Uploaded by User10357

Program NTT

advertisement
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Kode
Program Manual
Lembaga
Kode
Program
Kode Kegiatan
Kode
Output
Kode
Prioritas
PN/PB/PL
PROGRAM MANUAL
Juni 2016
Awal
Revisi
Kajian Pengembangan Pelabuhan 100 Teus Untuk Mendukung
Tol Laut Konektivitas Kawasan Industri di NTT
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
PUSAT TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI MARITIM
DEPUTI TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Juni 2016
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Program Manual
Desk Study Kajian Pengembangan
Pelabuhan 100 Teus Untuk Mendukung
Tol Laut Konektivitas Kawasan Industri di
NTT
Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim
Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Tahun 2017
3
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah kita panjatkan, sehingga Program Document ini dapat disusun
dengan baik.
Program Document ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam pelaksanaan
kegiatan ini. “Kajian Pengembangan Pelabuhan 100 Teus Untuk Mendukung Tol Laut
Konektivitas Kawasan Industri di NTT” merupakan kegiatan Non DIPA dari Pusat Teknologi
Rekayasa Industri Maritim Tahun Anggaran 2016.
Dalam pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan ini, kami banyak mendapatkan bantuan
baik materiil maupun spirituil dari banyak pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima
kasih kepada :

Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim Tahun
Untuk kesempurnaan hasil akhir dari kegiatan ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dalam pelaksanaan kegiatan ini di masa yang akan datang.
Yogyakarta, Juli 2016
Tim Penyusun,
4
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
A. DATA KEGIATAN
1.
Judul Kegiatan/
Desk Study Kajian Pengembangan Pelabuhan 100 Teus Untuk
:
Keluaran/Komponen
Mendukung Tol Laut Konektivitas Kawasan Industri di NTT
Tahun ke
:
Bidang Teknologi
RPJMRPJM 20102014
:
Tahapan
Kegiatan/Keluaran/K
omponen
Nilai Proposisi
(Value Proposition)
:
5.
PeranBPPT
(5 peran)
:
6.
Pelayanan
Teknologi (13 Jenis)
:
2.
3.
4.
:
:
1
Dari jangka tahun
2017 s/d 2019
Pangan
Kesehatan
Energi
Kelistrikan
Hankam
Material
Manufaktur
Research
Development
Engineering
1-State of The Art Technology
1-Intermediasi
Jenis
1. Rekomendasi
2.Advokasi
3.Alih Teknologi
4.Pengujian
5. Konsultansi
6.Jasa Operasinal
2-Technology
Clearing
House
Kuantitas
1

