Uploaded by carolinasidabutar

BLOK 13 SKENARIO D

advertisement
Stroke Hemoragik intracerebral
 Gabriella Azalia Maghriza
 Muhammad Rifky M.
 Laras Pramudita Setyabrata
 Nafrah Ardita
 Raehan Naufaliandra K.
 Alessandro Syafei Rashid
 Intan Marda Juwita
 Athallah Zhafira
 Peksi Saphira Miradalita
 Carolina Maria Sidabutar
 Sandora Rizky Mailan
04011381722155
04011381722176
04011381722179
04011381722189
04011381722194
04011381722201
04011381722202
04011381722206
04011381722213
04011381722219
04011381722226
Tn. Anto, umur 62 tahun dibawa ke UGD rumah sakit karena sulit berjalan
karena kelemahan lengan dan tungkau kanan kira-kira 1 jam sebelumnya pada
saat bangun dari tidur.
Keluhan ini baru pertama kali dirasakan
Selain itu, Tn. Anto juga mengeluh sakit kepala, mual, muntah, mulut mengot
dan bicara pelo.
Tn.Anto sudah lama menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, tetapi tidak
minum obat secara teratur.
Pemeriksaan Fisik:
• Keadaan Umum : GCS 15
• Tanda Vital: TD 230/110 mmHg, Nadi 96x/menit, RR 20x/menit, Temperatur 36,9C.
• Numeric Pain Rating Scale: 7-8 (Nyeri derajat berat)
• Kepala: Conjunctiva tidak anemis , sclera tidak ikterik
• Leher: tidak ada pembesaran KGB
• Thoraks: simetris, retraksi tidak ada
• Jantung: batas jantung normal, iktus kordis tidak tampak, bunyi jantung normal,
bising jantung tidak ada
• Paru: stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal
• Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising usus normal
• Ekstremitas: edema (-)
Pemeriksaan Neurologis:
• Pada pemeriksaan nervi kraniales:
• Nervus VII tampak mulut mengot ke kiri, lipatan nasolabialis kanan datar, tidak
ada lagophtalmus dan kerut dahi simetris
• Nervus XII bicara pelo dan lidah deviasi ke kanan
• Pada pemeriksaan fungsi motoric:
• Kekuatan otot ekstremitas atas 4/5, ekstremitas bawah 4/5
• Refleks fisiologi ekstremitas kanan meningkat
• Refleks Patologis Babinsky (+) pada kaki kanan
Lagoftalmus
Lipatan
nasolabialis
Defans
Muskular
Bicara Pelo
Mulut
Mengot
Refleks
patologis
Babinsky
No
1.
Fakta
Prioritas
Tn. Anto, umur 62 tahun dibawa ke UGD
rumah sakit karena sulit berjalan karena
kelemahan lengan dan tungkau kanan kirakira 1 jam sebelumnya pada saat bangun dari
VVV
tidur. Keluhan ini baru pertama kali
dirasakan
2.
Selain itu, Tn. Anto juga mengeluh sakit
kepala, mual, muntah, mulut mengot dan
bicara pelo.
vv
• Tn. Anto, umur 62 tahun dibawa ke
UGD rumah sakit karena sulit
berjalan karena kelemahan lengan
dan tungkau kanan kira-kira 1 jam
sebelumnya pada saat bangun dari
tidur.
• Keluhan ini baru pertama kali
dirasakan.
Hipertensi kronik  merusak elastisitas dinding arteri kecil 
microaneurysms (Charcot aneurysms)  rupture
spontaneously  Basal ganglionic hemorrhage with destruction of
the internal capsule  jaras kortikobulbaris dan atau kortikospinalis
terganggu  contralateral hemiparesis
Penyakit ginjal
kronis, serebral
amyloid angiopathy
(CAA), dan
microbleeds otak
(CMBs)
meningkatkan risiko
ICH.
ICH lebih umum di
Asia, usia lanjut, jenis
kelamin laki-laki, dan
negara berpenghasilan
rendah dan
menengah.
