Uploaded by User9307

291-1-531-1-10-20180410

advertisement
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA UMUR 35 TAHUN DI RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR
Sitti Nurbaya
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi : [email protected]/082197377796
ABSTRAK
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984 mendefinisikan
diare sebagai berak air tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) para ibu mungkin
mempunyai istilah terdiri seperti lembek, cair, berdarah, berlendir, atau dengan muntah (muntaber).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian diare pada
balita umur 3-5 tahun di Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional study yang dilaksanakan di Rumah
Sakit TK II Pelamonia Makassar pada tanggal 5 Februari sampai 13 Februari 2018. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua anak yang dirawat di Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar sebanyak
30 anak. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 30 balita. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan status gizi (p=0,008) dengan kejadian
diare pada balita umur 3-5 tahun. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan status gizi dengan
kejadian diare pada balita umur 3-5 tahun di Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar. Diharapkan
kepada instansi setempat agar memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu dan keluarga untuk
meningkatkan asupan gizi sejak periode prenatal sampai 2 tahun kehidupan anak agar status gizi
tidak lagi menjadi masalah yang dapat menyebabkan diare.
Kata Kunci : Status Gizi, Diare, Balita
PENDAHULUAN
Diare adalah perubahan frekuensi dan
konsistensi tinja. WHO pada tahun 1984
mendefinisikan diare sebagai berak air tiga kali
atau lebih dalam sehari semalam (24 jam)
para ibu mungkin mempunyai istilah terdiri
seperti lembek, cair, berdarah, berlendir, atau
dengan muntah (muntaber) (Kunoli, 2013).
Secara global, ada hampir 1,7 miliar
kasus penyakit diare pada anak setiap tahun.
Penyakit diare merupakan penyebab utama
kematian anak dan morbiditas di dunia, dan
sebagian besar disebabkan oleh makanan dan
sumber air yang terkontaminasi. Di seluruh
dunia, 780 juta orang kekurangan akses
terhadap air minum yang lebih baik dan 2,5
miliar kekurangan sanitasi yang membaik.
Diare akibat infeksi tersebar luas di seluruh
negara berkembang (WHO, 2017).
Penyakit diare sampai kini masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat, walaupun
secara umum angka kesakitan masih
berfluktuasi, dan kematian diare yang
dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader
kesehatan mengalami penurunan namun
penyakit diare ini masih sering menimbulkan
KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan
kematian.
Hasil
Riskesdas
2013
mengumpulkan informasi insiden diare agar
153
bisa dimanfaatkan program,
danperiod
prevalens diare agar bisa dibandingkan
dengan Riskesdas 2007. Period prevalen diare
pada Riskesdas 2013 (5,2%) lebih kecil dari
Riskesdas 2007 (7,9%). Penurunan period
prevalen dimungkinkan juga karena waktu
pengambilan sampel yang tidak sama antara
2007 dan 2013. Insiden diare yang didiagnosis
untuk semua kelompok umur di Sulawesi
Selatan adalah 2,8 persen (Kemenkes RI
2017).
Tindakan dalam pencegahan diare ini
antara lain dengan perbaikan keadaan
lingkungan, seperti penyediaan sumber air
minum yang bersih, penggunaan jamban,
pembuangan sampah pada tempatnya,
sanitasi perumahan dan penyediaan tempat
pembuangan air limbah yang layak. Perbaikan
perilaku ibu terhadap balita seperti pemberian
ASI sampai anak berumur 2 tahun, perbaikan
cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan
sebelum dan sesudah beraktivitas, membuang
tinja anak pada tempat yang tepat,
memberikan imunisasi morbilitas. Masyarakat
dapat terhindar dari penyakit asalkan
pengetahuan
tentang
kesehatan
dapat
ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan
lingkungan sosialnya menjadi sehat. Bila
dikelompokkan ke dalam kelompok umur
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
maka jumlah kasus yang tertinggi berada pada
kelompok umur < 5 tahun sebanyak 93.560
kasus (Kemenkes RI 2017).
Tahun 2015 perkiraan diare sebanyak
364.669 kasus, adapun diare yang ditangani
sebanyak 238.085 kasus (65,29%). Dengan
kejadian terbesar di Kota Makassar dengan
jumlah yang ditangani dilaporkan sebanyak
28.257 kasus dari seluruh jumlah penduduk
sebanyak 1.449.401 jiwa (Kemenkes RI 2017).
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan
Indonesia, menunjukkan perkiraan jumlah
penderita diare yang datang ke sarana
kesehatan dan kader kesehatan sebesar 10%
dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di
satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun.
