EDUKASI MULTIKULTURAL TENTANG JERMAN MELALUI DESAIN INTERIOR Studi Kasus: Goethe-Zentrum Surabaya Nadya Bavaria Jurusan Desain Produk Industri, FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111, Telp/fax. (031)5931147 ABSTRAK Besarnya dukungan Jerman terhadap Indonesia khususnya di bidang pengembangan pendidikan dan kebudayaan, menciptakan Yayasan Goethe-Zentrum sebagai pusat kebudayaan Jerman. Goethe-Zentrum mempunyai misi memperkenalkan dan memperluas pengetahuan bahasa dan budaya Jerman kepada peminat bahasa Jerman, sehingga dapat menunjang perkembangan pendidikan dan budaya bangsa. Namun dalam usaha pencapaian misi tersebut tidak dibarengi dengan penataan dan pemenuhan kebutuhan ruang guna mendukung aktifitas edukasi multikultural, sehingga mempengaruhi minat masyarakat dalam berpartisipasi mengembangkan budaya. Oleh karena itu, tema Jerman, dikhususkan pada kota Berlin, Hamburg, Frankfurt dan Munich dalam interior GoetheZentrum diharapkan dapat menciptakan image unik dan menarik pada tempat kebudayaan sehingga menjadikan objek tersebut sebagai salah satu sarana penting dalam perluasan wawasan di bidang edukasi multikultural. ABSTRACT The current conditions of the magnitude of German support for Indonesia, especially in the field of education and cultural development, created Goethe-Zentrum Institution. GoetheZentrum is a German cultural center in Indonesia, which has a mission to introduce and expand the knowledge of German language and culture enthusiasts of the German language, in order to support education and cultural development of Nations. However, in the achievement of this mission it is not accompanied by the provision and the needs of space to support the activities of multicultural education, which affects the public interest in participating in the development of a culture. Therefore, Germany theme, especially in Berlin, Hamburg, Frankfurt, dan Munich in Goethe-Zentrum interior can be expected to can create a unique image and are based on the culture that makes the object as an important means to expand the field of multicultural education. KATA KUNCI Jerman, Edukasi Multikultikultural, Goethe-Zentrum PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir tahun 1996, Goethe mulai mengalami kemunduran, bahkan penutupan. Hal ini dikarenakan perubahan zaman dan krisis ekonomi dunia. Tetapi pada tahun 2006, Goethe dibuka kembali dengan nama Goethe-Zentrum Surabaya oleh Yayasan Goethe Indonesia. Akan tetapi pembukaan kembali Goethe, kurang mengalami kemajuan dan segala aktifitas selain pengenalan bahasa ditiadakan, hal ini menyebabkan GoetheZentrum yang ada saat ini kurang terlihat oleh masyarakat. Eksisting bangunan sengaja tidak direnovasi karena merupakan rumah peninggalan masa kolonial, akan tetapi dikarenakan penggunaan bangunan ini sebagai pusat kebudayaan Jerman, nuansa Jerman justru tidak terasa dalam interior ini. Beberapa ruang yang memiliki peranan terpenting dalam banggunan ini adalah koridor samping dan beberapa ruang kelas yang dibedakan berdasarkan nama-nama kota di Jerman, yaitu Berlin, Hamburg, Frankfurt, dan Munich. Koridor merupakan akses yang paling sering digunakan untuk memasuki gedung, sedangkan ruang-ruang kelas merupakan fasilitas inti dari aktifitas yang ada di bangunan ini, yaitu kegiatan perkenalan bahasa dan budaya. Tujuan Tujuan pengkajian Desain Interior ini adalah untuk menyusun dan merencanakan konsep rancangan interior yang baru dari Goethe-Zentrum yang berlokasi di Surabaya sebagai pusat kebudayaan