Energi Bahan
Bakar
Teknologi
Informatika dan
Komunikasi
Teknologi
Transportasi
Kebumian
Lingkungan
Kebijakan
Kajian Kelayakan
Lainnya :
.....................
Operational
Test
& Evaluation
2-Daya Saing Industri
3- Kemandirian Bangsa
3- Pengkajian
Teknologi
5-Solusi Teknologi
Tahun
2016
4-Audit
Teknologi
Jenis
Keterangan
Kuantitas
Tahun
8. Pilot Project
9. Pilot Plan
10. Prototipe
11. Audit Tek
12. Ref Teknis
13. PPBT
7. Survei
5
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
7.
Deskripsi Kegiatan
:
Urgensi Kegiatan:
Tujuan
1. Peningkatan utilisasi fasilitas serta kinerja operasional
pelayanan pelabuhan-pelabuhan utama pada koridor Nusa
Tenggara Timur dalam mendukung konektivitas koridor
2. Peningkatan peran pelabuhan-pelabuhan utama dalam
jaringan
trayek
nasional
dan
keterkaitannya
dengan
pelabuhan-pelabuhan feeder dalam skema jaringan rantai
Pasok
3. Rumusan
strategi
pengembangan
pelabuhan-pelabuhan
utama dan konsep tatanan jaringan transportasi laut pada
koridor
Nusa
Tenggara
Timur
sehingga
mampu
meningkatkan aksesibilitas pengelolaan Rantai Pasok
2.2. Sasaran
2.2.1. Sasaran kegiatan tahun 2016 adalah (Pantai Utara Nusa Tenggara Timur) :
1.
Diperolehnya data sekunder dan data Statistik dari kabuoaten di Nusa
Tenggara Timur
2.
Diperoleh karakteristik unggulan daerah berdasarkan parameter penting yang
disusun.
3.
Diperoleh hubungan keterkaitan antar wilayah kabupaten berdasarkan
kekuatan ekonomi daerah.
4.
Teridentifikasinya kluster kewilyahan yang di golongkan sesuai dengan
keunggulan wilayah.
2.2.2. Sasaran kegiatan tahun 2017 adalah
1.
Diperolehnya Matriks volume arus muatan barang antar pelabuhan pada trayek
utama di koridor Nusa Tenggara Timur
2.
Teridentifikasi pelabuhan-pelabuhan utama dalam jaringan trayek nasional dan
keterkaitannya dengan pelabuhan-pelabuhan feeder.
3.
Model komputasi dinamika pantai (HD, sedimentasi, garis pantai) dengan data
terkini pada pelabuhan pelabuhan yang terpilih. Dan Simulasi model struktur
jaringan pelayanan dan jaringan prasarana transportasi laut yang optimal untuk
koridor Nusa Tenggara
4.
Optimasi dan pemilihan jenis pelabuhan sebagai WIP atau work station dalam
rantai pasok Industri khususnya di Nusa Tenggara Timur
6
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Manfaat/Kegunaan
1. Meningkatkan nilai manfaat dan memperpanjang usia pakai
infrastruktur-infrastruktur yang ada di kawasan pesisir.
2. Dapat meningkatkan derajat konektivitas di kawasan pesisir
serta mengembangkan aktivitas perekonomian di sekitarnya.
3. Peningkatan kelancaran pengiriman barang dari dan ke beberapa
wilayah, sehingga mengefisienkan waktu dan biaya pengiriman
barang.
4. Menghidupkan pelabuhan-pelabuhan yang ada di Koridor
Maluku - Nusa Tenggara Timur .
5. Bahan dalam Pengembangan Rencana Induk pengembangan
pelabuhan-pelabuhan utama dan konsep tatanan jaringan
transportasi laut pada koridor Nusa Tenggara Timur sehingga
mampu meningkatkan aksesibilitas pengelolaan Rantai Pasok
8.
Permintaan Dari
:
9.
Mitra Kerja
:
Internal BPPT
Eksternal BPPT
PTRIM, BTIPDP,
10.
Pengguna
Hasil
:
BPPT
Kegiatan
2016
:
2017
2018
Anggaran BPPT
11.
12.
Anggaran Mitra
:
Lokasi Kegiatan
:
DKI Jakarta, Tangerang Selatan, Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul
:
Chief Engineer/CE
(Propinsi s/d Desa)
13.
Pelaksana Kegiatan
(Nama,
NIP,
Kepala Program/KP
Program Manager/PM
Alamat,
Telpon)
Ir.Muh.AlfanSantoso,MT
196601151991101001
Email:tjahjono.prijambodo@
bppt.go.id
Ir.Muh.AlfanSantoso,MT
196601151991101001
Email:tjahjono.prijambodo@
bppt.go.id
Tjahjono Prijambodo, S.Si. M.Si
NIP. 196710201994031004
Email:[email protected]
7
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Jakarta,
Juni 2016
Menyetujui,
Kepala Bidang Perencanaan Dan Program
Teknologi Rekayasa Industri Maritim,
Dipersiapkan oleh Chief Engineer :
Diperiksa oleh Program Manager :
Disetujui oleh Program Director :
Ir. Abdul Kadir,M.Eng
196508031993011001
8
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
B. KETERANGAN DATA KEGIATAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 4
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 9
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... 10
DAFTAR TABEL ..................................... ОШИБКА! ЗАКЛАДКА НЕ ОПРЕДЕЛЕНА.
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 12
BAB 2. TUJUAN, SASARAN, OUTCOME DAN MANFAAT .................................... 14
2.1. Tujuan ................................................................................................................................................. 15
2.2. Sasaran ................................................................................................................................................ 15
2.3. Outcome ............................................................................................................................................. 16
2.4. Manfaat/Kegunaan......................................................................................................................... 16
BAB 3. KEGIATAN PROGRAM ................................................................................... 16
3.1. Ruang Lingkup Program .............................................................................................................. 16
3.2. Nilai Proposisi Kegiatan ............................................................................................................... 17
A. State of the Art Technology ............................................................................................................ 17
B. Mempercepat Kemandirian Bangsa ............................................................................................ 19
