healthcare workers… promote quality healthcare! KONSEP DASAR Infeksi bisa didapat dari komunitas (Community acquired infection) atau berasal dari lingkungan RS (Hospital acquired infection) sebelumnya dikenal dgn istilah “INFEKSI NOSOKOMIAL” Berkembangnya sistem pelayanan kesehatan, bahwa tidak hanya RS, dan potensi penularan infeksi tidak hanya pada pasien tetapi juga petugas kesehatan. Maka istilah infeksi nosokomial diganti dengan istilah “Healthcare acquired infection” (HAIs) HAIs : a. memiliki pengertian luas tidak hanya di RS, tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. b. Tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat saat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang terjadi didapat di RS disebut infeksi rumah sakit (Hospital Infection) HAIs “ an infection occuring in a patient during the process of care in a hospital or other healthcare facility which was not present or incubating at the time of admission. This includes infections acquired in the hospital but appearing after discharge, and also occupational infections among staff of the facility. infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak hadir atau menginkubasi pada saat masuk. Ini termasuk infeksi yang didapat di rumah sakit tetapi muncul setelah keluar, dan infeksi juga terjadi antara staf di fasilitas pelkes. INFEKSI NOSOKOMIAL HOSPITAL INFECTION Infeksi nosokomial adalah suatu kondisi lokal atau sistemik sebagai reaksi lanjut dari agen infeksi yang ada atau toksinnya, yang tidak tampak atau tdk dalam masa inkubasinya pada saat masuk rumah sakit (National Nosocomial Infection Surveillance System). Infeksi nosokomial didasarkan : 1. Penentuan dan atau klasifikasinya harus menggabungkan informasi dari temuan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya. 2. Diagnosis infeksi nosokomial yang dibuat oleh seorang dokter atau dokter bedah yang diambil dari pengamatan saat operasi dilaksanakan, pemeriksaan endoskopi, atau keputusan klinik dapat dipakai (kecuali ada bukti lain yang menyatakan sebaliknya). HOSPITAL INFECTION Pengertian : Infeksi nosokomial (Hospital Infection) adalah infeksi yang didapat seseorang penderita selama dirawat di rumah sakit. Infeksi dikatakan didapat di rumah sakit apabila : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak didapat tandatanda klinik dari infeksi tersebut. Saat mulai dirawat tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut. Tanda-tanda klinik infeksi baru timbul sekurang-kurangnya 3 X 24 jam sejak mulai dirawat di rumah sakit. Bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya. Saat dirawat sudah ada tanda-tanda infeksi tapi terbukti infeksi tersebut di dapat ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu dan belum dilaporkan sebagai infeksi nosokomial. Penderita yang keluar dari rumah sakit timbul gejala infeksi yang dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit. Infeksi bayi baru lahir yang didapat selama persalinan. BUKAN TERMASUK INFEKSI NOSOKOMIAL (HOSPITAL INFECTION) 1. Infeksi yang menyertai atau merupakan lanjutan dari infeksi yang ada sejak pasien masuk rumah sakit. 2. Infeksi pada bayi baru lahir yang ditularkan transplasental (toksoplasma, rubella, HIV, sifilis) dan menampakkan gejala pada saat lahir atau dalam waktu 48 jam. 3. Keracunan makanan yang disebabkan oleh produk bakteri. 4. Kejadian bukan infeksi, seperti : • Kolonisasi, kehadiaran kuman (di kulit, selaput mukosa, luka terbuka, yang tidak menimbulkan akibat klinik lebih lanjut • Peradangan sebagai reaksi jaringan terhadap trauma atau stimulasi yang tidak infeksius seperti bahan kimia. Kriteria INOS Apakah ada infeksi? Kuman apa yang menyebabkan infeksi (kuman penyebab/pathogen mikroba) Apakah ini kumam rumah sakit? Bagaimana masuknya kuman ke dalam tubuh pasien (mode of trasmission)? Kriteria INOS Kapan masuknya kuman, apakah masuknya kuman terjadi selama pasien dirawat? Tidak semua infeksi mempunyai gejala, tidak semua infeksi yang sama mempunyai gejala yang sama dan tidak semua gejala ada pada infeksi. PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL 1. Infeksi silang : infeksi yang disebabkan kuman yang didapat dari orang/penderita lain di rumah sakit. 2. Infeksi lingkungan : infeksi yang disebabkan kuman yang didapat dari bahan/benda di lingkungan rumah sakit 3. Infeksi sendiri : infeksi yang disebabkan kuman yang berasal dari penderita sendiri. SUMBER INFEKSI NOSOKOMIAL 1. Benda bernyawa : manusia, binatang. 2. Benda mati : benda, bahan, udara, debu, cairan yang terkontaminasi oleh agen infeksi. ETIOLOGI Faktor Internal: Usia, penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, daya tahan tubuh rendah, personal hygiene kurang. Faktor Exsternal: Lingungan kotor, instrumen tidak steril, tindakan invasif, mobilisasi terlambat & ketrampilan petugas. Jenis Kuman Infeksi Nosokomial Bakteri Jamur Virus Tanda dan Gejala Gambaran klinis: Tumor (pembengkakan), rubor (kemerahan), dolor (rasa nyeri), color (panas) Tanda vital: Demam, takikardi (denyut jantung > cepat), perubahan pernafasan, hipotensi (tekanan darah rendah). Laboratorium: Leukositosis (peningkatan sel darah putih) , trombositopeni (jmlh trombosit rendah). BAKTERIMIA Batasan klinik bakterimia : • Demam dengan suhu mencapai 38,5ºC yang bertahan selama minimal 24 jam; atau yang berulang minimal 4 kali dalam 24 jam. Bakterimia Infeksi Nosokomial 1. Bakterimia terjadi setelah tindakan invasif : transfusi, katerisasi, pemasangan respirator, tindakan bedah, endoskopi, dll. 2. Terjadi sesudah penderita dirawat di RS selama 3 X 24 jam atau lebih 3. Khusus untuk neonatus : a. Bila > 3 hari, pada partus pertama b. Bila > 5 hari pada partus patologik c. Bila didapatkan jalan masuk yang jelas, seperti merah luka bekas infus, bekas tusukan jarum, vacum, dll. Catatan : Diagnosis bakterimia sebaiknya didasarkan atas data klinik dan laboratorik (mikrobiologik) Pengendalian infeksi nosokomial adalah upaya atau kegiatan yang melibatkan semua unit pelayanan, semua spesialisasi medik, semua staf rumah sakit baik medik paramedik maupun non medik. Staf Medik dan Paramedik Unit Rawat Jalan dan IGD Unit Rawat Inap: Bangsal, VIP Unit Rawat Khusus: ICU, ICCU, NICU, Luka bakar. Kamar operasi. Bagaimana perilakunya? Staf Non Medik Sanitasi - kebersihan lingkungan/ruangan ? - pembuangan sampah dan limbah? - air ? - udara? - angka kuman? Binatu - cara penempatan linen? - cara pengambilan linen? - cara pencucian? Sterilisasi - Bagaimana cara pembersihan alat di ruangan? - Cara pensterilan? - Angka kuman? Gizi - Kebersihan? - Bebas lalat, kecoak, tikus dsb Tindak Lanjut Diperlukan koordinasi yang sangat baik dari semua personil rumah sakit dengan Tim pengendalian infeksi nosokomial Faktor Resiko dan Pengendalian Infeksi Nosokomial FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFEKSI NOSOKOMIAL 1. Pengetahuan petugas rumah sakit tentang infeksi nosokomial. 2. Perilaku petugas rumah sakit 3. Perilaku penderita dan pengunjung rumah sakit 4. Lingkungan fisik rumah sakit 5. Sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit. 1. Pengetahuan petugas rumah sakit a. b. c. d. Pengetahuan tentang apa yang dimaksud IN Penyakit-penyakit yang dapat menjadi IN Faktor-faktor risiko terjadinya IN Cara-cara mencegah terjadinya IN 2. Perilaku petugas rumah sakit a. b. c. d. e. Perilaku dalam penanganan penderita Perilaku dalam penanganan peralatan medis Perilaku dalam penanganan obat dan bahan Perilaku dalam penanganan linen RS Perilaku dalam pengelolaan makanan/minuman penderita f. Perilaku dalam penanganan kebersihan rumah sakit g. Perilaku dalam penanganan limbah RS 3. Perilaku penderita dan pengunjung rumah sakit a. Perilaku dalam mematuhi peraturan rumah sakit. b. Perilaku dalam menjaga kebersihan rumah sakit c. Perilaku dalam mematuhi nasihat dokter dan perawat yang menangani penderita 4. LINGKUNGAN FISIK RUMAH SAKIT a. b. c. d. e. f. Kebersihan ruang perawatan. Kebersihan ruang tindakan medis Kebersihan kamar mandi dan WC Kebersihan halaman dan lingkungan rumah sakit Sistem penyediaan air bersih rumah sakit Suhu, kelembaban, pencahayaan, kepadatan, sistem ventilasi ruangan tindakan medis dan perawatan. g. Tata letak ruang yang ada di rumah sakit. h. Sistem pengelolaan limbah dan kotoran di rumah sakit. 5. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT a. Pengaturan lalu lintas petugas rumah sakit b. Pengaturan tempat yang boleh atau tidak boleh dimasuki oleh orang-orang tertentu (ruang/jalur steril dan tidak steril) c. Pengaturan pakaian kerja petugas rumah sakit d. Penggunaan SOP pada setiap pelayanan di rumah sakit khususnya dalam penanganan penderita e. Pengaturan sistem desinfeksi dan sterilisasi f. Penggunaan alat pelindung diri bagi petugas rumah sakit yang menangani penderita atau spesimen penderita. Faktor risiko lain Healthcare-associated infections (HAIs) 1. 2. 3. a. b. c. Umur : neonatus dan lansia lebih rentan Status imun yang rendah/terganggu : penderita dgn penyakit kronik, penderita keganasan, obat-obatan imunosupresan. Interupsi barier anatomis: Kateterurin : meningkatkan kejadian ISK Prosedur operasi : dapat menyebabkan ILO Intubasi pernafasan : meningkatkan kejadian HospitalAcquired Pneumonia d. e. 4. Kanula Vena dan arteri : menimbulkan infeksi luka infus (ILI), Blood stream infection Luka bakar dan trauma Perubahan mikrofloral normal : pemakaian antibiotika yg tdk bijaksana menyebabkan timbulnya kuman yg resisten thdp berbagai antimikroba Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen infeksi, serta cara penularan. Identifikasi faktor risiko pada pejamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dpt mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pd pasien ataupun pd petugas kesehatan. Strategi Pencegahan dan Pengendalian infeksi terdiri dari: 1. 