Jerman yang memberikan suasana baru yang akan meningkatkan partisipasi masyarakat Surabaya dalam mengembangakan dan melestarikan budaya. Masalah Interior Goethe-Zentrum belum memberikan suasana yang mencerminkan Jerman sehingga kurang menarik minat masyarakat untuk mengenal bahasa Jerman dan budayanya, maka dengan memberikan konsep interior yang lebih mencerminkan Jerman tetapi tetap mempertahanakan tampilan utama bangunan yang dimiliki Goethe-Zentrum. Metode Desain Pengumpulan Data Pada tahap ini, terbagi menjadi 2, yaitu: • Pengumpulan data primer, berupa data-data langsung dari survey lapangan, observasi, dan interview ke bagian humas dan kepala pengelola Goethe-Zentrum. • Pengumpulan data sekunder, berupa data-data yang diperoleh dari berbagai pustaka antara lain, buku literatur, majalah, jurnal, maupun internet. Data sekunder termasuk di dalamnya data pembanding, yaitu pemilihan objek yang memiliki persamaan dengan eksisting terpilih yang dijadikan studi pembanding atau referensi dalam menentukan desain yang diinginkan. Analisa Data Guna memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan desain yang ada Proses analisa ini berlangsung dengan 2 cara, yaitu: • Analisa aspek fungsi, yaitu analisa eksisting, analisa pengguna, analisa hubungan ruang, analisa aktifitas dan sirkulasi, dan analisa ergonomi dan antropometri. • • Analisa aspek estetis, yaitu analisa elemen estetis, analisa warna, analisa bentuk, analisa pencahayaan, dan analisa material. Analisa furnitur, yaitu analisa mengenai furnitur yang akan diaplikasikan dalam perancangan Goethe-Zentrum, berdasarkan kebutuhan dan aktifitas yang ada dalamnya sehingga tidak menggangu sirkulasi dan mampu memberikan kenyamanan pada pengguna. Pengembangan Desain Setelah memperoleh hasil analisa data, selanjutnya akan dikembangkan suatu nuansa Jerman klasik yang diambil dari beberapa heritage sites di Jerman, khususnya pada kota Berlin, Hamburg, Frankfurt dan Munich Desain Akhir Hasil akhir dari desain yang akan diterapkan pada eksisting ruang sesuai kebutuhan dan fasilitas pengguna serta konsep desain yang telah ditentukan. PEMBAHASAN Kajian Pustaka Perkembangan Desain Interior dan Arsitektur Jerman Jerman memiliki sejarah yang panjang, kaya dan beragam, hal ini ditandai dengan banyaknya pebedaan wilayah pemerintahan yang disebabkan oleh pemecahan Jerman selama berabad-abad menjadi beberapa kerajaan. Hal ini menjadikan banyaknya gaya arsitektur yang tercipta dan menentukan tampilan berbagai kota di Jerman. Arsitektur Jeman seperti seni, setiap bangunan memiliki keindahan, kemegahan, dan terkadang keunikan tersendiri yang luar biasa ini adalah sesuatu yang dapat memberikan karakter, reputasi, bahkan ketenaran pada setiap lokasi di Jerman. Berlin, Frankfurt, Hamburg, dan München adalah 4 kota besar di Jerman yang memiliki banyak arsitektur bersejarah dan merupakan nama-nama kota yang dipilih menjadi nama kelas-kelas di Goethe-Zentrum. Berlin Gambar 1 : Bendera dan lambang kota Berlin Berlin adalah ibukota Jerman dengan populasi sampai tahun 2007 sekitar 3,5 jiwa, sehingga merupakan kota terbesar ke-2 di Uni-Eropa setelah London.1 Berlin terbagi menjadi 6 daerah pemerintahan yaitu Mitte, City West, East Central, North, East, dan 1 www.wikipedia.com South. Arsitektur bersejarah paling dikenal di Jerman yang menjadi daya tarik yang sekaligus menjadi tempat wisata di Berlin, diantaranya adalah : Gerbang Brandenburg Merupakan simbol kemenangan dan simbol kota Berlin, Jerman. Dirancang dengan style Greek