Word Macro Virus.... it just fun

advertisement
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
67
BAB VII
NILAI-NILAI PERUSAHAAN
A. Rumusan Capaian Pembelajaran Nilai-Nilai Perusahaan
1. Sikap
Sikap utama dan pertama yang harus ditanamkan pada diri mahasiswa maupun
pengampu Mata Kuliah Pengantar Manajemen Keuangan dan perlu dituangkan dalam
bab ini adalah nilai-nalai dalam Perusahaan, dan ada hal-hal perlu ditanamkan kepada
mahasiswa adalah harus:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;
b. menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama,moral, dan etika;
c. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;
d. berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasio -
nalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
e. menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
f. bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat
dan lingkungan;
g. taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
h. menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
i. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara andiri;menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan berwirau
usaha (KKNI, 2012)
2. Ketrampilan Umum dalam Nilai-Nilai Perusahaan
Keterampina umum yang harus ditanamkan pada diri mahasiswa maupun pengampu
Mata Kuliah Pengantar Manajemen Keuangan, yang dituangkan dalam bab ini
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
68
adalah mahasiswa harus mampu menjaga dan memelihara nilai-nilai perusahaan,
dan ada yang harus dipahami oleh mahasiswa harus:
a. mampu menerapkan pemikian logis, kritis, inovatif, bermutu, dan terukur dalam
melakukan pekerjaan yang spesifik di bidang keahliannya serta sesuai dengan
standar kompetensi kerja bidang yang bersangkutan;
b. mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur;
c. mampu mengkaji kasus penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mem-
perhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan bidang keahliannya dalam
rangka menghasilkan prototype, prosedur baku, desain atau karya seni, menyusun
hasil kajiannya dalam bentuk kertas kerja, spesifikasi desain, atau esai seni, dan
mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi
d. mampu menyusun hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk kertas kerja, spesifikasi
desain, atau esai seni, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi;.
e. mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan prosedur baku, spesifikasi
desain, persyaratan keselamatan dan keamanan kerja dalam melakukan supervisi dan
evaluasi pada pekerjaannya;
f. mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja sama dan hasil kerja sama
didalam maupun di luar lembaganya;
g. mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan
supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada
pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya;
h. mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di-
bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri;
i. mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan
kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi (KKNI, 2012).
B. Pengantar
Pada dasarnya tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1966). Untuk
meningkatkan nilai perusahaan dilakukan dengan cara pengaturan kegiatan keuangan
perusahaan, yang disebut manajemen keuangan. Disamping itu, nilai tercermin dalam
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
69
harga pasar dari saham biasa perusahaan melalui suatu fungsi dari keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan keputusan dividen perusahaan (Van Horne, 2002; 3). Nilai
atau harga saham perusahaan ditentukan oleh cash flow perusahaan, dimana cash flow
tersebut dapat diperoleh dari aktivitas operasi seperti penjualan, bunga dan pajak;
sementara itu aktivitas pendanaan seperti penerbitan utang, penerbitan saham dan
pembayaran dividen dan aktivitas investasi (Livnat dan Paul, 1990; 26-27). Apabila
nilai utang berubah maka tentunya struktur modal akan ikut berubah juga. Perubahan
dalam struktur modal akan menguntungkan para pemegang saham hanya jika nilai
perusahaan meningkat (Ross et al. 1996; 7). Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
nilai perusahaan adalah sama dengan peningkatan nilai atau harga saham.
Selanjutnya, perusahaan sebagai pihak yang membutuhkan dana akan menggunakan dana dari berbagi sumber dana atau bauran dari utang dan ekuitas dalam
struktur modal perusahaan. Perusahaan akan menganalisis sejumlah faktor untuk
menentukan suatu target atau struktur modal optimal perusahaan. Struktur modal yang
optimal adalah keseimbangan antara risiko/risk dan hasil/return yang memaksimalkan
harga saham perusahaan (Weston dan Brigham, 1993; 622). Dengan demikian
diharapkan apabila perusahaan mengambil kebijakan struktur modal yang optimal,
maka tujuan perusahaan akan dapat tercapai.
1. Keputusan Sumber Dana
Manajer keuangan dalam pengambilan keputusan adalah bagaimana perusahaan
memperoleh modal untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Menurut Alwi (1993,
329): “struktur modal adalah perbandingan antara utang jangka panjang dan modal
sendiri yang dipergunakan oleh perusahaan”. Sedangkan menurut Sartono (1995, 295),
“Struktur modal adalah perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat
permanen, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa”. Dari beberapa
pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa struktur keuangan merupakan
perpaduan dari seluruh pos yang ada disisi kanan neraca perusahaan, sedangkan
struktur modal merupakan sumber pembiayaan jangka panjang yang digunakan oleh
perusahaan yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa.
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
70
Dengan demikian yang dimaksud sumber utang tidak hanya utang jangka panjang
tetapi utang jangka pendek atau segala bentuk utang yang digunakan perusahaaan.