2. 3. Peningkatan daya tahan penjamu pemberian imunisasi aktif (ex Vaksin Hepatitis B) ataupun imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan & nutrisi yg adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh. Inaktivasi agen penyebab infeksi dgn metode fisik (pemanasan) maupun kimiawi (disinfeksi). Memutus rantai penularan Lanjutan… Tindakan pencegahan pasca pajanan terhadap petugas kesehatan terutama berkaitan dgn pencegahan agen infeksi yg ditularkan melalui darah & cairan tubuh lainnya terkena tusuk jarum bekas pakai atau pejanan lainnya. 4. Pelaksanaan dan Pengendalian Infeksi di RS dan FasKes 1. Kebersihan Tangan 2. 3. 4. 5. Penggunaan APD (sarung tangan, masker, alat pelindung mata, topi, gaun pelindung, apron, pelindung kaki) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen Pengelolaan limbah Pengendalian lingkungan rumah sakit Penyakit-Penyakit Yang Termasuk INOS (HIV/AIDS & HEPATITIS) Pengantar Rumah Sakit sebagai tempat perawatan dan penyembuhan pasien, ternyata rentan terjadinya infeksi penyakit. Infeksi yang terjadi di rumah sakit dinamakan infeksi nosokomial. Bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian pasien. Infeksi pada dasarnya terjadi karena interaksi langsung maupun tidak langsung antara penderita (host) yang rentan mikroorganisme yang infeksius dan lingkungan sekitarnya (Environment). PENDAHULUAN Rumah Sakit (RS) adalah salah satu tempat penularan HIV/AIDS paling rawan. RS idealnya harus menerapkan standar pencegahan universal dalam menangani pasien hingga manajemen limbah tajam medis. Dapat mencegah penularan penyakit-penyakit menular berbahaya, termasuk HIV/AIDS & Hepatitis. Contin’d Penyakit mematikan New Emerging Disease Disebabkan virus Human Immunodeficiency Viral (HIV) Menyerang sel kelenjar getah bening (CD4 Lymphocyt T cell) tempat pembuatan pertahanan tubuh HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS HIV : Human Immunodeficiency Virus. : virus yg menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, dan pd akhirnya menyebabkan AIDS Bentuk : spt binatang bulu babi (binatang laut) yg berbulu tegak & tajam AIDS : (Acquired Immunodeficiency Syndrome) : Merupakan kumpulan berbagai gejala penyakit dan infeksi sebagai akibat dari hilangnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV Sel darah putih hancur membunuh kuman penyakit Mudah infeksi Infeksi oportunistik Epidemiologi AIDS diperkirakan muncul di Sub-SaharaAfrika pada abad ke-20 dan sekarang menjadi wabah global. WHO memperkirakan 2,8 - 3,5 juta jiwa melayang karena AIDS pada tahun 2004 Indonesia Terancam HIV/AIDS Dikelilingi negara epidemi lanjut Mobilitas (dagang, wisata, ikan, budaya) Adanya risiko tinggi & industri seks Krisis multidimensi Meningkatnya NAPZA Penggunaan kondom rendah Lemahnya pengendalian infeksi HIV dan Tubuh Manusia u/ dpt berada di dlm tubuh mns, HIV harus masuk langsung ke aliran darah Di luar tubuh mns, HIV sangat cepat mati HIV mati oleh air panas, sabun, bahan pencuci hama lain HIV tdk dpt menular lewat udara spt virus lainnya Dlm tb mns, HIV bersarang dlm sel darah putih tertentu yg disebut sel T4 Sel T4 terdapat pd cairan tubuh, maka HIV ditemukan terutama dlm:darah, air mani, cairan vagina Lanjut…. HIV ditemukan dlm jml kecil di: air mata, air liur, cairan otak, keringat tdk ada bukti dpt menularkan * HIV tdk terdapat dlm: urine, faeces, muntahan * HIV tdk dpt menembus kulit utuh Persyaratan Transmisi A B HIV : cepat mati di luar tubuh hindari kontak langsung dg subjek * Senggama * Pertukaran darah Infeksi perlu dosis minimal (nilai ambang) hanya cairan genital/darah Penularannya… Sejak awal wabah, tiga jalur penularan HIV sudah diketahui: 1 2 3 4 Jalur seksual, yang menjadi penyebab utama infeksi HIV. Jalur darah atau produk darah, yang terutama mengancam pemakai narkoba, penerima transfusi darah Jalur ibu-anak, dengan penularan pada mingguminggu terakhir kehamilan dan saat kelahiran. Awalnya, tingkat penularan jalur ini adalah 20%. Setelah ada penanganan, menurun hingga tinggal 1% jarum yang terkontaminasi Petugas yang tertusuk jarum suntik yang mengandung darah yang terinfeksi Perjalanan Infeksi HIV HIV tubuh mns Periode jendela (window period) 3-6 bl HIV menular Tampak sehat inkubasi 5-10 th gejala AIDS Bertahap bertambah berat meninggal Keterangan Stadium awal infeksi HIV Hilang Sendiri Stadium tanpa gejala tidak timbul gejala apapun sakit bbrp hari/mgg sesudah infeksi tampak sehat gejala mirip influensa HIV (+) demam dpt berlangsung 5-7 th lesu/lemah virus terus menyerang nyeri sendi batuk/sakit tenggorokan pembesaran kelenjar pertahanan tubuh Stadium AIDS (sim.lanjut) Kematian Stadium simtomatik dini kelainan darah demam > 38 C, keringat malam, berkala/terus BB turun > 10 %, dlm 3 bl Kelemahan tubuh mengganggu aktivitas diare berkala/terus, lama, sebab tak jelas batuk & sesak > 1 bl kulit gatal, bercak merahkebiruan sakit tenggorokan pendarahan tak jelas sebabnya kekebalan tubuh sangat rusak infeksi oportunistik a. TBC b. Candidiasis c. Toxoplasmosis d. Pneumocystis e. Sarkoma kaposi f. Limfoma Bercak Gatal Infeksi Jamur / Candidiasis Virus Varisela Zooster Herpes Simplex Herpes Genitalis Human Papiloma Virus / Jengger Ayam Pola Penularan HIV/AIDS di RS Banyak pekerja medis kerap kecelakaan tertusuk jarum bekas pakai Kebanyakan yang terkena adalah para suster yg Bertugas untuk menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada para pasien penderita AIDS Jarum suntik bekas penderita mengenai pasien lainnya akibat dari kelalaian petugas „Kecelakaan‟ yang tidak disengaja tersebut akan semakin memperparah kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang yang tidak peduli kepada mereka. Limbah Jarum suntik di RS Penghancur jarum Melalui Transfusi darah Karena seorang donor darah yang tidak diperiksa kalau dia punya penyakit AIDS Risiko Penularan HIV dari Dokter Bedah ke Pasien Sangat Rendah Pada Januari 2007 dokter itu memiliki hasil tes HIV yang positif, dan setelah itu Departemen Kesehatan memerintahkan rumah sakit untuk menawarkan tes HIV pada seluruh pasien yang pernah dioperasi sejak 1997. Di antara 1.669 mantan pasien yang ditentukan, 545 setuju untuk melakukan tes HIV. Berdasarkan laporan tersebut, 545 mantan pasien tersebut semuanya memiliki hasil tes HIV yang negatif. Lanjut…. Temuan laporan tersebut mengindikasikan bahwa penularan HIV dari dokter bedah-kepasien adalah sangat jarang memperbarui pedoman yang disasarkan pada petugas kesehatan yang HIV-positif yang melakukan tindakan pembedahan. Pengobatan Diutamakan yg disertai infeksi opurtunistik TBC, Herpes Pengobatan Antiretroviral (ARV) Stad klinis 3&4 a. Duviral 2 x sehari (tiap 12 jam) b. Neviral 2 x sehari (tiap 12 jam) c. Zidovudin 2 x sehari (tiap 12 jam) d. Stavudin 2X sehari (tiap 12 jam) e. Hiviral (3TC) 2x sehari (tiap 12 jam) f. Efavirenz 1 x sehari (malam) Hepatitis Penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Golongan A,B,C,D,E, dan G Di Indonesia A,B dan C Hepatitis A tidak menyebabkan kematian, sedangkan Hepatitis B & C yg paling banyak di Indonesia dan menyebabkan kerusakan hati serta kematian Hepatitis B Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning Hepatitis B Persisten di udara kering Hidup beberapa minggu di tanah Tahan terhadap pajanan antiseptik Tahan 1 minggu pada tetesan darah dalam jarum suntik Pola Penularan Hepatitis B Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Pola Penularan di RS Transfusi Darah Limbah RS Jarum Suntik Pemakaian Sikat gigi bersama2 Pengobatan Pengobatan oral yang terkenal adalah ; 1. Lamivudine. Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter. 2. Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal. 3. Baraclude (Entecavir) Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil. Pengobatan Secara Injeksi : Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol. Hepatitis C di Indonesia Merupakan masalah kesehatan yang memiliki potensi untuk terus berkembang tetapi sayangnya belum merupakan prioritas dalam anggaran kesehatan nasional Populasi yang terinfeksi banyak yang belum/tidak terdiagnosa atau belum mendapatkan pentalaksanaan yang optimal Keterbatasan dari pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat mengenai infeksi Hepatitis C, pencegahannya dan penatalaksanaannya. Profil Pembajak: Nama: HCV (alias: VHC) Cara Kerja: Membunuh inang, membajak sistem reproduksi Produksi: 5 Triliun Virus/hari Kelebihan: Virus sering bermutasi sehingga vaksin sulit dibuat Kelemahan: dikalahkan Interferon Gejala Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya : 1. Lelah 2. Hilang selera makan 3. Sakit perut 4. Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Kanker Hati 80% Infeksi HCV: kronis 20% infeksi kronis berakhir dengan sirosis 25% sirosis berakhir dengan kanker hati atau gagal hati Kelompok Risiko Tinggi HCV: • Pengguna Narkoba Suntik • Penerima Transfusi • Pasien terpapar alat medis yang tak steril Pola Penularan di RS Jarum Suntik Transfusi darah Alat Medis yg Tidak Steril Temuan baru… bahwa hepatitis C dapat ditularkan melalui penggunaan alat hisap atau uang kertas yang dipakai untuk menghirup narkoba Sedotan atau uang kertas yang dimasukkan ke dalam hidung berhubungan dengan darah atau lendir yang terinfeksi hepatitis C, kemudian dapat ditularkan kepada orang lain yang memakai sedotan yang sama tersebut. Pengobatan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. 