Revival oleh Carl Gotthard Laughans pada tahun 1788 sampai 1791. Gambar 2 : Gerbang Brandenburg Desainnya didasarkan pasa Propyles, pintu gerbang menuju Acropolis di Athena, Yunani. Berlin memiliki sejarah panjang Klasisisme. Style klasik pertama yaitu Baroque, kemudian neo-Palladian. Gerbang Brandenburg merupakan struktur Greek Revival Neo-Classical pertama di Berlin. Frankfurt (am Main) Gambar 3 : Bendera dan lambang kota Frankfurt Frankfurt am Main adalah kota terbesar di negara bagian Hessen di Jerman. Kota yang dibelah oleh Sungai Main ini mempunyai populasi berjumlah sekitar 670.000 (2 juta apabila penduduk wilayah metropolitan dihitung). Sejak lama telah menjadi kota perdagangan dan hingga kini menjadi pusat keuangan Jerman (bahkan Eropa) dan juga bursa efek. Frankfurt merupakan salah satu kota yang paling nyaman didiami, dengan kekayaan koleksinya di beberapa museum (kedua adalah Berlin), memiliki banyak taman dan tumbuhan, pelayanan transportasi umum yang sangat baik, dan tempat yang memiliki banyak historic sites. Tempat tujuan wisata arsitektur bersejarah di Frankfurt, Jerman yang paling terkenal yaitu: Römerberg Berarti Romawi ini telah menjadi Rathaus of Frankfurt am Main atau balai kota Frankfurt selama 600 tahun dan banguanan abad pertengahan ini adalah salah satu ciri kota yang terpenting. Römer merupakan bagian tertua dari balai kota, terdiri dari tiga struktur berbeda dengan gebel menyeruapai tangga. Pembangunan awal antara abad 15 dan 18. Gambar 4 : Römerberg Besar keseluruhan komplek tiga bangunan tertua sekitar 100.000 m2 dan terdiri dari 9 rumah mengelilingi 6 halaman. Bagian depan dengan pintu masuk utama menghadap Römerberg Plaza. Keistimewaan eksterior dari bangunan-bangunan tersebut mencerminkan secara luas sejarah Frankfurt dan Jerman. Fasad tiga puncak yang terkenal memiliki elemen desain abad pertengahan, sudut kiri Alt-Limpurg menunjukkan Frankfurtia, perwujudan perempuan kota Frankfurt. Di bagian tengah, Römer Haus menunjukkan empat kaisar dari Kekaisaran Romawi Suci, dua lambang kota, jam, dam plakat yang menggambarkan beberapa fakta terpenting bangunan Römer. Hamburg Gambar 5 : Bendera dan lambang kota Hamburg Hamburg ialah kota berpenduduk terpadat kedua setelah Berlin, dan salah satu kota tersibuk di dunia. Hamburg berdiri pada 825. Dengan luas 755 km2 di sungai Elbe, kota ini memiliki sifat budaya luas, didukung reputasi artisnya seperti Felix Mendelssohn dan Johannes Brahms serta sutradara dan pemain Gustaf Grudgens dari Deutsche Schauspielhaus. Sebuah industri penerbitan yang kuat telah berkembang di sini sejak abad ke-17. Karakter fisik kota ini diperkuat sistem kanal yang membelahnya. Hamburg juga memiliki danau, taman, dan museum yang bagus termasuk Kunsthalle (1868), Museum Seni dan Kerajinan (1877), Museum Etnologi dan Prasejarah (1878). Tempat bersejarah yang menjadi tujuan wisata di Hamburg yaitu : Gereja St. Nikolai Gereja bergaya Gorthic Revival ini merupakan mantan salah satu dari lima Lutheran Hauptkirchen (gereja-gereja utama) di Hamburg. Gereja St. Nikolai ini merupakan gereja tertinggi di dunia pada tahun 1874 sampai 1876 dan saat ini masih menjadi gedung tertinggi kedua di Hamburg, dibangun tahun 1846 – 1874 oleh George Gilbert Scott Gambar 6 : St. Nikolai Dia dirancang suatu nave 86 meter panjang, dengan kubah 28 meter tinggi. Arsitektur sangat dipengaruhi oleh gaya gothic Perancis dan Inggris, meskipun puncak menara runcing biasanya Jerman. Jumlah patung yang terbuat dari batu pasir di pedalaman