The main trunk of the middle cerebral artery gives off
numerous perforating branches to the basal ganglia and to the
anterior limb and genu of the internal capsule, as well as to
the external capsule and claustrum
perdarahan intraserebral
hipertensi intrakranial
Ruptur intraventrikular
Hidrosefalus
meningkatkan tekanan
intrakranial lebih jauh
Tatalaksana (PERDOSSI, 2007)
• meminimalkan jumlah sel yang, mencegah perdarahan lebih lanjut pada
perdarahan intraserebral,
• mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medik,
• mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan.
Stadium Hiperakut
• resusitasi serebro-kardio-pulmonal diberi oksigen 2 L/menit dan
cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin
dalam H2O.
• Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks,
darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR,
APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia,
dilakukan analisis gas darah.
Stadium Akut
• Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun
penyulit.
Terapi Umum
• rawat di ICU jika volume hematoma >30 mL
• Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 1520% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
mmHg, dan volume hematoma bertambah.
• Jika tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 30 derajat,
posisi kepala dan dada di satu bidang,
• tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau
inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi
dan diobati dengan antibiotik spektrum luas.
Terapi Khusus
• Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
• Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada
pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum
berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan
tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi.
Selain itu, Tn. Anto
juga mengeluh sakit
kepala, mual, muntah,
mulut mengot dan
bicara pelo.
Rongga intrakranial yang kaku
otak (1400 gr), cairan serebrospinal/CSS (75 ml)
dan darah (75 ml). TIK normal bervariasi antara
0 – 15 mmHg.
Ruang intrakranial mempunyai keterbatasan
ekspansi.
pendarahan intraserebral  meningkatkan
tekanan intrakranial dengan sangat cepat 
dikompensasi dengan pelebaran pembuluh
darah, peregangan ada stuktur intrakranial
yang peka akan nyeri  sakit kepala
Setiap lesi yang mempengaruhi
nuklei vestibular dan pusat
muntah di lantai ventrikel
keempat dapat menyebabkan
muntah.
• Muntah pada lesi sirkulasi
anterior berhubungan dengan
peningkatan tekanan
intrakranial
• Perdarahan intraserebral
Caudate mungkin menghasilkan
muntah karena pelepasan darah
secara tiba-tiba ke dalam sistem
ventrikel dan CSF, menyebabkan
perubahan yang cepat pada
tekanan intrakrania.
Pada kelumpuhan saraf
hypoglossal unilateral, lidah
biasanya berdiviasi sedikit ke arah
sisi paretik ketika itu menonjol.
Jika genioglossus otot satu sisi
lemah, kekuatan otot lawan
menang dan mendorong lidah ke
sisi lesi.
Dalam hemiplegia, ucapan pasien
pada awalnya disartrik, tetapi
tidak mengalami gangguan dalam
menelan
Evaluasi cepat dan diagnosis
Terapi umum (suportif)
•
•
•
•
•
•
•
•
stabilisai jalan napas dan pernapasan
stabilisasi hemodinamik/sirkulasi
pemeriksaan awal fisik umum
pengendalian peninggian TIK
penanganan transformasi hemoragik
pengendalian kejang
pengendalian suhu tubuh
pemeriksaan penunjang
Terapi Hemostatik
• Aminocaproic acid (antifibrinolytic agent that menginhibisi activator).
• Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam
Terapi Reversal dari Antikoagulasi
•
•
•
•
•
frozen plasma atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
Prothrombic-complex concentrates
Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90µg/kg.
Pasien PIS akibat penggunaan heparin diberikan Protamine Sulfat,
Pasien dengan trombositopenia diberikan dosis tunggal Desmopressin
Tn.Anto sudah lama menderita
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu,
tetapi tidak minum obat secara teratur.
Arteriosklerosis
Aneurisma
Gagal ginjal
Retinopati
stroke
 Hipertensi kronik yang tidak terkontrol  peningkatan
tekanan pada system serebrovaskular karena autoregulasi
otak yang gagal  aneurisma mikro  rupture  stroke
hemoragik intracerebral (pada kasus)
Pemeriksaan Fisik:
• Keadaan Umum: GCS 15
• Tanda Vital: TD 230/110 mmHg, Nadi 96x/menit, RR 20x/menit,
Temperatur 36,9C.