7ujuan pengobatan adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya. PENYAKIT-PENYAKIT TERMASUK INFEKSI NOSOKOMIAL Bagian II TUBERKULOSIS PARU Penyakit yang disebarkan oleh kuman mikrobakterium tuberkulosa Lama dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu penyakit berbahaya & mematikan Masalah klasik di negara berkembang (Indonesia) dikaitkan dengan kemiskinan, lingkungan kumuh, gizi buruk, perilaku yang tidak sehat Menganggap TBC tidak dapat disembuhkan, mempengaruhi perilaku pengobatan, enggan berobat, angka kematian tinggi (bukan karena kutukan/gunaguna) PROPORSI TBC DI INDONESIA DALAM PETA DUNIA Indonesia 10% Bangladesh 4% China 15% Pakistan 4% Philippines 3% India 30% Nigeria 3% South Africa 2% Russia 1% Lainnya 28% 145 DI INDONESIA Penyebab kematian ketiga stlh penyakit jantung & saluran napas (SKRT, 1995) 583.000 kasus baru TB tiap tahun 140.000 kematian TB tiap tahun Setiap 100.000 terdapat 130 penderita baru TB aktif Jumlah penderita terbanyak di dunia setelah India & China ( WHO, 1998) Menyerang golongan usia produktif dan sosial ekonomi rendah ( 75%) penanggulangan TB di Indonesia sejak tahun 1969 tetapi jumlah kasus tidak berkurang Etiologi Kuman Penyebab = Mycobacterium tuberkulosis dengan sifat-sifat : 1. tahan asam 2. pertumbuhan lambat 3. tahan lama dlm keadaan kering bermingguminggu 4. tidak tahan sinar matahari, sinar ultraviolet, suhu 60 C atau lebih DISSEMINATION OF TUBERCULOSIS Related to immunologic process Penularan Biasanya ketularan dari orang dewasa Cara penularan : 1. Melalui udara : lebih dari 90 % “droplet” 1-5u (sekali batuk 3000 percikan dahak) 2. Melalui mulut 3. Kontak langsung : luka di kulit 4. Kongenital : jarang Penanggulangan TB dengan DOTS (directly, observed, treatment, short course) Apa dan mengapa DOTS? pengobatan jangka pendek dengan pengawasan Jangka pendek : 6 bulan, 2 -3 bln fase intensif, 4-5 bln fase lanjutan Siapa yang mengawasi ? keluarga, petugas kesehatan Mengapa diawasi? Bila tidak teratur akan menyebabkan kuman penyebab menjadi kebal obat akibatnya penderita tdk sembuh dan menularkan kuman kebal obat ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasan Tanda Klinis Pada sistem respiratorik adalah: napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah Atau hilang, dan wheezing. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat Pengobatan Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah Pneumonia yg Terjadi di RS Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang menggunakan ventilator, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini tersering berasal dari gram negatif seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Keberadaan organisme ini dapat menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian bawah PENYAKIT DIARE Latar Belakang : Masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (5 besar) Banyak penyebab/agent Perilaku dan sanitasi buruk sangat berperan Sering timbul KLB terutama pada anak/bayi Definisi : Diare akut adalah buang air besar cair/lembek bahkan dapat berupa air saja, yang frekuensinya > biasa (> 3 X/hari) dan berlangsung < 14 hari. PENYAKIT DIARE EPIDEMIOLOGI : Agent (penyebab penyakit) : 1. Infeksi : bakteri, virus, parasit 2. Malabsorbsi 3. Alergi 4. Keracunan : bahan kimia 5. Imuno-defisiensi 6. Sebab lain Cara penularan ( infeksi ) : fecal-oral Tuan rumah (Host) : Tidak memberi ASI s/d bayi usia 2 thn Kurang gizi Menderita Campak Imuno-defisiensi/imuno-supresi Lingkungan (Environment) & Perilaku : 1. Fisik : Pembuangan tinja+sampah dan SAB 2. Sosekbud : pendapatan, kebiasaan makan, mencuci tangan 3. Perilaku : buang kotoran & sampah Cara Penularan Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan. PENANGGULANGAN : 1. 2. 3. 4. 5. Perbaikan perumahan, penyediaan air bersih, jamban, higiene perorangan Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu, bayi dan balita Promosi pemberian ASI & oralit Pengobatan & perawatan penderita Surveilans Diare terutama di puskesmas dan rumah sakit infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian Organisme yang biasa menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah 1-2 minggu pemasangan kateter Infeksi saluran kemih digolongkan pada infeksi Nosokomial apabila tanda-tanda infeksi timbul setelah tindakan invasi / operatif pada tractus Genito Urinarius di rumah sakit antara lain : 1. Kateterisasi buli-buli. 2. Tindakan operatif pada vagina. 3. Dan lain-lain. kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal Infeksi pada luka operasi belum tentu merupakan infeksi yang didapat di Rumah Sakit. Infeksi pada luka operasi baru digolongkan pada infeksi Nosokomial bila keadaan pra bedah / selama pembedahan bersih atau bersih terkontaminasi dan kemudian pasca bedah terjadi infeksi pada luka operasi INOS Luka Pasca Operasi a. b. Abses Jahitan : yaitu bila setelah operasi pada jahitan terjadi abses dan bila jahitan dilepas dalam 3 x 24 jam luka sembuh. Kasus-kasus dengan dugaan infeksi / terkontaminasi waktu masuk Rumah Sakit, dikategorikan dalam infeksi Nosokomial bila data memastikan, yaitu pemeriksaan laboratorium mikrobiologi, dengan cara identifikasi jenis kuman. c. Pada luka operasi bersih, dapat terkena kontaminasi bakteri terutama pada hari 4 – 6 dan bakteri masuk melalui lobang / jalan jahitan sedang pada operasi dengan jahitan subkutikular luka segera tertutup dengan pembentukan jaringan kologen. Sehingga setiap luka operasi di ruangan dapat dianggap sebagai “hasil produksi” dikamar operasi. Kesimpulan Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit terutama dari dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkalikali. Petugas kesehatan hendaknya berhati-hati dlm melakukan tindakan invasif dan dilengkapi dengan pelindung badan (masker dan baju anti tembus jarum) PLEBITIS Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. (La Rocca, 1998) Terapi interavena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien. Infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intra vena (IV) terletak pada system infus atau tempat menusukkan vena (Darmawan, 2008). adanya daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena. Insiden plebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena. Komplikasi cairan atau obat yang diinfuskan (terutama PH dan tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula dimasukkan. Pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme pada saat penusukan Jenis Plebitis Phlebitis bacterial adalah peradangan vena yang berhubungan dengan adanya kolonisasi bakteri. kuman yang sering dijumpai pada pemasangan katheter infus adalah Stapylococus dan bakteri gram negative tetapi dengan epidemic HIV / AIDS infeksi oleh karena jamur dilaporkan meningkat Phlebitis mekanikal sering dihubungkan dengan pemasangan atau penempatan katheter intravena. Phlebitis kimia ini dihubungkan dengan bentuk respon yang terjadi pada tunika intima vena dengan bahan kimia yang menyebabkan reaksi peradangan. Reaksi peradangan dapat terjadi akibat dari jenis cairan yang diberikan atau bahan material kateter yang digunakan. 1. 2. 3. 4. Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian phlebitis bakteri antara lain : Tehnik cuci tangan yang tidak baik. Tehnik aseptik yang kurang pada saat penusukan. Tehnik pemasangan katheter yang buruk Pemasangan yang terlalu lama. (INS, 2002) Pertemuan ke-8 SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT (INOS) Part 1 Liena Sofiana, S.KM, M.Sc Pendahuluan Kasus IRS dpt terjadi di setiap saat & dipastikan dpt terjadi di semua unit kerja perawatan. Angka kejadiannya dipengaruhi oleh keefektifan kewaspadaan standar. Mempunyai pengaruh cukup besar thdp MRS → adanya kegiatan pengamatan u/ memperoleh data sbg indikator kejadian IRS : 1. 2. 