dan di puncak menara itu tidak biasa. Gereja baru dibangun sebelah tenggara, tidak jauh dari lokasi lama, di mana Neue Burg (New Castle) pernah berdiri. Konstruksi dimulai tahun 1846, dan pada 27 September 1863 gereja disucikan. Puncak menara tinggi 147,3 meter selesai pada tahun 1874. Pada saat itu, Nikolaikirche adalah bangunan tertinggi di dunia sampai selesainya katedral Rouen pada tahun 1876. Kedua ke menara TV, Nikolaiturm masih gedung tertinggi kedua di Hamburg. Saat ini Gereja St. Nikolai sudah menjadi reruntuhan dan berfungsi sebagai tanda peringatan serta sebagai peninggalan arsitektural yang penting. Tak lama setelah kebakaran, gereja ini dibangun kembali lagi. Pada tahun 1843, sebuah koleksi yang disebut Shilling dimulai, dan pada tahun 1844 ada sebuah kompetisi arsitektur, dimenangkan oleh arsitek Gottfried Semper (yang berasal dari Altona terdekat) dengan draf struktur Romawi berkubah. desain-Nya, bagaimanapun, tidak menyadari, karena tidak cocok dengan townscape Hamburg dan sesaat sebelum saat ini, pembangunan katedral abad pertengahan Cologne pada tahun 1842 telah mengakibatkan kebangkitan Gothic di Jerman. katedral abad pertengahan Hamburg telah dihancurkan pada tahun 1805. München Gambar 7 : Bendera dan lambing kota München München atau Munich adalah ibukota Bavaria, Jerman dan merupakan kota terbesar ketiga setelah Berlin dan Hamburg. Moto kota ini adalah München mag Dich (Munich menyukai Anda). Warna emas dan hitam pada bendera negara bagian, warnawarna Kekaisaran Romawi Suci, telah menjadi warna resmi kota München sejak zaman Ludwig The Bavarian abad ke-13. Kota ini merupakan perpaduan yang sangat baik antara bangunan bersejarah arsitektur yang mengesankan, karena München tidak hanya merekonstruksi reruntuhan bangunan bersejarah tetapi juga menciptakan landmark baru untuk arsitektur. Salah satu arsitektur bersejarah sebagai lokasi wisata di München yaitu: Frauenkirche, Munich Adalah gereja di Bavaria, München yang berfungsi sebgaai katedral dan juga sebagai landmark yang dianggap simbol bagi ibukota Bavaria. Menara gereja ini dapat terlihat dari berbagai sisi kota karena pemerintah Bavaria melarang bangunan dengan ketingguan melebihi tinggi menara Frauenkirchce (109 m) di pusat kota Bavaria. Gambar 8: Frauenkirche Katedral Late Gothic dengan atap melengkung ini memiliki panjang 109 m, lebar 40 m, dan tinggi 37 m dengan dua menara beratap lengkung. Menara utara memiliki tinggi 98,57 m dan menara selatan 98,45 m, berbeda 12 cm. Kedua kubah menara dibangun pada masa Renaissanse dan sama sekali tidak cocok dengan gaya bangunan utama katedral ini, namu inilah yang membuat Frauenkirche sebagai landmark khas di Munich. Bagian dalam bangunan merupakan salah satu aula terbesar gereja-gereja di Jerman bagian selatan, yang terletak di bagian tengah bangunan dengan 2 sisi gang yang memiliki ketinggian yang sama, 31 m. Interior yang terlalu besar tidak terlihat berlebihan karena terdapat barisan kolom yang berhadapan setinggi 22 m. Studi Eksisting Analisa Arsitektural Gambar 9: Tampak depan Goethe-Zentrum Surabaya Bagian depan gedung masih terlihat kesan kaku dan kolonial. Penggunaan warna hijau sesuai dengan warna logo dari Goethe-Zentrum Surabaya. Jendela lebar dan tinggi mencerminkan ciri-ciri bangunan kolonial. Analisa Interior Lantai Keaslian material asli bangunan dipertahankan Ruang Berlin Material terrazzo Kesan kurang rapi Lantai Koridor samping Material Korior Dalam, Ruang Munich, Frankfurt, dan Hamburg Gambar 9: Analisa Lantai Kesan