Tujuan manajemen struktur modal adalah menggabungkan sumber dana
permanen yang digunkan oleh perusahaan dengan cara memaksimumkan harga saham
perusahaan dan meminimumkan biaya modal perusahaan (cost of capital), serta
menyeimbangkan antara risiko dan tingkat pengembalian. Hal ini sesuai dengan
pendapat Keown et al. (1996, 520) yaitu adalah sebagai berikut:
“The objective of capital structure management is to mix the permanent sources
of funds used by the firm in a manner that will maximize the company’s common
stock price. Alternatively, this objective may be viewed as a rearch for the funds
mix that will minimize the firm’s composite cost of capital. We can call this
proper mix of funds sources the optimal capital structure”.
Pendapat tersebut di atas didukung oleh Campsey (1985,534), adalah : “the optimal
capital structure strike a balance between these risk and return and that maximizes the
price of the stock”. Weston (1990, 702) berpendapat bahwa: “The optimal capital
structure is the one that maximizes the price of the firm’s stock, and this always calls
for a debt ratio which is lower than the one that maximizes xpected EPS”.
Berdasarkan pendapat
Keown dan Campsey menunjukkan bahwa tujuan
manajemen struktur modal adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan yang
dimaksudkan sebagai harga saham, dengan cara meminimumkan cost of capital dan
menyeimbangkan risiko dan tingkat pengembalian. Sedangkan menurut Brigham,
struktur modal optimal dapat memaksimalkan harga saham perusahaan dengan rasio
utang yang rendah dan nilai EPS yang maksimal. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa struktur modal yang baik atau optimal adalah struktur modal yang dapat
meminimumkan biaya dan menyeimbangkan risiko dengan tingkat pengembalian.
2. Leverage Keuangan
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa sumber dana dari utang
menimbulkan kewajiban membayar bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar
perusahaan sebelum sisa keuntungan yang tersedia dibagikan untuk pemegang saham.
Semakin besar penggunaan utang akan semakin besar risiko yang harus dtanggung
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
71
pemegang saham, hal ini sesuai yang dikatakan Campsey (1985) bahwa manajemen
struktur modal harus menyeimbangkan risiko dan tingkat pengembalian, yang artinya
bahwa penggunaan utang dalam struktur modal akan menimbulkan risiko.
Risiko yang ditimbulkan akibat penggunaan utang dalam struktur modal terdiri
dari; (1) risiko bisnis, (2) risiko pasar, dan (3) risiko finansial. Sementara Homaifar
(1994; 10), menyatakan struktur modal adalah penggabungan dari nilai utang, saham
preferen, saham biasa, dan laba ditahan yang tercermin dalam laporan keuangan
perusahaan pada akhir tahun. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian sehingga
memaksimalkan harga saham. Seperti yang dikemukakan oleh Weston dan Brigham
(1993:622) sebagai berikut: “ Therefore, the optimal capital structure is one that
strikes a balance between risk and return so as to maximize the stock price” .
Selanjutnya Teori Struktur Modal Optimal menjelaskan dengan dua pendekatan
(Husnan, 1996; 293), diantaranya sebagai berikut:
C. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional menyatakan bahwa dalam pasar modal yang sempurna
dan tidak ada pajak, nilai perusahaan dapat diubah dengan cara merubah struktur
modalnya, atau dengan struktur modal optimal. Perusahaan dapat meningkatkan
nilai perusahaan melalui penggunaan utang/leverage secara hati-hati. Hal ini
disebabkan pada tingkat utang tertentu biaya modal rata-rata menurun yang diikuti
oleh naiknya nilai perusahaan, dan sebaliknya pada tingkat utang/leverage tertentu
biaya modal rata-rata akan naik diikuti turunnya nilai perusahaan. Asumsinya
bahwa pada tingkat
utang/leverage tertentu biaya modal sendiri dan biaya
utang/leverage konstan, dan pada tingkat utang/leverage tertentu biaya tersebut
meningkat karena adanya faktor risiko akibat besarnya penggunaan utang.
D. Pendekatan Modigliani-Miller (MM)
Pendekatan MM menunjukkan bahwa pendapat pendekatan tradisional adalah
tidak benar. Mereka menunjukkan kemungkinan munculnya proses arbitrase yang
akan membuat harga saham (nilai perusahaan) yang tidak menggunakan utang
akhirnya sama. Pendekatan MM mengasumsikan bahwa pasar modal sempurna dan
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
72
tidak ada pajak. Hal ini dijelaskan bahwa nilai setiap perusahaan merupakan
kapitalisasi laba operasi bersih/ Net Operating Income yang diharapkan dengan
tingkat kapitalisasi konstan yang sesuai dengan tingkat risiko perusahaan.
Selanjutnya Modigliani dan Miller juga berpendapat bahwa apabila utang/leverage
perusahaan besar, maka biaya modal sendiri juga besar. Dengan demikian para
pemilik modal sendiri mengharapkan tingkat keuntungan yang semakin besar pula,
berarti bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemilik modal sendiri
adalah sebesar tingkat keuntungan atas modal sendiri dari perusahaan yang tidak
memiliki utang ditambah dengan premi risiko.