3.3. Peran BPPT melalui Program Ini .............................................................................................. 20
3.4. Uraian Singkat Aspek Teknis Kegiatan................................................................................... 20
Survei dan Inventarisasi data ............................................................................................................. 22
3.5. Ruang Lingkup dan Metodologi ................................................................................................ 22
3.6. Fasilitas Pendukung Kegiatan .................................................................................................... 29
3.7. Personil Pelaksana ......................................................................................................................... 31
3.8. Jadwal Kegiatan ............................................................................................................................... 31
9
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 Skema diagram Kasalitas
13
Gambar. 2 Jaringan Rantai Pasok BBM Nasional
14
Gambar. 3. Skematik Typology klassen
27
Gambar. 4. Causal loop diagram Penentuan
29
Gambar. 5 Struktur Kerekayasaan Pelaksanaan Kegiatan
31
10
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
DAFTAR TABEL
Tabel . 1 Peranan BPPT
20
Tabel . 2. Komoditas Penting
22
Tabel . 3 Peralatan Pendukung kegiatan
30
Tabel . 4 Jadwal Kegiatan
31
11
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
BAB I
Pendahuluan
Pengembangan
Kawasan
Pertumbuhan
Ekonomi
perlu
didukung
ketersediaan
infrastruktur industri dan industri Penunjang. Infrastruktur Industri ini menurut UU No.24 tahun
2014 meliputi infrastruktur jaringan Energi dan Kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan
sumber daya air dan jaminan pasokan air baku, sanitasi dan jaringan transportasi. Dari hasil
Penelusuran data PDRB sektor Industri Pengolahan, Pertambangan dan Pariwisata merupakan
sektor yang memiliki kontribusi yang dominan. Kawasan yang akan dikembangkan dewasa ini
antara lain adalah Kawasan Natuna dan Kawasan Maluku Tenggara Barat ( Masela ) dan Nusa
Tenggara Timur dimana kedua kawasan pertumbuhan akan di dominasi kegiatan industri
Pengolahan dan Pertambangan yang di support oleh industry lain. Keberhasilan aktivitas
kegiatan ekonomi pada kawasan pertumbuhan ekonomi tersebut diperlukan system konektivitas
dan infrastruktur untuk mendukung kelancaran pergerakan bahan baku dan barang jadi.
Proses logistik merupakan bagian dari manajemen rantai pasok ( suplay chain ) yang
terhubung dengan segala hal pembelian dan kontrol dari jasa perpindahan Bisnis logitik adalah
merupakan bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan,
dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan
informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of
consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan (Coyle, John J,
et.al). Logistik juga disebut sebagai strategi mengelola dan pengadaan, pergerakan dan
penyimpanan bahan baku, suku cadang dan persediaan produk jadi (finished good) serta arus
informasi yang terkait dalam proses tersebut, melalui organisasi dan saluran pemasaran sehingga
dapat memaksimalkan keutungan bagi perusahaan baik saat ini dan masa yang kan datang
dengan biaya yang seefektif mungkin. Logistik adalah bagian dari rantai pasok (supply chain)
yang menangani arus barang, arus informasi dan arus uang melalui proses pengadaan
(procurement),
penyimpanan
(warehousing),
transportasi
(transportation),
distribusi
(distribution), dan pelayanan pengantaran (delivery services) sesuai dengan jenis, kualitas,
jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki konsumen, secara aman, efektif dan efisien, mulai
dari titik asal (point of origin) sampai dengan titik tujuan (point of destination). Pada dasarnya
obyek logistik tidak terbatas pada logistik barang, namun mencakup pula logistik
penumpang, logistik bencana, dan logistik militer (pertahanan keamanan), sedangkan
aktivitas pokok logistik meliputi pengadaan, produksi, pergudangan, distribusi,
transportasi, dan pengantaran barang yang dilakukan oleh setiap pelaku bisnis dan
12
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
industri baik pada sektor primer, sekunder maupun tersier dalam rangka menunjang
kegiatan operasionalnya.
Permasalahan yang ada dalam operasional konektivitas dengan angkutan laut
adalah ketidakseimbangan muatan antara barat dan timur , dan in efiseiensi dalam
rantai transportasi laut , ketidak effisienan ini akan mengakibatkan biaya yang harus di
bayar oleh pengguna akhir akibat dari idle capacity dari peralatan dalam rantai
transportasi. Ketidak efisienan ini disebabkan karena banyak faktor , disamping jumlah
barang yang kurang memenuhi ukuran ekonomis juga di akibatkan oleh banyaknya
instansi yang terlibat dan utilisasi dari peralatan dalam proses rantai pasok. Untuk
mengatasi hal tersebut diatas maka dikembangkan system jaringan Pelabuhan yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan derajat konentivitas. Permasalahan ini
digambarkan dalam hubungan kausalitas oleh para peneliti dari ABO AKADEMI
UNIVERSITY yang ditunjukkan dengan gambar berikut :
Gambar. 1 Skema diagram Kasalitas
Dari gambar diatas dapat diterangkan , Kerugian oleh Pengguna akhir ( Industri ) di
akibatkan oleh Pemborosan bahan bakar , Biaya rantai pasok yang panjang, akibat
ketidakpastian dalam perencanaan pengadaan,
Biaya operasional dan fleksibilitas
muatan yang rendah. Dengan memperhatikan hubungan sebab akibat tersebut diatas ,
maka PTRIM-BPPT berupaya mengembangkan konsep model Penguatan infrastruktur
jaringan pelabuhan untuk mendukung konsep Tol laut. Konsep yang di kembangkan
adalah menyusun konsep pelabuhan yang mampu mendukung pengembangan system