monoton Material keramik warna putih Kurang menegaskan perbedaan fungsi ruang Lantai pada ruang Berlin menggunakan material terrazzo dipadukan dengan artistic tile dengan jenis yang sama. Pada ruang kelas lainnya menggunakan keramik berwarna putih ukuran 40x40, begitupula dengan lantai koridor dalam. Tetapi pada koridor samping, lantai tidak mengalami finishing dengan keramik ataupun terrazzo sehingga lantai terlihat kurang bersih dan rapi. Gambar 10: Ruang Berlin Gambar 11: Lantai ruang Berlin Kelebihan : • Material sangat keras dan tidak mudah rusak • Tahan lama • Tidak mudah kotor • Memiliki banyak variasi warna • Pemeliharaan mudah Kekurangan : • Desain terbatas • Sulit didapat • Penggunaan keramik yang terlalu dominan kurang memperkuat kesan heritage Selain menggunakan terrazzo, pengaplikasian keramik dilakukan pada ruang Munchen, Frankfurt, Hamburg, dan koridor dalam. Keramik yang digunakan berwarna putih dengan motif batu alam. Penggunaan keramik banyak dilakukan karena harganya yang relative murah dan peraawatannya mudah, namun dengan penggunaan keramik mengurangi nuansa heritage yang ingin diciptakan. Sedangkan pada area koridor samping, finishin pada lantai belum benar-benar dilakukan. Gambar 12: Lantai ruang München, Frankfurt, dan Hamburg Gambar 13: Lantai area koridor Gambar 14: Lantai area koridor samping Dinding Dinding pada Goethe-Zentrum secara keseluruhan menggunakan bata aci dengan finishing cat warna putih. Pada ruamg-ruang kelas menggunakan warna krem. Kecuali pada salah satu dinding ruang Hamburg, menggunakan dinding non-permanen berupa sekat dengan material kayu yang dapat digeser untuk memperluas ruang pertemuan yang berada tepat di sebelah barat ruang Hamburg. statis Permanen Permainan warna dinding kurang Material mudah didapat Tahan lama Dinding Seluruh ruang kecuali Ruang Hamburg Dinamis dan fleksibel NonPermanen statis Ruang Hamburg Gambar 15: Analisa dinding Kelebihan : • Material dinding yang mudah didapat • Pemilihan cat warna putih pada ekterior memberikan kesan bersih • Pemilihan cat warna krem pada interior memberikan kesan hangat Kekurangan : • Dinding putih dan krem polos dan tidak ada pengolahan memberikan kesan monoton • Tidak ada permainan warna dinding memberikan kesan kaku Gambar 16 : Dinding interior finishing cat warna krem Gambar 17 : Dinding eksterior finishing cat warna putih Plafon Koridor Samping Sistem plumbing sangat terlihat Plafon Koridor Kesan kurang rapi dan rapuh Tidak ada finishing pada plafon Gambar 18 : Analisa plafon koridor samping Area berhubungan langsung dengan entrance dan sekaligus sebagai area pamer dan informasi tentang Jerman, namun kesan rapuh dan kurang rapi langsung terasa pada gedung ini karena kurangnya pengolahan susana pada interior di area ini. Tidak ada finishing pada plafon menyebabkan sistem plumbing terlihat. Atap terkesan hanya sebagai penutup koridor untuk menghindari air masuk ke dalam koridor dan ini tidak berfungsi sepenuhnya dikarenakan atap menutupi hanya sekitar 60% dari lebar koridor. Gambar 19 : Plafon koridor samping Koridor Dalam Flat ceiling Plafon Koridor Dalam Kesan monoton Kurang adanya pengolahan Gambar 20 : Analisa plafon koridor dalam Ruang Berlin dan Munchen Terlalu tinggi Plafon Ruang Berlin dan München Kesan luas, namun kurang efektif untuk ruang kelas Pencahayaan kurang optimal Gambar 21 : Analisa plafon Ruang Berlin dan München Pada ruang Berlin dan München, keaslian plafon beserta molding yang sedwerhana dari eksisting masih dipertahankan, yaitu