Utang mempunyai implikasi yang penting dan sekaligus menunjukkan
keuntungannya, karena.
a. Pembayaran bunga adalah tax deductible, yang menurunkan biaya efektif utang
b. Debtholder memperoleh return yang pasti, sehingga stockholder tidak harus
membagi profitnya jika bisnis sangat berhasil.
c. Melalui financial leverage/utang dimungkinkan laba per lembar saham EPS
akan meningkat
d. Kendali terhadap operasi perusahaan oleh pemegang saham yang ada tidak
berubah.
e. Dilain pihak ada kerugian yang timbul dari penggunaan utang yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
f. Semakin tinggi debt ratio, berarti semakin berisiko perusahaan karena semakin
tinggi bunga yang harus dibayar.
g. Apabila perusahaan jatuh pada waktu kondisi berat dan operating income tidak
cukup untuk menutup beban bunga, stockholder harus mengangkatnya dari
kejatuhan, seandainya tidak maka akan menyebabkan kebangkrutan (Brigham
dan Joel, 1998; 491).
h. Munculnya agency problem yang meningkatkan agency cost atau biaya
keagenan (Agency theory). Agency cost timbul ketika para stakeholder saling
memonitor perilaku satu sama lainnya (Van Horne, 2002; 271).
Dengan demikian, dari berbagai uraian diatas sebenarnya fokus penjelasan
mengenai struktur modal adalah penggunaan utang, karena diharapkan nilai perusahaan
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
73
akan meningkat apabila perusahaan mengubah struktur modalnya mencapai optimal
melalui penggunaan utang secara hati-hati. Karena penggunaan utang di perusahaan di
satu pihak ada yang menguntungkan dan di pihak lain ada juga yang merugikan.
Sehingga diharapkan perusahaan dapat mengambil kebijakan dengan baik yang
nantinya tidak akan merugikan bagi pihak intern perusahan.
E. Agency theory
Pada hakekatnya, meningkatkan kemakmuran pemegang saham melalui
peningkatan nilai perusahaan sebagai tujuan utama perusahaan sering bertentangan
dengan tujuan pihak manajemen perusahaan, sehingga timbul konflik kepentingan
antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Konflik kepentingan antara pihak
manajemen dengan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme
pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut.
Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya
yang disebut sebagai Agency Cost.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan muncul ketika
satu atau lebih individu (majikan) menggaji individu lain (Agen atau Karyawan) untuk
bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada
agen dan karyawannya. Sementara itu, pengendalian perusahaan sering diserahkan
kepada manajer profesional yang bukan pemilik perusahaan. Pemilik tidak mampu
karena keterbatasannya untuk mengendalikan perusahaa yang semakin besar dan
kompleks. Tujuan utama yang harus dicapai adalah memaksimumkan kemakmuran
pemilik perusahaan. Dengan demikian manajemen dapat dipandang sebagai pemilik
agen dari pemilik perusahaan yang memperkerjakan mereka, memberikan kekuasaan
dan wewenang untuk mengambil keputusan terbaik yang menguntungkan pemilik
perusahaan.
Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham dengan manajer
potensial terjadi apabila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan.
Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang sahaam. Sebaliknya, manajer perusahaan bisa saja bertindak
tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, tetapi berkepentingan
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
74
untuk kemakmuran individu, keselamatan kerja, gaya hidup, dan keuntungan yang lain
seperti kantor yang mewah, keanggotaan profesional, fasilitas telepon, mobil pribadi,
dan tiket liburan, yang kesemuanya dibebankan atas biayaa perusahaan.
Agency problem muncul terutama apabila perusahaan menghasilkan free cash
flow yang sangat besar. Dan yang dimaksud dengan free cash flow adalah aliran kas
bersih yang tidak dapat diinvestasikan kembali karena tidak tersedia kesempatan
investasi yang profitable. Selain itu konflik antara manajemen dan pemegang saham
sering timbul dalam transaksi pembelian sebuah perusahaan oleh perusahaan besar
dengan menggunakan utang yang sering disebut dengan leveraged buyout (LBO).
Dalam leveraged buyout biasanya manajemen merasa bahwa perusahaan dinilai terlalu
rendah atau underprice akan mengatur perjanjian kredit, melakukan penawaran atau
tender over untuk membeli saham perusahaan yang sebelumnya tidak dimiliki grup
manajemen, dan kemudian secara langsung mengendalikan sekaligus memiliki
perusahaan. Konflik antara manajemen dan pemegang saham muncul karena dalam
praktek pembelian saham tersebut manajemen sering melakukan penawaran tidak
wajar.
Solusi yang lebih baik untuk mengatasi masalah tersebut adalah memberi suatu
paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan perusahaan jika
kinerja mereka bagus. Selain itu agency problem antara pemegang saham dan
manajemen perusahaan dapat dikurangi dengan cara (Atmaja, 1999: 13): (1) Ancaman
di-PHK karena kinerja yang dinilai kurang memuaskan. (2) Ancaman akan dilakukan
hostile take over atau kondisi dimana perusahaan diambil alih secara paksa oleh pihak
lain. Kondisi ini mungkin terjadi bila nilai perusahaan turun karena mis-management.
Jika hostile take over terjadi, biasanya manajemen lama akan diganti karena dianggap
sebagai sumber masalah.
Untuk menyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, maka pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang
disebut agency cost, yang meliputi antara lain: pengeluaran untuk memonitor kegiatan
manajer, pemgeluaran untuk membut suatu struktur organisasi yang meminimalkan
tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan, serta opportunity cost yang timbul
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
75
akibat kondisi di mana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa
persetujuan pemegang saham (Jensen & Meckling, 1976).