• Numeric Pain Rating Scale: 7-8 (Nyeri derajat berat)
• Kepala: Conjunctiva tidak anemis , sclera tidak ikterik
• Leher: tidak ada pembesaran KGB
• Thoraks: simetris, retraksi tidak ada
• Jantung: batas jantung normal, iktus kordis tidak tampak, bunyi
jantung normal, bising jantung tidak ada
• Paru: stem fremitus normal, suara nafas vesikuler normal
• Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-) dan defans muskuler (-), bising
usus normal
• Ekstremitas: edema (-)
PEMERIKSAN
NILAI NORMAL
INTERPRETASI
Keadaan Umum: GCS
GCS 14-15
15 (Compos mentis)
Tekanan darah
< 120 mmHg (sistolik)
<80 mmHg (diastolik)
Sumber : JNC 7
200/110
mmHg
(Hipertensi derajat 2)
Nadi
Usila : 60 – 100 x/menit
Sumber : Depkes
16 – 20 x/menit
Sumber : depkes
36 – 37,5 o C
Sumber : Depkes
98x/menit (Normal)
RR
Temperatur
Numeric Pain Rating
Scale
Kepala: Conjunctiva
tidak anemis , sclera
tidak ikterik
20x /menit (Normal)
36,9oC (Normal)
7-8 (Nyeri derajat berat)
Normal
Leher: tidak ada pembesaran KGB
Normal
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada
Normal
Jantung: batas jantung normal, iktus kordis
tidak tampak, bunyi jantung normal, bising
jantung tidak ada
Normal
Paru: stem fremitus normal, suara nafas
vesikuler normal
Normal
Abdomen: datar, lemas, nyeri tekan (-) dan
defans muskuler (-), bising usus normal
Normal
Ekstremitas: edema (-)
Normal
Krisis Hipertensi dengan tipe Hipertensi
Emergensi, sehingga diperlukan penurunan
tekanan darah segera dalam 1 jam dengan
menggunakan obat antihipertensi parenteral
pada umumnya tekanan darah >180/120 mmHg
yang disertai kerusakan atau ancaman kerusakan
di bidang neurologi, jantung, mata dan ginjal.
Saat tekanan darah naik melampaui batas kritis,
saat itu terjadi segera kerusakan dinding arteri
akan diikuti dengan gejala lain yang merangsang
pelepasan vasoaktif, kerusakan struktur
endothel, aktivasi RAAS system dan pelepasan
mikropartikel platelet.
Selanjutnya terjadi kerusakan target organ yang
berlanjut sebagai circulus vitiosus.
Pemeriksaan Neurologis:
• Pada pemeriksaan nervi kraniales:
• Nervus VII tampak mulut mengot ke kiri,
lipatan nasolabialis kanan datar, tidak ada
lagophtalmus dan kerut dahi simetris
• Nervus XII bicara pelo dan lidah deviasi ke
kanan
• Pada pemeriksaan fungsi motoric:
• Kekuatan otot ekstremitas atas 4/5, ekstremitas
bawah 4/5
• Refleks fisiologi ekstremitas kanan meningkat
• Refleks Patologis Babinsky (+) pada kaki kanan
Pemeriksaan
Normal
Nervus VII (Nervus Facialis)
Sudut mulut
Simetris
Plica nasolabialis Simetris
Lagoftalmus
(-)
Kerutan dahi
Simetris
Nervus XII (Nervus Hypoglossus)
Disatria (bicara
pelo)
Lidah
(-)
Hasil
Interpretasi
Sudut mulut
kanan tertinggal
Plica nasolabialis
kanan datar
(-)
Simetris
Gangguan saraf
kranialis VII
Gangguan saraf
kranialis VII
Normal
Normal
(+)
Lidah deviasi ke
kanan
Gangguan saraf
kranialis XII;
pelo
Gangguan saraf
kranialis XII;
parese kiri
Normal
Hasil
Kekuatan otot
ekstremitas atas
5/5
4/5
Kekuatan otot
ekstremitas
bawah
5/5
4/5
Refleks fisiologis
ekstremitas
Normal
kanan
Refleks patologis
babinsky pada
(-)
kaki kanan
Interpretasi
Berkurangnya
kekuatan otot
ekstremitas atas
dekstra (kanan)
Berkurangnya
kekuatan otot
ekstremitas
bawah dekstra
(kanan)
Meningkat
Tidak normal
(+)
Tidak normal
Pada fase akut lesi traktus kortikospinalis , refleks
deep tendon menjadi hipoaktif dan ada flaccid
weakness of the muscles.