3. Jumlah kasus per satuan waktu Sebaran/distribusi kasus di setiap unit kerja perawatan Frekuensi kasus SURVEILANS Surveilan ISR : suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis & interpretasi dari data kesehatan yang penting pd suatu populasi spesifik yg didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan, dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dgn kesehatan Surveilans yg dilakukan di RS berbeda dg surveilans yg dilakukan di tengah masyarakat. SE yg dilakukan di RS memiliki beberapa kekhususan, yaitu: 1. Medan pengamatan lebih sempit 2. Penderita yg diamati jumlahnya terbatas 3. Variasi kasus (population risk) yg diobservasi jumlahnya terbatas 4. Pengamatan dpt dilakukan selama 24 jam penuh Data yg terkumpul = akurat, valid, uptodate Data diolah&dianalisis oleh Panitia Medik Pengendalian Infeksi disajikan/diinformasikan kpd MRS u/ digunakan sbg bahan pertimbangan penyusunan/penyempurnaan kewaspadaan standar yg ada. TUJUAN SURVEILANS • • Harus memiliki tujuan yg jelas & ditinjau secara berkala menyesuaikan situasi, kondisi & kebutuhan yg telah berubah. Perubahan yg mungkin terjadi: a. Adanya infeksi baru b. Perubahan kelompok populasi pasien perlu penerapan cara intervensi medis lain yg berisiko tinggi. c. Perubahan pola kuman penyakit d. Perubahan pola resistensi kuman terhadap antibiotik Tujuan Surveilans IRS a. b. c. d. e. f. g. Mendapatkan data dasar Infeksi Rumah Sakit (IRS) Menurunkan Laju infeksi IRS Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) IRS Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang memerlukan penanggulangan Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di RS Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS METODE SURVEILANS IRS 1. Berdasarkan Jenis datanya a. Surveilan hasil (outcome), adalah: surveilans yg memantau laju angka IRS Pelacakan Kasus Surveilans di RS memiliki efektivitas & efisiensi yg lebih baik. 1.Efektif kasus diamati dg mudah dpt diprediksi 2.Efisien medan pengamatan yg terbatas & tenaga pengamat yg siap 24 jam & dekat dg objek pengamatan Potret kerentanan penderita “ pasien memiliki px dasar (px yg memaksa penderita masuk RS) & disertai px lain yg masing2 px dpt disertai/tdk disertai dg komplikasi+ dg perjalanan klinis yg lain (perjalanan penyakit yg lama, keadaan umum, status gizi yg buruk) Faktor Predisposisi yg harus dipahami oleh petugas • Semua prosedur & tindakan medis dpt bersifat invasif dr bentuk yg sederhana sampai kompleks, jika tdk dikerjakan dg baik memiliki faktor risiko bagi penderita. Faktor internal : faktor predisposisi Faktor eksternal : faktor risiko Faktor internal Faktor predisposisi Berat Ringan Berat A B Ringan C D Faktor eksternal Faktor Risiko Penderita A = faktor predisposisi : berat faktor risiko : berat Penderita B = faktor predisposisi : ringan faktor risiko : berat Penderita C = faktor predisposisi : berat faktor risiko : ringan Penderita D = faktor predisposisi : ringan faktor risiko : ringan Dapat disimpulkan : Penderita A memiliki INOS paling besar Penderita D memiliki peluang terkena INOS paling kecil Penderita B & C memiliki peluang terkena INOS antara penderita A & D Dgn pertimbangan klinis secara umum, faktor predisposisi yg dikategorikan memiliki nilai berat : a. Luka bakar yg luas b. Kanker stadium lanjut Tindakan invasif sekecil c. DM dg banyak komplikasi Apapun akan menimbulkan INOS dg sangat mudah d. Penderita dg gangguan imunitas (HIV/AIDS) Beberapa prosedur & tindakan medis dg faktor risiko berat sbb : 1. 2. 3. 4. Tindakan bedah Jenis pembedahan : terkontaminasi & kotor Prosedur endoskopi Persalinan Dengan mengenal faktor predisposisi & faktor risiko dpt diperhitungkan/diprediksikan sejauh mana kemungkinan terjadinya INOS dg cara : 1. mengamati manifestasi klinis 2. manifestasi laboratoris/mikrobiologis 3. manifestasi rontgenologis. u/ mempermudah & memperlancar pelaksanaan surveilans setiap penderita memiliki Lembar Pengumpulan Data (LPD) dg format sbb : Lembar Pengumpulan Data a. Kamar/ruangan/bangsal perawatan b. Biodata Tanggal MRS Diagnosis penyakit dasar Komplikasi penyakit Penyakit lain yang menyertai Keadaan umum penderita Menjalani tirah baring (imobilisasi) Prosedur tindakan invasif c. d. e. f. g. h. i. Prosedur dan tindakan medis Tanggal Jenis/macam tindakan invasif Dilaksanakan di I : 1. umum 2. isolasi 3. intensif : nama, umur dst : ……………………………. : …………………………….. : …………………………….. : …………………………….. : bak/cukup/kurang/buruk : ya / tidak : II III j. Manifestasi klinis/laboratorium/rontgenologis : Manifestasi Klinis Laboratorium Rontgenologis Waktu Tanggal :…………… Tanggal :…………… Tanggal :…………… k. Diagnosis infeksi nosokomial l. Tanggal KRS : 1. ………………………………………….. 2. ………………………………………….. : …………………………………………….. Tiga kriteria terkait masalah INOS yaitu : 1. Penderita tidak terjangkit INOS 2. Penderita terjangkit INOS dengan manifestasi klinis & manisfestasi lainnya terdeteksi saat penderita masih menjalani asuhan keperawatan 3. Penderita terjangkit INOS, namun manifestasi klinis & manifestasi lain muncul setelah penderita dinyatakan sembuh dr penyakit dasarnya serta sudah diizinkan pulang (KRS). Bila penderita masuk RS lg pada RS yang sama hanya krn kasus munculnya manifestasi klinis INOS yg terjadi dlm 10 hari pertama setelah KRS, maka ttp dikategorikan sbg INOS Pertemuan ke-9 SURVEILANS INOS Part 2 Liena Sofiana, S.KM, M.Sc METODE SURVEILANS Metode Surveilans berdasarkan cara melaksanakan surveilans METODE SURVEILANS Metode Surveilans berdasarkan waktu pelaksanaan surveilans 1. Berdasarkan Cara Melaksanakan Surveilans a. Survei Pasif o o o RS dg keterbatasan SDM sering melakukan surveilans pasif Tenaga medis yg melakukan perawatan pasien diminta u/ melaporkan kasus2 kepada Komite Pengendalian Infeksi/Administrator RS Komite tsb tinggal menjumlahkan saja Metode ini sangat tdk akurat, walaupun dr segi biaya lebih murah sering terjadi perbedaan persepsi/tdk terlaporkan b. Survei Aktif o o o Sangat dianjurkan, walaupun mempunyai tingkat kesulitan dibanding survei pasif Survei aktif memberikan hasil akurasi data & interpretasi data yg lebih baik Ditinjau dari aspek pembiayaan cukup mahal 2. Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Surveilans a. Survei Berkala o o o Dilaksanakan scr berkala pd unit2 yg berbeda dlm kurun waktu yg berbeda Biasanya diambil angka kejadian pokok : “jumlah pasian yg terkena INOS dlm kurun waktu ttt dibandingkan thdp jumlah pasien yg disurvei” Frekuensi survei disesuaikan dg program pengendalian INOS secara keseluruhan b. Survei per Bagian yang Berlangsung Terus Menerus (surveilans bersasaran) o o o o Mencakup semua metode yg ber7an u/ mendapatkan suatu angka kejadian yaitu jumlah kasus baru INOS dlm kurun waktu ttt atas populasi yg berisiko. Biasanya dilakukan pd daerah dg risiko infeksi yg tinggi shg pencegahn dpt dilaksanakan Pemilihan lokasi ditentukan oleh jenis unit/berdasar kekbalan bakteri thdp antibiotik ttt. Lebih hemat pd sasaran ttt Lanjuuuut… o Dalam survei untuk menentukan angka kejadian, ada bermacam2 metode dlm mengidentifikasi kasus : 1) Pengamatan thdp kasus2 prospektif Cara paling akurat sangat fleksibel & informative & menggunakan data baru Program pengendalian yg disusun sangat sesuai krn kejadiannya baru saja terjadi, tapi mahal Dengan cara mengamati semua kasus yg terjadi dlm populasi yg berkala selama pasien msh dirawat di RS. Cara ini sering dijadikan standar terbaik, tp butuh SDM cukup besar 2) Pengamatan terhadap Kartu Rekam Medik o o o Perlu penetapan kriterianya misalnya meningkatnya suhu tubuh kemudian baru ditentukan pasien mana yg akan diamati lebih lanjut. Metode ini cukup akurat bg RS yg memiliki perawatan yg lengkap, tp sangat tergantung pd kelengkapan pengisian rekam medik & akurasi data dlm pengisiannya Metode ini tdk menggambarkan permasalahan yg terjadi sesuai dg waktu kejadian – karena sifatnya retrospektif 3) Pengamatan pasien yg menggunakan antibiotik o Pasien dg infeksi akan mendapatkan antibiotik shg petugas survei hanya tinggal mengamati pasien2 yg menggunakan antibiotik o Daftar pasien bisa didapatkan di bagian farmasi 4) Pengamatan thdp pasien yg mempunyai sampel bakteri o Pasien yg memiliki sampel bakteri terisolasi di Lab shg petugas survei dpt meminta daftar pasien dr bagian Lab sblm mengunjungi tempat perawatan. o Tingkat akurasi metode ini sangat tergantung pd intensitas pengambilan spesimen & kualitas Lab RS c. Survei yang Dilaksanakan Pada Saat Tertentu (Point Surveilans) o Cara ini dilaksanakan dg menghitung jumlah kasus lama & kasus baru yg terjadi dlm jangka waktu yg spesifik atau pada suatu saat ttt. PELAKSANAAN KEGIATAN SURVEILANS Pelaksanaan kegiatan surveilans Setelah proses identifikasi memproses LPD yang ada, agar „dapat dibaca‟ oleh pihak manajemen RS. 4 Tahap pemprosesan data : 1. Tahap pengumpulan data data dr tiap2 penderita yg tertulis pada LPD dikumpulkan 2. Tahap pengolahan data kemudian diolah u/ dipilah2 (tabulasi) dg memerhatikan berbagai faktor (keperawatan, prosedur & tindakan medis serta mikroba patogen) 3. 4. Tahap analisa data tahap u/ mendalami data yg telah diolah dg menelusuri penyebab sbg pemicu timbulnya INOS Tahap penyajian data & rekomendasi ini tahap yg penting bagi pihak Manajemen RS kesimpulan disertai rekomendasi ttg usulan perbaikan manjemen pelayanan medis u/ menekan angka kejadian INOS & menghindari KLB Kegiatan diatas akan terkumpul sejumlah data yg tertuang dlm angka2 adanya penjabaran secara matematis sbg alat ukur pembanding kejadian dari waktu ke waktu dg menggunakan variabel: PERSON, TIME & PLACE. Berdasar ke-3 variabel tsb, maka laporan pengamatan INOS disusun dg penjelasan sbb: a. Person/penderita Semua penderita yg sedang menjalani asuhan keperawatan. Tdk semua terjangkit INOS, tp ada diantaranya dpt terjangkit lebih dari satu macam kasus. Variabel ini hrs dikerjakan dg cermat, mengingat banyak hal yg harus dipilah2 dg memerhatikan : 1. 2. Faktor predisposisi & faktor risiko Kesimpulan ada tidaknya INOS melalui pengamatan manifestasi klinis yg ditunjang dgn laboratorium/mikrobiologis & rontgenologis b. c. Place/Tempat Yaitu di ruangan/bangsal perawatan umum : ruangan/bangsal perawatan penyakit dalam, bedah, anak, ruangan/bangsal perawatan intensif & ruangan/bangsal perawatan isolasi. Time/waktu Waktu pengamatan dibatasi sesuai dg interval penyusunan laporan yg disepakati. Jadi laporan dibuat secara berkala dpt disiapkan & dilaporkan setiap bulan atau setiap 3 bulan sekali (4x setahun). kesepakatan interval waktu ini banyak ditentukan oleh jumlah penderita yg diamati atau situasi yg mendesak (KLB). Selanjutnya…. Panitian Medik Pengendalian Infeksi meneliti LPD & menetapkan ada tidaknya INOS diantara penderita2 yg ada di ruangan/bangsal perawatan. Sebuah penelitian menyebutkan, bahwa terjadi presentase masing2 INOS sbb : 1. 