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, yaitu: (1) Dengan
meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan selain itu manajer
merasakan langsung manfaat dari keputusan yang dimbil, dan juga apabila ada
kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan dengan pemegang saham (Jensen &
Meckling, 1976). Dengan demikian maka kepemilikan saham oleh manajemen
merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan
manajer akan menggunakan utang secara optimal, sehingga akan meminimumkan biaya
keagenan. (2) Dengan meningkatkan dividend payout ratio. Dengan demikian tidak
tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari
luar untuk membiayai investasinya (Crutchley & Hansen, 1989). (3) Meningkatkan
pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan besarnya konflik antara
pemegang saham dengan manajemen. Disamping itu utang juga akan menurunkan
excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan
pemborosan dilakukan oleh manajemen (Jensen et al. 1992; Jensen, 1986). (4)
Institutional Investor sebagai monitoring agents. Moh’d et al. (1998) menyatakan
bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institusional investor
dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal tersebut karena
kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat
digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menentang terhadap keberadaan
manajemen. Adanya kepemilikan oleh investor institutional seperti asuransi, bank,
perusahaan investasi atau institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang
lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
Pada agency theory yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang
dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Sementara itu, dalam
manajemen keuangan, tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Untuk itu maka manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus
bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi ternyata sering ada konflik antara
manajemen dengan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena adanya perbedaan
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
76
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajemen perusahaan mempunyai
kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya
pihak lain. Perilaku ini bisa disebut sebagai keterbatasan rasional (bounded rationality)
dan manajer cenderung tidak menyukai risiko (risk averse).
Pihak manajemen cenderung tidak mau menanggung risiko atas kesalahan
dalam mengambil keputusan, sehingga risiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh
pemegang saham (Prinsipal). Oleh karena itu manajemen cenderung melakukan
pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya,
seperti peningkatan gaji dan status.
Selanjutnya penyebab lain dari konflik antara manajer dengan pemegang saham
adalah keputusan pendanaan. Para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko
sistematik dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio
yang terdiversifikasi dengan baik. Namun manajer sebaliknya lebih peduli pada risiko
perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian managerial ownership dan
institutional investor dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui
utang atau penerbitan saham baru. Jika pendanaan diperoleh melalui utang berarti ratio
utang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan dapat meningkatkan
risiko.
F. Teori Struktur Modal
Struktur modal (Capital Structure) merupakan kombinasi atau bauran seluruh
sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Tujuan pokok
manajemen struktur permodalan adalah menciptakan suatu kombinasi sumber dana
permanen yang sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan
dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan. Nilai perusahaan adalah sama
dengan nilai pasar saham ditambah dengan nilai pasar utang (Clarke et al. 1990).
Apabila besarnya nilai utang konstan maka setiap peningkatan nilai saham akan
meningkatkan nilai perusahaan, dan apabila nilai utang berubah, maka struktur modal
akan ikut berubah juga. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan bagi
pemegang saham, jika nilai perusahaan meningkat (Ross et al. 1996).
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
77
Dilain pihak Husnan (1994; 277) mengemukakan bahwa ada dua keputusan yang
menyangkut tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh
perusahaan, yaitu:
1. Keputusan pendanaan yaitu berapa banyak utang dan modal sendiri yang akan
dipergunakan, dimana hal itu akan menentukan besarnya ratio utang dan modal
sendiri, dan bagaimana jenis utang dan modal sendiri yang akan dipergunakan.
2. Keputusan yang menyangkut penentuan waktu (timing) yaitu kapan memperoleh
utang atau modal sendiri, yang dihubungkan dengan hipotesis pasar efisien.
Implikasinya bahwa apabila mempunyai keyakinan bahwa pasar modal efisien akan
menerima harga yang wajar dari setiap sekuritas yang diterbitkan.
Selanjutnya, teori tentang struktur modal optimal ditemukan pertama kali oleh
Modigliani & Miller (1958). Teori ini didasari oleh beberapa asumsi dan tanpa
memperhitingkan pajak. Modigliani & Miller (1958) berpendapat bahwa penggunaan
utang dalam struktur modal perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Pendapat tersebut didukung oleh Emery (1997: 463):
“In perfect capital market, afirm’s capital structure has no effect on its value.
Reflecting the principle of risk-return trade-off, differences inreguired return
reflect differences in the risk of the investment-not differences in how the cash
flow stream in divided between debt and equity claims-in a perfect market”
Pendapat tersebut di atas menjelaskan bahwa pada pasar modal dengan
persaingan sempurna, penggunaan utang tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Tetapi
hal tersebut merefleksikan prinsip keseimbangan
(trade-off) risiko . Tingkat
pengembalian dibedakan dalam refleksi tingkat pengembalian yang diharapkan pada
risiko investasi, tetapi tidak membedakan aliran cash flow pada tuntutan perbandingan
utang dan modal sendiri pada pasar modal sempurna (perfecct capital market). Namun
setelah memperhitungkan adanya pajak, baik pajak pendapatan perusahaan maupun
pajak pendapatan perseorangan. Dengan demikian untuk memperjelas teori struktur
modal dengan model Modigliani & Miller (1958) diuraikan dibawah ini.