plafon yang sangat tinngi. Ini merupakan ciri khas dari bangunan kolonial. Tetapi dengan ketinggian plafon tersebut, untuk sebuah ruang kelas kurang efisien. Hal ini dikarenakan aktifitas pengguna yaitu belajar dan mengajar membutuhkan penerangan yang lebih terjangkau oleh mata. Gambar 22 : Plafon Ruang Berlin dan München Ruang Frankfurt dan Hamburg Plafon Ruang Frankfurt dan Hamburg Cukup efektif untuk ruang kelas Tidak terlalu tinggi Pencahyaan cukup optimal Flat ceiling Kesan monoton List corner kurang terlihat Gambar 23 : Analisa ruang Frankfurt dan Hamburg Sedangkan pada ruang Frankfurt dan Hamburg, plafon telah mengalami perubahan level, hal ini dapat mengoptimalkan pencahayaan pada ruang ini. Namun pegolahan pada plafon tidak dilakukan sehingga masih terkesan monoton dan list corner tidak diaplikasikan pada plafon kedua ruangan ini. Gambar 24 : Plafon ruang Frankfurt Gambar 25 : Plafon ruang Hamburg Konsep Desain Konsep Makro Secara keseluruhan, ruang-ruang pada Goethe-Zentrum diharapkan memiliki karakter ruang yang hangat sekaligus menyenangkan dengan menciptakan harmonisasi dan keselarasan pada komposisi nuansa German heritage secara global dan tempattempat tujuan wisata di 4 kota di Jerman, yaitu Berlin, Munich, Hamburg, dan Frankfurt dengan sedikit unsur Surabaya. Komposisi warna hangat (warna klasik) dan warna ceria menjadi salah satu hal penting dalam menciptakan ruang kelas yang menyenangkan. Bentukan, analogi, dan karakteristik dari Jerman diterpakan pada furniture, elemen pembentuk ruang, dan elemen estetis pada ruang-ruang kelas dan koridor di GoetheZentrum. Harmonisasi dari tempat-tempat tujuan wisata di 4 kota di Jerman tersebut disatukan dengan bangunan tradisional yang ada di setiap kota di Jerman yang biasa disebut tudor house. Bangunan yang memiliki ciri khas garis vertikal, horisontal, dan diagonal yang terdapat pada tampilan luar bangunannya. Gambar 26 : Tudor house Konsep Mikro Lantai Lantai Kelas Konsep pada lantai ruang kelas bertujuan untuk tetap mempertahankan material lantai eksisting, yaitu terrazzo. Terrazzo diperthankan karena bangunan eksisting merupakan bangunan peninggalan Belanda yang sebisa mungkin tetap mempertahankan keaslian bangunan, tetapi dengan adanya pengaplikasian terrazzo pada lantai, nuansa yang akan dicapai pada 4 ruang kelas tetap mencerminkan 4 kota di Jerman. Gambar 27 : Lantai Ruang Berlin Gambar 28 : Artistic tile dan terrazzo Lantai Koridor Konsep lantai pada koridor menggunakan lantai terrazzo Gambar 29 : Lantai Terrazzo Motif Lantai Motif lantai tidak lepas dari ciri lantai bangunan kolonial, yaitu mengadaptasi bentuk ukiran-ukiran klasik yang simetris disusun berjajar sehingga membentuk garis pada lantai. Gambar 30 : Konsep motif lantai Dinding • Koridor Pada koridor wall molding yang besar dan timbul diaplikasikan, dengan penggunaan warna yang berbeda dengan dinding. Gambar 31 : Konsep dinding koridor • Ruang Kelas Pada ruang kelas dinding menggunakan wall base molding yang besar. Gambar 32 : Konsep dinding kelas Jendela Kebanyakan jendela pada bangunan bersejarah di Jeman memiliki jendela-jendela tinggi atau lebar, memiliki lengkung / arch pada bagian atas, dan berteralis. Gambar 33 : Konsep jendela Jendela pada Goethe-Zentrum, beberapa ciri tersebut sudah terpenuhi, seperti ukuran jendela yang lebar dan berteralis, akan tetapi, ciri terpenting dari German Heritage adalah bentuk jendela yang memiliki lengkungan / arch. Gambar 34: Jendela Goethe-Zentrum Overdoors Merupakan sistem pintu yang