2. 3. 4. 5. ISK ILO Infeksi Saluran Napas Bakteremia Lain2 : ± 50% : ± 25% : ± 12,5% : ± 6,25% : ± 6,25% Setelah selesai dlm menetapkan INOS, kemudian dilanjutkan dg tahap2 surveilans dibuat rancangan laporan berkala. Pada laporan dimuat : penderita baru (penderita yg masuk RS & menjalani asuhan keperawatan pd kurun waktu laporan berkala) & penderita lama (penderita yg telah menjalani asuhankeperawatan pd kurun waktu laporan berkala sebelumnya & dilanjutkan pd kurun waktu laporan berkala saat ini) A B C D E F G Trisemester I Keterangan : Trisemester I Trisemester II : penderita baru : B, C, D penderita lama : A, G : penderita baru : E, F penderita lama : C, D, G Trisemester II Alat ukur u/ menilai keberadaan & perkembangan INOS : 1. a. Berorientasi pd penderita baru Menggunakan kurun waktu pengamatan sesuai kesepakatan : b. Bila ada ancaman yg terjadi secara mendadak / kasus outbreak (sesaat) : ∑ penderita baru Incidence Rate : ∑ penderita berisiko ∑ penderita baru Attack Rate : ∑ penderita berisiko 2. a. Berorientasi pada penderita lama & baru Menggunakan kurun waktu pengamatan sesuai kesepakatan : ∑ penderita lama+baru Period prevalence : ∑ keseluruhan penderita b. Bila kurun waktu pengamatan terjadi hanya sesaat : ∑ penderita lama+baru Point prevalence : ∑ keseluruhan penderita Dgn mengetahui IR dan PR diketahui sejauh mana kewaspadaan standar diterapkan di semua unit kerja pelayanan medis Dgn mengetahui IR akan diketahui frekuensi INOS yg terjadi pd kelompok penderita2 berisiko. Shg dpt diperoleh informasi mengenai : 1. Jenis INOS yg palinng sering muncul 2. Tindakan medis invasif yg paling berisiko 3. Peta mikroba patogen 4. Faktor predisposisi yg paling rentan Dgn PR memberikan gambaran menyeluruh/gambaran umum keberadaan INOS pd kurun waktu ttt. Rekomendasi kebijakan yg perlu diputuskan u/ mengoreksi kelemahan Manaj. Pelayanan medis yg sdh berjalan & u/ meningkatkan implementasi kewaspadaan standar Kewaspadaan Standar Dengan SE adanya korelasi sebab-akibat Shg dpt diketahui adanya kesalahan2 teknis dlm implementasi pencegahan infeksi. Sumber2 kesalahan2 tsb adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Perilaku petugas sendiri Prosedur penggunaan perlengkapan pelindung diri Prosedur dekontaminasi, desinfeksi, atau sterilisasi peralatan medis Prosedur persiapan penderita sebelum tindakan pembedahan Manajemen kamar bedah Pedoman kerja (kewaspadaan standar) berjuan u/ mencegah infeksi DESINFEKSI & STERILISASI DI RUMAH SAKIT PENDAHULUAN RS sebagai tempat perawatan dan penyembuhan pasien, ternyata rentan terjadinya infeksi penyakit RS tempat dg derajat kontaminasi yg cukup tinggi. Sumber kontaminasi utama di RS umumnya adalah manusia (limbah dari proses kehidupan seperti urine, tinja, semburan pernafasan). Kontaminasi dapat Terjadi : 1. 2. 3. Udara Udara kering ≠ tempat yg baik untuk kehidupan mikroorganisme, ada uap air, udara dapat menjadi media penularan penyakit. Air Tempat pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme dan dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit. Ruangan & Bangunan Dinding, plafon, lantai, saluran pembuangan, pintu, jendela yang tidak dibersihkan dan didesinfeksi mudah ditumbuhi jamur dan bakteri. 4. 5. 6. Perlengkapan/Peralatan Hampir semua peralatan di RS dpt ditempati & ditumbuhi mikroorganisme. Jenis & jml tergantung pada sumber kontaminasi sebelumnya, & temperatur lingk Personalia bisa terjadi kontaminasi yang bersumber dari kulit, tangan, rambut, & pernafasan petugas. Jumlah mikroorganisme akan meningkat bila terdapat lukaluka terbuka. Pasien Pasien yang telah terinfeksi sumber penularan bagi dirinya sendiri dari bagian satu ke bagian lainnya dari tubuhnya atau kepada pasien lain. DESINFEKTAN Semua peralatan yg digunakan di RS perlu didisinfeksi kamar & peralatan (kamar bedah, ruangan/bangsal perawatan, meja operasi, peralatan non medis). Syarat desinfektan : 1. Daya absorpsinya rendah pd karet, zat2 sintetis, & bahan lainnya 2. Tdk korosif (bereaksi secara kimiawi) thdp alat2 medis 3. Toksisitasnya rendah thdp petugas 4. Baunya tdk merangsang Jadi, disinfektan harus cukup aman thdp petugas serta tdk berpengaruh pd peralatan medis. PROSEDUR PENANGANAN 1. Fase Dekontaminasi 2. Fase Pembersihan /Cleaning 3. Sterilisasi 1. Dekontaminasi Proses menghilangkan atau membunuh mikroorganisme shg peralatan aman saat ditangani oleh petugas pd fase berikutnya (fase pembersihan) Dilakukan sebelum cleaning Langkah pertama dalam menangani benda tercemar Merendam dalam larutan klorin 0.3% 10 menit Tujuan Dekontaminasi Melindungi petugas yang menangani instrumen Meminimalkan resiko penularan virus Menon-aktifkan HBV, HCV dan HIV Tip Dekontaminasi Gunakan APD sebelum bekerja Gunakan wadah plastik mencegah tumpul dan mencegah karat Jangan merendam instrumen logam Cuci instrumen segera setelah didekontaminasi dengan air dingin 2. Pembersihan/Cleaning Proses menghilangkan benda asing (misal, kotoran, bahan organik, darah dsb), dgn: larutan sabun atau detergen bilas dg air dikeringkan Bila tidak dicuci bersih, sterilisasi/disinfeksi tidak efektif Sabun atau deterjen menghilangkan protein, minyak dan lemak Tip Pembersihan Gunakan APD Buka kunci/engsel pada instrumen Bersihkan instrumen dalam air Bilas dengan air mengalir Letakkan diatas kain bersih & keringkan 3. DISINFEKSI PENGERTIAN 1. sebagai proses menurunkan jumlah mikroorganisma penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimiawi . 2. suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam & menjemur dg tujuan mencegah terjadinya infeksi, & mengondisikan alat dlm keadaan siap pakai. Kemampuan desinfeksi ditentukan waktu sblm pembersihan objek, tipe & tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi & waktu pemaparan, kealamian objek, suhu, & derajat pH. Setiap proses desinfeksi didahului dg proses menghilangkan sebagian besar kuman yg trdpt pd permukaan benda & sisa kuman yg sedikit akan lebih mudah dibunuh oleh zat bahan desinfektan. Mekanisme Kerja Disinfektan Beberapa hal yg harus diperhatikan saat melakukan disinfeksi peralatan medis adalah : 1. 2. 3. 4. 5. Larutan disinfektan bersifat sangat mudah menguap shg ventilasi ruangan perlu diperhatikan. Pengenceran disinfektan hrs sesuai dg petunjuk & setiap aplikasi hrs dibuat pengenceran baru. Hindari kontak langsung tangan petugas dg larutan disinfektan sarung tangan. Seluruh permukaan peralatan yg akan didisinfeksi hrs kontak dg disinfektan termasuk rongga2 Lamanya waktu proses disinfeksi hrs tepat. Disinfeksi organisme2 dihancurkan/dimatikan sampai pada level yang tidak membahayakan untuk manusia Dapat dilakukan dengan : - Cara2 Fisik : * direbus * penguapan suhu rendah * pasteurisasi 60-80° C - Pembersihan dan pemanasan - disinfeksi kimia Disinfeksi Kimia Disinfeksi Kimia * Zat berbahaya bila kontak kulit, mata, membran mukosa * bila mungkin disinfeksi panas lebih baik daripada kimia * harus baru, konsentrasi benar Disinfeksi Tingkat Tinggi (high level disinfectans) disinfeksi yg bisa digunakan untuk sterilisasi Desinfeksi pada lingkungan rumah sakit dilakukan pd: Permukaan alat- alat kesehatan misalnya: tombol- tombol alat kesehatan, alat- alat radiologi, alat- alat laboratorium. Permukaan alatalat yang terkontaminasi dengan darah, produk darah, atau cairan tubuh memerlukan proses desinfeksi tingkat menegah. Metode desinfeksi yang digunakan dg cairan senyawa chlorin, alcohol, glutaraldehid, hydrogen peroksida, formaldehid, senyawa phenol, dan yodium. Lanjut... Permukaan alat- alat rumah tangga misalnya: dinding, lantai, tempat cuci tangan, permukaan meja. Kontaminasi dg nanah, darah, produk darah, urine, cairan tubuh, & tinja pada permukaan alat- alat rumah tangga perlu desinfeksi tingkat menengah. Metode desinfeksi yang digunakan sama dengan desinfeksi pada permukaan alat- alat kesehatan (Depkes RI, 2002). Kondisi yang mempengaruhi efektifitas disinfektan Waktu pemaparan (durasi) Konsentrasi desinfektan Tingkat keasaman & kebasaan (pH) disinfektan Jumlah organisme Jenis organisme Kecepatan reaksi Kondisi air Pemakaian disinfektan perlu diperhatikan keadaan kulit iritasi dan daya korosif Macam Disinfektan : 1. Alkohol etil & isopropil alkohol dg konsentrasi optimal 60-90%. cukup efektif u/ membunuh semua mikroba patogen. tdk korosif pd logam. cepat menguap shg waktu kontak sangat singkat Dpt merusak bahan2 dr karet atau plastik banyak dipakai sbg disinfektan u/ peralatan spt termometer, probe USG 2. Klorin 3. kemampuannya menginaktivasi mikroba patogen cukup luas efek kerjanya cepat sangat bermanfaat u/ dekontaminasi peralatan medis, sarung tangan, peralatan non medis Formaldehid “formalin”, konsentrasi efektif 8% Daya menginaktivasi mikroba patogen cukup luas Dpt menyebabkan iritasi pd mata, kulit, pernafasan Tidak korosif thd peralatan metal 4. Glutaraldehid 5. Bersifat iritatif thdp kulit, mata & pernafasan Tdk bersifat korosif thdp peralatan metal Perlu ventilasi yg baik krn baunya yg menyengat Yg sering digunakan = formaldehid 2% Fenol Umumnya digunakan u/ disinfeksi lantai, dinding, permukaan meja Nama umumnya “Lysol” Kesalahan2 pada penggunaan disinfektan Perendaman alat Menggunakan disinfektan sbg cairan steril Over-usage pd pembersihan lingkungan Penyimpanan tdk tepat : - tdk ada tgl kadaluarsa - pengisian botol disinfektan - botol terkontaminasi Cairan pengencer terkontaminasi Pembersihan yg kurang, sebelum dilakukan disinfektan Menggunakan disinfektan untk mengganti sterilisasi Pencampuran yg tdk tepat & overconcentration Pemakaian disinfektan yg tepat di RS Perumusan pedoman disinfektan jenis dan penggunaannyaa Implementasi program - pembagian & penyimpanan yg tepat - edukasi penggunaan disinfektan Peninjauan & memperbaharui secara periodik : - cara penggunaan - disinfeksi alat2 baru - mikroorganisme baru 4. STERILISASI PENGERTIAN 1. suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang dimana pada akhir proses tidak dapat ditunjukkan adanya mikroorganisme hidup pada bahan atau barang tersebut (Depkes RI, 2002). 2. upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. 3. Tindakan untuk membunuh kuman patogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan c:ara merebus, stoom, panas tinggi, atau bahan kimia. Jcnis stierilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (Formalin, fl z02), radiasi ionisasi. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan: pemanasan basah (dengan dimasak pada air mendidih, dengan menggunakan uap air pada suhu 100ºC, dengan uap air jenuh pada tekanan tinggi atau autoclave), dan panas kering (dengan pemijaran dan udara kering atau oven). Bahan kimia: gas etilen oksida, dan formaldehid. Penyinaran: sterilisasi dengan sinar UV, sinar Gama, sinar X dan sinar katoda. Penyaringan: dengan polimer selulose (MF Milipore, Poli hidrokarbon Teflon), dan High efficiency particular air (Hepa)udara untuk ruangan aseptik juga disterilkan dengan cara penyaringan ini RESIKO ALAT2 THDP PASIEN Risiko Definisi Alat-alat Metoda Tinggi Kontak dg kulit & membran mukosa rusak/luka Alat-alat bedah Sterilisasi autoclav, disinfektan tk tinggi Medium Kontak dg kulit & mukosa yg intak Alat endoskopi, pipa ventilator (tube) Disinfeksi disinfektan kimIA Rendah Tdk kontak dekat dgn pasien Lantai, dinding, tempat tidur Pembersihan fisik Pertemuan 11&12 SANITASI RUMAH SAKIT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Definisi Sanitasi Rumah Sakit : Sanitasi : 1. suatu cara u/ mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dg jalan memutuskan mata rantai dari sumber. 2. usaha kesehatan masyarakat yg menitikberatkan pd penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan Kesehatan lingkungan RS : “Upaya penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).” Tindakan-tindakan tersebut meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Penyediaan air bersih Penyediaan air pada kegunaan khusus Pengelolaan limbah cair Pengelolaan sampah Pengelolaam limbah klinis Penyehatan makanan/minuman Pengelolaan linen Pengelolaan sanitasi ruang bangunan dan non medis Pengendalian serangga 1. Penyediaan Air Bersih Pengertian air bersih : Adalah air yang layak dikonsumsi oleh manusia dan memenuhi persyaratan fisik, biologis, kimia dan radioaktif (Permenkes No.1 tahun 1975) Kebutuhan air bersih di rumah sakit : • • • 500 – 900 liter per tempat tidur Sumber air : disarankan berasal dari perusahaan air minum, akan tetapi sebaiknya ada cadangan yang diupayakan sendiri oleh pihak rumah sakit, yang bisa berasal dari air tanah (apabila kualitasnya baik) atau air permukaan yang diolah. Untuk dapur dan laundry : 60 % berupa air panas. 2. Penyediaan air Pada Kegunaan Khusus Latar Belakang : Rumah sakit memerlukan mutu air lebih dari mutu keperluaan sehari-hari, terutama untuk unit-unit khusus. Unit-unit khusus tersebut antara lain : 1. Laboratorium 2. Instalasi Farmasi 3. Unit Cuci Darah 4. Unit perawatan 5. Unit Bedah 6. Laundry Kontaminasi Air Pada Kegunaan Khusus 1. 2. 3. 4. 5. Bahan kimia • Khlorin : kontaminan pembuatan media mikrobiologi • Fluoride : penyebab perubahan bentuk tulang apabila dipergunakan untuk dialisis ginjal Mikroba • Bebas bakteri coli bukan berarti bebas semua bakteri, penggunaan air steril akan mencegah penyebaran bakteri Bahan organik • Bahan organik dalam air akan dapat menimbulkan kesalahan pembacaan haemoglobin Pyrogen (bahan yang dapat meningkatkan suhu/demam) • Dihasilkan oleh bakteri batang gram negatif Gas • Gas amoniak dan khlorin dapat mempengaruhi ketepatan uji uric acid, bilirubin dan senyawa protein-iodine. METODE PENGOLAHAN AIR RUMAH SAKIT Tergantung kebutuhan : 1. Saringan karbon : untuk menghilangkan bau dan dekhlorinasi 2. Pertukaran ion :air yang akan diolah dilewatkan dalam kolom silendris yang berisi granula dan resin sehingga terjadi pertukaran ion. 3. Destilasi : menguapkan dan mengkondensasikan 4. Saringan membran : air dilewatkan membran porous sub mikron (0,025 – 8 µ, tergantung partikel mikroskopis yang hendak dihilangkan) 5. Reverse osmosis : larutan encer dipisahkan dari larutan kental dengan membran semi permiable (0,02-0,05 µ). Membran akan membiarkan bahan kimia tertentu untuk melewatinya dan secara bersamaan mengeluarkan yang lain. karbon destilasi Reverse osmosis membran 3. Pengelolaan Limbah Cair Pengertian : Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikro-organisme pathogen, bahan kimia beracun dan zat radio aktif. Dampak : • Bahan-bahan yang tercemar seperti bedpan, hewan percobaan dapat mencemari ruangan. • Percikan penyiraman toilet dapat mencemari lantai, dinding kemudian melalui penguapan akan terbawa masuk ke ruangan Konsekuensi : • Limbah cair rumah sakit harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang. PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT 1. Saluran air limbah, terdiri dari : • Perangkap gas : penahan bau dan serangga. Berbentuk huruf U yang berisi air • Penuntas : diletakkan di bagian bawah huruf U untuk membersihkannya. • Klep pencegah aliran balik • Sumur penampung sementara, sebelum dipompa ke saluran induk (rapat dan dilengkapi dengan ventilasi) • Sambungan tidak langsung : untuk mencegah aliran balik seperti pada autoclave, mesin es, ketel uap. • Ventilasi : diletakkan 30 cm di atas atap, tidak diletakkan dekat pintu, jendela. PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT 2. Pengolahan limbah khusus : Limbah radio aktif : bila berumur pendek, disimpan sampai masa dipadatkan dengan absorben kemudian dibuang sesuai aturan BATAN. Limbah infeksius : dipanaskan (murah) atau didesinfeksi, sebelum dibuang terlebih dahulu didinginkan asam : sebelum dibuang diencerkan 50 X Penangkap lemak Limbah cair bersuhu tinggi : didinginkan terlebih dahulu Bahan asam dan korosif : diencerkan terlebih dahulu dan dibuatkan saluran dari bahan khusus. 4. Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Jenis sampah rumah sakit : 1. Sampah klinis/medis : a. Sampah infeksius : syringe, jarum, bahan habis pakai (pembalut, kapas, dll) dari ruang perawatan, laboratorium, jaringan tubuh b. Sampah toksik : bahan kimia dan bahan farmasi tertentu 2. Sampah non klinis : a. Sampah garbage : sisa makanan/bahan pangan b. Sampah Rubbish : kertas, kardus, kaleng, gelas, dll PEMILAHAN LIMBAH Benda tajam medis non-tajam non-medis Botol kaca dan plastik infus DEKONTAMINASI Penghancur Jarum Incenerator TPA REUSE SAMPAH KLINIS Penggolongan sampah klinis/medis : • Golongan A : pakaian bedah, swab, linen dari penyakit infeksi, jaringan tubuh, bangkai/jaringan hewan percobaan . Golongan B :Syringe bekas, jarum. • Golongan C : limbah laboratorium dan post-martum (kecuali yang masuk golongan A) • Golongan D : bahan kimia dan bahan farmasi • Golongan E : pelapis bed-pan disposible, urinoir, stomabags. CATATAN : Pemusnahan sampah klinis sedapat mungkin dilakukan pembakaran dengan incenerator pabrikan. 5. PENGELOLAAN SAMPAH/LIMBAH KLINIS Pemisahan limbah/sampah : Sebelum dikelola lebih lanjut, sebaiknya sampah/limbah dipisahkan sesuai dengan jenisnya dengan cara memasukkan ke dalam kantong/wadah dengan warna yang berbeda, contoh : 1. Warna hitam : sampah dari dapur, kegiatan pengunjung seperti : sisa makanan, kemasan makanan/minuman, kertas, dll 2. 3. 4. Warna biru (dibuat tahan benda tajam) : sampah benda tajam seperti : syringe bekas, ampul obat bekas, jarum Warna kuning : sampah toksik seperti : botol/wadah obat, sampah farmasi, sampah, sampah laboratorium non infeksius. Warna merah : sampah infeksius seperti jaringan tubuh, Pengangkutan dan Penampungan Sampah Klinis 1. Pengangkutan : sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. 2. Persyaratan tempat penampungan sementara : • Di tempat/lokasi strategis • Tempatnya kering/mudah dikeringkan, lantai kedap air, ada sarana pencuci. • Aman dari orang yang tidak bertanggung jawab, serangga dan tikus. 3. Persyaratan troli kereta pengangkut : Permukaan licin, rata dan kedap air Tidak dapat menjadi sarang serangga Mudah dibersihkan dan dikeringkan Sampah tidak menempel pada alat angkut Sampah mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali PEMUSNAHAN/PENGOLAHAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH Pemusnahan/Pengolahan 1. Insinerasi 2. Desinfeksi secara kimiawi 3. Dengan autoklaf 4. Iradiasi dengan microwave Pembuangan akhir 1. Landfill 2. Dikubur PENGHANCUR JARUM 6. PENYEHATAN MAKANAN/MINUMAN Penyehatan makanan/minuman di rumah sakit : Adalah upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan-bahan lain sehingga dapat dicegah/dihindari terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan. Penyakit /masalah kesehatan akibat makanan/minuman di RS : 1. Penyakit yang disebabkan oleh kuman : Salmonellosis, Hepatitis dll 2. Keracunan bahan kimia : logam berat, pestisida, detergen 3. Alergi makanan/minuman Makanan/minuman potensial berbahaya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Makanan mengandung bahan campuran protein : media yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman Makanan terpotong-potong kecil : mudah terkontaminasi Makanan yang sering dijamah dengan tangan Bahan adonan seperti mayonise dan cream Makanan menginap : di rumah sakit hendaknya dihindari makanan yang menginap Makanan yang diolah dalam suhu rungan yang optimal untuk pertumbuhan kuman Makanan yang diolah dalam jumlah banyak, sehingga memperpanjang waktu untuk menjadi dingin Makanan yang tidak mendapat pemanasan cukup pada saat disajikan. Pencegahan Penyakit Ditularkan melalui Makanan 1. 