Angka kesakitan nasional hasil Survei
Morbiditas Diare tahun 2012 yaitu sebesar
214/1.000 penduduk. Maka diperkirakan
jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan
sebanyak 5.097.247 orang, sedangkan jumlah
penderita diare yang dilaporkan ditangani di
fasilitas kesehatan sebanyak 4.017.861 orang
atau 74,33% dan targetnya sebesar 5.405.235
atau 100% (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit TK II
Pelamonia Makassar, didapatkan bahwa
jumlah balita yang dirawat pada tahun 2015
sebanyak 680 balita, dengan kejadian diare
sebanyak 77 balita dan pada tahun 2016 balita
yang dirawat sebanyak 725 balita dan 89
balita yang mengalami diare. Sedangkan pada
bulan januari sampai september 2017 jumlah
balita yang dirawat sebanyak 548 balita dan
79 balita yang mengalami diare (Data
Sekunder RS TK II Pelamonia Makassar,
2017).
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang “Hubungan Status Gizi
dengan Kejadian Diare pada Balita Umur 3-5
Tahun di Rumah Sakit TK II Pelamonia
Makassar”.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian survey analitik dengan pendekatan
cross sectional study yang dilaksanakan di
Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar pada
tanggal 5 Februari sampai 13 Februari 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua anak yang dirawat di Ruang Perawatan
Anak Dahlia Rumah Sakit TK II Pelamonia
Makassar dengan jumlah sebanyak 30 balita.
Sampel
tersebut
kemudian
dipilah
berdasarkan karakteristik dan kriteria sampel
berdasarkan:
1. Kriteria inklusi
a. Anak balita umur 3-5 tahun yang dirawat
di ruang perawatan anak.
b. Orang tua anak yang bersedia menjadi
responden.
2. Kriteria eksklusi
a. Tidak mampu berkomunikasi secara
verbal.
b. Tidak kooperatif.
Pengumpulan Data
1. Data primer
Pengumpulan data primer diperoleh
dengan menggunakan lembar observasi.
Lembar observasi ini berisi tentang
karakteristik
responden
dan
hasil
pengukuran status gizi anak balita dengan
menggunakan pita pengukur lingkar
lengan.
2. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh
dari rekam medik Rumah Sakit TK II
Pelamonia Makassar. Data sekunder
dilakukan dengna cara wawancara dengan
petugas kesehatan di ruang keperawatan
anak dan mengambil data dari rekam
medik.
Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk
mendeskripsikan
karakteristik setiap
variabel penelitian. Pada penelitian ini
analisa univariat adalah umur responden
dan kejadian preeklampsia.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi dengan
melaksanakan pengujian statistik dengan
tingkat kemaknaan 95% (Notoatmodjo,
2014).
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Tabel 1. distribusi karakteristik responden
di Ruang Perawatan Anak Dahlia Rumah
Sakit TK II Pelamonia Makassar (n=30)
Umur
n
%
3
7
23.3
4
14
46.7
5
9
30.0
Total
30
100,0
Tabel 2. distribusi status gizi balita di
Ruang Perawatan Anak Dahlia Rumah
Sakit TK II Pelamonia Makassar (n=30)
154
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
Status Gizi
Baik
Kurang
Total
n
21
9
30
%
70.0
30.0
100,0
Tabel 3. distribusi kejadian diare pada
balita di Ruang Perawatan Anak Dahlia
Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar
(n=30)
K.Diare
n
%
Diare
18
60.0
Tidak diare
12
40.0
Total
30
100,0
2. Analisis bivariat
Tabel 4. Hubungan Status Gizi dengan
Kejadian Diare pada Balita Umur 3-5 Tahun
di Ruang Perawatan Anak Dahlia Rumah
Sakit TK II Pelamonia Makassar
Kejadian Diare
Ya
Tidak
n
%
n
%
15 71.4
6
28.6
Status
Gizi
Baik
Kurang
1
11.1
8
88.9
Total
16
53.3
14
46.7
Total
n
21
%
70
9
30
30
100
p = 0,08
Hasil uji statistik dengan Chi-square
diperoleh nilai p=0,008. Karena nilai
p<α=0,05 maka hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. Interpretasi
ada hubungan status gizi dengan kejadian
diare pada balita umur 3-5 tahun.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan di Ruang Perawatan Anak Dahlia
Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar
didapatkan hasil uji statistik dengan Chisquare diperoleh nilai p=0,008. Karena nilai
p<α=0,05 maka hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. Interpretasi
ada hubungan status gizi dengan kejadian
diare pada balita umur 3-5 tahun
Berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilakukan di Ruang Perawatan Anak Dahlia
Rumah Sakit TK II Pelamonia Makassar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terdapat balita yang status gizinya baik tapi
mengalami diare, hal ini disebabkan karena
pemicu diare bukan hanya status gizi
namun ada beberapa faktor yang turut
berperan
misalnya
Infeksi
saluran
pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi
bakteri (Vibrio, E coli, Salmonella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas),
infeksi virus (Entervirus, Adenovirus,
155
Rotavirus, Astrovirus), infeksi parasit (E.
Hystolytica, G.Lamblia, T. Hominis) dan
jamur.
Faktor malabsorbsi juga berperan
terhadap kejadian diare yaitu disakarida
(intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakorida (intoleransi glukosa, fruktosa
dan
galaktosa).
Intolensi
laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting
pada bayi dan anak. Di samping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
Penyakit diare dapat ditujukan pada
faktor penyebab, lingkungan dan faktor
pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan
berbagai upaya agar mikroorganisme
penyebab
diare
dihilangkan.