13
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
logistik yang dinamis dan terintegrasi. Penggambaran pelabuhan yang mendukung
system logistic yang dinamis dan terintegrasi , merupakan turunan dari work Station (
WS ), dimana arus input berupa material , jenis kendaraan angkut, gudang penumpukan
dan
lain
sebagainya.Sedangkan
Output
terdiri
atas
barang
jadi
dan
juga
inventory/persediaan (bisa berupa WIP maupun inventori barang jadi). Sedangkan
mekanisme yang ada di dalam sistem ini adalah kapal, dermaga, Peralatan bongkar muat
, operator dan juga tempat penampung inventori ( tempat penumpukan ) ataupun WIP.
Yang menjadi pengontrol dalam sistem ini adalah mekanisme
pengontrolan, yaitu
mekanisme kanban dan conWIP, waktu Bongkar dan Muat kapal dan juga mekanisme
pengantaran barang, yaitu FIFO (First-In-First-Out) atau FCFS (First-Come-FirstServe). Untuk pengembangan pelabuhan dengan berfungsi seperti itu, maka
dikembangkan di daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu pusat
destinasi wisata baru dan sekaligus menjadi salah satu sentra industri peternakan ,
komoditas pertambangan dan indutri pengolahan, sangat membutuhkan kehadiran
pelabuhan yang mampu beroperasi selama 1 tahun tanpa berhenti.
Gambar. 2 Jaringan Rantai Pasok BBM Nasional
Dari gambar tersebut diatas, ditunjukkan simpul simpul lokasi pengiriman bahan kebutuhan ,
dalam gambar diatas simpul Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Tenggara Barat merupakan
daaerah yang termarginalkan karena hanya merupakan simpul sekunder dalam siklus rantai
pasok , namun demikian potensi pelabuhan tersebut diatas, mempunyai potensi yang baik
sebagai salah satu simpul dalam hab rantai pasok untuk pengembangan kawasan industry.
BAB 2. TUJUAN, SASARAN, OUTCOME DAN MANFAAT
14
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
2.1. Tujuan
Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah:
4. Peningkatan utilisasi fasilitas serta kinerja operasional pelayanan pelabuhanpelabuhan utama pada koridor Nusa Tenggara Timur dalam mendukung
konektivitas koridor
5. Peningkatan peran pelabuhan-pelabuhan utama dalam jaringan trayek nasional
dan keterkaitannya dengan pelabuhan-pelabuhan feeder dalam skema jaringan
rantai Pasok
6. Rumusan strategi pengembangan pelabuhan-pelabuhan utama dan konsep tatanan
jaringan transportasi laut pada koridor Nusa Tenggara Timur sehingga mampu
meningkatkan aksesibilitas pengelolaan Rantai Pasok
2.2. Sasaran
2.2.1. Sasaran kegiatan tahun 2016 adalah (Pantai Utara Nusa Tenggara Timur) :
5. Diperolehnya data sekunder dan data Statistik dari kabuoaten di Nusa Tenggara
Timur
6. Diperoleh karakteristik unggulan daerah berdasarkan parameter penting yang
disusun.
7. Diperoleh hubungan keterkaitan antar wilayah kabupaten berdasarkan kekuatan
ekonomi daerah.
8. Teridentifikasinya kluster kewilyahan yang di golongkan sesuai dengan keunggulan
wilayah.
2.2.2. Sasaran kegiatan tahun 2017 adalah
5. Diperolehnya Matriks volume arus muatan barang antar pelabuhan pada trayek utama di
koridor Nusa Tenggara Timur
6. Teridentifikasi pelabuhan-pelabuhan utama dalam jaringan trayek nasional dan
keterkaitannya dengan pelabuhan-pelabuhan feeder.
7. Model komputasi dinamika pantai (HD, sedimentasi, garis pantai) dengan data terkini
pada pelabuhan pelabuhan yang terpilih. Dan Simulasi model struktur jaringan
pelayanan dan jaringan prasarana transportasi laut yang optimal untuk koridor Nusa
Tenggara
15
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
8. Optimasi dan pemilihan jenis pelabuhan sebagai WIP atau work station dalam rantai
pasok Industri khususnya di Nusa Tenggara Timur
2.2.3. Sasaran kegiatan tahun 2018
1. Rencana Induk Pelabuhan untuk pelabuhan 100 teus di kawasan terpilih
2. Rencana Induk Pengembangan fasilitas pelabuhan 100 teus di kawasan terpilih
3. Basic design pelabuhan untuk kapal 100 teus di kawasan terpilih.
2.3. Outcome
Konsep pengembangan Jaringan Pelabuhan utama dan konsep tatanan jaringan
transportasi laut pada koridor Nusa Tenggara Timur sehingga mampu meningkatkan
aksesibilitas pengelolaan Rantai Pasok
2.4. Manfaat/Kegunaan
6. Meningkatkan nilai manfaat dan memperpanjang usia pakai infrastrukturinfrastruktur yang ada di kawasan pesisir.
7. Dapat meningkatkan derajat konektivitas di kawasan pesisir serta mengembangkan
aktivitas perekonomian di sekitarnya.
8. Peningkatan kelancaran pengiriman barang dari dan ke beberapa wilayah, sehingga
mengefisienkan waktu dan biaya pengiriman barang.
9. Menghidupkan pelabuhan-pelabuhan yang ada di Koridor Maluku - Nusa Tenggara
Timur .
10. Bahan dalam Pengembangan Rencana Induk pengembangan pelabuhan-pelabuhan
utama dan konsep tatanan jaringan transportasi laut pada koridor Nusa Tenggara
Timur sehingga mampu meningkatkan aksesibilitas pengelolaan Rantai Pasok
BAB 3. KEGIATAN PROGRAM
3.1. Ruang Lingkup Program
Secara keseluruhan ruang lingkup kegiatan ini , digambarkan dengan skema kerja sebagai
berikut adalah :
16
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
1. Identifikasi keunggulan daerah dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dan
Penentuan Parameter penting
2. Kajian Penyusunan klaster kewilayahan berdasarkan keunggulan relatif kawasan.
3. Kajian identifikasi kekeatan kawasan dengan melakukan klusterisasi dengan
typology klassen dan penyusunan matrik shift-share diantara wilayah pada kawasan
4. Kajian pertumbuhan ekonomi Regional untuk penentuan kapasitas pelabuhan dan
sekaligus dilakukan inventarisasi pelabuhan.
5. Penentuan klasifikasi pelabuhan berdasrkan hasil analisa keunggulan wilayah dan
pertumbuhan ekonomi wilayah.
6. Pemodelan numerik ( Hidrodinamika dan Gelombang) pada pelabuhan yang
dianggap akan berperan dalam konektivitas jawa.