Refleks kembali dalam beberapa hari atau minggu
kemudian dan menjadi hiperaktif, karena otot
spindel merespons lebih sensitif regangan dari
biasanya, terutama pada fleksor ekstremitas atas
dan ekstensor ekstremitas bawah.
This hypersensitivity is due to a loss of descending
central inhibitory control of the fusimotor cells (γ
motor neurons) that innervate the muscle
spindles.
 Jika kapsul internal
terlibat, akan terjadi
hemiplegia spastik
kontralateral — lesi
pada level ini
mempengaruhi serat
piramidal dan
nonpiramidal,
karena kedua jenis
serat ini berdekatan.
 Saluran
corticonuclear juga
terlibat. Tidak ada
defisit saraf kranial
lain (selain VII dan
XII) yang terlihat,
karena inti saraf
motorik kranial yang
tersisa dipersarafi
secara bilateral
Gangguan sirkuit pengatur untuk panjang
otot mungkin terjadi, di mana fleksor
ekstremitas atas dan ekstensor ekstremitas
bawah terset dengan panjang yang tidak
normal
Hasilnya adalah spasme peningkatan tonus
dan hyperreflexi. Lesi piramidal tersebut
antara lain, seperti tanda Babinski (ekstensi
tonik jempol kaki sebagai respons terhadap
membelai telapak kaki).
patofisiologi spastisitas masih kurang
dipahami, tetapi aksesori jalur motorik jelas
memainkan peran penting,
 Teknik pemeriksaan kekuatan otot
Kekuatan otot diuji dengan meminta pasien menahan kekuatan Anda
(resistensi) saat Anda berusaha menggerakkan bagian tubuh mereka
melawan arah tarikan otot yang Anda evaluasi.
Aspek ini dinilai pada skala 0-5
 Alat Reflex Test
 Pemeriksaan reflex menggunakan palu refleks saat melakukan
aspek ini. Terlepas dari jenis palu, teknik yang tepat sangat
penting. Palu yang lebih besar memiliki kepala yang berbobot,
sehingga jika Anda menaikkannya sekitar 10 cm dari target dan
kemudian melepaskannya, palu akan berayun ke tendon dengan
kekuatan yang memadai. Palu yang lebih kecil harus diayunkan
secara longgar di antara ibu jari dan jari telunjuk.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
• Kelompok otot yang akan diuji harus dalam posisi netral
(mis. tidak diregangkan atau dikontraksikan).
• Tendon yang melekat pada otot yang akan diuji harus
diidentifikasi dengan jelas. Ekstremitas harus diposisikan
sedemikian rupa sehingga tendon dapat dengan mudah
dipukul dengan palu refleks.
• Minta pasien untuk melenturkan lengannya (mis.
Kontraksikan otot Biceps mereka) saat Anda meraba
fossa secara bersamaan.
• Pukul tendon dengan gerakan tunggal, cepat, kuat.
Meskipun ini dilakukan dengan kuat, gerakan ini tidak
seharusnya menimbulkan rasa sakit.
Pemeriksaan
Reflex Ekstremitas
Biceps Reflex
Triceps Reflex
Patellar Reflex
Achilles Reflex
Babinski Sign/
Plantar Reflex
Pemeriksaan
sinar x toraks
Dopler
transkranium
Pungsi
lumbal
Angiografi
serebrum
USG karotis
Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu :
Stroke Hemoragik adalah yang
disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70%
kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi.
• Hemoragik Intraserebral : Perdarahan yang
terjadi didalam jaringan otak.
• Hemoragik Subaraknoid : Perdarahan yang
terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak).
• Infark yang berdarah.
• Sindroma kematian batang otak
Hemoragik dapat terjadi diluar
durameter
• (hemoragi ekstra dural atau epidural)
dibawah durameter (hemoragi subdural),
diruang sub arachnoid (hemoragi sub
arachnoid atau dalamsubtansial otak
(hemoragi intra serebral) (Price, 2005).