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
78
1. Financial leverage, cost of capital, dan struktur modal optimal
Sumber dana yang digunakan oleh perusahaan dengan tetap, di maksudkan
bahwa perusahaan tersebut mempunyai financial leverage. Tujuan penggunaan
financial leverage adalah agar terjadi perubahan laba per lembar saham biasa yang
lebih besar atau adanya peningkatan kesejahteraan pemegang saham. Oleh karena itu
untuk mewujudkan tujuan tersebut maka diperlukan strategi penentuan struktur modal.
Peningkatan kesejahteraan pemegang saham tidak bisa lepas dari nilai
perusahaan. Nilai perusahaan merupakan fungsi dari biaya modal yang akan digunakan.
Dari
uraian
dapat
disimpulkan
bahwa
penentuan
financial
leverage
akan
mempengaruhi cost of capital dan struktur modal yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
Berbagai teori struktur modal telah dikembangkan khususnya untuk menganalisis pengaruh penggunaan utang terhadap nilai perusahaan dari biaya modal. Dua
pertanyaan yang mendasar dari teori struktur modal adalah: (1) dapatkah suatu perusahaan meningkatkan kemakmuran pemegang saham dengan cara mengantikan sebagian modal sendiri dengan utang?; Jika dapat, maka pertanyaan berikutnya, (2) berapa besar utang yang harus dipergunakan oleh perusahaan?
Persamaan yang digunakan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan utang
terhadap nilai saham dalam berbagai struktur modal (Sartono, 1995: 289) adalah :
E=
(EBIT  k d .D)(1  t)
Ke
ke=
(EBIT  k d .D)(1  t)
E
E
D
kd
ke
t
V
=
=
=
=
=
=
nilai pasar saham biasa
nilai pasar utang
biaya utang
biaya modal sendiri
tingkat pajak
nilai perusahaan (D+E)
Persamaan pertama menunjukkan besarnya perkiraan nilai pasar saham biasa
yang secara matematis oleh besarnya biaya bunga sebagai akibat penggunaan utang,
maka dapat diturunkan persamaan kedua yang digunakan untuk membahas pengaruh
leverage atau penggunaan utang terhadap biaya modal sendiri.Pengaruh perubahan
rasio utang terhadap biaya modal rata-rata dapat diformulasikan sebagai berikut
(Sartono, 1995:290):
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
79
Ka =
D
E
k d (1  t) 
ke
(D  E)
(D  E)
Persamaan tersebut menunjukkan, jika biaya bunga riil lebih rendah daripada
biaya modal sendiri maka semakin besar proporsi utang dalam struktur modal akan
menurunkan total biaya modal rata-rata. Pengaruh total biaya modal rata-rata terhadap
nilai perusahaan nampak dalam persamaan di bawah ini (Sartono, 1995: 290).
V=
Dk d (1  t)  Ek e
ka
V=
Dk d (1  t)  EBIT(1  t)  k d D(1  t)
ka
Pengaruh total biaya modal rata-rata terhadap nilai perusahaan secara sistematis
dapat dilihat dari persamaan di atas. Jika besarnya laba operasi tidak berubah, maka
perubahan struktur modal akan mempengaruhi nilai perusahaan. Semakin rendah total
biaya rata-rata sebagai akibat perubahan struktur modal akan meningkatkan nilai
perusahaan. Pengaruh leverage terhadap cost of capital dan nilai perusahaan dengan
pendekatan laba bersih, laba operasi bersih, dan tradisional
Penggunaan leverage dengan menggunakan pendekatan struktur modal yang
berbeda, yaitu laba bersih, laba operasi bersih, dan tradisional, mempunyai pengaruh
yang berbeda terhadap biaya modal dan nilai perusahaan.
Perbedaan tersebut diperjelas dengan memperhatikan gambar
0
A. Pendekatan Net
Income (NI)
B. Pendekatan Net
Operating Income (NOI)
Biaya Modal
Biaya Modal
Nilai Perusahaan
ka
ka
kd
kd
D/V
0
Nilai Perusahaan
D/V
Biaya Modal
V
Nilai Perusahaan
ke
ke
Biaya Modal
0
C. Pendekatan Tradisional
D/V
Biaya Modal
ka
kd
D/V
Nilai Perusahaan
Biaya Modal
V
0
Nilai Perusahaan
ke
D/V
V
D/V
Nilai Perusahaan
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
80
Keterangan :
ke : biaya modal saham
ke : biaya utang
ka : biaya rata-rata modal
V : Nilai perusahaan (D+E)
D : Nilai pasar utang
E : Nilai pasar saham
Gambar. 1 Pengaruh leverage : Pendekatan NI, NOI, dan Tradisional (Sartono, 1995:
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai
laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (ke) yang konstan dan (kd) yang konstan
pula. Karena biaya penggunaan utang lebih
murah dari biaya modal sendiri dan dengan kapitalisasi yang konstan, maka semakin
besar jumlah utang yang dipergunakan akan memperkecil biaya modal rata-rata (ka)
dan meningkatkan nilai perusahaan. Jika pendekatan ini digunakan, maka perushaan
cenderung menggunakan utang semakin besar.