memberikan detail lebih pada sekeliling daun pintu untuk lebih memberikan kesan bangunan bersejarah. Gambar 35: Overdoors Plafon Plafon merupakan elemen penutup bagian atas dari sebuah ruangan atau interior. Plafon pada interior bangunan bersejarah di Jerman sangat identik dengan ornamen dan motif dekorasi. Ornamen tersebut dapat berupa mural, bentukan gips (molding), permainan ketinggian atau lainya. Selain penggunaan gips, pengaplikasian skylight pada plafon yang diterapkan pada koridor samping agar area tersebut terkesan luas dan dapt memperoleh cahaya alami. Material yang digunakan adalah kaca dengan kusen kayu dengan bentuk dome untuk mempertegas suasana klasik. Gambar 36: Konsep plafon List Corner Pada interior Goethe-Zentrum, list corner sudah diaplikasikan hanya ukurannya yang terlalu kecil dan bentuknya yang terlalu sederhana sehingga cenderung tidak terlihat. Untuk mencapai nuansa German heritage, perlu perubahan bentuk dan ukuran list corner pada setiap sudut plafon interior Goethe-Zentrum. Gambar 37: Konsep list corner Analisa Konsep Furnitur Furnitur merupakan salah satu elemen interior yang sangat berpengaruh dalam menyampaikan konsep ruangan. Konsep furniture pada Goethe-Zentrum mengaplikasikan bentuk-bentuk klasik Jerman. Furniture setiap ruang berbeda-beda sesuai dengan nama kota yang dijadikan sebagai nama di setiap kelas Goethe-Zentrum. A. Konsep Berlin Berlin identik dengan Gerbang Brandenburg yang dibangun dengan style Greek Revival. Berikut ini beberapa furniture bergaya Greek Revival: Gambar 38: Konsep furnitur kelas Berlin B. Konsep Frankfurt Tujuan wisata bersejarah yang paling banyak dikunjungi di Frankfurt adalah Römerberg dengan style Gothic. Beberapa furnitur bergaya Gothic yaitu : Gambar 39: Konsep furnitur kelas Frankfurt Namun, konsep Gothic yang diterapkan pada kelas Frankfurt juga dipadukan dengan ciriciri bangunan di komplek Römerberg yang sangat mudah dikenali. Gambar 40: Römerberg C. Konsep Hamburg Gereja St. Nikolai berstyle Gothic Revival yang menjadi icon kota Hamburg diterapkan pada konsep furniture ruang kelas Hamburg, termasuk transformasi dari bentukan dari gereja itu sendiri. Beberapa furnitur Gothic Revival yaitu : Gambar 41: Konsep furnitur kelas Hamburg D. Konsep München Pada kelas München, penggunaan furniture style Late Gothic dengan penerapan warna pada Gereja Frauenkirche. Gambar 42: Konsep furnitur kelas München E. Konsep Koridor Sepanjang koridor menggunakan pilar Doric, koridor juga digunakan sebagai area pamer dan informasi terkini tentang Jerman. Gambar 43: Konsep koridor Desain Akhir Koridor dan Center Area Gambar 44: Desain akhir koridor Pada area koridor, penggunaan wall molding kayu di seluruh dinding koridor dan centre area dengan style Tudor berupa perpaduan garis horisontal, vertikal dan diagonal dari rumah tradisional Jerman dan penggunaan arch dan pilar yang berderet sepanjang koridor dan centre area menciptakan suasana Jerman klasik. Area koridor sekaligus digunakan sebagai cafe bagi penggunan Goethe-Zentrum. Bar stool diterapkan sebagai penanda area cafe dengan material rotan dan stainless dengan finishing cat merah tua dan hitam, serta kuning pada bantalan duduk. Warna merah tua, hitam, dan emas merupakan warna bendera Jerman sehingga mampu mengangkat suasana Jerman pada koridor. Kaki bar dan stool bercabang empat merupakan aplikasi dari cakar burung lambang negara Jerman. Gambar 45: Desain akhir furnitur koridor Sofa klasik diterapkan pada centre area dengan warna hijau tua dan coklat