7. Penyusunan konsep rencana induk utilisasi pelabuhan yang terpilih
8. Penentuan Basic design untuk konfigurasi pelabuhan terpilih
9. Pemodelan Tecnical strategy pada pelabuhan Terpilih untuk mendukung operasional
pelabuhan.
3.2. Nilai Proposisi Kegiatan
A. State of the Art Technology
Kegiatan ini merupakan tugas pokok fungsi Pusat Teknologi Rekayasa Industri
MaritimBPPT sebagai lembaga pemerintah dalam penyelenggaraan kajian dan aplikasi
teknologi di bidang kepantaian dan kepelabuhanan.
state of the art technology”, metode yang dipakai sebagai pendekatan untuk kegiatan
ini antara lain adalah Kebutuhan akan jasa-jasa transportasi pelabuhan
ditentukan oleh
barang-barang dan penumpang yang akan diangkut dari satu tempat ke tempat lain. Jumlah
kapasitas angkutan dan pelabuhan
yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan sangat
terbatas, di samping itu permintaan terhadap jasa transportasi merupakan derived demand.
Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan sebenarnya
(actual demand) perlu dianalisis permintaan akan jasa-jasa transportasi sebagai berikut :
1.
Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk satu daerah, propinsi dari satu Negara akan membawa pengaruh
terhadap jumlah jasa angkutan yang dibutuhkan (perdagangan, pertanian, perindustrian, dan
sebagainya).
2.
Pembangunan Wilayah dan Daerah
17
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Saat ini Negara RI dalam proses pembangunan tahap tinggal landas (take off). Dalam rangka
pemerataan pembangunan dan penyebaran penduduk di seluruh pelosok Indonesia, transportasi
sebagai sarana dan prasarana penunjang untuk memenuhi kebutuhan akan jasa angkutan harus
dibarengi sejalan dengan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan mereka.
3.
Perdagangan ekspor dan impor
merupakan
satu
segi
yang
menentukan
berapa
jumlah
jasa
transportasi
yang
diperlukan untuk perdagangan tersebut, umpama jumlah tonnage kapal yang harus disediakan
untuk setiap tahunnya (DWT/Ton).
4.
Industrialisasi
Proses industrialisasi di segala sektor ekonomi dewasa ini merupakan program pemerintah untuk
pemerataan pembangunan, berdampak terhadap jasa-jasa transportasi yang diperlukan.
Permasalahannya sampai berapa jauh penyediaan jasa-jasa angkutan tersebut dapat dipenuhi
karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti:
a.
Peralatan yang dioperasikan.
b.
Masalah teknis alat angkut yang digunakan. c.
d.
Masalah pengelolaan pengangkutan (segi manajemen operasional).
e.
Jasa-jasa angkutan merupakan jasa slow yielding (hasilnya lambat) sedang
Jumlah alat angkut yang tersedia.
biaya
investasi dan biaya pemeliharaan besar.
5.
Transmigrasi dan penyebaran penduduk
Transmigrasi dan penyebaran penduduk ke seluruh daerah di Indonesia salah satu
faktor demand yang menentukan banyaknya jasa-jasa angkutan yang harus disediakan oleh
perusahaan angkutan. Selain daripada jasa-jasa angkutan yang disediakan, harus diperhatikan
pula keamanan, ketepatan, keteraturan, kenyamanan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh
pengguna jasa transportasi.
6.
Analisis dan Proyeksi akan permintaan jasa transportasi
Sehubungan dengan faktor-faktor tersebut diatas, untuk memenuhi permintaan akan jasa-
jasa transportasi, perlu diadakan perencanaan transportasi yang mantap dan terarah, agar dapat
menutupi kebutuhan akan jasa angkutan yang diperlukan oleh masyarakat pengguna jasa.
Peralatan analisis dan proyeksi, untuk mengetahui berapa permintaan (demand analysis) yang
dibutuhkan. Secara makro dapat digunakan untuk mengetahui total permintaan akan jasa
transport.
Penyediaan jasa-jasa transportasi dan pelabuhan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
ada kaitannya dengan penawaran akan jasa transportasi secara menyeluruh. Tiap moda
18
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
transportasi mempunyai sifat, karakteristik dan aspek teknis yang berlainan, yang akan
mempengaruhi
jasa-jasa
angkutan
yang
ditawarkan
oleh
pengangkutan.
Dari
segi
penawaran/supply jasa-jasa angkutan dapat dibedakan dari segi: 1). Peralatan yang digunakan;
2) Kapasitas yang tersedia; 3) Kondisi teknis alat angkut yang dipakai; 4) Produksi jasa yang
dapat diserahkan oleh perusahaan angkutan; dan 5) Sistem pembiayaan dalam pengoperasian
alat pengangkutan.
Dari segi penyedia jasa harus memperhatikan benar-benar agar pengguna jasa angkutan merasa
puas yang berhubungan dengan; Keamanan, Ketepatan, Keteraturan, Kenyamanan, Kecepatan,
Kesenangan, dan Kepuasan.
Konsep Short Sea Shipping di Nusa Tenggara Timur saat ini konsep Pelabuhan Bersifat
kedaerahan dan sudah banyak disampaikan tetapi belum ada kajian yang lebih detil dan
terstruktur, untuk itu kajian ini akan lebih ditekankan pada kajian kekautan dari hinterland dari
masing masing pelabuhan terhadap keberlangsungan fungsi pelabuhan. tercukupinya permintaan
masing – masing depo. Adapun area yang dijadikan target spoke adalah wilayah timur yang
meliputi Waingapu, Atapupu, Dilli, Kalabahi, Larantuka, Maumere, Ende dan Reo dan
Saumlaki Dengan depo pusat ( hub ) sebagai penyuplai adalah Kupang. Ditentukan periode
distribusi adalah bulanan dan penempatan jenis bahan bakar minyak pada masing – masing
kompartemen kapal telah ditetapkan pihak perusahaan ( dedicated compartement ).
B. Mempercepat Kemandirian Bangsa
Dengan terwujudnya konsep pengembangan infrastruktur konektivitas dan system logistic
nasional diharapkan pengembangan konsep pelabuhan 100 teus, khususnya di koridor Maluku Nusa Tenggara Timur
akan lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga dapat lebih
meningkatkan kemandirian bangsa dalam hal pengelolaan kawasan pesisir dan infrastruktur
yang ada di dalamnya.
19
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