Pendekatan laba operasi bersih mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi
yang berbeda terhadap penggunaan utang oleh perusahaan. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa biaya utang tidak terpengaruh dengan adanya penggunaan
utang. Sedangkan biaya modal sendiri akan mengikuti besarnya resiko yang akan
dialami akibat penggunaan utang. Semakin besar proporsi utang dalam struktur modal
akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diminta oleh pemegang saham,
sehingga biaya modal sendiri akan naik proporsionalnya dengan perubahan proporsi
utang yang pada akhirnya tidak merubah (konstan) besarnya total biaya rata-rata. Tidak
berubahnya total biaya modal rata-rata karena perubahan komposisi struktur modal,
juga tidak merubah nilai perusahaan. Hal ini dipertegas oleh Van Horne (1995:471):
“Net operating income (NOI) approach (to capital structure) A theory of capital
structure in which the weighted average cost of capital and the total value of the firm
remain constant as financial leverage is changed.”
Keown et al. (1996:524) mendefinisikan struktur modal dengan pendekatan
NOI adalah “The concept from financial theory that suggests the firm’s capital
structure has no impact on its market valuation”.
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
81
Pendekatan terdisional adalah perpaduan dari kedua pendekatan sebelumnya
yang banyak dianut oleh para praktisi dan akademisi. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa pada tingkat leverage tertentu biay modal sendiri (ke) dan biaya utang (kd)
konstan, dan pada tingkat leverage tertentu biaya tersebut meningkat karena memperhitungkan faktor resiko akibat penggunaan utang yang semakin besar. Oleh karena itu
pada tingkat leverage tertentu biaya modal rata-rata menurun yang diikuti naiknya nilai
perusahaan, dan pada tingkat leverage tertentu biaya modal rata-rata naik yang diikuti
oleh nilai perusahaan turun. Pada pendekatan ini terdapat struktur modal yang optimal
yang memberikan nilai perusahaan tertinggi dan biaya modal rata-rata terendah pada
komposisi utang dan modal sendiri yang optimal. Pengertian struktur modal dengan
pendekatan tradisional diperjelas oleh Van Horne (1995: 472) : “Traditional approach
(to capital structure). A theory of capital structure and where management can
increase the total value of the firm through the judicious use of financial leverage”.
2. Pengaruh leverage terhadap cost of capital dan nilai perusahaan dengan pendekatan struktur modal “Modigliani- Miller”
Modigliani dan Miller berpendapat bahwa:(1) nilai setiap perusahaan merupakan kapitalisasi laba operasi bersih yang diharapkan atau expected net operating
income (NOI = EBIT) dengan tingkat kapitalisasi konstan yang sesuai dengan tingkat
resiko perusahaan. Tingkat keuntungan yang disyaratkan dan nilai perusahaan untuk
yang seratus persen modalnya terdiri dari modal sendiri atau unlevered firm. (2) biaya
modal sendiri perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan biaya modal
sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage ditambah dengan premium resiko.
Besar kecilnya premium resiko tergantung atas selisih antara biaya modal sendiri dan
biaya utang perusahaan yang memiliki leverage dikalikan dengan besarnya utang
dengan tidak memperhitungkan pajak atau dalam kondisi tidak ada pajak (T=0).
Persamaan dari pendapat Modigliani & Miller dalam Shapiro (2000:472) :
ke : k0 + (k0 – kd) D/E
ke : cost of equity
kd : cost of debt
k0 : cost of capital
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
82
D : Debt
Apabila utang perusahaan semakin besar, maka biaya modal sendiri juga
semakin besar. Hal ini disebabkan karena resiko yang dihadapi oleh pemilik modal
sendiri semakin besar, sehingga pemilik modal sendiri mengharapkan tingkat
keuntungan yang semakin besar pula. Hal tersebut akan diperjelas dengan gambar di
bawah ini :
ke kd k0
ke=k0
ke
k0
kd
D/E
0
ke
:
cost of equity for an unleveraged capital structure
ke1
:
cost of equity for a firm with debt in its capital structure
kd
:
cost of debt
k0
:
weighted average cost of capital
D
:
Debt
E
:
Equity
Gambar 2. The Modigliani and Miller Hipothesis (Curran, 1998: 182).
Sebaliknya pada kondisi adanya pajak penghasilan, perusahaan yang memiliki
leverage akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak
memiliki leverage. Kenaikan nilai perusahaan terjadi karena pembeyaran bunga atas
utang merupakan pengurang pajak, oleh karena itu laba operasi yang mengalir kepada
investor menjadi semakin besar. Hal ini diperjelas pendapat Shapiro (2000:474) :
“In general, in a word in which the only market imperfection is corporate
taxes, Modigliani and Miller showed that the value of the levered firm (VL)
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
83
equals the value of the unlevered firm (VU) plus the present value of the levered
firm’s interest tax shield :
VL = VU + tc D
Tc : marginal corporate tax rate
D : market value of the firm’s debt”.
Dalam pendapat Modigliani & Miller tersebut bahwa nilai perusahaan yang
memiliki leverage ditambah dengan nilai perlindungan pajak. Nilai perlindungan pajak
adalah sebesar pajak penghasilan perusahaan dikalikan dengan utang. Dengan demikian
adanya pajak penghasilan, Modigliani & Miller berpendapat bahwa biaya modal sendir
perusahaan yang memiliki leverage adalah sama dengan perusahaan yang tidak
memiliki leverage ditambah dengan premi resiko yaitu sebesar selisih biaya modal
sendiri perusahaan yang tidak memiliki leverage dan biaya utang.