kayu. Warna hijau tua dipilih sesuai dengan warna corporate image Goethe-Zentrum. Coffee table berbentuk oval sesuai dengan bentuk logo Goethe-Zentrum dengan material kaca dan kayu. Gambar 46: Desain akhir furnitur Centre Area Wall lamp aplikasi bentuk sayap burung lambang negara Jerman dengan material kayu dan metal. Hanging lamp pada Centre Area aplikasi bentuk burung lambang negara Jerman dengan material metal dengan finishing cat hitam dan oranye sesuai dengan warna lambang Jerman. Gambar 47: Desain akhir Eagle Lamp Gambar 48: Desain akhir wall lamp Hanging lamp yang juga merupakan aplikasi bentuk sayap burung lambang negara Jerman dengan material kayu dan metal. Hanging lamp ini di terapkan pada setiap ruang kelas di Goethe-Zentrum. Gambar 49: Desain akhir hanging lamp Untuk elemen estetis, signage berbentuk oval dengan ornament dari kayu dipadukan dengan metal. Signage ini digunakan untuk menunjukkan nama-nama ruang yang ada di Goethe-Zentrum Surabaya. Bentuk lengkung pada ornament diambil dari bentuk sayap burung lambang Negara Jerman. Material dan warna lengkungan sama dengan hanging lamp dan wall lamp, kayu dengan finishing plitur warna alami. Gambar 50: Desain akhir signange Kelas Berlin Gambar 51: Desain akhir kelas Berlin Penerapan wall art salah satu arsitektur paling terkenal di Berlin, Gerbang Brandenburg pada kelas Berlin mampu menciptakan suasana “Berlin” ke dalam kelas. Dengan furniture Greek Revival pada kursi, dapat mengangkat suasana Brandenburg yang berstyle Greek Revival. Gambar 52: Desain akhir furniture kelas Berlin Kelas Frankfurt Gambar 53: Desain akhir kelas Frankfurt Kelas Frankfurt dengan tema Römerberg berstyle Gothic dengan aplikasi bentuk atap Römer yang bertingkat dipadu style Gothic pada kursi kelas. Kursi kelas dengan material stainless dan kayu, finishing cat besi dan kayu. Gambar 54: Desain akhir furnitur kelas Frankfurt Kelas Hamburg Gambar 55: Desain akhir kelas Hamburg Kelas Hamburg bertema Gereja St.Nikolai berstyle Gothic Revival dengan aplikasi bentuk pointed arch pada kaki kursi kelas dan garis vertikal diagonal pada penyangga sandaran kursi dari aplikasi garis Tudor. Kursi kelas dengan material stainless dan kayu, finishing cat besi dan kayu. Gambar 56: Desain akhir furnitur kelas Hamburg Kelas München Gambar 57: Desain akhir kelas München Kelas Frankfurt dengan tema Frauenkirche berstyle Late Gothic dengan aplikasi bentuk pointed arch pada kaki kursi kelas. Kursi kelas dengan material stainless dan kayu, finishing cat besi dan kayu. Gambar 58: Desain akhir furnitur kelas München DAFTAR PUSTAKA Diktat Schulte-Peevers, Andrea, dkk. 2010. Germany. Australia : Lonely Planet. Panero, Julius, ASID, 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Jakarta : Erlangga. Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek- Jilid 1 - Edisi 33. Jakarta : Erlangga. Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek- Jilid 2 - Edisi 33. Jakarta : Erlangga. Binart, Natalie, dkk. 2009. Home Décor Volume 09: Floor and Wall Coverings. Singapore : Page One. Situs Internet www.wikipedia.com www.goethe-zentrumsby.org www.cia.gov www.study-in-germany.de www.german-architecture.info www.frankfurt-tourismus.de www.bkpm.org www.jakarta.diplo.de Tugas Akhir Nur Hardiansyah, Mahendra. 2009. Desain Interior Kafe Es Krim Zangrandi dengan Nuansa Kolonial Sebagai Salah Satu Sarana Nostalgia Mengenang Surabaya Tempo Dulu. Anggraita, Aria Weny. 2005. Desain Interior CCCL yang Memperkenalkan Karakter Budaya Perancis dan Jawa Timur.