3.3. Peran BPPT melalui Program Ini
Peran
Rincian Peran
Pengguna
Technology Clearing Menguji konsep kesiapan fasilitas utama dan
House
fasilitas
penunjang
pelabuhan
dalam Provinsi
melaksanakan strategic operasional
Nusa
Tenggara Timur
Pengkajian
Pengkajian teknologi, dimana kajian tentang PELINDO
Teknologi
pemodelan dinamika pantai dan rekayasa Kementerian PU
teknis infrastruktur dan pola spasial sangat dan PeRa
serta potensi penerapan SSS perlu untuk Kementerian
Perhubungan,
dilaksanakan.
Solusi Teknologi
Rekayasa desain pelabuhan dan fasilitas Kementerian
pelabuhan untuk mendukung operasional Perindustrian
pelabuhan
Tabel . 1 Peranan BPPT
3.4. Uraian Singkat Aspek Teknis Kegiatan
Kemitraan dan Jaminan Mutu
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan sangat dibutuhkan keterlibatan seluruh
stakeholders baik di pusat maupun di daerah. Terutama instansi-instansi pemerintah terkait
seperti Kementerian PU (PSDA dan Tata Ruang), Kementerian Perindustrian, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan, PELINDO baik yang ada di pusat maupun
di daerah. Untuk menjaring kemungkinan kontirbusi yang dapat mereka lakukan juga menjaring
hal-hal yang mereka butuhkan terkait dengan tema kegiatan ini.
Selain itu untuk menjamin kualitas hasil kegiatan ini diperlukan standar-standar dan best
practise terkait infrastruktur penanganan permasalahan bencana pantai. Sehingga diharapkan
hasil dari kegiatan ini benar-benar dapat dimanfaatkan oleh mitra pengguna.
Pemodelan Operasional Pelabuhan
20
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Pelabuhan sebagai satu mata rantai yang sangat penting dalam sistem transportasi laut dimana
terjadi perpindahan barang atau orang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain untuk menunjang
terjadinya perdagangan dan peningkatan perekonomian satu daerah pada khususnya dan negara
pada umumnya. Pelayanan pelabuhan terutama pelayanan bongkar muat sangat menentukan
kelancaran pelayanan kapal. Pemahaman mengenai kegiatan operasional pelabuhan akan
berdampak pada upaya peningkatan pelayanan di masa mendatang.
Pemodelan operasional Pelabuhan ini mencakup dua aspek pemodelan yaitu :
1. Pemodelan yang berkaitan dengan operasional layanan pelabuhan Seperti proses
kedatangan kapal, abtrian tambat, pergerarkan material pada saat bongkar muat, dan
kinerja pelabuhan.
2. Pemodelan yang berkaitan dengan kondisi fisik pelabuhan , pemodelan ini berkaitan
dengan ketenangan kolam pelabuhan, arus dalam kolam , refleksi di mulut pelabuhan
jika menggunakan bangunan pemecah gelombang
Konsep keberlangsungan Fungsi Pelabuhan dalam Short Sea Shipping
Dalam sistem transportasi, pelabuhan merupakan suatu simpul dari mata rantai kelancaran
muatan angkutan laut dan darat, yang selanjutnya berfungsi sebagai kegiatan peralihan antar
moda transport. Keberlangsungan fungsi Pelabuhan dalam rantai suplai barang membutuhkan
aktivitas ekonomi dari daerah daerah di sekitar pelabuhan. Sesuai dengan pembagian
kewilayahan provinsi Nusa Tenggara Timur, maka pembagian kewilayahan di Nusa Tenggara
Timur disesuaikan dengan kedekatan Pelabuhan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah daerah
Nusa Tenggara Timur No. 6 tahun 2010 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Timur tahun 2009 - 2029, dengan masing-masing akan dianalisis dan diarahkan sistem
kewilayahan daya dukung komoditas untuk menopang di tiap pengelompokan hinterland yang
mendukung keberlangsungan pengembangan pelabuhan short sea shipping yang terdekat. Oleh
karena itu sebagai dasar penentuan daya dukung komoditas yang digunakan dalam perhitungan
analisis menggunakan data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tahun 2011tahun 2013, dalam melakukan analisa kekuatan hinterland komoditas yang digunakan hanya
mencakup 6 (enam) komoditas utamanya, yaitu :
No
Lapangan Usaha/Komoditas
1.
Industri Pengolahan
2.
Pertanian
3.
Perdagangan, Hotel & Restoran
21
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
4.
Konstruksi/Bangunan
5.
Pengangkutan&Komunikasi
6.
Pertambangan&Penggalian
Tabel . 2. Komoditas Penting
Survei dan Inventarisasi data
Pengolahan dan Pengujian Laboratorium
Hasil survei biasanya berupa data mentah dan untuk dapat dipakai dalam pemodelan dan analisis
lebih lanjut perlu ada tahap pengolahan dan analisis data, sehingga dihasilkan data yang siap
pakai untuk pemodelan. Pengolahan dan analisis data hasil survei ini dapat dilakukan dengan
perangkat lunak bawaan peralatan survei yang ada ataupun dengan perangkat lunak lainnya.
3.5. Ruang Lingkup dan Metodologi
Untuk kegiatan “Kemitraan dan Jaminan Mutu” ruang lingkup kegiatan meliputi menyusun
daftar dan berkoordinasi dengan stakeholders terkait khususnya di instansi pemerintah baik di
pusat maupun di daerah dengan melakukan komunikasi langsung maupun tidak langsung. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui peran (kontribusi) yang dapat dilakukan oleh masing-masing
stakeholders serta kebutuhan-kebutuhan nyata stakeholders terkait dengan kegiatan ini. Selain
itu untuk menjaga kualitas hasil kajian perlu diinventarisasi dan dikompilasi satandar-standar
serta best practise yang pernah ada terkait dengan penanganan permasalahan bencana pantai.
Kompilasi ini dilakukan dengan cara browsing melalui internet atau mengunjungi instansiinstansi teknis terkait.
1. Inventarisasi Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil
pengamatan langsung dan wawancara serta data sekunder yang diperoleh dari bahan atau
laporan tertulis. Data primer antara lain data karakteristik sistem pelayanan di pelabuhan, data
jenis komoditi yang di bongkar dan dimuat pada tiap-tiap pelabuhan kajian, dan lain-lain.
Sedangkan data sekunder antara lain :