2. 3. 4. 5. Pengamatan Pengelolaan Perlengkapan dan peralatan Persyaratan fisik bangunan dapur Penyelidikan penyakit 1. Pengamatan pada : Pengamatan dilakukan terhadap pengelolaan bahan makanan dan makanan yang meliputi kegiatan-kegiatan: a. b. c. d. e. f. Pengadaan bahan makanan Penyimpanan bahan makanan Pengolahan makanan Penyimpanan sementara Pengangkutan makanan Penyajian makanan 2. Pengelolaan makanan/minuman: a. Pengadaan bahan makanan : pilih yang berkualitas baik (kalau perlu diuji) b. Penyimpanan bahan makanan kering : • gudang berada di bagian lebih tinggi supaya tidak tergenang air dan terjaga kelembabannya • Tidak ada saluran alir di sekitar gudang untuk menghindari aliran balik atau meluapnya saluran • Disimpan pada rak-rak, terendah 20-25 cm dari lantai • Suhu dijaga kurang dari 70ºF dan kelembaban < 40 % • Anti tikus dan serangga. c. Penyimpanan di dalam lemari pendingin : • Disediakan ruang untuk meniris potongan-potongan dari freezer • Rak-rak diatur supaya makanan tidak saling berdesakan agar mendapatkan aliran udara dingin • Ukuran memadai dan diletakkan tidak berjauhan dari tempat pengolahan. d. Penyiapan makanan : 1) Penjamah makanan : a) Sehat dan tidak menjadi karier penyakit b) Terlatih c) Hygiene perorangannya baik : Mencuci tangan : • Sebelum bekerja • Sesudah menangani bahan makanan mentah/kotor atau terkontaminasi • Setelah dari kamar kecil • Setelah digunakan menggaruk, batuk atau bersin • Setelah makan/merokok Pakaian : • Mengenakan pakaian khusus • Pakaian kerja harus bersih dan tidak usang Kuku dan perhiasan : • Kuku dirawat dan dibersihkan • Tidak memakai perhiasan sewaktu bekerja Topi/penutup rambut • Menggunakan topi/penutup rambut • Mencegah kebiasaan mengusap/menggaruk rambut Lain-lain : • tidak merokok, batuk-batuk, garuk-garuk, dll 3. Perlengkapan dan peralatan a. Sarana bagi penjamah 1) Ruang ganti pakaian 2) Pakaian kerja 3) Ruang istirahat 4) Toilet 5) Tempat cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir dan sabun. b. Perlengkapan menetap 1) Perlengkapan merajang, blender, dll hendaknya dicuci di tempat 2) Perlengkapan lain seperti sendok, garpu, penggoreng, dll yang sulit dicuci/dibersihkan hendaknya selalu dikontrol dan diganti. 3) Bak pencuci peralatan sebaiknya terdiri dari : • Bak pertama berisi air panas bersuhu 110ºF dan deterjen • Bak kedua berisi air hangat untuk membilas • Bak ketiga berisi air panas bersuhu 170ºF untuk mencuci hama dengan cara merendam selama 30 detik. • Alaternatif pencuci hama : larutan khlorin 200 ppm atau yodium 25 ppm. Persyaratan deterjen : • • • • Cepat larut dan terurai dalam air Melunakkan dan mengkondisi air Menjadi desinfektans Melarutkan bahan organis dan anorgank 4. Persyaratan fisik bangunan dapur : a. Ventilasi, tujuannya : 1) Menjamin sirkulasi udara dalam dapur 2) Mencegah kondensasi 3) Mengurangi pertumbuhan jamur dan bakteri 4) Menyediakan ruang yang nyaman bagi pekerja 5) Membuang bau kurang sedap dan hawa panas 6) Mencegah tertumpuknya gas beracun b. Pencahayaan, tujuannya : 1) Dapat melihat dengan jelas lemak, kotoran, serangga 2) Mengurangi pertumbuhan jamur dan bakteri (pencahayaan alam). 7. Pengelolaan Linen Pengelolaan linen meliputi kegiatankegiatan : 1. 2. 3. Penggantian linen : sprei, sarung bantal, sarung guling, dll, harus diganti setiap hari atau pada saat tercemar muntahan, urin, dsb. Pengangkutan linen kotor : a. Linen kotor dimasukkan ke dalam kantong plastik b. Diangkut menggunakan kereta dorong (sebaiknya terpisah antara kereta linen kotor dan linen bersih) c. Kereta terbuat dari bahan stainless steel, sehingga mudah dicuci dengan steam. d. Kereta harus dicuci secara berkala Penyimpanan linen kotor : disimpan dalam ruangan yang memiliki lorong ke tempat pencucian. 4. Pencucian linen kotor : a. Penyortiran linen sejenis b. Linen sejenis dapat dicuci bersama, dengan tahapan : 1) Pembilasan pertama : dengan air dingin 2) Penyabunan : dilakukan dengan menggunakan air panas dengan suhu 150º - 170ºF selama 30 menit. 3) Pembilasan dengan larutan khlorin 100 ppm 4) Pembilasan akhir : • Menggunakan air panas dengan suhu 165º-170ºF. • Asam lemah sperti asam asetic atau sodium meta silikat akan menghilangkan deterjen yang melekat pada linen • Bisa ditambahkan bahan pelemas linen dan germisida. 5. Pengelolaan linen bersih : a. Pemisahan ruang penyimpanan linen bersih dan linen kotor b. Setelah pemerasan kemudian ke mesin pengering ke bagian seterika, pengepakan, dengan sesedikit mungkin kontak dengan pekerja, kalau perlu menggunakan sabuk berjalan. c. Pekerja menggunakan pakaian kerja yang bersih, mengenakan topi. d. Sesegera mungkin dipak/dibungkus dengan bahan plastik e. Pengepakan diupayakan jadi satu untuk kebutuhan pasien dalam sehari. f. Untuk linen ruang operasi, isiolasi, dll terlebih dahulu dilakukan sterilisasi. 8. SANITASI RUANG BANGUNAN 1. a. b. c. d. e. f. lantai, dinding, dan langit-langit : Lantai kedap air, tidak licin, tidak retak dan mudah dibersihkan Dinding berwarna terang dan bersih, permukaan halus tidak bergelombang atau bergerigi dan tidak retak Langit-langit berwarna terang dan bersih, bebas sarang labalaba Lantai harus selalu dibersihkan dengan pembersihan basah menggunakan kain pel yang menyerap debu dan germisida yang tepat; pembersihan hendaknya dilakukan pagi hari. Ruang perawatan dibersihkan segera setelah pembenahan tempat tidur. Dinding dibersihkan dengan menyemprotkan germisida, apabila terdapat percikan ludah, darah atau eksodat luka segera dibersihkan. 2. 3. Kualitas udara : Menjaga kualitas udara ruangan dengan cara : • Menyemprotkan secara aerosol : glyserin dll • Pemasangan saringan elektron-presipitator • Penggunaan lampu ultra violet. Ruang dan kabinet : a. Pengaturan ruang dan peralatan hendaknya menghasilkan ruang yang cukup dan peralatan yang tersimpan rapi, sehingga memberikan kenyamanan pelayanan, kenyamanan bagi pasien dan mengurangi risiko penyebaran penyakit infeksi b. Idealnya setiap ruangan hanya berisi 2 buah tempat tidur atau maksimal 4 buah tempat tidur c. Untuk ruang bayi : maksimum 10 – 12 basinet/ruang. 4. Sistem ventilasi dan air conditioning : a. Diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjamin suhu, alairan udara dan kelembaban yang nyaman bagi pasien. b. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis. • Exhaust fan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi. • Frekuensi pergantian udara 2 – 12 kali/jam • Pengambilan suplai udara dari luar minimal 8 ft di atas tanah, biala dipasang di atap minimal 3 ft dari atap (1 ft = 30,48 cm) • Exhaust diletakkan dekat lantai minimal 3 inchi dari lantai • Ventilasi ruang sensitif hendaknya dilengkapi dengan filter baik untuk udara keluar maupun masuk. 5. Kebersihan peralatan non-medis : a. Mebeler harus dibersihkan secara rutin setiap hari b. Wastafel harus dalam keadaan bersih dan tidak bocor. c. Lantai di bawah wastafel dijaga tetap kering, tidak licin dan bersih. d. Sikat dan peralatan pel harus selalu dibersihkan/dicuci dengan air bersih setiap kali habis dipakai dan dikeringkan. 6. Penerangan : penerangan listrik untuk ruangan menggunakan saklar deakt pintu masuk, sedangkan untuk individu saklar diletakkan di tempat yang mudah dijangkau. 7. Kebisingan : maksimal 69 dB A. 9. Pengendalian serangga dll Pengertian Upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus & binatang pengganggu lainnya shg keberadaannya tdk mjd vektor penularan penyakit. Persyaratan 1. Kepadatan jentik Aedes sp yg diamati melalui indeks kontainer harus 0 2. Tdk ditemukan lubang tanpa kawat kasa memungkinkan nyamuk masuk kedlm ruangan (ruang perawatan) 3. Semua ruang di RS hrs bebas dr kecoa (trutama dapur, gudang makanan, ruang steril) 4. Tdk ditemukannya tanda2 keberadaan tikus 5. Tdk ditemukannya lalat 6. Dilingkungan rs hrs bebas kucing & anjing AMDAL RUMAH SAKIT PROYEK SIPIL WAJIB AMDAL 1. PROYEK KE – PU-AN a. Real estate : > 25 ha u/kota metropolitan dan > 100 ha u/kota/kab b. Jalan tol u/semua besaran c. Jalan Propinsi/kabupaten > 25 Km d. Pelabuhan dan dermaga : > 300 meter e. Bandar Udara : semua besaran f. Jembatan : bentang > 500 meter g. Terminal type B dan A h. Bendungan I. TPA luas > 10 ha 2. 