Beberapa kritik (kelemahan) dari asumsi pendekatan Modigliani & Miller
diantaranya seperti berikut di bawah ini.
1) Asumsi tentang tidak adanya biaya transaksi dalam capital market, sulit untuk
ditemui dalam kenyataan, mengingat justru biaya tersebut sangat besar.
2) Adanya perlakuan yang sama terhadap semua nasabah di lembaga keuangan dengan
menikmati pinjaman dengan tingkat bunga bebas resiko. Hal ini juga sulit diperoleh
kenyataan karena bagaimanapun juga nasabah besar akan memperoleh perlakuan
yang berbeda dengan perusahaan kecil.
3) Mengasumsikan tidak adanya konflik dalam perusahaan, sehingga tidak terjadi
agency costs.
4) Tidak diperhitungkannya financial distress yang mungkin dihadapi perusahaan.
Selanjutnya model struktur modal yang dikemukaan oleh Palepu (1996:11)
dengan versi Static model of capital structure dan Dynamic model of capital structure
yang dapat dijelaskan di bawah ini.
3. Static Model of Capital Structure/Trade-off Theory
Penggunaan utang menurut Palepu (1996:11) merupakan trade-off antara
benefit dan cost untuk menentukan bauran utang yang optimal dalam jangka panjang.
Bauran yang optimal akan menyeimbangkan antara benefit dan cost sehingga
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
84
meminimumkan biaya modal dan meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham.
Keputusan pendanaan perusahaan dibuat dengan mempertimbangkan target rasio utang
atau leverage tertentu (Clarke, Brent, Robert dan Stephen, 1991;167).
Penelitian yang berkenaan dengan trade-off theory atau disebut juga dengan
balancing theory of capital structure oleh Gardner dan Charles (1992;77) menyimpulkan bahwa balancing theory of capital structure dapat memprediksi perilaku
keuangan perusahaan, dan bahwa terdapat hubungan negatif antara opsi pertumbuhan
dengan probabilitas pinjaman, & hubungan positf antara ukuran resiko, non-debt tax
shield dengan probabilitas pinjaman.
Myers (1991;447) mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi tentang
struktur modal yaitu pajak, risiko, jenis asset dan kebutuhan akan financial slack.
Financial slack terdiri dari cash, marketable securities maupun unused debt capacity.
Keempat dimensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pajak; jika perusahaan dalam posisi membayar pajak, kenaikan leverage mengurangi pembayaran pajak pendapatan perusahaan dan menaikkan pembayaran pajak
investor.
b. Resiko bisnis; adalah resiko yang melekat dalam operasi perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan utang. Semakin tinggi resiko bisnis suatu perusahaan
maka semakin rendah debt ratio optimalnya.
c. Jenis asset; Cost of distress menjadi lebih besar bagi perusahaan yang nilainya
tergantung pada peluang pertumbuhan atau asset-asset tidak berwujud sehingga
akan menggunakan utang lebih sedikit.
d. Financial slack; terdiri dari cash, marketable securities maupun unused debt
caspacity. Dalam jangka panjang, nilai suatu perusahaan lebih tergantung pada
keputusan investasi dan operasi dibanding kaputusan pendanaan. Oleh karena itu
jika perusahaan memiliki mempunyai cukup financial slack pendanaan lebih cepat
dapat ditaksir ketika timbul peluang investasi yang baik.
4. Dynamic Model of Capital Structure atau Pecking Order Theory
Berdasarkan pada model struktur modal maka dapat dikatakan bahwa static
model adalah ‘kebijakan struktur modal optimal’ yang mematok bauran utang dan
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
85
ekuitas berdasar pada benefit/manfaat dan cost/biayanya yang disebut Trade-off Theory
atau balancing theory of capital structure. Sementara itu dynamic model adalah
Pecking Order Theory (POT) yang tidak mematok struktur modalnya, tetapi
berdasarkan preferensi sumber dana internalnya (yang berasal dari fleksibilitas
keuangan dana laba ditahan); kemudian baru sumber dana eksternal yaitu utang; dan
saham. Kebijakan struktur modal POT perusahaan dalam menentukan sumber dana
berkaitan dengan penentuan perimbangan yang terbaik, dalam arti sumber dana internal
dan eksternal. Pemenuhan kebuthan dari sumber internal berkaitan dengan kinerja dan
rasio keuangan sedangkan pemenuhan dari sumber eksternal berkaitan dengan inflasi,
kurs, tingkat bunga, pertumbuhan ekonomi dan informasi yang asimetris/asymmetric
information. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Dynamic model of capital
structure menguji bagaimana efek informasi dapat mengarahkan suatu perusahaan
menyimpang dari struktur modal optimalnya dalam jangka panjang karena mereka
mencari pendanaan untuk investasi barunya.
Penggunaan sumber utang dalam struktur modal yang berlebihan akan
menimbulkan resiko kebangkrutan pada perusahaan. Kedua hal ini tidak diperhitungkan dalam teori Modigliani dan Miller yang diperhitungkan hanya penghematan pajak
jika menggunakan utang dalam struktur modal, sehingga penggunaan utang selalu
dianggap akan meningkatkan nilai perusahaan.