Data karakteristik sosio ekonomi wilayah hinterland berupa data jumlah
penduduk, PDRB, perdagangan, indu stri dan sebagainya, serta data jarak
wilayah hinterland ke pelabuhan dan kondisi jaringan transportasi darat.

Data arus pergerakan muatan pelayaran liner 5 tahun terakhir

Data arus kunjungan kapal selama 10 tahun terakhir

Data arus bongkar muat barang selama 10 tahun terakhir
22
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017

Data waktu pelayanan kapal di pelabuhan ; turn round time (TRT), arrival time
(AT), postpone time (PT), berthing time (BT), dsb

Data kapasitas fasilitas pelabuhan : data jumlah dan panjang dermaga, jumlah dan
kapasitas alat bongkar muat, gudang dan lapangan penumpukan

Data biaya operasional kapal antara lain biaya bahan bakar (bbm), biaya air
tawar, biaya di pelabuhan, biaya ABK, dll.

Data jarak pelayaran antar pelabuhan kajian, waktu operasional kapal selama
pelayaran dan selama berada di pelabuhan, dan lain-lain.

Data geografi dan data spasial perairan di NTT
2. Pengolahan data
Analisis Statistik
Dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menganalisis
kondisi ekonomi dan potensi wilayah koridor Sulawesi serta untuk menentukan model
bangkitan/tarikan pergerakan pada pelabuhan-pelabuhan yang merupakan simpul-simpul
jaringan pelayaran liner.
Pemodelan Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
Tujuan dasar dari pemodelan bangkitan/tarikan pergerakan adalah bagaimana
menghasilkan model hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan dengan
jumlah pergerakan yang menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang
meninggalkan suatu zona. Model ini sangat dibutuhkan apabila efek tata guna lahan dan
pergerakan terhadap besarnya bangkitan dan tarikan pergerakan berubah sebagai fungsi
dari waktu. (Mc Nally, 2007)
Pada pemodelan bangkitan/tarikan pergerakan dapat menggunakan model analisa
regresi. Model analisa regresi dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara dua
peubah atau lebih. Pada model ini terdapat peubah tidak bebas (Y) yang mempunyai
hubungan fungsional dengan satu atau lebih peubah bebas (Xi), yang dapat dinyatakan
dengan persamaan:
Y = a + b1X1+b2 X2 + … +bnXn..................................................................... (1)
Dimana:
Y = peubah tidak bebas
X1 …Xn = peubah bebas
a = Intersep atau konstanta regresi
b1 …bn = koefisien regresi.
23
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Pemodelan Sebaran Pergerakan
Pemodelan sebaran pergerakan bertujuan untuk memperkirakan besarnya
pergerakan dari setiap zona asal ke setiap zona tujuan, yang dipengaruhi oleh besarnya
bangkitan setiap zona asal dan tarikan setiap zona tujuan serta tingkat aksesibilitas
system jaringan antarzona yang biasanya dinyatakan dengan jarak, waktu, atau biaya.
(Mc Nally, 2007) Penggambaran pola pergerakan yang paling sering digunakan adalah
Matriks Pergerakan atau Matriks Asal-Tujuan (MAT) adalah matriks berdimensi dua
yang memuat informasi jumlah pergerakan antarzona (Tamin, 2000).
Salah satu metode untuk mendapatkan MAT adalah salah satu model dalam
metode sintetis, yaitu model gravity (GR). Model tersebut merupakan metode interaksi
spasial yang paling terkenal dan sering dipergunakan karena sangat sederhana, mudah
dimengerti dan digunakan.
Berikut beberapa persamaan yang dipergunakan dalam model GR:
Tid  Ai xOi xBd xDd xfCid 
…………………………………………… (2)
dimana:
Tid adalah jumlah pergerakan dari zona asal i menuju ke zona tujuan d
Ai dan Bd adalah faktor penyeimbang
Oi adalah jumlah pergerakan yang berasal dari zona asal i
Dd adalah jumlah pergerakan yang menuju ke zona tujuan d
f(Cid) adalah fungsi hambatan/ukuran aksesibilitas antara zona i dan zona d
Analisis Hinterland
Untuk penelitian ini dilakukan analisis hinterland pelabuhan-pelabuhan utama yang
terdapat pada koridor Sulawesi. Beberapa variabel akan digunakan sebagai indikator
untuk menentukan apakah suatu wilayah menjadi hinterland suatu pelabuhan, antara lain
faktor aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk mencapai lokasi pelabuhan yang
diukur dari jarak, waktu perjalanan, kondisi jaringan transportasi darat, serta komoditas
unggulan yang terdapat pada suatu wilayah.
Berdasarkan hasil analisis hinterland, maka dapat diketahui wilayah-wilayah yang
merupakan hinterland dari pelabuhan-pelabuhan kajian sehingga untuk memperoleh
besarnya permintaan pergerakan dari suatu pelabuhan asal menuju ke pelabuhan tujuan.
Analisa location qoatient ( LQ )
24
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Logika dasar Location Quotient (LQ) adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah
karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah
maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan
menghasilkan pendapatan bagi daerah. Secara umum metode analisis LQ dapat
diformulasikan sebagai berikut :
LQ = (Vik/Vk) / (Vip/Vp)
Keterangan:
Vik :Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota misalnya) dalam
pembentukan Produk Domestik Regional Riil (PDRR) daerah studi k.
Vk :Produk Domestik Regional Bruto total semua sector di daerah studi k
Vip :Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (provinsi misalnya) dalam
pembentukan PDRR daerah referensi p.
Vp :Produk Domestik Regional Bruto total semua sector di daerah referensi p.
Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ), dapat diketahui konsentrasi suatu
kegiatan pada suatu wilayah dengan kriteria sebagai berikut:

Nilai LQ di sector i=1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di daerah studi k
adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam perekonomian daerah
referensi p;

Nilai LQ di sector lebih besar dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di
daerah studi k adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang
sama dalam perekonomian daerah referensi p. Dengan demikian, sektor i merupakan
sektor unggulan daerah studi k sekaligus merupakan basis ekonomi untuk dikembangkan
lebih lanjut oleh daerah studi k; dan

Nilai LQ di sector lebih kecil dari 1. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di
daerah studi k adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang
sama dalam perekonomian daerah referensi p. Dengan demikian, sektor i bukan
merupakan sektor unggulan daerah studi k dan bukan merupakan basis ekonomi serta
tidak propektif untuk dikembangkan lebih lanjut oleh daerah studi k
Analisa Shif Share
Shift Share adalah salah satu alat analisis untuk mengidentifikasi sumber ekonomi dari
sisi tenaga kerja atau pendapatan suatu wilayah tertentu. Anlisis Shift Share ini
menggunakan dua titik periode data misal untuk menganalisis dari segi pendapatan
daerah kita dapat mengambil PDRB pada tahun 2001 dan 2007. Shift Share ini berguna
untuk melihat perkembangan wilayah terhadap wilayah yang lebih luas misal
25
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
perkembangan kabupaten terhadap propinsi atau propinsi terhadap nasional. Dengan
Shift Share dapat diketahui perkembangan sektor - sektor dibanding sektor lainnya serta
dapat membandingkan laju perekonomian disuatu wilayah.
Terdapat enam langkah analisis shift share:
1. Menentukan Wilayah yang akan dianalisis
2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi yang akan dianalisis (Pendapatan atau
Tenaga Kerja) serta
periodenya.
3. Menentukan sektor yang akan dianalisis
4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi
5. Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi
6. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah
Komponen pertumbuhan wilayah terdiri dari tiga macam yaitu :
1. Komponen pertumbuhan nasional (PN)
PNij = (Ra) Yij
% PNij = (PNij) / Yij
2. Komponen pertumbuhan proporsional (PP)
PPij = (Ri – Ra) Yij
%PPij =( PPij) / Yij
3. Komponen Pangsa Wilayah (PPW)
PPWij = (ri-Ri) Yij
%PPWij = (PPWij) / Yij
Analisa Typology Klassen
Alat Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya
membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah
dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai
sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal,daerah yang
diamati dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi,yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh
(high growth and high income) , d a e r a h
maju
tapi
tertekan
( high income but
low growth),daerah berkembang cepat ( high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal(
low
growth and low income) (Syafrizal, 1997: 27-38; Kuncoro, 1993; Hil,1989)
(Kuncoro,2002).
26
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah Kabupaten dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. D a e r a h c e p a t m a j u d a n c e p a t t u m b u h , y a i t u d a e r a h y a n g m e m i l i k i
t i n g k a t pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding rataratakabupaten.
2. Daerah maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebihtinggi,
tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding dengan rata-rata kabupaten.
3. Daerah berkembang adalah yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi,tetapi
tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten.
4. Daerah relatif tertinggal yaitu adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhandan
pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata kabupaten
Gambar. 3. Skematik Typology klassen
Analisis Kinerja Pelabuhan
Kinerja pelayanan operasional pelabuhan adalah ukuran hasil kerja terukur yang dicapai
pelabuhan dalam melaksanakan pelayanan kapal, barang dan utilisasi fasilitas dan alat dalam
periode waktu dan satuan tertentu. Dimana indikator kinerja pelayanan operasional adalah
variable-variabel pelayanan, penggunaan fasilitas dan peralatan pelabuhan.
Pelayanan Kapal
Dalam perhitungan kinerja operasional suatu terminal pelabuhan, maka terdapat beberapa
indikator terutama yang berkaitan dengan pelayanan kapal di dermaga.
Berthing Time (BT) :
BT = BWT + NOT ……………………………………………………… (3)
dimana:
27
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
BT = jumlah jam satu kapal selama berada di tambatan.
Berth Working Time (BWT)
BWT = BT - NOT ………………………………………………………. (4)
BWT = ET + IT ………………………………………………………….. (5)
dimana
BWT = jumlah jam satu kapal yang direncanakan untuk melakukan kegiatan
bongkar/muat petikemas selama berada di tambatan.
3. Not operation time, yaitu waktu yang direncanakan untuk tidak bekerja (tidak
melakukan kegiatan bongkar muat), seperti waktu istirahat yaitu 30 menit tiap Shift.
4. Effective time, yaitu waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat
secara efektif
5. Idle time, yaitu waktu yang tidak digunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat
atau waktu menganggur, seperti waktu menunggu muatan datang, waktu yang
terbuang saat peralatan bongkar muat rusak.
Pelayanan Bongkar Muat
Kecepatan Bongkar/Muat Per Kapal.
Kecepatan Bongkar/Muat di Pelabuhan (Ton per Ship Hour in Port)
TSHP =
(∑(Bongkar/Muat
per kapal))
….………………………….………. (6)
TRT per kapal
dimana TSHP = kecepatan bongkar muat di pelabuhan (ton jam).
Kecepatan Bongkar/Muat di Tambatan (Ton per Ship Hour in Berth)
TSHB
=
(∑(Bongkar/Muat
per kapal))
…..…………………………..…….. (7)
BWT per kapal
TSHB
=
(∑(Bongkar/Muat
per kapal))
……………………………….……... (8)
BT per kapal
dimana TSHB = kecepatan bongkar muat per shift ditambatan (ton jam).
c. Utilisasi Dermaga/Tambatan
1. Daya lalu tambatan/dermaga (Berth Through-Put, BTP)
BTP =
(∑(Barang/TEUs
satu periode))
…………………………… (9)
panjang dermaga tersedia
dimana BTP =jumlah ton barang di dermaga konvensional atau TEU’s petikemas di
dermaga peti kemas dalam satu periode (bulan/tahun) yang melewati dermaga yang
tersedia dalam satuan meter.
Utilitas Dermaga (Berthing Occupancy Ratio, BOR)
28
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
BOR merupakan indikator pemanfaatan dermaga yang menyatakan tingkat pemakaian
dermaga terhadap waktu tersedia. Dermaga yang tidak terbagi atas beberapa tempat
tambatan (continues berth), perhitungan penggunaan tambatan didasarkan pada panjang
kapal ditambah 5m sebagai pengaman depan dan belakang :
BOR =
∑((𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙+5) 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡)
……...……………… (10)
(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑟𝑚𝑎𝑔𝑎 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎)
Nilai BOR yang diperoleh dari perhitungan di atas, maka diketahui tingkat kepadatan
sebuah pelabuhan, selain itu BOR juga merupakan indikator yang menentukan apakah
sebuah pelabuhan masih memenuhi sarat untuk melayani kapal dan barang atau
membutuhkan pengembang, disamping itu BOR juga mengambarkan kinerja pelabuhan.
Hubungan kausalitas pelabuhan ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut
Kondisi
hidrodinam
ika
pelabuhan
+
kapasitas
dermaga
+
Pertumbuhan
kedatngan /
Keberangkatan
+
Pertumbuhan
ekonomi
pelabuhan
Gambar. 4. Causal loop diagram Penentuan
kapasitas pelabuhan berdasarkan jasa pelabuhan
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan akan kedatangan dan keberangkatan
kapal akan mengakibatkan tumbuhnya ekonomi pelabuhan , ekonomi pelabuhan ini akan
mempengaruhi kebutuhan akan kapasitas dermaga, namun demikian untuk memperoleh
pertumbuhan kapasitas dermaga dibutuhkan pengurangan dampak kondisi hidrodinamika.
3.6. Fasilitas Pendukung Kegiatan
Peralatan dan infrastruktur yang diperlukan untuk melakukan kegiatan Kajian Pengembangan
Pelabuhan 100 Teus Untuk Mendukung Tol Laut Konektivitas Kawasan Industri di NTT
disajikan pada tabel berikut.
29
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
No
Peralatan/Infrasturktur
0
Kapasitas/
Jumlah
Kemampuan
1
1
Komputer untuk pemodelan
2
Single Beam Echosounder untuk
survei batimetri,
3
Volume/
ADCP (bottom dan vessel mounted)
untuk survei arus
4
Alat pengukuran debit sungai
5
Alat untuk pengambilan sampel
2
3
Keterangan
4
2
1
1
1
sedimen dasar (grab sampler) dan 1
melayang (botol Nansen)
6
Peralatan untuk survei topografi
7
Perangkat lunak untuk pemodelan
dinamika pantai (MIKE 21)
8
1
2
Perangkat lunak untuk pemodelan
perubahan garis pantai (LitPack, 1
CEDAS)
9
Komputer pengolahan data
2
10
Printer Laser/Inkjet
1
11
Kamera Digital/Handycam
1
12
GPS
3
Tabel . 3 Peralatan Pendukung kegiatan
30
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
3.7. Personil Pelaksana
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maratim No…..
Tahun 2016 tentang Pengangkatan Personil Pelaksana Kegiatan Pengembangan Pelabuhan 100
Teus Untuk Mendukung Tol Laut Konektivitas Kawasan Industri di NTT TA 2016, maka
personil pelaksana kegiatan ini adalah :
KP/GL
Muh Alfan Santoso
PM Tjahyono P
Leader 1 Kluster kewilayahan
Aprijanto
Leader 2 Penyiapan data spasial
Chaeroni
Gambar 1.
Personil Pelaksana Kegiatan
Engineering Staf
Ade Ratih Ispandiari
Bhakti wibowo
Engineering Staf
Ade Ratih Ispandiari
Tjahjono P
Gambar. 5 Struktur Kerekayasaan Pelaksanaan Kegiatan
3.8. Jadwal Kegiatan
Rencana Pelaksanaan 2016
No
Kegiatan
1
Persiapan
Koordinasi & rencana kegiatan
2
Studi Pustaka, dan pengumpulan data
Referensi, data sekunder dan
sekunder
data lapangan awal
3
Analisa
7
kajian
pertumbuhan
8
9
10
dan
11
12
KETERANGAN
Data-data lapangan hasil survei
kekuatan ekonomi
4
Kajian analias spasial kewilayahan
Database kondisi eksisting dan
analisisnya
5
Klusterisasi Pelabuhan berdasarkan
Penentuan
kewilayahan
Pengembangan
Prioritas
Kelas
Pelabuhan
6
Kajian pengembangan Pelabuhan
Konsep Jenis pelabuhan
Tabel . 4 Jadwal Kegiatan
31
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
Daftar pustaka
1. Healey, Patsy. 1997. Collaborative Planning: Shaping Places in Fragmented SocieTies.
London: Macmillian Press.
2. Hetifah Sjaifudian. 2002. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa
Inovatif dan Partisipatif di Indonesia.Bandung: Ford Foundation,akan diterbitkan.
3. Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. 2000. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
4. Laporan akhir kegiatan kajian transpoirtasi koridor jawa tengah, BPDP-BPPT, 2015
5. Li, Tania Murray. 1999. Transforming the Indonesian Upland. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
6. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhan
7. Patton Q., Michael. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury Park:
Sage Publications, Inc.
8. Yoga, Ariston. 2011. Desain Konseptual Alat Transportasi Untuk Penerapan Short Sea
Shipping di Pulau Jawa. Surabaya : ITS..
32
Program Manual Safety Beach Monitoring System-Tahun 2017
I.
33
Download