3. DIKNAS : GEDUNG PENDIDIKAN : luas bangunan > 10.000 m2 Diperindag : PUSAT PERDAGANGAN : luas bangunan > 10.000 m2 atau luas lahan > 5 ha 4. Dinas PARIWISATA : Hotel : kamar > 200 kamar 5. Dinas Kesehatan : Rumah sakit dengan bed > 200 atau RS type B dan A Pembangunan menyebabkan perubahan bentang alam, dengan berbagai kemungkinan dampak negatif (tidak bermanfaat) serta dampak positif (bermanfaat) bagi masyarakat sekitarnya Pemrakarsa berpegang pada prinsip Pre-cautionary Principle (prinsip kehati-hatian) sangat menyadari akan hal ini Agar pembangunan berwawasan lingkungan dapat tercapai, sebagai langkah awal Pemilik Proyek wajib menyusun dokumen AMDAL Kegiatan usaha yang diperkirakan menimbulkan dampak penting, a.l : pengubahan bentuk lahan dan bentang alam, proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup , serta kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya; (PP No.27 th 1999 ttg AMDAL) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 11 tahun 2006 KEGIATAN-KEGIATAN WAJIB AMDAL PENGANTAR Akhir-akhir ini ketentuan pemerintah yang menyatakan bahwa pada setiap kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting (positif atau negative) harus melakukn studi AMDAL. Melakukan studi AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan nampaknya banyak menimbulkan permasalahan, utamanya bagi yang tidak memahami atau atau belum mampu memahaminya. Bertolak dari pemikiran tersebut diatas, kiranya penjelasan mengenai AMDAL perlu disampaikan secara jelas agar pihak-pihak yang terkait di dalamnya akan mampu memahami apa arti AMDAL serta bagaimana melakukannya. PENGERTIAN AMDAL Adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (UULH No 23 tahun 1997) Usaha-usaha yang menimbulkan dampak besar dan penting : Pengubahan bentang alam dan bentuk lahan Eksploitasi SDA Proses dan kegiatan yang secara potensial akan memberikan pemborosan pencemaran dan kerusakan lingkungan Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, sosial ekonomi dan budaya serta lingkungan buatan Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi SDA dan/atau perlindungan cagar budaya Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan , jenis hewan dan jasad renik Pembuatan dan penggunaan bahan hayati atau non hayati Penerapan teknologi yang diprakirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan Peraturan Peraturan Menteri Kesehatan No.512/MENKES/PER/X/1990 tentang AMDAL Rumah Sakit di samping menetapkan pedoman teknis penyusunan AMDAL Rumah Sakit juga menetapkan penatalaksanaan AMDAL Rumah Sakit AMDAL Sesungguhnya AMDAL adalah sekedar sebuah alat yang melalui inilah pemerintah Indonesia berusaha dan memaksa industri, Rumah Sakit, Hotel, Sektor Pertambangan, Pembuat Jalan Tol, Pembangun Mall, Developer Perumahan, Pembuat Toko Buku Berlantai 7, Pembangun SPBU, Pembangun PLTU,dan sebagainya untuk membuat sendiri DOKUMEN AMDAL yang terdiri atas : 1. Kerangka Acuan (KA) AMDAL 2. Dokumen AMDAL 3. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) 4. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Apakah arti dari masing-masing tersebut diatas ? 1. KA AMDAL Adalah sekedar sebuah proposal atau rencana penelitian bila studi AMDAL itu benar-benar akan dilakukan. Dengan demikian didalamnya akan berisi : deskripsi kegiatan yang akan dilakukan oleh industri tersebut lokasi kegiatan luas tanah dan luas bangunan disiplin ilmu serta pakar-pakar yang terkait dalam studi AMDAL riwayat hidup pakar-pakar yang ikut dalam studi AMDAL Sertifikat AMDAL yang dimiliki oleh pakar-pakar atau konsultan AMDAL Metodologi penelitian AMDAL dsb Selanjutnya KA AMDAL ini dipresentasikan di depan Komisi AMDAL yang dibentuk oleh pemerintah yang terdiri atas berbagai unsur (LSM, Dinkes, Bapedal, Bapeda, masyarakat local, Kelurahan, dsb). 2. DOKUMEN AMDAL Adalah dokumen yang berisi hasil-hasil penelitian AMDAL, yang dalam banyak hal Dokumen AMDAL ini dibuat atau disusun oleh Tim Konsultan AMDAL yang mana tim ini dibayar oleh pihak industri yang disebut sebagai Pemrakarsa. Dengan demikian Tim Konsultan ini nanti yang akan menyajikannya di depan Komisi AMDAL dengan di dampingi oleh pemrakarsa. Tentu saja secara metodologis dan ekonomis dalam hal ini ada untung dan ruginya atau ada kelebihan dan kekurangannya bagi semua pihak. Dokumen AMDAL itu penuh dengan prakiraanprakiraan, karena memang pada prinsipnya keilmuan AMDAL itu adalah ilmu yang didasarkan pada ILMU-ILMU PREDIKSI ATAU ILMU-ILMU ESTIMASI.Hasil-hasil prediksi itulah yang akan dibahas oleh Komisi AMDAL bersama pemrakarsa dan konsultan di dalam rapat yang diselenggarakan oleh Komisi AMDAL. 3. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) Adalah rencana fungsi monitoring atau Pemantauan terhadap lingkungan yang harus dilakukan oleh pemrakarsa setelah Dokumen Amdal disepakati oleh Komisi AMDAL dan pemrakarsa. Contoh : - memantau jumlah bakteri di bangsal RS - memantau kualitas air di rumah sakit - memantau jumlah sampah padat di rumah sakit - memantau jumlah limbah cair di rumah sakit - memantau jumlah dan macam limbah medis di rumah - dan sebagainya 4. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) Adalah rencana fungsi manajemen atau pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan oleh pemrakarsa setelah Dokumen AMDAL disepakati oleh Komisi AMDAL dan pemrakarsa. Contoh: - mengelola jumlah bakteri di bangsal RS memakai SUV - mengelola kualitas air di RS memakai teknologi dari Jerman - mengelola sampah padat di RS memakai Incinerator buatan Korea - mengelola limbah cair RS memakai IPAL buatan Fakultas Teknik UGM - dan sebagainya Manfaat AMDAL Mengetahui adanya dampak suatu rencana kegiatan terhadap kualitas lingkungan hidup Mengetahui adanya dampak suatu rencana kegiatan terhadap kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan pertentangan Memberikan masukan bagi studi kelayakan teknis dan kelayakan ekonomi Memberikan informasi sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan suatu rencana kegiatan Pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan berdasarkan hasil pendugaan dan evaluasi dampak lingkungan yang dilakukan dalam proses penyusunan AMDAL Pelaksanaan pemantauan lingkungan yang diperlukan bagi penilaian ataupun pengawasan pelaksana pengelolaan lingkungan Langkah-Langkah dlm Studi AMDAL BAGAN ALIR PENYUSUNAN AMDAL Pengumpulan data dan informasi tentang : Rencana Usaha dan/atau kegiatan Rona Lingkungan Awal Proyeksi perubahan Rona Lingkungan Hidup Awal sebagai akibat adanya usaha dan/atau kegiatan Penentuan dampak besar dan dan penting tentang lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh rencana usaha dan/atau kegiatan Evaluasi dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup Rekomendasi/saran tindak untuk pengambil keputusan, perencana dan pengelola lingkungan hidup berupa : Alternatif usaha dan/atau kegiatan Rencana Pengelolaan Lingkungan Rencana Pemantauan Lingkungan 1. Langkah Pertama Persiapan, meliputi : a. Pembentukan Tim Penyusun b. Pemahaman mengenai peraturan perundangundangan yg berkaitan dg AMDAL, pedoman2, baku mutu lingkungan, rencana kegiatan yg akan dikaji c. Pengenalan keadaan umum lokasi kegiatan (pre survei) d. Penentuan ruang lingkup studi e. Penyusunan rencana kerja/ usulan teknis 2. Langkah Kedua Pengumpulan dan penyusunan informasi mengenai kegiatan yang akan dikaji (pemerian kegiatan), sekurang-kurangnya memuat : a. b. c. d. e. Nama dan alamat pemrakarsa kegiatan. Status, jenis, tujuan, dan kegunaan kegiatan. Lokasi kegiatan. Hasil (output) dan umur kegiatan. Uraian kegiatan mulai dari fase persiapan sampai operasi. f. g. h. i. Perkiraan biaya. Rencana operasional atau alur proses kegiatan. Rincian mengenai limbah kegiatan. Uraian tentang sistim pengelolaan limbah. 3. Langkah Ketiga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penentuan rona lingkungan awal u/ memberikan gambaran ttg kondidi lingkungan fisik, biologis, dan sosial di wilayah yg diperkirakan terkena dampak kegiatan, meliputi : Menetapkan komponen lingk yg akan dikaji Menetapkan metodologi pengukuran setiap komponen lingk Menyusun daftar isian & panduan2nya Menetapkan cara pengolahan & analisa data Persiapan peralatan & bahan2 Pelaksanaan pengukuran/penelitian di lapangan & analisa di Lab Pengolahan, analisis & penyusunan hasil 4. Langkah Keempat a. b. Identifikasi dampak yaitu mengidentifikasi komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak rencana kegiatan/komponen kegiatan. Pendugaan dampak lingkungan yaitu memproyeksikan perubahan komponen lingkungan yang mungkin terjadi akibat dilaksanakannya rencana kegiatan. 5. Langkah Kelima Evaluasi dampak lingkungan dan alternatif pengelolaannya, meliputi : a. Penentuan hubungan sebab akibat antara komponen rencana kegiatan dan komponen lingkungan dengan dampak yang mungkin ditimbulkan. b. Uraian alternatif pengelolaan dampak lingkungan. Dari langkah-langkah tersebut kemudian disusun laporan hasil studi yang berbentuk beberapa dokumen yang meliputi : KA ANDAL, ANDAL, serta RKL/RPL. LAPORAN HASIL STUDI AMDAL 1. Kerangka Acuan ANDAL Sesuai dengan pedoman teknis Kerangka Acuan ANDAL, harus disusun dengan sistimatika sebagai berikut : 1)Pendahuluan 2)Tujuan studi 3)Ruang lingkup studi 4)Metodologi 5)Tim studi ANDAL 6)Biaya 7)Waktu pelaksanaan 8)Daftar pustaka. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Sesuai dengan pedoman teknis secara sistimatis dokumen ANDAL rumah sakit harus memuat uraian tentang : Ringkasan: 1) Pendahuluan 2) Dasar pembangunan rumah sakit 3) Rencana rumah sakit 4) Rona lingkungan hidup awal 5) Perkiraan dampak penting 6) Evaluasi dampak penting 7) Kepustakaan 8) Lampiran 2. KESIMPULAN Dokumen AMDAL sebenarnya adalah kesepakatan antara pemrakarsa dengan Komisi AMDAL. Kesepakatan AMDAL adalah keharusan untuk dilakukan. Dalam banyak hal, ternyata Dokumen AMDAL hanya digunakan sebagai pusaka yang disimpan dalam almari yang hanya dilihat bila perlu saja.