5. Financial Distress
“Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan
keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka
akan timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh keterpaksaan menjual aktiva
dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap sebelum
terjual”(Atmaja, 1994;319).
Berdasrkan pendapat diatas maka biaya kebangkrutan akan timbul pada saat
perusahaan mengalami kesulitan, kesulitan ini dapat terjadi pada saat perusahaan
menggunakan utang yang semakin besar dalam struktur modalnya. Semakin besar
utang yang digunakan maka semakin besar kewajiban perusahaan membayar angsuran
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
86
dan biaya bunga. Apabila hal tersebut terus terjadi akan mempersulit cash flow
perusahaan dan pada akhirnya akan mempersulit keuangan perusahaan.
Biaya kebangkrutan tidak hanya terjadi pada saat perusahaan benar-benar bangkrut tetapi dapat juga terjadi pada saat perusahaan terancam kebangkrutan. Ini
dikarenakan manajemen cenderung menghabiskan waktu untuk
menghindari
kebangkrutan daripada membuat keputusan perusahaan yang baik. Biaya yang
dikeluarkan utnuk mempertahankan prusahaan pada saat perusahaan terancam
kebangkrutan tergolong biaya tidak langsung distress keuangan. Biaya itu relatif besar
dan sulit diprediksi dibandingkan dengan biaya langsung kebangkrutan. Hal ini
diperjelas dengan pendapat Emery (1997:479) “The direct costs of bangkcrupt – such
as legal fees, court costs, and notification costs- are relatively small when compared to
the indirect costs of bankcruptcy and the total the firm.”
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa penggunaan utang yang
berlebihan dalam struktur modal perusahaan tidak hanya menyebabkan penghematan
pajak penghasilan semata, tetapi juga menyebabkan timbulnya biaya keagenan antara
pemegang saham dalam hal ini manajemen dengan kreditur. Selain itu penggunaan
utang yang berlebihan juga akan menimbulkan beban bunga dan angsuran yang besar
sehingga mengganggu kelancaran cash flow yang pada akhirnya menimbulkan
ancaman kebangkrutan. Apabila mempertimbangkan financial distress dan agency cost
dalam struktur modal model Modigliani dan Miller dengan mempertimbangkan pajak,
maka diperoleh persamaan struktur modal sebagai berikut (Atmaja,1994;320) :
 PV dari biaya
  PVdari


 

VL = VU + T.D -  Financial Distress  -  biaya

 yang diharapkan   kelembagaa n 

 

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan utang akan
mengakibatkan semakin besar keuntungan atas penggunaan utang (leverage gain).
Tetapi ini akan diikuti dengan semakin besarnya biaya agen dan biaya distress
keuangan yang tidak sebanding dengan leverage gain.
Sementara itu apabila dihubungkan dengan nilai perusahaan, pada batas tertentu
penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan karena penghematan pajak
penghasilan yang lebih besar daripada biaya distress dan biaya agen. Akan tetapi pada
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
87
batas tertentu, penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena
keuntungan dari penghematan pajak penghasilan tidak sebanding dengan besaranya
biaya distress dan biaya agen. Hal tersebut dapat diperjelas dengan gambar di bawah ini
Value if Firm
B's Stock
Value added by
Debt Tax
Shelter
Benefits
Pure MM Result:
Price of the Stock fi There
Were No BankruptcyRelated Cost
Value Reduced by
Bakruptcy-Related Cost
Value of Stock if the Firm Used
No Financial Leverage
Value of the Stock
on Zero Debt = $20
0
D1
Threshold Debt Leverl
Where Bankruptcy Costs
Become Material
:
D2
Leverage, D/A
Optimal Capital Structure:
Marginal Tax Shelter
Benefit=
Marginal BankruptcyRelated Coats
Gambar 3. Struktur Modal Optimal Model Trade-off dan Financial Distress (Weston
dan Brigham, 1993: 647)
Gambar tersebut menunjukkan penggunaan utang akan menaikkan niali perusahaan
karena adanya penghematan pajak dari pembayaran bunga utang perusahaan. Jika biaya
kebangkrutan lebih besar dibandingkan dengan penghematan pajak dari utang,
perusahaan akan menurunkan tingkat utangnya. Struktur modal optimal terjadi pada
saat tambahan penghematan pajak sama dengan tambahan biaya kebangkrutan.
G. Soal Latihan Bab VII
1. Sebutkan dan jelaskan mengapa utang mempunyai implikasi penting dan sekaligus menimbulkan adanya keuntungan.
2. Sebutkan dan jelaskan mengapa majikan menggaji individu yang lain untuk
bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaannya untuk membuat suatu
keputusan, sementara pengendalian perusahaan diserhkan kepada manajer
profesional.
Khusus Modul S1- T Keuangan & Perbankan
88
3. Sebutkan dan jelaskan ada berapa alternatif untuk mengurangi agensi cost.
4. Dalam agensi teory ada disebut sebagai prinsipal dan ada yang disebut sebagai
agen. Jelaskan kedua istilah tersebut.
5. Pendekatan laba operasi bersih mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi
yang berbeda terhadap penggunaan utang oleh perusahaan. Jelaskan mengapa
ada asumsi demikian?
Download