Peningkatanair
bersih
dan
sanitasi
lingkungan, perbaikan lingkungan biologis
dilakukan untuk memodifikasi pejamu maka
dapat dilakukan peningkatan status gizi
dan pemberian imunisasi (Lestari, 2016)
Makin buruk gizi seseorang anak,
ternyata makin banyak episode diare yang
dialami. Pada anak mengecil dan
kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali
sehingga kemampuan untuk mengadakan
kekebalan nonspesifik terhadap kelompok
organisme berkurang (Lestari, 2016)
Kejadian diare ini akan memperburuk
status gizi balita karena akan terjadi
penurunan berat badan dalam waktu
singkat, hal ini disebabkan oleh: makanan
sering di hentikan oleh orang tua karena
takut diare atau muntah yang bertambah
hebat. Walaupun susu diteruskan, sering
diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik (Lestari, 2016).
Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah
dan
Enny
Fitriahadi,
2016
yang
mendapatkan hasil tidak ada hubungan
yang signifikan antara status gizi dengan
kejadian diare posyandu balita Temu Ireng
RW IX Sorosutan Yogyakarta. Hasil uji
analisa didapatkan nilai P value 0.115 >
0,05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Irawan
(2016), menunjukkan bahwa ada hubungan
antara status gizi balita dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja UPTD
Puskesmas
Rajagaluh
Kabupaten
Majalengka tahun 2015. Status gizi balita
yang
bermasalah
akan
berakibat
menurunnya imunitas penderita terhadap
berbagai infeksi terutama bakteri penyebab
diare. Karena pada dasarnya tubuh
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
memiliki 3 macam untuk menolak infeksi
yaitu melalui sel (imunitas seluler) melalui
cairan (imunitas humoral) dan aktifitas
leukosit polimer fonukleus. Sedangkan
dalam
penelitian
Alboneh
(2013),
menunjukkan bahwa secara statistik
terdapat hubungan yang bermakna, tetapi
dari data kasar balita dengan status gizi
tidak baik lebih jarang menderita diare
Gizi menjadi bagian sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Gizi didalamnya memiliki keterkaitan yang
erat dengan kesehatan dan kecerdasan.
Oleh sebab itu, gizi menjadi salah satu
penentu kualitas sumber daya manusia.
Status gizi yang baik pada balita perlu
mendapatkan perhatian lebih karena ketika
status gizi balita buruk dapat menghambat
pertumbuhan
fisik,
mental
maupun
kemampuan berfikir dan tentu saja akan
menurunkan produktivitas kerja. Jenis
makanan dan cara pemberiannya pun perlu
sesuai dengan keadaaan pertumbuhan
badan dan perkembangan kecerdasanya.
Sehingga, akan diperoleh gizi yang
seimbang untuk balita (Hasdianah, Siyoto,
& Peristyowati, 2014).
Menurut asumsi peneliti, terdapat
hubungan status gizi dengan kejadian
diare. Karena responden yang status
gizinya baik lebih cenderung tidak
mengalami diare, begitu pula sebaliknya
responden yang status gizinya kurang lebih
cenderung mengalami diare. Jadi semakin
buruk status gizi balita maka semakin
beresiko pula terjadi diare pada balita.
Status gizi sangat dibutuhkan oleh balita
karena
apabila
balita
mengalami
kekurangan gizi akan membuat kekebalan
sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga
kemampuan untuk mengadakan kekebalan
non spesifik terhadap kelompok organisme
berkurang.
KESIMPULAN
Ada
hubungan
yang
cukup
signifikanstatus gizi dengan kejadian diare
pada balita umur 3-5 tahun dengan nilai P
Value 0,0 < dari α= 0,05.
SARAN
1. Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini menyarankan kepada instansi
setempat agar memberikan penyuluhan
kesehatan pada ibu dan keluarga untuk
meningkatkan asupan gizi sejak periode
prenatal sampai 2 tahun kehidupan anak
agar status gizi tidak lagi menjadi masalah
yang dapat menyebabkan diare.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini menyarankan kepada peneliti
selanjutnya
agar dapat melakukan
penelitian yang lebih kompleks dan luas
variabel maupun jumlah sampelnya, serta
lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam
menentukan sample yang akan diambil
sebagai responden yang dan pemilihan
metodologi yang tepat agar nanti hasilnya
dapat signifikan dengan teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, S & Fitriahadi E, 2016. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare Pada Balita di Posyandu Balita
Temu Ireng RW IX Sorosutan Yogyakarta. Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Kunoli, F. J. (2013). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media
WHO. (2017). Diarrhoeal Disease. WHO Media centre.
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Lestari, T. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hasdianah, Siyoto, S., & Peristyowati, Y. (2014). Gizi, Pemantapan Gizi, Diet dan Obesitas. Yogyakarta: Nuha
Medika
Irawan, A. T. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Rajagaluh Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
MEDISINA AKPER YPIB Majalengka, Volume II Nomor II.
156
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531
Download