• Tipe-tipe perdarahan yang mendasari stroke hemoragik adalah intraserebrum
(parenkimatosa), intraventrikel dan perdarahan subaraknoid (PSA). Selain lesi
vascular anatomik, penyebab lainnya adalah hipertensi, gangguan perdarahan,
pemberian antokoagulan yang terlalu agresif dan pemakaian kokain dan amfetamin
intranasal.
• Perdarahn intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkimatosa) paling sering
terjadi akibat lesi vascular yang dipicu oleh hipertensi dan rupture arteri-arteri kecil
yang menembus jauh ke jaringan otak. Karena lokasinya berdekatan dengan arteriarteri dalam maka basal ganglia dan kapsula interna paling sering terkena imbasnya
berupa tekanan yang besar dan iskemia.
• Ganglia basal memodulasi fungsi motoric volunteer dan serat saraf aferen dan eferen
diseluruh korteks mengalami pemadatan untuk masuk dan keluar kapsula interna.
maka apabila stroke terjadi di bagian ini dapat menimbulkan deficit neurologis yang
sangat merugikan. Hemiparesis yang terjadi berlawanan dengan letak perdarahan
merupakan tanda yang khas keterlibatan kapsula interna
Usia lanjut
Apnea tidur
Hipertensi
(terutama
hipertensi kronik)
DM
Etnis dan ras
(amerika dan
afrika lebih banyak
dari kaukasia)
Riwayat stroke
dalam keluarga
Fibrilasi atrium
Pada setiap kasus, indikasi yang mungkin untuk pembuangan
hematoma neurosurgical harus dipertimbangkan hati-hati,
pada manifestasi neurologis yang ringan, situs hemoragik,
dan usia dan kondisi umum pasien.
Angka kematian untuk perdarahan intraserebrum hipertensif
sangat tinggi mendekati 50%. Perdararahan yang terjadi di
daerah ruang supratentorium (di atas tentorium serebeli)
memiliki prognosis baik apabila volume darah sedikit.
Namun, perdarahan ke dalam ruang infratentorium di daerah
pons atau serebelum meiliki prognosis yang jauh lebih buruk
karena cepatnya timbul tekanan pada struktur-struktur vital
di batang otak.
Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bisa menggunakan
algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM) dan penilaian skor Siriraj.
Pada ASGM hal yang dinilai adalah penurunan kesadaran, nyeri
kepala dan reflek babinski.
•
•
•
•
•
2 atau 3 dari ketiga kriteria : stroke perdarahan.
1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, : stroke perdarahan.
uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, : stroke iskemik.
jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, : stroke perdarahan.
Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang
positif ataupun negatif : stroke iskemik.
Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis
stroke perdarahan.
 Sedangkan Siriraj stroke score dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
 (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah
 diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12.
Keterangan:
• Derajat kesadaran
: Sadar penuh = 0, Somnolen = 1, Koma = 2
• Nyeri kepala
: Tidak ada = 0, Ada = 1
• Vomitus
: Tidak ada = 0, Ada = 1
• Ateroma
: Tidak ada penyakit jantung, DM = 0, Ada = 1
Dengan hasil sebagai berikut:
• SS > 1
: Stroke Hemoragik
• -1 > SS > 1
: Perlu pemeriksaan penunjang (Ct- Scan)
• SS < -1
: Stroke Non Hemoragik
 Pada kasus :





Tingkat Kesadaran : Compos Mentis (2.5 x 0 = 0)
Muntah : 2 x 1 = 2
Pusing : 2 x 1 = 2
Tekanan darah diastolic : 0.1 x 110 = 11
Atheroma Markers : 3 x 0 = 0
 (2.5 x tingkat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x pusing) + (0.1 x tekanan darah
diastolik) - (3 x atheroma markers) - 12.
 Jumlah : 0 + 2 + 2 + 11 – 0 – 12 = 3 (Stroke Hemoragik)
 Stroke iskemik
 Stroke pendarahan sub arachnoid
 Tingkat Kemampuan 3B: Gawat Darurat.
 Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat
darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
 Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
 Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
 Tn. Anto diduga menderita Stroke Hemoragik yang
disebabkan oleh perdarahan intracerebral karena
hipertensi kronik serta ketidakpatuhan Tn. Anto
dalam mengonsumsi obat antihipertensi serta kondisi
pencetus yang menyebabkan terjadinya rupture
aneurisma di cerebrum.
Download